ABDULLAH
Lalu aku bertanya kepadanya, apakah Anda mau jual barang itu ?. orang itu kembali
bertanya kepadaku, Akan digunakan untuk apa ? ingin ku beli, sahutku, untuk dipukul buat
memanggil orang shalat. Orang itu berkata kepadaku: Apakah Engkau ingin ku beritahu yang
lebih baik dari itu, yaitu Engkau sebutkan Allahhu akbar, Allahhu akbar.. kemudian orang itu
pergi.
Sabda Nabi Saw : sungguh mimpimu itu adalah benar, insya Allah. Karena itu pergilah
engkau dengan Bilal dan sebutkanlah kata-kata yang engkau mimpikan itu, supaya dia
melakukan adzan denganya, sebab dia lebih nyaring suarunya dari pada suaramu.
Lalu pergilah aku bersama Bilal, lanjut cerita Abdullah bin Zaid, kesuatu tempat yang
agak tinggi. aku ucapkan kata-kata adzan itu , sedangkan Bilal mengikutinya dengan suara yang
nyaring.
Suara adzan Bilal itu kedengaran oleh Umar bin Khathab dirumahnya. Ia segera keluar
berlari-lari kecil mengunjungi Rasullah Saw dan berkata : Demi Allah, Tuhan yang mengutus
Tuan dengan kebenaran, ya Rasullah, sungguh saya telah bermimpi, persis seperti mimpi
Abdullah bin Zaid. Sabda Rasullah Saw : Segala puji hanya untuk Allah semata, dan itu lebih
memantapkan.
Peristiwa adzan itu terjadi seperti yang disebutkan diatas, masih dalam tahun pertama
Nabi tiba di Madinah. Dengan panggilan shahibul ruyal adzan (orang yang memimpikan
adzan). Belum termasuk orang yang pandai tulis baca sebelum Islam.
Kalimat-kalimat adzan yang kini telah kita kenal, yang diberikan dengan perantaraan
mimpi kepada kedua sahabat itu, adalah salah satu cara untuk mendatangkan syariat. Kepada
Rasullah Saw, sebenarnya hal itu telah diberi tahu Allah Swt lebih dulu. Menurut Imam Zurqany,
sampai tujuh orang yang memimpikan adzan itu.
Disebabkan oleh berbagai keadaan, diantaranya karena masyrakat islam sudah makin
berkembang, maka cara adzan yang dimulai dizaman Rasullah ini, di kemudian hari, semasa
Rosullaah hidup, atas inisiatip Bilal bin Rabbah sendiri yang betugas sebagai muadzin,
menambahan kalimat asshalaatu khairun minan naum, sesudah ucapan kalimat haiyaalal
falah pada waktu panggilan shalat subuh. Rasullah Saw waktu itu tidak membantah atau
melarang Bilal menyerukan itu. Ini berarti, bahwa pwnambahan kalimat panggilan itu sudah
menjadi persetujuan Rasullah Saw.
Agama Islam main berkembang pesat, stelah wafatnya Rosullah saw. Ternyata kalimat
tambahan yang dikumandangkan bersumber dari inisiatip Bilal bin Rabbah disyariat pula,
mempeunyai daya menyadarkan umat agar tidak berlalai-lalai dengan waktu, yang sunggusungguh mengakibatkan kerugian, sebagai mana disinyalir Allah Swt, bahwa : merugilah
manusa yang melalaikan waktu.
Syekh Muhammad al Khudari Beiy menyebutkan dalam kitabnya Nuur en Yqin, bahwa
Rasullah memerintahkan dua kali adzan untuk shubuh dalam bulan Ramadhan, yaitu satu kali
untuk menghentikan makan sahur, dan berikutnya untuk adzan shalat shubuh. Adzan seperti ini
berjalan sampai zaman Abu Bakar Siddiq dan Umar bin Khathab.
Pada hari jumat, adzan dilakukan pada waktu pemerintahan khlifah Ustman bin Affan.
Disebabkan umat Islam telah bertambah banyak jumlahnya, maka untu memanggil shalat, telah
dirasa perlu menambahkan peringatan itu dengan pemberitahuan pendahuluan. Karenanya
Khalifah Ustman bin Affan mengambil inisiatip menambahkan satu kali adzan lagi, sebelum
adzan yang dilaksanakan dizaman Rasullah. Adzan yang pertama ini dilakukan didepan pintu
masjid, sedangkan yang kedua, diserukan apa bila khatib telah naik mimbar. Karena dipintu
masjid dirasa kurang efektif, maka beliau perintahkan untuk mengumandangkannya di suatu
tempat yang lebih tinggi (menurut setengah Riwayat) di menara Masjid.
Sesungguhnya perjuangan Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih al Anshari mengikuti
perjuangan Nabi Saw dimulai semenjak perang Badr, kemudian Uhud, Khandaq, dan semua
Khazwah. Dan dalam peristiwa pembebasan (fathu) Makkah, dia mendapat kehormatan menjadi
pembawa panji-panji Bani Haritsah dari kabilah Khazraj. Hal ini tercatat dalam sejarah dengan
tinta mas.
Imam At Turmudzi dan Ibnu Adi mengatakan, bahwa Abdullah bin Zaid hanya
meriwayatkan sebuah hadist adzan saja. Namun al Hafizh Ibnu Hajar dalam al Ishabah
membantah keterangan itu dan mengatakan bahwa beliau (Abdullah bin Zaid) meriwayatkan
beberapa hadist lagi, enam atau tujuh yang terdapat juga daalam Bukhari dan Muslim dan dalam
Nasaiy.
Mereka yang mengambil hadist dari beiaulah; Said Ibnu Munayyab, Abdurahman bin
Abi Laila dan anaknya sendiri Muhammad bin Abdullah bin Zaid. Beliau meninggal pada tahun
32 Hijriyah dalam usia 64 tahun.