CAKRAWALAPENDIDIKAN
CAKRAWALAPENDIDIKAN
Abstract
Democratization of education can be actualized through,
amongothers, the application of the concept of community-based
education.This article is philosophically aimed at exploring the basic
ideas andconceptsimpliedincommunity-
basededucation.Whatiscommunity-based education? Why does the
concept need to be implemented
ineducationalmanagement?Theproblemofcommunity-
basededucationis a new subject of discourse appearing in the
educational world andespeciallyin Indonesiansociety.
Community-
basededucationisasystemofeducationinwhichthecommunitymakesahi
ghproportionofdecisionsconcerningeducation,starting from matters of
the input, process, and output through to thefinancing of education.
The concept of community-based educationappears urgent to be
implemented for the sake of democratization
ofeducation.Community-
basededucationrepresentsapoliticalstruggleforsocialtransformation.T
hus,community-basededucationispartofan agenda of critical
pedagogy which attempts to liberate
educationfromtheshacklesofpoliticalpower.Wheneducationhasbeenli
bera-ted from the domination and hegemony of such power, it means
thatdemocratization of education has been actualized.
Key words: democratization of education, community-based educa-
tion, critical pedagogy
323
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
Pendahuluan
P
endidikanpadahakikatnyamerupakanpencerminankondisinega-
radankekuatansosial-
politikyangtengahberkuasa.Pendidikandengansendirinyamerup
akanrefleksidariordepenguasayang
ada (Kartono, 1997:77). Masalah pendidikan akan menjadi
masalahpolitik apabila pemerintah ikut terlibat di dalamnya. Bahkan
menurutMichael W. Apple sebagaimana dikutip H.A.R. Tilaar
(2003: 94-
94),kurikulumpendidikanyangberlakusebenarnyamerupakansaranain-
doktrinasidarisuatusistemkekuasaan.Melaluikurikulum,pemerintahtel
ah menjadikan pendidikan sebagai sarana rekayasa dalam
rangkamengekalkanstrukturkekuasaannya.Olehkarenaitu,masalahpendi
dik-
ansesungguhnyaadalahmasalahpolitik,tapibukandalamartianyangprak
tis. Diakui Paulo Freire (2000:195), sekolah memang merupakanalat
kontrol sosial yang efesien bagi upaya menjaga status qua. Dinegara
otoriter yang menganut paham pemerintahan totalitarianisme,pe-
merintah akan membatasi kebebasan individu dengan mengeluar-kan
kebijakan pendidikan yang uniform bagi semua anak didik.
Baginegarasemacamini,pendidikanadalahkekuatanpolitikuntukmendo
-minasi rakyat. Pemerintah secara mutlak mengatur pendidikan,
sebabtujuanpendidikanbaginyaadalahmembuatrakyatmenjadialatnega
ra(Kartono, 1997:78). Sebagai respon terhadap pandangan ini,
munculpahampemerintahanyangmenerapkankonsepnegarademokrasi,
yangmenghendaki adanya demokratisasi dalam pendidikan.
Demokrasidalambidangpendidikanmerupakansuatukeharusan,ag
ardapatmelahirkanmanusia-manusiayangberwatakdemokra-tis.
Reformasi pendidikan melalui demokrasi pendidikan,
menurutZamroni(t.t.:127-
130),dapatdilakukandalamtigaaspekpendidikan,yaitu regulatori,
profesionalitas, dan manajemen. Aspek regulatoridititikberatkan
pada reformasi kurikulum yang berkaitan dengan pe-
rumusantujuanpendidikan,penerapankurikulumberbasiskompetensi(c
324
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
ompetency-
basedcurriculum),pergeseranparadigmakerjagurudariresponsibilityke
arahaccountabilitydanpelaksanaanevaluasidengan
325
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
eseidanportofolio.Aspekprofesionalitasditujukanuntukmengemba-
likanhak-
hakdanwewenangkepadagurudalammelaksanakantugaskependidikan
nya. Aspek ini dapat ditempuh melalui pengembangankesadaranhak-
hakpolitikgurudanpemberiankesempatankepadaguruuntukmengemban
gkandirinya.Sedangkanaspekmanajemenpendidik-an ditujukan untuk
mengubah pusat-pusat pengambilan dan kendalipendidikan.
Reformasi aspek manajemen ini dapat dilakukan dengandua cara.
Pertama, memberikan kesempatan yang lebih luas kepadalembaga
pendidikan untuk mengambil keputusan berkaitan
denganpendidikan. Bentuk kebijakan ini adalah menumbuhkan
manajemenberbasis sekolah (school-based management). Kedua,
memberikankesempatan yang luas kepada warga masyarakat untuk
berpartisipasidalam penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan ini
dapat
diwujudkandalambentukpendidikanberbasismasyarakat(community-
basededucation).
Tulisan ini dengan telaah filosofis bermaksud mengungkap ide-
idedankonsep-
konsepdasaryangterkandungdalampendidikanberbasismasyarakat.
Apa dan bagaimana pendidikan berbasis masyarakat
itu?Mengapaiaperludilakukandalamsebuahpenyelenggaraanpendidik-
an?Masalahpendidikanberbasismasyarakatsesungguhnyamerupakanw
acanabaruyangmunculdalamduniapendidikan,terutamabagima-
syarakatIndonesia.Iamunculberkaitandenganreformasipendidikanyan
gmenghendakiadanyapergeseranparadigmapendidikandarisen-
tralistikkedesentralistik,bergeserdaripraktikpendidikanyangotoriterkep
raktikpendidikandemokratisyangmembebaskan,sertadarikonseppendid
ikan yang berorientasi pemerintah (state oriented) ke
konseppendidikanyang berorientasi masyarakat (community
oriented).
DemokrasidanPendidikan
DemokrasiberasaldaribahasaYunani,demos(rakyat)dankratos(pe
326
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
merintahan).Demokrasiadalahsuatubentukpemerintahandengankekua
saanditanganrakyat.Demokrasidewasainitelahditerimaoleh
327
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
hampirseluruhbentukpemerintahandidunia.DemokrasimenurutMa-
sykuriAbdillah(dalamhttp://kompas.com/kompas%2Dcetak/9902/27/o
pini/isla04.htm.,diakses3Mei2003)memilikitigaunsurutama,yaitu:adan
yakemauanpolitikdarinegara(state),adanyakomitmenyangkuatdarimas
yarakatpolitik(politicalsociety)danadanyacivilsocietyyangkuatdanman
diri.Ketigaunsurinidiprosesdalamsebuahnegarayangmenjamin
adanya kekuasaan mayoritas, suara rakyat dan pemilihanumum yang
bebas dan bertanggung jawab (lihat Abdillah, 1999: 73).Selain itu,
demokrasi juga memiliki dua norma baku yang berlakubagi setiap
bentuk “demokrasi”, yaitu public accountability (pertang-
gungjawabankepadarakyat)dancontestability(ujikesahihanapakahdem
okrasi itu bercermin kepada kehendak bersama atau atas
namakepentingan lain) (Wirosardjono dalam Magnis-Suseno dkk.,
1994:14-15). Oleh karena itu, demokrasi dalam arti modern,
sebagaimanadikemukakan Magnis-Suseno (dalam Tamara dan
Taher, 1996:125),sering dipahami sebagai sebuah sistem politik yang
melembagakankontrolterhadappemerintaholehrakyat(kedaulatanraky
at),sertake-
wajibanpemerintahuntukmemberipertanggungjawaban(accountabi-
lity)kepadarakyatmelaluisistemperwakilan.Jadi,didalamdemokrasimod
ern terdapat dua kategori prinsip, yaitu prinsip kedaulatan rakyatdan
prinsip pertanggungjawaban melalui perwakilan.
Demokratisasi artinya proses menuju demokrasi. Dalam
konteksini, pendidikan merupakan sarana paling strategis bagi
penciptaandemokratisasi.DalampandanganAzyumardiAzra(dalamhttp
://www.kompas.com/%2Dcetak/0103/14/opini/pend04.htm., diakses
14
Maret2001),carapalingstrategisuntuk“mengalamidemokrasi”(experie
nc-ing democracy) adalah melalui apa yang disebut sebagai
democracyeducation. Pendidikan demokrasi dapat dipahami sebagai
sosialisasi,diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya,
dan praktikdemokrasi melalui pendidikan. Selanjutnya Azra
menegaskan, dalambanyak hal, pendidikan demokrasi identik dengan
“pendidikan ke-
328
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
wargaan”(civiceducation),meskipunpendidikankewargaanlebih
329
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
331
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
333
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
menghargaipandangandanhargadirioranglain,sertamematuhiaturanhuk
umyang diaplikasikan dalam setting diskusi.
KonsepCommunitydalamPendidikanBerbasisMasyarakat
Sebagaimanatelahdisebutkanpadabagianawaltulisanini,demokrati
sasipendidikandiantaranyadapatdiwujudkanmelaluipene-
rapankonseppendidikanberbasismasyarakat.Konsepinimenghendakiad
anyaketerlibatanmasyarakatdalamupayapengambilankebijakan-
kebijakanpendidikan.Keterlibatanataupartisipasimasyarakatdalampen
didikandiIndonesia,menurutSuyata(1996:2),bukanlahhalyangbaru. Ia
telah dilaksanakan oleh yayasan-yayasan swasta,
kelompoksukarelawan, organisasi-organisasi non-pemerintah, dan
bahkan olehperseorangan.SecarakhususAzra(2002:5-
6)menyebutkan,dikalang-
anmasyarakatMuslimIndonesia,partisipasimasyarakatdalamrangkape
ndidikan berbasis masyarakat telah dilaksanakan lebih lama
lagi,yaitu setua sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara.
HampirseluruhlembagapendidikanIslamdiIndonesia,mulaidarirangka
ng,dayah, meunasah (Aceh), surau (Minangkabau), pesantren
(Jawa),bustanulatfal,diniyahdansekolah-
sekolahIslamlainnyadidirikandandikembangkanolehmasyarakatMusli
m.Lembaga-lembagainihanyasekedar contoh bagaimana konsep
pendidikan berbasis masyarakatditerapkan oleh masyarakat
Indonesia dalam lintasan sejarah. Per-masalahannya, apa itu
masyarakat dalam konsep pendidikan berbasismasyarakat?
Terma “masyarakat” merupakan alih bahasa dari society
ataucommunity. Society sering diartikan sebagai “masyarakat
umum”, se-
dangkancommunityadalah“masyarakatsetempat”atau“paguyuban”(Sh
adily,1983:60-61).DictionaryofSociologymencobamendefinisi-
kancommunitysebagaiberikut.
Community merupakan sub-kelompok yang mempunyai
karakteristiksepertisociety,tetapipadaskalayanglebihkecil,dandenganke
334
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
pen-
335
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
Basically,therearetwotypesofcommunities,geographicalandcultural.Geo
graphical communities are those whose members are united prima-rily
by ties of spatial proximity, such as neighborhoods, villages, town,and
cities. Cultural communities are those whose members are
unitedbytiesofacommonculturaltradition,suchasracialandethnicgroups.
A religious groups may also be considered a cultural community if
itsmembersarecloselyintegratedbytiesofkinshipandmarriageandifthegro
uphasdevelopedadistinctivesubcultureofitsown.(Padadasarnya,ada dua
jenis masyarakat, geografis dan kultural. Masyarakat
336
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
geografisadalahmasyarakatyanganggotanyadipersatukanterutamasemat
a-mata
337
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
olehikatantempatyangberdekatan,sepertilingkungan,desa,kota,dankota
besar.Masyarakatkulturaladalahmasyarakatyanganggotanyadi-
persatukanolehikatantradisibudayaumum,sepertikelompokrasialdankes
ukuan. Suatu kelompok agama boleh juga dipertimbangkan
sebagaimasyarakatkulturaljikaanggotanyaterintegrasisecaralekatolehik
atankekerabatandanperkawinan,danjikakelompokitutelahmengembang
-kansubkulturyang berbeda dari kulturmiliknya).
Berbeda dengan Lenski yang agak antropologis, Tonnies
(dalamSoemardjan dan Soemardi:461-484) secara sosiologis
menggunakanistilahgemeinschaft(community)dangesellschaft(society)
untukmeng-uraikan bagaimana manusia berhubungan dengan
manusia
lainnya.KeduaistilahiniditerjemahkanolehSoekanto(1999:143-
148)menjadi“paguyuban”dan“patembayan”.MenurutTonnies,teorige
meinschaft(community) dimulai dari asumsi tentang adanya kesatuan
kehendakmanusia (unity of human wills) sebagai suatu kondisi asli
atau alamiyang perlu dipelihara, walaupun terkadang terjadi
pemisahan
yangnyata.Akarkondisialamiiniberasaldarikoherensikehendakmanusi
ayangdihubungkanolehtigaikatan,yaituikatandarah(gemeinschaftbyblo
od), ikatan tempat (gemeinschaft of place) atau oleh ikatan
karenapersamaanjiwa-
pikiran(gemeinschaftofmind).Ikatandarahmelahir-kan pertalian
keluarga (kinship), ikatan tempat melahirkan pertalianlingkungan
(neighborhood), dan ikatan pikiran memunculkan persa-habatan
(friendship). Ciri pokok yang membedakan sebuah gemein-
schaft(community)denganlainnyaadalahintimate(hubunganmesra),pri
vate (bersifat pribadi), exclusive (hubungan berlaku untuk
anggotasaja, bukan untuk di luar anggota), adanya common will
(kehendakbersama), consensus (kesepakatan) serta adanya natural
law (kaidahalami) yang dibuat para anggotanya. Dengan ciri-ciri
pokok ini, Ton-
niesmenyatakanbahwastrukturhubunganpadasebuahgemeinschaft(co
mmunity)adalahnyatadanorganik(realandorganic),sebagaimanadiump
338
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
amakanorgan tubuh manusia atau hewan.
Adapungesellschaft(society),masihmenurutTonnies,merupakan
339
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
konstruksi dari suatu kumpulan manusia yang tinggal dan hidup ber-
sama secara damai. Kalau dalam gemeinschaft mereka
dipersatukanolehsemuafaktorpemisah,makadalamgesellschaft,merek
adipisah-kan oleh semua faktor pemersatu, artinya darah, tempat dan
pikiranbukanlahmenjadipengikatkesatuanmereka.Intinya,suatugesellsc
haftadalahpubliklife,dalamartihubungannyaberlakubagisemuaorang.S
eorang yang memasuki gesellschaft ibarat orang yang
memasukisuatunegeriasing.Halinikarenasuatugesellschaftbersifatima
ginary(dalampikiranbelaka)danstrukurhubunganyangdigunakannyaada
lahmechanicalstrucure,sebagaimanadiumpamakansebuahmesin.
Kecenderungan baru menunjukkan bahwa konseptualisasi com-
munitydenganmenggunakanperspektifgeografis-
lokasionalkinimulaiditinggalkanorang.Halini,sepertidiungkapkanGal
braith(dalam
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html,diakses 3Mei
2003), telah membuat intersecting dan overlapping antara com-
munity dengan masyarakat dalam pengertian yang luas.
Menurutnya,ada beberapa perspektif lain yang mencoba memahami
masyarakatsebagaisebuahkonsep.Pertama,perspektif“kepentingan”y
angtelahmelahirkan konsep community of interest. Perspektif ini
memahamimasyarakat sebagai kelompok individu yang diikat oleh
satu ataubeberapa satuan kepentingan dari banyak orang, seperti
kesenangan,kepentingan kewarganegaraan dan politik, atau
kepercayaan
religiusdanspiritual.Menjadi“KlubPenggemarBolaBasket“,ataubarang
kalimenjadi“KelompokPecintaOpera”merupakancontohdarimasyaraka
tkepentingan. Kedua, perspektif “fungsi” yang memunculkan
konsepcommunity of function. Kelompok yang dikenali berdasarkan
fungsiperan dalam kehidupan, seperti profesor, pekerja sosial,
konsultan,pengacara, dokter, petani, kuli bangunan, orangtua, dan
sebagainya,dapatdipertimbangkansebagaicommunityoffunction.Ketig
a,persepktif demografis, yaitu memandang masyarakat sebagai
kelom-pok yang diikat oleh karakteristik demografis umum seperti
ras,
340
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
jeniskelamin,danumur.Contohmasyarakatsepertiiniadalah“Masyaraka
t
341
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
343
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
345
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
347
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
atadalahparadigmakonflik.Sedangkanpendidikanmasyarakatsenantiasa
348
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
berasaskanpadaparadigmafungsionalime.Paradigmainimengasum-
sikanadanya“sekolahnegeri”dankeinginanuntukmenggunakannyasec
ara efisien. Sekolah-sekolah ini dibuat agar menjadi sumber
dayamasyarakat,dalamrangkameningkatkanpartisipasimasyarakatdala
mbidang pendidikan.
Paradigma Paradigma
No.
Fungsionalisme/Dev Konflik/Chan
elopment ge
1.Karakteristik Konsensus-ReformasiIntegrasi Konflik-Transformasi
2. MasyarakatGeografis MasyarakatGeografis-Sosiolo-
Pengertian gis
Masyarakat
3.FormatPendidikan LembagaFormal LembagaFormaldanNonformal
4.ProgramPendidikan Pendidikan Masyarakat, Pem- PendidikanBerbasisMasyarakat,
bangunanMasyarakatdanCom- PendidikanPopulardanSocialMo
munityCollege vementLearning
5.ProdukPengetahuan PositivistikLogis Partisipatori-Transformasi
6.Kultur HighCulture,sepertiMuseumda PopularCulture,sepertiTeaterdan
nPerpustakaan SeniPopular
7.AkarHistoris Henry Morris (Inggris) FatherCoady(Kanada),PauloFrei
danFrankManley(USA) re(Brasil),RajeshTandon(India),
MylesHorton(USA)danJuliusNy
erere(Tanzania)
351
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
pengertianpendidikanberbasismasyarakatyangluasdanberagamitu,Nie
lsen memplot dan memetakannya berdasarkan dua dimensi,
yaituketerlibatan pemerintah terhadap swasta dan derajat
kepemilikan ma-
syarakat.Dilihatdaridimensipertama,pendidikanberbasismasyarakatada
lahpendidikanyangsebagianbesarkeputusan-keputusannyadibuatoleh
masyarakat (education in which a high proportion of decisionsare
made by community). Berdasarkan pengertian ini,
sebagaimanaterlihat pada Gambar 1, “satu-satunya pendidikan yang
sepenuhnyaberbasismasyarakatadalahpesantrenyangmemilikikurikulu
msendiri,mengusahakanpendanaansendiridanmelayanikebutuhanmasy
arakat-
nya”,demikiantulisNielsen.Sedangkandimensikeduadaripemetaanpen
didikan berbasis masyarakat ala Nielsenian ini dilakukan
denganjalan memplot tingkat pengendalian masyarakat terhadap
programpendidikannya. Berdasarkan dimensi kedua ini, seperti
ditunjukkanolehGambar2,pesantrenmerupakancontohkepemilikanma
syarakatsecarapenuh(fullownership).Didalamlembagapesantren,masy
ara-
katbukanhanyasekedarmendukung(support),terlibat(involvement)ata
u menjadi mitra (partnership), tapi masyarakat sepenuhnya
adalahmenjadi pemilik pesantren.
352
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
Pemerintah
….…………………………………….……….……………
1. Dukungan
…………………………………………….…. …………..
2. Keterlibatan
………………………………………………….…..…….
3. Kemitraan
……………………………………………………….….
4. Kepemilikan
…………………………………………………………..
Masyarakat
Gambar2.PendidikanBerbasisMasyarakatBerdasarkanTingkatKepemili
kanMasyarakat
353
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
Dalamperspektifpedagogikkritis,urusanpendidikanadalahmelaku
kan refleksi kritis terhadap the dominant ideology ke
arahtransformasi sosial. Tugas utama pendidikan adalah
menciptakan ru-ang untuk bersikap kritis terhadap sistem dan
struktur
ketidakadilan,sertamelakukandekonstruksidanadvokasimenujusistem
sosialyanglebih adil. Pendidikan tidak mungkin dan tidak bisa
bersikap
netral,bersikapobyektifmaupunberjarakdenganmasyarakat.Visipendidi
kanadalahmelakukankritikterhadapsistemdominansebagaipemihakant
erhadap rakyat kecil dan yang tertindas untuk menciptakan
sistemsosial baru yang lebih adil. Dalam perspektif kritis, pendidikan
harusmampu menciptakan ruang untuk mengidentifikasi dan
menganalisissecarabebasdankritisdalamrangkatransformasisosial.De
ngankatalain,tugasutamapendidikanadalah‘memanusiakan’kembalim
anusiayang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur
yang tidakadil (Fakih dan Rahardjo dalam
http://www.fppm.org/Info%20Anda/pendidikan%20yang%20membe
baskan.htmdiakses9 April2005).Pedagogik kritis dengan tokoh
seperti Antonio Gramsci dan PauloFreire(DianaCoben,1998:9-
115)selalumenekankanbahwamasalahpendidikan merupakan masalah
politik. Hubungan pedagogis meli-batkan hubungan kekuasaan dan
dominasi. Di sinilah letak perlunyapenerapan konsep pendidikan
berbasis masyarakat, agar pendidikansenantiasabebas daridominasi
dan hegemonikekuasaan.
Penutup
Dari beberapa uraian di atas kiranya dapat disimpulkan
bahwapendidikanberbasismasyarakatmerupakanpendidikanyangseba
gianbesar keputusan kependidikannya ditentukan oleh masyarakat,
mulaidari masalah input, proses dan output pendidikan, hingga
masalahpendanaan. Sebuah model yang dapat dijadikan contoh bagi
pendi-dikan berbasis masyarakat adalah lembaga pesantren yang
memilikikurikulum sendiri, mengusahakan pendanaan sendiri dan
355
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
melayanikebutuhanmasyarakatnya sendiri. Sayangnya, tidak semua
pesantren
356
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
DaftarPustaka
Abdillah,Masykuri.“IslamdanMasyarakatMadani”dalamhttp://kom-
pas.com/kompas%2Dcetak/9902/27/opini/isla04.htm.
(diakses3Mei2003).
--------.DemokrasidiPersimpanganMakna:ResponsIntelektualMuslim
Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993),alih
bahasa Wahib Wahab. Cet. I; Yogyakarta: Tiara
Wacana,1999.
Azra, Azyumardi. “Masalah dan Kebijakan Pendidikan Islam di
EraOtonomi Daerah” Makalah disampaikan pada Konferensi
Na-sionalManajemenPendidikandiHotelIndonesia,Jakarta8-
10Agustus 2002, kerjasama Universitas Negeri Jakarta
denganHimpunan SarjanaAdministrasi Pendidikan Indonesia.
--------. “Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi” dalam
http://www.kompas.com/%2Dcetak/0103/14/opini/pend04.ht
m.Artikelinitelah dimuat pada harian Kompas, 14 Maret
2001. (Diakses 3Mei2003).
Coben,Diana.RadicalHeroes:Gramsci,FreireandthePoliticsofAdultEdu
cation.NewYork:GarlandPublishingInc.,1998.
Cunningham,P.M.“CommunityEducationandCommunityDevelop-
357
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
359
CakrawalaPendidikan,November2005,Th.XXIV,No.3
Murphy,Sharon“InformingOurPractice:ACaseStudytoInterrogateand
Seek Critical Foundation for Community-Based Educa-
tion”,DisertasiPh.D.yangdiajukanpadaClaremontGraduateUni
versitydanSanDiegoStateUniversity,2001.
Nasikun. Sistem Sosial Indonesia. Cet. IX; Jakarta: Rajawali
Pers,1995.
Nielsen,Dean.“MemetakanKonsepPendidikanBerbasisMasyarakatdi
Indonesia” dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (Eds.), Re-
formasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Cet.
I;Yogyakarta:AdicitaKaryaNusa,2001.
Shadily, Hassan. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Cet.
IX;Jakarta:BinaAksara,1983.
Shiddiqi, Nourouzzaman. Jeram-Jeram Peradaban Muslim. Cet.
I;Yogyakarta:PustakaPelajar,1996.
Sihombing, Umberto. “Konsep dan Pengembangan Pendidikan Ber-
basis Masyarakat” dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi
(Eds.),Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah. Cet.I;Yogyakarta:AdicitaKaryaNusa.2001.
Smucker, Orden C. “The Community Approach to Education”
dalamWilbur B. Brookover (Ed.), A Sociology of Education.
NewYork:AmericanBookCompany,1955.
Soedijarto.MemantapkanKinerjaSistemPendidikanNasionaldalamMe
nyiapkanManusiaIndonesiaMemasukiAbadke-
21.Jakarta:Proyek Perencanaan Terpadu dan Ketenagaan
Diklusepora,1997.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi:SuatuPengantar. EdisiKeempatCet.
XXVII;Jakarta:RajawaliPers,1999.
Supriadi, Dedi. “Antara Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar:
DiBalikKebijakanAdaKonstrukBerpikir”,AnalisisCSIS,Tahun
XXIX/2000,No.3.
360
KonsepDasarPendidikanBerbasisMasyarakat
361