Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS NGRAMBE
Alamat : Jln. Diponegoro No. 18 C Kode Pos 63263
Telp : 0351 730118 Email : puskesmasngrambe@gmail.com

NOTULEN PERTEMUAN

ACARA : Pertemuan Sosialisasi Rasional Penggunaan Obat dan Pemanfaatan Toga Bagi
Masyarakat

Tempat Penyelenggaraan : Aula Kantor Desa


Hari/ Tanggal/ Jam : / / 09.00 WIB
Pimpinan Rapat : Kepala UPT Puskesmas Ngrambe
Peserta Rapat : Kader Kesehatan Desa…
1. Agenda / Susunan Acara :
a. Registrasi Peserta
b. Pembukaan
c. Pengarahan Kepala Puskesmas
d. Penyampaian Materi
e. Diskusi, tanya jawab, dan penutup

2. Pembukaan :
Acara dibuka oleh Kepala UPT Puskesmas Ngrambe pada pukul 09.30 WIB

3. Pengarahan :
Pengarahan Kepala UPT Puskesmas Ngrambe
Tak bias dipungkiri bahwa minat masyarakat dalam menggunakan obat herbal dan
pengobatan tradisional dalam mencari kesembuhan akan penyakit semakin tinggi.
Anggapan masyarakat obat herbal dan pengobatan tradisional lebih aman dan tidak
menggunakan bahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Dalam rangka peningkatan pemanfaatan pelayanan pengobatan tradisonal pemerintah
terus mendorong pengembangan dibidang pengobatan tradisional dengan
mempersiapkan poli Yankestrad di Puskesmas. Indonesia adalah negara yang memiliki
bahan baku tanaman obat yang begitu banyak dan beraneka ragam yang tersebar di
seluruh daerah, namun dirasakan kemampuan untuk melakukan inovasi obat herbal
melalui riset masih sangat rendah.
Sampai saat ini masih ditemukan beberpa obat tradisional yang didalamnya dicamur
bahan kimia obat ( BKO ). Masyarakat yang tidak menyadari adanya bahaya dari BKO
ini mengkonsumsinya dengan takaran yang tidak pas dan cenderung berlebih. Untuk itu
perlu sekali dilakukan sosialisasi tentang rasional penggunaan obat tradisional dan
pemanfaataanya.

4. Materi Penggunaan Obat Rasional


Definisi obat tradisional ( menurut Per Men Kes Nomor 246/Menkes/Per/V/1990
pasal 1 ) adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenic atau campuran dari bahan – bahan tersebut, yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Klasifikasi Obat Tradisional terdiri dari jamu, dibuat secara empiric berdasarkan
pengalaman. Obat herbal terstandar, bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji
farmakologi secara eksperimental ( pada hewan coba ). Fitofarmaka, sama dengan obat
modern bahan bakunya harus distandarisasi dan harus melalui uji klinis ( pada manusia ).
Sumber perolehan obat tradisional diantaranya dari buatan sendiri, dikembangkan
pemerintah dalam bentuk TOGA. Berasal dari pembuat jamu/herbalist, buatan industry.
Beberapa merek obat tradisional dilakukan penarikan oleh BPOM disebabkan oleh
efek samping yang ditimbulkan. Dicampur dengan obat modern seperti kortikosteroid,
furosemide, metampiron dll. Masyarakat perlu waspada terhadap obat tradisional yang bila
diminum dalam waktu singkat timbul efek yang diinginkan.

5. Lain – Lain :
Diskusi dan tanya jawab.
Pertanyaan yang diajukan oleh peserta
1. Apa perbedaan bahan baku obat tradisional yang masih segar dengan simplisia ?
2. Apa akibat bila minum jamu dengan kandungan bahan kimia obat ?
3. Bagaimana cara memilih obat tradisional kemasan yang aman ?
Rencana tindak lanjut
1. Pembentukan dan optimalisasi kelompok Asman Toga

6. Kesimpulan :
Penggunaan obat tradisional yang rasional adalah bila bahan baku jelas,
terstandarisasi dan tidak mengandung bahan kimia obat yang sangat membahayakan bagi
kesehatan.

7. Penutup
Acara ditutup pada pukul 12.00 WIB

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Ngrambe Pelaksana

dr.Yeny Rusmawati Lusanti Widyaningrum, S.Farm.,Apt


NIP. 19800426 200901 2 004 NIP.19791209 200501 2 009
OSS merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh layanan perizinan berusaha yang menjadi
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau Bupati/Walikota yang dilakukan secara
elektronik. Berbeda dengan perizinan berusaha sistem perizinan berusaha yang terintegrasi secara
elektronik yang saat ini berlaku (OSS Versi 1.1), sistem perizinan berusaha akan bertransformasi
menjadi Online Single Submission Risk Based Approach (OSS – RBA), sesuai dengan yang diatur
dalam Surat Menteri Investasi/Kepala BKPM Nomor 1342/A.1/2021.
Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) adalah perizinan berusaha yang
diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan kegiatan usahanya yang dinilai
berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha. Sebagaimana diatur dalam ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (PP
5/2021).
Beda dengan sistem OSS 1.1 yang tidak mendasarkan perizinan pada risiko dan skala kegiatan
usaha, sistem OSS RBA ini nantinya akan menilai permohonan perizinan berusaha pada tingkatan
risiko dan besaran skala kegiatan usaha. Tingkatan risiko Berdasarkan penilaian tingkat bahaya,
potensi terjadinya bahaya tingkat risiko dan peringkat skala usaha kegiatan usaha, maka terdapat
klasifikasi risiko kegiatan usaha, diantaranya (Pasal 10 ayat (1) dan (2) PP 5/2021):
Kegiatan Usaha dengan tingkat risiko rendah;
Kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah rendah;
Kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah tinggi;
Kegiatan usaha dengan tingkat risiko tinggi.
Skala usaha Selain penetapan tingkat risiko, perizinan berusaha juga dilakukan dengan penetapan
peringkat skala kegiatan usaha, yang meliputi (Pasal 35 ayat 3 PP 7/2021):
Usaha Mikro dengan modal usaha maksimal 1 Miliyar,
Usaha Kecil dengan modal usaha 5 Miliyar – 10 Miliyar,
Usaha Besar dengan modal usaha diatas 10 Miliyar.
Kriteria UMKM Yang Baru OSS-RBA ini mengakomodir perizinan berusaha oleh berbagai macam
sektor usaha, diantaranya (Pasal 6 ayat (2) PP 5/2021):
Kelautan dan Perikanan;

Anda mungkin juga menyukai