RANCANGAN AKTUALISASI
WILDAN ANANDA NUGRAHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu bagian dari pemerintah
Indonesia yang berpengaruh dan menjadi tolak ukur keberhasilan bangsa
Indonesia, maka dari itu dibutuhkan PNS yang profesional. Untuk dapat
membentuk PNS yang profesional perlu dilaksanakan pelatihan dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk pada Pasal 63 ayat (3) dan
ayat (4), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat
dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan sebuah penyelenggaraan
pelatihan yang inovatif dan terintegrasi. Dalam hal ini, Peraturan Lembaga
Administrasi Negara Nomor 25 Tahun 2017 mengatur mengenai penyelenggaraan
pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan non- klasikal di tempat
pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta mampu
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktulisasikan, serta membuatnya
menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri
dalam dirinya sebagai karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas. Melalui
pelatihan tersebut, diharapkan menghasilkan PNS profesional yang berkarakter
dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa.
Pelatihan dasar dilaksanakan dengan sistem internalisasi nilai-nilai dasar
PNS yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi) yang dituangkan pada Rancangan Aktualisasi. Nilai dasar PNS
dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi pada instansi
tempat kerja. Aktualisasi nilai dasar merupakan proses untuk menjadikan nilai
dasar ANEKA menjadi aktual nyata terjadi serta sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi di unit kerja Perpustakaan Nasional RI. Selain itu juga dihubungkan
dengan kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yaitu Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan
Publik.
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
A. DESKRIPSI ORGANISASI
1. Profil Organisasi
Bintang
a. Melambangkan ketinggian ilmu dan kemuliaan.
b. Melambangkan pelita/penerang ditengah malam.
c. Melambangkan petunjuk arah.
d. Bintang bersegi lima melambangkan dasar negara Pancasila.
Buku Terbuka
a. Melambangkan ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang.
b. Buku terbuka ke arah kanan melambangkan bahwa ilmu pengetahuan
membawa manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
b. Misi
Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang akan dicapai dalam
kurun waktu 2015-2019 adalah : “Terwujudnya layanan prima, terwujudnya
perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, terwujudnya
perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan”.
d. Wewenang
Dalam menyelanggarakan fungsinya, Perpusnas RI memiliki
kewenangan :
1) Menyusun rencana nasional secara makro, dibidang perpustakaan;
2) Merumuskan kebijakan dibidang perpustakaan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
3) Menetapkan sistem informasi dibidang perpustakaan.
Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
1) Merumuskan dan pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang perpustakaan.
2) Merumuskan dan pelaksanaan kebijakan peletarian baham pustaka budaya
bangsa dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya.
4. Nilai-nilai Organisasi
Organisasi yang baik memerlukan penerapan nilai-nilai yang baik pula,
terutama agar dapat menjabarkan misinya sehingga tercapai visi yang diharapkan.
Nilai-nilai yang disepakati untuk diterapkan dalam Perpusnas yaitu: Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan, Integritas (PASTI).
a. Profesional; Bekerja maksimal dan bertanggung jawab sesuai dengan
kapasitas, menjunjung tinggi kode etik profesi, terus mengembangkan potensi
diri, mampu mengambil keputusan yang tepat secara mandiri maupun dalam
tim.
b. Akuntabilitas; pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Sinergi; komitmen membangun perpustakaan bekerja sama dengan semua
pemangku kepentingan, dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan.
d. Transparan; bersikap terbuka terhadap kinerja yang dihasilkan.
e. Integritas; berkarya dan berbakti untuk organisasi dengan jujur, disiplin,
penuh tanggung jawab dan dedikasi, menjunjung tinggi etika dan norma
social, kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, mengedepankan
kepentingan publik dan organisasi diatas kepentingan pribadi ataupun
golongan, dan menjunjung tinggi amanah.
5.Struktur Organisasi
a.Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
Gambar 2. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
b.Struktur Organisasi Biro SDM dan Umum
b. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Berikut merupakan contoh nilai-nilai Pancasila yang berkaitan erat dengan
nasionalisme:
1) Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai ini mengandung arti bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius karena adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
2) Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan berandaskan pada
nilai kemanusiaan, kebijakan yang diambil tidak sepatutnya bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Peran pemimpin menjadi sangat penting
karena sebagai penentu arah kebijakan dan arah pembangunan nasional
dengan menselaraskan kepentingan nasional dan kemaslahatan umum.
3) Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Sila ini mengandung nilai bahwa makna
usaha mengarah pada persatuan dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Agenda pembangunan
nasional harus terus dibina, dilakukan dan dikembangkan.
4) Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Sila ini mengandung makna bahwa dalam
pelaksanaan pemerintahan berbangsa dan bernegara harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dengan menggunakan sistem perwakilan.
Musyawarah mufakat merupakan salah satu nilai sila keempat dalam
menjalankan sistem demokrasi pemerintahan
5) Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
mengandung makna sebagai dasar tujuan negara yaitu terwujudnya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perwujudan sila ini adalah menjunjung
keadilan tanpa membedakan suku, bangsa, agama, ras, dan golongan.
Dengan memiliki rasa nasionalisme yang kuat, pegawai PNS diharapkan
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan
negara. Seorang PNS tidak akan berpikir secara sektoral lagi, tetapi akan
mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan bangsa dan
negara sehingga pembangunan nasioanal dapat berjalan dengan baik. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, seorang PNS perlu menerapkan nilai-nilai
nasionalisme seperti menegakkan keadilan, mengutamakan kepentingan publik
diatas kepentingan pribadi dan golongan, setia kepada bangsa dan negara,
pelayanan prima, serta disiplin dalam bertugas.
Nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Religius
2) Amanah
3) Disiplin
4) Non-diskriminasi
5) Saling menghormati
6) Persamaan derajat
7) Mencintai sesama manusia
8) Rela berkorban
9) Menjaga ketertiban
10) Kerja sama
11) Cinta tanah air
12) Musyawarah
13) Kekeluargaan
14) Kepentingan bersama
15) Hidup bersama
16) Tidak menggunakan hak yang bukan miliknya
17) Kerja keras
18) Menghargai karya orang lain
19) Menghormati keputusan bersama
20) Tenggang rasa
c. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggungjawab pelayanan publik.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan- ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok professional tertentu.
Pada prinsipnya ada tiga dimensi publik, yaitu dimensi kualitas pelayanan
publik, dimensi modalitas dan dimensi tindakan integritas publik. Dimensi
kualitas pelayanan publik menekankan pada aspek nilai dan moral seingga etika
publik membentuk integritas pelayanan publik. Dimensi modalitas menekankan
pada perilaku sesuai standar etika dengan tujuan pemerintahan bersih yang
dibangun dengan integritas pejabat publik. Dimensi tindakan integritas publik
menekankan pada kualitas dari pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan
moral yang diterima masyarakat.
Nilai-nilai dalam etika publik juga mencakup beberapa hal, yaitu:
1) Tanggung jawab
2) Jujur
3) Tanggap
4) Akurat
5) Sopan santun
6) Cepat
7) Tepat
8) Daya guna
9) Berhasil guna
10) Menghargai komunikasi
11) Kerja sama
12) Efektivitas
13) Profesional
d. Komitmen Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mengingat pentingnya aspek mutu, dimunculkan
satu unit kerja yang bertanggung jawab atas penjaminan mutu. Unit penjaminan
mutu berkewajiban mengawal implementasi perencanaan mutu dengan
menetapkan program pengawasan mutu, sekaligus upaya untuk selalu
meningkatkan capaian mutu secara berkelanjutan.
Pegawai ASN harus menunjukkan perilaku yang komitmen terhadap mutu,
bukan sekedar menggugurkan kewajiban formal atau menjalankan rutinitas
pelayanan. Dengan demikian, pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan
publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai
keluhan dan pengaduan masyarakat, sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan
memberikan solusi yang tepat melalui langkah perbaikan secara nyata, bukan
sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan gejolak masyarakat.
Berikut adalah nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam komitmen mutu
antara lain:
1) Berorientasi pada mutu
2) Inovatif
3) Selalu melakukan perbaikan mutu
4) Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang
5) Membangun kerjasama kolegial
6) Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan
7) Menampilkan kinerja tanpa cacat (zero defect) dan tanpa pemborosan (zero
waste)
8) Efektif dan efisien dalam bekerja
e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang.
Ada sembilan indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Jujur. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk
bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja
sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2) Peduli. Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki
sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
3) Mandiri. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial
yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihakpihak yang tidak bertanggung
jawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin. Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
5) Tanggung Jawab. Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya.
6) Kerja Keras. Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang
mempunyai etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja
akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik -
baiknya.
7) Sederhana. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan.
8) Berani. Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas.
9) Adil. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
memperoleh lebih dari apa yang ia sudah upayakan.
c. Pelayanan Publik
Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009, pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban PNS sebagai abdi masyarakat. Terdapat 3 unsur
penting dalam pelayanan publik, yaitu :
1) Organisasi penyelenggara pelayanan publik
2) Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan
3) Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban ASN sebagai abdi masyarakat. Terdapat 7 sikap
pelayanan prima, yakni :
1) Passionate (bersemangat)
2) Progressive (mernakain cara terbaik)
3) Proactive (antisipatif, tidak menunggu)
4) Prompt (positif, tanpa curiga)
5) Patience (sabar)
6) Proportional (tidak mengada-ada)
7) Functional (tepat waktu)
C. Rancangan
1. Aktualisasi Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Adapun kegiatan yang saya lakukan mengarah pada kedudukan dan Peran
PNS sebagai Manajemen ASN, Nilai Manajemen ASN dalam rancangan
aktualisasi ini yaitu untuk menghasilkan seorang ASN yang berkualitas, kompeten
dan profesional sesuai dengan bidang keahliannya merupakan upaya Bidang
Kepegawaian di Perpustakaan Nasional RI
Keterangan :
A = Aktual
P = Problematika
K = Kekhalayakan
L = Layak
2) Prioritas Isu
Setelah proses pemilihan isu dengan metode APKL dilakukan, didapatkan
hasil beberapa isu yang memenuhi semua kriteria dalam metode tersebut sebagai
berikut :
1. Belum terakomodirnya kebutuhan informasi pelayanan administrasi
kepegawaian untuk para stakeholders.
2. Belum adanya standarisasi untuk proses mutasi pegawai yang akan pindah ke
Perpustakaan Nasional RI.
b. Pemecahan Isu
Keterangan:
Skor 1 : Tidak kontribusi, biaya sangat mahal dan tidak layak
Skor 2 : Kurang kontribusi, biaya mahal dan kurang layak
Skor 3 : Cukup kontribusi, biaya sedang dan cukup layak
Skor 4 : Kontribusi, biaya efisien dan layak
Skor 5 : Sangat kontribusi, biaya rendah dan sangat layak