Anda di halaman 1dari 27

DRAFT

RANCANGAN AKTUALISASI
WILDAN ANANDA NUGRAHA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu bagian dari pemerintah
Indonesia yang berpengaruh dan menjadi tolak ukur keberhasilan bangsa
Indonesia, maka dari itu dibutuhkan PNS yang profesional. Untuk dapat
membentuk PNS yang profesional perlu dilaksanakan pelatihan dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk pada Pasal 63 ayat (3) dan
ayat (4), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat
dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan sebuah penyelenggaraan
pelatihan yang inovatif dan terintegrasi. Dalam hal ini, Peraturan Lembaga
Administrasi Negara Nomor 25 Tahun 2017 mengatur mengenai penyelenggaraan
pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan non- klasikal di tempat
pelatihan dan di tempat kerja sehingga memungkinkan peserta mampu
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktulisasikan, serta membuatnya
menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri
dalam dirinya sebagai karakter PNS yang profesional sesuai bidang tugas. Melalui
pelatihan tersebut, diharapkan menghasilkan PNS profesional yang berkarakter
dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa.
Pelatihan dasar dilaksanakan dengan sistem internalisasi nilai-nilai dasar
PNS yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi) yang dituangkan pada Rancangan Aktualisasi. Nilai dasar PNS
dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi pada instansi
tempat kerja. Aktualisasi nilai dasar merupakan proses untuk menjadikan nilai
dasar ANEKA menjadi aktual nyata terjadi serta sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi di unit kerja Perpustakaan Nasional RI. Selain itu juga dihubungkan
dengan kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), yaitu Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan
Publik.

B. Tujuan

Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diselenggarakan


untuk membentuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) profesional yang berkarakter yang
dibentuk oleh :
1. Sikap perilaku bela negara
2. Nilai-nilai dasar PNS
3. Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
4. Menguasasi bidang tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas
dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari aktualisasi ini yaitu pelaksanaan kegiatan aktualisasi


selama 20 hari kerja mulai dari tanggal 07 Oktober 2019 hingga 01 November
2019 di Lingkungan Perpustakaan Nasional RI. Pelaksanaan aktualisasi
dilaksanakan dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai ANEKA, serta
mampu melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan kedudukan dan peran yaitu
manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan pelayanan publik.
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

A. DESKRIPSI ORGANISASI
1. Profil Organisasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan pada tahun 1989


berdasarkan Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1989. Pada pasal 19 dinyatakan
bahwa Pusat Pembinaan Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Perpustakaan Wilayah di Propinsi merupakan
satuan organisasi yang melaksanakan fungsi dan tugas perpustakaan nasional.
Berdasarkan UU No. 43/2007 tentang Perpustakaan, perpustakaan
didefinisikan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para
pemustaka (pengguna perpustakaan). Perpustakaan Nasional adalah Lembaga
Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan
dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai Perpustakaan Pembina,
Perpustakaan Rujukan, Perpustakaan Deposit, Perpustakaan Peneliti,
Perpustakaan Pelestarian dan Pusat Jejaring Perpustakaan serta berkedudukan di
ibu kota Negara.
Selain itu, Perpusnas dalam fungsinya sebagai perpustakaan pelestarian
karya anak bangsa tidak hanya melestarikan karya cetak karya rekam tetapi juga
melestarikan pemikiran/ide/gagasan pendiri bangsa Indonesia (founding fathers)
tokoh Proklamator dengan membentuk kelembagaan Perpustakaan Proklamator
Bung Karno di Blitar dan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta di Bukit Tinggi.
Hal tersebut dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dan
nasionalisme kedua tokoh proklamator untuk mendukung pembangunan manusia
Indonesia yang berkarakter dalam budaya.
2. Logo Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Gambar 1. Logo Perpustakaan Nasional RI

Bintang
a. Melambangkan ketinggian ilmu dan kemuliaan.
b. Melambangkan pelita/penerang ditengah malam.
c. Melambangkan petunjuk arah.
d. Bintang bersegi lima melambangkan dasar negara Pancasila.

Buku Terbuka
a. Melambangkan ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang.
b. Buku terbuka ke arah kanan melambangkan bahwa ilmu pengetahuan
membawa manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

Warna Hijau Pada Logo


a. Melambangkan pertumbuhan dan regenerasi.
b. Melambangkan buku sebagai sumber pengetahuan.

Warna Biru Pada Logo


a. Melambangkan sifat tenang dan memberikan kesan kedalaman. Jadi,
pengertian warna biru pada logo Perpustakaan Nasional RI ialah ketenangan
berpikir, dan kedalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki merupakan landasan
pengabdian kepada masyarakat, nusa dan bangsa.
Gradasi Pada Warna Hijau dan Biru
a. Melambangkan konsep “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang berarti dengan
membaca buku akan membuka cakrawala berpikir dan ilmu pengetahuan bagi
umat manusia.

3. Visi, Misi, Tugas, Fungsi Dan Wewenang


a. Visi
Visi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan
Memberdayakan Perpustakaan”

b. Misi
Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang akan dicapai dalam
kurun waktu 2015-2019 adalah : “Terwujudnya layanan prima, terwujudnya
perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, terwujudnya
perpustakaan sesuai standar nasional perpustakaan”.

c. Tugas dan Fungsi


Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
perpustakaan. Dalam melaksanakan tugas, Perpusnas memiliki fungsi sebagai:
1) Perpustakaan Pembina semua jenis perpustakaan di Indonesia (perpustakaan
umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan
khusus);
2) Perpustakaan rujukan;
3) Perpustakaan deposit;
4) Perpustakaan penelitian;
5) Perpustakaan pelestarian, dan
6) Pusat jejaring perpustakaan di Indonesia.
Selain itu, Perpusnas menyelenggarakan fungsi:
1) Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional dibidang perpustakaan;
2) Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Perpusnas;
3) Melancaarkan dan membina terhadap kegiatan instansi Pemerintah dibidang
perpustakaan;
4) Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

d. Wewenang
Dalam menyelanggarakan fungsinya, Perpusnas RI memiliki
kewenangan :
1) Menyusun rencana nasional secara makro, dibidang perpustakaan;
2) Merumuskan kebijakan dibidang perpustakaan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
3) Menetapkan sistem informasi dibidang perpustakaan.
Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
1) Merumuskan dan pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang perpustakaan.
2) Merumuskan dan pelaksanaan kebijakan peletarian baham pustaka budaya
bangsa dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya.

4. Nilai-nilai Organisasi
Organisasi yang baik memerlukan penerapan nilai-nilai yang baik pula,
terutama agar dapat menjabarkan misinya sehingga tercapai visi yang diharapkan.
Nilai-nilai yang disepakati untuk diterapkan dalam Perpusnas yaitu: Profesional,
Akuntabel, Sinergi, Transparan, Integritas (PASTI).
a. Profesional; Bekerja maksimal dan bertanggung jawab sesuai dengan
kapasitas, menjunjung tinggi kode etik profesi, terus mengembangkan potensi
diri, mampu mengambil keputusan yang tepat secara mandiri maupun dalam
tim.
b. Akuntabilitas; pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Sinergi; komitmen membangun perpustakaan bekerja sama dengan semua
pemangku kepentingan, dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan.
d. Transparan; bersikap terbuka terhadap kinerja yang dihasilkan.
e. Integritas; berkarya dan berbakti untuk organisasi dengan jujur, disiplin,
penuh tanggung jawab dan dedikasi, menjunjung tinggi etika dan norma
social, kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, mengedepankan
kepentingan publik dan organisasi diatas kepentingan pribadi ataupun
golongan, dan menjunjung tinggi amanah.
5.Struktur Organisasi
a.Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
Gambar 2. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
b.Struktur Organisasi Biro SDM dan Umum

Gambar 3. Struktur Organisasi Biro Umum, Perpustakaan Nasional RI


B. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS serta Kedudukan dan Peran PNS dalam
NKRI
Pelatihan dasar ini bertujuan untuk penguatan nilai-nilai dasar profesi
ASN serta kedudukan dan peran ASN dalam NKRI. Nilai-nilai yang harus
melekat pada PNS meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Sedangkan kedudukan dan peran ASN dalam
NKRI yaitu Whole of Government, Manajemen ASN dan Pelayanan Publik.

1. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS


a. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggungjawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain adalah :
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi.
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.

Aspek-aspek akuntabilitas adalah sebagai berikut :


1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab untuk
memenuhi semua kewajibannya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results oriented)
Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability requires
reporting). Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences). Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban
menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance).
Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan
berfokus peningkatan kinerja.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu:


1) Untuk menyediakan kontrol demokrati
2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, dibutuhkan


aktualisasi nilai dari akuntabilitas yaitu:
1) Kepemimpinan, yaitu adanya komitmen tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen juga;
2) Transparansi, yaitu membuka diri untuk komunikasi dan kerjasama antara
kelompok internal dan eksternal;
3) Integritas, yaitu menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang
berlaku;
4) Tanggung jawab, yaitu adanya konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab atas keputusan
yang telah dibuat;
5) Keadilan, yaitu menempatkan posisi sesuai dengan kompetensi;
6) Kepercayaan, yaitu konsekuensi dari rasa keadilan yang membawa pada
sebuah kepercayaan;
7) Keseimbangan, yaitu keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas;
8) Kejelasan, yaitu suatu gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan dalam melaksanakan wewenang dan tanggung
jawab;
9) Konsisten, yaitu menjamin adanya stabilitas dalam menerapkan suatu aturan
dan kebijakan.

b. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan
hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Berikut merupakan contoh nilai-nilai Pancasila yang berkaitan erat dengan
nasionalisme:
1) Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai ini mengandung arti bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius karena adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
2) Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan berandaskan pada
nilai kemanusiaan, kebijakan yang diambil tidak sepatutnya bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Peran pemimpin menjadi sangat penting
karena sebagai penentu arah kebijakan dan arah pembangunan nasional
dengan menselaraskan kepentingan nasional dan kemaslahatan umum.
3) Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Sila ini mengandung nilai bahwa makna
usaha mengarah pada persatuan dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa
nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Agenda pembangunan
nasional harus terus dibina, dilakukan dan dikembangkan.
4) Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Sila ini mengandung makna bahwa dalam
pelaksanaan pemerintahan berbangsa dan bernegara harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dengan menggunakan sistem perwakilan.
Musyawarah mufakat merupakan salah satu nilai sila keempat dalam
menjalankan sistem demokrasi pemerintahan
5) Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
mengandung makna sebagai dasar tujuan negara yaitu terwujudnya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perwujudan sila ini adalah menjunjung
keadilan tanpa membedakan suku, bangsa, agama, ras, dan golongan.
Dengan memiliki rasa nasionalisme yang kuat, pegawai PNS diharapkan
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan
negara. Seorang PNS tidak akan berpikir secara sektoral lagi, tetapi akan
mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan bangsa dan
negara sehingga pembangunan nasioanal dapat berjalan dengan baik. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, seorang PNS perlu menerapkan nilai-nilai
nasionalisme seperti menegakkan keadilan, mengutamakan kepentingan publik
diatas kepentingan pribadi dan golongan, setia kepada bangsa dan negara,
pelayanan prima, serta disiplin dalam bertugas.
Nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Religius
2) Amanah
3) Disiplin
4) Non-diskriminasi
5) Saling menghormati
6) Persamaan derajat
7) Mencintai sesama manusia
8) Rela berkorban
9) Menjaga ketertiban
10) Kerja sama
11) Cinta tanah air
12) Musyawarah
13) Kekeluargaan
14) Kepentingan bersama
15) Hidup bersama
16) Tidak menggunakan hak yang bukan miliknya
17) Kerja keras
18) Menghargai karya orang lain
19) Menghormati keputusan bersama
20) Tenggang rasa
c. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggungjawab pelayanan publik.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan- ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok professional tertentu.
Pada prinsipnya ada tiga dimensi publik, yaitu dimensi kualitas pelayanan
publik, dimensi modalitas dan dimensi tindakan integritas publik. Dimensi
kualitas pelayanan publik menekankan pada aspek nilai dan moral seingga etika
publik membentuk integritas pelayanan publik. Dimensi modalitas menekankan
pada perilaku sesuai standar etika dengan tujuan pemerintahan bersih yang
dibangun dengan integritas pejabat publik. Dimensi tindakan integritas publik
menekankan pada kualitas dari pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan
moral yang diterima masyarakat.
Nilai-nilai dalam etika publik juga mencakup beberapa hal, yaitu:
1) Tanggung jawab
2) Jujur
3) Tanggap
4) Akurat
5) Sopan santun
6) Cepat
7) Tepat
8) Daya guna
9) Berhasil guna
10) Menghargai komunikasi
11) Kerja sama
12) Efektivitas
13) Profesional
d. Komitmen Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mengingat pentingnya aspek mutu, dimunculkan
satu unit kerja yang bertanggung jawab atas penjaminan mutu. Unit penjaminan
mutu berkewajiban mengawal implementasi perencanaan mutu dengan
menetapkan program pengawasan mutu, sekaligus upaya untuk selalu
meningkatkan capaian mutu secara berkelanjutan.
Pegawai ASN harus menunjukkan perilaku yang komitmen terhadap mutu,
bukan sekedar menggugurkan kewajiban formal atau menjalankan rutinitas
pelayanan. Dengan demikian, pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan
publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai
keluhan dan pengaduan masyarakat, sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan
memberikan solusi yang tepat melalui langkah perbaikan secara nyata, bukan
sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan gejolak masyarakat.
Berikut adalah nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam komitmen mutu
antara lain:
1) Berorientasi pada mutu
2) Inovatif
3) Selalu melakukan perbaikan mutu
4) Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang
5) Membangun kerjasama kolegial
6) Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan
7) Menampilkan kinerja tanpa cacat (zero defect) dan tanpa pemborosan (zero
waste)
8) Efektif dan efisien dalam bekerja

e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang.
Ada sembilan indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Jujur. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk
bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja
sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2) Peduli. Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki
sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
3) Mandiri. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial
yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihakpihak yang tidak bertanggung
jawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin. Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
5) Tanggung Jawab. Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya.
6) Kerja Keras. Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang
mempunyai etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja
akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik -
baiknya.
7) Sederhana. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan.
8) Berani. Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas.
9) Adil. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk
memperoleh lebih dari apa yang ia sudah upayakan.

2. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Berikut adalah peran dan kedudukan ASN dalam NKRI :
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Beberapa konsep yang
ada dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Karyawan ASN dalam kedudukannya memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public
2) Pelayan publik
3) Perekat pemersatu bangsa
Selanjutnya Karyawan ASN bertugas :
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
2) Memberi pelayanan publik yang professional dan berkualitas Mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kewajiban karyawan PNS yang disebutkan dalam UU ASN adalah :
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2) Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah
3) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
4) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang
5) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
6) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

b. Whole of Government (WoG)


Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan
publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.Selain itu
perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang lebih
kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi
pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait
faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya
potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban
untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan yang akan menjamin
bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari
sisi penataan institusi formal maupun informal yaitu :
1) Penguatan koordinasi antar Lembaga
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
3) Membentuk gugus tugas
4) Koalisi Sosial
Di sisi lain, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam
penerapan WoG di tataran praktek antara lain adalah :
1) Kapasitas SDM dan institusi
2) Nilai dan budaya organisasi
3) Kepemimpinan

c. Pelayanan Publik
Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009, pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban PNS sebagai abdi masyarakat. Terdapat 3 unsur
penting dalam pelayanan publik, yaitu :
1) Organisasi penyelenggara pelayanan publik
2) Penerima layanan (pelanggan), yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan
3) Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang merupakan kewajiban ASN sebagai abdi masyarakat. Terdapat 7 sikap
pelayanan prima, yakni :
1) Passionate (bersemangat)
2) Progressive (mernakain cara terbaik)
3) Proactive (antisipatif, tidak menunggu)
4) Prompt (positif, tanpa curiga)
5) Patience (sabar)
6) Proportional (tidak mengada-ada)
7) Functional (tepat waktu)

C. Rancangan
1. Aktualisasi Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Adapun kegiatan yang saya lakukan mengarah pada kedudukan dan Peran
PNS sebagai Manajemen ASN, Nilai Manajemen ASN dalam rancangan
aktualisasi ini yaitu untuk menghasilkan seorang ASN yang berkualitas, kompeten
dan profesional sesuai dengan bidang keahliannya merupakan upaya Bidang
Kepegawaian di Perpustakaan Nasional RI

a. Identifikasi dan Prioritas Isu


1) Identifikasi Isu
Penulis merupakan Calon Penyusun Rencana Promosi pada Sub Bagian
Penyusunan Analis Jabatan, Rekruitmen/Pengadaan, Penempatan, Promosi dan
Pemberhentian Pegawai di Perpustakaan Nasional RI. Berdasarkan pengalaman
selama kurang lebih 6 bulan berada di penempatan unit kerja tersebut, terdapat
beberapa isu atau permasalahan dan perlu solusi untuk pemecahannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Belum adanya sarana yang bisa mengakomodir kebutuhan informasi akan
pelayanan administrasi kepegawaian untuk para stakeholders.
2. Belum adanya standarisasi untuk proses mutasi pegawai yang akan pindah ke
Perpustakaan Nasional RI.
3. Lemahnya koordinasi tentang progres pekerjaan yang dikerjakan di luar
kantor
4. Proses pengajuan kenaikan pangkat/jabatan pegawai masih manual sehingga
berkas bertumpuk.
5. Minimnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan arsip kepegawaian.

Dalam penentuan isu penulis menggunakan metode APKL (Aktual,


Problematik, Kekhalayakan, Layak) untuk penentuan isu. Aktual itu adalah isu
tersebut benar-benar terjadi dan sedang dibicarakan di lingkungan kerja.
Problematika artinya bahwa isu yang dipilih merupakan isu menyimpang dari
harapan, standar, atau ketentuan yang menimbulkan kegelisahan dimana isu ini
memiliki permasalahan yang kompleks sehingga harus segera di carikan solusi
permasalahanya. Kekhalayakan bahwa isu yang dipilih merupakan isu yang secara
langsung menyangkut hajat hidup orang banyak. Sedangkan, Layak adalah isu
yang ditawarkan merupakan isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab penulis.
Hasil analisis penentuan isu dengan menggunakan metode APKL dapat
dilihat pada tabel 2.1, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penentuan isu menggunakan metode APKL

Kriteria Isu Kedudukan


No Isu Ket dan Peran
A P K L PNS

Belum terakomodirnya Pelayanan


1 √ √ √ √ Ya
kebutuhan informasi pelayanan Publik
administrasi kepegawaian untuk
para stakeholders.
Belum adanya standarisasi
untuk proses mutasi pegawai Manajemen
2 √ √ √ √ Ya
yang akan pindah ke ASN
Perpustakaan Nasional RI.
Lemahnya koordinasi tentang
progres pekerjaan yang
3 dikerjakan di luar kantor secara √ √ √ - Tidak WoG
berkala dan on time

Proses pengajuan kenaikan


pangkat/jabatan pegawai masih Pelayanan
4 manual sehingga berkas √ - √ - Tidak
Publik
bertumpuk.

Minimnya sarana dan prasarana


Manajemen
5 dalam pengelolaan arsip √ √ √ - Tidak
ASN
kepegawaian.

Keterangan :
A = Aktual
P = Problematika
K = Kekhalayakan
L = Layak

Bedasarkan hasil analisis isu dengan menggunakan metode APKL, Penulis


menyimpulkan bahwa isu nomor 1 dan 2 memenuhi semua kriteria dari metode
APKL. Sedangkan nomor 3, 4, dan 5 tidak memenuhi kriteria kelayakan.
Isu nomor 1 (satu) yaitu, “Belum terakomodirnya kebutuhan informasi
akan pelayanan administrasi kepegawaian untuk para stakeholders.”
memenuhi semua kriteria dari metode APKL. Permasalahan ini memenuhi poin
Aktual karena permasalahan ini benar-benar terjadi di Kepegawaian. Selain itu
isu ini juga Problematik karena permasalahan ini benar-benar kompleks. Karena
permasalahan ini menyebabkan pengelolaan dokumen lebih lama dan penyerahan
laporan ke Bagian Keuangan tertunda hingga akhirnya Tunjangan Kinerja
pegawai terlambat di berikan. Isu ini juga memenuhi poin Kekhalayakan karena
menyangkut hajat orang banyak yang terbukti dalam keterlambatan pemberian
Tunjangan Kinerja seluruh pegawai Perpustakaan Nasional RI. Layak karena
permasalahan ini memang layak untuk dicarikan solusinya meningkatkan
semangat kerja pegawai jika pemberian Tunjangan Kinerja pegawai terlambat.
Termasuk Pelayanan Publik karena menyangkut pelayanan kepada banyak pihak
yang membutuhkan.
Isu nomor 2 (dua) yaitu “Belum adanya standarisasi untuk proses
mutasi pegawai yang akan pindah ke Perpustakaan Nasional RI.” memenuhi
semua kriteria APKL. Isu ini bisa di katakan Aktual karena belum adanya SOP
yang mengatur yang mengakibatkan kebingungan dalam menjalanakan
kegiatannya. Isu ini Problematik karena menyangkut kompetensi pegawai yang
akan mutasi tidak ada standarisasi yang menjadi ukuran. Isu ini menjadi
Kekhalayakan karena mutasi pegawai merupakan isu yang menyangkut
kepentingan pihak yang mebutuhkannya. Isu ini dapat memenuhi kriteria
Kelayakan karena harus mecari solusi untuk perancangan SOP yang mmenjadi
tugas dan fungsi bagian kepegawaian. Termasuk Manajemen ASN karena mutasi
adalah hak dan termasuk pada manajemen pegawai tersebut serta diperlukannya
standarisasi dalam proses mutasi tersebut untuk menghasilkan pegawai yang
berkompeten.
Isu nomor 3 (tiga) yaitu, “Lemahnya koordinasi tentang progres
pekerjaan yang dikerjakan di luar kantor secara berkala dan on time”
memenuhi kriteria Aktual karena benar-benar terjadi di Kepegawaian. Isu ini
Problematik karena sering terjadinya kesalahpahaman antara pegawai yang WFO
dan WFH mengenai progres pekerjaan. Isu ini menjadi Kekhalayakan karena
menyangkut dalam proses pelayanan administrasi kepegawaian dan juga hasilnya
pun untuk berpengaruh terhadap banyak pegawai . Isu ini tidak memenuhi
Kelayakan karena dalam dalam hal tersebut merupakan bukan ranah penulis
untuk menyelesaikan isu tersebut karena harus membuat system atau aplikasi
tersendiri. Termasuk WoG karena dalam melibatkan koordinasi dan kolaborasi
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan bersama.
Isu nomor 4 (empat) yaitu “Proses pengajuan kenaikan
pangkat/jabatan pegawai masih manual sehingga berkas bertumpuk.”
memenuhi kriteria Aktual karena benar-benar terjadi di Sub bagian TU
Kepegawaian, dan isu ini tidak memenuhi Problematik karena ini tidak terlalu
komplek hanya memperlambat penyelesaian pekerjaan saja. Isu ini menjadi
Kekhalayakan karena berlaku bagi seluruh pegawai yang ingin mengajukan
kenaikan pangkat. Kelayakan karena dalam dalam hal tersebut merupakan bukan
ranah penulis untuk menyelesaikan isu tersebut karena harus membuat system
atau aplikasi tersendiri. Termasuk Pelayanan Publik karena menyangkut
pelayanan administrasi kepada pegawai di perpustakaan nasional.
Isu nomer 5 (lima) yaitu “Minimnya sarana dan prasarana dalam
pengelolaan arsip kepegawaian.” tidak memenuhi APKL. Isu ini Aktual karena
kurangnya jumlah kotak arsip dan lemari arsip di Kepegawaian hal ini
menyebabkan tidak tertata dengan baik penyusunan dan pengklasifikasian arsip-
arsip. Isu ini Problematik, karena menyebabkan lambatnya proses pencarian arsip
ketika diperlukan baik saat mendesak maupun tidak. Isu ini memenuhi kriteria
Kekhalayakan, karena menyangkut kepentingan tiap personil yang
membutuhkan informasi dari arsip tersebut. Isu ini tidak memenuhi kriteria
Kelayakan, karena dalam hal pengadaan sarana dan prasarana merupakan
kebijakan dari atasan bagian umum dan arsiparis sehingga bukan ranah penulis
untuk menyelesaikan isu tersebut. Termasuk Manajemen ASN karena arsip
merupakan bagian dari pengelolaan ASN yang akan selalu dipakai.

2) Prioritas Isu
Setelah proses pemilihan isu dengan metode APKL dilakukan, didapatkan
hasil beberapa isu yang memenuhi semua kriteria dalam metode tersebut sebagai
berikut :
1. Belum terakomodirnya kebutuhan informasi pelayanan administrasi
kepegawaian untuk para stakeholders.
2. Belum adanya standarisasi untuk proses mutasi pegawai yang akan pindah ke
Perpustakaan Nasional RI.

Dari metode yang sebelumnya masih ditemukan 3 isu, maka selanjutnya


yaitu menentukan isu prioritas yang akan dilakukan penyaringan lagi untuk dapat
menemukan isu prioritas tersebut. Untuk kali ini, dalam menentukan isu prioritas
tersebut. Untuk kali ini, akan dilakukan melalui metode USG
(Urgency,Seriousness, dan Growth). Urgency adalah seberapa mendesaknya
sebuah masalah tersebut untuk dapat ditindaklanjuti dan dicarikan solusinya
segera. Seriusness adalah seberapa seriusnya masalah tersebut untuk segera
dibahas dan dikaitkan dengan dampak yang akan terjadi. Growth adalah seberapa
besar kemungkinan masalah ini akan memburuk jika tidak segera ditangani.
Adapun prioritas kedua isu tersebut di atas dituliskan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Penilaian Prioritas Isu dengan Metode USG

N Kriteria Isu Total


Isu Prioritas
o U S G Skor
Belum terakomodirnya
kebutuhan informasi tentang
1 pelayanan administrasi 4 3 3 10 I
kepegawaian untuk para
stakeholders.
Belum adanya standarisasi
untuk proses mutasi pegawai
2 2 3 3 8 II
yang akan pindah ke
Perpustakaan Nasional RI.
Keterangan :
U = Urgency S = Seriousness G = Growth
Skor:
1 : Tidak U/S/G
2 : Kurang U/S/G
3 : Cukup U/S/G
4 : USG
5 : Sangat U/S/G

Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan metode USG seperti diatas, m


aka didapatkan hasil bahwa isu “Belum terakomodirnya kebutuhan informasi
tentang pelayanan administrasi kepegawaian untuk para stakeholders” mend
apatkan poin tertinggi yaitu sebesar 10. Karena jika masalah tersebut tidak segera
diselesaikan maka kesalahan berkas, formulir, dan legalitas dalam proses
pelayanan administrasi kepegawaian akan terus terjadi maka tidak akan efektif
dan efisien dan ini merupakan hal yang serius karena menyangkut pegawai di
lingkungan Perpustakaan Nasional RI.

b. Pemecahan Isu

1) Alternatif Pemecahan Isu


Dari isu yang mendapatkan nilai prioritas tertinggi adalah “Belum
terakomodirnya kebutuhan informasi untuk pelayanan administrasi
kepegawaian untuk para stakeholders”. Isu tersebut akan dipecahkan
dengan kegiatan aktualisasi dan habituasi di unit kerja pada saat off-campus.
Berikut merupakan beberapa gagasan yang dapat digunakan untuk
memecahkan isu tersebut :
1. Membuat x-banner panduan informasi tentang pelayanan administrasi
keegawaian
2. Membuat portal pelayanan satu pintu sebagai pusat informasi dengan
menggunakan website linktree dan Google Drive
3. Membuat booklet panduan informasi tentang pelayanan administrasi
kepegawaian
Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah di atas, dilakukan
analisis menggunakan metode Tapisan Mc. Namara untuk menentukan tiga
kriteria yang dinilai dari setiap alternatif gagasan. Hasil dari analisis tapisan
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel. 2.3 Pemilihan Prioritas Pemecahan Isu dengan Mc Namara
Kriteria
Alternatif Total
No Alternatif Gagasan Prioritas
Gagasan Skor
K B L
Membuat x-banner panduan informasi
1 tentang pelayanan administrasi keega 3 3 3 9 III
waian
Membuat portal pelayanan satu pintu
sebagai pusat informasi dengan meng
2 4 5 4 13 I
gunakan website linktree dan Google
Drive
Membuat booklet panduan informasi t
3 entang pelayanan administrasi kepega 4 2 4 10 II
waian

Keterangan:
Skor 1 : Tidak kontribusi, biaya sangat mahal dan tidak layak
Skor 2 : Kurang kontribusi, biaya mahal dan kurang layak
Skor 3 : Cukup kontribusi, biaya sedang dan cukup layak
Skor 4 : Kontribusi, biaya efisien dan layak
Skor 5 : Sangat kontribusi, biaya rendah dan sangat layak

Anda mungkin juga menyukai