Anda di halaman 1dari 15

Modul Praktikum Teknik Peledakan

BAB VIII
SISTEM RANGKAIAN PELEDAKAN MISFIRE

8.1 Tujuan
Tujuan penyampaian materi ini adalah :
1. Mengetahui cara penyambungan rangkaian serta perhitungannya pada
peledakan dengan menggunakan metode rangkaian listrik dan metode
nonel
2. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan misfire terjadi dan
mengetahui bagaimana cara mengatasi misfire tersebut.

8.2 Jenis Rangkaian Listrik


Terdapat 4 (empat) cara melakukan penyambungan detonator listrik, yaitu
dirangkai secara hubungan :
- Seri
- Paralel – seri
- Paralel
- Seri – paralel
Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari pada jumlah detonator
listrik yang akan diledakan. Secara umum, sambungan seri digunakan untuk
jumlah lubang tembak yang sedikit, < 50 detonator. Sedangkan paralel – seri
atau seri – paralel digunakan bila sejumlah besar detonator listrik yang akan
diledakkan. Paralel biasanya hanya digunakan untuk peledakan secara khusus,
banyak diterapkan pada tambang dalam.
8.2.1 Hubungan Seri
Hubungan seri dalam suatu rangkaian peledakan dapat diilustrasikan
seperti pada gambar :

65
66

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Gambar 8.1
Single Series Electric Blasting Circuit

Dasar perhitungan untuk mengetahui berapa voltase yang akan terdapat


di dalam rangkaian tersebut adalah sebagai berikut :

Rtotal = R1 + R2+ R3 +… + Rn
=nR
i total = i 1 = i 2 = in
Volt = i (nr)

Dalam peledakkan seri, rangkaian peledakan yang sudah siap harus diuji
kontinuitasnya dengan teliti. Arus peledakkan harus paling rendah 1,5 A (pada
suatu detonator), supaya tiap-tiap detonator dapat berfungsi secara optimal.
Contoh : terdapat 50 detonator listrik yang akan diledakkan dan dihubungkan
secara seri, dengan masing-masing tahanan detonator sebesar 1,6 ohm,
menggunakan 100 yard kabel utama dan 100 yard kabel pembantu. Maka :
Tahanan 50 detonator adalah : 50 x 1,6 ohm = 80 ohm
Tahanan kabel utama : 100 yard = 5 ohm
Tahanan kabel pembantu : 100 yard = 8 ohm +
Total tahanan = 93 ohm

Sehingga voltase yang diperoleh : V = 1,5 A x 93 ohm = 140 volt

Catatan :
Pada rangkaian seri, biasanya menggunakan arus listrik yang rendah tetapi
membutuhkan voltase yang tinggi.
67

Modul Praktikum Teknik Peledakan

8.2.2 Hubungan Paralel

Gambar 8.2
Hubungan Paralel

Prinsip dasar : 1/R total = 1/R1 + 1/R 2 + … + 1/Rn = n/Rn


i total = i 1 + i 2 + …+ in
Volt = i (nR)

Rangkaian yang sudah lengkap, sebelum dimasukkan ke lubang ledak


dapat ditest dengan ohm meter. Untuk peledakkan dengan rangkaian paralel
arus paling rendah 0,5 A yang digunakan untuk satu detonator.
Contoh : terdapat 50 detonator listrik yang akan diledakkan dan dihubungkan
secara paralel, dengan masing-masing tahanan detonator sebesar 1,6 ohm,
menggunakan 100 yard kabel utama dan 100 yard kabel pembantu, maka :
Tahanan untuk 50 detonator = 1,6/50 = 0,03 ohm
Tahanan kabel utama = 5 ohm
Tahanan kabel pembantu = 8 ohm
Tahanan total = 13,03 ohm
Dibulatkan = 13 ohm
Arus yang dibutuhkan = 0,5 x 50 detonator = 25 A
Voltasenya = 13 x 25 = 325 volt

8.2.3 Hubungan Seri – Paralel


Dalam rangkaian seri – paralel masing-masing sambungan rangkaian seri
dan rangkaian paralel digabungkan dengan rangkaian seri yang lain, (seperti
terlihat pada Gambar 8.3 di bawah ini). Tipe rangkaian ini sering digunakan bila
jumlah total detonator listrik yang akan diledakan melebihi 50 detonator. Tiap-tiap
68

Modul Praktikum Teknik Peledakan

seri sebaiknya hanya menggunakan 40 detonator dengan maksimum resisten


100 ohm.

Gambar 8.3
Hubungan Seri – Paralel

Contoh perhitungan :
Apabila 50 detonator diatur dalam 10 deret (rangkaian paralel) dan setiap
deret terdiri dari 5 detonator (rangkaian seri), berapa voltase dalam rangkaian
tersebut ?
Perhitungan :
Dalam 10 deret rangkaian paralel, arus yang diperlukan adalah
= 1,5 A x 10 = 15 A

Total tahanan = = 13,8 ohm


Jadi voltase = 15 A x 13,8 ohm = 207 Volt

8.2.4 Hubungan Paralel – Seri

Gambar 8.4
Hubungan Paralel – Seri
69

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Contoh perhitungan :
Apabila dibuat 10 group seri, dimana setiap 5 detonator dihubungkan
dalam rangkaian paralel (contoh pada Gambar 8.4), berapa voltase yang
terdapat dalam rangkaian tersebut ?
Perhitungan :
Tahanan tiap group paralel adalah = (1,6)/5 = 0,32 ohm
Sedangkan tahanan dari 10 group paralel yang disambung dengan seri adalah
= 10 x 0,32 ohm = 3,2 ohm.
Jumlah tahanan = 3,2 + 8 + 5 = 16,2 ohm
Arus yang dibutuhkan adalah = 0,5 x 5 = 2,5 A
Jadi voltase dalam rangkaian = 16,2 ohm x 2,5 A = 40 volt

8.3 Sistem Rangkaian Nonel


Sistem rangkaian peledakan nonel dibagi menjadi beberapa bagian
diantaranya adalah:
 Rangkaian corner cut (echelon)
 Rangkaian V cut
 Rangkaian Box cut lurus
 Rangkaian Box cut zigzag
70

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Gambar 8.5
Rangkaian corner cut (echelon)
71

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Gambar 8.6
Rangkaian corner V cut
72

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Gambar 8.7
Rangkaian Box cut
73

Modul Praktikum Teknik Peledakan

Gambar 8.8
Rangkaian Box Cut Zig-Zag

8.4 Misfire
8.4.1 Penyebab Terjadinya Misfire dan Cara Menanganinya
Misfire adalah suatu keadaan dimana bahan peledak yang dipasang dan
diisi ke dalam lubang bor tidak dapat meledak. Hal-hal yang menyebabkan
terjadinya misfire dapat berasal dari bahan peledaknya sendiri, detonator, sumbu
atau kawat penghantar. Oleh sebab itu, bahan-bahan peledak harus ditangani
dengan baik, serta dibutuhkan ketelitian dari tim juru ledak.
74

Modul Praktikum Teknik Peledakan

8.4.2 Misfire yang Menggunakan Sumbu Api


Prinsip penyebab dari misfire dimana sumbu api digunakan adalah
terkelupasnya sumbu api, sumbu api yang lembab (akibat dari kondisi gudang
atau tempat penyimpanan yang basah), juga karena penggunaan pisau yang
tumpul untuk memotong sumbu api, sehingga berakibat tersumbatnya api yang
akan membakarnya dan menghambat terbakarnya detonator. Untuk
pencegahannya yaitu sebagai berikut :
- Penyimpanan bahan peledak dan sumbu api seperti peraturan yang ada.
- menggunakan bahan peledak yang cocok untuk maksud peledakkan.
- Potonglah sumbu api yang terkena cukup lama, sepanjang 0,5 “.
- Jangan menggunakan sumbu yang disambung. Sumbu dapat disambung
dengan memotong miring kemudian diikat yang rapat, tetapi sedapat
mungkin ini dihindari.
Cara mengatasi misfire tersebut adalah :
- Pada peledakan dengan sumbu api, juru ledak harus menunggu 30 menit
atau lebih, baru setelah itu mendekati lubang bor dimana misfire terjadi.
- Bila stemming terlalu padat dan kerusaknya ada didalam lubang bor,
maka cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
a. Membongkar stemming tersebut, misalnya dengan jalan
memancingnya keluar dengan alat yang tebuat dari tembaga atau
bahan lainnya,yang tidak dapat mengeluarkan api. Bila dengan cara
tersebut masih sukar, maka perlu disemprot air atau udara dari
compresor. Bahan peledak dapat rusak karenanya, apabila bahan
peledak tidak tahan terhadap air. Kemudian lubang tembak
diledakkan dengan memasukkan primer yang baru. Penggunaan
primer untuk misfire :
- Stemming dapat dipindahkan dengan cara menyemprot dengan
compresor atau dengan air.
- Semprotan udara atau air harus melalui pipa karet yang kuat
atau pipa plastik (jangan pipa besi).
- Pembongkaran stemming harus diusahakan setelah konsultasi
dengan peraturan-peraturan yang berlaku, sebab di beberapa
negara cara tersebut tidak diperbolehkan.
75

Modul Praktikum Teknik Peledakan

- Usaha apapun tidak diperbolehkan untuk menggali stemming


dengan mempergunakan alat-alat. Ini adalah pekerjaan yang
berbahaya, dimana suatu resiko daripada meledaknya bahan
peledak akibat dari gesekkan atau goncangan.
-“ Nitroglicerin” dan “Slurry Explosive” adalah tahan terhadap air,
tetapi TNT/Amonium nitrat, ANFO dan Black Powder akan
rusak sebagian atau seluruhnya oleh aliran air.
- Apabilka digunakan semprotan air, dilanjutkan pada lubang
tembak tersebut diisi dengan bahan peledak yang tahan
terhadap air, apabila tersedia. Bila tidak tersedia, maka lubang
tembak ditest dengan stick atau tongkat sehingga terbukti telah
kering.
- Kemudian masukkan primer dan ledakkan.
b. Membuat lubang yang baru diletakkan dimuka daripada lubang
bor dimana misfire terjadi, dengan jarak paling dekat 30 cm.
Kemudian diisi dengan bahan peledak dan selanjutnya eldakkan.
c. Bila stemming terlalu kuat tetapi tidak panjang, misalnya hanya
sama panjang dengan bahan peledak, dengan memasukkan primer
lagi kemudian diledakkan, maka misfire akan ikut meledak pula.

8.4 Misfire yang Menggunakan Detonator Listrik


Prinsip penyebab misfire apabila digunakan detonator listrik adalah
sebagai berikut :
a. Kebocoran Arus
Meskipun “Blasting Machine” yang digunakan mempunyai arus yang
cukup, tetapi pada kondisi yang lembab dan basah bisa menakibatkan
bocornya arus ke tanah atau terjadi hubungan arus yang melintang. Hal
ini bisa mengakibatkan kurang cukupnya arus yang melalui detonator-
detonator, sehingga berakibat timbul misfire. Kesalahan tersebut dapat
ditiadakan dengan cara membongkar sambungan-sambungan dan
diisolasi, serta tetap menjaga supaya sambungan-sambungan dalam
keadaan kering dan baik, selanjutnya harus dijauhkan dari benda-benda
metal.
76

Modul Praktikum Teknik Peledakan

b. Kabel
Kabel utama mungkin dapat rusak akibat suatu peledakkan, sehingga
untuk penggunaan berikutnya harus diperiksa dengan teliti. Untuk
mengetahui adanya kabel yang putus atu telanjang, untuk mencegah
timbulnya misfire dari adanya hubungan pendek atau bocoran arus tanah,
akibat dari kerusakkan kabel. Pencegahannya : Pergunakanlah kawat
yang baik, kawat yang banyak sambungannya, mungkin akan menambah
turunnya tegangan dan kebocoran arus.
Cara mengatasi misfire tersebut :
Bila peledakkan dengan listrik, maka kabel utama dilepaskan dulu dari
blasting machine. Sesudah 5 (lima) menit baru aman mendekati lubang
bordimana terjadi. Pertama-tama kawat penghantar diperiksa kalau
terdapat putus atau lepas, kontak dengan tanah, air atau konduktor lain.
Kalau hal ini terjadi, maka dibetulkan dan kabel utama dipasang lagi pada
blasting machine, kemudian diledakkan.
c. Kesalahan dalam Penyambungan
Kemungkinan tipe “multi shut exploder generator” yang dioperasikan
secara mekanis. Apabila mekanis tersebut tidak bekerja karena tidak
cukup kecepatannya, maka arus yang ditimbulkannya tidak cukup untuk
dapat menyalakan detonator-detonator dalam hubungan seri. Misfire
dapat terjadi akibat hubungan pendek, karena juru ledak kurang perhatian
terhadap adanya arus pendek dari kabel. Berikut adalah cara
penanganan terjadinya misfire karena kesalahan dalam penyambungan,
sebagai berikut :
- Apabila jaringan kabel tidak ditest, sambungan yang longgar atau
kotor mengakibatkan tahanan yang tinggi, akan berakibat terjadinya
misfire.
- Kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara
pengecekan yang hati-hati dan sistematis dari semua sambungan-
sambungan.
- Apabila misfire terjadi, kabel utama harus dicabut dari exploder dan
“kunci exploder” harus selalu dicabut dan selalu dibawah sendiri oleh
juru ledak. Setelah 5 (lima) menit menunggu, juru ledak mulai
menguji kabel dan hubungan-hubungannya dan suatu kesalahan
77

Modul Praktikum Teknik Peledakan

yang didapat maka kabel tersebut harus disingkirkan, jaringan kabel


harus selalu ditest dengan menggunakan “safety ohmmeter”. Ini
adalah sangat penting bahwa semua pengetesan harus dilakukan
dari tempat yang aman, dan semua orang berada ditempat
perlindungan, untuk mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi
akibat timbulnya ledakkan dari pekerjaan testing tersebut.
- Apabila jaringan tersebut ternyata baik, maka kesalahan terletak
didalam lubang bor. Selanjutnya harus dimasukkan lagi booster dan
sambungan kabel dihubungkan dengan booster tersebut dan
diledakkan.
Penyebab terjadinya kecelakaan dalam penanganan bahan peledak :
1. Terlalu lama dalam menyundut/menyulut sumbu api.
2. Membor lagi kedalam lubang yang berisi bahan peledak.
3. Meledaknya bahan peledak pada electric blasting, sebelum diledakkan.
4. Terlalu cepat mendatangi tempat peledakakan setelah meledak.
5. Perlindungan yang tidak memadai untuk tampat berlindung.
6. Tindakan dan kondisi tidak aman saat transport, handling dan
penimbunan.
7. Cara mengatasi “misfire” yang tidak benar.
8. Menggunakan sumbu api yang terlalu pendek.
9. Cara-cara taping yang salah.
10. Membawa bahan peledak sambil merokok dan membawa bahan peledak
dan detonator menjadi satu.
8.4.1 Secondary Blasting
Setelah melakukan peledakan pada batuan induk (primary blasting)
kadang-kadang terdapat bongkaran yang lebih besar (boulder). Untuk
mengecilkan ukuran perlu dilakukan secondary blasting. Ada tiga cara yang
dilakukan, yaitu ;
a). “Mud capping” atau “Plaster Shooting”.
b). “Blok holling” atau ”Popping”.
c). “Snake holling”.
78

Modul Praktikum Teknik Peledakan

“Blok Holling” “Mud Capping”

“Snake Holling”

Gambar 8.9
Jenis-jenis Secondary Blasting

8.5 Tugas
8.5.1 Laporan Akhir
1. Rangkaian seri 40 detonator short delay dengan tahanan tiap detonator
1,8 ohms, 35 m kawat penyambung (connecting wire) 22 AWG tahanan
16,14 / 330 m dan 60 m kawat utama (lead wire) terbuat tembaga ganda
berukuran 23/0,076 yang diisolasi dengan plastik PVC dengan tahanan
5,8 ohms per 100 m. Hitung total tahanan dan voltage.
2. Suatu rangkaian paralel 15 detonator short delay dengan tahanan tiap
detonator 1,8 ohms, 30 m bus wire ukuran 16 AWG dengan tahanan 4,02
ohm /330m, 40 m kawat penyambung ukuran 22 AWG tahanan 16,14 /
330m dan 150 m kawat utama ukuran 22 AWG tahanan 16,14 / 330m.
Hitunglah total tahanan dan voltage.
3. Suatu rangkaian parallel-seri terdiri dari 4 seri masing-masing mempunyai
40 detonator short delay dengan tahanan tiap detonator 1,8 ohms, kawat
penyambung ukuran 22 AWG 40 m tahanan 16,14 / 330m, dan kawat
79

Modul Praktikum Teknik Peledakan

utama ukuran 22 AWG 150 m tahanan 16,14 / 330m. Hitunglah total


tahanan dan voltage.
4. Gambarkan dikertas milimeter blok dan dengan menggunakan software
Coreldraw dengan skala (disesuaikan) !
8.5.2 Laporan Awal
Buatlah laporan awal tentang “Underground Blasting” beserta teknis
kegiatan pelaksanaan peledakan underground blasting (minimal 6 lembar tidak
termasuk cover dan daftar pustaka)!

Anda mungkin juga menyukai