Dalam Peningkatan
Daya Saing dan
Ekspor Indonesia
Seminar Nasional
TRANSFORMASI
EKONOMI UNTUK
INDONESIA MAJU
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
DPN APINDO
©DPN APINDO 2019 www.apindo.or.id
POINTERS FOKUS PERHATIAN DUNIA USAHA
INFRASTRUKTUR
• Perlu mempercepat reformasi ketenagakerjaan untuk menuju kualitas tenaga kerja yang
terampil dan produktif dalam hubungan industrial yang dinamis.
• Perubahan UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 mutlak diperlukan untuk mendukung daya
saing industri terutama sektor padat karya.
• Penetapan upah dilakukan mengikuti produktivitas sebagai kunci daya saing industri.
• Persoalan hukum hubungan industrial semestinya diselesaikan dalam lingkup hukum
perdata, dan bukan pidana yang mengkriminalisasikan pengusaha.
• Penyelarasan regulasi ketenagakerjaan dengan jaminan sosial universal demi keadilan
bagi pengusaha dan pekerja.
• Mendorong manajemen pengelolaan relasi bipartit dengan mengutamakan spirit
kerjasama.
• Peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan sebagai kebutuhan pengusaha
dan pekerja untuk menjamin kelangsungan pekerjaan.
3
• Pembangunan infrastruktur nasional yang tepat sasaran dan merata serta perbaikan kualitas
sarana dan prasarana infrastruktur guna meningkatkan efisiensi penyaluran logistik dan
optimalisasi pemanfaatan infrastruktur.
• Pembangunan infrastruktur prioritas yang tepat sasaran untuk efisiensi biaya dan ekspansi
bisnis.
• Penurunan tarif tol agar kapasitas tol dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha
dan masyarakat.
• Perbaikan pada kemacetan jalan tol dan non-tol yang menghambat arus supply chain.
• Optimalisasi pemanfaatan transportasi kereta api untuk penyaluran logistik yang bersifat
masal dan tepat waktu.
• Perbaikan pelayanan infrastruktur kepabeanan dalam hal terminal handling cost dan dwelling
time di pelabuhan.
5
• Penurunan tarif transportasi udara untuk mendukung arus logistik dan operasional
bisnis dunia usaha.
• Pemberian subsidi untuk pelaku usaha sektor transportasi yang beroperasi di wilayah
Indonesia Timur untuk mendorong kegiatan ekonomi.
• Penguatan jaringan kemitraan untuk memperluas infrastruktur akses informasi, best practices
/ pengetahuan, modal dan pembiayaan, standardisasi produk, kelembagaan bisnis, serta pasar
bagi UMKM.
• Memperbaiki regulasi dan infrastruktur pendukung untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif dan rantai pasok yang efisien.
• Pemerataan pembangunan infrastruktur di bidang energi yang tepat sasaran untuk mencegah
kesenjangan ketersediaan energi di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa.
• Zona infrastruktur kawasan industri yang memperhatikan kondisi industri hulu dan hilir yang
kompetitif.
• Mewujudkan ketahanan pangan melalui perbaikan supply chain dan kemitraan yang
berkesinambungan, dukungan teknologi serta basis data yang akurat demi tercapainya
ketersediaan pangan secara mandiri melalui dukungan unit usaha pangan nasional yang kuat.
• Food security untuk mengamankan pasokan produk pertanian bagi stabilisasi harga pangan.
• Akurasi data pertanian sebagai landasan kebijakan yang tepat bagi Pemerintah dan proyeksi
bisnis bagi dunia usaha.
• Menciptakan ketahanan pangan melalui penyempurnaan supply chain dan value chain dari
bahan baku hingga produksi bahan olahan pangan.
• Memperkuat kemitraan antara masyarakat dengan pelaku industri besar (pola Perkebunan Inti
Rakyat).
• Mekanisasi pertanian melalui percepatan adopsi teknologi mesin-mesin pertanian.
• Menyempurnakan kebijakan dukungan langsung kepada petani, dengan fokus utama pada
kebijakan dukungan langsung non-subsidi.
• Meningkatkan daya tarik pariwisata nasional berbasis bisnis model modern, SDM
berkualitas, dan sinergi pemerintah, dunia usaha serta masyarakat pariwisata.
• Optimalisasi manfaat dari promosi pariwisata yang sudah dilakukan menjadi aktivitas
bisnis riil untuk meningkatkan kinerja industri pariwisata.
• Memperluas cakupan kebijakan visa bebas kunjungan untuk meningkatkan
pertumbuhan wisatawan mancanegara.
• Mendorong terciptanya kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas aksebilitas, akomodasi, dan destinasi
wisata.
• Revisi regulasi perizinan dan perpajakan yang memberatkan Industri Pariwisata guna
menambah daya saing sektor pariwisata dalam mencapai target wisatawan mancanegara
dan pergerakan wisatawan nusantara.
• Meningkatkan kualitas SDM di sektor pariwisata dengan fokus pada pelatihan dan
sertifikasi kompetensi serta mendorong terciptanya link and match antara sekolah
vokasi dan industri pariwisata.
• Mendorong agar MICE dapat menjadi bagian penting dalam peningkatan kunjungan
wisman dan pergerakan wisatawan nusantara.
• Pemerintah melakukan pengawasan terhadap perkembangan platform / aplikasi digital
serta sarana penjualan online maupun virtual operator yang dimiliki asing guna
menciptakan persaingan usaha yang sehat terhadap perusahaan / pegusaha lokal.
10
• Kualitas pelayanan birokrasi kepada dunia usaha sangat ditentukan di hulunya yaitu kualitas kebijakan.
• Online Single Submission (OSS) perijinan usaha yang diterapkan dalam setahun terakhir mutal harus
untuk disinkronkan dengan kebijakan kementerian lembaga dan pemerintah daerah agar efektif
pelaksanaannya. Adanya sebagian kementrian lembaga pemerintah pusat yang belum menyusun
NSPK (norma standar prosedur dan kriteria), sebagian terbesar pemerintah daerah yang belum
menyusun rencana detail tata ruang menjadi contoh tidak sinkron nya kebijakan yang sangat
menghambat tujuan baik suatu kebijakan yang tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
• Dunia usaha merekomendasikan agar diterapkan semacam pilot project implementasi OSS dengan
fokus pada suatu industri tertentu yang dipilih sebagai unggulan dengan menerapkan prinsip pareto law
dalam pemilihannya, yang meskipun sedikit sektor yang dipilih namun implikasi ekonominya sangat
besar. Jika pelayanan OSS pada sektor prioritas tersebut telah dapat berlangsung dengan prima yang
dapat dicapainya melalui proses belajar berbagai trial & error dalam hal sistem IT maupun kapasitas
SDM petugas OSS maka implementasinya di seluruh sektor dapat dilaksanakan dengan baik.
• Dalam hal persaingan usaha meskipun mulai mendapatkan apresiasi atas peran KPPU
(Komite Pengawas Persaingan Usaha) namun kewenangannya yang absolut menjadi ancaman
bagi dunia usaha, Untuk menjamin kualitas kebijakan persaingan usaha yang sehat, APINDO
berpandangan rencana revisi UU Persaingan Usaha diharapkan memperhatikan beberapa hal
krusial di dalamnya.
• Mengenai DNI (Daftar Negatif Investasi) pemerintah semestinya membahasnya bersama
dengan dunia usaha agar tidak terjadi polemik di masyarakat ketika kebijakan DNI ditetapkan
dan diumumkan.
• Kualitas regulasi terkait perijinan usaha juga masih menjadi tantangan karena rejim perijinan
usaha masih heavily regulated. Dunia usaha mengakui pemerintah telah melakukan
pemangkasan sejumlah kewajiban peruijinan usaha, namun ratusan jenis perijinan usaha yang
masih ada baik yang berlaku lintas sektor maupun sektoral masih dinilai membebani.
12
• Untuk mendapatkan kualitas kebijakan yang baik dunia usaha meminta pemerintah melakukan
Regulatory Impact Assessment (RIA) untuk menilai cost & benefit atas suatu kebijakan dalam
proses penyusunan yang partisipatoris.
• Dengan dihapuskannya kewenangan pemerintah untuk membatalkan Peraturan Daerah (Perda) oleh
Mahkamah Konstitusi (MK), peran Pemerintah untuk supervisi proses penyusunan kebijakan daerah
harus ditingkatkan. Ketidakselarasan antara Perda dengan peraturan UU nasional baik UU, PP,
Perpres maupun Permen berpotensi memicu konflik pusat–daerah yang tidak sehat.
• Pengusaha juga sangat mengharapkan one map policy dapat diterapkan dengan baik. Tujuan baik
untuk memiliki referensi tunggal dalam kebijakan ini diharapkan akan menjamin kepastian hukum
dalam berbagai hal.
• Single identity perusahaan juga diharapkan memberi kepastian hukum bagi pengusaha. Dengan
single identity, berbagai macam kebutuhan terkait pendataan statistik, perpajakan, ketenagakerjaan
dan sebagainya dapat dilacak dengan baik sehingga memudahkan analisis industri dan menghindari
dispute data.
1
• Dengan total belanja anggaran APBN Indonesia yang terus meningkat, anggaran pendidikan
pun turut naik. Namun, dampaknya terhadap upaya menekan pengangguran (tingkat
pengangguran terbuka / TPT) masih belum optimal.
• Jumlah TPT yang tinggi merupakan akibat dari adanya ketidaksesuaian lulusan dengan
kebutuhan industri. Selain itu, besaran anggaran yang dikeluarkan pemerintah lebih banyak
menjadi bagian dari anggaran rutin. Anggaran belanja pendidikan masih terfokus pada belanja
rutin dan belanja sarana prasarana fisik, belum berfokus pada kualitasnya.
• Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu kunci meningkatkan daya saing.
Alokasi anggaran pendidikan SDM Indonesia dalam setiap APBN sudah sangat besar, dan
untuk 2019 serta tahun-tahun mendatang agar utilisasi dana dapat dieksekusi dan
dimanfaatkan secara signifikan serta tepat sasaran, dengan mengacu pada value for money.
16