ABSTRAK
Saga (Abrus precatorius) merupakan salah satu tanaman yang dikenal mempunyai
banyak aktivitas farmakologi. Biji saga digunakan oleh pengobat tradisional Ayurveda
sebagai bahan kontrasepsi oral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi fraksi biji n-heksana, fraksi kloroform, dan fraksi biji saga sebagai bahan
kontrasepsi pria. Fraksi-fraksi tersebut diberikan secara oral dengan dosis masing-
masing 75 mg/kg bb selama 20 hari. Sebanyak 20 ekor tikus jantan dengan berat badan
200-250 g berumur 2-2,5 bulan dikelompokkan menggunakan Rancangan Acak Lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan jumlah, motilitas, viabilitas serta
peningkatan abnormalitas spermatozoa yang signifikan dibandingkan kontrol. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji saga mempunyai efek terhadap reproduksi
pria yang menunjukkan potensi tanaman ini sebagai pengatur kesuburan pria.
Kata kunci: biji saga, kontrasepsi pria, kualitas sperma, jumlah sperma.
ABSTRACT
Key words: Abrus precatorius, male contraceptive, sperm quality, sperm count.
166
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
167
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
168
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
169
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
170
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
Tabel 1. Jumlah rata-rata sperma tikus setelah pemberian biji saga selama
20 hari
Perlakuan Jumlah Sperma (juta/ml)
Kontrol Na CMC 1% 59,60 ± 6,39a
Fraksi n-heksana (75 mg/kg bb) 17,80 ± 1,92b
Fraksi kloroform (75 mg/kg bb) 14,00 ± 2,24bc
Fraksi metanol (75 mg/kg bb) 9,00 ± 3,16d
Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan p<0,05
171
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
172
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
Testis merupakan organ yang penting pengujian statistik bobot testis tidak
dalam proses spermatogenesis ditemukan adanya perbedaan yang
karena di dalamnya terdapat tubulus signifikan dengan kelompok kontrol
sminiferus yang menjadi tempat maupun antar kelompok perlakuan
terbentuknya sperma. Pada (Tabel 4).
Tabel 3. Viabilitas dan abnormalitas sperma tikus akibat pemberian biji saga
selama 20 hari
Perlakuan Viabilitas (%) Abnormalitas(%)
a e
Kontrol Na CMC 1% 6,40±2,70 13,2 ± 1,30
bc f
Fraksi n-heksana (75 mg/kg bb) 28,00±6,16 24,00 ± 4,18
c gh
Fraksi kloroform (75 mg/kg bb) 31,00± 6,96 32,00 ± 6,52
d h
Fraksi metanol (75 mg/kg bb) 43,00± 2,92 37,60 ± 5,59
Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan bermakna, p<0,05
173
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
Tabel 4. Rata-rata bobot organ reproduksi akibat pemberian biji saga selama 20
hari pada tikus jantan
Bobot Organ (gram)
Perlakuan
Testis Epididimis Vesika Seminalis dan Prostat
Kontrol 2,09 ± 0,21 0,69 ± 0,12a 1,21 ± 0,24a
b
Fraksi n-heksana 2,16 ± 0,19 0,48 ± 0,12 0,75 ± 0,36b
b
Fraksi kloroform 2,03 ± 0,22 0,49 ± 0,04 0,76 ± 0,25b
ab ab
Fraksi metanol 2,28 ± 0,21 0,59 ± 0,06 0,96 ± 0,19
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan
(α=0,05)
174
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
di dalam tubuli seminiferi, yang tergolong terjadi karena adanya hambatan dalam
sebagai abnormalitas primer. Sementara epididimis sebagai tempat pematangan
abnormalitas sekunder terjadi setelah spermatozoa yang terjadi karena
spermatozoa meninggalkan tubuli berkurangnya hormon testosteron.
seminiferi dan selama perjalanannya Testosteron diperlukan untuk daya hidup
melalui epididimis (Toelihere, 1981). spermatozoa dalam epididimis (Arsyad,
Beberapa bentuk abnormalitas primer 1986). Adanya gangguan kerja hormon
antara lain kepala sperma terlalu besar akibat pemberian biji saga menyebabkan
atau terlalu kecil, kepala ganda, ekor daya hidup spermatozoa menurun
melingkar, putus, dan terbelah, yang juga sehingga banyak spermatozoa mati.
ditemui dalam penelitian ini. Semua fraksi biji saga dosis 75
Apabila sperma abnormal maka mg/kg bb menunjukkan penurunan
gerakan spermatozoa akan terganggu. jumlah dan motilitas spermatozoa
Spermatozoa normal akan bergerak dibandingkan kontrol dengan prosentase
progresif yaitu gerakan yang aktif maju ke yang berbeda, demikian juga terjadi
depan. Sedangkan motilitas sperma peningkatan abnormalitas dan viabilitas
abnormal meliputi gerak di tempat, gerak pada semua fraksi yang signifikan
berputar, dan gerak mundur. Motilitas dibandingkan kontrol. Untuk bobot organ
sperma memegang peranan penting reproduksi terdapat penurunan pada
dalam fertilitas. Persentase motilitas bobot epididimis, prostat, dan vesika
spermatozoa di bawah 40% menunjukkan seminalis, sementara pada testis tidak
semen yang kurang baik dan terdapat penurunan yang signifkan. Pada
berhubungan dengan infertilitas. pengukuran kadar testosteron juga
Indikator lain adalah viabilitas (daya terdapat penurunan yang signifikan
hidup) spermatozoa. Dengan rendahnya dibandingkan dengan kontrol.
viabilitas maka pembuahan tidak akan Biji saga mengandung golongan
terjadi sebab spermatozoa mati sebelum senyawa saponin, abrin, flavonoid,
membuahi sel telur. Spermatozoa dalam steroid, dan tanin. Senyawa-senyawa
perjalanannya menuju vas deferens tidak tersebut bisa masuk ke dalam pelarut
semuanya dapat mempertahankan dengan kepolaran yang berbeda dan
kehidupannya sehingga sebagian mati. kemungkinan memberikan efek
Menurunnya viabilitas spermatozoa bisa antifertilitas dengan mekanisme yang
176
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
berbeda pula. Abrin dan steroid adalah mengandung senyawa steroid akibat
senyawa yang diduga bertanggungjawab kemampuannya menarik senyawa non-
sebagai agen antifertilitas (Jahan et al., polar mengingat steroid secara umum
2009; Abu et al., 2012; Talukder et al., bersifat non-polar. Steroid diduga
2012). Steroid diduga bekerja dengan bertanggung jawab memberikan aktivitas
menghambat proses spermatogenesis antifertilitas (Talukder et al., 2012). Jika
sehingga menyebabkan gangguan dibandingkan dengan fraksi n-heksana,
produksi spermatozoa yang fraksi metanol biji saga memiliki aktivitas
menyebabkan penurunan jumlah lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
spermatozoa dan abnormalitas aktivitas abrin dalam fraksi metanol biji
spermatozoa (Talukder et al., 2012). Abrin saga lebih tinggi dibanding senyawa
diduga secara langsung berikatan dengan steroid dalam fraksi n-heksana biji saga
ribosom sehingga menghambat sintesis dalam menurunkan jumlah, motilitas, dan
DNA atau berinteraksi dengan morfologi spermatozoa tikus dengan
mitokondria sehingga dapat dosis yang sama.
menyebabkan motilitas spermatozoa Penurunan motilitas sperma
menurun (Benson et al., 1975; Narayanan setelah pemberian fraksi-fraksi biji saga
et al., 2004). diduga karena menurunnya sekresi zat-
Fraksi metanol biji saga pada zat penting dalam epididimis yang
parameter jumlah, morfologi, dan menunjang pematangan sperma seperti
motilitas menunjukkan kemampuan ion-ion anorganik, enzim, dan protein.
antifertilitas paling besar dibanding Saponin dalam biji saga diduga
perlakuan lain. Hal ini diduga karena mengakibatkan terjadinya gangguan kerja
adanya kandungan abrin mengingat sifat hormon testosteron dengan menurunkan
abrin yang polar sehingga larut dalam sekresi protein atau enzim di dalam
pelarut polar seperti metanol. lumen epididimis sehingga proses
Fraksi n-heksana biji saga pematangan spermatozoa dalam
menunjukkan adanya aktivitas epididimis terganggu. Sperma yang belum
antifertilitas dibandingkan dengan matang akan menghasilkan sedikit energi
perlakuan kontrol berdasarkan parameter sehingga motilitasnya kurang baik
jumlah, motilitas, dan morfologi (Nurhuda et al, 1995). Adanya
spermatozoa. Fraksi n-heksana diduga glikoprotein dalam cairan lumen
177
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
178
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
Pharmacology Advances,
Benson, S., Olsnes, S., Pihl, A., Skorve, J., 2(2):109-116.
dan Abraham, A.K., 1975. On the
mechanism of protein-synthesis Musafaah dan Noor, F.A., 2012. Faktor
inhibition by abrin and ricin. Eur. struktural keikutsertaan pria
J. Biochem. 59:573-580. dalam ber-Keluarga Berencana
(KB) di Indonesia (analisis data
BPS (Badan Pusat Statistik), 2014. SDKI 2007). Bul Penelit Kesehat,
Penduduk Indonesia menurut 40(3):154–161.
Provinsi 1971, 1980, 1990, 2000,
dan 2010; 2012. [dikutip 23 Mei Narayanan, S., Surolia, A., Karande, A.A.,
2014]. Diambil dari 2004. Ribosome-inactivating
http://www.bps.go.id/tab_sub/vi protein and apoptosis : abrin
ew.php?kat=1&tabel=1&daftar=1 causes cell death via
&id_subyek=12¬ab=1 mitochondrial pathway in jurkat
cells. Journal of Biochemical,
Engelina, N., Moeloek, dan Suhana, N., (377):233-240.
1989. Kemungkinan penggunaan
sulfasalazine sebagai kontrasepsi Nurhuda, Soeradi, O., Suhana, N., dan
pria. Jurnal Kedokteran dan Sadikin, M., 1995. Pengaruh
Farmasi, MEDIKA:15(1). pemberian ekstrak buah pare
dosis 750 mg/kg bb sampai dosis
Ganong, M.D. dan Wiliam, F., 2008. 2000 mg/kg bb terhadap jumlah
Fisiologi kedokteran Edisi 22. dan motilitas spermatozoa tikus
Terjemahan Brahm U. Pendit. jantan strain LMR. Jurnal
Jakarta: EGC Kedokteran. Kedokteran YARSI, 3(2):1-8.
Guyton, A.C., 1994. Buku ajar fisiologi Partodihardjo, S., 1980. Ilmu reproduksi
kedokteran. Edisi 7. Alih Bahasa: hewan. Jakarta: Mutiara Jakarta.
dr Ken Ariata Tengadi. Jakarta:
EGC. Pokharkar, R.D., Saraswat, R.K., dan
Kanawade, M.G., 2009.
Jahan, S., Rasool, S., Khan, M.A., Ahmad, Contraceptive evaluations of oil
M., Zafar, M., Arshad, M., dan extract of seeds on fertility of
Abbasi, A.M., 2009. Antifertility female rats. Vidyodaya Journal
effects of ethanolic seed extract Science, 3(2):41-46.
of Abrus Precatorius L. on sperm
production and DNA integrity in Purwaningsih , E. dan Soeradi, O., 1993.
adult male mice. Journal of Pemberian infusa buah manggis
Medicinal Plants Research, muda (Garcinia mangostana)
3(10):809-814. pada semen manusia dan
pengaruhnya terhadap motilitas,
Ligha, A.E. dan Oyibo, A.C., 2012. The viabilitas, dan integritas membran
effect of Indian liquorice on spermatozoa secara in vitro.
fertility potentials of male rat. Jurnal Kedokteran YARSI, 1(2):28-
Journal of Physiology and 38.
179
PHARMACY, Vol.11 No. 02 Desember 2014 ISSN 1693-3591
Sinha, S. dan Mathur, R.S., 1990. Effect of Toelihere, M.R., 1981. Fisiologi reproduksi
steroidal fraction of seeds of pada ternak. Bandung: Angkasa
Abrus precatorius L. on rat testis. Press.
Indian J. Exp. Biol., 28:752-756. Verma dan Chinoy, 2001. Effect of papaya
seed extract on
Talukder, S., Sarker, S., Hossain, M.A., microenvirontment of cauda
Khan, M.A.H., Hannan, M.A., dan epididimis. Asian J Andriol, 3:143-
Islam, M.T., 2012. Evaluation of 146.
fertility disrupting potentials of
Abrus precatorius seed extracts in Winarno dan Dian, 1997. Informasi
male rats for arresting tanaman untuk kontrasepsi
spermatogenesis and suppressed tradisional. Jakarta: Depkes.
fertility in vivo. Journal of Medical
& Allied Health Sciences, 1(1):12- Yatim, W., 1994. Reproduksi dan
19. embriologi. Bandung: Tarsito.
180