Anda di halaman 1dari 7

KARTIKA JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2014, 2 (1), 21-27 21

ISSN 2354-6565

UJI TERATOGENIK EKSTRAK AIR DAUN


KECUBUNG GUNUNG (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.)
PADA TIKUS WISTAR

Ita Nur Anisa1,Ismi Muslimah1, Afifah B. Sutjiatmo1, Andreanus A. Soemardji2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
2
Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung
ita.nuranisa@gmail.com

ABSTRAK

Daun dan Bunga Kecubung gunung secara empiris telah digunakan sebagai anti asma atau
bronkodilator. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan (Ita Nur Anisa,dkk) bahwa daun
kecubung gunung memiliki efek bronkodilator pada dosis 25 mg/kg bb dan hasil uji toksisitas
akut ekstrak air daun kecubung gunung menyebabkan 60% kematian pada hewan percobaan
pada dosis 5000 mg/kg bb. Untuk memperoleh informasi lebih spesifik, maka dilakukan uji
teratogenik untuk melihat abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian zat selama fase
perkembangan embrio atau organogenesis, meliputi abnormalitas bagian tubuh luar, jaringan
lunak serta kerangka fetus. Pengujian ini dilakukan secara in vivo pada hewan percobaan.
Ekstrak air daun kecubung gunung (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.) diberikan pada
tikus dewasa betina hamil pada dosis 23,77 mg/kg bb, 95,0 mg/kg bb dan 950,5 mg/kg bb
selama fase organogenesis secara peroral pada hari ke-6 sampai hari ke-15 kehamilan,
kemudian tikus dibedah pada hari ke-20 kehamilan. Pemberian dosis 950,5 mg/kg bb
menyebabkan penurunan bobot rata-rata induk pada H-20 kehamilan dan menyebabkan
penurunan jumlah fetus serta pemberian semua dosis uji menyebabkan penurunan bobot rata-
rata fetus. Penurunan tersebut berbeda bermakna secara statistic antara kelompok kontrol
dengan kelompok dosis uji pada (p<0,05). Semua dosis yang digunakan tidak berpengaruh pada
fisik fetus dan tidak menyebabkan kelainan pada jaringan lunak dan jumlah kerangka fetus.

Kata kunci : Kecubung gunung, Brugmansia suaveolens Bercht & Presl., Teratogenik, Fase
Organogenesis.

ABSTRACT

Leaves and Flowers Amethyst mountain empirically has been used as an anti-asthma or
bronchodilators. From the research that has been done (Ita Nur Anisa, et al) that the Amethyst
mountain leaves has a bronchodilator effect at a dose of 25 mg / kg bw and acute toxicity test
results amethyst mountain leaf aqueous extract caused 60% mortality in experimental animals at
a dose of 5000 mg / kg b. To obtain more specific information, then tested teratogenic to see
fetal abnormality that occurs due to the provision of substance during embryonic development
or organogenesis phase, including abnormalities of the body outside, soft tissue and fetal
skeleton. The test is performed in vivo in experimental animals. Water extract of leaves of
amethyst mountain (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.) Given to pregnant female adult
rats at a dose 23.77 mg / kg bw, 95.0 mg / kg bw and 950.5 mg / kg bw during organogenesis in
the oral phase of the day 6 to day 15 of pregnancy, then dissected rats on day 20 of pregnancy.
Giving a dose of 950.5 mg / kg bw caused a decrease in the average weight of the parent on the
H-20 pregnancy and cause a decrease in the number of fetuses as well as giving all test doses
causes a decrease in the average weight of the fetus. The decrease was statistically significant
difference between the control group with the test dose group (p <0.05). All doses used had no
effect on the fetus and cause no physical abnormalities in the soft tissues and the number of fetal
skeleton.

Ita dkk.
22 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27

Key words : Amethyst mountain, Brugmansia suaveolens Bercht & Presl, teratogenic,
OrganogenesisPhase.

PENDAHULUAN BAHAN DAN HEWAN UJI


Banyak ibu hamil memiliki kekhawatiran Bahan. Pengumpulan bahan uji daun
tersendiri terhadap efek samping dari zat kecubung gunung diambil dari Kebun
kimia obat sehingga memilih untuk Tanaman Obat Manoko Lembang.
mengkonsumsi obat tradisional atau obat Determinasi tanaman (Brugmansia
herbal untuk mengeliminasi efek samping suaveolens Bercht & Presl.) dilakukan di
dari zat kimia obat. Obat kimia maupun Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu
tradisional dapat menyebabkan efek yang Teknologi Hayati, Institut Teknologi
tidak dikehendaki pada janin selama masa Bandung. Daun kecubung gunung yang telah
kehamilan terutama pada fase embrionik juga dikumpulkan, disortasi, dicuci dan
fase organogenesis. Obat yang dikonsumsi dikeringkan kemudian dilakukan pengolahan
oleh ibu hamil dapat menembus plasenta menjadi serbuk simplisia selanjutnya
mencapai embiro atau janin sehingga dapat diekstraksi dengan air secara perebusan.
menimbulkan efek sistemik. Dalam plasenta, Hewan uji. Hewan percobaan yang
obat mengalami biotransformasi dan dapat digunakan adalah tikus betina dan tikus
membentuk senyawa reaktif yang bersifat jantan galur Wistar dengan berat badan 180-
teratogenik (Anastasia Kristiani Ong, 2013). 230 gram dan berumur kurang lebih antara 8-
Penggunaan obat secara tradisional dalam 12 minggu dalam kondisi sehat dan normal
pembuktiannya dilakukan secara empiris, yang diperoleh dari Pusat Ilmu Hayati
salah satunya adalah tanaman kecubung. Institut Teknologi Bandung.
Kecubung ada beberapa jenis, diantaranya
kecubung gunung marga Brugmansia serta METODE
kecubung pendek dan kecubung wuluh
Pembuatan Ekstrak Air Daun
marga Datura. Ketersediaan kecubung marga
Kecubung Gunung (Brugmansia
Brugmansia lebih banyak dan khasiat serta
suaveolens Bercht & Presl.). Simplisia
efeknya belum banyak terpublikasikan.
diekstraksi dengan air secara perebusan.
Kecubung gunung secara empiris telah
Serbuk simplisia daun kecubung gunung
digunakan orang sebagai anti asma atau
yang digunakan sebanyak 1,0 kg dengan
bronkodilator. Bagian tanaman yang
pelarut air sebanyak 6 L.
digunakan adalah daun dan bunga dengan
Perebusan dilakukan secara berulang
cara dihisap (Hutapea, 1993).
sebanyak 3 kali pada suhu 90C selama 15-
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
30 menit sampai didapatkan ekstrak cair.
(Ita Nur Anisa dkk, 2013), ekstrak air daun
Ekstrak cair disaring, kemudian di waterbath
kecubung gunung memberikan efek
kemudian dilakukan pengeringan dengan
bronkodilator pada dosis 25 mg/kg bb.Dari
menggunakan freeze dry. Rendemen ekstrak
hasil uji toksisitas akut yang telah dilakukan,
air daun kecubung gunung sebesar 22,68%.
ekstrak air daun kecubung gunung
menyebabkan 60% kematian pada hewan Pengujian Teratogenik Ekstrak Air
percobaan pada dosis 5000 mg/kg bb. Daun Kecubung Gunung (Brugmansia
Uji teratogenik bertujuan untuk melihat suaveolens Bercht & Presl.). Uji teratogenik
adanya abnormalitas fetus yang terjadi ekstrak air daun kecubung gunung
karena pemberian zat selama masa (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.)
perkembangan embrio atau organogenesis, diuji dengan metode in vivo, dan
meliputi abnormalitas bagian tubuh luar, prosedurnya adalah sebagai berikut :
jaringan lunak serta kerangka fetus. 1. Hewan percobaan dibagi kedalam 5
kelompok yang masing-masing terdiri
dari 5 ekor tikus betina
Kelompok kontrol diberi CMC Na
0,5% secara peroral (p.o)

Ita dkk.
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27 23

Kelompok pembanding diberi 5- jumlah fetus. Fetus dimasukkan kedalam


fluorourasil dosis 10 mg/kg bb botol yang berisi larutan etanol 90%
secara intraperitonial (i.p) selama 1-2 minggu. dan diberi nomor
Kelompok uji 1 ekstrak air daun induk serta nomor fetus.
kecubung gunung dosis 23,77 mg/kg 8. Pengawetan fetus untuk penilaian
bb secara p.o. jaringan lunak sebanyak dua-pertiga dari
Kelompok uji 2 ekstrak air daun jumlah fetus. Fetus dimasukkan kedalam
kecubung gunung dosis 95,0 mg/kg botol yang berisi larutan bouin selama 1-
bb secara p.o. 2 minggu dan diberi nomor induk serta
Kelompok uji 3 ekstrak air daun nomor fetus.
kecubung gunung dosis 950,5 mg/kg 9. Pembuatan preparat kerangka fetus tikus
bb secara p.o. Fetus dalam botol fiksasi yang berisi
2. Penentuan tahap siklus estrus pada tikus larutan etanol 90% diambil,
betina dewasa. Tikus dari masing-masing dikeringkan, lalu dikuliti. Daging
kandang diambil, kemudian kedalam dan organ bagian dalam dibuang
lubang vaginanya dimasukkan ujung setelah itu dimasukkan kembali
pipet yang berisi larutan NaCl 0,9% lalu dalam botol fiksasi.
disemprotkan dan disedot dengan pipet Penjernihan fetus dalam botol fiksasi
beberapa kali didalam vagina tikus. berisi larutan KOH 0,5% selama 1
Cairan vagina diambil sedikit didalam hari.
pipet lalu diteteskan pada kaca objek lalu Pemutihan fetus dalam botol fiksasi
ditambahkan sedikit metilen blue 0,1% berisi larutan H2O2 1% selama 1 hari.
sambil diratakan, preparat didiamkan Pewarnaan fetus dalam botol fiksasi
sampai sedikit kering, cairan vagina berisi larutan alizarin red 0,1%
diperiksa dibawah mikroskop pada selama 1 hari.
pembesaran 40-100 kali, dilihat adanya Pembersihan akhir fetus dalam botol
sel epitel berinti, sel epitel bertanduk, fiksasi berisi larutan gliserol 5%,
leukosit dan lendir. gliserol 20%, gliserol 40%, dan
3. Pembuktian terjadinya perkawinan pada gliserol 80% masing-masing selama
tikus betina dan menentukan hari 1 minggu.
pertama kehamilan. Tikus betina yang Penilaian kerangka diamati bagian
telah disatukan dengan tikus jantan belakang yaitu tulang tengkorak,
diambil dari masing-masing kandang lalu tulang belakang dan tulang rusuk.
diamati vaginanya. Bila ditemukan Kemudian diamati kerangka rongga
bercak sumbat vagina, tikus dinyatakan mulut, anggota bagian depan dan
kawin. Bila sumbat vagina tidak belakang.
ditemukan, dibuat apusan vagina untuk 10. Penilaian jaringan lunak atau organ fetus.
pembuktian perkawinan. Tikus Fetus yang telah difiksasi dalam larutan
dinyatakan kawin apabila pada cairan bouin dikeluarkan dari botol,
apusan vagina ditemukan adanya sperma dikeringkan, lalu disayat dengan pola
dan dinyatakan sebagai hari ke-0 tertentu.
kehamilan. Pertama penyayatan pada bagian
4. Pemberian sediaan diberikan pada tikus kepala atas diantara kedua rahang
hamil di hari ke-6 sampai hari ke-15 dan disebelah bawah telinga dan
kehamilan. permukaan langit-langit mulut
5. Pada hari ke-20 kehamilan, dilakukan diperiksa. Amati lobus, mata, hidung
anestesi pada tikus untuk dilakukan dan mulut.
pembedahan. Penyayatan dilanjutkan ke rongga
6. Fetus dibersihkan, ditimbang dan dicatat dada fetus dari leher ke bagian
satu persatu lalu di fiksasi. bawah paru-paru sampai diafragma
7. Pengawetan fetus untuk penilaian untuk pengamatan jantung dan paru-
kerangka sebanyak satu-pertiga dari paru.

Ita dkk.
24 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27

Kemudian penyayatan ke bagian pada sel epitel bertanduk pada apusan


perut untuk mengeluarkan organ dan vagina.
pengamatan organ meliputi hati, Ekstrak air daun kecubung gunung
limpa, pankreas, lambung, usus dan diberikan secara peroral pada fase
ginjal secara makroskopis. organogenesis yang merupakan masa kritis
kehamilan dari tikus yaitu pada hari ke-6
HASIL PENELITIAN DAN sampai hari ke-15 kehamilan. Pada fase
PEMBAHASAN organogenesis ini merupakan tahap
pembentukan organ dan sel mengalami
Pada pengujian teratogenik, digunakan
proses diferensiasi.
hewan percobaan tikus betina dan tikus
Pada hari ke-20 kehamilan, tikus hamil
jantan dewasa galur Wistar berumur 8-12
dibedah lalu fetus dikeluarkan dari uterus
minggu. Tikus digunakan sebagai hewan
induk dan dilakukan pengamatan pada fetus.
percobaan karena memiliki masa kehamilan
Pengamatan terhadap fetus dilakukan dengan
yang singkat yaitu selama 21 hari, jumlah
pembedahan karena jika tikus yang
janin yang dilahirkan banyak, serta
melahirkan secara spontan cenderung
pemeliharaan yang mudah juga murah.
memakan anaknya yang cacat, yang mati
Siklus estrus tikus singkat yaitu selama 5 hari
atau hampir mati sehingga akan
dan masa estrus selama 9-15 jam. Hasil
mempengaruhi hasil perhitungan data, selain
proses perkawinan yang mudah dikenali
itu jumlah resorpsi dapat teramati (Almahdy
dengan melihat adanya sumbat vagina atau
dkk, 2004).
ditemukan adanya sperma yang menempel

Tabel 1. Bobot Rata-Rata Induk Tikus Pada H-0 dan H-20 Kehamilan
Rata-Rata Bobot Badan
Jumlah Tikus Probabilitas
Perlakuan (gram)
Yang Diamati
H-0 H-20 H-0 H-20
K 5 221,48,473 330,413,35 0,659 0,639
P 5 180,812,46 212,624,89 0,000a 0,000a
D1 5 228,26,38 331,26,87 0,190 0,908
D2 5 218,83,271 316,220,4 0,540 0,229
D3 5 224,65,857 307,66,066 0,507 0,015a
Keterangan:
K = Kelompok kontrol CMC Na 0,5%
P = Kelompok pembanding 5-fluorourasil dosis 10 mg/kg bb
D1 = Kelompok dosis 23,77 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
D2 = Kelompok dosis 95,0 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
D3 = Kelompok dosis 950,5 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
a = Ada perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol pada uji T-test (p<0,05)

Bobot Rata-Rata Induk Tikus H-0 Kehamilan

250
200
150
100
50
0

Gambar 1. Diagram batang bobot rata-rata induk tikus H-0 kehamilan

Ita dkk.
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27 25

Bobot Rata-Rata Induk Tikus H-20 Kehamilan

400
300
200
100
0

Gambar 2. Diagram batang bobot rata-rata induk tikus H-20 kehamilan

Dari hasil penelitian yang telah menunjukkan adanya perbedaan bermakna


dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak air bobot rata-rata induk pada H-20 kehamilan
daun kecubung gunung menyebabkan antara kelompok kontrol dengan kelompok
penurunan bobot badan induk dengan dosis 950,5mg/kg bb(p<0,05).
peningkatan dosis. Hasil statistik

Tabel 2. Bobot Rata-Rata Fetus


Bobot Badan Rata-
Jumlah Tikus Yang
Perlakuan Jumlah Fetus Rata Fetus Tikus Probabilitas
Diamati
(gram)
K 5 76 4,080,08 0,021
D1 5 60 3,400,05 0,027a
D2 5 57 3,210,03 0,004a
D3 5 49 3,250,06 0,006a
Keterangan:
K = Fetus kelompok kontrol CMC Na 0,5%
D1 = Fetus kelompok dosis 23,77 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
D2 = Fetus kelompok dosis 95,0 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
D3 = Fetus kelompok dosis 950,5 mg/kg bb ekstrak air daun kecubung gunung
a = Ada perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol pada uji T-test (p<0,05)
Fetus pada kelompok pembanding tidak teramati karena semua fetus mengalami resorpsi (fetus tidak
berkembang)

Bobot Rata-Rata Fetus

5
4
3
2
1
0
K D1 D2 D3

Gambar 3. Diagram batang bobot rata-rata fetus

Ita dkk.
26 Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27

Dari hasil penelitian juga menunjukkan intraperitonial pada hari ke-6 sampai hari ke-
bahwa ekstrak air daun kecubung gunung 15 kehamilan. Induk tikus mengalami
memberikan efek pengurangan jumlah fetus penurunan bobot badan dan terjadi resopsi
dan penurunan bobot badan fetus. Hasil pada semua fetus dari semua induk tikus. Hal
statistik menunjukkan adanya perbedaan ini disebabkan karena 5-FU menimbulkan
bermakna antara kelompok kontrol dengan gangguan perkembangan sel dan akhirnya
kelompok uji dosis 950,5 mg/kg bb (p<0,05) menyebabkan kematian sel.
dimana jumlah fetus menurun pada dosis
tersebut. Hal tersebut karena semakin tinggi KESIMPULAN
dosis akan mempengaruhi pembelahan sel
Ekstrak air daun kecubung gunung
fetus sehingga frekuensi pembelahan sel
(Brugmansia suaveolens Bercht & Presl.)
menurun, juga dapat menyebabkan resorpsi
tidak memiliki efek teratogenik. Ekstrak air
dan kematian pada sebagian fetus. Jumlah
daun kecubung gunung menyebabkan
penurunan fetus yang terjadi tidak sama pada
penurunan bobot rata-rata induk pada H-20
setiap induk karena respon yang berbeda
kehamilan dan menyebabkan penurunan
antara setiap induk terhadap ekstrak
jumlah fetus pada dosis 950,5 mg/kg bb,
(Anastasia Kristiani Ong, 2013).
serta penurunan bobot rata-rata fetus pada
Hasil statistik juga menunjukkan bahwa
semua kelompok dosis uji yaitu dosis 23,77
adanya perbedaan bermakna antara
mg/kg bb, 95,0 mg/kg bb dan 950,5 mg/kg
kelompok kontrol dengan semua kelompok
bb. Meskipun tidak memiliki efek
dosis uji (p<0,05) yang menunjukkan terjadi
teratogenik tetap harus berhati-hati jika
penurunan bobot rata-rata fetus pada
diberikan pada wanita hamil.
pemberian ekstrak air daun kecubung gunung
dosis 23,77 mg/kg bb, 95,0 mg/kg bb dan
UCAPAN TERIMA KASIH
950,5 mg/kg bb. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak air kecubung gunung dapat Terima kasih penulis sampaikan kepada
mengurangi jumlah fetus serta dapat LPPM UNJANI yang telah mendukung
menurunkan bobot badan fetus. penelitian ini.
Pada pengamatan jaringan lunak atau
organ, organ yang diamati meliputi lobus DAFTAR PUSTAKA
otak, mata, hidung, mulut, jantung, paru- Almahdy, dkk, 2004,Uji Aktivitas
paru, hati, limpa, lambung, usus, ginjal, Teratogenisitas Ekstrak Etanol Daun
testis, ovarium, tangan dan kaki. Hasil Inggu (Ruta graveolens Linn) Pada
pengamatan pada bagian organ fetus tidak Mencit Putih, Jurusan Farmasi Fakultas
ditemukan adanya kelainan pada semua dosis MIPA Universitas Andalas. Jurnal Sains
uji. dan Teknologi Farmasi 9(2): 82-87.
Pada pengamatan kerangka, pengamatan
dilakukan terhadap jumlah dan kelainan yang Anisa, Ita Nur dan Andreanus A. Soemardji.
mungkin terjadi pada proses pembentukkan 2013. Uji Efek Bronkodilator Ekstrak Air
tulang. Susunan dan jumlah rangka normal Daun dan Bunga Kecubung Gunung
adalah 7 tulang serviks, 12 tulang toraks, 6 (Brugmansia suaveolens Bercht & Presl).
tulang lumbar, 4 tulang sakral, 2-3 tulang Laporan Penelitian, Cimahi, Jurusan
kaudal. Jumlah normal ruas tulang anggota Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
depan adalah 5 ruas tulang distal, 4 ruas Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
tulang proksimal dan 5 ruas tulang Achmad Yani.
metakarpal (tulang tangan). Pada anggota Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
bagian belakang adalah 5 ruas tulang distal, 4 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi
ruas tulang proksimal dan 5 ruas tulang Untuk Ibu Hamil dan Menyusui.Depkes,
metatarsal (tulang kaki). Hasil pengamatan Jakarta.
kerangka fetus tidak ditemukan adanya
kelainan pada semua dosis uji. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Pada dosis pembanding digunakan 5- Makanan. 2009. Prosedur Operasional
fluorouracil (5-FU) dosis 10 mg/kg bb secara

Ita dkk.
Kartika J. Ilm. Far, Jun 2014, 2 (1), 21-27 27

Baku UJi Toksisitas. Jakarta: Departemen Ong, Kristiani Anastasia. 2013. Uji
Kesehatan Republik Indonesia. Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Alpukat
(Persea Americana Mill) Pada Mencit
Hutapea.J.R.dkk. 1993. Inventaris Tanaman
Betina (Mus Musculus). Calyptra: Jurnal
Obat Indonesia jilid II, Departemen
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya
Kesehatan Republik Indonesia,
2(1).
Balitbangkes, Jakarta.

Ita dkk.

Anda mungkin juga menyukai