Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik)
adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi
pemerintahan itu sendiri. perlayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi
dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi,
kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan
lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam,
memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi
publik.

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan


penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam
kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun
kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan
penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus
dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara
dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya
untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan
penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum
yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

1
baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan
penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik
Hasil Riskesdas 2013 tentang kunjungan masyarakat ke tempat
pengobatan / Pos Desa kabupaten sampang 54,2%, sedangkan
Puskesmas Bunten Barat dari 7 desa yang ada di puskesmas Bunten
Barat, 5 desa di antaranya yang hasilnya sangat memprihatinkan rata
– rata hasilnya 50 % yang memanfaatkan Polindes tersebut, antara
lain desa Bunten Barat, desa Bunten Timur, Desa Ketapang laok, Desa
Paopale Laok dan Desa Banyosokah. Hal ini disebabkan karena lokasi
jauh dari tempat bidan desa, juga tidak ada POD (Pos Obat Desa).
Sebagai upaya untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat maka diperlukan adanya bentuk inovasi pelayanan. Oleh
karena itu dalam rangka menunjang kegiatan tersebut maka
Puskesmas Bunten Barat mempunyai kewajiban untuk dapat
mensukseskan hal tersebut. Data menunjukkan bahwa ada 5 dusun
terpencil dari jumlah dusun yang ada sebanyak 42 dusun, ini
menunjukkan bahwa ada 11,90 % wilayah Puskesmas Bunten Barat
yang terpencil. Sasaran yang besar ini merupakan sasaran potensial
untuk mengembangkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
Pelayanan Kesehatan Dasar, sedangkan data kondisi wilayah selain
pegunungan, infrastruktur jalan rusak dan Akses ke tempat sarana
Kesehatan lumayan jauh kurang lebih 5 Km dan memerlukan waktu
untuk ke tempat Pelayanan Kesehatan kurang lebih 30 menit karena
berjalan kaki. Selain itu data cakupan kunjungan di 5 dusun tersebut
menunjukkan bahwa jarang dikunjungi oleh petugas kesehatan, rata –
rata per tahun hanya 4 kali kunjungan (setiap tiga bulan sekali). Hal
inilah yang menuntut saya untuk tertarik berinovasi memunculkan
kunjungan petugas Kesehatan ke tempat terpencil di wilayah
Puskesmas Bunten Barat. Selain pemerataan pelayanan kesehatan ke
masyarakat, mengurangi angka kesakitan juga meningkatkan derajat

2
kesehatan masyarakat di daerah terpencil tersebut. Sesuai dengan Visi
Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang “Mewujudkan birokrasi sehat,
masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat, demi tercapainya
Kabupaten Sampang yang bersahabat”. Dan Visi Puskesmas Bunten
Barat “Loyalitasku hanya kepada masyarakat dan kepuasan
masyarakat kami utamakan”.
Agar tercapainya keberhasilan program-program kesehatan
tersebut, pemerintah pun harus siap untuk memfasilitasi masyarakat
yang mencakup pemberian pengetahuan, pemahaman, sarana dan
prasarana. Pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan dengan
penyuluhan, sedangkan sarana dan prasarana adalah melalui
pelayanan kesehatan masyarakat, dalam hal ini adalah Puskesmas
yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam usaha
pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan kesehatan.

B. Tujuan dan Manfaat Proyek Perubahan


1.TUJUAN
Tujuan yang diharapkan dari Meningkatkan Cakupan
Pelayanan Kesehatn Melalui Kunjungan Tim Kesehatan Ke
Wilayah Terpencil Puskesmas Bunten Brat adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan wilayah
Puskesmas Bunten Barat dengan melalui kunjungan tim ke
daerah terpencil Puskesmas Bunten Barat
2) Meningkatnya pelayanan kesehatan di wilayah terpencil
Puskesmas Bunten Barat
b. Tujuan Jangka Menengah
Meningkatnya pemerataan pelayanan kesehatan dasar di
wilayah Puskesmas Bunten Barat
c. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatnya pelayanan kesehatan di semua wilayah
Puskesmas Bunten Barat.

3
2. MANFAAT
a. Manfaat bagi Orang lain / Masyarakat
Masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan di seluruh
wilayah kerjanya
b. Manfaat bagi Puskesmas Bunten Barat
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Dasar yang bermutu dan
terjangkau di seluruh wilayah Puskesmas Bunten Barat
c. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang
a. Terwujudnya masyarakat yang sehat dan kuat di Kabupaten
Sampang
b. Tercapainya Visi dan Misi Kabupaten Sampang dalam
mewujudkan pembangunan kesehatan

C. Area dan Ruang Lingkup Proyek Perubahan


Area proyek perubahan pada kertas kerja ini sesuai Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 tentan Road Map Reformasi Birokrasi bahwa
area yang menjadi dasar proyek perubahan adalah Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik.
Ruang lingkup proyek perubahan dalam upaya meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan melalui kunjungan tim kesehatan ke
wilayah terpencil Puskesmas Bunten Barat, meliputi :
a. Membentuk tim
b. Membangun komitmen
c. Koordinasi dengan pemerintahan desa di daerah terpencil
d. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan di daerah terpencil

D. Kriteria Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan dalam pelaksanaan
kegiatan proyek perubahan ini adalah;

4
a. Terlaksananya pembentukan tim kesehatan yang siap dikirim ke
wilayah terpencil Puskesmas Bunten Barat.
b. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara merata di wilayah
Puskesmas Bunten Barat.
c. Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar saat pelayanan
kesehatan di daerah terpencil

5
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN


Output kunci Proyek Perubahan diperlukan atas dasar pentingnya
pelayanan public dalam perwujudan good governance yang secara
terus menerus membutuhkan responsivitas dan kecakapan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Output kunci menjadi
indikator kinerja, tanpa indicator kinerja sulit menilai keberhasilan atau
kegagalan suatu kinerja organisasi, dan yang menjadi output kunci
dalam proyek perubahan ini adalah sebagai berikut :

NAMA DESKRIPSI
a. Jangka Pendek
1. Pelayanan Tim kesehatan mendatangi daerah
kesehatan di terpencil seminggu 2 Kali dalam
daerah terpencil memberikan pelayanan kesehatan di
2. Tim kesehatan daerah terpencil
yang solid
b. Jangka Menengah
Meningkatnya kualitas Meningkatkan kualitas pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan di daerah terpencil dengan
di daerah terpencil membentuk pos pelayanan kesehatan

c. Jangka Panjang
Membentuk pos Membuat pelayanan kesehatan di
pelayanan pembantu daerah terpencil

B. Pentahapan Proyek Perubahan


Pentahapan Proyek Perubahan terdiri dari Tahap Jangka Pendek
dan Jangka Menengah. Tahapan Jangka Pendek dan Menengah wajib
dilaksanakan sebagai implementasi Proyek Perubahan Peserta Diklat
PIM IV Angkatan XXVIII. Tahapan Jangka Pendek dan Menengah
dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

6
NO. TAHAP UTAMA WAKTU
JANGKA PENDEK (tgl22 September s/d 6
Desember 2014)
1 Menghadap dan konsultasi dengan Mentor Minggu ke – IV
bln September
2014
2 Membentuk tim kerja Minggu ke – IV
bln September
2014
3 Rapat koordinasi persiapan proyek perubahan Minggu ke – IV
bln September
2014
4 Rapat menyusun daftar dan Jadwal pelayanan Minggu ke – V
yang akan diberikan di daerah terpencil bln September
(SOSIALISASI KE TOMA TOGA) 2014

5 Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan Minggu ke – II bln


kesehatan di daerah terpencil Oktober 2014

6 Melaksanakan kunjungan pelayanan kesehatan Minggu ke – III


di daerah terpencil bln Oktober s/d
minggu ke- IV bln
Nopember 2014
7 Rapat evaluasi pelayanan kesehatan di daerah Minggu ke – IV
terpencil Nopember- bln
Desember 2014
II JANGKA MENENGAH
1 Membuat pos pelayanan pembantu dalam Minggu ke - 2 s/d
pelayanan kesehatan di daerah terpencil 31 Desember

2 Membentuk tim tenaga kesehatan dalam Minggu ke - 2 s/d


membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan di 31 Desember
daerah terpencil
III JANGKA PANJANG (Tahun2015)
1 Meningkatkan KUNJUNGAN pelayanan Tahun 2015
kesehatan di daerah terpencil

7
C. Tata Kelola Proyek Perubahan

Gambaran struktur tim/orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek


perubahan dapat dilihatn pada bagan dibawah ini :

Gambar Struktur Tim Kerja Rincian tugas masing-masing

 Mentor :
Mentor  Project Leader :
Kepala Bidang
Kepala UPT Puskesmas Bunten Barat
kesehatan Keluarga
(ACHMAD YANI, S.Kep)
(ASRULSANI.SKM.
a. Sebagai pengatur / pengendali dalam
M.kes) Project
Coach pelaksanaan kegiatan dan
Leader
a. Memberikan
memberikan arahan detail kerja ke tim
persetujuan,
kerja yang dipilihnya.
dukungan, arahan
b. Melaporkan hasil kegiatan secara
Tim Kerja
atas keseluruhan
keseluruhan kepada Mentor.
program strategis
b. Membantu  Tim Kerja
menyelesaikan a. Memberikan dukungan secara
hambatan berkelanjutan selama masa proyek.
b. Membantu implementasi proyek
perubahan
c. Membantu menyelesaikan hambatan
yang terjadi.
 Coach ;
Ir. KURTINI HANAFIFA,M.Sp.
Widyaiswara Madya Badan Diklat
Provinsi JawaTimur
a. Membekali peserta dengan
kompetensi yang diperlukan selama
tahap Talking Ownership dan tahap
Laboratorium Kepemimpinan.
b. Memotivasi peserta melalui konsultasi
selama tahap Taking Ownership dan
tahap Laboratorium Kepemimpinan.

D. Stakeholders
Stakeholder didefinisikan sebagai “perorangan maupun
kelompok-kelompok yang tertarik, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh
oleh tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan sebuah Tim”.

8
Dalam organisasi publik, sangat penting untuk mengetahui
siapa stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap
program yang dimiliki oleh organisasi. Untuk itu perlu dikenali jenis
stakeholder sebagai berikut :
1. Stakeholder primer, yaitu mereka yang langsung dipengaruhi oleh
program yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh
disini dapat bersifat positif maupun negatif.
2. Stakeholder sekunder, yaitu mereka yang tidak langsung
dipengaruhi oleh program yang dijalankan oleh organisasi publik
tertentu. Pengaruh disini dapat bersifat positif maupun negatif.
3. Stakeholder utama, yaitu mereka yang bisa memiliki pengaruh
positif/negatif terhadap program pemerintah dan keberadaaan
mereka sangat penting bagi organisasi yang memiliki program
tersebut.
Dalam konteks membangun Tim yang efektif , upaya
mempengaruhi Stakeholder perlu diawali dengan pengelompokan
stakeholder berdasarkan pengaruh dan kepentingan yang dimilikinya.
Stakeholder atau pemangku kepentingan yang bekaitan dengan
Proyek Perubahan ini adalah :
a. Stakeholder Internal
Kabid Kesehatan Keluarga (selaku Mentor)
Kasubbag Tata Usaha
Koordinator UKP dan Koordinator UKM
b. Stakeholder Eksternal
Kepala Desa
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang
E. Faktor Kunci Keberhasilan
Faktor-faktor Kunci keberhasilan, Critical Succes Faktor (CSFs),
didefinisikan oleh Rockart (1979) sebagai aspek-aspek tertentu yang
dapat menunjukkan keberhasilan suatu organisasi.

9
Aspek-aspek ini harus berjalan sesuai dengan apa yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi, jika organisasi ingin menunjukkan keberhasilan
kinerjanya. Faktor-faktor Kunci keberhasilan tidak hanya bermanfaat
pada individu dalam organisasi, tetapi juga bagi organisasi itu sendiri.
Pada level individual factor kunci keberhasilan mempresentasikan
karakteristik, tindakan, kondisi, atau tingkah laku yang harus
ditingkatkan atau pundi kendalikan dalam rangka memfokuskan diri
pada upaya memberikan kontribusi pada organisasi dalam
mewujudkan visi dan misinya.
Faktor kunci upaya meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan melalui
kunjungan tim kesehatan ke wilayah terpencil Puskesmas Bunten Barat,
adalah :
a. Adanya dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang
b. Komitmen anggota tim kesehatan
c. Komunisasi dengan coach sangat efektif

F. Target Capaian Proyek Perubahan

BOBOT
NO. TAHAP UTAMA
TARGET (%)
JANGKA PENDEK (tgl20 Agustus s/d 26
Desember 2014)
1 Menghadap dan konsultasi dengan Mentor 10
2 Membentuk tim kerja 15

3 Rapat koordinasi persiapan proyek perubahan 10

4 Rapat menyusun daftar dan Jadwal pelayanan 10


yang akan diberikan di daerah terpencil
(SOSIALISASI KE TOMA TOGA)

5 Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan 15


kesehatan di daerah terpencil
6 Melaksanakan kunjungan pelayanan kesehatan 30
di daerah terpencil

10
7 Rapat evaluasi pelayanan kesehatan di daerah 10
terpencil

Jumlah 100

G. Hasil Adopsi Benchmarking


Benchmarking ke best practice adalah suatu kegiatan yang tidak
terpisahkan dengan penyusunan Rancangan Proyek Perubahan dan
Implementasi Proyek Perubahan, yaitu proses pembelajaran yang
diarahkan pada upaya untuk mengadopsi dan mengadaptasi best
practice guna pemantapan rancangan proyek perubahan dan
memperlancar implementasi proyek perubahan instansional.
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan pada
suatu lokus (daerah / instansi) tertentu yang diharapkan mempunyai
keterkaitan erat dengan rancangan proyek perubahan instansional
peserta. Untuk itu dalam rangka penyusunan Rancangan Proyek
Perubahan Instansional yang sedang dilakukan oleh peserta Diklat
Kepemimpinan Tingkat IV Provinsi Jawa Timur Angkatan XXVIII Tahun
2014 di Kabupaten Sampang, diperlukan kegiatan benchmarking untuk
mendapatkan input guna perkuatan rancangan proyek perubahan
dimaksud. Melalui kegiatan benchmarking diharapkan dapat
membekali peserta dengan kemampuan mengadopsi dan
mengadaptasi keunggulan organisasi yang dijadikan obyek
benchmarking yang memiliki best practice dalam pengelolaan
program.
Selain itu, kegiatan benchmarking juga diharapkan dapat memberi
bekal tambahan kepada peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV
dalam memasuki tahap Breaktrought II sebagai tahap Laboratorium
Kepemimpinan, dimana peserta diklat akan mengimplementasikan
proyek perubahan di instansi masing-masing. Keunggulan berupa best

11
practice yang berhasil diadopsi dan diadaptasi selama kegiatan
benchmarking akan sangat bermanfaat bagi upaya mengadaptasi
berbagai hambatan yang mungkin timbul sehingga peserta dalam
memimpin perubahan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil
mencapai target dan tujuan proyek perubahan.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan Benchmarking ini adalah :
1. Mengidentifikasi best practice pengelolaan program organisasi
2. Menyusun lesson learned (pelajaran yang dipelajari) dari best
practice;
3. Mengadaptasi best practice untuk keperluan pemantapan proyek
perubahan instansional.
INSTANSI YANG DIKUNJUNGI (MITRA BENCHMARKING) :
1. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo
Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo adalah:
“TERWUJUDNYA KOMUNIKASI DAN INFORMASI YANG
HANDAL BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MENUJU
PROBOLINGGO KOTA JASA YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN”

Misi Dinas Komunikasi dan Informatika (BPBD) Kota Probolinggo


adalah :
1. Terwujudnya tertib administrasi kepegawaian dan kearsipan
Serta peningkatan hubungan interaktif melalui pemanfaatan
teknologi informasi;
2. Meningkatnya jumlah penyebaran informasi publik ke
masyarakat Kota Probolinggo;
3. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan efisien dalam rangka
mewujudkan Kota Probolinggo maju dan sejahtera;
4. Terwujudnya sumber daya telematika yang handal dan berdaya

12
Saing serta ramah lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Probolinggo Nomor 04 tahun 2012 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Probolinggo dan Peraturan
Walikota Probolinggo Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Probolinggo.
Bagan struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Probolinggo adalah sebagai berikut :
Program unggulan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo
adalah program gelar disiminasi informasi pelayanan terpadu pada
masyarakat. Program unggulan ini telah membawa Kota Probolinggo
dinobatkan sebagai juara 1Pekan KIM Jawa Timur,
Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo
VISI
Menuju Probolinggo Kota Seribu Taman, Bersih, Indah, Rapi & Ramah
Lingkungan
MISI
1. Penanganan Kebersihan & Keindahan Kota Secara Partisipatif.
2. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
3. Pengendalian Kerusakan & Pencemaran Lingkungan Hidup.
4. Pembinaan Melalui Informasi & Pendidikan Lingkungan.
5. Pengelolaan & Pemanfaatan Sampah Melalui Pemberdayaan
Masyarakat.
Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup berdasarkan pada
Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Probolinggo
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Badan
2. Bagian Sekretariat (TU)
1. Sub Bagian Program dan Data
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

13
2. Sub Bagian Keuangan
1. Bidang Pelestarian,
Pengendalian Dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup (P3KLH):
1. Sub Bidang Pelestarian dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan
1. Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup
1. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Dan Kelistrikan (KSDA)
1. Sub Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati & Pertamanan
2. Sub Bidang Kelistrikan
1. Bidang Penanggulangan Dan Penanganan Dampak Pencemaran
Lingkungan Hidup (P2DPLH)
1. Sub Bidang Penanggulangan Sampah dan Limbah
2. Sub Bidang Mobilisasi Penanganan Sampah & Limbah
1. Bidang Tata dan Penaatan Lingkungan Hidup (TAPEN)
1. Sub Bidang Perencanaan dan Pengkajian Dampak Lingkungan Hidup
2. Sub Bidang Pengembangan Peraturan dan Penegakan Hukum
Lingkungan
1. UPT. Informasi Dan Pendidikan Lingkungan Hidup (UPT. IPLH)
1. UPT. Pengolahan Sampah Dan Limbah (UPT. PSL)
2. UPT. Laboratorium Lingkungan (UPT. LAB).

Program unggulan Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo yang


menjadi fokus adalah program menuju kota berkelanjutan dan
berketahanan lingkungan dari dampak perubahan iklim.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Probolinggo
VISI
Terciptanya Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berhasil Berdaya Guna
MISI:
1. Mewujudkan akuntabilitas management keuangan daerah.
2. Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan asset daerah yg efektif dan
efisien.

14
3. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pad secara terukur dan
berkwalitas.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Program unggulan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Probolinggo adalah program terkait perolehan statemen dari
BPK RI dalam penyusunan laporan Wajar Tanpa Pengecualian.
1. ANALISIS BEST PRACTICE :
Lokus 1
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo
Hasil identifikasi best practice pengelolaan program (lesson learn dari
best practice) pada lokus 1 :
1. Adanya program peningkatan peran pejabat pengelola informasi dan
Dokumentasi (PPID) mereka dilatih untuk meningkatkan kapasitas-nya
sebagai PPID pembantu
2. Kerjasama lintas sektoral dengan penyediaan tiap satker sudah ada
meja PPID untuk melayani masyarakat yang membutuhkan informasi
3. Peningkatan kompetensi aparatur daerah terhadap penggunaan TI
4. Terlaksananya sistem kerja yang terintegrasi dan terpadu dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat
5. Adanya kerjasama Diskorninfo dengan Telkom dengan memasang
1000 titik Wifi gratis
6. Pemanfaatan sistem aplikasi online untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat
7. Adanya ruang kontrol sistem pelayanan kepada masyarakat melalui
media online yang memungkinkan para penulis amatir dalam
mengekspresikan karyanya
8. Adanya pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM) sebagai revitalisasi dan reaktualisasi dari
Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa) yang
disesuaikan dengan paradigm pembangunan dan pemerintah dewasa
ini

15
9. Adanya program pemasyarakatan TI melalui Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK) dan Mobile Pusat Layanan Internet Kecamatan (M-
PLIK) serta gelar pelatihan bagi kelompok nelayan
10. Adanya program inovasi-inovasi pemasyarakatan teknologi misalnya
melalui gelar radio on the street
Lokus 2
Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo
Hasil identifikasi best practice pengelolaan program (lesson learn dari
best practice) pada lokus 2 :
1. Adanya pemberdayaan stakeholder internal dan eksternal dalam upaya
pencapaian tujuan secara aktif dalam perwujudan kota seribu taman
2. Pemanfaatan tempat-tempat kosong, bantaran sungai dan sudut-sudut
kota menjadi hutan kota untuk memenuhi RTH melalui taman yang
indah dan nyaman
3. Gerakan aksi untuk lingkungan (Gaul), mebuat lubang biopori
terbanyak, kegiatan ini diikuti oleh 15.000 peserta. Acara yang di
laksanakan di tempat pembuangan akhir (TPA) kota Probolinggo ini
mendapatkan penghargaan rekor MURI
4. Adanya komitment dari semua pihak untuk mewujudkan lingkungan
yang sehat
5. Adanya inovasi-inovasi kegiatan yang melibatkan semua unsur untuk
mewujudkan program seperti Program Kali Banger Bersih, Sehat
Sejahtera diikuti oleh unsur TNI, SKPD dan masyarakat Kelurahan
Mangunharjo dan Jati di sekitar Kali Banger
6. Terwujudnya komitmen pelayanan publik yang langsung bisa dinikmati
oleh masyarakat melalui pembangunan taman-taman di wilayah kota
7. Adanya komitmen pejabat publik yang mendukung perwujudan RTH
Taman kota dengan pengalokasian anggaran yang memadai

Lokus 3

16
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Probolinggo
Hasil identifikasi best practice pengelolaan program (lesson learn dari
best practice) pada lokus 3 :
1. Program kegiatan harus selalu urut pentahapannya (milestone)
2. Salah satu SKPD terlambat akan mengganggu sehingga harus ada
komitment bersama
3. Peningkatan kinerja pengelolaan keuangan di SKPD, mengadakan
lomba ujian tertulis dan interview bagi bendahara pengeluaran,
pengurus barang dan operator simda
4. Pelaksanaan jemput bola untuk meningkatkan pajak daerah
5. Pelaksanaan jalan sehat percepatan PBB untuk mendorong
Masyarakat segera melunasi PBB
6. Unsur komunikasi yang lancar antara Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Probolinggo dengan dinas-dinas yang
ada di Kota Probolinggo.
7. Koordinasi dengan dinas teknis/ lintas sektor
8. Peningkatan Kemandirian Daerah dan Kualitas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah.
9. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah melalui
penyempurnaan sistem, prosedur dan manajemen.
Best Practice yang dapat diadopsi dan sesuai dengan Rancangan Proyek
Perubahan :
1. Peningkatan kompetensi aparatur daerah terhadap penggunaan TI
2. Pemanfaatan sistem aplikasi online untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat
3. Adanya inovasi-inovasi kegiatan yang melibatkan semua unsur untuk
mewujudkan program kegiatan
4. Terwujudnya komitmen pelayanan publik yang langsung bisa dinikmati
oleh masyarakat
5. Peningkatan kinerja pengelolaan keuangan di SKPD, mengadakan

17
lomba ujian tertulis dan interview bagi bendahara pengeluaran,
pengurus barang dan operator simda
Best Practice yang dapat diadaptasi dan sesuai dengan Rancangan
Proyek Perubahan :
1. Adanya program peningkatan peran pejabat pengelola informasi dan
Dokumentasi (PPID) mereka dilatih untuk meningkatkan kapasitas-nya
sebagai PPID pembantu
2. Terlaksananya sistem kerja yang terintegrasi dan terpadu dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat
3. Adanya pemberdayaan stakeholder internal dan eksternal dalam upaya
pencapaian tujuan secara aktif dalam mewujudkan tujuan
4. Adanya komitment bersama untuk mencapai tujuan
5. Program kegiatan harus selalu urut pentahapannya (milestone)
6. Koordinasi dengan dinas teknis/ lintas sektor
7. Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan aset daerah melalui
penyempurnaan sistem, prosedur dan manajemen

PENUTUP
Kegiatan Benchmarking yang telah dilaksanakan pada tanggal 08 –
10 September 2014 di Kabupaten Sampang merupakan rangkaian
pembelajaran yang harus diikuti oleh peserta Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Sampang.
Hasil kegiatan benchmarking yang telah dilakukan adalah
teridentifikasinya “best practice” pengelolaan program pada organisasi
lokus yang dikunjungi dan nantinya akan diadopsi dan diadaptasi guna
pemantapan proyek perubahan instansional yang telah disusun peserta.
Demikian laporan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

18

Anda mungkin juga menyukai