Anda di halaman 1dari 4

Studi Kasus

Pembayaran Pengadaan Barang/Jasa melalui Toko Daring

Penulis : Muchamad Amrullah

Pelatihan : E Learning Manajemen Komitmen Angkatan II Kelas G

Mata Pelajaran : Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Waktu : Tanggal 18 Maret 2021 pkl 13.30 s.d 15.00 WIB

Uraian studi kasus

Satuan kerja pemerintah melakukan pengadaan external hardisk melalui toko daring di sebuah e
market place sebanyak 4 unit dengan nilai Rp.4.000.000. Ketentuan dalam transaksi tersebut,
pembayaran harus dilakukan terlebih dari setelah melakukan pemesanan. Pada saat sudah dibayar
lunas, hardisk tersebut akan dikirim. Pejabat Pembuat Komitmen dihadapkan pada situasi kesulitan
untuk meneruskan transaksi tersebut. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan PPK adalah
pembayaran dilakukan sebelum barang diterima. Kedua adalah terkait pemungutan pajak yaitu PPN
dan PPh pasal 22.

Pertanyaan studi kasus

1. Apakah diperbolehkan pembayaran sebelum barang/jasa diterima?


2. Apakah ada pembebasan pemungutan PPN dan PPH pasal 22 dalam pengadaan melalui toko
daring?

Pembahasan

Pembayaran Tagihan Dapat Dilakukan Sebelum Barang/Jasa Diterima

Pada dasarnya, pembayaran hak tagih kepada negara dilakukan setelah pekerjaan
selesai atau barang/jasa diterima. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara pasal 21 mengatur sebagai berikut:
a. Ayat (1), Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum
barang dan/atau jasa diterima.
b. Ayat (6) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pelaksanaan APBN adalah Peraturan


Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN. Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 dalam pasal 68 mengatur sebagai berikut:
1. Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima.
2. Dalam hal tertentu, pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima.
3. Pembayaran atas beban APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah penyedia
barang dan/atau jasa menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran atas beban APBN yang
dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima termasuk bentuk jaminan diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Berdasarkan PP nomor 45 Tahun 2013 tersebut dapat disimpulan bahwa pada
dasarnya pembayaran atas beban APBN dilakukan setelah barang dan/atau jasa sudah
diterima. Namun demikian dalam kondisi tertentu dpat dibayar sebelum barang dan/atau
jasa diterima. PP mengamanatkan hal tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang pembayaran sebelum


barang/jasa diterima adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017.
Peraturan Menteri Keuangan tersebut pada dasarnya mengatur hal sama dengan Peraturan
Pemerintah diatas Peraturan Menteri Keuangan tersebut pada pasal 3 mengatur sebagai
berikut:

1. Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/ atau jasa
diterima.
2. Pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelum barang dania tau jasa diterima
dalam hal terdapat kegiatan yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran terlebih
dahulu.
3. Pembayaran atas beban APBN untuk kegiatan yang karena sifatnya harus dilakukan
pembayaran terlebih dahulu dilakukan setelah penyedia barang dan/atau jasa
menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan.

Berdasarkan PMK tersebut dapat disimpulkan bahwa diperbolehkan untuk


membayar tagihan atas beban APBN sebelum barang dan/atau jasa diterima karena
sifatnya harus dilakukan pembayaran terlebih dahulu. Sifat ini pada dasarnya adalah hal-hal
yang diperbolehkan diatur dalam kontrak atau surat perjanjian dan sesuai dengan
mekanisme atau praktek bisnis di pasar. Namun demikian harus ada jaminan atas
pembayaran yang dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
Pasal 4 diatur bahwa Kegiatan yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih
dahulu sebagaimana meliputi:
a. pemberian uang muka kerja;
b. sewa menyewa;
c. jasa asuransi dan/ atau pengambil alih risiko;
d. kontrak penyelenggaraan beasiswa;
e. pekerj aan pemeliharaan;
f. pemasangan atau penambahan daya listrik oleh perusahaan listrik negara;
g. pengadaan jurnal asing yang dibayarkan dengan uang persediaan; dan/ atau
h. pengadaan barang/ jasa secara elektronik yang dibayarkan dengan uang persediaan.
Dapat disimpulalkan bahwa Peraturan Menteri Keuangan tersebut menyebutkan
bahwa salah satu pembayaran yang dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima adalah
pengadaan barang/ jasa secara elektronik yang dibayarkan dengan uang persediaan.
Pengadaan barang/jasa secara elektronik yang dibayarkan dengan uang persediaan
dilaksanakan dalam hal penyedia barang/jasa mempersyaratkan pembayaran terlebih
dahulu. Pengadaan barang/jasa secara elektronik dalam Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021 disebut sebagai pembelian secara elektronik atau disebut juga e-purchasing
yang di dalamnya termasuk tata cara pembelian barang/jasa melalui toko daring.
Jaminan atas pembayaran yang dilakukan sebelum prestasi pekerjaan antara lain
surat jaminan, SPKPBJ, dan komitmen penyedia barang/jasa. Surat jaminan diterbitkan
oleh bank, perusahaan asuransi atau perusahaan penjamin.
Jaminan berupa komitmen penyedia barang/jasa digunakan untuk kegiatan:
a. kontrak penyelenggaraan beasiswa kepada penyelenggara beasiswa yang tidak
termasuk dalam skema bantuan pemerintah;
b. sewa menyewa dengan nilai sampa1 dengan Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
c. jasa asuransi dan/ atau pengambil alih risiko dengan nilai sampai dengan
Rp50.000.000,(lima puluh juta rupiah);
d. pengadaan jurnal asing yang dibayar dengan uang persediaan; dan
e. pengadaan barang/ jasa secara elektronik yang dibayar dengan uang persediaan.
Dapat disimpulkan bahwa pembayaran atas beban APBN dalam pengadaan
barang/jasa secara elektronik sebelum barang/jasa diterima menggunakan uang persediaan
dapat dilakukan apabila ada jaminan dari penyedia barang/jasa. Bentuk jaminan yang
digunakan adalah komitmen penyedia barang/jasa. Komitmen dari penyedia barang/jasa
adalah komitmen untuk memenuhi kewajiban menyelesaikan pekerjaan pengadaan
barang/jasa sebagai tertuang dalam kontrak.

Bebas Pungut PPN dan PPH Pasal 22 Bila Bayar Dengan Kartu Kredit Pemerintah
Pengadaan barang/jasa melalui toko daring tidak menghilangkan kewajiban untuk
memungut PPN dan PPH Pasal 22 apabila terkait pembelian barang. Hal ini dilakukan ketika
pengadaan barang kena pajak dengan nilai diatas Rp2.000.000 tidak termasuk PPN.
Namun demikian apabila pembayaran pengadaan barang melalui toko daring
dengan menggunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) maka tidak ada kewajiban untuk
memungut PPN dan PPH Pasal 22. Pembebasan kewajiban memungut PPN dan PPH
Pasal 22 pada saat pembayaran menggunakan Kartu Kredit Pemerintah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019.
Kartu Kredit Pemerintah merupakan salah satu cara pembayaran yang digunakan
pada saat pembayaran tagihan menggunakan mekanisme uang persediaan (UP).
Mekanisme uang persediaan sendiri pada dasarnya terdiri dari Uang Persediaan Tunai dan
Uang Persediaan Kartu Kredit Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai