Anda di halaman 1dari 3

PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN

Dalam Peraturan Lembaga Nomor 9 Tahun 2018_tentang Pengadaan Melalui Penyedia


Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan secara tertulis kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak disertai laporan kemajuan/output pekerjaan sesuai Kontrak.
Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan ketentuan :
a. Pembayaran dilakukan dengan mengacu ketentuan dalam Kontrak dan tidak boleh melebihi kemajuan
hasil pekerjaan yang telah dicapai dan diterima oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Pembayaran dilakukan terhadap pekerjaan yang sudah terpasang, tidak termasuk bahan/material dan
peralatan yang ada di lokasi pekerjaan.
c. Pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan atau sistem termin atau pembayaran secara sekaligus
setelah kemajuan hasil pekerjaan dinyatakan diterima sesuai ketentuan dalam Kontrak.
d. Pembayaran bulanan/termin dipotong angsuran uang muka, uang retensi (untuk pekerjaan yang
mensyaratkan masa pemeliharaan) dan pajak. Untuk pembayaran akhir, dapat ditambahkan potongan
denda apabila ada.
e. Untuk pekerjaan yang di subkontrakkan, permintaan pembayaran dilengkapi bukti pembayaran kepada
subpenyedia/subkontraktor sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan.
f. Dikecualikan pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan diterima/terpasang untuk:
1. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dibayar terlebih dahulu sebelum Barang/Jasa
diterima;
2. pembayaran bahan/material dan/atau peralatan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan
diserahterimakan, namun belum terpasang; atau
3. pembayaran pekerjaan yang belum selesai 100% (seratus persen) pada saat batas akhir pengajuan
pembayaran dengan menyerahkan jaminan atas pembayaran.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran termasuk bentuk jaminan diatur oleh peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.

Pembayaran termin terakhir hanya dapat dilakukan setelah seluruh pekerjaan selesai 100% (seratus persen)
sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam Kontrak dan para pihak menandatangani Berita Acara Serah
Terima pekerjaan. Untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan, uang retensi dibayarkan setelah
masa pemeliharaan berakhir (serah terima kedua/FHO). Dalam hal masa pemeliharaan berakhir pada tahun
anggaran berikutnya yang menyebabkan retensi tidak dapat dibayarkan, maka uang retensi dapat dibayarkan
dengan syarat Penyedia menyampaikan Jaminan Pemeliharaan senilai uang retensi tersebut.

PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan, yang meliputi:
1. Pembayaran upah tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga pendukung) berdasarkan daftar
hadir pekerja atau dengan cara upah borong;
2. Pembayaran gaji/honorarium tenaga ahli/narasumber (apabila diperlukan);
3. Pembayaran Jasa Lainnya atau Jasa Konsultansi; atau
4. Pembayaran bahan/material dan peralatan/suku cadang.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran termasuk bentuk jaminan diatur oleh peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara

Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa menurut Permenkeu Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara junto
Permenkeu Nomor 178 Tahun 2018 dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi:
1. Bukti perjanjian/kontrak;
2. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa;
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
4. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
5. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
6. Berita Acara Pembayaran;
7. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
8. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara
Pengeluaran;
9. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan atau perusahaan asuransi
sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah; dan/atau
10. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam
naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

PPK menetapkan bentuk Kontrak dengan memperhatikan nilai kontrak, jenis barang/jasa, metode pemilihan
Penyedia dan/atau resiko pekerjaan sesuai ketentuan peraturan perundangan.
Bentuk Kontrak terdiri atas :
a. Bukti Pembelian/pembayaran. Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang digunakan
sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh PPK untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya
dengan nilai paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Contoh bukti pembelian/pembayaran
antara lain faktur/bon/invois, setruk, dan nota kontan.
b. Kuitansi. Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi pembayaran yang
ditandatangani oleh penerima uang/Penyedia dengan berbagai ketentuan pembayaran untuk Pengadaan
Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
c. Surat Perintah Kerja (SPK). Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana secara tertulis antara
kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban. Surat Perintah Kerja digunakan untuk :
1. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2. Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
3. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
d. Surat Perjanjian. Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua belah pihak
tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan
kewajiban. Surat Perjanjian digunakan untuk:
1. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah); dan
2. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
e. Surat Pesanan. Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui E-
purchasing atau pembelian melalui toko daring. Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang
membutuhkan pengaturan Kontrak yang lebih rinci atau diperlukan/dipersyaratkan secara administratif
dalam proses pembayaran maka Surat Pesanan dapat ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau
Surat Perjanjian.
Catatan :

Sesuai Pasal 41 ayat (1) Permenkeu Nomor 190/PMK.05/2012 junto Permenkeu Nomor 178 Tahun 2018
Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
yang menyatakan bahwa tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan kegiatan yang
membebani APBN diajukan dengan surat tagihan oleh penerima hak kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara.
Dalam kontrak harus dimasukan klausula tentang kewajiban penyedia untuk menyampaikan tahapan
pembayaran
Dibuat Format Baku untuk bentuk Berita Acara-Berita Acara yang berkaitan dengan Proses Pembayaran
Dibuat Check List standar minimal proses pembayaran

Anda mungkin juga menyukai