Anda di halaman 1dari 74

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI


MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Studi Di Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan)

Disusun Oleh :

Firman Aziz Khumaidi

NIM :

172365201009

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS DARUL ULUM JOMBANG


ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Studi Di Dusun Wukir Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Darul ‘Ulum Jombang

Diajukan oleh :

FIRMAN AZIZ KHUMAIDI

NIM : 172365201009

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Studi Di Dusun Wukir Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan)


Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Darul ‘Ulum Jombang,
pada hari/tanggal : 15 maret 2022
Tempat : Ruang Ujian Fisipol
SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembinmbing Utama,

ii
HALAMAN PESETUJUAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI


MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA

(Studi Di Dusun Wukir Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan)

Oleh :

FIRMAN AZIZ KHUMAIDI

NIM : 172365201009

Menyetujui/mengetahui :

Tanggal 13 Maret 2022

Pembimbing Utama,

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

Tempat / tgl lahir

Nomor Induk Mhs

Program Studi

Judul Skripsi

Alamat

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenanya bahwa skripsi yang saya buat
dengan judul tersebut di atas, tidak tedapat karya ilmiah yang pernah ditulis atau
diteliti oleh orang lain, dan tidak terdapat atau pendapat yang pernah di tulis dan
di tebitkan orang lain,

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dibuktikan terdapat unsur-unsur


jiplakan atau plagiat, saya bersedia skripsi dan gelar dibatalkan serta saya pribadi
sanggup memepertanggungjawabkan secara hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenanya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Jombang, 12 Maret 2022

Penulis,

Firman Aziz Khumaidi

NIM. 172365201009

MOTTO

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan


atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi. Sholawat serta salam senantiasa dicurahkan
kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan
syafa’atnya. Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam
Pemilihan Kepala Desa Dsun Wukir Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten
Lamongan”

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka menyelesaikan penulisan


skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa skrispsi ini masih jauh dari kata
sempurna, karena hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan ilmu
pengetahuan yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. H.Shobirin Noer, M.HI. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Darul ‘Ulum Jombang.
2. Bapak Dr. Moch Mubarok M, S.IP, M.IP. selaku ketua Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Darul
‘Ulum Jombang.
3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Univiversitas Darul ‘Ulum Jombang, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis
selama menempuh perkuliahan.
4. Pihak Pemerintah Desa dan Panitia Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
Di Desa Wangen yang telah memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan.
5. Untuk Bapak dan Ibu tercinta yang selalu berada disamping penulis dan
selalu memberikan dukungan serta do’a untuk penulis.

v
6. Untuk semua teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2017 yang sama-
sama berjuang dalam meraih cita-cita, serta semua pihak lain yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu Peneliti ucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada
peneliti mendapatkan limpahan yang setimpal dari Allah SWT.

Demi kesempurnaan proposal skripsi ini, saran dan kritik yang bersifat
membangun penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Lamongan, 13 Februari 2022

Firman Aziz Khumaidi

vi
ABSTRAK

Firman Aziz Khumaidi, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi


Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Dusun Wukir Desa
Wangen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Faktor Yang


Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Dusun
Wukir Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini
merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik wawancara dan studi dokumen.

Hasil penelitian mengenai Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi


Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Desa Wangen, kurang
berjalan secara optimal berdasarkan indikator menurut Lesler W Milbarh yaitu :
Adanya perangsang, Kepribadian Seseorang, Lingkungan dan Sosial, Status
Sosial Seseorang.

Kata Kunci : Analisis, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa

vii
ABSTRAK

Firman Aziz Khumaidi, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi


Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Dusun Wukir Desa
Wangen.

This study aims to determine the factors that influence community


participation in the election of village heads in Wukir Hamlet, Wangen Village,
Glagah District, Lamongan Regency. This research is a qualitative descriptive
study. Data collection techniques used are interview techniques and document
studies.

The results of the study regarding the Analysis of Factors Affecting


Community Participation in the Election of the Village Head of Wangen Village,
did not run optimally based on indicators according to Lesler W Milbarh, namely:
Existence of stimulants, One's Personality, Environment and Social, One's Social
Status.

Keyword : Analisis, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN ORISINALITAS .........................................................................

MOTTO ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
D. Manfaat ................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................

A. Desa ......................................................................................................
1. Pengertian Desa ..............................................................................
2. Kewenangan Desa ..........................................................................
B. Pemerintah Desa...................................................................................
1. Pengertin Pemerintah Desa ............................................................
2. Tugas Tugas Pemerintah Desa .......................................................
C. Partisipasi .............................................................................................
1. Pengertian Partisipasi .....................................................................
2. Partisipasi Masyarakat ...................................................................
3. Prinsip prinsip Partispasi ................................................................
D. Pemilihan Kepala Desa ........................................................................
E. Penelitian Dahulu .................................................................................
F. Kerangka Pemikiran .............................................................................

ix
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................

A. Jenis Penelitian ....................................................................................


B. Lokasi Penelitian ..................................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
D. Teknik Analisis Data ............................................................................

BAB VI SETTING SOSIAL............................................................................

A. Dekkripsi Lokasi Penelitan ..................................................................


1. Kedudukan Dan Latar Belakang ....................................................
2. Jumlah Penduduk ...........................................................................
3. Visi dan Misi .................................................................................

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................

A. Proses pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Di Desa Wangen ............


B. Partisipasi Masyarakat Desa Wangen Dalam Pemilihan Kepala Desa
C. Faktor Faktor Yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan
Desa Wangen .......................................................................................
D. Pembahasan ..........................................................................................

BAB V PENUTUP ...........................................................................................

A. KESIMPULAN ....................................................................................
B. SARAN ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era moderanisari saat ini, banyak persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan bermasyarakat baik secara individu atau sosial. Salah satu persoalan
yang dihadapi dalam bermasyarakat adalah kecenderungan individu yang
mengabaikan hak yang dimiliki untuk kepentingan umum. Pada dasarnya lebih
mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum yang menyangkut
kepentingan bersama.

Hal ini tampak nyata, ketika proses pemilihan kepala desa. Dimana masih
banyak yang bersikap masa bodoh yang sudah menjadi pemandangan yang lazim
pada daerah daerah tertentu. Padahal masayarakat juga tahu betapa pentingnya
sosok pemimpin yang akan memimpin dan yang akan bertugas untuk memajukan
dan mengembangkan pembangunan di daerah mereka.

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) merupakan salah satu proses demokrasi


di Indonesia pada tingkat desa. Pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung
oleh masyarakat desa untuk memilih calon kepala desa sesuai dengan kehendaknya
masing-masing. Dengan keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi politik
secara langsung untuk memilih pemimpin di desa dan diharapkan dapat
menciptakan suatu tatanan.

Pemerintahan yang lebih baik bagi percepatan, pertumbuhan, pembangunan


pada tingkat desa. Partisipasi politik masyarakat di desa sangat diperlukan demi
terlaksananya tujuan dan cita-cita dari Undang-Undang dasar 1945 untuk
menciptakan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Hal ini juga diperkuat oleh
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 68 Ayat (2) butir kelima yang
mengharuskan agar setiap masyarakat dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan

1
desa. Dengan begitu masyarakat bisa secara langsung mempengaruhi segala
kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh pemerintah desa. Disamping itu sukses
tidaknya proses pemilihan kepala desa juga tergantung pada panitia pemilihan
kepala desa yang mensosialisasikan kepada masyarakat bepata pentingnya
berpatisipasi untuk menggunakan hak suaranya yang terdaftar sebagai pemilih
tetap.

Pemilihan Kepala Desa merupakan salah satu wahana yang digunakan


dalam menentukan sosok seseorang pemimpin yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan dan diharapkan dapat mengakomodasi berbagai kepentingan
masyarakat yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Berbagai kebijakan akan
diambil oleh seorang Kepala Desa demi untuk memajukan dan melakukan
pembangunan serta tatanan kehidupan dalam masyarakat. Hal ini menjadikan
peranan partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa menjadi suatu hal
yang sangat penting. Karena sangat menentukan bagi keberhasilan dalam
melaksanakan pembangunan dan memperbaiki tatanan dalam kehidupan
masyarakat

Partisipasi adalah kegiatan warga negara yang bertujuan untuk mengambil


keputusan politik. Partisipasi ini dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan
sebagai warga negara. Pemilihan kepala desa juga tidak terlepas dari partisipasi
politik masyarakat desa. Pemilihan kepala desa akan tidak berjalan dengan lancar
tanpa adanya partisipasi politik dari masyarakat desa. Partisipasi politik menurut
nelson adalah kegiatan warga negara sipil (privat citizen) yang bertujuan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah (kencana, 2002: 132)

Menurut Lijan Poltak Sinambela (2006:37) menyatakan bahwa kata


partisipasi ditinjau dari etimologis merupakan padanan kata participation (bahasa
Inggris), yang berarti bagian atau ikut serta. Partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dalam pembangunan fisik, baik itu menyumbang tenaga, pikiran,
maupun uang. Partisipasi merupakan peran serta seseorang dalam suatu lingkungan
kegiatan. Lijan Poltak Sinambela (2006:37), tujuan dari partisipasi adalah untuk
mempertemukan seluruh kepentingan yang sama dan yang berbeda dalam suatu
proses perumusan dan penempatan kebijakan (keputusan) secara professional untuk

2
semua pihak yang terlibat dan terpengaruhi oleh kebijakan yang akan ditetapkan
didalamnya. Dimana keputusan publik yang diambil akan memberikan kepuasan
dan dukungan yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan

Menurut Max Weber (2010 : 193) mengemukakan ada empat faktor yang
mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berpatisipai yaitu : Rasional Nilai
(meliputi : agama, sosial, budaya), Emosional Afektif (meliputi : tim sukses, situasi
politik), Tradisional (meliputi : jenis kelamin, keluarga), Rasional Instrumental
(meliputi : pekerjaan dan penghasilan)

Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa di desa wangen kecamatan


glagah kabupaten lamongan, biasanya ada money politik sebelum dilaksanakannya
pemilihan kepala desa. Selain itu masyarakat desa wangen sendiri menjadi
partisipan dan pengamat dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa. Adapun desa
Wangen memiliki tiga dusun yakni : Dusun Wukir, Dusun Wangen, Dusun
Sembuh. Umumya dalam pemilihan kepala desa yang dilakukan di dusun wukir
desa wangen seharusnya masyarakat memiliki antusian yang sangat tinggi, akan
tetapi karna ada faktor faktor tertentu yang menyebabkan antusias partisipasi
masyarakat menjadi berkurang.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti akan


melakukan penelitian dengan judul ”analisis faktor faktor yang mempengaruh
partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa (studi di dusun wukir desa
wangen kecamatan glagah kabupaten lamongan).

B. Rumusan Masalah
Berdasrkan Identifikasi Masalah diatas, maka yang akan menjadi rumusan
masalah adalah :
1. Bagaimana jalannya proses pemilihan kepala desa didesa wangen
kecamatan glagah kabupaten lamongan?
2. Apakah faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pemilihan Kepala Desa Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten
Lamongan?

3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui antusias partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala
desa.
2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemilihan
kepala desa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan ilmu
pengetahuan untuk pembaca
3. Menambah ilmu akademis..

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Desa
1. Pengertian Desa

Kata desa berasal dari Bahasa Sansekerta yakti “dhesi” yang artinya tempat
lahir. Desa sendiri merupakan bagian dari asal usul satu wilayah yang menjadi
tempat tinggal, kehidupan bermasyarakat, dan pemenuhan kehidupan secara
ekonomi dalam batasan wilayah tertentu yang memiliki ciri atau identitas asal usul
dan tradisional dari masyarakat yang hidup di wilayah tersebut.

Menurut bintaro (1983:11~12) desa merupakan suatu hasil perpaduan


antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkunganya. Hasil perpaduan ini
mencakup semuanya seperti interaksi sosial, ekonomi, dan lain lain. Dalam
interaksi ini mencakup daerah lain. Dalam arti umum desa adalah unit pemusatan
penduduk yang bercorak agraris dan terletak jauh dari kota.

Menurut bouman (beratha, 1992 : 26) desa merupakan salah satu bentuk
kuno kehidupan banyak orang yang saling mengenal satu sama lain. Didalam
kehidupan di desa terdapat ikatan ikatan keluarga yang rapat dan ketaatan pada
tradisi dan kaidah kaidah sosial yang berlaku di desa tersebut.

Menurut undang undang no 6 tahun 2014 tentang desa, bahwa desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
mengurus dan mengatur urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasrkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia.

Menurut Undang Undang No 6 Tahun 2014 pasal 18-19 yang mengatur


tentang tentang desa, dalam pelaksanaanya desa memiliki wewenangnya sendiri :

1. Melaksanakan urusan atau kepentingan pemerintahan berdasarkan hak


asal usul desa.

5
2. Melaksanakan urusan atau kepentingan pemerintahan yang di tugaskan
oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kota.
3. Melaksanakan urusan atau kepentingan lokal yang berskala desa.
4. Melaksanakan urusan atau kepentingan di bidang pembangunan desa,
penyelenggaraan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan
masyarakat berdasrakan adat istiadat desa.

Desa dibentuk oleh masyarakat yang memperhatikan asal usul dan adat
istiadat yang berlaku. Dalam pembentukan suatu desa harus memperhatikan dan
memenuhi syarat sayarat sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk
2. Luas wilayah
3. Perangkat
4. Saran dan saran pemerintahan

Berdasarkan penjelasan para ahli dan undang undang diatas dapat di


simpulkan bahwa, desa merupakan suatu wilayah atau sekelompok masyarakat
yang memiliki batasan tertentu yang berwenang mengurus dan mengatur masyarat
tersebut. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian
dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur
wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat
ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.

2. Kewenangan Desa

Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki


seorang pejabat atau intitusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian
kewenangan juga menyangkut kompetisi tindakan hukum yang dapat dilakukan
menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal
yang dimiliki pejabat atau institusi.

Kewenangan desa mencakup kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak


asal usul desa, kewenangan yang oleh peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

6
belum dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah, serta tugas pembantuan dari
pemerintah, pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa Pasal 19, kewenangan desa meliputi :

1. Kewenangan berdasarkan hak asal-usul.


Kewenangan ini mencakup Sistem organisasi masyarakat adat, Pembinaan
kelembagaan masyarakat, Pembinaan lembaga hukum adat, Pengelolaan
tanah kas desa, Pengembangan peran masyarakat desa.
2. Kewenangan lokal berskala desa.
Kewenangan ini mencakup Pengelolaan pasar desa, Pengelolaan jaringan
irigasi, Pengelolaan lingkungan pemukiman masyarakat desa, embinaan
kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu.
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
B. Pemerintah Desa
1. Pengertian Pemerintah Desa
Pemerintahan adalah perbuatan suatu organisasi atau badan badan
Legislatif, Eksekutif, dan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan
Negara, Sedangkan pemerintahan dalam Arti sempit adalah perbuatan memerintah
yang dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan
pemerintah Negara.
Pemerintah desa memiliki pemerintahanya sendiri Pemerintah Desa atau
disebut juga Pemdes adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengelola wilayah
tingkat desa. Lembaga ini diatur melalui Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005
tentang pemerintahan desa yang diterbitkan untuk melaksanakan ketentuan pasal
216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
Pemimpin pemerintah desa, seperti tertuang dalam paragraf 2 pasal 14 ayat (1),
adalah kepala desa yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Sedangkan dalam UU Nomor 6 tahun 2014

7
memberikan pengertian tentang, Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tugas Tugas Pemerintah Desa.
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan desa,
menurut Nurcholis (2014:22) Pemerintah mempunyai tugas pokok :
1. Melaksanakan menyelenggarakan urusan rumah tangga desa, urusan
pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat.
2. Menjalankan dan melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.

Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
(kaur), Kepala Dusun, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD).

Kepala Desa merupakan lembaga eksekutif kemerintah desa yang berfungsi


sebagai kepala pemerintah di desa, kemudian dalam menjalankan tugasnya, kepala
desa dibantu oleh perangkat desa. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa
berwenang :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang


ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD).
2. Mengajukan rancangan peraturan desa.
3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD.
4. Membina kehidupan masyarakat desa.
5. Membina perekonomian desa.
6. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk dibahas dan
ditetapkan bersama BPD.
7. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
8. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
9. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai nilai sosial budaya dan
adat istiadat.

8
10. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan
desa.

Setretaris desa mempunyai tugas dan fungsi yakni :

1. Tugas pokok : Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan


melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan
penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.
2. Fungsi : Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan
bahan untuk kelancaran tugas Kepala desa, Melaksanakan tugas kepala
desa apabila kepala desa diberhentikan sementara, Penyiapan bahan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan desa, Pengkoordinasian
Penyelenggaraan tugas-tugas urusan, Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala desa.

Kepala urusan (KAUR) terdiri dari kaur keuangan, kaur pemerintahan, kaur
pembangunan, kaur kesejahteraan rakyat. Kepala urusan memiliki tugas dan fungsi:

1. Tugas Pokok : Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan


administrasi umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris
kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
2. Fungsi : Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa,
Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum, Pengelolaan administrasi
perangkat Desa, Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
Desa.

Kepala Dusun (kasun) memiliki tugas dan fungsi :

1. Tugas : Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah


kerjanya, Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya
dan gotong royong masyarakat, Melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh kepala Desa.
2. Fungsi : Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa,
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah
Dusun, Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya, Melakukan usaha

9
dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong
masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian, Melakukan
fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala Desa.

Badan Perwakilan Desa (BPD) mempunyai fungsi menetapkan peraturan


desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Tugas dan hak :

1. Tugas : Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa,


Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala Desa, Mengusulkan, pengangkatan dan pemberhentian
kepala Desa, Membentuk panitia pemilihan kepala Desa, Menggali,
menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
2. Hak : Meminta keterangan kepada pemerintah Desa, Menyatakan
pendapat kewajiban, Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa, Mempertahankan dan memelihara
hukum nasional sera keutuhan NKRI, Menyerap, menampung,
menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, Menghormati
nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) mempunyai tugas dan


fungsi :

1. Tugas : Merencanakan dan mengarahkan kegiatan pengabdian kepada


masyarakat sebagai penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang
berorientasi pada kebutuhan masyarakat, paradigma, visi, misi untuk
mengangkat Citra wilayah, emfasilitasi sarana dan prasarana pengabdian
kepada masyarakat yang mudah diakses dan dimanfaatkan oleh
masyarakat pengguna, Melaksanakan penilaian dan konsolidasi dalam
rangka meningkatkan relevansi, keberlangsungan efesiensi dan
akuntabilitas, Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi berkelanjutan
visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan pengabdian kepada masyarakat,
Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi berkelanjutan pola organisasi
dan tata kerja pusat-pusat pengabdian kepada masyarakat.

10
2. Fungsi : Menyelenggarakan pelayanan masyarakat sebagai katalisator
pengembangan masyarakat madani Melaporkan pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan kepada pemerintah setempat, Menyelenggarakan
program kemitraan dan pemberdayaan UKM usaha kecil dan menengah
serta pemerintah daerah, Menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi
berkelanjutan Prosedur dan standar penilaian kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
C. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Kegiatan partisipasi ini tidak terlepas dari keikutsertaan warga negara atau
masyarakat dalam kegiatan politik. Dimana masyarakat atau warga negara
merupakan faktor terpenting dalam menentukan atau memilih pemerintahan baik di
tingkat pusat sampai desa.
Kata Partisipasi telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik
yang di ucapkan para ahli maupun orang awam. Sampai saat ini belum ada
pengertian atau defenisi yang dapat diterima secara umum tentang pengertian
partisipasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang yang dipakai
dalam memberikan pengertian atau defenisi.
Menurut Partisipasi secara garis besar dapat dikatagorikan sebagai desakan
kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu. Hal ini berarti bahwa
manusia ingin berada dalam suatu kelompok untuk terlibat dalam setiap kegiatan.
Partisipasi merupakan suatu konsep yang merujuk pada keikutsertaan seseorang
dalam berbagai aktivitas pembangunan. Keikutsertaan ini sudah barang tentu
didasari oleh motif– motif dan keyakinan akan nilai–nilai tertentu yang dihayati
seseorang.

Menurut Salusu (1998:104) Partisipasi secara garis besar dapat


dikatagorikan sebagai desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap
individu”. Hal ini berarti bahwa manusia ingin berada dalam suatu kelompok untuk
terlibat dalam setiap kegiatan. Partisipasi merupakan suatu konsep yang merujuk
pada keikutsertaan seseorang dalam berbagai aktivitas pembangunan.
Keikutsertaan ini sudah barang tentu didasari oleh motif– motif dan keyakinan akan
nilai–nilai tertentu yang dihayati seseorang. Partisipasi oleh banyak kalangan

11
disamakan pengertiannya dengan keikut sertaan, turut serta mengambil bagian. Hal
ini menunjukkan adanya unsur keterlibatan dari dalam suatu kegiatan.

Menurut made pidarta (siti irine astute D, 2009 : 31~32) partisipasi adalah
pelibatan sesorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan ini dapat
berupa keterlibatan mental, emosi, dan fisik. Keterlibatan ini menimbulkan rasa
tanggung jawab pada diri seseorang atau beberpa orang.

Menurut Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), di mana partisipasi
dapat berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat
ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,
bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah
mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan
masalahnya.

Menurut surbakti (1992 : 140) partisipasi merupakan terpenting dari


demokrasi, asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi adalah orang itu
sendiri, karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah
menyangkut dan mempengaruhi kehidupan masayarakat atau warga negara, maka
masyarakat atau warga negara berhak menentukan isi eputusan politik. Dapat
diketahui partisipasi merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan demokrasi,
dimana pelaksanaan demokrasi dapat menentukan keputusan politik yang akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai
berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua,
bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
lebih mengetahui seluk-beluk dan asal-usul proyek tersebut dan akan mempunyai
rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri. Terlepas dari itu, pertisipasi tersebut juga terdorong oleh adanya motivasi
tertentu. Motivasi-motivasi yang juga dimaksudkan itu dapat kita lihat pada

12
penjelasan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan banyak sekali ditentukan
oleh :
1. Kebutuhannya.
2. Interst masyarakat.
3. Adat istiadat dan sifat komunial yang mengikat setiap anggota masyarakat
satu sama lain.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya


kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka
dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka
yang lebih panjang.

Berdasarkan uraian para ahli diatas dapat diketahui bahwa partisipasi


merupan suatu proses atau kegiatan keikutsertaan warga negara atau masyarakat
dalam suatu kegiatan politik. Partisipasi ini sangat penting dalam menentukan
kebijakan dan keputusan demi mensejahterakan masyarakat baik dibidang
ekonomi, sosial, maupun budaya.

Dalam kegiatan partisipasi ada bermacam macam, Menurut


Sundariningrum (Sugiyah, 2010:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua
berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

1. Partipasi Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu
dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat
mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan
keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
2. Partisipasi Tidak Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya
pada orang lain.

Dalam kegitan partispasi, ada lima faktor yang menyebabkan timbulnya


gerakan pastisipasi yaitu :

13
1. Modernisasi , urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca
tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media komunikasi
massa. Ketika penduduk kota baru yang buruh, pedagang
mempengaruhi nasib mereka sendiri, mereka makin banyak menuntut
untuk ikut dalam kekuasaan politik.

2. Perubahan-perubahan Struktur Kelas Sosial, begitu bentuk suatu kelas


pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama
proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang
berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi.
3. Pengaruh kaum Intelektual dan Komunikasi massa Modern; kaum
intelektual, sarjana, filsof, pengarang dan wartawan sering
mengemukakan ide-ide seperti egalitarisme dan nasioalisame kepeda
masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi
massa yang luas dalam pembuatan keputusan.
4. Konflik di antara Kelompok-Kelompok pemimpin : kalau timbul
kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan
oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari
dukungan rakyat.
5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial ekonomi dan
kebudayaan; perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang
kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan
tindakan pemerintahan menjadi semakin menyusup ke segala segi
kehidupan sehari-hari rakyat. Myron dalam Machtar Mas’ud & Andrew
(1985: 42-45).
2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masayarakat merupakan suatu hak yang dimiliki masyarakat
untuk ikut andil dalam pengambilan keputusan di dalam tahapan proses
pembangunan, mulai dari awal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun
spelestarian lingkungan. Disini masyarakat tidak hanya sebagai penerima fasilitas
maupun manfaat tetapi sebagai subjek pembangunan yang berkesinambungan (
Dewi, Fandeli, & Baiquni, 2013). Selain itu, Mulyadi (2009:13) mengatakan bahwa

14
Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan maupun menjalankan suatu proogram, yang mana masyarakat juga ikut
merasakan manfaat dari kebijakan program tersebut. Selain itu dalam melakukan
sebuah evaluasi masyarakat tentunya juga ikut dilibatkan agar bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Mulyadi (2009:26-49) menyebutkan bahwa didalam
partisipasi masyarakat terdapat beberapa tahapan partisipasi yang lebih nyata terjadi
dimasyarakat diantaranya yaitu:
1. Partisipasi di dalam pengambilan keputusan.
Dalam partisipasi ini, melibatkan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan
pembangunan desa bukan hanya pada tahap perencanaan. Pada tahap
pelaksanaan ini masyarakat bisa memberikan kontribusi yang lebih konkrit
seperti kontribusi dengan tenaga, kontribusi dengan uang, kontribusi dengan
bahan.
2. Partisipasi di dalam kemanfaatan.
Dalam partisipasi ini, merupakan wujud dari peran masyarakat dalam
keikutsertaan berpartisipasi di desanya. Bentuk keikutsertaan masyarakat
tersebut dapat berupa mengikuti kegiatan dalam memelihara kebersihan
rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal, ikut serta dalam kegiatan
keagamaan, mengikuti kegiatan memelihara keamanan lingkungan secara
suka rela, dan juga mengikuti kegiatan yang diadakan desa seperti kelompok
usaha dibidang ekonomi.
3. Partisipasi pada keikutsertaan dalam melakukan evaluasi.
Dalam partisipasi ini, merupakan keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan dan memberikan penilaian pada pelaksanaan hasil dari mulai
tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan. Keikutsertaan
masyarakat dalam bentuk kritik terhadap jalannya pembangunan,
memberikan argumen maupun saran terhadap jalannya pembangunan, dan
yang terpenting adalah memberikan penilaian yang kemudian disampaikan
kepada pemerintah desa sebagai bahan untuk evaluasi.

Mubyanto dalam ndraha (1990:102-104) bahwa dalam suatu partisipasi


masyarakat tentunya ada berbagai bentuk partisipasi masyarakat didalamnya.
Diantaranya yaitu:

15
1. Partisipasi dilakukan dengan cara berkontak langsung antar individu
sebagai bentuk awal dari kegiatan sosial dimasyarakat.
2. Partisipasi mampu untuk menyerap maupun menerima informasi baik
menerima maupun menolak informasi yang diterima.
3. Partisipasi bertujuan dalam ikut serta andil dalam sebuah pengambilan
keputusan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.
4. Partisipasi bergerak dengan menggunakan konsep pelaksanaan pembangunan.
Partisipasi ini menekankan (partisipasi) langsung yang dilakukan oeh
masyarakat atau warga dalam pengambilan keputusan atau suara. Gaventa dalam
Siti Irene Astuti D. (2009: 34-35) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah
mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk
keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan
di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat.
Dalam hal ini kegiatan praktek partisipasi meliputi berbagai hal yakni :
1. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada setiap warga
negara atau masyarakat. Hak politik politik sendiri merupakan has asasi
setiap warga negara atau masyarakat.
2. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan
publik dapat mendorong partisipasi lebih yang bermakna.
3. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintahan.

Partisipasi sendiri merupakan kegiatan yang melibatkan anggota


masyarakat atau warga negara dalam implementasi (pembangunan) yang dilakukan
oleh masyarakat setempat. Adapun faktor faktor yang memengaruhi partisipasi
masyarakat dalam suatu program yang bersifat mendukung ataupun menghambat
keberhasilan program. Angell (1967) seperti dikutip oleh saca firmansyah (2009)
menyatakan bahwa partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang
dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia
Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi sikap sesorang
terhadap kegiatan kegiatan masyarakat. Biasanya kelompok usia

16
menengah keatas yang paling aktif berpatisipasi dalam kegitan yang
ada.
2. Jenis Kelamin
Faktor ini merupakan faktor yang penting. Nilai yang cukup lama
menyatakan bahwa perempuan pasa dasarnya “didapur”, yang berarti
tugas utama perempuan adalah mengurus rumah tangga. Akan tetapi
semakin lama nilai tentang peran peranan perempuan ini bergeser
karena adanya emansipasi wanita.
3. Pendidikan
Faktor ini menjadi syarat mutlak untuk melakukan kegiatan
pasrtisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup
seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
4. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain, dimana pekerjaan
seseorang akan menentukan hasil penghasilan seseorang. Berpatisipasi
dalam suatu kegiatan dibutuhkan perekonomian yang cukup atau
mapan.
5. Lamanya Tinggal
Lamanya tinggal seseorang dan pengalaman berinteraksi dalam
lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi sesorang.
Semakin lama orang tersebut tinggal di lingkungan tertentu akan
semakin besar juga partisipasinya dalam suatu kegitan.

Partisipasi masyarakat menurut tingkattanya dibedakan menjadi 7 tingkatan


yaitu :

1. Konsultasi, dimana orang yang berkepentingan mempunyai peluang untuk


memberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan.
2. Manipulasi, merupakan tingkat paling rendah mendekati situasi tidak ada
partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi.
3. Kesepakatan, dimana pada tingkat ini orang yang berkepentingan
berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi,
toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi

17
adalah individu-individu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju
bersifat pasif.
4. Pengambilan keputusan, dimana kesepatakan terjadi didasarkan pada
keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggungjawab untuk
menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat
perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok.
5. Resiko berbicara, dimana proses yang berlangsung dan berkembang tidak
hanya sekedar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil
yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap ini
semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil keputusan.
6. Kemitraan, dimana memerlukan kerja secara sama menuju hasil yang saling
mengungtungkan.
7. Manajemen Sendiri, dimana puncak dari partisipasi masyarakat.
Stakeholder berinteraksi dalam proses saling belajar (learning process)
untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.

3. Prinsip Prinsip Partisipasi

Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam


Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for
International Development (DFID) (dalam Monique

Sumampouw, 2004: 106-107) adalah :

1. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
2. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak
untuk menggunakan prakarsa tersebut dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-
masing pihak.
3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan
komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga
menimbulkan dialog.

18
4. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (Sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
5. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan
kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas
dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga
melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses
saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
7. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat
untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang
ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
D. Pemilihan Kepala Desa
Pemilihan kepala desa, atau seringkali disingkat Pilkades, adalah suatu
pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan
lurah yang merupakan pegawai negeri sipil, kepala desa merupakan jabatan yang
dapat diduduki oleh warga biasa.
Pemilihan kepala desa sendiri, biasanya dilaksanakan dengan jujur, adil, dan
aman. Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon Kepala Desa.
Pilkades telah ada jauh sebelum era pilkada langsung, akhir-akhir ini ada
kecenderungan pilkades dilakukan secara serentak oleh pemerintah daerah. Hal ini
dilakukan agar pelaksnaan lebih efisien, efektif. Menurut Peraturan Daerah
Lamongan Nomor 10 tahun 2006 pasal 6 ayat (1), (2), (3) yang di dikaitkan dengan
Peraturan Bupati Lamongan Pasal 6, 7, 8, 9, 10:
a. Masyarakat yang berhak mengunakan hak pilih dalam pemiliham kepala
desa :
1. Untuk mengunakan hak pilih, pemilih harus terdaftar sebagai pemilih.
2. Berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah menikah/belum menikah

19
3. Berdomisili di desa sekurang kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkanya sebagai daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan
kartu tanda penduduk atau surat keterangan penduduk
4. Sedang tidak terganggu jiwa/ingatannya.
5. Tidak sedang dicabut hak pilihnya, berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Tidak sedang menjalani hukuman pidana atau penjara.

Bagi masyarakat yang melengkapi persyaratan pemilihan diatas maka,


berhak untuk memilih akan tetapi hak pilih tidak dibenarkan diwakilkan
kepada siapapun dengan alasan apapun.

b. Calon kepala desa harus memenuhi syarat :


1. Warga negara republik Indonesia.
2. Bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
3. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, undang undang dasar
republik Indonesia tahun 1945, serta memelihara dan mempertahankan
keutuhan negara republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat.
4. Berusia minimal 25 (dua lima) tahun ketika mendaftar
5. Tidak sedang menjalani hukuman pidana atau penjara
6. Tidak pernah menjabar sebagai kepala desa selama 3 (tiga) periode
berturut turut atau tidak berturut turut.
7. Sehat jasmani dan rohani.
8. Bersedia di calonkan menjadi Kepala Desa
9. Berkelakuan baik, jujur, adil.
10. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat.

Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan sebagai kepala Desa.

1. Mendapat ijin tertulis dari instansi induknya dan berhenti sementara


dari jabatan organiknya.
2. Berpangkat serendah rendahnya Pengatur Muda Tingkat I ( II/b ) dan
setinggi tingganya 1 tingkat di bawah pangkat Camat setempat.

20
Anggota Tentara Nasional Indonesia aktif yang mencalonkan sebagai
Kepala Desa.

1. Mendapat ijin tertulis dari instansi induknya dan berhenti sementara


dari jabatan organiknya.
2. Berpangkat serendah rendahnya Sersan 1 dan setinggi tingganya 1
tingkat di bawah pangkat Komandan Rayon Militer setempat.

Anggota Polri aktif yang mencalonkan sebagai Kepala Desa.

1. Mendapat ijin tertulis dari instansi induknya dan berhenti sementara


dari jabatan organiknya.
2. Berpangkat serendah rendahnya Brigadir 1 dan setinggi tingganya 1
tingkat di bawah pangkat Kepala Kepolisian Sektor setempat.

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tidak bisa menjalonkan sebagai


Kepala Desa.

Perangkat Desa yang mencalonkan sebagai Kepala Desa harus


memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa dan mengajukan
permohonan no aktif.

Bagi Kepala Desa yang akan berakhir masa jabatanya dan mencalonkan
kembali sebagai Kepala Desa, harus memberitahukan secara tertulis
kepada BPD dan menyerahkan seluruh tugas dan kewenangannya kepada
Sekretaris Desa atau Perangkat Desa lainnya yang di tetapkan dalam
Keputusan Kepala Desa.

c. Berkas Administrasi Persyaratan.


Surat Permohonan ditulis tangan sendiri dengan bermaterai cukup ( Rp.
6.000 ) yang ditujukan kepada Bupati Lamongan melalui Panitia
Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa, dengan melampirkan :
1. Foto Copy Ijazah/STTB yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang.
2. Foto Copy Akte Kelahiran yang telah dilegalisir oleh pejabat
berwenang.
3. Foto Copy KTP dan KSK yang telah dilegalisir oleh pejabat
berwenang.

21
4. Surak Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
5. Surat Keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter Pemerintah.
6. Surat Pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang asli
bermaterai (RP. 6000-).
7. Surat Pernyataan setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah RI, yang asli
bermaterai (RP. 6000-).
8. Surat Pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa dan tidak
mengundurkan diri dari Calon Kepala Desa, yang asli bermaterai (RP.
6000-).
9. Surat Pernyataan tidak pernah dihukum karena Tindak Pidana
Kejahatan paling singkat 5 tahun, yang asli bermaterai (RP. 6000-).
10. Surat Pernyataan belum pernah menjadi sebagai Kepala Desa paling
lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan, yang asli bermaterai (RP.
6000-).
11. Surat Pernyataan mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat
Desa setempat, yang asli bermaterai (RP. 6000-).
12. Pas Foto Hitam Putih Ukuran 4 x 6 Cm sebanyak : 5 lembar dan Pas
Foto Berwarna Ukuran Postcard sebanyak 1 lembar.
d. Kegiatan pemilihan kepala dessa.
1. BPD memproses pemilihan Kepala Desa, paling lama 4 bulan sebelum
berakhir masa jabatan Kepala Desa
2. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat, pemilihan Kepala Desa bersipat langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil, pemilihan Kepala Desa dilaksanakan
melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.
3. Kepala Desa maksimal menjabat dua kali atau selama dua periode
4. Bakal calon Kepala Desa yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan.
5. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk panitia
pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga

22
kemasyarakatan. Panitian pemiliahan melakukan pemeriksaan identitas
bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan
penghitungan suara dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa kepada BPD.

6. Calon Kepala Desa terpilih disampaikan oleh BPD kepada bupati


melalui camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa.
Badan permusyawaratan desa (BPD) membentuk panitia pemilihan yang
keanggotaannya berasal dari unsur Perangkat Desa, unsur pengurus Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Unsur toko masyarakat, melalui musyawara dan
mufakat.
Susuna kepanitian desa wangen kecmatan glagah kabupaten lamongan :
1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Anggota
Tabel 1.1

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris Bendahara

Anggota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu di gunakan oleh peneliti sebagai referensi dan acuan
untuk menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut :

23
Gambar tabel 1.2
No Peneliti dan Judul dan Tahun Hasil Penelitian
jenis Penelitian Penelitian
1 Halili. PRAKTIK Hasil penelitan menunjukkan
Kuantitatif POLITIK UANG bahwa praktek politik uang
DALAM dalam pilkades memiliki pola
PEMILIHAN yang meliputi komponen pelaku,
KEPALA DESA strategi, dan sistem nilai yang
(Studi di Desa menggerakkannya. Praktek
Pakandangan Barat politilk uang berlangsung secara
Bluto Sumenep ekstensif meningkatkan
Madura) partisipasi formal pemilih.
Tahun 2009
2 Bulqiyah PEMILIHAN Hasil penelitian menunjukkan
Dekskriptis KEPALA DESA bahwa masyarakat Bawean
Kualitatif DAN menaruh harapan yang tinggi
PARTISIPASI dalam pemilihan kepala desa.
MASYARAKAT Melalui pemilihan kepala desa
MARJINAL (Studi masyarakat bawean berharap
kasus di Pulau adanya perubahan atau
Bawean, Indonesia) pembangunan.
Tahun 2019
3 Doni Arif UPAYA CALON Hasil penelitian ini menunjukkan
Abdillah KEPALA bahwa kendala kendala yang di
Dekstriptik DESADALAM hadapi oleh calon kepala desa
Kualitatif MEMENANGKAN adalah (1) Semakin besarnya
PEMILIHAN jumlah uang dalam amplop maka
KEPALA DESA semakin tinggi peluang untuk
(Studi di Desa memenangkan pemilihan kepala
Copangepok desa, (2) Terjadinya konflik antar
Kecamatan jelpuk calon kepala desa atau konflik
Kabupaten Jember) antar masing masing tim sukses.

24
Tahun 2019

F. Kerangka Pemikiran
Demokrasi oleh sebagian besar negara di dunia ini dianggap sebagai sistem
yang terbaik dimana pemerintahan yang dibangun merupakan pemerintahan dari,
oleh, dan untuk rakyat. Salah satu ciri dari negara demokrasi yang paling menonjol
adalah adanya pemilihan umum. Di Indonesia demokrasi telah menjadi fokus utama
yang menjadi landasan dalam setiap tindakan pemerintah. Dalam suatu negara
demokratis kepentingan rakyat diutamakan dan bersanding dengan kepentingan
negara.
Demokrasi asli yang berasal dari Indonesia adalah adanya pemilihan kepala
desa secara langsung oleh rakyat. Untuk melestarikan kehidupan demokrasi di desa
dan menjunjung tinggi semangat otonomi daerah maka Pemerintah Kabupaten
Lamongan menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun
2015 sebagai peraturan yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pemilihan kepala desa sehingga keinginan akan terciptannya pemerintahan desa
yang baik akan dapat tercapai.
Semua hal yang berkaitan dengan tata cara pemilihan kepala desa dimulai
dari pendaftaran, pencalonan dan pemilihan kepala desa dimana didalamnya juga
termasuk mengatur mengenai penjaringan bakal calon kepala desa, kampanye
hingga penghitungan suara. Meskipun tidak tertulis secara langsung adanya perda
ini juga mengisyaratkan untuk terciptanya partisispasi masyarakat yang aktif dalam
pelaksanaan Pilkades. Partisipasi yang dimaksud diantaranya adalah adanya
masyarakat yang ikut serta dalam kepanitiaan, adanya masyarakat yang ikut
mencalonkan diri menjadi calon kepala desa. Uraian diatas dapat dijadikan
keunggulan dan merupakan bagian dari partisipasi masyarakat.
Dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Wangen Kecamatan
Glagah Kabupaten Lamongan banyak faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam pemenangan calon Kepala Desa, hal ini dapat mengurangi nilai
nilai demokrasi yang sudah ada dan dapat menyebabkan kerusuhan antar

25
masyarakat. Apabila hal tersebut terjadi maka upaya untuk menciptakan
pemerintahan desa yang baik dan berdemokrasi tinggi akan tidak dapat tercapai.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen, dengan cara peneliti
melakukan wawancara secara langsung terhadap informan. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan pada penelitian kuantitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif, yang memberikan gambaran
tentang proses terjadinya kejadian-kejadian yang ada dan masih terjadi sampai saat
sekarang dan apa adanya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Wangen Kecamatan Glagah
Kabupaten Lamongan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data ada sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antara dua orang atau lebih yang
sedang bertatapan muka atau seacara fisik. Dalam proses wawancara ada dua
orang yang berkududukan yang berbeda yakni yang satu sebagai pemberi
informasi dan yang satunya sebagai pencari informasi.
Dalam penelitian ini, prosses wawancara digunakan untuk mencari tahu
faktor fakror yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pemilihan kepala desa.
D. Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data yang di
kemukakan oleh Miles, Huberman, dan Saldana (2014 : 14) yaitu reduksi data,
pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

27
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu dengan cara
wawancara dan studi dokumen, kemudian data tersebut di reduksi dengan
cara merangkum dan menfokuskan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
b. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data sebanyak banyak
sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Penyajian Data
Penyajian data ini dilakukan setelah peneliti melakukan reduksi
data. Data yang di reduksi kemudian di sajikan dengan uraian singkat.
Dalam penelitian ini, penyusunan data dilakukan dengan sistematis.
d. Penarikan Kesimpulan
Setelah proses dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian
selesai, maka proses terakhir adalah penarikan kesimpulan. Dalam proses
ini peneliti akan menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian

28
BAB IV
SETTING SOSIAL
A. Dekskripsi Lokasi Penelitian
1. Kedudukan Dan Latar Belakang
Dusun Wukir merupakan salah satu Dusun yang ada di desa
Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Dusun wukir
mempunyai 1 Kepala Dusun yang bertugas untuk mengatur wilayahnya.

Gambar 1.2

Gambar 1.2
Peta Desa Wangen
Desa Wangen merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. di Desa Wangen. Desa Wangen
memiliki luas wilayah 213,6 KM. Terdapat 3 dusun yang berada di Desa
Wangen yakni dusun Wukir, dusun Wangen, dusun Sembuh.
Fasilitas umum yang berada di Desa wangen adalah dua masjid,
yang memiliki aliran berbeda yakni Nadhatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat sekolah, pukesmas yang berada di dusun Wukir.
2. Jumlah Penduduk

29
Penduduk Desa Wangen umumnya berprofesi sebagai petani dan
petani tambak dengan komoditas utama padi, udang, dan berbagai jenis
ikan air tawar. Terdapat pula penduduk yang bergerak di sektor non
pertanian yaitu usaha perdagangan.
Gambar 1.3
Laki Laki Perempuan Jumlah Keluarga Pertanian Keluarga buruh tani
830 796 1626 153 11

3. Visi dan Misi Dusun Wukir


Visi :
Mewujudkan kondisi masyarakat dan lingkungan Dusun Wukir yang
aman, damai, tertip, guyup rukun, adil, makmur dan sejahtera.
Misi :
1. Mengembangkan potensi yang ada di masyarakat.
2. Mencipkan kondisi lingkungan masyarakat yang adil, makmur, guyup
rukun.
3. Menjadikan Dusun Wukir menjadi Dusun yang lebih baik dan maju.

Struktur Organisasi

Dusun Wukir di pimpin oleh Kepala Dusun yang di bantu oleh Rt /


Rw serta Karang Taruna Dusun Wukir. Yang memiliki tugas dan
fungsinya sebagai berikut:
1. Kepala Dusun
Tugas dan Fungsi :
1. Membina ketertiban dan Ketentraman masyarakat.
2. Melaksanakan upaya perlindungan masyarakat, mobilitas
kependudukan, menata dan mengelola wilayah.
3. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayah kerjanya
4. Melaksanakan pembinaan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga
lingkungannya masing masing.
5. Sebagai Motor Penggerak Kependudukan (mobilisasi).

30
2. Rt / Rw
Tugas dan Fungsi :
1. Melakukan pelayanan masyarakat, dalam hal meningkatkan kinerja
pemerintah desa / kelurahan dalam menangani warga.
2. Memaksimalkan peran masyarakat dengan gotong royong serta
swadaya masyarakat dan kegiatan kegiatan lainya.
3. Memberikan informasi dan penjelasan kepada masyarakat
mengenai pemerintah desa.
4. Memelihara kerukunan hidup antar warga.
5. Membina warga setempat dalam hal kehidupan keluarga dalam
masyarakat.
6. Membuat data penduduk akan pengamatan tertentu yang di
perlukan sebagai arsip desa atau kelurahan.
7. Membuat gagasan berdasarkan aspirasi masyarakat.
8. Menjadi penghubung antar masyarakat dan pemerintah desa/
kelurahan.
3. Karang Taruna
Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5
Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan
(“Permendagri 5/2007”), karang taruna adalah Lembaga
Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa
tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat
dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial, yang
secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.
Tugas Pokok :
Secara bersama-sama dengan pemerintah dan komponen
masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, dan
pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya, baik bersifat
melindungi, mengayomi.

31
Fungsi :
1. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi
muda secara menyeluruh, dan terarah serta berkesinambungan.
2. Penanaman pengertian dan meningkatakan kesadaran tanggung
jawab sosial genrasi muda.
3. Pengembangan kreatifitas dan pencegahan terhadap kenakalan
remaja.
4. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai
kearifan.

32
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Di Desa Wangen Kecamatan


Glagah Kabupaten Lamongan
Tata cara pemilihan kepala desa (pilkades) di Desa Wangen Kecamatan
Glagah Kabupaten Lamongan pada dasarnya sama dengan pilkades di desa-desa
yang lain yang ada di Kabupaten Lamongan. Dasar yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pilkades adalah Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pencalonan, pemilihan, pelantikan dan
Pemberhentian Kepala Desa.
Pilkades di Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang
di selenggarakan pada tanggal 27 Agustus 2019 pada dasarnya adalah untuk
mewujudkan, memilih, dan menetapkan adanya kepala desa yang tetap ada di Desa
Wangen untuk memimpin pemerintahan Desa Wangen. Hal tersebut penting karena
penyelenggaraan pemerintahan desa yang berdaya guna dan berhasil guna dengan
pemberdayaan seluruh masyarakat, hanya akan terwujud manakala ada kepala desa
yang tetap dan terpilih dengan cara yang demokratis. Dalam hal ini Kepala Desa
merupakan figur yang sangat penting dan strategis peranannya dalam rangka
memajukan masyarakat, desa dan pemerintahan desa setempat.
Untuk mewujudkan semua itu jelas diperlukan adanya suatu proses
pemilihan Kepala Desa (pilkades) yang didasarkan pada peraturan
perundangundangan yang ada. Pendasaran itu penting adanya hal ini dikarenakan
proses pilkades sangat panjang dan saling terkait, mulai dari pendaftaran untuk
mendapatkan bakal calon, memilih dan menetapkan Kepala Desa yang berdedikasi,
cakap, dan mampu untuk melaksanakan semangat otonomi daerah, hingga
pembiayaan dari pilkades itu sendiri. Sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat, desa merupakan suatu
wilayah yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten serta dipimpin oleh seorang Kepala Desa.
Kepala Desa dalam memimpin desa tidaklah berjalan tanpa dukungan dari
masyarakat. Termasuk dukungan dari Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai

33
Badan Perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa
yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam hal ini, kepala desa adalah yang
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa yang bertanggungjawab kepada
rakyat melalui BPD.
Untuk menetapkan Kepala Desa harus dilakukan melalui Pilkades yang
diselenggarakan oleh panitia pencalonan dan pemilihan Kepala Desa yang
selanjutkan disebut panitia pemilihan yang dibentuk oleh BPD yang
keanggotaannya terdiri dari anggota BPD dan pamong desa yang bertugas untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pencalonan dan pemilihan Kepala Desa. Semua kegiatan Pilkades harus dilakukan
dengan perencanana yang matang dan melibatkan berbagai pihak terkait. Dalam
pelaksanaan Pilkades di Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan,
semua diawali dengan akan segera berakhirnya masa tugas Kepala Desa Wangen
periode sebelumnya dan adanya keinginan masyarakat untuk memilih kepala
desanya sendiri demi tetap berjalannya roda pemerintahan Desa Wangen.
Dari keinginan itulah, dilakukan pembentukan panitia pemilihan yang
keanggotaannya berasal dari para anggota BPD dan Pamong Desa. Dasar
pembentukannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Pencalonan, pemilihan, pelantikan dan Pemberhentian Kepala
Desa. Pembentukan dilakukan paling lama 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
masa jabatan Kepala Desa Wangen.
Panitia Pilkades Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan
dibentuk pada senin tanggal 27 bulan Agustus tahun 2019, musyawarah dihadiri
oleh oleh anggota badan permusyawaratan desa, kepala desa, perangkat desa,
lembaga kemasyarakatan desa, tokoh / pemuka desa wangen dengan kepengurusan
sebagai berikut :
1. Ketua :
2. Wakil Ketua :
3. Sekretaris :
4. Bendahara :

34
5. Seksi Seksi
a. Seksi Pendaftaran :
b. Seksi Dok/Pub :
c. Seksi Kampanye :
d. Seksi Perlengkapan :
e. Seksi Keamanan :

Panitia pemilihan Pilkades Desa Wangen bertugas :

1. Melaksanakan tahapan pengisian Kepala Desa sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.
2. Melakukan pemeriksaan identitas bakal calon Kepala Desa berdasarkan
persyaratan yang telah ditentukan.
3. Melakukan Penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa sesuai
persyaratan.
4. Menyusun dan mengajukan rencana biaya pemilihan Kepala Desa/pejabat
Kepala Desa untuk dianggarkan dalam APB Desa.
5. Melakukan pendaftaran pemilih.
6. Menyiapkan tempat pemungutan suara, surat suara, kotak suara, kotak suara
dan bilik suara.
7. Menetapkan dan menggumumkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) setelah
disetujui dan di tandatangani oleh bakal calon Kepala Desa.
8. Menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) setelah disetujui dan
ditandatangani oleh bakal calon Kepala Desa.
9. . Mengadakan undian tanda gambar dan mengatur tata cara kampanye.
10. . Membuat Berita Acara pelaksanaan pemungutan suara dan Berita Acara
Penghitungan suara.

Penduduk desa yang memiliki hak pilih dalam Pilkades haruslah memenuhi
persyaratan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 41 Perda Kabupaten Lamongan
Nomor 3 Tahun 2015, yang meliputi :

1. Warga Negara Indonesia.


2. Terdaftar sebagai penduduk desa Secara sah dan bertempat tinggal di Desa
Setempat sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus.

35
3. Telah mencapai umur 17 (tujuh belas) tahun atau pernah kawin.
4. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hokum tetap.
5. Tidak sedang menjalani pidana kurang atau penjara.

Untuk dapat menggunakan hak pilihnya dalam Pilkades, pemilik hak pilih harus
terlebih dahulu mendaftarkan diri secara aktif kepada panitia pemilihan atau
didaftar oleh panitia pada waktu yang telah ditetapkan. kemudian ditetapkan dalam
Daftar Pemilih Sementara (DPS) oleh Panitia Pemilihan dan diumumkan kepada
penduduk desa selama 15 (lima belas) hari.

Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang talah diumumkan sebagaimana


setelah mengalami perbaikan dan atau tambahan berdasarkan hasil masukan
penduduk desa ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) oleh panitia
pemilihan dengan diteliti oleh bakal calon Kepala Desa. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mendapatkan persetujuan dari bakal calon kepala desa dalam hal jumlah dan
nama pemilih, untuk kemudian ditandatangani para bakal calon Kepala Desa
sebelum panitia pemilihan mengumumkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih.

Daftar pemilih tetap untuk pemilihan Kepala Desa, di Desa Wangen


Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun 2013 adalah sebanyak : 1230
orang. Dengan jumlah laki laki sebanyak 625 orang, sedanglan perempuan
sebanyak 605 orang. Jumlah pemilih tambahan sebanyak 7 orang.

Untuk menentukan bakal calon Kepala Desa , berdasarkan Pasal 12, panitia
pemilihan melaksanakan penyaringan terhadap bakal calon Kepala Desa melalui
penelitian berkas-berkas persyaratan administrasi yang diajukan oleh para bakal
calon Kepala Desa. Selain penelitian berkas-berkas persyaratan panitia pemilihan
juga mengadakan ujian penyaringan untuk mengetahui tingkat pengetahuan bakal
calon.

Berdasarkan hasil penelitian berkas-berkas persyaratan dan pelaksanaan


ujian penyaringan panitia pemiihan menetapkan 2 (dua) orang bakal calon Kepala
Desa, yaitu :

1. Drs Bukhari

36
2. Mafrudli, S.Ag, M.Pd

Nama-nama tersebut kemudian diusulkan kepada BPD untuk ditetapkan


menjadi Calon Kepala Desa yang berhak dipilih. Penetapan tersebut dituangkan
dalam keputusan BPD dan diumumkan kepada penduduk desa 3 (tiga) hari dari
sebelum tanggal pemungutan suara.

Pada hari yang sama sesudah pelaksanaan pengumuman oleh panitia


pemilihan dilanjutkan dengan pengundian nomor urut dan tanda gambar para Calon
Kepala Desa yang berhak dipilih,yang hasilnya adalah sebagai berikut.

1. DRS. Bukhari
2. Mafrudli, S.Ag, M.Pd

Adapun tanda gambar yang digunakan biasanya menggunakan gambar foto masing-
masing Calon Kepala Desa.

Setelah nama Calon Kepala Desa diumumkan, maka dilanjutkan dengan


kampanye Pilkades. Dasar pelaksanaannya adalah Pasal 47 Perda Kabupaten
Lamonan Nomor 3 Tahun 2015, yang dimaksudkan untuk lebih mengenal terhadap
kepribadian, visi, misi, serta program-program pembangunan desa yang akan
dilakukan oleh Calon Kepala Desa yang berhak dipilih.

Panitia pemiihan memberikan waktu kepada Calon Kepala Desa untuk


melakukan kampanye selama 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara
dengan cara penyampaian visi dan misi serta program-program pembangunan desa
dilakukan di depan BPD, pamong desa, tokoh masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan yang ada di Desa Wangen. Pelaksanaan penyampaian visi dan misi
serta program-program pembangunan Desa Wangen dilakukan di Balai Desa
Wangen dan dilanjutkan dengan pemasangan tanda gambar/foto Calon Kepala
Desa.

Agar pelaksanaan Pilkades dapat berjalan dengan baik dan tidak diwarnai dengan
tindakan yang dapat menggangu atau menggagalkan pelaksanaan Pilkades itu
sendiri, maka larangan-larangan sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Perda
Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015 telah ditekankan oleh panitia untuk
dapat dihormati dengan sebaik mungkin agar tidak sampai dilanggar. Dalam hal ini,

37
bakal calon Kepala Desa dan Calon Kepala Desa dilarang memberikan dan atau
menjanjikan akan memberikan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung
dengan nama atau dalih apapun kepada siapapun dalam usaha untuk memenagkan
dirinya dalam pelaksanaan pemungutan suara.

Larangan tersebut dalam pelaksanaannya di lapangan ternyata dilanggar.


Meski pada awalnya masyarakat maupun Calon Kepala Desa menyatakan tidak ada
money politics (politik uang) dalam Pilkades di Desa Wangen, namun patut di duga
Calon Kepala Desa telah bersepakat untuk memberikan sesuatu kepada pemilik hak
pilih.

Dugaan tersebut setidaknya dapat diindikasikan dengan adanya Calon


Kepala Desa yang memberi sejumlah uang kepada pemilik hak pilih. Maksud dari
pemberian tersebut tidaklain dan tidak bukan agar para pemilik hak pilih mencoblos
gambar/foto yang menjadi tanda dari Calon Kepala Desa yang memberi sesuatu
tadi.

Inilah suatu pelanggaran Perda lamongan Nomor 3 Tahun 2015 yang


nampaknya telah “dilegalisasi” melalui kesepakatan para Calon Kepala Desa. Suatu
proses demokrasi di desa yang ternoda dan terabaikan lantaran dimungkinkan ada
konspirasi di antara Calon Kepala Desa yang diketahui pihak panitia. Konspirasi
dengan segala resiko yang disepakati semacam itulah yang akhirnya membuat
pelaksanaan Pilkades Desa Wangen, yang diselenggarakan pada hari Selasa
Tanggal 27 Agustus 2019, tidak dipersoalkan keabsahannya oleh Calon Kepala
Desa yang tidak terpilih maupun pendukungnya.

Pelaksanaan Pilkades yang patut diduga berwarna money politics semacam


itu sangat mungkin terjadi karena Pilkades sebagai pelaksanaan demokrasi di desa,
berdasarkan Perda Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015, dilaksanakan
dengan cara pemungutan suara. Konsekuensinya, pemungutan suara dalam
Pilkades Desa Wangen dilaksanakan sesuai dengan asas Langsung, Umum, Bebas,
Rahasia, Jujur dan adil tentu patut dipertanyakan apabila di dalamnya patut diduga
telah terjadi praktek money politics.

38
Untuk pelaksanaan Pilkades di Desa Wangen Kecamatan Glagah, 7 (tujuh)
hari sebelum pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan telah
memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dengan cara :

1. Menyampaikan undangan
2. Mengadakan dan atau menempelkan pengumuman-pengumuman di tempat-
tempat yang strategis tentang tanggal, jam dan tempat pemungutan suara
akan dilaksanakan dengan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur
dan Adil.

Dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.yang dilakukan di Desa


Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, panita Pemilihan membagi tata
tertib pelaksanaannya yaitu :

1. Pemungutan suara
a. Pemungutan suara dilaksanakan pada hari selasa Tanggal 27 Agustus
2019 dari pukul 07.00 s/d 13.00 WIBB yang dilaksanakan di balaidesa
Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.
b. Pada saat pemungutan suara, para calon Kepala Desa yang berhak
dipilih , harus berada di tempat pemungutan suara dana tau dengan
alasan lain calon Kepala desa diperkenankan meninggalkan tempat atas
dasar izin dari panitia Pemilihan Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa, harus menandatangani berita acara pemungutan
suara dan berita acara perhitungan suara.
c. Sebelum pemungutan suara dimulai, panitia akan membuka kotak suara
dan memperlihatkan kepada pemilih yang hadir bahwa kotak suara
dalam keadaan kosong.
d. Pemilih yang hadir, harus membawa kartu panggilan/undangan untuk
diganti dengan 1 (satu) lembar surat suara oleh panitia Pemilihan kepala
Desa
e. Pencoblosan surat suara harus dilakukan di dalam bilik suara dengan
mengunakan alat yang telah di sediakan oleh panitia Pemilihan Kepala
Desa.
2. Perhitungan Suara

39
a. Perhitungan suara dilaksanakan setelah pemungutan suara dinyatakan
ditutup oleh panitia
b. Syarat syarat surat suaranya sah yakini, Surat suara tidak dalam keadaan
rusak, Lubang coblosan berada dalam satu kotak lambing/tanda gambar,
Berkas coblosan yang berasal dari alat coblos yang disediakan oleh
panitia.
c. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih, adalah calon yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak.

Dalam Pilkades Desa Wangen, telah disebutkan bila Pilkades dinyatakan


sah apabila jumlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih yang ada dalam DPT. Dalam hal
jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari yang
ditentukan, Pilkades dinyatakan batal dan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari setelah
pembatalan, panitia pemilihan menggadakan pemilihan ulangan.

Apabila dalam pemilihan ulang jumlah pemilih yang hadir untuk


menggunakan hak pilihnya kurang dari 1/2 (setengah) dari jumlah pemilih yang
terdapat dalam DPT maka berlakulah ketentuan penunjukan pejabat Kepala Desa.

Dalam Pilkades di Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan,


tidak ada penundaan pelaksanaan Pilkades. Semua telah dilaksanakan sesuai jadwal
dengan pemilih yang menggunakan hak pilihnya adalah sebanyak : 1.082 orang dari
: 1.230 orang yang terdaftar sebagai pemilih tetap.

Pemungutan suara waktu itu selesai tepat pada pukul 13.00 WIBB dan
kemudian dilanjutkan dengan pembukaan kotak suara dan menghitung jumlah suara
yang masuk setelah diteliti dengan disaksikan oleh para calon Kepala Desa. Panitia
kemudian wajib mengumunkan hasil jumlah perhitungan suara. Dengan hasil
sebagai berikut :

1. Jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) Sebanyak
: 1.230 orang.
2. Jumlah pemilih yang hadir dan menggunakan hak pilihnya sebanyak : 1.082
orang.

40
3. Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 148 orang.
4. Jumlah surat suara yang tidak sah : 96 lembar.
5. Calon Kepala Desa DRS Bukhari memperoleh suara sebanyak : 420 suara.
6. Calon Kepala Mafrudli, S,Ag, M.Pd memperoleh suara sebanyak : 566
suara.

Dengan demikian pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen Kecamatan


Glagah Kabupaten Lamongan yang dilaksanankan pada Hari Selasa 27 Agustus
2019 dimenangkan oleh Bapak Mafrudli, S.Ag, M.Pd dengan perolehan suara
sebanyak : 566 suara.

Untuk menjaga agar pelaksanaan Pilkades dapat berjalan dengan baik


hingga selesainya, berdasarkan Perda Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015
Pasal 39 huruf a, para Calon Kepala Desa mulai pada saat pemungutan suara hingga
pada saat penghitungan suara, harus berada di tempat yang sudah ditentukan dalam
area tempat pemungutan suara kecuali ada alasan yang dapat dibenarkan oleh
panitia pemilihan.

Pada saat pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen Kecamatan


Glagah kabupaten Lamongan, para Calon Kepala Desa mengikuti secara seksama
setiap kegiatan Pilkades hingga selesai pada waktunya. Setelah pemungutan suara
dan penghitungan suara selesai dilaksanakan, para Calon Kepala Desa dan Ketua
Panitia Pemilihan Kepala Desa kemudian menandatangani Berita Acara.
Penandatanganan Berita Acara pemungutan suara ini dilakukan setelah
pemungutan suara berakhir dan sebelum penghitungan suara dimulai.

Penandatanganan Berita Acara perhitungan suara dilakukan setelah


penghitunagan suara selesai. Dalam Pilkades Desa Sriwulan, hanya Calon Kepala
Desa terpilihlah yang menandatangani Berita Acara pemungutan suara dan
penghitungan. Meskipun demikian sesuai dengan Pasal 39 huruf C Perda
Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015 apabila Calon Kepala Desa yang
berhak dipilih tidak mau menandatangani Berita Acara pemungutan suara dan atau
penghitungan suara maka yang bersangkutan dianggap menyetujui hasil
pemungutan suara dan penghitungan suara serta pelaksanaan dan hasilnya
dinyatakan sah. Semua menyetujui hasil pemungutan suara dan penghitungan.

41
Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon Kepala Desa yang
mendapatkan suara terbanyak. Bardasarkan Berita Acara pemungutan suara dan
Berita Acara penghitungan suara, Calon Kepala Desa terpilih ditetapkan dalam
keputusan BPD serta diusulkan kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan
menjadi Kepala Desa periode 2019-2025.

Pengesahan Bapak Mafrudli, S.Ag, M.Pd sebagai Kepala Desa di Desa


Wangen Kecamatan Glagah yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Lamongan
Nomor : 188/565/KEP/413.013/2019 Tanggal 28 Februari 2019. Jikalau dalam
Perda Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015 Pasal 53 disebutkan bahwa,
selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya
Keputusan Bupati tentang pengesahan sebagai Kepala Desa, maka yang
bersangkutan harus sudah dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.
Maka dalam hal Kepala Desa terpilih Desa Sriwulan ternyata lebih dari batasan
waktu yang telah ditentukan dalam Perda.

Mengingat dalam Pilkades Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten


Lamongan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tentu rencana biaya pencalonan
dan Pemilihan Kepal Desa diajukan sejak dini oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa
setelah dimusyawarahkan dengan BPD, Kepala Desa/ Pejabat Kepala Desa
menetapkan biaya tersebut dibebankan kepada para Calon Kepala Desa dan bantuan
APBD Kabupaten Lamongan. Biaya yang dibutuhkan pada saat itu adalah sebesar
Rp. 50.410.930,- (lima puluh juta empat ratus sepuluh ribu sembilan ratus tiga
puluh rupiah).

Pertanggung jawaban penyelenggaraan dan penggunaan biaya Pemilihan


Kepala Desa disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada Kepala Desa dalam rapat
BPD yang dihadiri Pemerintah Desa dalam jangka waktu selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari setelah tanggal pelantikan Kepala Desa terpilih.

B. Partisipasi Masyarakat Desa Wangen Dalam Pemilihan Kepala Desa


Dalam Pemiihan Kepala Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten
Lamongan pada Tahun 2019, terlihat partisipasi aktif dari warga desa untuk ikut
serta mensukseskan Pemilihan Kepala Desa tersebut. Hal ini dapat terlihat berbagai
tahapan yang di dalamnya selalu diikuti oleh warga desa mulai dari tahapan

42
pembentukan panitia, hingga partisipasi warga yang bersedia mencalonkan diri
menjadi Calon Kepala Desa dan menjadi tim sukses. Secara rinci bentuk dari
partisipasi masyarakat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2015
tentang tata cara pencalonan, pemilihan, pengesahan, pelantikan,
pemberhentian sementara dan pemberhentian Kepala Desa yang di
dalamnya juga mengatur mengenai penyusunan pembentukan Panitia
Pemilihan Kepala Desa, selanjutnya ditindak lanjuti dengan adanya
keputusan BPD Desa sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
Nomor 188/01/Kep/413. 322. 27/2019 tentang pembentukan panitia
pemilihan Kepala Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan
dibentuklah Panitia Pemilihan Kepala Desa Wangen. Sesuai dengan
peraturan yang tercantum di atas, maka dilakukannya musyawarah mufakat
untuk menentukan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa yang
keanggotaannya terdiri dari para anggota BPD, LPM, serta para tokoh
masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada responden melalui
pemilihan secara acak dalam Kepanitiaan Pemilihan Kepala Desa, muncul
pengakuan dari Bapak Suharto yang menjabat sebagai seketaris desa,
menyatakan sebagai berikut :
“Di dalam kepanitiaan saya berkedudukan sebagai Ketua,
pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa dilakukan oleh kepala
BPD yang terlebih dahulu mengelar rapat musyawarah pembentukan
panitia, jadi saya sebagai tokoh masyarakat yang juga sebagai
Sektretaris Desa dinilai mampu untuk mengemban tugas ini sehingga
saya terpilih menjadi Ketua dalam kepanitiaan. Dasar hukum
penbentukan panitia tersebut telah diatur dalam Perda Kabupaten
Lamongan Nomor 3 Tahun 2019 dan selanjutnya juga diatur dalam
Keputusan BPD Nomor 188/01/Kep/413. 322. 27/2019. Seharusnya
mekanisme pemilihan anggota panitia harus melalui pengumuman

43
kepada warga desa tetapi hal ini dinilai terlalu lama dan terkesan
berteletele”. (wawancara tanggal 10 Februari 2022).
Dari keterangan di atas yang diberikan oleh Bapak Suharto, bahwa
beliau ikut serta dalam kepanitiaan karena selain sebagai tokoh masyarakat
yang juga sebagai Sektretaris Desa dimana kebanyakan masyarakat
mengenal beliau, sehingga beliau dinilai mampu untuk menyelenggarakan
Pemilihan Kepala Desa yang demokratis. Pemilihan dalam kepanitiaan ini
juga dipilih langsung oleh Kepala BPD melalui penunjukan dan tidak
terlebih dahulu mengumumkan kepada masyarakat karena apabila hal
tersebut terlebih dahulu diumumkan kepada masyarakat akan memerlukan
waktu yang cukup lama.
Hal serupa juga diutarakan oleh responden lain yaitu Bapak Slamet
yang bekerja sebagai guru, beliau mengatakan :
“Dalam kepanitiaan saya berkedudukan sebagai anggota, pemilihan
anggota panitia dimusyawarahkan oleh Ketua BPD, dan yang berhak
menjadi anggota dalam kepanitiaan adalah anggota BPD, LPM, tokoh
masyarakat, dan perangkat desa, dimana dasar hukum penbentukan
panitia tersebut telah diatur dalam Perda Kabupaten Lamongan
Nomor 3 Tahun 2015 dan selanjutnya juga diatur dalam Keputusan
BPD Nomor 188/01/Kep/413. 322. 27/2019. Saya merupakan bagian
dari tokoh masyarakat yang pada akhirnya ditunjuk menjadi anggota
Panitia Pemilihan Kepala Desa”(wawancara tanggal 10 Februari 2022)
Bapak Suharto juga memberikan pernyataan yang sama yaitu dalam
pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa dibentuk melalui rapat
musyawarah mufakat yang diselenggarakan oleh Ketua BPD dan didalam
rapat itu terdapat penunjukan siapa sajakah yang berhak menjadi panitia.
Dari kedua responden tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa didalam
penunjukan siapa saja yang duduk sebagai anggota Panitia Pemilihan
Kepala Desa ditentukan dalam rapat musyawarah mufakat yang
diselenggarakan oleh BPD dan dari rapat tersebutlah langgsung ditunjuk
anggota kepanitiaan yang merupakan wakil dari BPD, LPM, tokoh
masyarakat, dan perangkat desa.

44
2. Partisisipasi Para Elit Desa
Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terdapat
kelompokkelompok orang yang memiliki pengaruh atau sebagai barometer
dalam pergaulan masyarakat. Elit desa terkadang sebagai penentu terjadinya
suatu perubahan dalam segala bidang meskipun hal yang demikian itu tidak
mutlak terjadi tetapi perlu diakui bahwa elit desa mempunyai pengaruh akan
hal itu. Orang-orang yang demikian lah yang mempunyai pengaruh ataupun
yang dianggap sebagai barometer kehidupan yang disebut sebagai elit desa.
Julukan sebagai elit desa dewasa ini bukan hanya diberikan kepada
satu atau dua orang saja tetapi banyak orang tergantung daripada masing-
masing kelebihan yang dimilikinya. Ada elit desa yang karena harta
kekayaanya dinilai paling mencolok dibandingkan warga lainnya, ada pula
elit desa dikarenakan pekerjaannya yang dianggap mulia sebagai contoh
Dosen, Dokter, Guru dan lain sebagainya, dan adapula dipandang sebagai
elit karena bakat seseorang untuk mempengaruhi orang yang lain.
Di dalam bagian ini akan mendeskripsikan sebagian kecil dari pada
elit Desa Wangen, dengan hanya berpedoman pada tingkat pengaruh
mereka di dalam masyarakat. Dalam hal ini elit desa tidak hanya terbatas
pada para Calon Kepala Desa saja tetapi juga pada para tim sukses.
a. H. Imam Shohibul Aziz
Bapak yang berpenampilan tegas dan lugas ini mempunyai nama
lengkap Imam Shohibul Aziz. Beliau adalah seorang Guru dan Kepala
Sekolah disekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa Wangen
Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Banyak kalangan warga
Desa Wangen mengenal beliau sebagai orang yang serba bisa dan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan. Seiring dengan keahlian dalam
berbagai bidang dan telah dikenal warga sebagai tokoh masyarakat,
beliau telah diangkat menjadi ketua Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Beliau juga yang menentukan panitia pencalonan pemilihan
kepala desa wangen dalam musyawarah yang dihadiri oleh anggota
BPD, Kepala Desa, Perangkat Desa, Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan Desa, Tokoh/pemuda masyarakat desa wangen.

45
Menurut beliau pada dasarnya pelaksanana Pemilihan Kepala Desa
di desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan berlangsung
cukup demokratis hal ini dapat dilihat mulai dari pada saat pembentukan
Panitia Pemilihan Kepala Desa meskipun pemilihannya tidak dilakukan
melalui pengumuman terlebih dahulu kepada masyarakat banyak tetapi
pemilihan Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan cara mengambil dari
perwakilan tokoh masyarakat, aparat desa, LPM, dan anggota BPD hal
tersebut dikarenakan efektifitas waktu dan dipandang tokoh-tokoh
masyarakat merupakan perwakilan dari para warga masyarakat, dengan
kata lain terdapat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa.
Bapak Imam berpendapat bahwa Kinerja panitia dalam pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa cukup baik hal ini terbukti dengan lancarnya
semua proses dalam urutan Pemilihan Kepala Desa mulai dari
pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa hingga Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa. Tetapi berdasarkan pernyataan Bapak Imam di atas di
dalam Kepanitiaan tak dapat dipungkiri terdapat beberapa orang panitia
yang memang juga merupakan tim sukses atau pendukung dari salah
satu Calon Kepala Desa, akan tetapi dukungan tersebut tidak sampai
menjadikan kinerja panitia menjadi buruk.
Terkait dengan adanya politik uang, Bapak Imam selaku Ketua BPD
berpendapat bahwa adanya politik uang (Money Politics) dalam
Pemilihan Kepala Desa merupakan sesuatu yang wajar tidak hanya
dalam Pemilihan Kepala Desa, Pemilihan yang lainnya yang berkaitan
dengan adanya kekuasaan maka politik uang itu sering terjadi dan dapat
dikatakan telah membudaya. Adanya money politik memang sulit
dibuktikan tetapi dari beberapa indikasi dan pernyataan dari beberapa
warga memang telah terjadi politik uang. Hal tersebut sulit untuk
dibuktikan dan berakibat pada tidak adanya hukuman yang tegas bagi
para Calon Kepala Desa yang melaksananakan politik uang tersebut.
b. Drs. Bukhari

46
Drs. Bukhri Merupakan salah satu Calon Kepala Desa. Beliau
merupakan penduduk asli Desa Wangen. Beliau pada saat mencalonkan
diri sebagai Calon Kepala Desa masih berusia 55 (Lima puluh lima)
tahun. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari sekolah Madrasah
Ibtidaiyah di Desa Wangen. Setelah berhasil lulus MI beliau kemudian
beliau melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah Madrasah
Menengah Tingkat Pertama Negeri Babat yang beliau selesaikan pada
tahun 1981. Setelah lulus MTsN beliau melanjutkan pada jenjang
sekolah Madrasah Tingkat Atas (MAN) Bungah, Gresik dan
diselesaikan pada tahun 1984. Penidikan terahir beliau adalah S1 di
Universitas Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Sesudah beliau lulus sebagai Sarjana Dakwah di Universitas Institut
Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Bapak Bukhari ini merupakan orang yang sederhana. Bapak Bukhari
merupakan seorang Petani Tambak yang cukup berhasil. Beliau
mempunyai beberapa lahan tambak yang cukup maju. maka tak heran
jika Bapak Bukhari ini juga tergolong sebagai orang yang cukup mampu
di desa wangen.
Sebagai warga asli desa Wangen maka beliau merasa mempunyai
tanggung jawab akan keberadaan desa Wangen dan ingin membawa
desa Wangen ini kearah pembangunan yang lebih maju. Adanya
keinginan Bapak Bukhari untuk ikut serta berkompetisi memperebutkan
jabatan sebagai Kepala Desa mendapatkan dukungan dari warga sekitar,
bentuk dari dukungan warga ini adalah bersedia secara sukarela untuk
menjadi tim sukses.
Para relawan tersebut yang selanjutnya dapat disebut sebagai tim
sukses dalam menarik simpati dan dukungan para warga masyarakat
emnggunakan cara yang sebagaimana juga digunakan oleh para tim
sukses yang lain yaitu dengan berkunjung kerumah warga, menghadiri
pertemuan-pertemuan warga sebagai upaya mensosialisasikan Calon
Kepala Desa yang mereka usung.

47
Dalam upaya pemenangan Bapak Drs. Bukhari menjadi Kepala
Desa para tim sukses bekerja ekstra keras untuk menarik simpati dan
dukungan para warga. Berkunjung dari rumah satu kerumah yang lain
dan bersosialisasi melalui pertemuan-pertemuan warga. Yang menjadi
perhatian beliau dalam kegiatan berkampanye adalah adanya perbaikan
dalam pelayanan terhadap masyarakat.
Dalam pengakuan Bapak Bukhari, beliau cukup puas dengan
perolehan suara beliau dalam Pilkades desa Wangen tahun 2019
kemarin. Hal tersebut menurut pengakuan beliau diperoleh tanpa harus
memberikan imbalan berupa uang langsung kepada warga. Tetapi beliau
kurang puas dengan kekalahan beliau dari Calon Kepala Desa lainnya
yang menurut beliau disebabkan karena adanya politik uang (money
politik). Dengan pernyataan beliau tersebut maka beliau beranggapan
bahwa dalam memilih seorang pemimpin terutama pemimpin desa,
warga Wangen memilih hanya berdasarkan atas siapa yang memberi
uang maka itulah yang menjadi pilihan saya.
c. Mafrudli, S.Ag, M.Pd
Beliau Merupakan salah satu Calon Kepala Desa. Beliau juga
merupakan penduduk asli Desa Wangen. Beliau pada saat mencalonkan
diri sebagai Calon Kepala Desa masih berusia 46 (Empat puluh enam)
tahun. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari sekolah Madrasah
Tingkat Ibtidaiyah di Desa Wangen. Setelah berhasil lulus MI beliau
kemudian beliau melanjutkan pada jenjang pendidikan Sekolah
Madrasah Menengah Tingkat Pertama (Tsanwiyah) di Desa Wangen
yang beliau selesaikan pada tahun 1989. Setelah lulus Madrasah
Tsanawiyah beliau melanjutkan pada jenjang sekolah Pendidikan Guru
Agama Negeri (PGAN), diselesaikan pada tahun 1992. Setelah lulus
PGAN beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Ilmu
Tarbiyah Maskumambang, lulus pada Tahun 1999. Pendidikan terakhir
beliau adalah S2 di Universitas DR. Soetomo, beliau lulus tahun 2012
dan mendapatkan gelar Magister Pendidikan (M.Pd).

48
Beliau merupakan seorang Guru di Desa Wangen dan PNS di
Kabupaten lamongan. Dalam kehidupan sehari hari beliau di kenal
sebagai orang yang sederhana. Beliau sebenarnya dapat digolongkan
sebagai kelompok orang elit (kaya) di Desa Wangen.
Yang menjadikan visi dari Bapak Mafrudli adalah kebersamaan
dalam membangun desa Wangen. Hal tersebut dikarenakan menurut
beliau selama ini warga desa Wangen terkesan antara satu dusun atau
wilayah satu dengan lainnya tidak ada rasa kebersamaan. Sedangkan
yang menjadi misi beliau amatlah banyak dan salah satunya adalah
memperbaiki jalan jalan yang ada di Desa Wangen, memasang lampu
jalan hal ini disebabkan di di Desa Wangen masih minim lampu
penerangan jalan.
Dalam pengakuan Bapak Mafrudli, beliau cukup puas dengan
perolehan suara beliau dalam Pilkades desa Wangen tahun 2019
kemarin. Beliau mendapatkan haisl perolehan suara yang terbanyak.
Beliau beranggapan bahwa politik uang (money politik) selalu ada, tidak
hanya dalam pemilihan kepala desa, tetapi pemilihan pemilhan lain ada
politik uang (money plitik).
d. Sahlan
Bapak Sahlan merupakan salah satu tokoh masyarakat yang boleh
dibilang agamis. Meskipun beliau bukan sebagai ustad ataupun sebutan
lain yang sejenis, tetapi ketenaran beliau akibat dari pada seringnya
mengikuti pengajian diberbagai tempat sehingga mau tak mau
masyarakat menjadi akrab dan cukup familiar dengan beliau. Dalam
Pemilihan Kepala Desa kali ini memegang peranan penting sebagai tim
sukses Bapak Bukhari.
Alasan beliau menjadi tim sukses adalah karena beliau meupakan
keluarga atau masih ada hubungan darah dengan bapak Bukhari, dan
diminta oleh Bapak Bukhari sendiri yang berkunjung kerumahnya.
Alasan lain yang menyebabkan Bapak Sahlan bersedia menjadi tim
sukses adalah Bapak Bukhari dinilai mempunyai kepribadian yang dan
mampu memimpin, memajukan Desa Wangen.

49
Pada dasarnya semua lapisan masyarakat merupakan sasaran untuk
mendapatkan dukungan, tetapi Bapak Sahlan lebih mencari dukungan
kepada warga sekitar rumah beliau dan para warga yang masih ada
hungangan keluarga dengan bapak Bukhari.
e. Yunus
Bapak Yunus merupakan salah satu tokoh masyarakat yang dinilai
aktif dalam kegiatan yang berbau kemasyarakatan. Beliau diminta
langsung menjadi oleh Bapak Mafrudli menjadi tim sukses. Bapak
yunus dinilai menpunyai pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarat,
sehingga dapat menarik banyak dukungan dari semua lapisan
masyarakat.
Menurut Bapak yunus, Bapak Mafrudli dinilai mempunyai karakter
tegas, adil, ramah, serta, mempunyai wawasan yang luas, dimana dari
beberapa kepribadian tersebut dinilai mampu menjadi pemimpin yang
dapat memajukan Desa Wangen.
Pada dasarnya semua lapisan masyarakat merupakan sasaran untuk
mendapatkan dukungan, tidak hanya warga sekitar rumah beliau saja.
C. Faktor Faktor Yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan
Desa Wangen
Pemilihan Kepala Desa merupakan salah satu pemilihan langsung yang
bersifat demokrasi dan nyata dalam kehidupan masyarakat desa, hal ini dikarenakan
siapa saja yang menjadi Calon Kepala Desa merupakan tokoh tokoh yang juga
dikenal oleh masyarakat desa. Dalam kehidupan demokrasi, banyak faktor yang
mempengaruhi kegiatan partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa,
dengan upaya penciptaan demokrasi di desa yang demokratis.
Pemilihan Kepala Desa merupakan ajang untuk memilih pemimpin secara
langsung di pedesaan, dimana diharapkan sosok yang terpilih nantinya merupakan
orang orang yang memang dikenal oleh warga desa dan yang memang benar-benar
mampu untuk membangun dan memajukan desa tersebut. Tetapi keinginan tersebut
tidak sepenuhnya tercapai, dalam menarik simpati dan dukungan dari para warga
banyak cara-cara yang digunakan oleh Calon Kepala Desa beserta tim sukses dari
setiap calon Kepala Desa.

50
Dari sekian banyak Faktor fakor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam Pemilihan Kepala Desa, menurut pendapat Lester W Milbarh (1965: 165)
sebagai berikut :
1. Adanya Perangsang
Perangsang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya dari
pihak pihak tertentu untuk menarik partisipasi masyarakat untuk ikut serta
dalam pemilihan Kepala Desa. Adanya Perangsang yaitu meliputi
partisipasi masyarakat dalam berpolitik dipengaruhi oleh bantuan-bantuan
materi dari pihak-pihak tertentu, dengan money politic, dan dengan bentuk-
bentuk pemberian lainnya.
2. Karakterestik Seseorang
Yang dimaksud Karakteristik Seseorang dalam penelitian ini adalah
Meliputi sikap atau kepribadian seseorang yang memiliki jiwa sosial yang
tinggi serta memiliki kepedulian terhadap kepentingan masyarakat banyak
mencakup bidang sosial, ekonomi, politik, dan lainya.
3. Situasi atau Lingkungan
Faktor Situasi atau Lingkungan yang dimaksud adalah keadaan yang
kondusif yang dapat merangsang seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pemilihan kepala desa dengan senang hati dan tanpa paksaan.
4. Karakteristik Seseorang
Yang dimaksud Karakterisrik Seseorang dalam penelitian ini adalah
menyangkut status sosial ekonomi, kelompok persepsi, sikap dan perilaku
seseorang dalam bidang politik.

Berdasarkan penelitian angket yang diisi oleh warga desa Wangen yang
dipilih secara acak, diperoleh data sebagai berikut :

Pertanyaan Jawaban Jumlah Jawaban

51
Dalam proses kampanye, 1. Pembangunan Fasilitas 20
bentuk janji apakah yang Umum
telah di berikan oleh 2. Mempermudah 10
Calon Kepala Desa? pelayanan masyarakat
3. Meningkatkan 5
keamanan serta
kenyamanan desa
4. Mendukung kegiatan 7
masyarakat yang
bersifat positif seperti
karangtaruna,
memfasilitasi apparat
desa dll

Menurut anda, apa alasan 1. Memiliki latar 10


masyarakat dalam belakang pendidikan
memilih Calon Kepala yang Tinggi
Desa? 2. Asal memilih 3
3. Adanya janji janji yang 15
diberikan
4. Adanya hubungan 4
keluarga

Menurut anda faktor 1. Adanya perangsang 15


faktor apa sajakah yang (politik uang, ajakan)
menjadi penentu 2. Sikap kepribadian 5
kemenangan dalam 3. Lingkungan dan situasi 5
Pemilihan Kepala Desa? 4. Status sosial 7

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pasrtisipasi


masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa, warga desa Wangen dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Yang nantinya menjadi penentu kemengan dalam proses

52
Pemilihan Kepala Desa. Fakor yang paling dominan adalah adanya perangsang
(money politik).

Tidak berbeda jauh dengan uraian di atas, berdasarkan wawancara dengan


responden, Bapak Suharto selaku Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa, beliau
mengungkapkan sebagai berikut :

Setiap kegiatan partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa pasti


tidak terlepas dari uang, tidak hanya dalam Pemilihan Kepala Desa. Money
politics sulit untuk diberantas sudah membudaya” (wawancara tanggal 15
Februari 2022).

Beliau mengatakan bahwa politik uang (Money Politics) itu ada dan sudah
wajar dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa bahkan Pemilihan lainnyapun
juga terjadi money politics meski dengan bentuk yang beranekaragam. Pendapat
yang lainya juga dikemukakan oleh responden lainnya yaitu Bapak Sholeh yang
juga sebagai panitia, beliau mengatakan :

“Politik uang (Money Politics) itu ada dalam Penyelenggaraan Pemilihan


Kepala Desa di Desa Wangen, ini diluar tanggug jawab panitia yang hanya
bertugas menyelenggarakan, kalaupun ada pihak pengawaslah yang harusnya
menindak kegiatan yang melanggar hukum tersebut” (wawancara tanggal 15
Februari 2022).

Politik uang terjadi dalam Pemilihan Kepala Desa Wangen tetapi tugas
daripada pengawas hanya menyelenggarakan pemilihan sedangkan yang menindak
apabila politik uang itu terjadi adalah wewenang daripada tim pengawas.

Bapak Sahlan yang juga bertindak sebagai timsukses dari salah satu Calon
Kepala Desa juga tidak menyanggah bahwa politik uang itu terjadi, beliau
mengatakan sebagai berikut :

“Untuk menarik simpati partisipasi warga menggunakan cara memberikan


bantuan yang nyata yaitu dengan memberikan sembako. Politik uang dengan
memberikan sesuatu kepada pemilih itu terjadi dan itu merupakan hal yang
wajar dalam pemilihan Kepala Desa” (wawancara tanggal 17 Februari 2022).

53
Dalam tim sukses yang beliau pimpin memberikan bantuan berupa
memberikan sembako untuk menarik simpati warga. Beliaupun menganggap
politik uang sudah membudaya dan wajar dalam Pemilihan Kepala desa. Dari
pernyataan Bapak Sahlan tersebut di atas dapat saya simpulkan bahwa bentuk dari
politik uang itu tak selamanya berupa uang langgsung tetapi juga dapat berupa
memberikan sembako dan lain sebagainya.

Bapak Yunus yang juga merupakan tim sukses dari salah satu calon kepala
desa mengatakan sebagai berikut :

“Pihak kami dalam menarik partisipasi masyarakat dengan membangun


lampu jalan, sehingga warga desa menjadi sangat antusias dalam Pemilihan
Kepala Desa”.

Bapak Yunus selaku tim sukses juga menyatakan bahwa dalam menarik
simpati partispasi dari warga digunakan memberikan bantuan berupa memasang
lampu jalan. Menurut beliau keberadaan politik uang ini susah dibuktikan dan
apabila terjadi dapat digolongkan sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Beliau
lebih senang dengan menyebut istilah memberikan uang kepada warga dengan
sebutan sedekah, sedekah ini beliau anggap sebagai ucapan terimakasih atas
pekerjaan yang telah diselesaikan

Dari berbagai hasil wawancara di atas telah membuktikan bahwa dari


beberapa faktor yang telah disebutkan faktor adanya perangsang (Money Politics)
yang paling dominan, faktor ini tidak dapat dihindari dan merupakan kegiatan yang
wajar dalam setiap Pemilihan Kepala Desa. Bentuk dari politik uang ini tidak selalu
berupa diberikannya uang secara langsung ada pula yang lebih memilih dengan cara
memberikan bantun pemberian sembako dan lain sebagainya. Agar tidak terkesan
sebagai bentuk pelanggaran atas hukum yang berlaku istilah pemberian uang secara
langsung itupun berubah menjadi sedekah sebagai wujud daripada ucapan
terimakasih.

D. Pembahasan
Pemilihan Kepala Desa (pilkades) merupakan salah satu pemilihan
langsung yang bersifat demokrasi dan nyata dalam kehidupan masyarakat desa,

54
Pemilihan Kepala Desa juga merupakan demokrasi asli Indonesia dimana seorang
pemimpin desa akan di pilih langsung oleh warga desa. Diharapkan dengan adanya
Pemiihan Kepala Desa secara langsung oleh warga desa dan memilih calon-calon
yang juga dari desa yang sama maka keinginan untuk terwujudnya pemerintahan
yang baik dan berkualitas akan dapat tercapai.
Dalam pelaksanan Pemilihan Kepala Desa Wangen dapat dikatakan telah
sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2015. Akan
tetapi tidak dalam semua aspek pelaksanan Pemilihan Kepala Desa sesuai dengan
Perda yang berlaku, terdapat faktor faktor yang mempengaruhi pasrtisipasi
masyarakat dalam proses Pemilihan Kepala Desa.
Pemilihan Kepala Desa diawali dengan pembentukan Panitia Pemilihan
Kepala Desa oleh Ketua BPD dengan cara menyelenggarakan rapat musyawarah
pembentukan panitia. Anggota Panitia terdiri dari golongan anggota BPD, LPM,
serta tokoh masyarakat. Hal ini sesuai dengan Perda Nomor 3 Tahun 2015 yang
mengatur mengenai Tata cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pelantikan,
Pemberhentian sementara Dan Pemberhentian Kepala Desa. Meskipun dalam
pemilihan anggota panitia tidak diadakan pengumuman terlebih dahulu kepada
masyarakat tetapi unsur-unsur keanggotaan di dalam kepanitiaan diharapkan dapat
mewakili partisipasi warga masyarakat dalam upaya pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa yang demokratis dan tidak memihak kepada siapapun sehingga keputusan
hasil Pemilihan Kepala Desa dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.
Sebelum dilaksanakannya Pemilihan Kepala Desa, maka terlebih dahulu
Panitia Pemilihan Kepala Desa memberikan pengumuman kepada warga desa yang
berminat untuk menjadi Kepala Desa. Bagi warga desa yang telah memenuhi
persyaratan berhak mendaftarkan diri kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa.
Setelah pengajuan tersebut diterima dan dinyatakan lolos oleh panitia, maka warga
tersebut berhak sebagai Calon Kepala Desa yang nantinya berkompetisi dengan
calon lain untuk menjadi Kepala Desa. Pada saat tahap pencalonan Kepala Desa
terlihat masyarakat sangat mendukung sekali terselenggaranya Pemilihan Kepala
Desa yang aman tertib dan damai demi terciptanya demokrasi. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan tidak terjadinya keributan ataupun keresahan baik antar warga
masyarakat maupun Calon Kepala Desa yang berkompetisi.

55
Pada saat proses pemungutan suara para pemilih telah menggunakan hak
pilihnya dengan baik sebagai wujud partisipasi aktif warga masyarakat dalam upaya
perwujudan pemilihan Kepala Desa yang demokratis. Terbukti dengan dari 1.230
orang yang merupakan daftar pemilih tetap, hanya 1.082 orang yang menggunakan
hak pilihnya, serta hanya 148 orang yang tidak menggunkan hak pilihnya.
Proses pemungutan suara dilakukan pada hari selasa tanggal 27 agustus
2019 pukul 07.00 sampai 13.00 WIBB, yang telah disepakati oleh panitia Pemilihan
Kepala Desa dan dilanjut proses perhitungan suara. Ketegangan mulai terlihat,
namun ketegangan itu tidak lantas menjadi suatu kerusuhan yang dapat
mengganggu proses penghitungan suara. Proses penghitungan suara dapat dilalui
dengan tertib dan lancar serta selesai kurang lebih pada pukul 17.00 WIBB. Selisih
perolehan suara antara Calon Kepala Desa yang terpilih dan yang menempati urutan
kedua terpaut 146 suara, hal ini dapat menjadikan bukti bahwa proses Pemilihan
Kepala Desa Wangen cukup ketat.
Dari uraian di atas mengindikasikan bahwa adanya pemahaman dari
masyarakat akan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa tergolongkan dalam kategori
yang baik dengan tingkat partisipasi yang tinggi karena adanya faktor faktor
tertentu. Partisipasi ini tercermin dari awal pembentukan panitia, pendaftaran bakal
Calon Kepala Desa, hingga pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. Faktor faktor yang
mempengaruhi tingginya partispasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa,
salah satunya adalah adanya perangsang, karakteristik seseorang (kepribadian),
lingkungan dan situasi, karakteristik seseorang (status sosial). Dengan adanya hal
yang demikian di atas maka faktor faktor yang mempengaruhi tingginya partisipasi
masyarakat dalam proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen Kecamatan
Glagah Kabupaten Lamongan sesuai dengan pendapat dari Lester W Milbarh
(1965: 165) yaitu :
1. Adanya Perangsang
Perangsang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya dari pihak
pihak tertentu untuk menarik partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam
pemilihan Kepala Desa. Adanya Perangsang yaitu meliputi partisipasi
masyarakat dalam berpolitik dipengaruhi oleh bantuan-bantuan materi dari

56
pihak-pihak tertentu, dengan money politic, dan dengan bentuk-bentuk
pemberian lainnya.
2. Kepribadian Seseorang
Yang dimaksud kepribadian seseorang dalam penelitian ini adalah sikap
seseorang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi serta memiliki kepedulian
terhadap kepentingan masyarakat banyak mencakup bidang sosial,
ekonomi, politik, dan lainya.
3. Lingkungan dan Situasi
Faktor Situasi atau Lingkungan yang dimaksud adalah keadaan yang
kondusif yang dapat merangsang seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pemilihan kepala desa dengan senang hati dan tanpa paksaan.
4. Status Sosial Seseorang
menyangkut status sosial ekonomi, kelompok persepsi, sikap dan perilaku
seseorang dalam bidang politik.

Dari faktor faktor yang telah disebutkan diatas, faktor yang paling dominan
yang mempengaruhi pastisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa adalah
faktor adanya perangsang. Adanya perangsang yang di maksud dalam penelitian ini
adalah money politik. Padahal pemberiaan money politics atau janji-janji untuk
memberikan sesuatu menurut Perda Kabupaten Demak Nomor 3 Tahun 2015,
adalah sesuatu yang dilarang dalam Pilkades itulah sebabnya, pelanggaran yang
diketahui oleh panitia merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan aturan
hukum dan lebih mungkin juga diketahui pihak pengawas atau Pembina.

Polotik uang atau yang lebih dikenal sebagai money politic adalah suatu
bentuk tindakan pemberian berupa uang atau segala bentuk yang diwujudkan yang
bertujuan untuk mempengaruhi si penerima, didalamnya terdapat unsur suap dan
paksaan. Tidak seharusnyalah dalam memilih seorang pemimpin di desa, kita
memilih karena telah diberikan imbalan berupa uang ataupun berupa segala
seseuatu yang diwujudkan. Bisa dibayangkan jika seseorang yang memimpin desa
merupakan orang yang tidak memiliki kompetensi dalam memimpin dan hanya
memiliki uang untuk mempengaruhi pilihan dari warga desa, maka bukan kemajuan
desa yang nantinya akan tewujud tetapi justru sebaliknya yaitu ketertinggalan desa.

57
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa warga
masyarakat Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan menganggap
politik uang (Money Politics) sebagai hal yang wajar dan merupakan suatu hal yang
telah membudaya dalam pelaksanana Pemilihan Kepala Desa. Masyarakat sadar
pemberian uang yang diberikan oleh Calon Kepala Desa merupakan upaya untuk
menarik partisipasi masyarakat serta dukungan. Dalam pelaksanana Pemilihan
Kepala Desa di Desa Wangen telah terjadi suatu fenomena yang merupakan
pelanggaran dari nilai demokratis yaitu telah terjadi suatu kegiatan politik uang
(Money Politics), pada saat pemberian uang dari Calon Kepala Desa melalui para
tim sukses terdapat indikator dalam politik uang seperti suap dan keterikatan. Hal
tersebut terbukti setelah para tim sukses memberikan uang, maka pendataan
terhadap warga yang telah menerima uang tersebut dilakukan sebagai wujud telah
terjadi kesepakatan diantara keduabelah pihak. Pemberian uang ini dilaksanakan
pada jauh hari sebelum proses Pemilihan Kepala Desa berlangsung. Jumlah uang
yang diberikan kepada warga berfariasi antara Rp. 25.000,- hingga Rp. 50.000.

Pemberiaan uang oleh salah satu Calon Kepala Desa dilakukan oleh para
tim sukses. Dalam upaya menjalankan Politik Uang adalah dengan memberikan
uang kepada warga melalui para tim sukses yang berkunjung kerumah warga dan
apabila kesepakatan dicapai maka tim sukses akan mencatat nama warga yang
menerima uang tersebut dan kemudian warga menandatangani sebagai upaya telah
terjadi kesepakatan antara keduabelah pihak, selain itu juga untuk lebih terkesan
mengikat antara warga dengan sang Calon Kepala Desa yang memberikan uang
tersebut maka warga yang menerima juga menyerahkan jaminan seperti foto kopi
KTP atau Kartu Keluarga.

Tidak hanya pemberian uang, para calon kepala desa beerta tim sukses
memberikan bantuan yang lain seperti memberikan sembako, menyediakan
angkutan untuk pergi ke TPS. Hal ini bertujuan untuk menarik partisipasi
masyarakat untung memenangkan Pemilihan Kepala Desa.

Begitu juga dengan Pengawas dan Pembina harus bekerja dengan baik
dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal pengawasan akan tindakan yang
dilakukan oleh Calon Kepala Desa seperti terdapat upaya politik uang dalam

58
Pilkades, hendaknya Pembina dan pengawas melakukan tindakan secara tegas
seperti melakukan pemeriksaan. Apabila terbukti maka Pengawas dan Pembina
juga berhak memerkarakan upaya politik uang tersebut, kemuadian diberikan
sanksi tegas berupa pembatalan ataupun pemberhentian Kepala Desa terpilih.

Sedangkan hal yang berkaitan dengan kompetisi dari setiap calon Kepala
Desa bersaing dengan baik yaitu tidak menggunakan politik uang dan mentaati
segala peraturan yang berlaku. Apabila hal seperti ini dapat dilaksanakan maka
keinginan akan terciptanya Pilkades yang baik, tetapi sebaliknya apabila semua
pihak tidak mentaati peraturan yang ada, dan dalam melaksanakan tugas
pengawasan tidak dijalankan sebagaimana mestinya, serta dalam berkompetisi
dilakukan dengan tidak sehat yaitu dengan memberikan imbalan dalam bentuk
apapun maka Pilkades yang tercipta akan menimbulkan berbagai masalah seperti
adanya pihak yang tidak dapat menerima kekalahan dan berujung pada kerusuhan
antar warga masyarakat.

Penulis menyimpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pastisipasi


masyarakat dalam pemenangan calon Kepala Desa adalah :

1. Adanya praktek politik uang (money politic), praktek politik uang hampir
ada disetiap Pemilihan Kepala Desa, karena praktek ini sudah menjadi
budaya di kalangan masyarakat. Bentuk dari politik uang ini tidak hanya
memberikan uang saja, tetapi memberikan sembako, dan lain sebagainya.
2. Adanya ajakan, yang dimaksud ajakan disini adalah usaha dari setiap calon
Kepala Desa beserta tim sukses merangkul dan memprovokasi masyarakat
untuk berpatisipasi dalam Pemilihan Kepala Desa yang bertujuan untuk
mencari banyak dukungan.
3. Lingkungan dan Situasi, yang dimaksud lingkungan dan situasi disini
adalah keadaan yang kondusif yang dapat merangsang seseorang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan kepala desa dengan senang hati dan
tanpa paksaan.

Hal ini terkait dari faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam pemenangan calon Kepala Desa dalam Pilkades yang telah disebutkan

59
penulis diatas sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat yang terjebak dan larut
dalam budaya tersebut.

Pelaksanan Pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen Kecamatan Glagah


Kabupaten Lamongan belum dapat dikatakan berjalan secara optimal. Dikatakan
tidak optimal karena Pelaksanan Pemilihan Kepala Desa terkait adanya politik uang
yang dilakukan oleh salah satu Calon Kepala Desa. Meski terdapat pelanggaran
yang demikian pihak panitia, Pengawas, dan pembina tidak memberikan tindakan
hukuman yang tegas malah terkesan melegalkan hal tersebut karena telah
merupakan hal yang wajar tejadi dalam Pilkades. Hal-hal tersebut di atas tidak
sesuai dengan peraturan yang ada, khususnya Perda Kabupaten Lamongan Nomor
3 Tahun 2015. Di sisi lain semua pihakpun menyadari bahwa untuk
menyelenggarakan suatu Pemilihan Kepala Desa memerlukan biaya yang besar dan
sangatlah berbahaya apabila Pelaksanan Pemilihan Kepala Desa tersebut sampai
diulang. Kenyataan terhadap pelaksanan yang demikian tersebut bukan sekedar
berkaitan dengan penghormatan terhadap aturan hukum pelaksanan Pilkades, tetapi
juga adanya tanggung jawab dari semua pihak, khususnya Panitia, Calon Kepala
Desa, Tim Pengawas dan Pembina serta masyarakat dalam hal mewujudkan
Pilkades yang berkualitas dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa Wangen Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang telah
diuraikan dalam bab yang sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa
simpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen Kecamatan Glagah
Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2019 lalu belum berjalan secara optimal.
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa di Desa Wangen dipengaruhi oleh

60
beberapa faktor. Faktor yang paling dominan adalah adanya praktek politik
uang (money politic). Praktek ini sudah membudaya di kalangan
masyarakat Desa Wangen. Hal ini tidak sesuai dengan Perda Lamongan
Nomor 3 Tahun 2015.
2. Politik uang (money politic) merupakan suatu kendala dalam mewujudkan
Pilkades yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang ada. Perlu
adanya perbaikan diantara semua pihak, diantaranya calon Kepala Desa,
panitia Pilkades, serta masyarakat dalam hal mewujudkan Pilkades yang
berkualitas. Yang dimaksud perbaikan adalah memperbaiki mental dan
moral yang menganggap politik uang hal yang wajar dan membudaya
sebagai mana yang terlihat dalam pelaksanaan Pilkades di desa Wangen.
3. Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Desa Tahun 2019 juga
cukup tinggi terutama dalam hal pembentukan panitia, pendaftaran Calon
Kepala Desa, maupun pada saat penghitungan suara.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran
yang dapat memberikan beberapa masukan sebagai berikut :
1. Mengingat pelaksanaan Pilkades di Desa Wangen Kecamatan Glagah
Kabupaten Lamongan sudah terlaksanan dan diharapkan di masa yang akan
datang Pilkades dapat diselenggarakan dengan baik dan benar. Diharapkan
semua pihak agar melakukan evaluasi.
2. Dalam hal pelanggaran mengenai adanya politik uang (money politics)
dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa hendaknya diberikan sanksi
yang tegas kepada pihak yang terbukti melakukan pelanggaran politik uang
tersebut.
3. Masyarakat harus dididik supaya dalam menentukan seorang pemimpin
bukan hanya berdasarkan faktor-faktor subjektif saja, tetapi juga harus
memperhatikan tentang kualitas calon pilihannya, baik kualitas moral,
emosional, sosial, maupun kualitas dari intelektual dari Calon Kepala Desa.
Sebagai contoh adanya sosialisasi atau himbauan untuk tidak menerima
politik uang dalam bentuk apapun serta dalam sosialisasi atau himbauan
tersebut juga disampaikan berbagai hal atau dampak buruk apabila

61
masyarakat menerima politik uang tersebut. Tidak hanya masyarakat saja,
dalam hal ini para calon Kepala Desa juga harus diberikan pengertian dari
para panitia, pengawas, dan pembina untuk dapat bersaing secara sehat
tanpa menggunakan cara-cara yang tidak terpuji yaitu memberikan imbalan
kepada warga untuk mempengaruhi pilihan warga pada saat pemungutan
suara.
4. Perlu dibentuknya badan pengawas khusus yang mengawasi jalannya
Pemilihan Kepala Desa yang tugasnya mengawasi kinerja dari panitia dan
mengawasi jalannya pemilihan sebagai wujud penciptaan Pemilihan Kepala
Desa yang demokratis salah satu dari tugas badan ini adalah melaporkan
kepada pihak yang berwenang atas pelanggaran yang terjadi terutama yang
berkaitan dengan politik uang.

62
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2015, Tentang Tata Cara
Pencalonan, pemilihan, pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Undang Undang no 6 tahun 2014, tentang Desa dan Kewenangan Desa.


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf

Sundariningrum, Sugiyah, 2010, tentang pengertian partisipasi, menggolongkan


partisipasi.

Peraturan Daerah Lamongan Nomor 10 tahun 2006 pasal 6 ayat (1), (2), (3) yang
di dikaitkan dengan Peraturan Bupati Lamongan Pasal 6, 7, 8, 9, 10, tentang
syarat syarat Pemilihan Kepala Desa.

63

Anda mungkin juga menyukai