Anda di halaman 1dari 127

SKRIPSI

Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Badan Usaha


Milik Desa (BUMDES) “Sumber Rejeki” Desa Jiwan
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

Oleh:
LILIANA RIFTI
2017.05.1.0064

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023
SKRIPSI

Analisis Stakeholder Dalam Pengelolaan Badan Usaha


Milik Desa (BUMDES) “Sumber Rejeki” Desa Jiwan
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hang Tuah

Oleh :

LILIANA RIFTI
2017.05.1.0064

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023

i
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada ibu saya, alm.ayah, adik,


keluarga besar, serta teman-teman saya yang telah memberikan
semangat, motivasi. Berkat merekalah saya bisa menyelesaikan studi
akademis ini.
Untuk almamater tercinta yang kubanggakan

v
HALAMAN MOTTO

“Sumber kebaikan itu memiliki 5 (lima) hal diantaranya merasa


cukup, dapat menahan diri untuk menyakiti, mencari perkara yang
halal, adanya ketakwaan, serta keyakikan kita seorang hamba kepada
Allah Subhanahu Waa Ta’ala”
-Imam Syafi’i

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”


QS. Al-Insyirah ayat (5)

vi
ABSTRAK

Badan usaha milik desa yang maju dalam pengelolaan memerlukan perhatian atas
dukungan serta keikutsertaan masing-masing stakeholders yang terlibat. Peranan
stakeholders dalam pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kabupaten
Madiun sangat diperlukan agar perkembangan BUMDes dapat berjalan secara
efektif serta efesien. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identfikasi serta
mengetahui peranan dari masing-masing stakeholders yang terlibat berdasarkan
nilai tingkatan “pengaruh” dan tingkatan “kepentingan” stakeholders. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
yaitu stakeholders yang terlibat ada stakeholders primer terdiri DPMD Kabupaten
Madiun, Ketua BUMDes “Sumber Rejeki”, masyarakat Desa Jiwan, stakeholders
Kunci terdiri dari Kepala Desa Jiwan, sedangkan stakeholders sekunder terdiri dari
Bank BRI Unit Jiwan dan BPR Polatama Kusuma. Kelompok yang memiliki nilai
pengaruh dan kepentingan yang tinggi terdapat pada pihak keyplayers yaitu Kepala
Desa Jiwan dan Ketua Bumdes “Sumber Rejeki”. Peranan masing-masing
stakeholders yang dimiliki antara lain menjadi koordinator, implementor, policy
creator dan fasilitator. Yang kurang melaksanakan peranan pengelolaan BUMDes
“Sumber Rejeki” terdapat pada pihak DPMD Kabupaten Madiun.
Kata Kunci: Pengaruh dan kepentingan, Stakeholders, BUMDes

vii
ABSTRACT

Village-owned enterprises that are advanced in management require attention to


the support and participation of each of the stakeholders involved. The role of
stakeholders in the management of BUMDes "Sumber Rejeki" Jiwan Village,
Madiun Regency is very necessary so that the development of BUMDes can run
effectively and efficiently. This study aims to identify and obey the roles of each
stakeholder involved based on the level of "influence" and the level of "interest" of
stakeholders. The method used in this research is descriptive qualitative method.
The results of the study are that the stakeholders involved are primary stakeholders
consisting of DPMD of Madiun Regency, Head of BUMDes "Sumber Fortune", the
people of Jiwan Village, Key stakeholders consist of the Head of Jiwan Village,
while secondary stakeholders consist of BRI Bank Jiwan Unit and BPR Polatama
Kusuma. The group that has a high value of influence and interest is on the
keyplayers, namely the Head of Jiwan Village and the Head of Bumdes "Sumber
Fortune". The roles of each stakeholder include being a coordinator, implementer,
policy creator and facilitator. Those who do not carry out the role of BUMDes
management "Sumber Fortune" are the DPMD of Madiun Regency.
Keywords: Level of Influence and Interst, Stakeholders, Village-Owned
Enterprises

viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu


Waa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta karunia-Nya sehingga
pada skripisi dengan judul “Analisis Peran Stakeholders Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa Sumber Rejeki Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun” ini
dapat penulis selesaikan dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar


sarjana Administrasi Publik Universitas Hang Tuah Surabaya. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Supartono, M., CIQaR selaku Rektor Universitas
Hang Tuah Surabaya.
2. Bapak Dr. Edi Suhardono, S.E., M. AP., CIQnR selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak M. Husni Tamrin, S.AP., M.KP selaku Ketua Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hang Tuah Surabaya.
4. Bapak Dr. Arfah, S. IP., M. Si selaku dosen wali yang dengan tulus dan
ikhlas dalam membimbing dan memberikan ilmunya.
5. Bapak M. Husni Tamrin, S.AP., M.KP selaku dosen pembimbing yang
dengan tulus dan ikhlas memberikan waktu dan perhatiannya dalam
membimbing untuk penyelesaian penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Budi Rianto, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan motivasi pada
skripsi ini.
7. Ibu Lunariana Lubis, ST., M. AP selaku dosen penguji skripsi yang
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan motivasi
pada skripsi ini.

ix
8. Segenap dosen pengajar Program Studi Administrasi Publik atas ilmu
dan pengetahuan yang diberikan.
9. Kepada kedua orang tua saya yang tercinta, adik-adik saya tercinta
beserta seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan perhatian,
dukungan moral maupun material serta semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada Bapak Widayanto selaku Kepala Desa Jiwan yang telah
membantu dalam memberikan informasi dan data dalam penyusunan
skripsi ini.
11. Kepada Bapak Suryono selaku Ketua BUMDes “Sumber Rejeki” Desa
Jiwan yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data
dalam penyusunan skripsi ini.
12. Kepada Bapak Almsjkuri selaku Ketua Unit Usaha Jasa BUMDes
“Sumber Rejeki” Desa Jiwan yang telah membantu dalam memberikan
informasi dan data dalam penyusunan skripsi ini.
13. Kepada Bapak Legowo selaku Kepala Unit Bank BRI Jiwan yang telah
membantu dalam memberikan informasi dan data dalam penyusunan
skripsi ini.
14. Teman-teman angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan moral
15. Almamaterku tercinta Universitas Hang Tuah Surabaya.

Penyusunan skripsi ini telah dibuat dengan sebaik mungkin, namun tentu
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca

Surabaya, 19 Januari 2023

Liliana Rifti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v


HALAMAN MOTTO ...........................................................................................vi
ABASTRAK ........................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii


KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii


DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
1.4.1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 10
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11


2.1. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 11
2.2. Landasan Konseptual............................................................................. 20
2.2.1. Administrasi Publik .................................................................... 20
2.2.2. Analisis Stakeholders .................................................................. 24
2.2.3. Pengelolaan BUMDes ................................................................. 33
2.3. Kerangka Konsep .................................................................................. 42
2.4. Definisi Teori......................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 45

3.1. Jenis Penelitian..................................................................................... 46


3.2. Fokus Penelitian ................................................................................... 46
3.3. Lokasi Penelitian .................................................................................. 48
3.4. Subyek dan Sumber Informasi ............................................................. 48

xi
3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50
3.6. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 53
3.7. Teknik Analisis Data............................................................................ 54
3.8. Instrumen Penelitian ............................................................................ 60
BAB IV TEMUAN & ANALISA ........................................................................ 63
4.1. Gambaran Umum Lokasi ..................................................................... 63
4.1.1. Bandan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ........ 63
4.1.2. Visi dan Misi BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ............ 67
4.1.3. Struktur Organisasi BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan .. 68
4.2. Temuan dan Analisa............................................................................. 71
4.2.1. Keadaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) di Badan
Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ..................... 71
4.2.2. Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Badan
Usaha Milik Desa “sumber Rejeki” ......................................... 73
4.2.3. Peranan pemangku kepentingan (Stakeholders) Badan
Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” ........................................ 81
4.3. Relevansi dengan Penelitian Terdahulu ............................................... 87

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93


5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 93
5.2. Saran ................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95


LAMPIRAN ......................................................................................................... 97

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu................................................................. 15

Tabel 2.2 Identifikasi stakeholders ........................................................................ 25


Tabel 2.3 Mapping Teori Stakeholders .................................................................. 32

Tabel 3.1 Daftar Informan-Informan Penelitian ................................................... 49


Tabel 3.2 Ukuran Kualitatiif Terhadap Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder.. 59
Tabel 4.1 Kelompok Stakeholders ......................................................................... 72
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Tingkatan “Pengaruh” Pemangku Kepentingan
(Stakeholders) ........................................................................................................ 74
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Nilai Tingkatan “Kepentingan” Pemangku
Kepentingan (Stakeholders) ................................................................................... 76
Tabel 4.5 Peranan Stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
“Sumber Rejeki” Desa Jiwan ................................................................................. 81
Tabel 4.6 Matriks Relevansi Penelitian Terdahulu Analisis Peran Stakeholders
dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki” Desa
Jiwan ...................................................................................................................... 88

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Klasifikasi BUMDes Jawa Timur 2021 ............................................... 4


Gambar 1.2 Kategori Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kabupaten Madiun .... 5
Gambar 2.1 Model Analisis Stakeholders Reed et al., 2009 ................................. 43
Gambar 3.1 Model Analisis menurut Miles dan Huberman .................................. 55
Gambar 3.2 Matriks Tingkat “pengaruh” dan tingkat “kepentingan” ................... 60
Gambar 4.1 Logo BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ................................... 63
Gambar 4.2 Pujasera Unit Usaha BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ........... 65
Gambar 4.3 Coffe Shop Unit Usaha BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ...... 65
Gambar 4.4 Struktur Organisasi BUMDes Desa Jiwan ......................................... 69
Gambar 4.5 Matriks Tingkat “pengaruh” dan tingkat “kepentingan” stakeholders
................................................................................................................................ 78

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era baru ini, desa digunakan sebagai mata pencaharian masyarakat

desa serta yang secara langsung dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan

masyarakat desa akan kesejahteraan bagi lingkungan desa sendiri. Pada tahun

2021, DIRJEN DUKCAPIL mencatat bahwa besaran atau total desa di

Indonesia ini memiliki 83.381 desa. Dari tercatatnya jumlah desa tersebut,

dalam hal membangun desa yang lebih baik serta dapat meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat desa, maka di Undang-Undang Desa sudah membuat

peraturan tentang memerintahkan sebuah desa untuk membentuk atau

membangun sebuah badan hukum. Yang dimana badan hukum tersebut

bernama “badan usaha milik desa”.

Badan usaha milik desa dapat dikatakan sebuah lembaga sosial yang

memiliki peran penting bagi masyarakat, desa dan pemerintahan dalam

mengupayakan penyediaan layanan kesejahteraan sosial (Ridlwan, 2014).

Pentingnya membangun badan usaha milik desa sudah tercantum dalam

peraturan perundang-undangan Nomor 6/2014 pada pasal 1 dan ayat 6, yang

berisikan bahwa “badan usaha yang sebagian besar modalnya dari desa, hal

tersebut adanya partisipasi langsung atau eksklusif dari properti desa yang

dipisahkan guna untuk usaha Badan Usaha Milik Desa, seperti halnya

pengelolaan aset, jasa pelayanan dan usaha-usaha lain untuk kesejahteraan

masyarakat desa”.

1
2

Pada PP Republik Indonesia Nomor 11/2021 pada pasal 4 (empat)

menjelaskan tentang BUMDes bahwasannya dalam rangka mewujudkan

tujuan BUMDes, pengelolaan BUMDes bersama dilakukan berdasarkan atas

semangat kekeluargaan dan gotong-royong dengan menggunakan 5 (lima)

prinsip, yaitu: yang pertama prinsip “profesional”, yang kedua prinsip

“terbuka dan tanggung jawab”, yang ketiga prinsip “partisipatif”, yang

keempat adanya prinsip “prioritas sumber daya lokal”, dan yang kelima

prinsip “berkelanjutan”. Pada peningkatan taraf kehidupan masyarakat desa,

tentunya telah diberlakukan sebuah Undang-Undang Desa yang

memerintahkan sebuah desa dapat membangun badan usaha milik desa yang

dibentuk oleh pihak Pemerintahan Desa yang dalam pembentukan tersebut

juga melibatkan peran dari pihak masyarakat desa tersebut.

Menurut (Sembiring, 2017) pendirian Badan Usaha Milik Desa ini

sudah tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2015 yang

terdapat pada pasal 2 (dua) yang menyatakan bahwa “pembentukan Badan

Usaha Milik Desa dimaksud dengan upaya menampung semua kegiatan

sektor-sektor perdagangan dan/atau dalam hal sebuah pelayanan publik yang

dimana hal tersebut dilaksanakan oleh desa dan/atau kerjasama antar desa”.

Dari hal tersebut dapat dijelaskan kembali bahwasannya pembentukan atau

pendirian Badan Usaha Milik Desa ini sangat berguna sekali dalam hal untuk

melakukan sebuah peningkatan perekonomian desa, adanya pengoptimalan

properti desa yang tentunya dibutuhkan oleh masyarakat desa, serta

melakukan peningkatan usaha-usaha bagi masyarakat desa yang berguna juga

dalam terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat itu sendiri. Dalam


3

pendirian Badan Usaha Milik Desa ini diperlukannya semacam inisiatif dari

pihak masyarakat desa untuk diberlakukannya persetujuan bersama dengan

pihak pemerintah desa atas dasar pembentukannya BUMDes di desa tersebut.

Bilamana sudah melakukan pendirian Badan Usaha Milik Desa, nantinya

sudah ada sebuah persetujuan yang gunanya untuk mengelola aset-aset

BUMDes secara kompeten, kerjasama serta swasembada.

Menurut DPMD Jawa Timur jumlah BUMDes Provinsi Jawa Timur

sejak tahun 2015-2017 potensi desa dalam hal pembangunan Badan Usaha

Milik Desa telah berkembang pesat setiap tahunnya. pada tahun 2015, jumlah

Bumdes yang telah terdata sebanyak 874 Unit yang sudah terbentuk. Pada

tahun berikutnya 2016, mengalami peningkatan dengan tercatatnya jumlah

BUMDes yang sudah terbentuk sebanyak 1.424 Unit. pada tahun 2017,

tercatat jumlah BUMDes dengan sebanyak 3.159 Unit. pada tahun 2018

sampai dengan 2019 target adanya unit bumdes baru yaitu berjumlah ± 4.000

samapi 5.000 unit bumdes baru (Adawiyah, 2018).

Pada pembentukan Badan Usaha Milik Desa yang sudah di bentuk atau

di bangun pada di setiap desa yang ada di Indonesia, BUMDes sendiri tidak

terlepas dalam hal pengkategorian atau klasifikasi dari setiap Badan Usaha

Milik Desa yang sudah dilaksanakan di setiap desa. yang dimana dalam

pengkategorian Badan Usaha Milik Desa memiliki 3 (tiga) jenis kategori,

yaitu yang pertama kategori Badan Usaha Milik Desa “pemula”, yang kedua

kategori Badan Usaha Milik Desa “berkembang”, yang terakhir kategori

Badan Usaha Milik Desa “maju” . Hal ini dapat dilihat pad gambar 1.1 tentang

“Klasifikasi Badan Usaha Milik Desa di Jawa Timur pada tahun 2021”
4

Klasifikasi BUMDes Jawa Timur 2021

16%

48%

36%

Pemula Berkembang Maju

Gambar 1.1 Klasifikasi BUMDes Jawa Timur 2021

Sumber: data diolah oleh penulis (berdasarkan Sistem Aplikasi Pendapatan Desa-Data
Desa Center. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur)

Pada gambar 1.1 bahwa persentase klasifikasi Badan Usaha Milik Desa

tersebut mengkategorian BUMDes yang “pemula” memiliki tingkatan

persentase tinggi yaitu 48% memiliki besaran sekitar 3.072 (tiga ribu tujuh

puluh dua), lalu pada pengkategorian BUMDes yang “berkembang” memiliki

tingkatan persentase cukup tinggi yaitu 36% memiliki besaran sekitar 2.034

(dua ribu tiga puluh empat), sedangkan pengkategorian BUMDes yang

“maju” memiliki tingkatan presentasi yang rendah yaitu 16% memiliki

besaran sekitar 1.014 (seribu empat belas). Pada Data Desa Center (DDC)

menyebutkan bahwa urutan pertama pertama kategori BUMDes yang

“pemula” terletak pada Kabupaten Lamongan, selanjutnya urutan pertama

kategori BUMDes yang “berkembang” terletak pada Kabupaten Bangkalan,

sedangkan urutan pertama kategori BUMDes yang “maju” terletak pada

Kabupaten Madiun. pada tahun 2021 BUMDes Kabupaten Madiun, tercatat


5

dengan jumlah Badan Usaha Milik Desa sebanyak 198 yang terbentuk, dan

jumlah BUMDes yang aktif tercatat ada 66 (enam puluh enam), serta

persentase BUMDes yang aktif pada tahun 2022 sebesar 33,33% (sumber:

berdasarkan Data Statistik-Satu Data Kabupaten Madiun, yang diakses pada

tanggal 26 Juli 2022)

Menurut Data Desa Center Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan desa

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022 di Kabupaten Madiun memperbaharui

jumlah terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi 204 yang

sudah berjalan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2

2%

Maju
47% Berkembang
51%
Pemula

Gambar 1.2 Kategori Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kabupaten Madiun
Sumber : data diolah oleh penulis Jumlah BUMDes Kabupaten Madiun berdasarkan Data
Desa Center DPMD Provinsi Jawa Timur 2022

Pada gambar 1.2 bahwa data kategori jumlah Badan Usaha Milik Desa

di Kabupaten Madiun yang termasuk dalam kategori “Maju” memiliki

persentase pembentukan BUMDes sebesar 47% dengan jumlah 95 Unit yang

dimana BUMDes yang masuk kategori maju ini dapat dikatakan BUMDes
6

yang mandiri. Untuk BUMDes kategori “Berkembang” memiliki persentase

sebesar 51% dengan jumlah ada 105 Unit yang sudah terbentuk. Sedangkan

untuk kategori “Pemula” memiliki prosentase 2% dengan jumlah BUMDes 4

unit yang sudah terbentuk.

Desa Jiwan ini merupakan salah satu desa Kecamatan Jiwan di

Kabupaten Madiun yang sudah memiliki dan menjalankan Badan Usaha

Milik Desa yang bernamakan bumdes “Sumber Rejeki”. Pada bumdes

tersebut masuk dalam kategori bumdes yang “Maju”. Unit- unit BUMDes

sumber rejeki Desa Jiwan memiliki 3(tiga) jenis unit yang sudah berjalan,

yaitu dari unit pujasera, penyewaan kios, coffee shop serta nantinya ada

pembangunan waterboom. Omset dari salah satu unit usaha di BUMDes jiwan

ini setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan wawancara oleh

bapak Kepala Desa Jiwan, mengatakan bahwa:

“BUMDes jiwan ini setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam


omset yang diperoleh. Pada tahun 2019 omset pujasera mencapai 1,46 miliar,
pada tahun 2020 omset pujasera mencapai 1,5 milyar, dan pada tahun 2021
omset pujasera mencapai 2,5 milyar. Setiap tahunnya menambah unit-unit
usaha baru, seperti halnya pembukaan coffe shop, kuliner lainnya, adanya
penyewaan kios, dan sekarang juga ada pembangunan waterboom yang
dimana pembangunan wisata tersebut masih dalam proses pembangunan”
(Wawancara dengan Pak Kepala Desa, 1 Agustus 2022, Kantor Kecamatan
Jiwan)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa BUMDes sumber rejeki

pada unit usaha pujasera seiap tahunnya mengalami kenaikan omset atau

pendapatan serta mengadakan unit-unit usaha yang baru dalam BUMDes

tersebut. Dengan adanya BUMDes di desa Jiwan tersebut digunakan sebagai

peningkatan ekonomi terhadap masyarakat desa Jiwan. Bumdes Sumber

rejeki Desa Jiwan merupakan salah satu BUMDes yang dapat dicontoh oleh
7

Bumdes lainnya yang ada di Kabupaten Madiun. Seperti halnya ada pada

Bumdes desa purworejo yang dimana dari pihak pengurus bumdesa serta

anggota BPD melakukan study lapangan yang digunakan dalam penambahan

pandangan serta ketrampilan dalam pengelolaan bumdes di desa purworejo.

Pada bumdes puspasari Desa Purwosari Kabupaten Magetan juga melakukan

study bunding pada bumdes sumber rejeki Desa Jiwan yang digunakan dalam

hal penambahan pengetahuan pengelolaan bumdes sumber rejeki Desa Jiwan.

Keberhasilan Bumdes Sumber Rejeki tentunya dalam pengelolaan

bumdesnya memiliki kekuarangan dalam hal pengembangan keorganisasian.

Keorganisasisan ini sangat penting dalam Bumdes yang dimana bumdes harus

berupaya mempertahankan serta penyesuaian dalam menghadapi setiap

peralihan atau alterasi yang ada. Pada Bumdes Sumber Rejeki ini kurang

dalam hal keorganisasian yang meliputi dari pembentukan organisasi belum

memiliki aturan hukum yang jelas, adanya pergantian pengurus bumdes yang

dimana tidak dapat menetap untuk melakukan pengelolaan Bumdesnya

dengan alasan imbalan yang didapat dalam pekerjaan tidak cukup kuat untuk

mempertahankan kinerja dari setiap pengurus bumdes.

Pembangunan BUMDes yang sudah masuk dalam kategori “Maju” ini

tidak terlepas juga adanya dukungan peranan dari berbagai pihak-pihak

stakeholders agar BUMDes di Desa Jiwan ini semakin bagus kedepannya

untuk masyarakat desa tersebut. Pihak- pihak stakeholders memiliki peranan

dan kepentingan masing-masing yang dapat berpengaruh pada kerjasama

yang terjalin dalam setiap prosesnya. Menurut (Prabowo et al., 2015) dalam

mencapai suatu tujuan kerjasama, para masing-masing stakeholders harus


8

mengetahui peranannya agar kerjasama yang terjalin berjalan secara berhasil.

Menurut (Suprojo, 2019) pada UU Desa pasal 90 (sembilan puluh) mencatat

bahwasannya pada pihak Pemerintahan baik PEMPROV, PEMDA, serta

PEMDES mempunyai perananan yang guna mendorong atau mewujudkan

sebuah perkembangan BUMDes dengan cara seperti halnya pembrian sebuah

hibah atau akses modal, diadakannya sebuah pendampingan secara teknis dan

akses, dan juga memprioritaskan pengelolaan SDA pada BUMDes Desa

tersebut.

Peranan yang dilakukan oleh dari berbagai pihak stakeholders yang

terjalin dalam pengelolaan BUMDes Sumber Rejeki Desa Jiwan, menurut

hasil wawancara yang telah dilakukan bahwasannya dari pihak Pemerintah

Desa sendiri menyatakan bahwa dari pihak Pemerintah Daerah belum adanya

kontribusi secara langsung dalam keikutsertaan dalam pengelolaan BUMDes

Sumber Rejeki Desa Jiwan. Dan dari pihak anggota BUMDes yang lainnya

mengatakan bahwa kontribusi dari anggota organisasi BUMDes belum

berjalan semestinya, dalam hal diskusi tentang pengelolaan BUMDes.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya,

perlunya penelitian mengenai peranan masing-masing stakeholders dalam

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun dengan melakukannya pemetaan

stakeholders yang berdasarkan atas pengaruh dan kepentingan masing-

masing stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber

Rejeki”. Maka hal tersebut peneliti mengambil penelitian dengan judul


9

“analisis stakeholder dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Sumber

Rejeki Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dapat dikatakan sebagai penelitian sementara atau

berubah atau juga berkembang setelah seorang peneliti memasuki bidang atau

konteks sosial tertentu (Sugiyono, 2017:210). Maka, berdasarkan latar

belakang yang sudah tertera atau yang sudah dijelaskan, untuk mempermudah

pemahaman permasalahan yang diteliti, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwab Kabupaten Madiun?

2. Bagaimana peran stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari analisis permasalahan yang akan diteliti, berdasarkan

rumusan masalah yang sudah tertera, sebagai berikut:

1. Untuk dapat mendekripsikan stakeholders dalam pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

2. Untuk dapat mendeskripsikan peran stakeholders dalam pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan

Kabupaten Madiun,
10

1.4. Manfaat Penelitian

Pada penelitian yang berjudul “Analisis Stakeholder Dalam

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa ‘Sumber Rejeki’ Desa Jiwan

Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun”, peneliti memberikan 2 (dua) manfaat

penelitian, sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Pada penulisan yang secara teoritis ini dapat digunakan

sebagai bahan wawasan dan juga pemahaman terhadap pentingnya

pengetahuan mengenai analisis peran stakeholders dalam hal

pengelolaan sebuah lembaga usaha desa. selain itu penelitian ini

dapat digunakan sebagai tolak ukur penelitian yang lebih lanjut

kembali terkait analisis peranan stakeholders dalam kajian ilmiah

administrasi publik.

1.4.2. Manfaat praktis

1.4.2.1. Bagi Peneliti

1. Penelitian ini digunakan sebagai penambahan sebuah

wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kemitraan

sektor publik dalam pengelolaan pengembangan

sebuah desa,

2. Penelitian ini bermanfaat juga bagi peneliti lainnya

dalam menambah wawasan untuk membahas topik

yang sama.
11

1.4.2.2. Bagi Stakeholders

1. Dapat memberikan masukan bagi stakeholders untuk

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan sebuah keputusan,

2. Dapat memberikan sebuah informasi serta sebagai

bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti mengulas tentang teori-teori dan definisi yang berlaku

untuk peneliti. Yang dimaksudkan adalah guna dapat melihat sebuah kenyataan

yang terjadi, sudahkah sesuai dengan sebuah argumentasi teoritis atau tidak, dan

pembahasan lebih lanjut yang memerlukan penjelasan mengenai batasan-batasan

konsep peneliti. Suatu teori yang digunakan sebagai pijakan, terlebih khususnya

untuk peneliti sendiri

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bermaksud untuk membandingkan teori yang relevan

dengan kenyataan yang sesuai di lapangan penelitian, dan pendekatan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini atas dasar penelitian-

penelitian yang sudah diteliti sebelumnya. Penelitian ini peneliti mengambil

4 (empat) jurnal yang memiliki pembahasan tentang identifikasi dan analisis

peran stakeholders yang berdasarkan tingkat pengaruh dan tingkat

kepentingan stakeholders serta menjelaskan tentang peranan masing-masing

stakeholders. Berikut merupakan beberapa jurnal penelitian yang sudah

rangkum oleh penulis.

1. M. Husni Tamrin & Agus Wahyudi (2018)

Penelitian oleh Tamrin & Wahyudi (2018) judul Analisis Stakeholder

Pengelolaan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura (KKJSM).

Tujuan dari penelitian ini adalah berdasarkan kekuatan dan kepentingan

Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura (KKJSM), peneliti

11
12

menguraikan peta pemangku kepentingan yang terlibat dalam

pembangunan kawasan tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang mengutamakan makna perilaku, biasanya berdasarkan

pengalaman dan perilaku sosial masyarakat. Hasil penelitian ini yaitu

dalam pengembangan KKJSM meliputi stakeholder primer, kunci, dan

sekunder. Dalam hal pemetaan stakeholder, peneliti menggunakan matrix

analisis kepentingan dan pengaruh stakeholder. Berdasarkan nilai

kepentingan adalah BPWS, lembaga pemerintah dan DPR pada nilai

kepentingan nilainya tinggi dan pada nilai prioritas juga tinggi. Beda

halnya dengan masyarakat, masyarakat memiliki nilai kepentingan

rendah, namun pada nilai kekuatan itu tinggi dalam hal pengembangan

KKJSM. Pada pemangku kepentingan KKJSM mempunyai tingkatan

pengaruh dan kepentingan yang jelas berbeda-beda. Oleh karena itu dalam

pengembangan KKJSM ini perlunya pemetaan stakeholder yang

dilakukan berdasarakan kategori pengaruh dan kepentingan dari masing-

masing pemangku kepentingan tersebut.

2. Ni’mah A.Hidayah, Simon S.Hutagulung, & Dedy Hermawan (2019)

Penelitian oleh Ni’mah, Simon, Dedy (2019) dengan judul “Analisis

Peran Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Talang Air Peninggalan

Kolonial Belanda di Kelurahan Pajaresuk”. Hasil penelitian yang telah

dilakukan adalah identifikasi stakeholders yang terlibat dalam

pengembangan wisata talang air ini menggunakan identifikasi

stakeholders dari Townsley, yaitu terdiri dari 2 (dua) jenis stakeholders,

yaitu stakeholders primers dan stakeholders sekunder. Yang memegang


13

peran stakeholders primer dipegang oleh pihak masyarakat kelurahan

Pajaresuk dengan nama sebutan POKDARWIS (Kelompok Sadar

Stakeholder Wisata) dan juga bersama teman-teman Karang Taruna.

Sedangkan yang memegang peran stakeholders sekunder terdiri atas

Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam

menganalisis nilai peranan stakeholders tersebut, dalam peneleitian yang

dilakukan oleh peneliti menggunakan 4 (empat) indikator pemetaan

stakeholders dari Bryson yang terdiri atas contest setter, players, subject,

crowd.

3. Abd, Kadur Wakka (2014)

Penelitian oleh Abd. Kadur Wakka (2014) ini berjudul “Analisis

Stakeholders Pengelolaan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus

(KHDTK) Mengkendek, Kabupaten Tana Roja, Provinsi Sulawesi

Selatan”. Hasil penelitian ini adalah menganalisis stakeholders dengan

menggunakan 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan pertama mengidentifikasi

stakeholders yang terlibat, tahapan yang kedua memetakan masing-

masing stakeholders dengan menggunakan matriks pengaruh dan

kepentingan yang didasarkan oleh 4 tingkatan (subject, key players,

crowd, contest setter), tahapan ketiga menjelaskan peranan dari masing-

masing stakeholders yang mendukung dalam pengelolaan KHDTK

Mengkendek. Dalam penelitian ini pada bagain memetakan

stakeholders,pengelolaan KHDTK Mengkendek dikategorikan menjadi 2

(dua) tingkatan yaitu crowd dan key players. Adanya identifikasi dan

pemetaan stakeholders ini dapat menjadi kunci keberhasilan dalam hal


14

permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut meliputi adanya pencurian

kayu, penebangan liar, kebakaran hutan, perambahan tanah, terbatasnya

sebuah dana pengelolaan, saran maupun prasarana, terbatasnya SDM.

Permasalahan tersebut akan lebih bijak dilakukannya keterlibatan

stakeholders yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.

4. Nurhuda Candra H, Erna Setijaningrum, & Sulikah Asmorowati

(2020)

Penelitian oleh Nurhuda, dkk (2020) ini berjudul “Analisis Stakeholders

Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Kabupaten Jember”. Hasil penelitian

ini adalah dalam pengelolaan hutan diperlukannya stakeholders yang aktif

guna dalam hal peningkatan dan pengembangan sektor hutan tersebut.

Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan sumber

daya hutan tersebut, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan dan analisis

stakeholders yang dilakukannya, yang pertama identifikasi stakeholders

pengelolaan hutan, yang kedua melakukan pengkategorian stakeholders

yang berdasarkan 4 kategori yang terdiri dari (crowd, contest setter,

keyplayers, dan subjek), yang ketiga menjelaskan hubungan antar

stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Jember

tersebut. Penelitian ini juga menjelaskan bahwasannya keberhasilan

dalam pengelolaan hutan tersebut dikarenakan adanya sebuah interaksi

stakeholders yang terdapat pada kategori “key players” dan “subject”.

Kategori stakeholders “key players” ada di pihak Perum Perhutani KPH

Jember, sedangkan kategori stakeholders “Subject” ada di pihak LMDH

Wana Makmur.
15

Tabel 2.1 Matrix Penelitian Terdahulu


No. Identitas Artikel Tahun Metode dan Teori Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1. M. Husni Tamrin dan 2018 - kualitatif ➢ Pada pengembangan KKJSM • Fokus • Teori
Agus Wahyudi. - Teori stakeholders adanya stakeholders yang penelitian • Lokus
“Analisis Stakeholder oleh ODA, 1995 terlibat dibagi menjadi 3 • Metode penelitian
Pengelolaan Kawasam kelompok yaitu stakeholders Penelitian
Kaki Jembatan primer, kunci, dan pendukung.
Suramadu Sisi ➢ Penelitian ini melakukan
Maduran (KKJSM)” penilaian stakeholders melalui
matriks analisis “kepentingan”
dan “pengaruh” stakeholder
➢ Sifat kerjasama Stakeholders
pada pengembangan Kawasan
Kaki Jembatan Suramadu Sisi
Madura (KKJSM) yaitu
bersifat sukarela dan “give and
take” dapat dikatakan
kemitraan mutualistik
(Mutualism Partnership)
yakni keduanya saling
menguntungkan untuk
mencapai tujuan bersama
secara optimal.
16

2. Ni’mah A. Hidayah, 2019 - Deskriptif kualitatif ➢ Mengidentifikasi stakeholders • Fokus • Lokus


dkk. “Analisis Peran - Teori stakeholder dengan 2 indikator yaitu penelitian penelitian
Stakeholder Dalam Townsley, 1998 stakeholders primer dan • Metode • teori
Pengembangan Wisata sekunder penelitian
Talang Air ➢ Menggunakan model peranan
Peninggalan Kolonial stakeholders dalam
Belanda di Kelurahan pengembangan Pariwisata
Pajaresuk Kabupaten dengan adanya 3 indikator
Pringsewu.” yaitu masyarakat,
pemerintahan, serta swasta.
➢ Peranan stakeholders memiliki
pengaruh yang penting dalam
pengembangan wisata talang
air.
➢ Pihak-pihak stakeholders yang
terlibat dilakukan pemetaan
matrix stakeholders yang
meliputi tingkat kepedulian
dan tingkat kepuasan (Bryson
dalam Hardiansyah, 2012)
3. Abd. Kadir Wakka. 2014 - Kualitatif ➢ Stakeholders dalam • Metode • Teori
“Analisis Stakeholders - Teori Stakeholders pengelolaan KHDTK terdapat penelitian • Lokus
Pengelolaan Kawasan Townsley, 1998 2 kelompok stakeholders, • Fokus penelitian
Hutan Dengan Tujuan yaitu primer dan sekunder penelitian
17

Khusus (KHDTK) ➢ Stakeholders yang terlibat ada


Mengkendek, 6 pihak, dari pihak
Kabupaten Tana pemerintah, masyarakat serta
Toraja, Provinsi lembaga
Sulawesi Selatan” ➢ Pemetaan stakeholders yang
dilakukan dikategorikan
menjadi 2 yaitu key player
dan Crowd
➢ Adanya sebuah kolaborasi
antar stakeholders guna
mengurangi permasalahan
seperti sarana dan prasarana,
serta SDM.
➢ Pihak pemerintah berperan
sebagai penyusunan rencana,
strategi pengelolaan,
membantu merehabilitasi
melalui sebuah program,
melakukan pengawasan dan
pengamanan dalam
pengelolaan KHDTK
➢ Pihak lembaga berperan
sebagai peningkatan kapasitas
18

kelembagaan masyarakat
melalui sebuah pendampingan
➢ Masyarakat berperan
mengelola pelestarian
KHDTK
4. Nurhuda Candra 2020 - Deskriptif Kualitatif ➢ Stakeholders yang terlibat ada • Teori • Fokus
“Analisis Stakeholder - Teori stakeholders 3 jenis, yaitu primer, sekunder • Metode penelitian
Pengelolaan Sumber oleh Reed et al., dan kunci penelitian • Lokus
Daya Hutan di 2009 ➢ Pemerintah desa memiliki penelitian
Kabupaten Jember” pengaruh besar pada
pengelolaan sumber daya
hutan
➢ Kerjasama dari pihak KPH
dan LMDH yang dilakukan
berjalan dengan baik
➢ Keberhasilan pengelolaan
terdapat pada kategori
stakeholder yaitu key playes
dan subject
Sumber : data diolah oleh penulis(2022)
19

Pada tabel 2.1 menunjukkan bahwa penelitian yang ditulis oleh peneliti,

memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yakni pada fokus

penelitiannya tentang memetakan peranan dari masing-masing stakeholders yang

terlibat dalam pengelolaan BUMDes. Adapun persamaan lain dengan penelitian

terdahulu yaitu dari segi metode penelitian yang sama-sama menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Namun adapun perbedaan penelitian yang ditulis

peneliti dengan penelitian terdahulu, yaitu dari segi penggunaan teori. Dari

penelitian terdahulu yang sudah tercantum pada tabel 2.1 ada 2 (dua) penelitian

terdahulu yang teorinya hanya memiliki 2 variabel yang dimuat dalam penelitian

mereka. Sedangkan 1 (satu) jurnal memiliki varibabel yang sama namun berbeda

nama teori yang digunakan dengan penulis. tetapi ada 1 (satu) penelitian terdahulu

yang teorinya sama dengan penulis, yakni teori Reed et al (2009). adapun

perbedaan yang lainnya terdapat pada pemilihan lokasi penelitian, hal tersebut

penulis meneliti tentang peranan stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
20

2.2. Landasan Konseptual

2.2.1 Administrasi Publik

2.2.1.1. Definisi administrasi publik

Administrasi merupakan sebuah kegiatan atau usaha

yang dimana menyelenggarakan kebijakan yang

digunakan untuk mencapai sebuah tujuan. Menurut The

Liang Gie (1999:14) Administrasi juga dapat dikatakan

sebagai rangkaian tata terhadap sebuah pekerjaan pokok

yang dibuat atau dilaksanakan oleh sekelompok orang

dalam hal kerjasama guna mencapai sebuah tujuan.

Pengertian administrasi publik yaitu sebuah ilmu yang

mengajarkan tentang pengelolaan sebuah organisasi

publik, meskipun kajiannya tentang organisasi akan tetapi

administrasi publik tetap berbeda dengan ilmu

manajemen.

Menurut William M. Morrow, ada beberapa 5 (lima)

teori administrasi yaitu terdiri dari:

1. Teori Deskriptif, yang dimana hal nyata terjadi pada

sebuah organisasi serta memberikan klaim tentang

faktor faktor guna mendorong orang untuk

bertingkah;

2. Teori perspektif, yaitu perubahan yang terjadi di

kebijakan publik dengan pemanfaatan keahlian

birokrasi
21

3. Teori normatif, yang dimana mempermasalahkan

perihal peranan birokrasi yang terjadi;

4. Teori asumtif, menekan pada usaha untuk

memperbaiki praktik administrasi. Dalam hal

mencapai tujuan ini, pada teori asumsi ini berusaha

untuk mencerna hakikat manusiawi yang tentunya

terjadi pada lingkungan yang birokratis ini.

5. Teori instrumental, yaitu melihat pada konseptualisasi

untuk memperbaiki teknik manajemen.

Menurut Dwight Waldo dalam (Syafri Wirman ,

2012) menyatakan bahwa administrasi sebagai

“Cooperative Rational Action” upaya kerjasama yang

objektif. Yang dimaksud dengan tindakan rasional adalah

sebuah tindakan yang dihitung dengan baik guna

pengaktualan sebuah tujuan tertentu yang dikehendaki

dengan pengorbanan guna mewujudkan tujuan yang lain.

Pengertian dari menurut David H Rosenbloom

(2005) dalam (Pasolong Harbani, 2019)administrasi

adalah memanfaatkn berbagai teori dan prose manajemen,

politik serta hukum dalam rangka mewujudkan sebuah

tujuan pemerintah yang hal tersebut merujuk pada bidang

eksekutif, legislatif. Sedangkan menurut (Pasolong

Harbani, 2019) administrasi publik merupakan sebuah

bentuk kerjasama yang ditindak bagi sekelompok


22

lembaga ataupun orang guna menjalankan sebuah tugas

pemerintahan dalam hal pemenuhan kebutuhan publik

yang secara efektif maupun efisien.

2.2.1.2. Unsur-unsur Administrasi Publik

Dalam mencapai sebuah tujuan tertentu, tentunya

diperlukannya kerjasama yang saling berkaitan dan saling

berinteraksi satu sama lain agar dapat segera terwujud

sebuah tujuan tersebut. Pada ilmu administrasi ini

memiliki berbagai macam unsur-unsur administrasi, yang

meliputi:

1. Keuangan, yang dimaksud adalah dalam mewujudkan

sebuh tujuan perlunya dana yang dikeluarkan guna

terlaksananya sebuah program atau kebijakan;

2. Organisasi, yang dimaksud adalah hal yang

diutamakan dalam sebuah kelompok kerjasama guna

mencapai sebuah tujuan yang tertentu;

3. Komunikasi, yang dimaksud adalah sebuah proses

penyampaian informasi terhadap orang lain yang

melalui sebuah alat media;

4. Manajemen, yang dimaksud adalah sebuah proses

kegiatan yang menggerakkan sebuah kelompok dalam

organisasi agar terwujudnya sebuah tujuan;

5. Tata usaha, yang dimaksud adalah sebuah kegiatan

yang meliputi dari catat-mencatat, mengolah data,


23

melakukan pengumpulan data, melakukan berbagai

pengiriman sebuah data berbagai penyaluran

informasi baik diterima maupun di keluarkan guna

mencapai sebuah tujuan tertentu;

6. Hubungan masyarakat, yang dimaksud adalah bentuk

pengupayaan dalam menjaga sebuah eksistensi dari

hal baik serta dukungan dari masyarakat dalam

pencapaian sebuah tujuan;

7. Perbekalan, yang dimaksud adalah salah satu sumber

daya yang digunakan untuk pencapaian sebuah tujuan,

yang mulai dari mengatur pemakaian barang,

perawatan, pengendalian, serta kegiatan yang lainnya.

8. Kepegawaian, yang dimaksud adalah sebuah

kelompok pada sebuah organisasi yang bilamana

tidak ada manfaatnya jika tidak memiliki sebuah

peraturan tentang berbagai hal yang harus mereka

kerjakan. (Syafri Wirman, 2012)

2.2.1.3. Prinsip Administrasi dalam Administrasi Publik

1. Teori umum tentang administrasi berlaku di

organisasi, administrasi, manajemen yang dimana

saja;

2. Teori umum administrasi publik berbeda dengan

organisasi swasta;
24

3. Teori fungsional Administrasi Publik berbeda antara

yang satu dengan yang lainnya, seperti halnya

administrasi polisi, administrasi pendidikan, dan lain

sebagainya;

4. Teori proses administrasi publik berbeda dalam

proses dan manajemen administrasi publik, seperti

halnya keuangan publik, administrasi personal, dan

lain sebagainya.

2.2.2. Analisis Stakeholders

2.2.2.1. Definisi Stakeholders

Pemangku kepentingan merupakan sebuah kelompok

yang saling berinteraksi dan mempunyai ketergantungan

di antara mereka (kelompok) yang saling mempengaruhi

atau dipengaruhi melalui tindakan yang berupa sebuah

keputusan, sebuah kebijakan, sebuah program dan sebuah

tujuan (Gibson, 2000).

Pada kalimat ‘interaksi’ yang dimaksud adalah sebuah

pengaruh yang dimana mempengaruhi keberadaan suatu

kebijakan pemerintah terhadap sebuah kelompok maupun

organisasi, yang dapat berdampak positif ataupun

berdampak negatif. Menurut (Freeman & David, 1983)

menjelaskan bahwa teori Stakeholders yaitu setiap

kelompok ataupun setiap individu dapat mempengaruhi


25

pencapaian tujuan organisasi atau dipengaruhi oleh

kinerja organisasi itu sendiri.

Berbagai pengertian Stakeholders yang sudah

dijelaskan, menurut (Mitchell, R.K., 1997) Stakeholders

juga memiliki beberapa atribut atau hal yang menitik

berakan pada siapa saja yang memiliki kekuasaan,

legitimasi dan mempunyai kepentingan (urgensi). Dari

dimensi “kekuasaan” menjadi sebuah alat pemangku

kepentingan dalam mempengaruhi Stakeholders lainnya.

Dari dimensi “legalitas” merupakan kaitan dengan

pemangku kepentingan pada keterlibatannya dalam hal

ketentuan nilai dan norma yang sudah berlaku. Sedangkan

dari dimensi “urgensi” menjadi keterkaitan yang sangat

mendesak pada pengambilan keputusan Stakeholders.

Penjabaran tentang atribut Stakeholders secara ringkas

dipaparkan pada tabel 2.2

Tabel 2.2
Identifikasi Stakeholders
Atribut Definisi Dasar
Kekuasaan Relasi antar aktor yang • Paksaan
satu aktor dapat meminta • Kegunaan
aktor yang lainnya untuk • Normatif
melakukan sesuatu tanpa
adanya bantahan
Legitimasi Sebuah persepsi umum • Individual
tentang suatu tindakan • Organisasi
seseorang yang pantas, • Sosial
diharapkan dan tepat
sesuatu dengan sistem,
norma, nilai dan
kepercayaan
26

Urgensi Tingkatan yang dimana • Sensivitas waktu


pemangku kepentingan • Sifat kritis
mempunyai suatu klaim
untuk diperhatikan
Sumber : Mitchell et al., 1997 dalam Kusuma 2015

2.2.2.2. Klasifikasi Stakeholders

Ada berbagai macam tentang klasifikasi stakeholder,,

seperti halnya menurut Townsley (1998) menyatakan

kelompok pemangku kepentingan dibagi menjadi 2 (dua)

bagian yaitu:

1. Stakeholders primer merupakan pihak-pihak yang

mempunyai sebuah kepentingan yang langsung pada

suatu sumber daya, baik dari segi mata pencaharian

atau dikatakan terkait langsung pada pemanfaatan;

2. Stakeholders sekunder merupakan pihak-pihak yang

mempunyai kepentingan yang secara tidak langsung.

Atau dapat dikatakan sebagian kekayaan yang guna

dihasilkan dari sumber daya.

Berdasarkan tingkat kepentingan, pengaruh dan kekuatan

terhadap Stakeholders juga dapat dibagi dalam berbagai

kelompok. Menurtut ODA (1995) menyebutkan ada 3

kelompok Stakeholders , yaitu;

1. Stakeholders Primer adalah pemangku kepentingan

yang dapat dampak secara langsung, dampak baik

ataupun buruk dari suatu rencana dan juga memiliki


27

keterkaitan pada kepentingan langsung kegiatan

tersebut serta penentu utama untuk proses dalam hal

pengambilan keputusan. Sebagai contohnya adalah

yang pertama dari pihak masyarakat yang dimana

tokoh masyarakat ini menjadikan perwakilan ambisi

dari masyarakat lainnya yang nantinya akan

memperoleh manfaat secara langsung dari kegiatan-

kegiatan yang dilakukan. Yang kedua dari pihak

lembaga atau badan yang gunanya untuk memegang

sebuah tanggung jawab dalam hal pengambilan

sebuah keputusan serta implementasi dari hasil

keputusan tersebut

2. Stakeholders Sekunder adalah pemangku kepentingan

yang tidak ada kepentingan yang langsung terhadap

sebuah rencana, namun memiliki kepedulian yang

besar terhadap sebuah proses pengembangan. Sebagai

contohnya yaitu dari pihak LSM atau Perguruan

Tinggi, Lembaga Pemerintah yang lainnya yang dapat

turut mengeluarkan sebuah pendapat serta timbulnya

pengaruh terhadap pengambilan keputusan

pemerintah dan tindakan masyarakat

3. Stakeholders Kunci merupakan pihak pemangku

kepentingan yang mempunyai kewenangan legal

dalam sebuah pengambilan keputusan kebijakan.


28

Penelitian ini pada stakeholders kunci yaitu

pemangku kepentingan yang bertanggung jawab

dalam sebuah pelakasanaan kegiatan pengembangan

dan pengelolaan. Sebagai contohnya yaitu dari pihak

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Kota/Kabupaten,

atau pihak-pihak Dinas yang diikutsertakan dalam

pengembangan proyek tersebut.

2.2.2.3. Peran Stakeholders

Analisis Pemangku kepentingan merupakan proses

mengumpulkan dan menganalisis informasi-informasi

kualitatif yang secara sistematis untuk menentukan siapa

yang harus diperhitungkan dalam pelaksanaan suatu

kebijakan atau sebuah program. Seperti halnya dalam

menggambarkan aspek fenomenal sosial dalam alam yang

dipengaruhi oleh keputusan, mengidentifikasi individu,

kelompok da organisasi yang dipengaruhi oleh bagian

fenomena tersebut dan memprioritaskan individu dan

kelompok untuk terlibat dalam proses pengambilan

keputusan. Analisis pemangku kepentingan sebagai alat

analisis kebijakan yang berakar pada karya awal ilmuwan

kebijakan, yang menaruh pada perhatian sebuah

kontribusi kekuasaan dan peran kelompok kepentingan

dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan


29

Menurut (Reed, et al., 2009) menjelaskan bahwa ada

beberapa tahapan-tahapan dalam analisis stakeholder,

yaitu;

1. Identifikasi Stakeholders adalah sebuah kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi

individu/kelompok organisasi yang terpengaruhi oleh

sebuah kebijakan. Identifikasi ini diperlukan untuk

mengenali dan memahami kepentingan hubungan

masing-masing pemangku kepentingan.

2. Pengelompokan Stakeholders merupakan proses

pembagian kelompok yang menggunakan metode

analisis dari Eden dan Ackermann (2011) yang

menggunakan matriks tingkat “pengaruh” dan

“kepentingan” yang nantinya matriks tersebut dibagi

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu subject, key player,

context setter, crowd.

a. Subject adalah pemangku kepentingan yang

dimana pihak stakeholders dengan memiliki

kepentingan yang tinggi, namun memiliki tingkat

pengaruh yang rendah.

b. Key player merupakan pemangku kepentingan

yang memiliki tingkat pengaruh dan tingkat

kepentingan yang tinggi dalam pengambilan

sebuah keputusan.
30

c. Context setter adalah pemangku kepentingan yang

mempunyai tingkat pengaruh yang tinggi, namun

memiliki tingkat kepentingan yang rendah

d. Crowd adalah pemangku kepentingan mempunyai

tingkat kepentingan yang sama-sama rendah. Pada

kategori ini membutuhkan adanya pengawasan

dan harus ada evaluasi tetapi dengan prioritas

yang rendah.

3. Menyelidiki Hubungan antar Stakeholders

Menjelajahi hubungan antar tiap-tiap pemangku

kepentingan dapat dilakukan dengan membuat

matriks aktor yang terhubung dan menggunakan

analisis jaringan. Yang dimaksud dengan matriks

penghubung aktor adalah dibuatkan sebuah tabel-

tabel tentang peran dari masing-masing pemangku

kepentingan dalam sebuah kebijakan.

Analisis pemangku kepentingan membantu mengisi

kesenjangan dengan memberikan pendekatan yang

dimulai dengan berbagai kepentingan. Analisis peran

stakeholders memiliki 3 (tiga) peran yaitu hak, kewajiban,

dan adanya manfaat yang dapat disesuaikan dengan tugas

dan fungsi masing-masing antar Stakeholders.


31

Menurut (Nugroho, 2014) menyatakan bahwa

pemangku kepentingan memiliki 5 (lima) peran

pemangku kepentingan, yaitu;

a. Policy Creator adalah aktor yang membuat dan

menentukan keputusan dalam suatu kebijakan atau

program

b. Koordinator merupakan aktor yang berperan sebagai

koordinator antar satu pemangku kepentingan lainnya

dalam jalannya suatu kebijakan atau sebuah program

yang dijalani.

c. Fasilitator adalah pemangku kepentingan terlibat

dalam menyediakan fasilitas dan memenuhi

kebutuhan kelompok sasaran yang memadai.

d. Implementor adalah pemangku kepentingan yang

terlibat dalam pelaksanaan kebijakan atau program

yang termasuk kelompok sasaran.

e. Akselerator merupakan pemangku kepentingan yang

perlu berkontribusi untuk mempercepat proses dan

memastikan kebijakan atau program berada di jalur

yang benar dan bergerak lebih cepat.

Pada penelitian ini menggunakan teori stakeholder yang

terdapat pada sub bab 2.3 tabel penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai acuan penulis guna membuat perbandingan teori dari

beberapa ahli yang dijabarkan melalui tabel berikut:


32

Tabel 2.3 Mapping Teori Stakeholder


Reed et al Townsley
Variabel ODA (1995)
(2009) (1998)
Stakeholders
√ √ √
Primer
Stakeholders
√ √ √
Kunci
Stakeholders
√ √
Sekunder
Sumber : data diolah oleh penulis 2022

Pada tabel 2.3 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini

menggunakan teori stakeholders dari Reed et al tahun 2009 dengan

variabel-variabel yang dimiliki memiliki keterkaitan dengan

penelitian yang ada di lapangan yaitu peranan antar pihak-pihak

stakeholders dari pihak Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,

Perusahaan, serta pihak masyarakat yang terlibat kerjasama dalam

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Jiwan

Kabupaten Madiun. pada teori tersebut memiliki 3 (tiga) variabel

yang meliputi stakeholders primer, stakeholders sekunder,

stakeholders kunci. Yang dimana teori tersebut akan digunakan

untuk memetakan stakeholders untuk mengetahui peranan dari

masing-masing stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan

Kabupaten Madiun

2.2.3.Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

2.2.3.1. Definisi BUMDes

Terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

ini dari sebuah kedaulatan desa guna mengelola sumber


33

daya ekonominya. Badan Usaha Milik Desa adalah

sebuah institusi yang dimana dibentuk oleh Pemerintah

desa serta masyarakat desa yang ikut serta dalam

mengelola badan usaha tersebut. Institusi berdasarkan

kebutuhan serta ekonomi desa tersebut. Menurut

(Ridlwan, 2014) Badan Usaha Milik Desa adalah sebuah

dasar (pilar) kegiatan ekonomi desa yang berguna sebagai

lembaga sosial dan juga komersial. Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) merupakan lembaga sosial yang

berpihak pada sebuah kepentingan masyarakat yang

melalui kerjasamanya dalam penyediaan jasa pelayanan

sosial.

Menurut pendapat Syncore (2017) dalam (Suleman et

al., 2020) Badan Usaha Milik Desa ini memiliki beberapa

filosofi keberadaannya yang berada ditengah-tengah

masyarakat desa, yaitu:

1. BUMDes ini merupakan badan usaha yang tujuannya

bukan hanya mencarr sebuah keuntungan akan tetapi

digunakan dalam pelayanan kepada masyarakat desa

juga dan menjalankan sebuah upaya pemberdayaan

masyarakat desa serta menjalankan perekonomian

desa agar dapat berkembang lebih baik untuk desa itu

sendiri.
34

2. BUMDes juga tidak mengambil ahli kegiatan

ekonomi yang sudah dijalankan oleh masyarakat desa,

namun menciptakan hal yang dapat memberikan

sebuah nilai tambah kegiatan ekonomi yang ada dan

itu lebih di dahulukan untuk digerakkan oleh

masyarakat desa itu sendiri.

3. BUMDes ini berbentuk social enterprise dengan

artian sebuah lembaga bisnis yang dimana dibentuk

untuk menyelesaikan sebuah masalah sosial, dengan

cara menciptakan nilai tambah (Creating Value),

melakukan pengelolaan potensi dan aset (Managing

Value) dan memberikan banyak berbagai manfaat

kepada masyarakat (Distributing Value).

Pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, pembentukan

BUMdes sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Desa (PADes). Maka dari itu, Badan

Usaha Milik Desa ini dibentuk atas prakarsa masyarakat

desa dengan dasar potensi-potensi yang dapat

dikembangkan nantinya.

Pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ini harus

mempunyai perbedaan dengan sebuah lembaga ekonomi

pada umumnya, maksudnya adalah keberadaan dan

kinerja Badan Usaha Milik Desa ini nantinya mampu


35

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat desa, dan juga tidak

berkembang pada sistem usaha kapitalis di pedesaan yang

dimana mengakibatkan terganggunya sebuah nilai

kehidupan masyarakat. Adapun ciri utama yang dimiliki

oleh Badan Usaha Milik Desa yang membedakan dengan

lembaga ekonomi komersial pada umumnya. Ciri

utamanya tersebut ada 7 (tujuh) yaitu:

1. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis

yang berakar dari budaya lokal (local wisdom);

2. Bidang usaha yang digerakkan atau dijalankan

berdasarkan pada sebuah potensi dan hasil informasi

dasar;

3. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola

dengan secara bersamaan;

4. Modal usaha bersumber dari desa dengan jumlah

(51%) dan dari masyarakat dengan jumlah (49) yang

melalui penyertaan modall (saham atau andil);

5. Keuntungan yang didapatkan digunakan untuk

mengembangkan kesejahteraan anggota (penyertaan

modal) dan masyarakat desa melalui kebijakan desa

(Village Policy);
36

6. Difasilitasi oleh pihak-pihak pemerintah yang

meliputi dari pihak Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten, dan Pemerintah Desa;

7. Pelaksanaan yang dioperasionalisasikan akan

dikontrol secara bersamaan oleh pemerintah desa,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta anggota

lainnya)

Adanya pembangunan dan pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) ini merupakan sebuah perwujudan

dari sebuah pengelolaan ekonomi produktif desa yang

dilakukan dengan adanya kooperatif, transparansi,

emansipatif, partisipatif, akuntabel, seta sustainable.

Sebab itu perlu adaya pengupayaan yang sangat seirus

dalam menjadikan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

tersebut dapat berjalan dengan secara efisiensi,efektif,

mandiri serta secara profesional.

2.2.3.2. Tujuan Pembentukan BUMDes

Adanya beberapa ketentuan umum yang bisa

dijadikan sebagai acuan terhadap pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa pada sebuah pedoman, sebagaimana

yang sudah dipublikasikan oleh Pusat Kajian Dinamika

Sistem Pembangunan (PKDSP) di tahun 2007, tujuan dari

pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ini

memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu terdiri atas;


37

1. Segi meningkatkan perekonomian desa;

2. Segi meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD);

3. Segi meningkatkan pengelolaan potensi desa yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa;

4. Segi menjadi tulang punggung pertumbuhan dan

pemerataan sebuah ekonomi masyarakat desa.

Demi mencapai tujuan Badan Usaha Milik Desa

tersebut, harus melakukan dengan cara memenuhi

kebutuhan yang produktif dan konsumtif pada masyarakat

desa melalui sebuah pelayanan distribusi barang ataupun

jasa yang dikelola oleh masyarakat desa dan juga

Pemerintah Desa. Pada sebuah pemenuhan kebutuhan

tersebut mengupayakan tidak memberatkan masyarakat

desa, mengingat bahwa Badan Usaha Milik Desa ini juga

dituntut untuk mampu memberikan sebuah pelayanan

kepada yang bukan anggota dengan menempatkan harga

dan pelayanan yang berlaku sesuai standar pasar. Yang

dimaksudkan adalah anaya mekanisme kelembagaan

yang disepakati secara bersamaan, sehingga tidak dapat

menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan yang

disebabkan usaha yang dijalankan oleh Badan Usaha

Milik Desa.

Badan Usaha Milik Desa ini merupakan sebuah

wahana yang digunakan untuk membentuk dan


38

menjalankan usaha di desa. yang dimaksud dengan

“Usaha Desa” adalah sejenis usaha yang adanya

pelayanan ekonomi desa, seperti halnya;

1. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa.

Seperti: beras, gula pasir, minyak goreng, susu, dan

lain-lainnya;

2. Usaha jasa. Seperti: jasa keuangan, jasa angkutan

darat dan air, jasa listrik desa, dan lain-lainnya;

3. Adanya usaha industri dan sebuah kerajinan rakyat.

Seperti: mengolah sampah limbah yang dijadikan

sebuah anyaman dan dijual pada konsumen;

4. Adanya perdagangan hasil pertanian. Seperti:

tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan,

dan agrobisnis.

Maka dari itu Pemerintah Desa memiliki keterlibatan

langsung sebagai modal terbesar untuk terbentuknya

Badan Usaha Milik Desa atau dapat dikatakan sebagai

pendiri bersama masyarakat yang diharapkan mampu

memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), serta

diwujudkan dalam bentuk perlindungan atas sebuah

intervensi yang merugikan dari pihak ketiga. Peran

pemerintah Desa ini ikut serta dalam pembentukan Badan

Usaha Milik Desa sebagai badan hukum yang berpacu

pada sebuah aturan perundang-udangan yang berlaku dan


39

juga dengan kesepakatan yang dibangun bersama

masyarakat desa.

Badan Usaha Milik Desa ini diatur melalui peraturan

daerah melalui mekanisme “Sell Help” dan “Member

Base”, maka dari itu Badan Usaha Milik Desa dapat

mewujudkan partisipasi masyarakat desa yang secara

keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha

yang di hegemoni oleh kelompok tertentu pada tingkat

desa. maksudnya adalah tata aturan ini diwujudkan dalam

bentuk mekanisme kelembagaan yang kompak

(solidaritas).

2.2.3.3. Landasan Hukum BUMDes

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ini

dilandaskan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Landasan hukum

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yaitu;

1. Undang –Undang No. 32 tahun 2004

2. Peraturan Pemerintah 72 tahun 2005 tentang Desa,

terdapat pada pasal 78, pasal 79, pasal 80, pasal 81;

3. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,

terdapat pada pasal 87 sampai pasal 90;

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No.


40

4 Tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan dan

pengelolaan dan pembubaran Badan Usaha Milik

Desa

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 tahun 2016

tentang Kewenangan Desa

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11

tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa

2.2.3.4. Prinsip Pengelolaan BUMDes

Prinsip-prinsip tata kelola Badan Usaha Milik Desa

perlu dikembangkan atau dijelaskan agar dapat dipahami

dan diakui secara sama oleh Pemerintah Desa, anggota

(penyertaan modal), Badan Permusyawaratan Desa

(BPD), Pemerintah Kabupaten, dan Masyarakat.

BUMDes merupakan sebuah badan usaha yang dibentuk

atas dasar inisiatif masyarakat dan menganut asas

mandiri, mengutamakan perolehan modal dari

masyarakat dan Pemerintah Desa. Badan Usaha Milik

Desa ini didirikannya dengan ada tujuan serta manfaat

yang jelas untuk masyarakat desa serta desa yang mereka

tinggal tersebut.

Hal tersebut tidak terlepas dari berbagai prinsip

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, yang dimana ada 6

(enam) prinsip, yaitu;


41

1. Kooperatif yang merupakan komponen-komponen

berpartisipasi dalam Badan Usaha Milik Desa yang

harus bekerja sama dengan baik untuk kemajuan dan

kelangsungan sebuah usaha;

2. Partisipatif, merupakan komponen yang ikut serta

dalam Badan Usaha Milik Desa Harus bersedia

menjadi sukarelawan atau menerima tawaran untuk

memberikan sebuah dukungan dan kontribusi yang

dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan usaha

Badan Usaha Milik Desa;

3. Emansipatif, merupakan semua komponen yang

terkait dengan Badan Usaha Milik Desa harus

diperlakukan sama tanpa memandang dari golongan,

suku atau agama apapun;

4. Transparan, merupakan kegiatan yang adanya

mempengaruhi kepentingan masyarakat umum harus

segera diungkapkan ke semua sektor masyarakat;

5. Akuntabel, merupakan semua kegiatan komersial

yang bertanggung jawab secara teknis maupun

administratif;

6. Sustainable, merupakan sebuah kegiatan usaha yang

harus dikembangkan dan tetap dikelola masyarakat

desa dalam wadah Badan Usaha Milik Desa.


42

Terkait dengan pelaksanaan alokasi dan desa,

diharapkan proses penguatan ekonomi pedesaan dengan

bantuan Badan Usaha Milik Desa akan lebih berpeluang.

Hal ini karena adanya sebuah dukungan, yaitu lebih

banyak pendanaan menggunakan dari anggaran desa,

memastikan bahwasannya memiliki modal yang cukup

untuk mendirikan Badan Usaha Milik desa (BUMDes).

Jika memungkinkan, PADes terjadi peningkatan maka

selanjutnya tersedia juga untuk kegiatan pembangunan

desa.

2.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan sebuah keterkaitan teori –teori yang

dimana adanya dukungan dalam sebuah penelitian yang gunanya sebagai

pedoman dalam proses penelitian ini. Adanya kerangka konsep ini

menjadikan sebagai pedoman penulis guna menjelaskan teori yang digunakan

dalam penelitian tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1
43

BUMDES
Sumber Rejeki Desa Jiwan

Analisis Peran Stakeholder

Matriks tingkat
Identifikasi Pengkategorian “pengaruh” dan
Stakeholders Stakeholders “kepentingan”
stakholderss

Peranan Stakeholder
BUMDes “Sumber Rejeki”
Desa Jiwan

Gambar 2.1 Model Analisis Stakeholders Reed et al., 2009


Sumber : data diolah oleh peneliti 2022

2.4. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan sebuah elemen studi yang menjelaskan

tentang sifat masalah yang sedang diteliti. Menurut (Hernawati, 2017)

menjelaskan bahwa definisi konseptual yaitu sebuah definisi bentuknya

abstrak yang mengacau terhadap konsep yang sebelumnya abstrak untuk

memperjelas sebuah konsep pertama. Hal ini penulis pada intinya memilih

judul penelitian “Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa (Sumber Rejeki) Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun”

bermasud mengurai penjelasan dan menganalisa tema penelitian seputar

peranan stakeholders pengelolaan BUMDes Desa Jiwan Kecamatan Jiwan

Kabupaten Madiun menggunakan perspektif pemetaan stakeholders dengan


44

alasan penulis ingin mengkaji perihal peranan dari masing-masing

stakeholders yang terlibat di pengelolaan BUMDes. Pemetaan tersebut

menggunakan teori dari Reed et al (2009) dengan menggunakan matrix

tingkat “pengaruh” dan “kepentingan” stakeholders dalam mengetahui

peranan dari masing-masing stakeholders yang terlibat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah alat bantu peneliti agar memahami

bagaimana mendapatkan data yang diinginkan berdasarkan masalah-masalah

yang diketahui terlebih dahulu. Metode penelitian ini dapat disebut sebagai

metode kegiatan ilmiah yang berupa penelitian yang dilakukan secara cermat

dan dengan mengumpulkan beberapa data-data yang relevan untuk

memecahkan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2017) metode

penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk

memperoleh data melalui penyajian yang secara sistematis guna mencapai

suatu tujuan penelitian yang tertentu.

Setiap penelitian, secara umum terdapat 3 (tiga) jenis tujuan penelitian

yang dimana hal tersebut terdiri atas penemuan, pembuktian, serta

pengembangan. Yang dimaksud dengan temuan adalah bahwa data yang

diperoleh atau didapatkan dari peneliti benar-benar data baru yang

sebelumnya belum diketahui. Selanjutnya, yang dimaksud dengan

pembuktian atau fakta adalah bilamana informasi yang diperoleh digunakan

untuk mengkonfirmasikan keraguan tentang data yang sudah ada. Sedangkan,

yang dimaksud dengan pengembangan adalah memperdalam serta dapat

memperluas pengetahuan yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan.

45
46

Metode penelitian kualitatif dianggap sebagai metode penelitian yang

didasarkan pada filosofi Post-Positivisme, yang berguna untuk sebuah

penelitian pada kondisi objek alamiah, (dalam percobaan yang berlawan)

yang dimana peneliti adalah sebagai Key Instrument, pengumpulan data yang

dilakukan secara triangulasi, analisis data kualitatif, dan hasil penelitian akan

lebih menekankan makna daripada generalisasi.pada penelitian deskriptif

kualitatif, peneliti menggunakan metode pendekatan studi kasus “Case

Study”. Yang dimaksud dengan studi kasus adalah menggunakan berbagai

sumber data yang digunakan untuk menyelidiki, menganalisis, dan

menggambarkan secara rinci dengan menggunakan berbagai aspek yang

terkait dalam peristiwa tertentu dan sistematis. Hal tersebut, peneliti akan

mendeskripsikan serta menganalisis permasalahan yang terkait dengan

peranan stakeholders (pemangku kepentingan) yang berdasarkan pandangan-

pandangan dari beberapa informan-informan yang terkait.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian kualitatif yaitu membatasi penelitian dan menentukan

fokus yang berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau informasi

baru yang diperoleh di lapangan yang sesuai indikasi. Menurut (Moleong,

2017) pada penelitian kualitatif dalam hal penetapan fokus penelitian akan

secara pasti pada waktu peneliti sudah berada di lapangan penelitian. Dengan

kata lain walau sudah dapat menentukan rumusan masalah yang cukup baik,

bisa dapat terjadi situasi di lapangan yang tidak memungkinkan peneliti untuk

meneliti permasalahan tersebut.


47

Pada metode kualitatif fokus penelitian yang berguna untuk dapat

membatasi ruang lingkup sebuah penelitian, jika tidak dapat fokus pada

penelitian yang dibuat maka peneliti akan terjebak dengan sejumlah besaran

data yang mereka kumpulkan di lapangan. Untuk membatasi penelitian yang

akan dibahas, peneliti menggunakan fokus dan indikator berdasarkan konsep

yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan masalah yang ada di lapangan

dalam proses pemetaan stakeholders serta perumusan peranan masing-masing

stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun yang

dirincikan sebagai berikut:

1. Identifikasi stakeholders (pemangku kepentingan),

2. Melakukan pengelompokkan atau pemetaan stakeholders (pemangku

kepentingan). Dalam melakukan pemetaan stakeholders, peneliti

menggunakan matrix “kepentingan” dan “pengaruh” yang dimana

nantinya masing-masing dari stakeholders akan dikelompokkan pada

bagian: key players, subject, context setter, serta crowd. Pemetaan ini

dilakukan dengan mendeskripsikan peranan stakeholders yang dilihat dari

segi:

a. Kepentingan dari pemangku kepentingan,

b. Dampak potensial yang dimiliki dari setiap stakeholders,

c. Tingkat kepentingan yang relatif serta tingkat pengaruh kelompok-

kelompok stakeholders,

3. Menjelaskan peranan dari masing-masing stakeholders dalam

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan.


48

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah suatu lokasi dimana seorang peneliti akan

melakukan penelitian, penentuan lokasi penelitian merupakan langkah yang

sangat penting dalam sebuah penelitian kualitatif, dikarenakan penentuan

lokasi penelitian berarti subyek dan tujuan penelitian yang telah ditentukan

dapat mempermudah peneliti melakukan penelitian. Berdasarkan penentuan

lokasi penelitian, peneliti akan menerima sebuah data-data dan informasi

yang tentunya berkaitan dengan topik, masalah dan fokus penelitian.

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertempat pada Badan

Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki”di Desa Jiwan Kecamatan Jiwan

Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi tersebut

dikarenakan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan ini memiliki potensi desa

yang bagus untuk selalu dikembangkan agar memajukan pemberdayaan

masyarakat jiwan serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki

BUMDes “Sumber Rejeki” untuk memajukan desa Jiwan.

3.4. Subyek dan Sumber Informasi

Subyek penelitian dikatakan sebagai informan yang pada latar

penelitian yang digunakan dapat memberikan sebuah informasi terhadap

situasi penelitian (Moleong, 2013). Pada subyek penelitian ini merupakan

pihak-pihak stakeholders yang bertanggung jawab serta sebagai pelaksana

kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam

perkembangan bagi Badan Usaha Milik Desa “ Sumber Rejeki” Desa Jiwan.

Pada penelitian kualitatif dalam hal pengambilan data secara umum ada

2 (dua) jenis yaitu dengan purposive sampling dan snowball sampling.


49

Menurut (Lenaini, 2021) purposive sampling adalah sebuah metode penelitian

yang memastikan bahwa pengutipan ilustrasi melalui metode yang

menentukan sebuah identitas spesial yang memiliki tujuan riset guna dapat

menanggapi sebuah kasus riset atau dapat disebut juga metode sampling yang

non random sampling. Sedangkan snowball sampling adalah metode yang

guna memastikan sebuah sampel yang tujuannya dijadikan sebagai subjek

riset atau dapat disebut juga metode sampling yang diperoleh secara

bertambahnya jumlah responden-responden yang lainnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengambilan data secara

purposive sampling dikarenakan metode tersebut hanya digunakan pada

informan-informan yang tertentu dalam keterlibatan langsung dalam

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan yang

nantinya akan menentukan beberapa informan yang akan ditindak lanjuti pada

informan lainnya. Maka dari beberapa informan yang sudah ada digunakan

untuk mendapatkan kelengkapan dari sebuah data dalam penelitian yang

dilakukan oleh penulis. Berikut daftar informan yang dibutuhkan dalam

penelitian ini pada tabel 3.1:

Tabel 3.1
Daftar Informan-Informan Penelitian
No. Informan Keterangan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah daerah
1.
Desa (DPMD) Kabupaten Madiun
Kepala Desa Jiwan Pemerintah Desa/
2.
Penasihat BUMDes
Ketua Badan Usaha Milik Desa Ketua BUMDes
3.
“Sumber Rejeki”
Pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia Swasta
4.
(BRI) Unit Jiwan
5. Pimpinan PT. BPR Polatama Kusuma Swasta
Sumber : data diolah oleh penulis, 2022
50

Pada Penelitian ini, data yang didapatkan berasal dari 2 (dua) data,

yaitu data primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer adalah daya yang diperoleh dari sumber pertama,

diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu di Desa Jiwan. Data primer

adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya, kemudian diolah

serta digunakan oleh lembaga (Ruslan, 2013). Data primer juga disebut

dengan data yang diperoleh lang dari subjek yang berupa wawancara

langsung dan observasi langsung, yang berkaitan langsung dengan

peruntukan dan rumusan masalah penelitian ini.

2. Data Sekunder

Menurut (Ruslan, 2013) data sekunder merupakan data penelitian

yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (yang

dibuat oleh pihak ketiga) atau digunakan oleh organisasi selain pengolah

tetapi tersedia untuk dipergunakan dalam penelitian tertentu. Data

sekunder inu pertama kali diperoleh oleh seorang di luar peneliti, dan

tidak ada hubungan langsung dengan informan-informan serta

mendukung data peneliti yang sedang berjalan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian memerlukan metode pengumpulan data, yaitu metode yang

digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang digunakan

dalam sebuah penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017), teknik pengumpulan

data dikatakan sebagai langkah yang sangat strategis dalam melakukan

penelitian, yang dimana tanpa adanya pengumpulan data maka data-data


51

peneliti yang telah didapat tidak akan memenuhi standar data yang ditetapkan.

Penelitian ini mengumpulkan beberapa data yang dimana melalui dari proses

observasi (pengamatan), wawancara (tanya-jawab), serta melakukan

dokumentasi (pengarsipan).

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri

berbagai proses biologis dan psikologis, 2 (dua) diantaranya yang

terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2017).

Menurut Patton dalam Nasution 1988 dalam Sugiyono 2017 menjelaskan

bahwasannya kegunaan obsevasi ini juga sangat berperan penting dalam

penelitian yaitu dapat memahami konteks data secara keseluruhan sosial,

peneliti dapat mengamati lebih dalam lagi hal apa saja yang belum

diketahui oleh orang lain, dengan observasi tidak perlu menggunakan data

induktif, dapat merasakan situasi sosial yang akan diteliti, dapat

menemukan hal yang belum diketahui oleh responden-responden lainnya.

Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung, yang dimana

peneliti terlibat langsung dengan kehidupan sehari-hari subyek penelitian

untuk memahami permasalahan yang ada. Pengumpulan data melalui

pengamatan langsung adalah metode pengumpulan data dengan mata

tanpa bantuan alat guna keperluan penelitian. Peneliti melakukan

observasi atau pengamatan langsung dilapangan yaitu di unit-unit usaha

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Hal tersebut memungkinkan

peneliti untuk lebih mengamati dan mempelajari data yang diterima oleh
52

para informan-informan dan membandingkannya dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan.

2. Wawancara

Menurut (Moleong, 2017) wawancara merupakan percakapan

dengan adanya tujuan tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh 2 (dua)

pihak, yang dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan dari pihak

sumber dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan dari

pewawancara. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2017) menyatakan

bahwasannya wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

peneliti apabila peneliti ingin melakukan kegiatan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, namun jika peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari narasumber secara lebih mendalam.

Sehingga segala informasi yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai

peranan stakeholders pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

dapat diperoleh secara maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. Dokumentasi

Penelitian terdokumentasi melengkapi penggunaan teknik observasi

(pengamatan) serta wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,

2017). Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti, lebih tepat dapat

dipercatat jika dilengkapi dengan dokumentasi dari lokasi observasi. Oleh

karena itu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dokumen tersebut

digunakan untuk identifikasi yang akurat dari data yang relevan tentang

bagaimana peran stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.


53

3.6. Teknik Keabsahan Data

Pada penelitian kualitatif juga mengalami persoalan tentang pengujian

keabsahan hasil penelitian guna menghindari ketidaksesuaian instrumen

penelitian. Maka dari itu perlunya ada pengujian keabsahan data dan menguji

kredibilitas dengan menggunakan triangulasi. Pada validitas dapat diikat

berdasarkan dengan instrumen. Pada penelitian kualitatif, validitas mengacu

pada temuan penelitian apakah dinilai sudah akurat yang dimana

mencerminkan situasi dan didukung oleh bukti-bukti yang ada.

Triangulasi dapat disebut dengan sebuah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang mengandalkan sebuah data lainnya untuk sebuah

keperluan pengecekan terhadap data tersebut. Menurut (Sugiyono, 2017)

dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data memiliki 4 (empat) macam,

yaitu:

1. Credibility (Validitas Internal)

2. Transferability (Validitas Eksternal)

3. Dependability (Reliabilitas)

4. Confirmability (Objektivitas)

Menurut (Sugiyono, 2017), triangulasi didefinisikan sebagai

menvalidasi data dari berbagai sumber-sumber yang berbeda dengan cara

yang berbeda serta menggunakan waktu yang berbeda juga. Triangulasi ada

3 (tiga) jenis, diantaranya:

1. Triangulasi sumber, yaitu sebuah teknik menguji kredibilitas data

dengan memeriksa data-data yang telah didapatkan dari berbagai macam

sumber penelitian.
54

2. Triangulasi teknik, yaitu teknik menguji kredibilitas data dengan

memeriksa pada sumber-sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu, yaitu teknik menguji kredibilitas data yang dimana

mengumpulkan data-data dengan waktu yang berbeda-beda.

Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan teknik

kredibilitas data secara “Triangulasi Sumber”, dikarenakan untuk menguji

kredibilitas data-data yang telah diperoleh melalui metode kualitatif yang

dimana akan dilakukan perbandingan pertanyaan dari berbagai informan

peneliti dan nantinya akan diambil sebagai kesimpulan penelitian yang

kredibel.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah dan bagian yang sangat penting dari

sebuah penelitian ilmiah, yang dikarenakan akan menambahkan nilai data

dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir sebuah

penelitian. Penelitian kualitatif membutuhkan banyak sumber data untuk

melakukan penelitian ilmiah, yang dikarenakan dapat memberikan gambaran

yang lebih mendalam tentang proses penelitian. Data yang diperoleh oleh

penelitian kualitatif ini dapat dikumpulkan atau dikurangi seperlunya untuk

penjelasan lebih lanjut dalam bentuk laporan penelitian.

Peneliti juga menganalisis data lapangan guna memvalidasi sebagai

diperolehnya daya yang sangat reliabel. Pada penelitian kualitatif, analisis

data dilakukan sebelum turun ke lapangan maupun setelah menuntaskan

penelitian di lapangan. Menurut Nasution, 1988 (dalam Sugiyono, 2017:245),

analisis dimulai dari waktu persoalan yang dirumuskan dan dijelaskan,


55

kemudian berlanjut ke penyelidikan lapangan dan berlanjut sampai temuan

penyelidikan lapangan akan ditulis atau dicatat oleh peneliti. Dengan kata

lain, analisis data adalah proses mengidentifikasi data dan kemudian

menggabungkannya menjadi sumber inde-ide yang dimana terkandung dalam

data yang diperoleh melalui proses eksplorasi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam analisis data

dalam mengolah data, peneliti menggunakan model analisis data milik Miles

dan Huberman (dalam Sugiyono, 2017:246) dengan berisikan kegiatan

analisis data kualitatif bersifat interaktif dan berjalan terus menerus sampai

selesai, sehingga data menjadi jenuh. Analisa data tersebut terdiri dari

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan.

Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.2
Model Analisis menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2017)
Sumber: data diolah oleh penulis, 2022

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dihasilkan dari proses wawancara,

observasi dan dokumentasi. Maka hal tersebut, peneliti harus membuat


56

daftar pertanyaan yang harus ada keterkaitannya dengan fokus penelitian

serta mengumpulkan data sekunder terkait pihak-pihak stakeholders

pengelola Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah deskripsi kumpulan-kumpulan informasi

secara terstruktur yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dan

mengambil tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks

naratif. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajian juga dapat berupa matriks, grafik, jaringan dan diagram.

Mereka semua dirancang guna untuk mengumpulkan sebuah informasi

dalam bentuk konsisten dan dapat dimengerti. Langkah ini

memungkinkan peneliti untuk mengelola data yang dihasilkan untuk

mempersingkat dan menyempurnakan hasil pengelolaan data sebelumnya

untuk lebih mengatur data yang disajikan, sehingga temuan peneliti dapat

dengan mudah dipahami.

3. Reduksi Data

Reduksi data didefinisikan sebagai proses pemilihan, memusatkan,

mengabstraksikan dan mentransformasikan data ‘kasar’ yang muncul dari

catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan cukup sangat besar

tentunya. Untuk itu diperlukannya analisis data dengan cara mereduksi

data-data tersebut. Mereduksi data dalam hal tersebut berarti

menggeneralisasikan, memilih dasar-dasar, memfokuskan pada hal

penting, dan menemukan pola dan tema. Dengan demikian, data yang
57

kental memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti

untuk mengumpulkan dan mengambil data pada saat dibutuhkan.

Menurut (Sugiyono, 2017:247) reduksi data adalah proses berpikir

sensitif yang membutuhkan kecerdasan dan pemahaman yang mendalam.

Peneliti yang baru mengenal pemrosesan data dapat mendiskusikannya

dengan teman atau orang lain yang mereka anggao ahli. Melalui diskusi-

diskusi tersebut, pemahaman peneliti akan meningkat, dan data yang

memiliki implikasi dan nilai penting bagi perkembangan teori akan

berkurang. Pada langkah tersebut, peneliti dapat merangkum dan

memiliki semua data penting dari lapangan untuk digunakan sebagai

bahan laporan. Peneliti menggunakan seleksi dan pengurutan untuk

mempelajari data-data yang diperlukan serta tidak menggunakan data-

data yang tidak diperlukan.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses yang penting dalam

kegiatan penelitian dikarenakan hal tersebut akhir dari proses penalaran.

Proses penalaran ini menganalisis data yang ada, menemukan makna dan

memungkinkan peneliti, seta mengidentifikasi masalah dengan penelitian

peneliti. Menurut (Sugiyono, 2017:252) temuan awal atau kesimpulan

awal yang masih bersifat sementara akan berubah jika tidak ditemukan

bukti pendukung pada tahapan pengumpulan data yang selanjutnya.

Namun, ketika seorang peneliti kembali kelapangan untuk

mengumpulkan data, kesimpulan yang ditarik adalah kesimpulan yang

kredibel jika didukung oleh bukti yang andal dan konsisten.


58

Pada pemetaan analisis peran stakeholders menggunakan matrix

pemetaan stakeholders yang terdiri dari 2 tingkatan, yaitu tingkat

“pengaruh” dan tingkat “kepentingan” yang terdapat oleh Eden dan

Ackerman (1998). pada pada 2 tingkatan matriks tersebut

mengklasisikasinya pada 4 (empat) kategori yaitu key player, context

setter, subject, dan crowd. Dalam menyusun matriks tingkat pengaruh

dan tingkat kepentingan ini didapat dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada beberapa informan-informan yang terkait, dan data yang hasil

wawancara tersebut nantinya diolah ke dalam bentuk nilai atau skor yang

selanjutnya akan masukkan kedalam 4 (empat) kelompok kategori

stakeholders tersebut. Dalam penentuan nilai atau skor tingkat

“pengaruh” dan “kepentingan” stakeholders menggunakan model yang

dibuat oleh Abbas (2005) yang terdapat pada tabel 3.2


59

Tabel 3.2

UKURAN KUALITATIF TERHADAP PENGARUH DAN


KEPENTINGAN STAKEHOLDER
No Skor Kriteria Keterangan
Tingkat Pengaruh Stakeholders
Tidak mempengaruhi pengelolaan
1 0-5 Rendah
Badan Usaha Milik Desa
Kurang mempengaruhi pengelolaan
2 6-10 Kurang
Badan Usaha Milik Desa
Cukup mempengaruhi pengelolaan
3 11-15 Cukup
Badan Usaha Milik Desa
Mempengaruhi pengelolaan Badan
4 16-20 Tinggi
Usaha Milik Desa
Sangat Sangat mempengaruhi pengelolaan
5 21-25
Tinggi Badan Usaha Milik Desa
Tingkat Kepentingan Stakeholders
Tidak adanya dukungan pengelolaan
1 0-5 Rendah
Badan Usaha Milik Desa
Kurang adanya dukungan pengelolaan
2 6-10 Kurang
Badan Usaha Milik Desa
Cukup adanya dukungan pengelolaan
3 11-15 Cukup
Badan Usaha Milik Desa
adanya dukungan pengelolaan Badan
4 16-20 Tinggi
Usaha Milik Desa
Sangat Sangat mendukung pengelolaan Badan
5 21-25
Tinggi Usaha Milik Desa
Sumber : data diolah oleh penulis (berdasarkan Abbas,2005)
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah nilai atau skor yang telah

dapat masing-masing pihak stakeholders yaitu jumlah skor tingkat

“pengaruh” bernilai 25 point sedangkan tingkat “kepentingan” bernilai 25

point. Pada hasil penentuan nilai nantinya dimasukkan atau

dikelompokkan menurut indikator yang nantinya akan disandingkan

dengan membentuk sebuah koordinat. Hal tersebut dapat dilihat pada

gambar 3.3
60

Gambar 3.3 Matriks tingkat "pengaruh" dan tingkat


"kepentingan" (Reed, et al 2009)
Sumber : Data diolah oleh penulis, 2022
3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh

atau mengumpulkan data selama berlangsungnya suatu penelitian. Menurut

(Sugiyono, 2017:222) peneliti sebagai instrumen juga harus menguji sejauh

mana peneliti yang berkualitas dapat melakukan penelitian kualitatif yang

selanjutnya dibawa di lapangan penelitian. Validasi peneliti sebagai

instrumen yang melibatkan validasi pemahaman metode penelitian kualitatif

dari perspektif akademis dan material, pemahaman bidang studi, dan

kesediaan peneliti untuk memasuki subjek penelitian. Peneliti sendirilah yang

melakukan validasi dengan menilai sendiri seberapa baik peneliti memahami.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti Seorang Diri

Observasi dan pengamatan langsung terhadap kejadian-kejadian

yang berkaitan dengan subjek penelitian, disini peneliti menggunakan


61

panca indera sebagai instrumen utama (instrumen guide) untuk

mengamati dan memperhatikan fenomena pada saat itu. Pengamatan

harus konsisten dengan tujuan penelitian itu sendiri.

2. Panduan Wawancara

Panduan wawancara adalah alat bantu yang berupa daftar

pertanyaan-pertanyaan yang dimana berkaitan dengan topik penelitian

yang tentunya dibuat oleh peneliti. Panduan wawancara dapat

dikembangkan terlebih oleh peneliti yang bekerjasama dengan informan

yang berpartisipasi. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mendasari

dasar penelitian itu sendiri (Moleong, 2017). Para ahli menyarankan agar

peneliti mempertimbangkan hal-hal berikut saat menyusun pertanyaan

untuk panduan wawancara. Yang pertama, pertanyaan diurutkan dari

umum ke khusus. Yang kedua, pertanyaan penting harus didahulukan

diawal diskusi dan pertanyaan yang dianggap kurang penting nanti akan

muncul saat diskusi akhir.

3. Catatan Lapangan

Menurut (Moleong, 2017:208) catatan lapangan dapat dikatakan alat

yang sangat penting dalam melakukan penelitian kualitatif. Catatan

lapangan ini hanya berguna sebagai alat yang diantaranya dapat dilihat,

dirasakan, didengan dengan catatan yang sebenar-benarnya. Isi catatan

lapangan tersebut meliputi 2 hal, yang pertama deskriptif yang dimana

berisi tentang gambaran latar pengamatan, perilaku, pembicaraan, orang.

Sedangkan yang kedua adalah reflektif yang berisikan kerangka berpikir


62

serta pendapat gagasan kepedulian peneliti Bogdan dan Biklen, 2982:84-

89 (dalam Moleong, 2017: 211).


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi

4.1.1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki ”Desa Jiwan

Badan usaha milik desa merupakan sebuah lembaga usaha desa

yang dimana lembaga tersebut dikelola oleh pihak Maysrakat desa dan

Pemerintahan Desa dengan upaya memajukan sebuah perekonomian

desa yang dibentuk berdasarkan atas kebutuhan dan potensi desa.

Gambar 4.1 Logo BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan


Sumber: (jiwan-madiun.desa.id)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki”

merupakan salah satu badan usaha desa di wilayah Desa Jiwan

Kecamatam Jiwan Kabupetan Madiun Provinsi Jawa Timur. Luas

wilayahnya 293,00 hektar dan yang menguhuni ada 6.928 jiwa

penduduk yang tersebar di 44 RT. Memiliki batas adminstratif sebagai

berikut:

63
64

• Sebelah Utara : Desa Grobongan

• Sebelah Selatan: Desa Metesih

• Sebelah Barat : Desa Sukolilo

• Sebalah Timur: Desa Nambangan Lor

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki” berdidi

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 1 Tahun

2015 tentang Desa dan Peraturan Desa Jiwan Nomor 7 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 pada pasal 135 ayat 1 menyatakan

bahwa modal awal Badan Usaha Milik Desa berasal dari dana

APBDes. Dari situlah Pemerintah Desa Jiwan mengadakan sosialisasi

terhadap masyarakat-masyarakat Desa Jiwan terkait adanya

pemberdayaan Badan Usaha desa yaitu BUMDes.

Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” memiliki beberapa

Unit usaha yang sampai saat ini masih berjalan. Seperti halnya:

a. Pujasera

Pujasera Jiwan merupakan salah satu unit usaha yang berada

di Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Di

pujasera ini memanfaatkan kios-kios desa yang dimana bergerak

di bidang kuliner, dan yang menggunakannya melibatkan peranan

dari pihak masyarakat Desa Jiwan yang nantinya ada pembagian

hasil dalam penjualannya. Pada sistem pembagian hasil ini


65

tentunya tiada pungutan biaya yang seperti biaya listrik, wifi, air,

ataupun pembiyaan yang lainnya. Dikarenakan dari pihak

Pemerintah Desa telah memberikan fasilitas-fasilitas untu Badan

Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Pada setiap

tahunnya, pujasera Jiwan terus mengalami kenaikan omset. Yang

dimana pada tahun 2019, omset yang diperoleh pujasera sebesar ±

1,46 Milyar. Pada tahun 2020, omset yang diperoleh pujasera

sebesar ± 1,5 Milyar. Sedangkan pada tahun 2021, omset yang

diperoleh sebesar ± 2,5 Milyar.

Gambar 4.2 Pujasera Unit Usaha BUMDes “Sumber Rejeki”


Desa Jiwan
Sumber: Data diolah oleh penulis (2022)

b. Coffe Shop

Gambar 4.3 Coffe Shop Unit Usaha BUMDes "Sumber


Rejeki" Desa Jiwan
c. Penyewaan kios
66

Dari beberapa unit usaha yang sudah tertera, Pemerintah Desa

Jiwan juga memanfaatkan lahan lapangan Desa Jiwan untuk

masyarakat Desa Jiwan yang ingin membuka usaha kecil-kecilan

seperihalnya yang sampai saat ini berjalan yaitu pasar malam yang

berisi permainan anak-anak. Dan dari pihak Pemerintah Desa Jiwan

ataupun pihak BUMDes tidak memungut biaya dari pedagang-pedang

tersebut atau dapat dikatakan “gratis”, dikarenakan pendapatan yang

mereka dapat dalam sehari tidak mendapatkan keuntungan yang

banyak. Meskipun sudah mendapat izin dan diberi fasilitas area

lapangan tersebut, dari pihak pedang juga diberi peringatan bilamana

sudah melakukan kegiatan berdagang, alangkah baiknya tetap

menjaga kebersihan area lapangan Desa Jiwan demi kenyaman

masyarakat desa tersebut.

Di unit usaha pujasera seta unit usaha coffee shop yang mengelola

atau yang berjualan di kios-kios tersebut dari pihak Pemerintah Desa

hanya memperkerjakan khusus untuk masyarakat Desa Jiwan sendiri,

yang bekerja di kios-kios tersebut rata-rata anak-anak lulusan sekolah

SMA ataupun sarjana. Alasan mempekerjakan masyarakat Desa Jiwan

sendiri yaitu dari pihak Pemerintah Desa ingin memajukan

masyarakat desa tersebut serta meningkatkan pemberdayaan usaha-

usaha masyarakat desa Jiwan. Jumlah pegawai di pujasera Jiwan

untuk saat ini memiliki ±40 masyarakat Desa Jiwan yang bekerja di

bagian pujasera ataupun di bagian coffee shop.nya.


67

Pemerintah Desa Jiwan juga melakukan proses pembangunan

waterboom yang tujuannya memanfaatkan aset-aset Desa Jiwan.

Manfaat dari adanya pembangunan tersebut dapat membuka lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat Desa Jiwan. Untuk saat ini anggaran

dana yang didapat sebagian dari Dana Desa (DDS) tahun Anggaran

2022 serta dana dari hasil pujasera. Berkembangnya potensi BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan tidak terlepas dari dukungan dari

berbagai pihak terutama dukungan dari masyarakat Desa Jiwan.

4.1.2. Visi dan Misi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan

1. Visi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber rejeki”

Untuk menciptakan sebuah kesejahteraan masyarakat Desa

Jiwan yang mulai dari sebuah pembangunan berbagai usaha serta

melakukan pelayanan sosial.

2. Misi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki”

a. Melakukan pengoptimalan berbagai ast desar yang berguna

untuk sebuah kesejahteraan desa

b. Melakukan sebuah pengembangan berbagai usaha ekonomi

dimulai dari usaha penaman modal yang dimana adanya aset

yang jelas

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan

asli desa
68

d. Meningkatkan ketentraman masyarakat desa melalui

perbaikan pertumbuhan dan melakukan stabilitas ekonomi

masyarakat desa

e. Pengembangan metode kerjasama usaha antar desa dan atau

dengan pihak ketiga

f. Terbukanya lapangan kerja untuk masyarakat desa

g. Membangun peluang serta jejaring pasar yang untuk

membantu kebutuhan pelayanan masyarakat

h. Pengelolaan dana kegiatan atau program atau hibah yang

masuk pada desa yang memilikin sifat dana bergeser

digunakan untuk pengurangan angka kemiskinan serta

mengembangkan usaha-usaha perekonomian pedesaan.

4.1.3. Struktur Organisasi Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki”

Desa Jiwan

Struktur organisasi pada Badan Usaha Milik Desa “Sumber

Rejeki” didapatkan dari hasil wawancara dengan pengurus Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes). Hal tersebut dapat dilihat dari gambar

4.4:
69

Gambar 4.4 Struktur Organisasi BUMDes Desa Jiwan


Sumber: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki”
Desa Jiwan

Pada kepengurusan BUMDes tidak berjalan dengan sedemikian

rupa. Setiap tahunnya kepengurusan operasional BUMDes melakukan

pergantian. Dikarenakan hal tersebut BUMDes ingin menyesuaikan

terhadap sebuah kebutuhan-kebutuhan bagi tenaga kerja di lapangan.

Tersusunnya pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tidak

terlepas dari tugas dan kewajiban pengurus dalam pengelolaan

BUMDes, seperti halnya:


70

a. Penasehat BUMDes

- Melakukan pengawasan atas berjalannya sebuah kegiatan-

kegiatan usaha bilamana ada suatu gejala penurunan kinerja

kepengurusan

- Melakukan pelaporan tetang kondisi perkembangan

BUMDes yang dimana diberitahukan kepada pihak Bupati

- Melakukan bimibingan atau sebuah arahan terhadap setiap

pengurus BUMDes yang dima telah ditentukan melalui

musyawarah bersama.

b. Ketua BUMDes

- Menjadi pimpinan di BUMDes

- Melakukan pelaporan tentang keuangan yang ada di

BUMDes kepada pihak Pemerintah Desa

- Melaksanakan penanganan seluruh kegiatan yang terjadi di

BUMDes

- Melakukan tindakan atas nama lembaga yang berguna untuk

pengadaan sebuah perjaian kerjasama anatr pihak dalam hal

pengembangan sebuah usaha ataupun kegiatan lain yang

perlu dijalankan

c. Sekretaris BUMDes

- Melakukan tugas kesekretariatan guna mendukung sebuah

kegiatan-kegiatan dari ketua BUMDes

- Melakukan pengadministrasian tentang pembukuan

keuangan
71

- Melakukan pengadministrasian secara umum dalam kegiatan

operasional BUMDes

- Melakukan pengecekan berkas-berkas pengajuan permohoan

dengen ketua BUMDes di lapangan

d. Bendahara BUMDes

- Memberi bantuan kepada ketua BUMDes dalam hal

pembahsan ataupun pemutusan sebuah permohonan

pinjaman yang layak terselenggara

- Membuat pelaporan tentang keuangan dari seluruh unit-unit

usaha kepada pihak ketua BUMDes serta dapat

dipertanggung jawabkan

- Melakukan penyelenggaran pembukuan keuangan, inentari

yang dimana harus secara tertib dan beraturan

e. Ketua Unit Usaha BUMDes

- Ikut dalam partisipasi dari semua kegiatan sosial yang berada

di BUMDes ataupun di Desa

- Melakukan proses lanjutan serta melakukan pengembangan

usaha-usaha yang berjalan.

4.2. Temuan dan Analisa Data

4.2.1. Keadaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) di Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan bahwa ada 6 (enam)

stakeholders yang ikut terlibat dalam pengelolaan Badan Usaha Milik


72

Desa (BUMDes) Desa Jiwan. Menurut (Reed, et al., 2009) dalam

melakukan pengelompokan stakeholders tersebut dimasukkan ke

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Stakeholders primer adalah pemangku kepentingan yang

mempunyai keterkaitan kepentingan yang secara langsung dengan

suatu kebijakan, program dan proyel. Pemangku kepentingan iki

diletakkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan

keputusan;

2. Stakeholders kunci adalah pemangku kepentingan yang

mempunyai sebuah kewenangan yang secara legal pada sebuah

pengambilan keputusan

3. Stakeholders sekunder merupakan pemangku kepentingan yang

tidak keterkaitan langsung dengan kepentinagan yang secara

langsung terhadap sebuah kebijakan.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel kelompok Stakeholders

pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan.

Tabel 4.1
KELOMPOK STAKEHOLDERS
Stakeholders
Stakeholder Primer Stakeholders Sekunders
Kunci

• Dinas • Kepala Desa • Bank Rakyat

Pemberdayaan Jiwan Indonesia (BRI)

Masyarakat dan • PT. Bank

Desa (DPMD) Perkreditan Rakyat


73

Kabupaten (BPR) Polatama

Madiun Kusuma

• Kepala Badan

Usaha Milik

Desa Jiwan

• Masyarakat

Desa Jiwan

Sumber: data diolah oleh penulis,2022

Berdasarkan tabel pada sub bab 4.2.1, bahwa pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan dibagi menjadi 3

(tiga) kategori Stakeholders. Yang pertama Stakeholders Primer yang

terdiri dari Kepala Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

(DPMD) Kabupaten Madiun Masyarakat Desa Jiwan. Yang kedua

Stakeholders Kunci yang terdiri dari Kepala Desa Jiwan. Yang ketiga

Stakeholders Sekunder yang terdiri dari, Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Bank Pengkreditan Rakyat (BPR).

4.2.2. Pemetaan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Pada pemetaan Stakeholders ini menjelaskan mengenai kategori

Stakeholders yang dibedakan berdasarkan dari tingkatan “pengaruh”

dan tingkatan “kepentingan” dalam hal pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Penilaian dalam tingkat

“pengaruh” dan tingkat “kepentingan” ini masing-masing memiliki 5


74

(lima) variabel. Variabel penilaian tingkat “pengaruh” Stakeholders

dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa meliputi pengaruh

kekuasaan, pengaruh pemangku kepentingan, kompetensi

sumberdaya, bentuk keterlibatan, kekuatan kompensasi. Dapat dilihat

pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Nilai Tingkatangan “Pengaruh” Pemangku
Kepentingan (Stakeholders)

Nilai
No Stakeholders Total Keterangan
P1 P2 P3 P4 P5
1. Kepala Desa P1: penetapan,
Jiwan persetujuan,
penjagaan,
fasilitator
P2: pengadaan
musyawarah,
mengontrol
P3: laporan,
sumberdaya,
aturan
5 3 5 3 3 19
organisasi,
sarana
P4: tenaga kerja
lapangan,
pembimbing
P5: pengadaan
kegiatan,
pengadahan
tempat/lahan
baru
2. Kepala BUMDes P1: penjagaan,
“Sumber Rejeki” persetujuan,
pembangunan
fasilitas
5 4 5 3 2 19 P2: peningkatan
kegiatan,
mengontrol,
perbaikan
fasilitas
75

P3: laporan,
aturan
organisasi,
sumberdaya
P4: tenaga kerja
lapangan,
pembimbing
P5:pengadaan
kegiatan
3. Dinas P1: fasilitator,
Pemberdayaan penetapan
Masyarakat dan persetujuan
Desa (DPMD) P2: mengontrol,
Kabupaten pengadaan
Madiun 3 3 2 3 1 12 musyawarah
P3: peraturan
hukum
P4: pelatihan,
pembinaan
P5: tidak ada
4. Bank Rakyat P1: penyedia
Indonesia (BRI) data, penyedia
Unit Jiwan alat program
P2: pemantauan
program
3 2 2 2 2 11
P3: finansial
P4: peminjaman
dana
P5: pengadaan
kegiatan
5. PT. Bank P1: tidak ada
Perkreditan P2: tidak ada
Rakyat (BPR) P3: finansial
Polatama Kusuma 1 1 2 2 2 8 P4: peminjaman
dana
P5: pengadaan
kegiatan
6. Masyarakat Desa P1: penjagaan
Jiwan P2:
pengembangan
kegiatan
P3: Sumber daya
2 2 2 2 2 10
Manusia
P4: tenaga kerja
lapangan
P5: pemanfaatan
kegiatan
Sumber: data diolah oleh penulis (2022)
76

Keterangan: P1= pengaruh kekuasaan, P2= pengaruh pemangku kepentingan, P3=


kompetensi Sumber daya, P4= bentuk keterlibatan, P5= kekuatan kompensasi

Sedangkan untuk variabel nilai tingkatan “kepentingan”

pemangku kepentingan dalam pengelolaam Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) “Sumber Rejeki” Desa Jiwan meliputi dari segi bentuk

keterlibatan stakeholders, bentuk program kerja, manfaat yang

didapat, tingkat keterkaitan, koherensi tupoksi.

Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Nilai Tingkat “Kepetingan” Pemangku
Kepentingan (Stakeholders)

Nilai
No Stakeholders Total Keterangan
K1 K2 K3 K4 K5
1. Kepala Desa Jiwan K1: penyusunan,
pengontrolan,
penilaian,
penerapan
K2: perawatan
wilayah,
pelatihan
pemberdayaan
5 3 3 1 5 17 K3:
menghasilkan
lapangan kerja,
memajukan
perekonomian
desa,
K4: tidak ada
K5: > 20% pada
tupoksi
2. Kepala BUMDes K1: penyusunan,
“Sumber Rejeki” pegontrolan,
penerapan,
penilaian
K2: perawatan
5 4 4 1 5 19
wilayah,
pembukuan,
perbaikan
K3: sumber
penghasilan,
77

mengahasilkan
lapangan kerja,
memajukan
perekonomian
desa
K4: tidak ada
K5: > 20% pada
tupoksi
3. Dinas Pemberdayaan K1:
Masyarakat dan Desa perancangan,
(DPMD) Kabupaten penilaian
Madiun K2: pelatihan
K3: memajukan
4 2 3 1 4 14 perekonomian
desa, membuka
peluang
K4: tidak ada
K5: 16-20%
pada tupoksi
4. Bank Rakyat K1: tidak ada
Indonesia (BRI) Unit K2: Event
Jiwan K3: promosi
program,
1 2 3 1 1 8
peminjaman
modal
K4: tidak ada
K5: tidak ada
5. PT. Bank Perkreditan K1: tidak ada
Rakyat (BPR) K2: Event
Polatama Kusuma K3: promosi,
1 2 3 1 1 8 peminjaman
modal
K4: tidak ada
K5: tidak ada
6. Masyarakat Desa K1: pelaksanaan
Jiwan K2: perawatan
wilayah,
memanfaatkan
fasilitas
K3: memajukan
2 3 2 5 1 13
perekonomian
desa
K4: 100%
sebagai sumber
penghasilan
K5: tidak ada
Sumber: data diolah oleh penulis, 2022
78

Katerangan: K1= Bentuk Kontribusi stakeholders, K2= Bentuk Program kerja


stakeholders, K3= bentuk manfaat yang didapat, K4= Tingkat Keterkaitan, K5=
koherensi tupoksi

Dari hasil penilaian tingkat “pengaruh” Stakeholders dan tingkat

“kepentingan” Stakeholders yang dimana menggunakan matrik

menurut (Reed, et al., 2009). Pada matrik tingkat “pengaruh” dan

“kepentingan” Stakeholders, membuktikan pada masing masing

pemangku kepentingan mempunyai kelompok yang berbeda beda

yang dimana sesuai dari nilai tingkat “pengaruh” dan tingkat

“kepentingan” pada pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5

25
SUBJECT KEY PLAYERS
22,5
DPMD Ketua BUMDes
20 Kab. Madiun Jiwan

17,5
Masyarakat
15
Interest

Desa Jiwan Kepala Desa


Jiwan
12,5
10 Bank BRI
Unit Jiwan
7,5
BPR
5 Polatama
Kusuma
2,5
CROWD COTEXT SECTTER
0
0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25
Power

Gambar 4.5 Matriks Tingkat "Pengaruh" dan Tingkat "Kepentingan"


Stakeholders

Sumber: data diolah oleh penulis tahun 2022

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa matrix tingkat “pengaruh” dan

tingkat “kepentingan” berisikan 4 (empat) variabel, namun dari


79

penilaian pada sub bab 4.2 dan 4.3 masing-masing stakeholder

menempati 3 variabel yaitu:

a. Subject, yang dimaksudkan adalah pemangku kepentingan yang

memiliki tingkatan kepentingan yang nilainya tinggi akan tetapi

memiliki nilai rendah pada tingkatan pengaruhnya. Yang menjadi

kelompok stakeholder yang terlibat dalam subject yaitu Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Madiun

dan masyarakat Desa Jiwan. Dari kelompok Stakeholder ini dari

pihak masyarakat Desa Jiwan memiliki peranan perihal

pemanfaatan fasilitas BUMDes yang telah diberikan oleh dari

pihak Pemerintah Desa serta BUMDes guna untuk membangun

usaha-usaha dalam perkembangan pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Namun, dari pihak Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Madiun

ini seharusnya memiliki tingkatan kepentingan dan tingkatan

pengaruh yang nilainya sama-sama tinggi dalam pengelolaan

BUMDes. Namun dari hasil wawancara yang telah dilakukan di

berbagai pihak, DPMD belum melakukan pernanan kepada pihak

BUMDes dengan semestinya perihal segi pembinaan dan tata

kelola BUMDes.

b. Crowd, yang dimaksudkan adalah pemangku kepentingan yang

memiliki nilai tingkatakan kepentingan dan tingkatan pengaruh

yang sama-sama kecil atau rendah. Yang menjadi kelompok

stakeholders yang terlibat dalam crowd adalah Bank Rakayat


80

Indonesia (BRI) Unit Jiwan, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Polatama Kusuma. Pada kelompok stakeholders ini belum

melakukan peran yang secara relevan dalam pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan disebabkan

kelompok ini tidak adanya kewenangan apapun, serta keterlibatan

yang mereka lakukan hanyalah menfasilitasi dari segi peminjaman

modal serta melakukan event-event tertentu. Kelompok

stakeholders ini tidak terlibat secara aktif dalam pengelolaan

tersebut.

c. Keyplayer, yang dimaksudkan adalah pemangku kepentingan

yang memiliki nilai tingkatan kepentingan dan tingkatan pengaruh

yang sama-sama besar atau tinggi. Yang menjadi kelompok

stakeholders yang terlibat dalam keyplayers ini adalah Kepala

Desa Jiwan dan Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan. Pada kelompok stakeholders ini

memiliki peranan yang sebanding dalam hal penyusunan,

pengontrolan kegiatan-kegiatan BUMDes, pengadaan perihal

pemberdayaan masyarakat desa tentang pentingnya BUMDes

yang digunakan untuk memajukan perekonomian Masyarakat

Desa Jiwan. Kelompok ini tentunya memiliki kewenangan dalam

hal pengambilan keputusan. Kelompok Stakeholder ini sangat

penting dikarenakan dapat melakukan sebuah pengembangan atau

melakukan pemantuan kegiatan-kegiatan BUMDes yang sedang

berjalan.
81

4.2.3. Peranan Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Setelah dilakukannya pengidentifikasian pemangku kepentingan

(Stakeholders) serta telah melakukan pemetaan yang berdasarkan

matriks tingkat “pengaruh” dan tingkat “kepentingan” stakeholders

dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa “Sumber Rejeki”.

Melakukan pengidentifikasi peran dari masing-masing stakeholders

yang terlibat. Menurut Nugroho, 2014 dalam (Fitri Handayani, 2015)

peran stakeholders ada 5 (lima) kategori, yang meliputi dari policy

creator, fasilitator, implementor, koordinator, serta akselelator. Hal

tersebut dapat dilihat pada tabel. 4.5

Tabel 4.5
Peranan Stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Stakeholders Peran
Kegiatan Stakeholders
Primer Stakeholders
Ketua Badan - Koordinator 1. melakukan pengarahan
Usaha Milik - implementor terhadap semua anggota
Desa “Sumber BUMDes
Rejeki” 2. melakukan pengawasan
setiap kegiatan
BUMDes
3. melakukan pelaporan
perihal perkembangan
dan pembukuan
pemasukan/pengeluaran
(keuangan) BUMDes ke
pihak Pemerintah Desa

Masyarakat Desa Implementor 1. ikut serta dalam


Jiwan kegiatan pengembangan
BUMDes
2. melakukan pemanfaatan
fasilitas yang telah
82

disediakan oleh pihak


Pemerintah Desa
Stakeholders Peran
Kegiatan Stakeholders
Kunci Stakeholders
Kepala Desa - Policy creator 1. Melakukan pengamatan
Jiwan - Koordinator ataupun pengendalian
- Fasilitator pelaksanaan operasional
- Implementator BUMDes
2. Memajukan
perekonomian
masyarakat desa
3. Pembuatan konsep
pemberdayaan
masyarakat
4. Membantu penyediaan
lahan-lahan baru untuk
pengembangan
BUMDes
5. Melakukan sosialisasi
pemberdayaan terhadap
masyarakat desa
6. Memberikan nasihat
kepada setiap pelaksana
kegiatan BUMDes dari
organisasi BUMDes
serta pelaku usahanya.
7. Melakukan pelaporan
perihal perkembangan
BUMDes ke pihak
Bupati yang
pelaporannya
disampaikan melalui
pimpinan kecamatan
Stakehlders Peran
Kegiatan Stakeholders
Sekunder Stakeholders
Dinas - Fasilitator 1. penguatan kelembagaan
Pemberdayaan - implementor (segala aturan di
Masyarakat dan BUMDes perihal
Desa (DPMD) AD_ART, proyeksi,
Kabupaten pelaporan)
Madiun 2. Melakukan kegiatan
pelatihan yang berguna
dalam pengembangan
BUMDes
3. Melakukan pembinaan
setiap tahunnya dalam
83

pengembangan
BUMDes
4. Melakukan evaluasi
perihal perkembangan
kegiatan BUMDes
5. Melakukan sosialisasi

Bank Rakyat Fasilitator 1. Mendukung kegiatan


Indonesia (BRI) pengembangan
Unit Jiwan BUMDes
2. Mensupport keuangan
(penyediaan program
aplikasi pembukuan)
3. Memberikan fasilitas
peminjaman modal
dalam pengembangan
BUMDes
Bank Perkreditan fasilitator 1. Mendukung kegiatan
Rakyat (BPR) pengembangan
Polatama BUMDes
Kusuma 2. Memberikan
peminjaman modal
pengembangan
BUMDes
Sumber: data diolah oleh penulis,2022

Pada sub bab 4.3 peran stakeholders dikategorikan menjadi 4

(empat) peranannya dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan, yaitu:

a. Koordinator, peranan yang dimiliki oleh ketua Badan Usaha Milik

Desa dan Kepala Desa Jiwan terhadap pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki”. Dari kedua pihak yang memiliki peranan

tersebut memiliki perbedaan dalam menjalankan tugasnya. Hal

tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

informan bapak Masjkuri sebagai Ketua Unit Usaha Jasa,

mengatakan:
84

Pengelolaan di Badan Usaha Milik Desa ini berjalan dengan


baik. Dimulai dari peningkatan omset pujasera yang setiap
tahunnya meningkat dan munculnya usaha-usaha baru di
BUMDes. Meskipun pengelolaan BUMDes sumber rejeki
ini dikatakan baik, namun didalam organisasinya sendiri
belum menjalankan perannya secara maksimal. Hal itu
terlihat dari belum adanya pertemuan pengurus BUMDes
secara keseluruhan, belum terlaksannya evaluasi bumdes.
Meskipun dari pihak ketua BUMDes sudah melakukan
pengecekan/pengontrolan kegiatan BUMDes setiap hari,
kekurangannya hanya belum melakukan diskusi kecil-
kecilan dengan para anggota lainnya perihal perkembangan
BUMDes desa jiwan. (Wawancara, 01 November 2022)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa dalam pengelolaan

BUMDes sumber rejeki ini dikatakan berjalan dengan baik, omset

yang setiap tahunnya mengalami peningkatakan, serta adanya

unit-unit usaha baru. Akan tetapi didalam organisasi BUMDes

sendiri belum terlakasana secara maksimal, hal tesebut dapat

dilihat dari kurangnya pengadaan evaluasi dengan anggota

BUMDes sumber rejeki dalam pengelolaan BUMDes setiap

bulannya.

b. Implementor, peranan yang dimiliki oleh Kepala Desa Jiwan,

Ketua BUMDes “Sumber Rejeki”, dan Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Madiun. Kepala Desa

Jiwan memiliki peranan yang meliputi pengarahan penerapan

pengelolaan BUMDes Jiwan, peran yang dilakukan oleh Ketua

BUMDes yaitu adanya tanggungjawab dalam pengelolaan

BUMDes perihal unit-unit usaha yang sedang berjalan serta

melakukan pelaporan keadaan perkembangan BUMDes kepada

Kepala Desa Jiwan. Sedangkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat


85

dan Desa (DPMD) Kabupaten Madiun tugasnya yaitu

memberikan pelatihan BUMDes (pemasaran, pengembangan

usaha-usaha), melakukan pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan

BUMDes, melakukan penilaian terhadap perkembangan

BUMDes. Namun dari hasil wawancara dengan bapak Widayanto

selaku Kepala Desa Jiwan mengatakan:

“Belum adanya kontribusi dari pihak pemerintah daerah


dalam pengelolaan BUMDes dari segi sosialisasi dan
pelatihan di BUMDes Jiwan. Semua kegiatan yang
dilakukan di BUMDes digerakkan sendiri oleh pihak
Pemerintah Desa Jiwan, para anggota BUMDes, serta
dukungan dari pihak masyarakat Desa Jiwan”. (wawancara,
01 Agustus 2022)

Berdarakan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dalam

pengelolaan BUMDes sumber rejeki yang mengelola masih pihak

pemerintah desa, anggotas BUMDes, serta masyarakat. Untuk

pemerintah daerah sendiri masih belum adanya kegiatan peranan

yang dilakukan dalam pengelolaan BUMDes sumber rejeki.

c. Policy creator, peranan yang dimiliki oleh Kepala Desa Jiwan.

Ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2021 pasal 22-23

yang selaku penasihat BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

peranannya adalah melakukan perencanaan program kerja

BUMDes yang berdasarkan atas musyawarah desa, melakukan

masukan ataupun nasihat terhadap anggota operasional yang

menjalankan pengelolaan BUMDes, menerima aspirasi,

melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan BUMDes, dan lain

sebagainya. Hal ini juga berdasarkan wawancara dengan bapak


86

suryono selaku Ketua BUMDes “Sumber Rejeki” dan bapak

almasjkuri Ketua Unit Usaha Jasa, yaitu:

“Dari perananan yang dilakukan pihak Pemerintah Desa


yaitu Kepala Desa Jiwan dalam pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa ini melakukan peranannya dengan sangat baik,
mulai dari pengecekan, pengontrolan pujasera ataupun
kegiatan usaha lainnya, penyedia lahan untuk kegiatan
BUMDes. Bapak Kepala Desa juga memberitahukan kepada
pihak perangkat Desa Jiwan untuk datang setiap hari ke
pujasera diberi tugas melakukan piket dalam pengecekan
BUMDes Jiwan, berjalan dengan baik atau tidak serta bapak
Kepala Desa ini juga melakukan pemantauan langsung
perihal pembukuan tentang pemasukan hasil pujasera yang
dilakukan di hari itu juga”. (wawancara, 02 Agustus 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa

peranan yang dipegang oleh kepala desa jiwan ini sangat baik

dalam melakukan tugasnya dalam pengelolaan BUMDes sumber

rejeki, dari segi pengontolan sertiap hari, pengecekan tiap-tiap unit

usaha BUMDesnya, serta pengadaan lahan baru yang untuk

membangun kegiatan-kegiatan bumdes lainnya.

d. Fasilitator, peranan yang dimiliki oleh Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Madiun, Bank BRI

Unit Jiwan, BPR Polatama Kusuma. Dari pihak Dinas

Pemberdayaan memiliki tugas perihal pemberian dana desa ke

pihak Pemerintah Desa untuk melakukan pembangunan Desa

yang dimana dana tersebut dari pihak Pemerintah Desa sebagian

digunakan untuk pembuatan BUMDes di Desa Jiwan. Pernanan

yang dilakukan oleh pihak Bank BRI Unit Jiwan terkait dengan

pengelolaan BUMDes yaitu perihal pembinaan pembukuan yang

dilakukan di unit usaha pujasera, adanya pemodalan ekonomi


87

usaha pujasera. peranan yang dilakuakn oleh pihak BPR Polatama

Kusuma yaitu peminjaman dana untuk pengembangan BUMDes

serta melakukan event-event yang diadakan di BUMDes Desa

Jiwan.

4.3. Relevansi Penelitian Terdahulu

Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini dibutuhkan

guna sebagai tolah ukur mengenai relevan tidaknya penelitian yang saat ini

yang sedang dikerjakan dengan penelitian yang telah dipublikasikan

sebelumnya sehingga hasil perbandingan tersebut dapat dijadikan sebagai

bahan referensi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut
88

Tabel 4.6 Matriks Relevansi Penelitian Terdahulu Analisis Stakeholders dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

No. Identitas Artikel Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian
1. M. Husni Tamrin dan ➢ Pada pengembangan KKJSM adanya • Fokus penelitian • Teori yang digunakan dalam
Agus Wahyudi. stakeholders yang terlibat dibagi yang dilakukan penelitian ini yaitu dari teori
“Analisis Stakeholder menjadi 3 kelompok yaitu peneliti yaitu stakeholders ODA 1995
Pengelolaan Kawasam stakeholders primer, kunci, dan pemetaan masing- sedangkan penulis
Kaki Jembatan pendukung. masing stakeholders menggunakan teori dari Reed et
Suramadu Sisi ➢ Penelitian ini melakukan penilaian yang berdasarkan al., 2009
Maduran (KKJSM)” stakeholders melalui matriks analisis nilai matriks tingkat • Lokus penelitian penelitian
“kepentingan” dan “pengaruh” pengaruh dan yang dilakukan penelitain ini
stakeholder kepentingan berbeda dengan penulis.
➢ Sifat kerjasama Stakeholders pada stakeholder Penulis melakukan penelitian
pengembangan Kawasan Kaki • Metode Penelitian di Desa Jiwan Kecamatan
Jembatan Suramadu Sisi Madura yang digunakan Jiwan Kabupaten Madiun
(KKJSM) yaitu bersifat sukarela dan peneliti yaitu
“give and take” dapat dikatakan kualitatif
kemitraan mutualistik (Mutualism
Partnership) yakni keduanya saling
menguntungkan untuk mencapai
tujuan bersama secara optimal.
89

2. Ni’mah A. Hidayah, ➢ Mengidentifikasi stakeholders dengan • Fokus penelitian • Lokus penelitian yang
dkk. “Analisis Peran 2 indikator yaitu stakeholders primer pengidentifikasian dilakukan penelitain ini berbda
Stakeholder Dalam dan sekunder dan melakukan dengan penulis. Penulis
Pengembangan Wisata ➢ Menggunakan model peranan pemetaan meneliti di BUMDes Desa
Talang Air stakeholders dalam pengembangan stakeholders Jiwan Kecamatan Jiwan
Peninggalan Kolonial Pariwisata dengan adanya 3 indikator • Metode penelitian Kabupaten Madiun
Belanda di Kelurahan yaitu masyarakat, pemerintahan, serta yang digunakan • Teori yang digunakan
Pajaresuk Kabupaten swasta. yaitu deskriptif penelitian ini berbeda dengan
Pringsewu.” ➢ Peranan stakeholders memiliki kualitatif penulis. Penelitian ini
pengaruh yang penting dalam menggunakan teori
pengembangan wisata talang air. stakeholders dari Townsley,
➢ Pihak-pihak stakeholders yang terlibat 1998
dilakukan pemetaan matrix
stakeholders yang meliputi tingkat
kepedulian dan tingkat kepuasan
(Bryson dalam Hardiansyah, 2012)
3. Abd. Kadir Wakka. ➢ Stakeholders dalam pengelolaan • Metode penelitian • Teori yang digunakan berbeda
“Analisis Stakeholders KHDTK terdapat 2 kelompok yang digunakan dengan penulis. Teori yang
Pengelolaan Kawasan stakeholders, yaitu primer dan penelitian ini digunakan dalam penelitianini
Hutan Dengan Tujuan sekunder kualitatif yaitu dari Townsley (1998)
Khusus (KHDTK) ➢ Stakeholders yang terlibat ada 6 pihak, • Fokus penelitian • Lokus penelitian yang
Mengkendek, dari pihak pemerintah, masyarakat dalam penelitian ini dilakukan berbeda dengan
Kabupaten Tana serta lembaga yaitu sama-sama penulis. Penelitian yang
mengidentifikasi dilakukan penulis berada di
90

Toraja, Provinsi ➢ Pemetaan stakeholders yang serta melakukan Desa Jiwan Kecamatan Jiwab
Sulawesi Selatan” dilakukan dikategorikan menjadi 2 pemetaan dari Kabupaten Madiun
yaitu key player dan Crowd masing-masing
➢ Adanya sebuah kolaborasi antar stakeholder
stakeholders guna mengurangi
permasalahan seperti sarana dan
prasarana, serta SDM.
➢ Pihak pemerintah berperan sebagai
penyusunan rencana, strategi
pengelolaan, membantu
merehabilitasi melalui sebuah
program, melakukan pengawasan dan
pengamanan dalam pengelolaan
KHDTK
➢ Pihak lembaga berperan sebagai
peningkatan kapasitas kelembagaan
masyarakat melalui sebuah
pendampingan
➢ Masyarakat berperan mengelola
pelestarian KHDTK
4. Nurhuda Candra ➢ Stakeholders yang terlibat ada 3 jenis, • Teori yang gunakan • Fokus penelitian dan penelitian
“Analisis Stakeholder yaitu primer, sekunder dan kunci yaitu teori ini melaukan pengidentifikasi,
Pengelolaan Sumber stakeholders dari pemetaan serta mengehatuhi
Reed et al., 2009
91

Daya Hutan di ➢ Pemerintah desa memiliki pengaruh • Metode penelitian hubungan antar stakeholders
Kabupaten Jember” besar pada pengelolaan sumber daya yang dilakukan yang terlibat
hutan menggunakan • Lokus penelitian yang
➢ Kerjasama dari pihak KPH dan metode deskriptif dilakukan berbeda dengan
LMDH yang dilakukan berjalan kualitatif penulis. Dalam penelitian ini
dengan baik penulis meneliti di BUMDes
➢ Keberhasilan pengelolaan terdapat Desa Jiwan Kecamatan Jiwan
pada kategori stakeholder yaitu key Kabupaten Madiun
playes dan subject
Sumber: data diolah oleh penulis, 2022
92

Pada tabel 4.6 yang telah penulis susun tersebut, dapat diketahui bahwa ada

satu artikel penelitian yang memiliki keterkaitan secara signifikan dari segi

teori namun berbeda dala fenomena penelitian yang dilakukan oleh penulis

saat ini. Penelitian oleh Nuhurda Candra pada tahun 2020 dengan judul

“Analisis Stakeholder Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Kabupaten

Jember”. Stakeholder pada penelitian tersebut terdapat 3 (tiga) jenis atau

kelompok stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya hutan di

Kabupaten Jember yaitu stakeholder primer, stakeholder sekunder, dan

stakeholder kunci. Penggunaan teori yang sama dapat penulis disimpulkan

dalam penelitian penulis yaitu mengenai stakeholder dalam pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa sumber rejeki Desa Jiwan Kecamatan Jiwan

Kabupaten Madiun.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis stakeholders dalam pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten

Madiun, sebagai berikut:

a. Pengidentfikasian stakeholders, ada 6 stakeholder yang terlibat

stakeholders dalam pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwna,

stakeholders primer yaitu DPMD Kabuapaten Madiun, Ketua BUMDes

Jiwan, dan masyarakat Desa Jiwan. Stakeholders kunci yaitu Kepala Desa

Jiwan. Stakeholders sekunder yaitu Bank BRI Unit Jiwan dan Bank BPR

Polatama Kusuma.

b. Pada hasil matriks tingkatan “pengaruh” dan tingkatan “kepentingan”

stakeholders yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang besar dalam

pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan yaitu dipegang oleh

Kepala BUMDes Jiwan dan Ketua BUMDes

c. Peran stakeholders dari masing-masing stakeholders yang termasuk

dalam 4 (empat) kategori meliputi yaitu policy Creator, Koordinator,

Fasilitator dan implementor. Untuk peranan Kepala Desa Jiwan dan Ketua

BUMDes dalam peranannya sudah dilakukan dengan baik. Peranan yang

dilakukan oleh DPMD dalam pembinaan ataupun pemberian dana belum

dilakukan secara maksimal. Peranan yang dilakukan pihak berbagai pihak

Bank dalam pengelolaan BUMDes melakukan dengan baik.

93
94

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian tentang peran stakeholders dalam pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten

Madiun, Provinsi Jawa Timur, maka penulis memberikan beberapa saran,

yaitu:

a. Lebih dimaksimalkan kembali peranan stakeholders yang terlibat dalam

pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan terkait dalam

kerjasama yang dilakukan dari masing-masing stakeholders.

b. Dari pemerintah daerah dapat melakukan evaluasi rutin untuk membahas

perkembangan ataupun permasalahan yang ada pada BUMDes.

c. Dari organisasi BUMDes sendiri juga harus melakukan rutinan evaluasi

setiap bulannya terhadap perkembangan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa

Jiwan.

d. Melaksanakan penguatan aturan oagar BUMDes “Sumber Rejeki” Desa

Jiwab dapat menjadi BUMDes yang mandiri yang dimana tidak

bergantung lagi pada pihak Pemerintah Desa.


DAFTAR PUSTAKA

Abbas R. (2005). Mekanisme Perncanaan Partisipasi Stakeholder Taman Nasional


Gunung Rinjani. {disertasi}. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Abdul Rahman Suleman, Erika Revida, Irwan Kurniawan Soetijono, Robert Tua
Siregar, Syofyan Syofyan, Ahmad Fauzul Hakim Hasibuan, Hery Pandapotan
Silitonga, Muhammad Fitri Rahmadana, Marto Silalahi, A. S. (2020).
BUMDES Menuju Optimalisasi Ekonomi Desa (J. Simarmata (ed.)). Yayasan
Kita Menulis. http://www.kitamenulis.id/
Adawiyah, R. (2018). Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Berbasis Aspek Modal Sosial (Studi Pada BUMDes Surya Sejahtera, Desa
Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo). Kebijakan Dan
Manajemen Publik, 6, 1–15.
Dr. Harbani Pasolong, M. S. (2019). Teori Administrasi Publik. Alfabeta.
www.cvalfabeta.com
Fitri Handayani, H. W. (2015). Analisis Peran Stakeholder dalam Pengembangan
Objek Wisata Pantai Karang Jahe di Kabupaten Rembang. Ilmu Administrasi
Publik, 6(3), 1–13.
Freeman, R. E., & David, L. R. (1983). Stockholders and Stakeholders: A New
Perspective on Corporate Governance. California Management Review, 25(3),
88–106. https://doi.org/10.2307/41165018
Hernawati, S. (2017). Metodologi Penelitian dalam Bidang Kesehatan.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
L., author, J. G. (2000). Organizations: behavior, structure, processes. Boston:
McGraw-Hill.
Lenaini, I. (2021). Teknik Pengambilan Sampel Purposive Dan. Jurnal Kajian,
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah, 6(1), 33–39. p-ISSN 2549-
7332 %7C e-ISSN 2614-1167%0D
Mitchell, R.K., et al. (1997). Toward a Theory of Stakeholder Identification and
Salience: Defining the Principle of Who and What Really Counts. The
Academy of Management Review, 22, 853–886.
Nugroho, R. (2014). Publik Policy. PT Elex Media Komputindo.
Overseas Develompent Administration (ODA) 1995, Social Development
Departement, Guidance Note On How To Do Stakeholder Analysis of Aid
Projects And Programees.
Prabowo, E. D., Arief, H., & Sunrminto, T. (2015). Peran Stakholder Pada Aspek
Konservasi Dalam Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
(TNKpS). Media Konservasi, 20(1), 27–33.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/konservasi/article/view/10973

95
96

Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. . (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja


Rosda Karya.
http://opac.kaltimprov.go.id/ucs/index.php?p=show_detail&id=36991
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M. . (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT
Remaja Rosdakarya oFFSET. www.rosda.co.id
Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek, K., Morris, J., Prell,
C., Quinn, C. H., &, & Stringer, L. C. (2009). Who ’ s in and why ? A typology
of stakeholder analysis methods for natural resource management. Journal of
Environmental Management, 90, 1933–1949.
Ridlwan, Z. (2014). Urgensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam
pembangunan Perekonomian Desa. Jurnal Ilmu Hukum, 8, 424–440.
Ruslan, R. (2013). Metode penelitian public relations dan komunikasi. PT Raja
Grafindo Persada.
Sembiring, S. (2017). KEBERADAAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DESA. 39, 16.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Cet.26).
Alfabeta.
Suprojo, H. F. U. L. A. (2019). PERAN PEMERINTAH DESA DALAM
PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ). 8(4), 367–
371.
Syafri Wirman Prof. Dr H., M. S. (2012). Studi Tentang Administrasi Publik (Yayat
Sri Hayati (ed.)). Erlangga.
Wahyu, Golar, S. D. M. (2019). Analisis Kepentingan Stakeholder Dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat Di Hutan Desa Namo Kecamatan Kulawi. Jurnal
Forest Sains, 16(2), 105–116.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ForestScience/article/view/13841
LAMPIRAN 1

INTERVIEW GUIDE

A. Keterlibatan pengelolan BUMDes

1. Sejak kapan stakeholder terlibat dalam pengelolaan BUMDes “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan?

2. Apa yang menjadi dasar keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan?

3. Apakah ada hambatan selama koordinasi pengelolaan BUMDes “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan?

B. Tingkat Pengaruh

1. Apakah stakeholder memberikan pengaruh dalam pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan?

2. Bagaimana pengaruh kekuatan atas sumber daya yang dimiliki dalam

pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan? Apa saja bentuk

penguasaan tersebut?

3. Apa bentuk keahlian stakeholder dalam pengelolaan BUMDes “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan?

4. Bagaimana pengaruh keterlibatan stakeholder dalam keberlanjutan dalam

pengelolaan BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan?

5. Apakah stakeholder memberikan bantuan terkait dengan pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan? Apa saja bentuk bantuan tersebut?

97
98

C. Tingkat Kepentimgan

1. Apa saja bentuk keterlibatan stakeholders terkait dengan pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki”? Dalam bentuk kegiatan apa saja?

2. Apakah ada manfaat yang diperoleh dari pengelolaan BUMDes “Sumber

Rejeki” Desa Jiwan?

3. Apakah ada tupoksi stakeholders terkait dengan pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan?

4. Apa saja program kerja stakeholder terkait dengan pengelolaan BUMDes

“Sumber Rejeki” Desa Jiwan?

5. Seberapa besar tingkat ketergantungan stakeholder dalam pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan?


LAMPIRAN 2

TRANSKIP WAWANCARA NARASUMBER

Hari & Tanggal : Senin, 01 Agustus 2022

Informan : Pak Widayanto, Kepala Desa Jiwan/Penasehat BUMDes

Tempat : Kantor Kecamatan Desa Jiwan

Peneliti: usaha yang dimilik oleh BUMDes itu apa saja ya pak?
Informan: untuk saat ini yang 95% unit usaha pujasera, dan yang lain itu ada
persewaan, ada pembiyaan karyawan pujasera, ada juga pembangunan waterboom
yang dimana dana terebut kita ambil dari omset pujasera
Peneliti: stuktur organisasi bumdesnya itu siapa saja ya pak?
Informan: kalau pengurusnya di BUMDes dari semenjak 2017 itu sering gonta-
ganti dikarenakan menjadi pengurus BUMDes itu tidak dari awal belum ada yang
digaji. Maka dari itu sejak awal pembentukan struktur kita mencari calon pengurus
BUMDes yang bener-bener menerima kalau dirinya belum bisa kita gaji. Karena
pada BUMDes lain dimana yang tidak berjalan dengan baik itu salah satu faktornya
perihal tidak ada gaji pada pengurus.
Peneliti: jadi dalam pengelolaan BUMDes Jiwan, apakah dari pihak pemerintah
desa saja yang lebih sering melakukan pengelolaan BUMDesnya?
Informan: secara teknik dilapangan ada, kalau ketua bumdesnya seniri juga aktif,
dikarenkan di bumdes Jiwan sudah memiliki fungsi 2 manajer operasional dan
manajer keuangan.
Peneliti: dalam pengelolaan BUMDes ini apakah ada bantuan dana dari pihak
pemerintah daerah?
Informan: belum ada, sementara ini pengelolaan bumdes menggunakan adana
APBDes kita sendiri. Jadi hal tersebut menjadikan kita semangat dalam melakukan
pengelolaan atau perkembangn BUMDes tidak dengan adanya bantuan dari pihak
pemerintah daerah ataupu dari pihak pemerintah provinsi pun bisa melakukan
dengan baik. Dan tidak seperti desa-desa yang lain memiliki bantuan anggaran-
anggran dari pihak pemerintah Kabupaten. Walaupun secara keuntungan
pendapatan diapat dikatakan lumayan, karena masih fokus untuk mengembangkan
unit-unit usahanya.
Peneliti: peran kepala desa dalam pengelolaan BUMDesa ini apa ya pak?
Informan: hampir setiap hari kita melakukan pengontrolan dalam kegiatan usaha-
usaha BUMDes, yang dimulai dari pagi sampai malam. Dan perangkat desa sendiri
juga saya suruh untuk melakukan pemantauan kegaiatan Bumdes disana.
Peneliti: apakah dalam pengelolaan unit-unit bumdes jiwan ini semua masyarakat
jiwan?

99
100

Informan: karena bumdes ini dibiayai dari APBDes Desa Jiwan, jadi semua yang
terlibat itu harus memiliki KTP Desa Jiwan, jadi kita tidak menggunakan
masyarakat selain jiwan dalam pengembangan pujaseranya.
Peneliti: apakah ada manfaat dari pengelolaan BUMDes ini?
Informan: ya yang jelas, kita BUMDes di jiwan ini mempunyai 2 target, yang
pertama meningkatkan perekonomian masyarakat, yang kedua membuat konsep
pemberdayaan masyarakat. Jadi kita meningkatkan ekonomi desa jiwan hanya
masyarakat Jiwan yang dapat melakukan pembangunan unit usaha-usaha baru.
Peneliti: untuk tupoksi kepala desa pada pengelolaan BUMDes? Kira-kira berapa
persen?
Informan: untuk saat ini sudah berkurang dikarenkan bumdes sudah memiliki 2
manager yang dimana sudah sesuai tupoksi bumdes tersebut. Tapi untuk saat ini
belum bisa dikarenakan orang-orangnya masih baru menjalankan hal tersebut. Jadi
harapan kita kedepan, pengurusan BUMDes ini bisa menjadi mandiri.
Peneliti: bagaimana keterkaitan pemerintah yang lain dalam pengelolaan
BUMDes?
Informan: belum ada mbak, masalah pelaporan keuangan saja pembuatan
aplikasinya saja mencari dan membeli sendiri.
Informan: dulu pernah diikutkan lomba, tapi dari pihak bumdes sendiri tidak mau,
dikarenkan pembangunan BUMDes di Desa Jiwan ini bukan untuk lomba
fungsinya yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat desa jiwan. Kalaupun kita
iku perlombaan tersebut keuntungan finansial yang dkita dapat tidak ada. Dan
dalam hal perlombaan desa brilian juga membutuhkan modal yang banyak, dan
kalau kita tidak menang kan rugi juga mbak. Kita kembali ke fokus yang pertama
tadi itu pembangunan BUMDes ini ingi memajukan perekonomian BUMDes dan
melakukan pemerdayaan bagi masyarakat Desa Jiwan.
Peneliti: stakeholders siapa saja yang paling berperan dalam pengelolaan
BUMDes?
Informan: dari pihak pemerintah desa sendiri yang paling berperan dalam
pengelolaan BUMDes Desa Jiwan.

Hari & Tanggal : selasa, 2 Agustus 2022

Informan : Pak Suryono (Ketua BUMDes) dan Pak Almasjkuri (Ketua

UnitUsaha)

Tempat : Pujasera Jiwan

Peneliti: bagaimana kondisi BUMDes “Sumber Rejeki” saat ini?


Informan: untuk saat ini ya, bumdes sumber rejeki semakin bagus dan berkembang
dengan baik.
101

Peneliti: untuk unit usaha dalam BUMDes Jiwan ini apa saja ya pak?
Informan: Pujasera, persewaan kios, coffe shop, masa pembangunan waterboom
(wahana rekreasi)
Peneliti: untuk pengelolaan BUMDes sendiri, pihak stakeholder yang ikut serta
dalam pengelolaan ini siapa saja pak?
Informan: BRI, BPR Polatama Kusuma, Imago Maju Hardware, PT. Djarum, PT.
Gudang Garam, PT. Pos Jiwan, Bank Daerah Madiun.
Peneliti: apakah pihak dinas juga ikut mengelola BUMDes Jiwan?
Informan: kalau dari pihak dinas belum pernah ikut mengelola BUMDesnya.
Selama ini yang mengelola masih dikelola oleh pemerintah Desa sendiri. Ada salah
satu dinas yaitu dari pihak DPMD Kabupaten Madiun yang sering mengunjungi
BUMDes Jiwan, tetapi kunjungan tersebut berupa peminjaman tempat untuk acara
DPMD seperti halnya pembinaan-pembinaan desa. adanya kunjungan dari Dinas
Pariwisata yang hanya sekali dalam rangka mewawancarai kepala desa perihak
Desa Jiwan
Informan: untuk stakeholders yang lainnya ya mbak, yang paling berperan di
BUMDes Jiwan ini yaitu dari BRI mbak. Tahun 2021 lalu, BRI mengadakan
kerjasama dengan KEMENDES untuk mengadakan acara desa BRILIan yang
dimana kegiatan tersebut mengarah pada kemajuan BUMDes yang secara rasional.
Sudah beberapa kali pihak BUMDes diikutsertakan perihal lomba-lomba. Namun
dari pihak pemerintah desa tidak mengikuti lomba-loba tersebut dikarenakan pihak
BUMDes cuman ingin mencari pendapatan untuk memberdayakan ekonomi
masyarakat desa. bilamana kita pihak BUMDes mengikuti lomba-lomba yang
diadakan, pemasukan tidak ada malah pengeluaran yang banyak.
Peneliti: bagaimana kelayakan masing-masing stakeholders dalam pengelolaan
BUMDes Jiwan?
Informan: menurut saya pribadi, belum maksimal.
Peneliti: bagaimana kondisi kompensasi stakeholders dalam pengelolaan
BUMDes? Seperti halnya kompensasi perihal pemberian gaji, ataupun sebuah
reward
Informan: ada pembagian hasilnya.
Peneliti: bagaimana kondisi kekuatan organisasi stakeholders dalam pengelolaan
BUMDes?
Informan: semua berjalan dengan baik, dari segi anggran ataupun yang lainnya
Peneliti:bagaimana bentuk keterlibatan dari masing-masing stakeholders yang
terlibat dalam pengelolaan BUMDes?
Informan: kurang berjalan dengan baik. Belum ada pertemuan organisasi BUMDes
secara berkala
Peneliti: bagaimanakah upaya stakeholder dalam pengelolaan BUMDes? Seperti
halnya perlindungan, pengamanan kawasan BUMDes
Informan: tentunya harus mendapatkan dukungan dari pihak masyarakat sebelum
terbentuknya BUMDes ini
102

Hari & Tanggal : Jumat, 18 Agustus 2022

Informan : Pak Wawan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

(DPMD) Kabupaten Madiun

Tempat : DPMD Kabupaten Madiun

Peneliti: sejak kapan Dinas Pemberdayaan Desa terlibat dalam pengelolaan


Bumdes Desa Jiwan?
Informan: begini, Bumdes ini kan merupakan sebuah komunitas baru dikarenakan
adanya UU Desa yang ditetapkan pada tahun 2016. Bumdes di kota Madiun mulai
menyebar ke Desa desa. sama halnya di Bumdes Jiwan itu berdiri pada tahun 2016.
sejak saat itu DPMD melakukan pembinaan dan pendampingan dalam beberapa
proses selanjutnya. sekitar tahun 2017 sudah mulai beroperasi dengan pernyataan
modal.
Peneliti: ooo begitu pak, baik saya lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya nggeh pak,
apakah ada dasar dari keterlibatan DPMD dalam mengelola Bumdes?
Informan: ya semua itu sudah dari UU Desa. karena ini kan sudah masuk di
poksinya DPMD sebagai permberdayaan masyarakat di dalamnya ada
pemberdayaan lembaga ekonomi desa Bumdes tersebut adalah Lembaga Ekonomi
Desa dan harapannya Bumdes bisa menjadi motor penggerak perekonomian yang
ada di Desa
Peneliti: kalau untuk keseuaian Tupoksi di dalam pengelolaan Bumdes Desa Jiwa
kira-kira berapa persen nggeh pak?
Informan: ada, tetapi kalau untuk presentasenya tidak bisa dihitung karena DPMD
ini kan ada 3 bidang Bidang Pemerintah Desa, Bidang Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Masyarakat, dan PPKM lah untuk pemberdayaan Bumdes ini masuk di
bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat.
Peneliti: apakah ada kebijakan yang dikeluarkan oleh DPMD pak?
Informan: ada, terkait upaya untuk pengembangan BUMDES yang ada di Kab.
Madiun pada tahun 2016 tersebut ada Perbub yang mengatur tentang pengelolaanya
keuannya dengan jumlah minimal 5% dari dana desa untuk disertakan modalnya
kepada Bumdes. tetapi sekarang sudah dicabut dan diganti. pada perpub no 78 thn
2017/2018 (pasal 12) mengatur tentang bagian kewenangan pemerintah desa
>>Bumdes terkait mekanisme penyertaan modal oleh pemerintah desa. jadi
mekanisme itu harus dilalui apabila Bumdes ingin mendapatkan pemodalan dari
pemerintah desa. harus melalui perencaan, harus ada proposal, dilanjut dengan
berita acara penyerahan.
Peneliti: apakah ada dana yang dikeluarkan oleh DPMD dalam pengelolaan
Bumdes Desa Jiwan?
103

Informan: tidak ada dana yang keluar dari Dinas, tetapi adanya dana dari
pemerintah daerah kab. Madiun. melalui sebuah mekanisme Musrenbang soal
rencana pembangunan.
Peneliti: apakah ada kegiatan atau acara yang diselenggarakan langsung oleh
DPMD dalam pengelolaan Bumdes Desa Jiwan?
Informan: ada, jadi sebagai fungsi pembina pemerintah daerah kab. madiun. setiap
tahun melakukan pembinaan anggaran. dari dinas tetap mengeluarkan anggaran
untuk menjalankan kegiatan itu, maka dibuatlah Mailstone. yang pertama
dikeluarkan dari kelembagaannya, yang kedua SDM Pengelola Bumdes tersebut,
yang ketiga dikuatkan lagi dari sisi tata kelola usaha. nah dari ketiga ini kita
jabarkan lagi dan kita benarkan lagi segala peratuturan, rencana program, laporan
dan lain sebagainya.
Peneliti: bagaimana rencana/ harapan kedepannya untuk mengelola Bumdes Desa
Jiwan?
Informan: pemerintah daerah akan membuka pintu seluas-luasnya bagi pihak
manapun yang ikut bekerjasama dalam mengembangkan Bumdes. ini juga
merupakan sebuah kegiatan rutin tahunan pembinaan melalui Bimtek dan evaluasi
pada setiap Bumdes dibantu dengan tenaga ahli dari Kementerian Desa.

Hari & Tanggal : Selasa, 01 November 2022

Informan : Ari Ardiansyah (Direktur BPR Polatama Kusuma)

Tempat : BPR Polatama Kusuma

Peneliti: saya sebelumnya mendapatkan info dari bapak masjkuri bahwa BPR
Polatama Kusuma ini turut serta dalam pengelolaan BUMDes sumber rejeki.
Menurut bapat apakah itu benar?
Informan: kalau bahasanya ikut mengelola itu sih tidak mbak, dikarenkan dari pihak
kami cuman mensupport bilamana bumdes mengadakan acara apa gitu, nah kita
bantu juga ikut serta mengadakan event-event diacara bumdes tersebut. Dulu kita
juga sudah 2 kali memberikan seragam untuk karyawan bumdesnya itu berupa kaos.
Dulu juga pas acara lomba bonsai tingkat nasional itu kita juga ikut dalam
memeriahkan acara tersebut. Hal tersebut juga merupakan sarana promosi bagi
pihak kita sendiri juga yang dimana dari kita juga mendapat nasabah baru.
Peneliti: sejak kapan keterlibatan BPR Polatama Kusama pada bumdes?
Informan: sejak berdiri bumdes sumber rejeki, sekitar tahun 2016.an mbak.
Peneliti: jadi dari pihak BPR ini tidak keterkaitan langsung ya pak dalam
pengelolaan bumdesnya?
Informan: iya enggak mbak, kan bumdes tersebut yang mengelola hanya pihak
bumdes sendiri. Baik dari pihak luar itu tidak ikut serta juga dalam pengelolaan
bumdes sumber rejeki. Pernah dulu dua kali bumdes mebutuhkan sebuah dana dan
kita juga ikut support, istilahnya dana operasional bumdes dulu itu kita juga
membantu. Yang dimana awal-awal pengembangan bumdes itu membutuhkan dana
yang banyak jadi kita juga ikut serta membantu dalam pengdaan dana tersebut.
104

Namun kreditnya itu tidak diatasnakaman organisasi bumdesnya, tetapi dari pihak
ketua bumdesnya, dan nggak berjalan lama ditutup. Yah seperti litulah kerjasama
kita pada bumdes
Peneliti: bagimana rencana/harapan bapak dalam pengelolaan bumdes untuk
kedepannya?
Informan: yah itu, dibagian kasirnya yang dipujasera itu sebaiknya dibuat 2 kasir.
Soalnya kalo lagi padat-padatnya pengunjung yang datang di pujasera itu atriannya
kalau pakai satu kasir itu terlalu panjang.

Hari & Tanggal : Jumat, 11 November 2022

Informan : Pak Legowo, Kepala Unit Bank BRI Jiwan

Tempat : Bank BRI Unit Jiwan

Peneliti : sejak kapan bank BRI terlibat dalam kerjasama pengelolaan Bumdes
Jiwan?
Informan : sejak thn 2019 ban BRI bekerjasama dengan Bumdes Jiwan kurang lebih
hampir 3 tahun terhitung hingga saat ini.
Peneliti : apa bentuk peran bank BRI dalam pengelolaan bumdes desa Jiwan?
Informan : kalau bentuk hubungannya yaitu ada pembinaan dari Desa binaan dan
Bumdes binaan yang mensupport dalam hal manajemen. contohnya melayani
dalam hal transaksi seperti transaksi perbankan, pembukuan yang memudahkan
pihak BUMDes dalam pelaporan keuangan ke pihak yang terkait.
Peneliti : apakah ada manfaat yang didapat dari kerjasama pengelolaan dengan
Bumdes Jiwan?
Informan : untuk manfaatnya sangatlah banyak. kerjasama ini juga saling
menguntungkan khususnya dalam hal ekosistem Desa seperti adanya sistem
simpan pinjam, modal usaha untuk masyarakat. yang intinya dalam hal ekonomi
sangat bermanfaat bagi masyarakat desa
Peneliti : apakah ada tupoksi Bank BRI terkait kerjasama pengelolaan Bumdes
Jiwan?
Informan : tugasnya dari awal adalah menjadi pembina agar Bumdes berkembang
dengan baik secara bisnis.
Peneliti:
Selama adanya kerjasama ini berlangsung, apakah ada hambatan yang dialami?
Informan : BUMDes Jiwan sendiri dari sisi kelembagaan belum jelas. Jadi pada saat
melakukan peminjaman sebuah dana, pihak BUMDes menggunakan sistem pinjam
perorangan.
LAMPIRAN 3

Kriteria Penilaian Tingkatan Kepentingan Stakeholders dalam Pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Ada Ada Ada Ada Tidak


No. Segi Faktor
≥4 3 2 1 ada
Bentuk • Penyusunan
kontribusi • Pengontrolan
1.
stakeholders • Penilaian 5 4 3 2 1
dalam • Perancangan
pengelolaan • Pelaksanaan
BUMDes
• Event
Bentuk
• Perawatan
Program
BUMDes
Kerja
• Pemanfaatan
2. stakeholders 5 4 3 2 1
fasilitas
dalam
pengelolaan • Pelatihan
BUMDes pemberdayaan
• pembukuan
• Menghasilkan
lapangan kerja
Bentuk • Memajukan
manfaat perekonomian desa
yang didapat
3. • Sumber 5 4 3 2 1
dalam
penghasilan
pengelolaan
• Membuka peluang
BUMDes
• Promosi
• Peminjaman dana
• < 21% BUMDes
sebagai sumber
penghasilan
• 21-40% BUMDes
sebagai sumber
Tingkatan penghasilan
keterkaitan • 41-60% BUMDes
4. dalam sebagai sumber 5 4 3 2 1
pengelolaan penghasilan
BUMDes • 61-80% BUMDes
sebagai sumber
penghasilan
• 81-100% BUMDes
sebagai sumber
penghasilan

105
106

• < 5% pada tupoksi


Koherensi • 6-10% pada
tupoksi tupoksi
stakeholders • 11-15% pada
5. 5 4 3 2 1
dalam tupoksi
pengelolaam • 16-20% pada
BUMDes tupoksi
• >20% pada tupoksi
Sumber : data diolah oleh penulis, 2022

Kriteria Penilaian Tingkatan Pengaruh Stakeholders dalam Pengelolaan

BUMDes “Sumber Rejeki” Desa Jiwan

Ada Ada Ada Ada Tidak


No. Segi Faktor
≥4 3 2 1 ada
Pengaruh • Penetapan
kekuasaan • Persetujuan
dalam • Penjagaan unit
pengelolaan usaha BUMDes
1. BUMDes • Fasilitator 5 4 3 2 1
• Pembangunan
fasilitas sarana
prasarana
• Penyedia data
Pengaruh • Pengadaan
Pemangku musyawarah
Kepentingan • Mengontrol
dalam • Peningkatan
2. pengelolaan 5 4 3 2 1
kegiatan
BUMDes • Perbaikan fasilitas
• Pemantauan
program
Kompetensi • Finansial
sumber daya • Peraturan hukum
dalam • Pelaporan
3. 5 4 3 2 1
pengelolaan • Aturan organisasi
BUMDes • Sumberdaya
• Sarana
Bentuk • Tenaga kerja
keterlibatan lapangan
4. dalam • Pembimbing 5 4 3 2 1
pengelolaan pengelolaan
BUMDes BUMDes
107

• Pelatihan
BUMDes
• Pembinaan
• Peminjaman dana
Kekuatan • Pemanfaatan
Kompensasi kegiatan BUMDes
dalam • Pengadaan
5. pengelolaan kegiatan BUMdes 5 4 3 2 1
BUMDes • Pengadaan lahan
baru
• lainnya
Sumber :data diolah oleh penulis, 2022
LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI WAWANCARA NARASUMBER

Wawancara bersama Ketua BUMDes dan Ketua Unit Usaha Jasa BUMDes
"Sumber Rejeki" Des Jiwan

Wawancara bersama Kepala Desa Jiwan

108
109

Wawancara bersama Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Jiwan

Wawancara dengan bapak wawan (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan


Desa Kabupaten Madiun)
110

LAMPIRAN 5

Kartu Bimbingan
111

LAMPIRAN 6

Turnitin Skripsi

Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa


(BUMDES) “Sumber Rejeki” Desa Jiwan Kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun

Anda mungkin juga menyukai