Anda di halaman 1dari 226

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS


HEPATIS DI RUANG V INTERNE RS TK.III Dr.
REKSODIWIRYO PADANG DAN DI RUANG
HCU PENYAKIT DALAM IRNA NON
BEDAH RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DEWIANA SASMITA
143110209

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS


HEPATIS DI RUANG V INTERNE RS TK.III Dr.
REKSODIWIRYO PADANG DAN DI RUANG
HCU PENYAKIT DALAM IRNA NON
BEDAH RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan dalam
Melakukan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

DEWIANA SASMITA
143110209

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017

i
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Dewiana Sasmita
NIM 143110209
Program Studi : D-III Keperawatan Padang
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis
di Ruang V Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang
dan di Ruang HCU Penyakit Dalam IRNA NON
BEDAH RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Padang.

DEWAN PENGUJI
Ketua : Ns. Hendri Budi, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB ( )

Penguji : Ns. Netti, M.Pd ( )

Penguji : Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd. M.Kep. Sp.KMB ( )

Penguji : Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep. M.Kep ( )

Ditetapkan di : Poltekkes Kemenkes Padang

Tanggal : 20 Juni 2017

Mengetahui,
Ka. Prodi D III Keperawatan Padang

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep. M.Kep


NIP. 19710705 199403 2 003

ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis di Ruang Interne RS.
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam IRNA
NON BEDAH RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
melakukan penelitian Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat; Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep., Sp. KMB selaku
pembimbing I dan ibu Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep. M. Kep selaku pembimbing II
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih kepada yang terhormat;
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
2. Ibu Dra. Lisa Megahati, Apt. MM selaku Kepala RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo
3. Bapak dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.BA.MARS selaku Direktur Umum
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Kepala Ruangan Interne RS. TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian awal.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu.
8. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, M. Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan motivasi, semangat dan bimbingan.

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Orang tua dan kakak-kakak saya yang telah memberi motivasi, semangat
dan kasih sayang yang tiada terhingga.
10. Untuk teman dekat dengan inisial Z terima kasih atas support, sumbangan
pendapat dan semangat selama ini.
11. Teman-teman angkatan 2014 dan sahabat yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal ini.

Peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang membangun


dari semua pihak untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis
ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, Juni 2017

Peneliti

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Dewiana Sasmita

NIM 133110209
Tandatanganha
rusmengenaim
atrai

Tanda Tangan:

Tanggal : 20 Juni 2017

v
Poltekkes Kemenkes Padang
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Sirosis Hepatis di Ruang V Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan
di Ruang HCU Penyakit Dalam IRNA NON BEDAH RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017” ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Dewan Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah Prodi Keperawatan
Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.

Padang, Juni 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd. M.Kep. Sp.KMB Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep. M. Kep
NIP. 19700327 199303 2 002 NIP. 19750121 199903 2 002

Mengetahui,
Ketua Prodi Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Padang

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep. M.


Kep NIP. 19710705 199403 2 003

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


Dewiana Sasmita

Asuhan Keperawatan pada di Ruang V Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo


Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam IRNA NON BEDAH RSUP Dr.
M. Djamil Padang

Isi : x + 79 halaman + 16 lampiran

ABSTRAK
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar bagi penderitanya. Sekitar
700.000 umat manusia meninggal karena sirosis hepatis (WHO, 2015) Kematian
terbesar dari sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun. Mayoritas pasien
adalah pria dengan rasio pria dan wanita 4 : 1,3 (gunanarsdottir, 2008) dalam
(Agustin, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, penelitian
dilaksanakan di ruang V Interne RS. TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam RSUP.Dr.M.Djamil Padang yang dimulai dari bulan
Januari sampai Juni 2017. Instrument pengumpulan data yang digunakan format
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan serta alat pemeriksaan fisik.
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien sirosis hepatis.
Hasil penelitian yang didapatkan pada Ny. Y dan Tn.Y perut membuncit, badan
terasa lelah, nafsu makan menurun, nafas terasa sesak, konjungtiva tampak
anemis, sklera tampak ikterik, terdapat eritema palmaris, leukosit meningkat.
Didapatkan 5 masalah keperawatan meliputi, ketidakefektifan pola nafas,
kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
resiko infeksi, intoleransi aktivitas. Rencana keperawatan disusun tergantung
kepada masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien. Implementasi
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun, dan kondisi
pasien. Serta evaluasi yang didapatkan sesuai dengan NOC yang dilakukan
selama 5 hari dimana ketidakefetifan pola napas teratasi, kelebihan volume cairan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi, intoleransi
aktivitas masalah teratasi sebagian. Disarankan pada penderita sirosis hepatis
untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan
menghabiskan diit yang diberikan oleh ahli gizi.
Kata kunci :Sirosis Hepatis,
AsuhanKeperawatan. DaftarPustaka :30 ( 2009–
2015 )

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


A. Latar belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 5
C. Tujuan penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat penelitian.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 8


A. Konsep Kasus Sirosis Hepatis ................................................. 8
1. Pengertian .......................................................................... 8
2. Etiologi ............................................................................... 9
3. Patofisiologi ....................................................................... 9
4. WOC ................................................................................. 12
5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ................. 13
6. Penatalaksanaan ................................................................ 18

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Sirosis Hepatis...... 20


1. Pengkajian ......................................................................... 20
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan .............................. 24
3. Rencana Keperawatan ........................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 40


A. Desain Penelitian ..................................................................... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 40
C. Subjek Penelitian ..................................................................... 40
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42
E. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 43
F. Jenis dan Pengumpulan Data .................................................. 46
G. Analisis .................................................................................... 45
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................... 48
B. Deskripsi Kasus........................................................................ 48
1. Pengkajian .......................................................................... 48
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 52
3. Rencana keperawatan......................................................... 53

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .......................... 63
C. Pembahasan Kasus ................................................................... 71
1. Pengkajian .......................................................................... 71
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 73
3. Intervensi Keperawatan...................................................... 74
4. Implementasi Keperawatan ................................................ 75
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saaran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR

BAB II Gambar 2.1 WOC Sirosis Hepatis .......................................... 12

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan....................................................... 25


Tabel 4.1. Pengkajian ........................................................................... 48
Tabel 4.2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 52
Tabel 4.3. Intervensi Keperawatan....................................................... 53
Tabel 4.4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .......................... 63

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing
1 Lampiran 3 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal dan KTI Pembimbing
2 Lampiran 5 Asuhan Keperawatan Responden 1
Lampiran 6 Asuhan Keperawatan Responden 2
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Responden 1
Lampiran 8 Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Responden 2
Lampiran 9 Daftar Dinas Penelitian di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang
Lampiran 10 Daftar Dinas Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
untuk RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
untuk RSUP Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 13 Surat Izin Pengambilan Data RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian dari Kepala RS TK. III Dr.Reksodiwiryo
Padang
Lampiran 15 Surat Izin Penelitian dari Kabag. Pendidikan & Penelitian RSUP
Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 16 Surat Keterangan Selesai Penelitian di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang
Lampiran 17 Surat Keterangan Selesai Penelitian di RSUP Dr. M. Djamil
Padang

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DEWIANA SASMITA


NIM : 143110209
Tempat / Tanggal Lahir : Koto Baru / 30 Desember
1996 Suku : Patopang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Hasbullah
Ibu : Alm. Ismurni
Alamat : Jorong Pasar Nagari Koto Baru, Kec. IV
Nagari, Kab. Sijunjung Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran


1 TK Raudhatul Athfal Al Ikhlas 2001 - 2002

2 SDN 11 Koto Baru 2003 - 2008

3 SMP N 6 Sijunjung 2008 - 2011

4 MAN 3 Jakarta 2011 - 2014

5 Poltekkes Kemenkes RI Padang 2014 - 2017

xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat,
secara umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati
urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang
paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera pada
struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson,
2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam
Sitompul, dkk, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) (2015), Sekitar 700.000 umat


manusia meninggal karena sirosis hepatis. Sedangkan Data WHO (2011) dalam
Ika (2015) mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal akibat sirosis hati ini.
Penyakit ini menjadi penyebab kematian terbesar pada penderitanya.

Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati
kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting
untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung dengan
cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk
mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).

Berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata


prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat
dibangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit
hati yang dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah
2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun. (Sulaiman Akhbar, dkk, 2007 dalam
Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia, 2013).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Prevalensi kejadian hepatitis di Sumatera Barat menurut Riskesdas tahun 2013


bahwa terdapat sebanyak 15 orang dan di Kabupaten Darmasraya sebanyak 43
orang yang terinfeksi virus hepatitis. Menurut pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI tahun 2014 didapatkan data di Kabupaten Sijunjung
dan Kabupaten Pesisr Selatan jumlah masyarakat yang terinfeksi virus
hepatitis sebanyak 159 orang. Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang
(dkk) tahun 2013, menyebutkan angka kejadian luar biasa (KLB) infeksi
hepatitis pada bulan Februari 2013 terdapat di Kecamatan Kuranji sebanyak
33 orang diantaranya 5 orang pasien rawat inap dan 28 orang pasien rawat
jalan (Burmalis, 2016).

Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis
hepatis belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga
turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor
predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang berlebihan
dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B ataupun C),
obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan obat, seperti
acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.

Menurut Burroughs, Dooley, Heathcote,& Lok, (2011) dalam Rahayu (2013),


Berdasarkan dari etiologi, prevalensi sirosis alkoholik, sirosis non alkoholik,
dan sirosis viral khususnya hepatitis C tergolong tinggi. Di sisi lain, prevalensi
sirosis viral di negara berkembang termasuk Indonesia, tergolong tinggi
khususnya hepatitis B dan C. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor
yang juga memengaruhi proses penyakit yaitu usia, gender (laki-laki),
obesitas, dan gangguan metabolik. Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh
yang bervariasi pada pasien yang berbeda.

Di Amerika Serikat terjadi peningkatan proporsi pasien sirosis hepatis dengan


hepatitis C dibandingkan dengan penyakit hati alkoholik pada tahun 2008.
Penelitian pada pasien dengan diagnosis tersebut menunjukkan bahwa umur
mereka rata-rata sekitar 60 tahun dan mayoritas pasien adalah pria dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


3

rasio pria dan wanita 4 : 1,3. Kematian terbesar dari sirosis hepatis pada
kelompok umur 60-70 tahun (Gunnarsdottir, 2008) dalam (Agustin, 2013).

Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat gejala
sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu
menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena bilirubin yang
meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air teh. warna tinja
pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual & muntah darah,
mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi yang dapat
timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan
pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).

Menurut Saputra (2013), beberapa komplikasi dari sirosis hepatis asites,


varises esofagus, hemoroid, perdarahan, melena, hipertensi portal, koma
hepatikum, kanker hati. Sedangkan menurut Lovena, (2015) bahwa sirosis
hepatis sering disebabkan oleh hepatitis B, asites sebagai komplikasi
terbanyak.

Menurut hasil penelitian Stiphany, dkk, (2010- 2011) bahwa penderita sirosis
hati dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar (44,7%),
klasifikasi sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu yaitu
penyakit hati lainnya (25,2%), status komplikasi adalah tidak ada komplikasi
(52,4%), jenis komplikasi varises esophagus dan perdarahan (55,1%), sumber
biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata 9,31 hari, keadaan sewaktu
pulang pulang berobat jalan (72,8%).

Menurut hasil penilitian Riris, (2014), bahwa pada pasien sirosis hepatis
dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh terbukti status nutrisi dapat ditingkatkan, tidak terjadi
penurunan yang signifikan pada nilai albumin, dan tidak terjadi ensefalopati
hepatikum. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, (2013), beberapa
intervensi untuk menangani komplikasi yaitu memantau perdarahan,
memberikan oksigen, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik,

Poltekkes Kemenkes Padang


4

memantau asupan dan haluaran, memantau kadar serum elektrolit, dan


memantau status mental.

Menurut penelitian Rahayu, (2013), bahwa pada Tn.B dengan sirosis hepatis,
ditemukan masalah keperawatan yaitu pola napas tidak efektif, kelebihan
volum cairan, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah teknik napas dalam,
monitor berat badan, diet putih telur, dan diet nutrisi tinggi kalori dan protein.
Masalah keperawatan pola napas tidak efektif dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan teratasi, sedangkan kelebihan volum cairan teratasi
sebagian.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sirosis


hepatis terkait masalah nutrisi adalah dengan memberikan informasi pada
pasien dan keluarga tentang pentingnya diet tinggi protein, khususnya yang
banyak mengandung asam amino rantai cabang (AARC). Salah satu jenis
makanan yang kaya akan AARC adalah putih telur. Consensus European
Society for Clinical Nutrition and Metabolism merekomendasikan AARC
untuk terapi nutrisi pada ensefalopati hepatikum karena terbukti memperbaiki
klinis pada pasien sirosis lanjut (Tsiaousi, Hatzitolios, Trygonis, &
Savopoulos, 2008 dalam Riris, 2014). Perawat juga beperan dalam melakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik dan juga memantau intake
dan output cairan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan serta
melakukan tindakan mengukur lingkar perut setiap hari.

Berdasarkan data dari Rekam Medis RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang,


jumlah pasien yang di diagnosa Sirosis Hepatis mengalami naik turun pada 3
tahun terakhir. Pada tahun 2014 terdapat 64 pasien, tahun 2015 meningkat
menjadi 89 pasien dan tahun 2016 menurun menjadi 61 pasien.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017, di


RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang pada bulan januari ditemukan 3 orang
pasien, yaitu Ny.A, Tn.R, Tn.Ri. 2 orang pasien pulang dan Tn.Ri meninggal.
Sedangkan pada bulan februari ditemukan 3 orang pasien yaitu Tn.Z umur 58

Poltekkes Kemenkes Padang


5

tahun, Ny.E umur 41 tahun, Ny.N umur 54 tahun. Tn.Z dengan keluhan
bengkak pada salah satu tungkai, perawat sudah mengangkat diagnosa
kelebihan volume cairan. Perawat sudah melakukan tindakan sesuai rencana
keperawatan yaitu memonitor TTV, berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretik (lasix), dan memasang kateter. Namun pemantauan intake
output cairan pasien terabaikan. Pembatasan asupan cairan pasien harus
dipantau ketat. Ukur lingkar perut harian, pantau asupan dan keluaran harian.
Keluaran seharusnya sama atau melebihi asupan. Keseimbangan normal cairan
diantara ruang intraseluler dan ekstraseluler akan terjaga seperti tidak ada
hipovolemia, kadar serum albumin normal, penurunan lingkar perut, dan
pengukuran tekanan darah normal (Black & Hawks, 2009). Setelah dilakukan
evaluasi keperawatan, keandaan umum klien sedang dengan TD : 130/70
mmHg, urine pasien positif.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di IRNA NON BEDAH Penyakit


Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 2 juni 2017 ditemukan 2 orang
pasien di ruang penyakit dalam wanita, 1 orang pasien di ruang penyakit
dalam Pria, dan di HCU tidak ditemukan pasien. Sedangkan pada tanggal 6
Juni 2017 ditemukan pasien 1 orang di ruang penyakit dalam pria dengan
penurunan kesadaran juga Melena, di ruang penyakit dalam wanita tidak
ditemukan pasien dengan sirosis hepatis, dan di ruang HCU ditemukan pasien
2 orang yaitu Tn. Y dan Tn.A. Dimana Tn.A umur 59 tahun dengan
ensefalopati hepatikum juga melena dan Tn. Y umur 43 tahun dengan sirosis
hepatis dengan keluhan perut membucit dan nafas terasa sesak.

Berdasarkan uraian diatas peneliti telah melakukan Asuhan keperawatan pada


pasien dengan sirosis hepatis Ny.Y di ruang V interne RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang dan Tn.Y di ruang HCU Penyakit dalam Irna Non
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang Interne RS TK.III
Dr. Reksodiwiryo Padang dan di ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien Sirosis Hepatis
di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di ruang
HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


7

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien Sirosis Hepatis di


ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di ruang HCU
Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hepatis.
2. Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian berikutnya
untuk menambah pengetahuan dan data dasar untuk penelitian
selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Kasus
1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian
besar hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian
sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan
jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2008).
Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro sel hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).

Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian jaringan


hati normal dengan fibrosis yang menyebar, yang mengganggu struktur
dan fungsi hati. Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga
jenis: alkoholik, paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dan
jenis sirosis yang paling umum,; paskanekrotik, akibat hepatitis virus akut
sebelumnya; dan bilierm akibat obstruksi bilier kronis dan infeksi (jenis
sirosis yang paling jarang terjadi) (Brunnerd & Suddart, 2013).

Menurut Black & Hawks tahun 2009, Sirosis hepatis adalah penyakit
kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan
pembentukan nodul. Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan
metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit,
duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada
hepar yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan
pembentukan nodul.

8
Poltekkes Kemenkes Padang
9

2. Etiologi dan Faktor Risiko Sirosis Hepatis


Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun
demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang
menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel
hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang
menyebabkan sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
b. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif
lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus-menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.

3. Patofisiologi Sirosis Hepatis


Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada
banyak tipe cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi
noduler, dengan berkas fibrosis (jaringan parut) dan daerah kecil jaringan
regenerasi. Terdapat kerusakan luas hepatosit. Perubahan bentuk hati
merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik serta jalur duktus empedu.
Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu, endapan jauundis.

Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan


hematologik yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan
perdarahan, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Penderita sering
mengalami perdarahan hidung, gusi, menstruasi berat, dan mudah memar.
Masa protrombin dapat memanjang. Manifestasi ini terjadi akibat

Poltekkes Kemenkes Padang


10

berkurangnya pembentukan faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia,


leukopenia, dan trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme.
Limpa tidak hanya membesar (spelenomegali) tetapi juga lebih aktif
menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi. Mekanisme lain yang
menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin B 12, dan besi yang
terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan hemolisis
eritrosit. Penderita juga lebih mudah terserang infeksi.

Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis normal


sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada
hipoalbuminemia, yang dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam
ruang peritonium. Volume darah sirkulasi menurun dari kehilangan
tekanan osmotik koloid. Sekresi aldosteron meningkat lalu merangsang
ginjal untuk menahan natrium dan air. Sebagai akibat kerusakan
hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga
retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume
cairan asites meningkat.

Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta


menerima darah dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena
porta menyebabkan: (1) aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan
pelebaran vena esofagus, umbilikus, dan vena rektus superior, yang
mengakibatkan perdarahan varises (2) asites (akibat pergesaran
hidrostastik atau osmotik mengarah pada akumulasi cairan di dalam
peritoneum) dan (3) bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas
dengan akibat meningkat amonia, selanjutnya mengarah kepada
esefalopati hepatikum.

Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau


penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari
ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri (gram negatif) peritonitis (bakteri),
hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi porta.

Poltekkes Kemenkes Padang


11

Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal,


testis dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal.
Atrofi testis, ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema
palmaris (telapak tangan merah), semuanya diduga disebabkan oleh
kelebihan esterogen, dalam sirkulasi. Peningkatan pigmentasi kulit diduga
aktivitas hormon perangsang melanosit yang bekerja secara berlebihan.

Poltekkes Kemenkes Padang


4. WOC SIROSIS HEPATIS

Infeksi hepatitis kronis B/C hepatitis Kerusakan Perubahan aliran darah


Inflamasi hati Nekrosis hati Pembentukan jaringan ikat parut
kronik aktif hepatosit dan limfe dan modul2 pada parenkim hati
Penyalahgunaan alkohol/malnutrisi
Obstruksi Biliaris Gagal jantung sisi kanan jangka panjang
MK: Hipertermi, Resiko SIROSIS HEPATIS
Infeksi

Gagal Hati
Ggn. Metabolisme Penurunan absorpsi Ggn. Metabolisme Penururnan Penurunan metabolisme Perubahan aliran
karbohidrat dan lemak protein androgen & bilirubin dan/ kerusakan Ketidakmampuan metabolisme
Vit.K darah limfe
aldosteron bilier/ obstruksi amonia menjadi ureum
Sintesa albumin detoksifikasi Splenomegali
Penyimpanan glikogen MK:Resiko Perdarahan Hipertensi porta Ensefalopati
menurun Hiperbilirubinemia
hipoalbumin
Hepatikum
Penurunanan ADH Eritema palmaris, tak terkonjugasi Asites/ Asteriksis, perubahan
Anemia,
Hipoglikemia dan aldosteron atrofi testis, spider Edema Trombositopenia, pola tidur, nafas
detoksifikasi Penurunan Tek. buruk, Asidosis
angioma, Jaundis Leukopenia MK: Ketidakefektifan
Osmotik koloid Respiratorik
MK: Resiko Ketidakstabilan gula darah ginekomastia, perfusi jaringan
rambut rontokk, Gatal Varises Hemoroid Varises cerebral
Eksudat cairan Bingung
Esofagus Abdomen
MK: Kelebihan Volume Cairan perubahan
Superfisialis sampai koma
Sel kekurangan energi Asites/edema menstruasi Penurunan empedu,
MK: Resiko MK: Resiko
di dalam saluran GI Cidera
Perdarahan
Penurunan MK: Resiko dan penigkatan
Peningkatan Penyembuhan luka
MK: Ketidakseimbangan kekuatan otot pada Kerusakan Kematian
tekanan pada urobilinogen lambat
nutrisi kurang dari kebutuhan tungkai Integritas Kulit
diagframa
tubuh MK:
MK: Resiko
Feses bewarna
Infeksi Ketidakefektifan
MK: Gangguan MK: Ketidakefektifan seperti pucat, urine Perfusi Jaringan
MK: Kelelahan mobilitas fisik pola nafas bewarna gelap
Perifer

MK: Intoleransi Aktivitas

Sumber: BlackPoltekkes
& Hawks (2009) yang telah diolah kembali
Kemenkes
Poltekkes Kegmenkes Padang 12
13

4. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


a. Manifestasi Klinis
1) Sirosis terkompensasi: biasanya ditemukan secara sekunder dari
pemeriksaan fisik rutin, gejala samar.
2) Sirosis terdekompensasi: gejala penurunan protein, faktor
pembekuan dan zat lain serta manifestasi hipertensi porta.
3) Pembesaran hati di awal penyakit (hati berlemak) pada penyakit
lanjut, ukuran hati berkurang akibat jaringan parut.
4) Obstruksi asites portal: organ menjadi tempat bagi kongesti pasif
kronis terjadi dyspepsia dan perubahan fungsi usus.
5) Infeksi dan peritonit: tanda klinis mungkin tidak ada, diperlukan
tindakan parasentesis untuk menegakkan diagnosis.
6) Varises Gastrointestinal: pembuluh darah abdomen terdistensi dan
menonjol pembuluh darah disepanjang saluran GI terdistensi
varises hemoroid hemoragi dari lambung.
7) Edema.
8) Defisiensi vitamin (A, C dan K) dan anemia
9) Perburukan mental diikuti dengan ensefalopati hepatic dan koma
hepatik (Brunner & Suddart, 2013).
10) Eritema Palmaris
11) Spider Angioma
12) Jaundis (Black & Hawks 2009)

b. Komplikasi
Menurut Black & Hawks tahun 2009, komplikasi dari serosis hepatis
adalah sebagai berikut:
1) Hipertnsi Porta
Hipertensi porta terjadi ketika tekanan darah meningkat menetap
pada sistem vena porta hal tersebut sebagai akibat peningkatan
resistansi dan obstruksi aliran darah melalui sistem vena porta ke
dalam hati.

Poltekkes Kemenkes Padang


14

a) Etiologi dan faktor risiko


Vena porta kemungkinan tersumbat oleh thrombus tumor adalah
penyebab paling sering berikutnya. Faktor yang mungkin
menyebabkan hipertensi porta peningkatan resistensi terhadap
aliran, sirosis, hepatitis alkoholik, dll.
b) Patofisiologi
Aliran darah normal untuk dan dari hati bergantung pada fungsi
vena porta yang baik (70 % aliran masuk), arteri hepatik (30 %
aliran masuk), dan vena hepatik (aliran keluar) proses penyakit
yang merusak hati atau pembuluh darah utamanya atau perubahan
aliran darah melalui struktur ini bertanggung jawab bagi
perkembangan hipertensi porta. Hipertensi porta akibat dari
peningkatan aliran darah pada vena porta maupun peningkatan
resistansi terhadap aliran di dalam sistem vena porta.
c) Manifestasi Klinis
Pada klien dengan hipertensi porta, ketika pengkajian di dapatkan
jaringan pembuluh darah epigastrik sedikit berliku-liku yang
bercabang akhir pada daerah umbilikus serta kearah kedepan
sternum dan tulang rusuk, pelebaran, dan asites yang tipikal
tampak ketika penyakit ahati bersamaan.

2) Asites
a) Etiologi dan Faktor Resiko
Asites adalah akumulasi cairan di dalam ruang peritoneum akibat
interaksi beberapa perubahan patofisiologi. Hipertensi porta,
penurunan tekanan plasma osmotik koloid dan retensi natrium
semua berkontribusi terhadap kondisi ini.
b) Patofisiologi
Sebuah proses yang mengeblok aliran darah melalui sinusoid hati
ke vena hepatik dan vena cava menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam sistem vena porta. Sebagaimana tekanan
porta meningkat, plasma bocor langsung dari kapsul hati dan vena
porta kongesti ke dalam ruang peritoneum. Kongesti saluran limfa

Poltekkes Kemenkes Padang


15

terjadi, mengarah pada kebocoran lebih plasma ke dalam ruang


peritoneum. Kehilangan protein plasma ke dalam cairan asites
dari sistem vena porta mengurangi tekanan onkotik di dalam
kompratemen pembuluh darah. Penurunan tekanan onkotik
membatasi kemampuan sistem pembuluh darah menahan atau
mengumpulkan air.
c) Manifestasi Klinis
Cairan asites secara tipikal menyebabkan distensi perut, panggul
menonjol, serta umbilikus yang menonjol keluar dan ke bawah.
Meskipun akumulasi cairan asites banyak dan nyata, namun jika
jumlah kecil atau sedang lebih sulit untuk mendeteksi.

3) Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum merupakan gangguan SSP. Gangguan
mungkin tampak bersamaan dengan cedera hati berat atau gagal hati
atau setelah pembedahan puntasan portosistemik. Penyebab
gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk memetabolisme
ammonia untuk membentuk ureum sehingga ini dapat diekresikan.
a) Patofisiologi
Penyebabab spesifik ensefalopati hepatikum tidak diketahui, tapi
hal ini dirincikan oleh peningkatan kadar amonia dalam darah dan
cairan serebrospinal. Amonia dihasilkan dalam usus ketika
protein dipecah oleh bakteri, oleh hai dan dalam jumlah yang
lebih kecil, oleh getah lambung dan metabolisme jaringan perifer.
Ginjal adalah sumber amona lain di dalam adanya hipokalemia.
Implikasi lebih terkini penyebab ensefalopati adalah
neurotransmiter palsu, naiknya kadar mercaptan (kimia organik
yang mengandung radikal sulfhidril, terbentuk ketika molekul
oksigen dan alkohol diganti oleh sulfur ), fenol dan rantai pendek
asam lemak.
Secara normal, hati amonia ke dalam glutamin, yang disimpan
dalam hati dan kemudian diubah menjadi ureum dan diekresikan
melalui ginjal. Kadar amonia darah meningkat ketika sel hati

Poltekkes Kemenkes Padang


16

tidak mampu membentuk fungsi ini mungkin dikarenakan sel hati


rusak dan nekrosis. Ini juga mungkin akibat dari pintasan darah
dari sistem vena porta secara langsung kedalam sirkulasi vena
sistemik (pintasan hati). Pada kasus lain, sebagaimana kadar
amonia darah naik, banyak bahan tidak biasanya mulai terbentuk.
Beberapa bahan ini (misal oktopamn) tampak bertindak sebagai
neurotransmiter palsu di dalam SSP. Amonia juga adalah toksin
SSP, memengaruhi sel glia dan saraf, ini mengarah kepada
perubahan metabolisme dan fungsi SSP.
Sebuah proses yang meningkatkan protein di dalam intestinal,
seperti meningkatkan diet protein atau perdarahan GI,
menyebabkan peningkatan kadar amonia darah dan kemungkinan
gejala ensefalopati hepatikum pada klien dengan gagal
hepatoseluler atau yang telah menjalani pembedahan pintasan
portosistemik.
b) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ensefalopati hepatikum adalah secara primer
neurologis dan rentang dari kebingungan mental ringan sampai
koma dalam. Perubhan neurologis terjadi dengan akumulasi
amonia serebral atau perdarahan GI. Ensefalopati hepatikum
mengganggu memori, perhatian, konsentrasi, dan kecepatan
respons.
Pola terbalik sering terjadi, klien terbangun malam hari dan
mengantuk pada siang hari. Menulis dan ucapan menunjukkan
perubahansignifikan seperti terjadi penyimpangan intelektual.
Asteriksis mungkin ada. Pada beberapa klien dengan ensefalopati
hepatikum, hiperventilasi dengan alkalosis respiratorik
berkembang karena kadar amnia tinggi merangsang pusat
pernafasan. Adanya methylmercaptan menyebabkan bau
karakteristik pada pernafan yang disebut fetorhepaticus.
Sebagaiman perkembangan sindrom, tingkat kesadaran klien
perlahan berkurang, dan kebingungan menjadi lebih berat, namun,

Poltekkes Kemenkes Padang


17

tingkat depresi SSP umunya fluktasi. Koma akhirnya terjadi, yang


mendalam sampai tidak ada respons nyeri dan refleks kornea,
benar-benar tidak ada.
Berikut stadium ensefalopati hepatikum:
(a) Stadium 1
(1) Letih
(2) Gelisah
(3) Iritabel
(4) Penurunan tampilan intelektual
(5) Penurunan rentang perhatian
(6) Berkurangnya ingatan jangka pendek
(7) Perubahan kepribadian
(8) Pola tidur terbalik
(b) Stadium 2
(1) Penyimpangan dalam menulis
(2) Asteriksis
(3) Gngguan status mental
(4) Bingung
(5) Lemah
(6) Fetor hepaticus
(c) Stadium 3
(1) Bingung berat
(2) Ketidakmampuan mengikuti perintah
(3) Samnolen dalam, tapi dapat bangun
(d) Stadium 4
(1) Koma
(2) Tidak respons terhadap rangsangan nyeri
(3) Kemungkinan sikap tubuh dekortikasi atau deserebasi

Hasil laboratorium mnunukkan naiknya amonia darah dan kadag


glutamin cairan serebrospinal. Meskipun temuan ini membantu
mengomfirmasi diagnosis ensefalopati, tapi tidak spesifik.
Memantau kadar serum amonia, kadar elektrolit, gas darah, hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


18

tes fungsi hati (bilirubin, albumin, protrombin, dan enzim)


keseluruhan perjalanan penyakit. Temuan ini membantu
menentukan tingkat ketidakseimbangan dan tingkat cedera
hepatik.

c) Prognosis
Meskipun intervensi biasanya mengurangi ensefalopati
hepatikum, klien mungkin meninggal karena komplikasi sirkulasi
atau respirasi, infeksi, atau delirium dan kejang. Kematian terjadi
pada klien yang berkembang kerah koma dengan gagal hati.
Langkah-langkah dramatis mungkin dibutuhkan untuk
mengurangi kadar toksik amonia dalam darah. Cara tersebut
termasuk hemodialisis dan transfusi tukar, yang melibatkan
pembuangan pergantian sekitar 80% darah klien. Transplatasi hati
dilakukan pada kasus gagal hati fulminan.

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet
seimbang; diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol
Brunner & Suddart, (2013).
2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehtan.
Sering kali vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor
pembekuan (Black & Hawks, 2009).
3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk
menjaga volume plasma (Black & Hawks, 2009).

Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2014), penatalaksanaan medis


pada sirosis hepatis yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)

Poltekkes Kemenkes Padang


19

4) Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma


(FFP)
5) Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
6) Sedatif: fenobarbital (Luminal)
7) Pelunak feses : dekusat
8) Detoksikan Amonia: Laktulosa
9) Vitamin: zink
10) Analgetik: Oksikodon
11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
12) Endoskopik skleroterapi: entonolamin
13) Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada
perdarah aktif)
14) Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi
sekuensial.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai
berikut:
1) Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria,
dan hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok.
Selain itu untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera
fisik jatuh atau abrasi, dan diberikan suntikan hanya ketika benar-
benar diperlukan, menggunakan jarum sintik yang kecil.
Instruksikan klien untuk menghindari nafas hidung dengan kuat
dan mengejan saat BAB. Terkadang pelunak fases diresepkan
untuk mencegah mengejan dan pecahnya varises.
2) Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali
jaringan dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan
menghemat protein. Berikan suplemen vitamin biasanya pasien
diberikan multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan
injeksi Vit K untuk memperbaiki faktor bekuan.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

3) Meningkatkan pola pernapasan efektif


Edema dalam bentuk asites, disamping menekan hati dan
memengaruhi fungsinya, mungki juga menyebabkan nafas dangkal
dan kegagalan pertukaran gas, berakibat dalam bahaya pernafasan.
Oksigen diperlukan dan pemeriksaan AGD arteri. Posisi semi
fowler, juga pengkuran lingkar perut setiap hari perlu dilakukan
oleh perawat.
4) Menjaga keseimbangan volume cairan
Dengan adanya asites dan edema pembatasan asupan cairan klien
harus dipantau ketat. Memantau asupan dan keluaran, juga
mengukur lingkar perut.
5) Menjaga integritas kulit
Ketika tedapat edema, mempunyai resiko untuk berkembang
kemungkinan lesi kulit terinfeksi. Jika jaundis terlihat, mandi
hangat-hangat kuku dengan pemakai sabun non-alkalin dan
penggunaan lotion.
6) Mencegah Infeksi
Pencegahan infeksi diikuti dengan istirahat adekuat, diet tepat,
memonitor gejala infeksi dan memberikan antibiotik sesuai resep.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Kasus


Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara
ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah pasien,
merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul Effendy dalam
Andra, dkk. 2013).
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.

Poltekkes Kemenkes Padang


21

b. Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering
terungkap kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan
kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan
masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas
sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap
lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah.
(Black & Hawks, 2009)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh
komplikasi berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi,
GI muncul dari varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien
mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia
industri, sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
riwayat mengonsumsi alkohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada
keluarga yang menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
f. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya
mual, muntah.
2) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam
(melena) BAK : biasanya urine berwarna
gelap
3) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena
kelelahan

Poltekkes Kemenkes Padang


22

4) Pola Istirahat dan tidur


Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari
terbangun dan siang hari tertidur
5) Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya
kelelahan
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati
hepatikum akan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital
juga diperiksa untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kepala
Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit
perawatan diri
3) Wajah
Wajah biasanya tampak pucat
4) Mata
Biasanya sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
5) Hidung
Biasanya tampak kotor
6) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
7) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
8) Paru
a) Inspeksi : pasien terlihat sesak
b) Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c) Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya
hipersonor
d) Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada
akumulasi sekret.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

9) Jantung
a) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c) Auskultasi : biasanya normal
10) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasnya meningkat
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat
serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT,

Poltekkes Kemenkes Padang


24

kolinesterase serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah


arteri, biopsy.
10) Pemidaian ultrasonografi
11) Pemindaian CT
12) MRI
13) Pemindaian hati
radioisotope (Brunner &
Suddart, 2013)

2. Kemungkinan
diagnosa yang muncul
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan
pada diaframa.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid.
c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
pengetahuan dengan faktor pemberat
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
e. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak.
g. Resiko perdarahan
h. Resiko cidera
i. Resiko ketidakstabilan gula darah
j. Resiko Infeksi
k. Resiko kerusakan integritas kulit
l. Kelelahan berhungan produksi energi menurun.
m. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
n. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai.

(NANDA, 2015)

Poltekkes Kemenkes Padang


25

3. Intervensi
Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan Sirosis
Hepatis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan pada Kasus Sirosis Hepatis

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1. Ketidakefektifan a. Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
pola napas Ventilasi a. Posisikan pasien untuk
berhubungan Indikator : memaksimalkan
dengan Peningkatan 1) Respiratory rate ventilasi; posisi semi
tekanan pada dalam rentang fowler.
diaframa. normal b. Auskultasi bunyi
2) Tidak ada retraksi napas, catat jika
dinding dada adanya bunyinapas
3) Tidak mengalami tambahan.
dispnea saat c. Atur intake cairan
istirahat untuk mengoptimalkan
4) Tidak ditemukan keseimbangan.
orthopnea d. monitor adanya
5) Tidak ditemukan kecemasan pasien
atelektasis terhadap oksigenasi.
b. Status Pernafasan :
Kepatenan Jalan Terapi Oksigen
Nafas a. Bersihkan mulut,
Indikator : hidung, dan sisa
1) Respiratory rate sekresi
dalam rentang b. Siapkan peralatan
normal oksigen dan siapkan
2) Pasien tidak cemas humadifier
3) Menunjukkan jalan c. Monitor aliran oksigen
nafas yang paten d. Pastikan penggantian
masker atau kanul
sesuai kebutuhan
e. Sediakan oksigen
ketika pasien dibawa
atau dipindahkan
f. Amati tanda-tanda
hipoventilasi

Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
status vital sign.
Poltekkes Kemenkes Padang
26

c. Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.

Manajemen Cairan
a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume
cairan (edema, asites).
b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).

Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi
hati, muntah).
2. Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Elektrolit dan a. Pertahankan catatan
dengan penurunan Asam Basa intake dan output yang
tekanan osmotik Indikator : akurat
koloid. 1) Serum albumin, b. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, c. Monitor hasil Hb yang
Blood Urea sesuai dengan retensi
Nitrogen cairan (BUN, Hmt,
(BUN), dalam osmolaritas urin)
rentang normal. d. Monitor vital sign
2) pH urine, urine e. Monitor indikasi
sodium, urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, f. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal. g. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan
kelemahan otot. hitung intake kalori
4) tidak terjadi h. Monitor status nutrisi
disritmia. i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
interuksi

Poltekkes Kemenkes Padang


27

b. Keseimbangan j. Kolaborasikan dokter


Cairan jika tanda cairan
Indikator : berlebih muncul
1) Tidak terjadi memburuk
asites
2) Ekstremitas Monitor Cairan
tidak edema a. Tentukan riwayat
3) Tidak terjadi jumlah dan tipe intake
distensi vena cairan dan eliminasi
jugularis b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor TD, HR dan
RR
e. Monitor perubahan
irama jantung
f. Catat secara akurat
intake dan output
g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai
keperluan
i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
3. Ketidakeektifan a. Status Sirkulasi Manajemen asam basa
Perfusi Jaringan Indikator : a. Pertahankan kepatenan
Perifer berhubungan 1) Systolic blood akses selang IV
dengan Anemia pressure dalam b. Monitor gas darah
rentang normal arteri
2) Diastolic blood c. Monitor adanya
pressure dalam kegagalan pernafasan
rentang normal d. Monitor status
3) Pulse pressure hemodinamik
dalam rentang e. Monitor kehilangan
normal asam misalnya muntah,
4) CVP dalam retang pengeluaran NGT
normal f. Monitor status
5) MAP dalam neurologi
rentang normal g. Berikan terapi oksigen
6) Saturasi O2 dalam dengan tepat
rentang normal
7) Tidak asites

Poltekkes Kemenkes Padang


28

b. Perfusi Jaringan : Perawatan sirkulasi


Perifer a. Lakukan penilaian
Indikator : sirkulasi perifer (nadi,
1) CRT (jari edema, CRT ,warna
tangan dan dan suhu ekstermitas)
kaki) dalam b. Berikan agen inotropik
batas normal yang sesuai
2) Suhu kulit c. Berikan tranfusi darah
ekstremitas yang sesuai
dalam rentang d. Monitor nilai elektrolit,
normal BUN, dan kreatinin
3) Kekuatan setiap hari
denyut nadi
(karotis kanan Manajemen sensasi
dan kiri;brachial perifer
kanan dan kiri; a. Monitor sensasi panas
femur kanan dan dingin
dan kiri, radialis b. Monitor adanya
kanan dan kiri) parasthesia
dalam rentang c. Intruksikan pasien dan
normal keluarga memeriksa
4) Blood pressure adanya kerusakan kulit
dan MAP dalam d. Monitor tromboemboli
rentang normal dan tromboplebitis
pada vena

Managemen
Hipovolemia
a. Monitor adanya
hipotensi ortotastik dan
pusing saat berdiri
b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).

Poltekkes Kemenkes Padang


29

4. Resiko a. Status Sirkulasi Terapi Oksigen


ketidakefektifan Indikator: a. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 1) Tekanan sistole dan sekret trakea
serebral dan diastoleb. Pertahankan jalan
dalam rentang napas yang paten
yang diharapkan c. Atur peralatan
2) Tidak ada oksigenasi
tanda-tanda d. Monitor aliran oksigen
peningkatan e. Pertahankan posisi
tekanan pasien
intrakranial f. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
b. Perfusi jaringan: g. Monitor adanya
serebral kecemasan pasien
Indikator: terhadap oksigenasi
1) Mempertahanka
n tekanan Monitoring Peningkatan
intrakranial Intrakranial
2) Tekanan darah a. Monitor tekanan
dalam rentang perfusi serebral
normal b. Catat respon pasien
3) Tidak ada nyeri terhadap stimulasi
kepala c. Monitor tekanan
4) Tidak ada intrakranial pasien dan
muntah respon neurologi
5) Memonitor terhadap aktifitas
tingkat d. Monitor intake dan
kesadaran output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b. Monitor vital sign saat
pasien berbaring,
duduk, dan berdiri
c. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
d. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


30

e. Monitor kualitas dari


nadi
f. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
g. Monitor pola
pernapasan abnormal
h. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
i. Monitor sianosis
perifer
j. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
k. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
5. Kebutuhan nutrisi a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
kurang dari Indikator : a. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi makanan
berhubungan dalam rentang b. Kolaborasi dengan ahli
dengan penurunan normal gizi untuk menentukan
absorbsi vitamin, 2) Intake makanan jumlah kalori dan
karbohidrat dan dalam rentang nutrisi yang
lemak. normal dibutuhkan pasien
3) Intake minuman c. Anjurkan pasien untuk
dalam rentang meningkatkan Fe
normal d. Anjurkan pasien untuk
4) Rasio BB/TB meningkatkan protein
dalam rentang dan vitamin C
normal e. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
b. Status Nutrisi : tinggi serat untuk
Asupan Makanan mencegah konstipasi
dan Cairan f. Monitor jumlah nutrisi
Indikator : dan kandungan kalori
1) Asupan kalori, g. Kaji kemampuan
vitamin, mineral pasien untuk
2) Asupan protein, mendapatkan nutrisi
lemak, yang dibutuhkan
3) Asupan serat,
kalsium, sodium Manajemen Mual
4) Asupan a. Ajarkan pasien untuk
karbohidrat, asupan memonitor
zat besi pengalaman mualnya

Poltekkes Kemenkes Padang


31

c. Kontrol BB b. Ajarkan pasien untuk


Indikator : mempelajari strategi-
1) Adanya strategi untuk
peningkatan berat mengatur mualnya
badan sesuai c. Lakukan pengkajian
dengan tujuan lengkap terkait mual,
2) Berat badan ideal meliputi frekuensi,
sesuai dengan durasi, dan faktor
tinggi badan presipitasi.
3) Mampu d. Evaluasi pengalaman-
mengidentifikasi pengalaman mual
kebutuhan nutrisi pasien sebelumnya
4) Tidak ada tanda – e. Identifikasi faktor-
tanda malnutrisi faktor yang
5) Menunjukkan menyebabkan mual
peningkatan fungsi pasien sebelumnya
pengecapan dari f. Kolaborasi
menelan memberikan terapi anti
6) Tidak terjadi emetik yang diberikan
penurunan berat untuk menghindari
badan yang berarti terjadinya mual
g. Ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi
musik, distraksi,
acupressure untuk
mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien

Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan

Poltekkes Kemenkes Padang


32

mudah patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
6. Resiko perdarahan Blood coagulation Bleeding precaution
Indikator : a. Catat Hb/ Ht sebelum
a. Hemoglobin dan sesudah
dalam rentang perdarahan.
normal b. Monitor hasil
b. Hematocrit koagulasi, termasuk PT
dalam rentang (prothombin time),
normal PTT (pertial
c. Hematemesis thromboplastin time),
dalam rentang fibrinogen, jumlah
normal trombosit.
d. Blood in stool c. Pertahankan bedrest

Poltekkes Kemenkes Padang


33

dalam rentang selama perdarahan.


normal d. Gunakan sikat gigi
yang lembut untuk oral
hygiene.
e. Koordinasikan waktu
tindakan invasive
plasma darah/
trombosit, jika
diperlukan.
f. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan kaya vitamin
K.
g. Instruksikan kepada
pasien dan atau
keluarga jika ada tanda
perdarahan, laporkan
segera ke perawat.
7. Resiko cidera a. Risk Kontrol Environment
Indikator: Management
a. Klien terbebas a. Sediakan lingkungan
dari cidera yang aman untuk
b. Klien mampu pasien
menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
cara atau keamanan pasien
metode untuk sesuai dengan kondisi
mencegah fisik
cidera c. Dan fungsi kognitif
c. Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit dahulu
faktor resiko pasien
dari lingkungan d. Memasang side rail
d. Menggunakan tempat tidur
fasilitas e. Menyediakan tempat
kesehatan yang tidur yang aman dan
ada bersih
e. Mampu f. Membatasi
mengenali pengunjunng
perubahan status g. Memberikan
kesehatan penerangan yang
cukup
b. Kejadian jatuh h. Berikan penjelasan
Indikator: pada pasien dan
a. Klien tidak keluarga atau
terjatuh ketika pengunjung adanya
transfer perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.

Poltekkes Kemenkes Padang


34

b. Klien tidak
terjatuh dari
tempat tidur

8. Resiko Blood glucose level Hyperglikemi


ketidakstabilan gula Indikator : management
darah a. Blood glucose a. Monitor kadar glukosa
dalam rentang darah.
normal b. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemi
(seperti : poliuria,
polidipsi, poliphagia,
keletihan, latergi,
malaise, sakit kepala).
c. Atur cairan oral/ atur
pemasukan cairan
melalui oral.
d. Monitor status cairan
(intake dan output)
dengan tepat.
e. Bantu pasien
menafsirkan kadar
glukosa darah.

Management
Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa
gula darah sesuai
dengan indikasi
b. Monitor tanda dan
gejala hipoglikemia
(misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
takikardi, menggigil,
pucat, mual, sakit
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

9. Resiko infeksi a. Immune status Infection Control


Indikator : (Kontrol Infeksi)
1) Suhu tubuh a. Bersihkan lingkungan
dalam batas setelah dipakai pasien
normal lain
2) Leukosit dalam b. Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
c. Instruksikan kepada
b. Nutrition Status pengunjung untuk
Indikator mencuci tangan saat
1) Asupan berkunjung dan
makanan setelah berkunjung
meningkat meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun
c. Risk control antimikroba untuk
Indikator: mencuci tangan
1) Klien bebas dari e. Cuci tangan setiap
tanda dan gejala sebelum dan setelah
infeksi melakukan tindakan
2) Mendeskripsika f. Gunakan baju, sarung
n proses tangan sebagai alat
penularan pelindung
penyakit g. Pertahankan
3) Menunjukkan lingkungan aseptik
kemampuan selama pemasangan
untuk mencegah alat
timbulnya h. Berikan terapi
infeksi antibiotik bila perlu
4) Menunjukkan i. Monitor tanda dan
perilaku hidup gejala infeksi sistemik
sehat dan lokal
j. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
k. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
l. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
m. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan cara
menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
Monitor Nutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


36

c. Monitor diet dan


asupan kalori
d. Monitor tugor kulit
e. Monitor berat badan
10 Resiko kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Indikator : yang longgar
1) Integritas kulit b. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastic agar tetap bersih dan
sitas, temperature, kering
hidrasi, pig d. Mobilisasi pasien
mentasi) (ubah posisi pasien
2) Tidak ada luka/ lesi setiap dua jam sekali)
pada kulit e. Monitor kulit akan
3) Perfusi jaringan danya kemerahan
baik f. Oleskan lotion atau
4) Menunjukkan minyak baby/baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah g. Monitor aktivitas dan
terjadinyacedera mobilisasi pasien
berulang h. Monitor status nutrisi
5) Mampu melindungi pasien
kulit dan i. Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit hangat
dan perawatan
alami Perawatan Tirah Baring
a. Jelaskan alasan
diperlukannya tirah
baring.
b. Ajarkan latihan
ditempat tidur dengan
cara yang tepat.
c. Aplikasikan papan
unuk kaki di tempat
tidur.

Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
tekstur, edema.
b. Monitor warna dan
suhu kulit.

Poltekkes Kemenkes Padang


37

c. Monitor kulit adanya


ruam dan lecet.
d. Monitor sumber
tekanan dan gesekan
e. Monitor infeksi
terutama di daerah
edema
11 Intoleransi aktifitas a. Energy conservation Energy Management
. berhubungan Indikator : a. Tentukan keterbatasan
dengan kelelahan. 1) Menunjukkan pasien terhadap
keseimbangan aktivitas
antara aktivitas b. Tentukan penyebab
dengan istirahat lain dari kelelahan
2) Menggunakan c. Dorong pasien untuk
teknik mengungkapkan
3) Mengenali perasaan tentang
keterbatasan energi keterbatasannya
4) Menyesuaikan d. Observasi nutrisi
gaya hidup sesuai sebagai sumber energi
tingkat energi yang adekuat
5) Mempertahankan e. Observasi respon
gizi yang cukup jantung-paru terhadap
6) Melaporkan aktivitas (misalnya
aktivitas yang takikardia, disritmia,
sesuai dengan dispnea, pucat, dan
energi frekuensi pernafasan)
f. Batasi stimulus
b. Activity tolerance lingkungan (misalnya
Indikator : pencahayaan, dan
1) Saturasi oksigen kegaduhan)
saat melakukan g. Dorong untuk lakukan
aktivitas periode aktivitas saat
membaik/dalam pasien memiliki
rentang normal banyak tenaga.
2) nadi saat h. Rencanakan periode
melakukan aktivitas saat pasien
aktivitas dalam memiliki banyak
rentang normal tenaga
3) tidak sesak napas i. Hindari aktivitas
saat melakukan selama periode
aktivitas istirahat
4) tekanan darah saat j. Dorong pasien untuk
melakukan melakukan aktivitas
aktivitas dalam sesuai sumebr energi
rentang normal k. Instruksikan pasien
5) mudah melakukan atau keluarga untuk
ADL mengenal tanda dan
gejala kelelahan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


38

c. Self Care : ADLs memerlukan


Indikator : pengurangan aktivitas.
1) Mampu melakukan l. Bantu pasien atau
ADL secara keluargauntuk
mandiri (seperti menentukan tujuan
makan, memakai akhir yang realistis
baju,toileting, m. Evaluasi program
mandi, berdandan, peningkatan tingkat
menjaga aktivitas
kebersihan, oral
hygiene, berjalan, Activity Therapy
berpindah tempat) a. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencakan program
terapi yang tepat

b. Bantu klien untuk


mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
c. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
d. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivasi
seperti kursi roda
f. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


39

i. Sediakan penguat
positif bagi yang aktif
beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
12 Gangguan mobilitas a. Toleransi Aktivitas Exercise Therapy:
. fisik berhubungan 1) TTV dalam ambulation
dengan edema retang normal a. Monitoring vital sign
tungkai. 2) Kekuatan tubuh sebelum dan sesudah
bagian bawah latihan dan lihat
b. Berat Badan: Masa respon pasien saat
tubuh latihan
Indikator : b. Konsultasikan dengan
1) Berat badan terapi fisik tentang
dalam rentang rencana ambulasi
normal sesuai dengan
kebutuhan
c. Partisipasi latihan c. Kaji kemapuan pasien
1) Mempertahan dalam mobilisasi
keseimbangan d. Latih pasien dalam
cairan pemenuhan kbeutuhan
2) Ikut serta dalam ADLs secara mandiri
latihan untuk sesuai kemampuan
mempertahanka pasien
n keseimbangan e. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
f. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
g. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
(Sumber: NOC. 2013; NIC. 2013)

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan bentuk Studi
Kasus, yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas
atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan tentang
Asuhan Keperawatan pada Pasien Sirosis Hepatis di Ruang Interne RS TK.III
Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada bulan Januari sampai Juni 2017. Waktu untuk studi kasus
yang dilakukan di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang yaitu
tanggal 22-26 Mei 2017. Sedangkan waktu untuk studi kasus yang dilakukan
di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
yaitu tanggal 6-10 Juni 2017.

C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi ini bersifat universal / umum (Sugiyono. 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa medis
sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang dan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
yang dirawat pada bulan Januari sampai Juni 2017. Berdasarkan data dari
Rekam Medis di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang didapatkan pasien ± 3
orang perbulan. Pada saat dilakukan penelitian di RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang di temukan hanya 1 pasien di bulan Mei yaitu Ny.Y

40
Poltekkes Kemenkes Padang
41

dengan sirosis hepatis. Sedangkan di RSUP M. Djamil Padang ditemukan 3


orang pasien dengan sirosis hepatis di ruang penyakit dalam IRNA NON
BEDAH, berasarkan kriteria inklusi hanya 1 orang yang sesuai yaitu Tn.Y
dengan sirosis hepatis.

2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo. 2012). Sampel pada penelitian ini yaitu responden 1 (Ny.Y)
dengan diagnosa medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan responden 2 (Tn.Y) dengan diagnosa
medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling,


yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti untuk mewakili
karakteristik populasi (Nursalam, 2015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden.
2) Pasien dengan masalah sirosis hepatis
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari lima hari.

D. Metode Pengumpulan Data


Menurut Sujarweni W (2014), Metode pengumpulan data kualitatif yaitu
meliputi :
1. Wawancara
Proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan
menggunakan cara tanya jawab sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap
muka yaitu melalui media telekomunikasi antara pewawancara dengan
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan identitas

Poltekkes Kemenkes Padang


42

pasien, riwayat kesehatan pasien dan pola aktivitas sehari-hari dirumah


terhadap pasien.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan penelitian, membantu mengerti perilaku
manusia, dan juga evaluasi. Evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,
kondisi atau suasana tertentu. Pada penelitian ini obeservasi dilakukan
untuk pemeriksaan fisik pasien secara inspeksi, palpasi perkusi dan
auskultasi, memantau intake dan output, memantau keadaan edema,
memantau hasil laboratorium terkait sirosis hepatis seperti pemeriksaan
darah lengkap dan pemeriksaan laboratorium lainnya serta memonitor
bagaimana perubahan kesehatan dari pasien.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah
besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.sebagian besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip foto
dan sebagainya. Data jenis ini merupakan sifat utama tak terbatas pada
ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang
terjadi si masa silam. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari
rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan agar
mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah
lengkap meliputi nilai albumin serum, kolesterol, hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan elektrolit.
4. Pengukuran
Pada penelitian ini dilakukan pemantau kondisi pasien dengan metoda
pengukuran menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran tanda-tanda vital, menimbang berat badan, melakukan
pengukuran lingkar perut.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

E. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian keperawatan medikal bedah, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari thermometer, penlight, stetoskop.
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah
1. Nursing kit
Nursing kit digunakan untuk mengumpulkan data tanda- tanda vital
pasien. Komponen yang termasuk kedalam nursing kit berupa : tensimeter,
stetoskop, thermometer, pen light, tali pengukur (meteran) dan reflek
hummer.

2. Frormat pengkajian keperawatan


Format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Proses keperawatan menurut Poter dan Perry (2012) meliputi :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Pengkajian dilakukan ketika pasien baru masuk pertama
kalinya di fasilitas kesehatan (rumah sakit). Bentuk umum yang
digunakan dalam format pengkajian sebagai berikut:
1) Format tanya jawab
Format tanya jawab biasanya pertanyaan-pertanyaan bersifat
umum (identitas pasien seperti nama, jumlah anggota keluarga,
ataupun riwayat kesehatan seperti penyakit yang pernah diderita),
ataupun yang lebih pribadi (seperti status keuangan, spiritual,
seksual).
2) Pengkajian lanjutan
Pengkajian lanjutan dilakukan secara terus menerus selama proses
keperawatan diberikan, sehingga data ini adalah data yang up to
date. Data ini biasa dicatat dalam format tertentu yang disebut
dengan flow sheet. Contoh dalam pengkajian lanjutan adalah

Poltekkes Kemenkes Padang


44

pengkajian tanda-tanda vital yang diambil dalam periode tertentu.


Format flow sheet memungkinkan perawat untuk melihat apakah
terdapat perubahan kondisi pasien di periode yang berbeda.
3) Pengkajian ulang
Pengkajian ulang dilakukan setelah intervensi dilakukan.
Pengkajian ini dapat ditulis pada format catatan keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat. Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang
telah ada dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan
sebagai berikut:
1) Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan
penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang
didapat dari perkataan pasien atau keluarga, biasanya apa yang
dikeluhkan dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat
berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik. (format
terlampir)
2) Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
adalah PES (problem+etiologi+sympton) dan menggunakan istilah
diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format
terlampr).
3) Intervensi
Rencana asuhan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana asuhan

Poltekkes Kemenkes Padang


45

keperawatan terdiri dari beberapa komponen diantaranya diagnosa


keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
4) Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan disesuaikan, terdiri dari hari dan tanggal dilakukan
implementasi keperawatan, diagnosa keperawatan, tindakan
keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan, dan tanda tangan
yang melakukan implementasi keperawatan.
5) Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan data subjek dan
objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga
untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil
yang diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan. Evaluasi
terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal,
diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang
mengevaluasi tindakan keperawatan.

F. Jenis dan Pengumpulan Data


1. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Data sekunder dapat berupa bukti rawat pasien, data penunjang

Poltekkes Kemenkes Padang


46

(hasil labor dan diagnostik), catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

2. Langkah-Langkah Pengumpulan Data


Adapun langkah langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendari ke RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan
ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Meminta izin ke Kepala RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Interne RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang dan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien dengan kasus
sirosis hepatis.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian.
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk dijadikan
responden dalam penelitian.
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya.
i. Responden atau keluarga menandatanggani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan
pamit.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

G. Analisis
Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Tekstual.
Rencana analisis dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pasien dengan sirosis hepatis. Data yang di dapat pada
pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan sampai evaluasi. Hasil tindakan akan
dinarasikan dan dibandingkan antara responden 1 dan responden 2 kemudian
di analisis semua dengan teori keperawatan. Analisa yang dilakukan berguna
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV

DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN HASIL

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang diruang Interne
pada tanggal 22-26 Mei 2017. Penelitian ini juga dilakukan di RSUP Dr. M.
Djamil Padang di HCU Penyakit Dalam IRNA NON BEDAH pada tanggal 6
Juni 2017 sampai 10 Juni 2017.

B. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan pada dua responden, yaitu Ny.Y sebagai responden
1 di ruang V Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan Tn.Y sebagai
responden 2 di HCU Penyakit Dalam IRNA NON BEDAH RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi
keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi
dokumentasi serta pemeriksaan fisik.

1. Pengkajan
Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan
dituangkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan Responden 1 dan Responden 2

Proses Asuhan
Responden 1 Responden 2
Keperawatan
A. Pengkajian Pasien (Ny. Y) berumur 58 Pasien (Tn. Y) berumur 43
1. Identifikasi tahun, status perkawinan tahun, status perkawinan
Pasien menikah. Pendidikan pasien menikah. Pendidikan pasien
SD. Pasien bekerja sebagai SMP. Pasien bekerja sebagai
IRT. No MR: 184925 Pasien Petani. No MR: 98-05-38
ditemani oleh Ny.D sebagai Pasien ditemani oleh Ny.J
anak kakak pasien. sebagai isteri pasien.

48
Poltekkes Kemenkes Padang
49

2. Riwayat Pasien masuk RS TK.III Dr. Pasien masuk RSUP Dr. M.


Kesehatan Reksodiwiryo Padang pada Djamil Padang melalui IGD
Pasien tanggal 19 Mei 2017 pukul pada tanggal 5 Juni 2017
a. Keluhan 11.00 WIB, melalui IGD yang pukul 20.18 WIB yang
Utama merupakan pasien rujukan dari merupakan pasien rujukan
RSUD Painan dengan keluhan dari RSUD Painan, dengan
Perut membuncit, mual dan keluhan Perut membuncit
muntah sejak ± seminggu yang nafas sesak sejak ± 2 minggu
lalu. yang lalu. Di IGD pasien
mengalami penurunan
kesadaran, tingkat kesadaran
samnolen dengan GCS E=3 V
=3 M=3, pasien demam ± 3
hari yang lalu
b. Riwayat Pada saat pengkajian tanggal Pada saat pengkajian tanggal
Kesehatan 22 Mai 2017 pukul 15.00 WIB 6 Juni 2017 pukul 13.30 WIB
Sekarang di ruang V Interne, pasien di ruang HCU Interne, pasien
mengatakan perut membuncit, mengatakan perut
perut terasa penuh dan membuncit, perut terasa
membuat nafasnya terasa penuh dan membuat nafasnya
sesak. Pasien mengatakan terasa sesak. Pasien
nafsu makannya menurun, mengatakan nafsu makannya
pasien juga mengatakan selama menurun, pasien juga
sakit badannya terasa semakin mengatakan selama sakit
kurus. Pasien mengatakan tidak badannya terasa semakin
mampu bergerak banyak, kurus. Pasien mengatakan
badannya terasa lemah dan tidak mampu bergerak
sulit beraktivitas. Pasien banyak, badannya terasa
mengeluhkan batuk kering. lemah dan sulit beraktivitas.
Pasien mengatakan mual dan Tingkat kesadaran Compos
muntah tidak ada lagi. Mentis Kooperatif dengan
jumlah GCS E=4 V=5 M=6.

c. Riwayat Pasien merupakan rujukan dari Pasien merupakan rujukan


Kesehatan RSUD Painan, Pesisir Selatan. dari RSUD Painan, Pesisir
Dahulu Pasien mengatakan tidak Selatan. Pasien mengatakan
pernah menderita penyakit tidak pernah menderita
kuning sebelumnya dan pasien penyakit kuning sebelumnya
mengatakan sudah pernah lebih dan pasien mengatakan sudah
dari 3 kali dirawat di rumah pernah dirawat sebanyak 2
sakit dengan keluhan yang kali di rumah sakit dengan
sama. Pasien mengatakan tidak keluhan yang sama. Pasien
pernah menderita penyakit mengatakan tidak pernah
Diabetes Melitus, Hipertensi menderita penyakit Diabetes
Sebelumnya. Pasien Melitus, Hipertensi
mengatakan sudah ± 1 tahun Sebelumnya. Pasien
menderita penyakit seperti ini. mengatakan baru 1 kali
Pertama kali pasien melakukan disedot cairan yaitu saat

Poltekkes Kemenkes Padang


50

penyedotan cairan pada bulan pasien mengetahui


januari 2017 setelah itu dalam penyakitnya pada bulan April
beberapa bulan ini pasien 2017 . Dahulu pasien sering
melakukan penyodatan cairan mengkonsumsi kopi dan
sekali sebulan. Dahulu pasien minuman yang bergas-gas.
sering mengkonsumsi Pasien mengatakan sering
minuman yang bergas-gas. bergadang pada malam hari.
d. Riwayat Pasien mengatakan tidak ada Pasien mengatakan tidak ada
Kesehatan anggota keluarga yang anggota keluarga yang
Keluarga memiliki penyakit serupa memiliki penyakit serupa
seperti pasien. Pasien juga seperti pasien. Pasien juga
mengatakan tidak ada anggota mengatakan tidak ada
keluarga yang pernah memiliki anggota keluarga yang pernah
Hepatitis sebelumnya. memiliki penyakit Hepatitis
sebelumnya.
e. Aktivitas 1) Pola Nutrisi 1) Pola Nutrisi
Sehari- Ketika sehat pasien Ketika sehat pasien
hari mengatakan makan 3x mengatakan makan 3x
sehari, pasien makan sehari, pasien makan
dengan telur, lauk, dan dengan telur, lauk, dan
sayur, pasien mengahbiskan sayur, pasien
makanan 1 porsi makanan. mengahbiskan makanan ½
Sedangkan ketika di RS porsi makanan. Sedangkan
pasien makan 3x sehari, ketika di RS pasien makan
dengan Diet ML, yaitu 3x sehari, dengan Diet
dengan nasi lunak+ ayam + MC DH I melalui NGT.
sayur + buah+ telur rebus,
Pasien menghabiskan
makanan ½ porsi.

2) Pola Eliminasi 2) Pola Eliminasi


Pada saat sehat pasien Pada saat sehat pasien
mengatakan BAB 1x sehari, mengatakan BAB 1x
BAB bewarna kuning, BAK sehari, BAB bewarna
± 5x sehari. Sedangkan saat kuning, BAK ± 5x sehari.
di RS pasien mengatakan Sedangkan saat di RS
BAB 1x 2 hari, BAB pasien mengatakan BAB
bewarna kuning, konstitansi 1x sehari, BAB bewarna
lembek, BAK ±500 selama kuning, konstitansi
8 jam, Urine berwarna lembek, BAK8-12x
kuning, pasien terpasang selama 24 jam, Urine
kateter. berwarna pekat. Pasien
tidak terpasang kateter.
3) Pola istirahat dan tidur
Selama dirawat pasien tidur 3) Pola istirahat dan tidur
±7-8 jam perhari. Pasien Selama dirawat pasien
mengatakan kadang-kadang tidur ±7-8 jam perhari.
sulit tidur karena sesak Pasien mengatakan

Poltekkes Kemenkes Padang


51

nafas. kadang-kadang sulit tidur


karena sesak nafas.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan selama 4) Pola Aktivitas dan Latihan
sakit aktivitas sehari-harinya Pasien mengatakan selama
dibantu oleh keluarga dan sakit aktivitas sehari-harinya
perawat diruangan. Pasien dibantu oleh keluarga dan
mengatakan tidak bisa perawat diruangan. Pasien
banyak beraktivitas karena mengatakan tidak bisa banyak
akan merasa sesak nafas. beraktivitas karena akan
merasa sesak nafas.
f. Pemeriksa Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan
an Fisik pemeriksaan fisik pada pasien pemeriksaan fisik pada pasien
pengukuran tanda tanda vital pengukuran tanda tanda vital
didapatkan TD : 110/70 didapatkan TD; 115/61
mmHg, Nadi : 78x/ menit, mmHg, N; 125x/i, S; 37 0C,
Nafas : 28x/ menit, Suhu : 36.5 RR; 24x/i. Keadaan umum
celcius. Keadaan umum pasien pasien lemah dengan GCS 15,
lemah dengan GCS 15, tingkat tingkat kesadaran
kesadaran composmentis composmentis kooperatif.
kooperatif. BB: 30 kg, TB: 150 BB: 55 kg, TB: 165 cm.
cm. IMT= 13,33. Konjungtiva IMT= 20,20. Konjungtiva
pasien tampak pucat, skelra pasien tampak pucat, skelra
tampak ikterik, leher tidak tampak ikterik, leher tidak
teraba pembesaran kelenjer teraba pembesaran kelenjer
tyroid, tidak teraba pembesaran tyroid, tidak teraba
kelenjar getah bening. pembesaran kelenjer getah
Pemeriksaan dada tampak bening. Pemeriksaan dada
simetris kiri dan kanan, tampak simetris kiri dan
fremitus kiri dan kanan sama, kanan, fremitus kiri dan
perkusi sonor diseluruh kanan sama, perkusi sonor
lapangan paru, bunyi diseluruh lapangan paru,
pernapasan pasien vesikuler, bunyi pernapasan pasien
tidak ada wheezing dan ronkhi. vesikuler, tidak ada wheezing
Shifting dullness positif, hepar dan ronkhi. Shifting dullness
teraba membesar. Pasien positif, hepar teraba
terpasang kateter. Tidak membesar. Pasien tidak
terdapat udem pada terpasang kateter. Tidak
ekstermitas, dan telapak tangan terdapat udem pada
tampak memerah atau eritema ekstermitas, dan telapak
palmaris. tangan tampak memerah atau
eritema palmaris.
g. Pemeriksa Hasil laboratorium tanggal 19 Hasil Laboratorium tanggal 5
an Mei 2017 menunjukkan Juni 2017 menujukkan
Laboratori Hemoglobin 10,8 g/dl (Nilai Hemoglobin 8,9 g/dl (Nilai
um normal pada Wanita 12-16), Normal pada Pria 14-18),
Leukosit 16.060 /mm3 (Nilai Leukosit 20.540 /mm3 (Nilai
normal 5000-10.000), normal 5000-10.000),

Poltekkes Kemenkes Padang


52

Trombosit 262.000 /mm3, Trombosit 137.000 /mm3


Hematokrit 31,5 %. Pada (Nilai normal 150.000-
tanggal 20 Mei 2017 Ureum 400.000), Hematokrit 25%
darah 32,5 mg/dl (Nilai normal(Nilai normal 40-48). Total
10-50), Kreatinin 0,4 mg/dl Protein 5,4 g/dl (Nilai normal
(Nilai normal 0,6-1,1) SGOT 6,6- 8,7), Albumin 2,3 g/dl
43,1 u/l (Nilai normal <38) (Nilai normal 3,6-5,0).
SGPT 18,7 u/l (Nilai normal Ureum darah 30 mg/dl (Nilai
<41) normal 10-50), kreatinin
darah 0,7 mg/dl (Nilai normal
0,6-1,1), Natrium darah 102
Mmol/l (Nilai normal 136-
145). Kalium 4,6 Mmol/L
(Nilai normal 3,5-5,1)
Tanggal 6 juni 2017
menunjukkan bilirubin total
8,9 mg/dl (Nilai normal 0,3-
1,0), SGOT 292 u/l (Nilai
normal <38), SGPT 392 u/l
(Nilai normal <41) , HbSAg
positif (Normal negatif)
h. Program 1:1/12 jam: Aminofusin hepar, 1:1/12 jam: Comafusin :
Pengobata Triofusin Triofusin
n Ceftriaxone 2x1 gr IV Nacl 3% 12 jam/kolf 1 kali
Lasix 1x1am IV pemberian
Dulcolax Sup 2 mulai tanggal Nacl 0,9 % setelah Nacl 3%
23 Mei 2017 habis
Curcuma 3x1 P.O Ceftriaxone 1x2 gr IV
Modopar 3x1 P.O Modopar 3x1 P.O
Spirinolactone 2x100 P.O Spirinolactone 1x100 P.O
Propanolol 1x10 P.O
Lactulosa Syr 3x1 P.O

Poltekkes Kemenkes Padang


53

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan
berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini diagnosa keperawatan
yang ditegakkan.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan Responden 1 dan Responden 2

Responden 1 Responden 2
1. Ketidakefektifan pola napas 1. Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan penurunan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru. ekspansi paru.
2. Kelebihan volume cairan 2. Kelebihan volume cairan berhubungan
berhubungan dengan penurunan dengan penurunan tekanan osmotik
tekanan osmotik koloid. koloid.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. dengan intake yang tidak adekuat.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan 4. Resiko Infeksi berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia, Malnutrisi Anemia, Leukopenia, Malnutrisi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan 5. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelelahan dengan kelelahan

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua responden mengacu
pada NIC dan NOC berdasarkan hasil studi dokumentasi status responden
1 dan responden 2 adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini;

Tabel 4.3
Rencana Keperawatan Responden 1 dan Responden 2
Responden 1 Responden 2
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru penurunan ekspansi paru
NOC: NOC:
c. Status Pernafasan : Ventilasi a. Status Pernafasan : Ventilasi
Indikator : Indikator :
6) Respiratory rate dalam rentang 1) Respiratory rate dalam rentang
normal normal
7) Tidak ada retraksi dinding dada 2) Tidak ada retraksi dinding dada
8) Tidak mengalami dispnea saat 3) Tidak mengalami dispnea saat

Poltekkes Kemenkes Padang


54

istirahat istirahat
9) Tidak ditemukan orthopnea 4) Tidak ditemukan orthopnea
10) Tidak ditemukan atelektasis 5) Tidak ditemukan atelektasis
d. Status Pernafasan : Kepatenan b. Status Pernafasan : Kepatenan
Jalan Nafas Jalan Nafas
Indikator : Indikator :
4) Respiratory rate dalam rentang 1) Respiratory rate dalam rentang
normal normal
5) Pasien tidak cemas, 2) Pasien tidak cemas,
Menunjukkan jalan nafas yang Menunjukkan jalan nafas yang
paten paten

NIC NIC
Manajemen Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
e. Posisikan pasien untuk a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi; posisi memaksimalkan ventilasi; posisi
semi fowler. semi fowler.
f. Auskultasi bunyi napas, catat b. Auskultasi bunyi napas, catat jika
jika adanya bunyinapas adanya bunyinapas tambahan.
tambahan. c. Atur intake cairan untuk
g. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
mengoptimalkan keseimbangan. d. monitor adanya kecemasan
h. monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
pasien terhadap oksigenasi.

Terapi Oksigen Terapi Oksigen


g. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa a. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa
sekresi sekresi
h. Siapkan peralatan oksigen dan b. Siapkan peralatan oksigen dan
siapkan humadifier siapkan humadifier
i. Monitor aliran oksigen c. Monitor aliran oksigen
j. Pastikan penggantian masker atau d. Pastikan penggantian masker atau
kanul sesuai kebutuhan kanul sesuai kebutuhan
k. Sediakan oksigen ketika pasien e. Sediakan oksigen ketika pasien
dibawa atau dipindahkan dibawa atau dipindahkan
l. Amati tanda-tanda hipoventilasi f. Amati tanda-tanda hipoventilasi

Monitor TTV Monitor TTV


d. Monitor vital sign. a. Monitor vital sign.
e. Identifikasi perubahan status b. Identifikasi perubahan status vital
vital sign. sign.
f. Monitor frekuensi nafas dan c. Monitor frekuensi nafas dan
irama pernapasan. irama pernapasan.

Manajemen Cairan Manajemen Cairan


e. Monitor indikasi dari kelebihan a. Monitor indikasi dari kelebihan
volume cairan (edema, asites). volume cairan (edema, asites).

Poltekkes Kemenkes Padang


55

f. Nilai luas dan lokasi edema. b. Nilai luas dan lokasi edema.
g. Monitor vital sign. c. Monitor vital sign.
h. Monitor hasil labor yang sesuai d. Monitor hasil labor yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, Hb, dengan retensi cairan (BUN, Hb,
Ht, osmolalitas). Ht, osmolalitas).

Monitor Cairan Monitor Cairan


Tentukan kemungkinan faktor resiko Tentukan kemungkinan faktor resiko
dari ketidakseimbangan cairan dari ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi hati, (terapi diuretik, disfungsi hati,
muntah). muntah).

Diagnosa 2: Kelebihan volume Diagnosa 2: Kelebihan volume


cairan berhubungan dengan cairan berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik penurunan tekanan osmotik
koloid koloid

NOC NOC
f. Keseimbangan Elektrolit dan a. Keseimbangan Elektrolit dan
Asam Basa Asam Basa
Indikator : Indikator :
5) Serum albumin, kreatinin, 1) Serum albumin, kreatinin,
hematokrit, Blood Urea hematokrit, Blood Urea
Nitrogen (BUN), dalam Nitrogen (BUN), dalam
rentang normal. rentang normal.
6) pH urine, urine sodium, urine 2) pH urine, urine sodium,
creatinin,urine osmolarity, urine creatinin,urine
dalam rentang normal. osmolarity, dalam rentang
7) tidak terjadi kelemahan otot. normal.
8) tidak terjadi disritmia. 3) tidak terjadi kelemahan otot.
4) tidak terjadi disritmia.
g.Keseimbangan Cairan
Indikator : b. Keseimbangan Cairan
4) Tidak terjadi asites Indikator :
5) Ekstremitas tidak edema 1) Tidak terjadi asites
6) Tidak terjadi distensi vena 2) Ekstremitas tidak edema
jugularis 3) Tidak terjadi distensi vena
jugularis
NIC NIC
Manajemen Cairan Manajemen Cairan
k. Pertahankan catatan intake dan a. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat output yang akurat
l. Pasang urin kateter jika b. Pasang urin kateter jika
diperlukan diperlukan
m. Monitor hasil Hb yang sesuai c. Monitor hasil Hb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, dengan retensi cairan (BUN,
Hmt, osmolaritas urin) Hmt, osmolaritas urin)
n. Monitor vital sign d. Monitor vital sign

Poltekkes Kemenkes Padang


56

o. Monitor indikasi retensi / e. Monitor indikasi retensi /


kelebihan cairan kelebihan cairan
p. Kaji luas dan lokasi edema f. Kaji luas dan lokasi edema
q. Monitor masukan makanan / g. Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori cairan dan hitung intake kalori
r. Monitor status nutrisi h. Monitor status nutrisi
s. Kolaborasi pemberian diuretik i. Kolaborasi pemberian diuretik
sesuai interuksi sesuai interuksi
t. Kolaborasikan dokter jika tanda j. Kolaborasikan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul cairan berlebih muncul
memburuk memburuk

Monitor Cairan Monitor Cairan


j. Tentukan riwayat jumlah dan tipe a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi intake cairan dan eliminasi
k. Tentukan kemungkinan faktor b. Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidakseimbangan resiko dari ketidakseimbangan
cairan cairan
l. Monitor berat badan c. Monitor berat badan
m. Monitor TD, HR dan RR d. Monitor TD, HR dan RR
n. Monitor perubahan irama jantung e. Monitor perubahan irama jantung
o. Catat secara akurat intake dan f. Catat secara akurat intake dan
output output
p. Monitor tanda dan gejala edema g. Monitor tanda dan gejala edema
q. Beri cairan sesuai keperluan h. Beri cairan sesuai keperluan
r. Kolaborasi dalam pemberian obat i. Kolaborasi dalam pemberian obat
yang dapat meningkatkan output yang dapat meningkatkan output
urin urin

Diagnosa 3: Ketidakseimbangan Diagnosa 3: Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat yang tidak adekuat

NOC NOC
d. Status Nutrisi a.Status Nutrisi
Indikator : Indikator :
5) Intake nutrisi dalam rentang 1) Intake nutrisi dalam rentang
normal normal
6) Intake makanan dalam rentang 2) Intake makanan dalam rentang
normal normal
7) Intake minuman dalam rentang 3) Intake minuman dalam
normal rentang normal
8) Rasio BB/TB dalam rentang 4) Rasio BB/TB dalam rentang
normal normal

e. Status Nutrisi : Asupan b. Status Nutrisi : Asupan


Makanan dan Cairan Makanan dan Cairan

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Indikator : Indikator :
5) Asupan kalori, vitamin, mineral 1) Asupan kalori, vitamin, mineral
6) Asupan protein, lemak, 2) Asupan protein, lemak,
7) Asupan serat, kalsium, sodium 3) Asupan serat, kalsium, sodium
8) Asupan karbohidrat, asupan zat 4) Asupan karbohidrat, asupan zat
besi besi
f. Kontrol BB c. Kontrol BB
Indikator : Indikator :
7) Adanya peningkatan berat badan 1) Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan sesuai dengan tujuan
8) Berat badan ideal sesuai dengan 2) Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan tinggi badan
9) Mampu mengidentifikasi 3) Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
10) Tidak ada tanda – tanda 4) Tidak ada tanda – tanda
malnutrisi malnutrisi
11) Menunjukkan peningkatan 5) Menunjukkan peningkatan fungsi
fungsi pengecapan dari menelan pengecapan dari menelan
12) Tidak terjadi penurunan berat 6) Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti badan yang berarti

NIC NIC
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
h. Kaji adanya alergi makanan a. Kaji adanya alergi makanan
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien nutrisi yang dibutuhkan pasien
j. Anjurkan pasien untuk c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan Fe meningkatkan Fe
k. Anjurkan pasien untuk d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan meningkatkan protein dan
vitamin C vitamin C
l. Yakinkan diet yang dimakan e. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi mencegah konstipasi
m. Monitor jumlah nutrisi dan f. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori kandungan kalori
n. Kaji kemampuan pasien untuk g. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan dibutuhkan

Manajemen Mual Manajemen Mual


h. Ajarkan pasien untuk memonitor a. Ajarkan pasien untuk memonitor
pengalaman mualnya pengalaman mualnya
i. Ajarkan pasien untuk b. Ajarkan pasien untuk
mempelajari strategi-strategi mempelajari strategi-strategi
untuk mengatur mualnya untuk mengatur mualnya
j. Lakukan pengkajian lengkap c. Lakukan pengkajian lengkap

Poltekkes Kemenkes Padang


58

terkait mual, meliputi frekuensi, terkait mual, meliputi frekuensi,


durasi, dan faktor presipitasi. durasi, dan faktor presipitasi.
k. Evaluasi pengalaman- d. Evaluasi pengalaman-
pengalaman mual pasien pengalaman mual pasien
sebelumnya sebelumnya
l. Identifikasi faktor-faktor yang e. Identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan mual pasien menyebabkan mual pasien
sebelumnya sebelumnya
m. Kolaborasi memberikan terapi f. Kolaborasi memberikan terapi
anti emetik yang diberikan untuk anti emetik yang diberikan untuk
menghindari terjadinya mual menghindari terjadinya mual
n. Ajarkan teknik-teknik g. Ajarkan teknik-teknik
nonfarmakologi, seperti relaksasi, nonfarmakologi, seperti relaksasi,
terpi musik, distraksi, terpi musik, distraksi,
acupressure untuk mengatur mual acupressure untuk mengatur mual
yang dirasakan oleh pasien yang dirasakan oleh pasien

Nutrition monitoring Nutrition monitoring


o. BB pasien dalam batas normal a. BB pasien dalam batas normal
p. Monitor adanya penurunan berat b. Monitor adanya penurunan berat
badan badan
q. Monitor tipe dan jumlah aktivitas c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan
r. Monitor lingkungan selama d. Monitor lingkungan selama
makan. makan.
s. Jadwalkan pengobatan dan e. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan tindakan tidak selama jam makan
t. Monitor kulit kering dan f. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi perubahan pigmentasi
u. Monitor turgor kulit g. Monitor turgor kulit
v. Monitor kekeringan, rambut h. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah kusam, dan mudah patah
w. Monitor mual dan muntah i. Monitor mual dan muntah
x. Monitor kadar albumin, total j. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht protein, Hb, dan kadar Ht
y. Monitor pertumbuhan dan k. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan perkembangan
z. Monitor pucat, kemerahan, dan l. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva. kekeringan jaringan konjungtiva.
aa. Monitor kalori dan intake nutrisi m. Monitor kalori dan intake nutrisi
bb. Catat adanya edema n. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi Konseling Nutrisi


e. Bina hubungan terapeutik a. Bina hubungan terapeutik
berdasarkan kepercayaan dan berdasarkan kepercayaan dan
respek pada pasien respek pada pasien
f. Tentukan intake makanan dan b. Tentukan intake makanan dan
kebiasaan makan pasien kebiasaan makan pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


59

g. Sediakan informasi tentang c. Sediakan informasi tentang


kebutuhan kesehatan untuk kebutuhan kesehatan untuk
modifikasi diit : penurunan berat modifikasi diit : penurunan berat
badan, peningkatan berat badan, badan, peningkatan berat badan,
kekurangan cairan kekurangan cairan
h. Bantu pasien untuk mencatat d. Bantu pasien untuk mencatat
kebiasaan makannya tiap 24 jam kebiasaan makannya tiap 24 jam

Diagnosa 4: Resiko Infeksi Diagnosa 4: Resiko Infeksi


berhubungan dengan Anemia, berhubungan dengan Anemia,
Leukopenia, Malnutrisi Leukopenia, Malnutrisi

NOC NOC
d. Immune status a. Immune status
Indikator : Indikator :
3) Suhu tubuh dalam batas 1) Suhu tubuh dalam batas
normal normal
4) Leukosit dalam batas normal 2) Leukosit dalam batas normal

e. Nutrition Status b. Nutrition Status


Indikator Indikator
2) Asupan makanan meningkat 1) Asupan makanan meningkat

f. Risk control c. Risk control


Indikator: Indikator:
5) Klien bebas dari tanda dan gejala 1) Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi infeksi
6) Mendeskripsikan proses 2) Mendeskripsikan proses
penularan penyakit penularan penyakit
7) Menunjukkan kemampuan untuk 3) Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi mencegah timbulnya infeksi
8) Menunjukkan perilaku hidup 4) Menunjukkan perilaku hidup
sehat sehat

NIC NIC
Infection Control (Kontrol Infeksi) Infection Control (Kontrol
q. Bersihkan lingkungan setelah Infeksi)
dipakai pasien lain a. Bersihkan lingkungan setelah
r. Batasi pengunjung bila perlu dipakai pasien lain
s. Instruksikan kepada pengunjung b. Batasi pengunjung bila perlu
untuk mencuci tangan saat c. Instruksikan kepada pengunjung
berkunjung dan setelah untuk mencuci tangan saat
berkunjung meninggalkan pasien berkunjung dan setelah
t. Gunakan sabun antimikroba berkunjung meninggalkan
untuk mencuci tangan pasien
u. Cuci tangan setiap sebelum dan d. Gunakan sabun antimikroba
setelah melakukan tindakan untuk mencuci tangan
v. Gunakan baju, sarung tangan e. Cuci tangan setiap sebelum dan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

sebagai alat pelindung setelah melakukan tindakan


w. Pertahankan lingkungan aseptik f. Gunakan baju, sarung tangan
selama pemasangan alat sebagai alat pelindung
x. Berikan terapi antibiotik bila g. Pertahankan lingkungan aseptik
perlu selama pemasangan alat
y. Monitor tanda dan gejala infeksi h. Berikan terapi antibiotik bila
sistemik dan lokal perlu
z. Monitor kerentanan terhadap i. Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi sistemik dan lokal
aa. Berikan perawatan kulit pada j. Monitor kerentanan terhadap
daerah epidema infeksi
bb. Inspeksi kulit dan membran k. Berikan perawatan kulit pada
mukosa terhadap kemerahan, daerah epidema
panas, drainase l. Inspeksi kulit dan membran
cc. Dorong masukan nutrisi yang mukosa terhadap kemerahan,
cukup panas, drainase
dd. Dorong istirahat m. Dorong masukan nutrisi yang
ee. Ajarkan cara menghindari cukup
infeksi n. Dorong istirahat
ff. Laporkan kecurigaan infeksi o. Ajarkan cara menghindari
infeksi
p. Laporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi Monitor Nutrisi


a. Monitor diet dan asupan kalori a. Monitor diet dan asupan kalori
b. Monitor tugor kulit b. Monitor tugor kulit
c. Monitor berat badan c. Monitor berat badan

Diagnosa 5: Intoleransi aktifitas Diagnosa 5: Intoleransi aktifitas


berhubungan dengan kelelahan berhubungan dengan kelelahan

NOC NOC
d. Energy conservation a.Energy conservation
Indikator : Indikator :
7) Menunjukkan keseimbangan 1) Menunjukkan keseimbangan
antara aktivitas dengan istirahat antara aktivitas dengan istirahat
8) Menggunakan teknik 2) Menggunakan teknik
9) Mengenali keterbatasan energi 3) Mengenali keterbatasan energi
10) Menyesuaikan gaya hidup 4) Menyesuaikan gaya hidup sesuai
sesuai tingkat energi tingkat energi
11) Mempertahankan gizi yang 5) Mempertahankan gizi yang
cukup cukup
12) Melaporkan aktivitas yang 6) Melaporkan aktivitas yang sesuai
sesuai dengan energi dengan energi

e. Activity tolerance b. Activity tolerance


Indikator : Indikator :
6) Saturasi oksigen saat melakukan 1) Saturasi oksigen saat melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


61

aktivitas membaik/dalam aktivitas membaik/dalam rentang


rentang normal normal
7) nadi saat melakukan aktivitas 2) nadi saat melakukan aktivitas
dalam rentang normal dalam rentang normal
8) tidak sesak napas saat 3) tidak sesak napas saat melakukan
melakukan aktivitas aktivitas
9) tekanan darah saat melakukan 4) tekanan darah saat melakukan
aktivitas dalam rentang normal aktivitas dalam rentang normal
10) mudah melakukan ADL 5) mudah melakukan ADL

f. Self Care : ADLs c. Self Care : ADLs


Indikator : Indikator :
Mampu melakukan ADL secara Mampu melakukan ADL secara
mandiri (seperti makan, memakai mandiri (seperti makan, memakai
baju,toileting, mandi, berdandan, baju,toileting, mandi, berdandan,
menjaga kebersihan, oral hygiene, menjaga kebersihan, oral hygiene,
berjalan, berpindah tempat) berjalan, berpindah tempat)

NIC NIC
Energy Management Energy Management
n. Tentukan keterbatasan pasien a. Tentukan keterbatasan pasien
terhadap aktivitas terhadap aktivitas
o. Tentukan penyebab lain dari b. Tentukan penyebab lain dari
kelelahan kelelahan
p. Dorong pasien untuk c. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang mengungkapkan perasaan tentang
keterbatasannya keterbatasannya
q. Observasi nutrisi sebagai sumber d. Observasi nutrisi sebagai sumber
energi yang adekuat energi yang adekuat
r. Observasi respon jantung-paru e. Observasi respon jantung-paru
terhadap aktivitas (misalnya terhadap aktivitas (misalnya
takikardia, disritmia, dispnea, takikardia, disritmia, dispnea,
pucat, dan frekuensi pernafasan) pucat, dan frekuensi pernafasan)
s. Batasi stimulus lingkungan f. Batasi stimulus lingkungan
(misalnya pencahayaan, dan (misalnya pencahayaan, dan
kegaduhan) kegaduhan)
t. Dorong untuk lakukan periode g. Dorong untuk lakukan periode
aktivitas saat pasien memiliki aktivitas saat pasien memiliki
banyak tenaga. banyak tenaga.
u. Rencanakan periode aktivitas saat h. Rencanakan periode aktivitas saat
pasien memiliki banyak tenaga pasien memiliki banyak tenaga
v. Hindari aktivitas selama periode i. Hindari aktivitas selama periode
istirahat istirahat
w. Dorong pasien untuk melakukan j. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumebr energi aktivitas sesuai sumebr energi
x. Instruksikan pasien atau keluarga k. Instruksikan pasien atau keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala untuk mengenal tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan kelelahan yang memerlukan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

pengurangan aktivitas. pengurangan aktivitas.


y. Bantu pasien atau keluargauntuk l. Bantu pasien atau keluargauntuk
menentukan tujuan akhir yang menentukan tujuan akhir yang
realistis realistis
z. Evaluasi program peningkatan m. Evaluasi program peningkatan
tingkat aktivitas tingkat aktivitas

Activity Therapy Activity Therapy


l. Kolaborasikan dengan Tenaga a. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam Rehabilitasi Medik dalam
merencakan program terapi yang merencakan program terapi yang
tepat tepat
m. Bantu klien untuk b. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan mampu dilakukan
n. Bantu untuk memilih aktivitas c. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan kemampuan fisik, psikologi dan
social social
o. Bantu untuk mengidentifikasi d. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan diinginkan
p. Bantu untuk mendapatkan alat e. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivasi seperti kursi bantuan aktivasi seperti kursi
roda roda
q. Bantu untuk mengidentifikasi f. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai aktivitas yang disukai
r. Bantu klien untuk membuat g. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang jadwal latihan diwaktu luang
s. Bantu pasien atau keluarga untuk h. Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas dalam beraktivitas
t. Sediakan penguat positif bagi i. Sediakan penguat positif bagi
yang aktif beraktifitas yang aktif beraktifitas
u. Bantu pasien untuk j. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri mengembangkan motivasi diri
dan penguatan dan penguatan
v. Monitor respon fisik, emosi, k. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual sosial dan spiritual

Poltekkes Kemenkes Padang


63

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi,
wawancara serta observasi responden 1 dan responden 2 adalah seperti
yang tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan responden 1 dan responden 2

Responden 1 Responden 2
Implementasi keperawatan yang Implementasi keperawatan yang
dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal dilakukan perawat ruangan pada Tn.
22 Mei 2017 pada diagnosa Y mulai tanggal 6 Juni 2017 pada
Ketidakefektifan pola napas diagnosa Ketidakefektifan pola
berhubungan dengan penurunan napas berhubungan dengan
ekspansi paru. penurunan ekspansi paru.

a. Mengatur posisi pasien semi a. Memposisikan pasien untuk


fowler dengan menggunakan memaksimalkan ventilasi; posisi
bantal dan menaiikan kepala semi fowler.
tempat tidur 45 derajat b. Mengauskultasi bunyi napas,
b. Mengauskultasi bunyi napas, catat jika adanya bunyi napas
catat jika adanya bunyi napas tambahan.
tambahan. c. Memonitor aliran oksigen
c. Memonitor vital sign (TD, Nadi, d. Memberikan oksigen melalui
RR, Suhu) nasal kanul
d. Mengidentifikasi perubahan e. Mengamati tanda-tanda
status vital sign. hipoventilasi
e. Memonitor frekuensi nafas f. Memonitor vital sign.
f. Memonitor indikasi dari g. Mengidentifikasi perubahan
kelebihan volume cairan (asites). status vital sign.
g. Memberikan terapi lasix 1x 1 h. Memonitor frekuensi nafas
amp jam 10.00 WIB dan i. Memonitor indikasi dari
Sprinolacton 2x100 P.O kelebihan volume cairan (asites).
j. Monitor hasil labor Hb dan Ht
k. Memberikan terapi sprinolacton
1x100 P.O

Evaluasi yang didapatkan pada Evaluasi yang didapatkan pada


tanggal 22 Mei 2017 yaitu tanggal 6 Juni 2017 yaitu
S: S:
- Pasien mengatakan nafas sesak - Pasien mengatakan nafas sesak
sudah tidak ada lagi sudah tidak ada lagi
- Pasien mengatakan perutnya - Pasien mengatakan perutnya
membesar telah berkurang karena membucit, tegang
cairan sudah disedot

Poltekkes Kemenkes Padang


64

O:
O: - Tampak asites pada perut pasien
- Tampak asites pada perut pasien - TTV
- Intake dan output inbalance: TD : 123/69 mmHg N: 90x/
+1324 c menit
- TTV S : 36,5 celcius, P : 22x/ menit
TD : 110/70 mmHg, N: 82x/ - Tidak ada suara nafas tambahan
menit - Tidak tampak penggunaan otot
S : 37 celcius, P : 24x/ menit bantu pernapasan
- Tidak ada suara nafas tambahan - O2 3l/menit
- Tidak tampak penggunaan otot - Sat O2 99 %
bantu pernapasan - Cairan output berlebih 1814,88
A: A:
- Masalah Status pernafasan : - Masalah Status pernafasan :
Ventilasi teratasi ditandai dengan Ventilasi teratasi ditandai dengan
Respiratory Rate dalam rentang Respiratory Rate dalam rentang
normal. normal.
- Masalah Status pernapasan: - Masalah Status pernapasan:
kepatenan jalan nafas teatasi kepatenan jalan nafas teatasi
ditandai dengan menujukkan ditandai dengan menujukkan
jalan nafas yang paten jalan nafas yang paten
P: P:
- Intervensi selesai - Intervensi selesai

Implementasi keperawatan yang


Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat ruangan pada Tn.
dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal Y mulai tanggal 10 Juni 2017 pada
26 Mei 2017 pada diagnosa diagnosa Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid.
tekanan osmotik koloid. a. Mempertahankan catatan intake
a. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
dan output yang akurat b. Monitor hasil labor Hb, Ht,
b. Memonitor vital sign (TD, Nadi, c. Memonitor vital sign (TD, Nadi,
RR, Suhu) RR, Suhu)
c. Mengkaji luas dan lokasi asites d. Mengkaji luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar perut dengan cara mengukur lingkar
d. Memonitor masukan makanan perut
h. Berkolaborasi pemberian diuretik e. Memonitor masukan makanan /
sesuai interuksi (lasix 1x 1 amp cairan
jam 10.00 WIB dan Sprinolacton f. Berkolaborasi pemberian
2x100 P.O diuretik sesuai interuksi
e. Bekolaborasi dokter jika tanda (sprinolacton 1x 100 P.O)
cairan berlebih muncul g. Bekolaborasikan dokter jika
memburuk, yaitu karena pasien tanda cairan berlebih muncul
sudah terlalu sesak dokter memburuk, karena perut pasien
menyarankan untuk menyedot sudah terlalu tegang dengan cara
cairan pada tanggal 22 Mei 2017 sedot cairan pada tanggal 8 Juni

Poltekkes Kemenkes Padang


65

sebanyak 3 liter 2017 sebanyak 1 liter


f. Menentukan kemungkinan faktor h. Menentukan kemungkinan
resiko dari ketidakseimbangan faktor resiko dari
cairan dengan cara memonitor ketidakseimbangan cairan
intake cairan dengan cara memonitor intake
dan output

Evaluasi yang didapatkan pada Evaluasi yang didapatkan pada


tanggal 26 Mei 2017 yaitu tanggal 10 Juni 2017 yaitu
S: S:
- Pasien mengatakan perutnya - Pasien mengatakan perutnya
masih membesar, tagang, dan masih membesar, tagang, dan
masih terasa penuh masih terasa penuh
O: O:
- Tampak asites - Tampak asites
- Intake : minum : 400 cc + obat - Intake : minum : 300 cc + obat
injeksi 13 cc + 210 cc = 623 injeksi 10 cc + infus 300 cc =
- Output : 600 cc dari kateter 810
- Intake output yang di hitung - Output : 500 cc
mulai dari tanggal 23-26 mei - Intake output yang di hitung
2017 per shift dinas mulai dari tanggal 7-10 Juni
- Lingkar Perut sebelum disedot 82 2017 per shift dinas
cm -
- Pasien sudah disedot cairan pada - Inbalance = 310 cc
tanggal 22 Juni 2017 sebanyak 3 - Pasien sudah disedot cairan pada
liter tanggal 8 Juni 2017
- Lingkar Perut setelah 79 cm - Lingkar Perut 84 cm
- TTV - TTV
TD: 100/ 80 mmHg N: 89x/ TD : 120/70 mmHg N: 80x/
menit, S : 37 celcius, P : 21x/ menit, S : 36,5 celcius, P : 22x/
menit menit
A: A:
- Masalah Keseimbangan cairan - Masalah Keseimbangan cairan
belum teratasi ditandai dengan belum teratasi ditandai dengan
intake dan output cairan belum intake dan output cairan belum
seimbang dan adanya asites. seimbang dan adanya asites.
P: P:
- Intervensi Monitor Cairan - Intervensi Monitor Cairan
dilanjutkan dengan cara sebagai dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut: berikut:
a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
b. Catat secara akurat intake dan b. Catat secara akurat intake
output dan output
c. Kolaborasi dalam pemberian c. Kolaborasi dalam pemberian
obat diuretik (lasix dan obat diuretik (lasix dan
Sprinolacton) Sprinolacton)
- Intervensi Managemen Cairan - Intervensi Managemen Cairan
dilanjutkan dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


66

a. Monitor luas dan lokasi asites a. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar dengan mengukur lingkar
perut perut
b. Monitor masukan makanan b. Monitor masukan makanan
dan cairan dan cairan

Implementasi keperawatan yang Implementasi keperawatan yang


dilakukan pada Ny. Y tanggal 26 dilakukan pada Tn. Y tanggal 6 Juni
Mei 2017 pada diagnosa 2017 pada diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. dengan intake yang tidak adekuat.

a. Berkolaborasi dengan ahli gizi a. Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien pasien
b. Menganjurkan pasien untuk b. Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan Fe meningkatkan Fe
c. Menganjurkan pasien untuk c. Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin meningkatkan protein dan
C vitamin C
d. Menganjurkan diit tinggi serat d. Mengajurkan diit tinggi serat
e. Memonitor jumlah nutrisi dan e. Memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori kandungan kalori
f. Mengkaji kemampuan pasien f. Mengkaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan dibutuhkan
g. Memonitor lingkungan selama g. Memonitor lingkungan selama
makan. makan.
h. Menjadwalkan pengobatan dan h. Menjadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan tindakan tidak selama jam
i. Memonitor kulit kering dan makan
perubahan pigmentasi i. Memonitor kulit kering dan
j. Memonitor turgor kulit perubahan pigmentasi
k. Memonitor kekeringan, rambut j. Memonitor turgor kulit
kusam, dan mudah patah k. Memonitor kekeringan, rambut
l. Memonitor pertumbuhan dan kusam, dan mudah patah
perkembangan l. Memonitor pertumbuhan dan
m. Memonitor pucat, kemerahan, dan perkembangan
kekeringan jaringan konjungtiva. m. Memonitor pucat, kemerahan,
n. Memonitor kalori dan intake dan kekeringan jaringan
nutrisi konjungtiva.
o. Membina hubungan terapeutik n. Memonitor kalori dan intake
berdasarkan kepercayaan dan nutrisi
respek pada pasien o. Membina hubungan terapeutik
p. Menenentukan intake makanan berdasarkan kepercayaan dan
dan kebiasaan makan pasien respek pada pasien
p. Menenentukan intake makanan

Poltekkes Kemenkes Padang


67

q. Menyediakan informasi tentang dan kebiasaan makan pasien


kebutuhan kesehatan untuk q. Menyediakan informasi tentang
modifikasi diit : penurunan berat kebutuhan kesehatan untuk
badan, peningkatan berat badan, modifikasi diit : penurunan berat
kekurangan cairan badan, peningkatan berat badan,
Evaluasi yang didapatkan pada kekurangan cairan
tanggal 26 Mei 2017 yaitu Evaluasi yang didapatkan pada
S: tanggal 10 Juni 2017 yaitu
- Pasien mengatakan nafsu makan S:
sudah meningkat Pasien mengatakan tidak nafsu
makan perut terasa penuh dan
O: tegang,
- Pasien mendapat diit ML sayur, O:
buah, lauk dan nasi. - Pasien mendapat diit ML DH II
- Pasien tampak menghabiskan - Diit habis ½ porsi
400 cc air meineral - IMT : 20,20 normal
- IMT : 13,33 malnutrisi berat - IVFD Triofusin + Nacl 3%
- Balance cairan : +23cc - Transfusi albumin 20% 100cc
- Kulit kering pada tanggal 6 Juni 2017
- IVFD Aminofusion - Hasil labor tanggal 7 juni 2017
- Hb 10,6 g/dl hb 8,6 g/dl dan 8 Juni 2017 total
A: protein 5,5 g/dl, albumin 2,5
- Masalah BB belum tertasi g/dl
ditandai dengan IMT Malnutrisi A:
berat - Masalah nafsu makan belum
P: teratasi ditandai dengan pasien
- Intervensi Nutrition masih mengatakan tidak nafsu
Management dilanjutkan dengan makan
cara sebagai berikut: P:
a. Menganjurkan diit tinggi - Intervensi Nutrition
protein, vitamin c dan serat Management dilanjutkan
- nutrition monitoring dilanjutkan dengan cara sebagai berikut:
a. Monitor lingkungan selama a. Menganjurkan diit tinggi
makan protein, vitamin c dan serat
b. Monitor kekeringan, rambut - nutrition monitoring dilanjutkan
rontok a. Monitor lingkungan selama
c. Monitor pcat dengan mencek makan
konjungtiva b. Monitor kekeringan, rambut
rontok
Implementasi keperawatan yang c. Monitor pcat dengan
dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal mencek konjungtiva
26 Mei 2017 pada diagnosa Resiko
Infeksi berhubungan dengan Anemia, Implementasi keperawatan yang
Leukopenia, Malnutrisi dilakukan pada Tn. Y mulai tanggal
10 Juni 2017 pada diagnosa Resiko
a. Membersihkan lingkungan Infeksi berhubungan dengan
setelah dipakai pasien lain Anemia, Leukopenia, Malnutrisi
b. Membatasi pengunjung bila

Poltekkes Kemenkes Padang


68

perlu a. Membersihkan lingkungan


c. Menginstruksikan kepada setelah dipakai pasien lain
pengunjung untuk mencuci b. Membatasi pengunjung bila
tangan saat berkunjung dan perlu
setelah berkunjung c. Menginstruksikan kepada
meninggalkan pasien pengunjung untuk mencuci
d. Mencuci tangan setiap sebelum tangan saat berkunjung dan
dan setelah melakukan tindakan setelah berkunjung
e. Menggunakan baju, sarung meninggalkan pasien
tangan sebagai alat pelindung d. Mencuci tangan setiap sebelum
f. Mempertahankan lingkungan dan setelah melakukan tindakan
aseptik selama pemasangan alat e. Menggunakan baju, sarung
g. Memberikan terapi antibiotik tangan sebagai alat pelindung
(Ceftriaxone 2x1 gr IV jam f. Mempertahankan lingkungan
10.00 WIB dan Jam 22.00 WIB) aseptik selama pemasangan alat
h. Memonitor tanda dan gejala g. Memberikan terapi antibiotik
infeksi sistemik dan lokal (Ceftriaxone 2x1 gr IV jam
i. Memonitor kerentanan terhadap 10.00 WIB)
infeksi h. Memonitor tanda dan gejala
j. Menginspeksi kulit dan membran infeksi sistemik dan lokal
mukosa terhadap kemerahan, i. Memonitor kerentanan terhadap
panas, drainase infeksi
k. Mendorong masukan nutrisi j. Menginspeksi kulit dan
yang cukup membran mukosa terhadap
l. Mendorong istirahat kemerahan, panas, drainase
m. Melaporkan kecurigaan infeksi k. Mendorong masukan nutrisi
n. Memonitor diet dan asupan yang cukup
kalori l. Mendorong istirahat
o. Memonitor tugor kulit m. Melaporkan kecurigaan infeksi
n. Memonitor diet dan asupan
Evaluasi yang didapatkan pada kalori
tanggal 26 Mei 2017 yaitu o. Memonitor tugor kulit
S:
- Pasien mengatakan nafsu makan
meningkat, badan terasa letih, Evaluasi yang didapatkan pada
tidak demam tanggal 10 Juni 2017 yaitu
O: S:
- Suhu: 37 0C - Pasien mengatakan nafsu makan
- Leukosit 13.770 /mm3 berkurang, badan terasa letih,
- trombosit 254.000 /mm3 tidak demam
- Hematokrit 31,4 % O:
- Konjungtiva tampak anemis - Suhu: 36,5 0C
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi - Tidak tampak tanda-tanda
lokal infeksi lokal
- Pasien menghabiskan porsi diit - Kojungtiva tampak anemis
yang diberikan - Kulit kering
A: - Hasil labor 7 Juni 2017 Hb 8,6
- Masalah immune Status belom g/dl, leukosit 17.900 /mm3,
trombosit 163.000 /mm3,

Poltekkes Kemenkes Padang


69

teratasi ditandai dengan adanya hematokrit 25 %


leukopenia A:
P: - Masalah immune Status belom
Intervensi Infection Control teratasi ditandai dengan adanya
dilanjutkan dengan cara sebagai leukopenia
berikut: P:
a. Inspeksi kulit, membran mukosa Intervensi Infection Control
terhadap kemerahan dilanjutkan dengan cara sebagai
b. Berikan terapi antibiotik berikut:
c. Monitor masukan diit a. Inspeksi kulit, membran
mukosa terhadap kemerahan
Implementasi keperawatan yang b. Berikan terapi antibiotik
dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal c. Monitor masukan diit
26 Mei 2017 pada diagnosa
Intoleransi aktifitas berhubungan Implementasi keperawatan yang
dengan kelelahan dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal
a. Menentukan keterbatasan pasien 10 Juni 2017 pada diagnosa
terhadap aktivitas Intoleransi aktifitas berhubungan
b. Menentukan penyebab lain dari dengan kelelahan
kelelahan a. Menentukan keterbatasan pasien
c. Mendorong pasien untuk terhadap aktivitas
mengungkapkan perasaan tentang b. Menentukan penyebab lain dari
keterbatasannya kelelahan
d. Mengobservasi nutrisi sebagai c. Mendorong pasien untuk
sumber energi yang adekuat mengungkapkan perasaan tentang
e. Menghindari aktivitas selama keterbatasannya
periode istirahat d. Mengobservasi nutrisi sebagai
f. Mendorong pasien untuk sumber energi yang adekuat
melakukan aktivitas sesuai e. Menghindari aktivitas selama
sumber energi periode istirahat
g. Menginstruksikan pasien atau f. Mendorong pasien untuk
keluarga untuk mengenal tanda melakukan aktivitas sesuai
dan gejala kelelahan yang sumber energi
memerlukan pengurangan g. Menginstruksikan pasien atau
aktivitas. keluarga untuk mengenal tanda
h. Membantu pasien atau keluarga dan gejala kelelahan yang
untuk menentukan tujuan akhir memerlukan pengurangan
yang realistis aktivitas.
i. Mengevaluasi program h. Membantu pasien atau keluarga
peningkatan tingkat aktivitas untuk menentukan tujuan akhir
j. Membantu klien untuk yang realistis
mengidentifikasi aktivitas yang i. Mengevaluasi program
mampu dilakukan peningkatan tingkat aktivitas
k. Membantu untuk j. Membantu klien untuk
mengidentifikasi dan mengidentifikasi aktivitas yang
mendapatkan sumber yang mampu dilakukan
diperlukan untuk aktivitas yang k. Membantu untuk
diinginkan mengidentifikasi dan

Poltekkes Kemenkes Padang


70

l. Membantu untuk mendapatkan sumber yang


mengidentifikasi aktivitas yang diperlukan untuk aktivitas yang
disukai diinginkan
m. Membantu pasien atau keluarga l. Membantu untuk
untuk mengidentifikasi mengidentifikasi aktivitas yang
kekurangan dalam beraktivitas disukai
n. Menyediakan penguat positif bagi m. Membantu pasien atau keluarga
yang aktif beraktifitas untuk mengidentifikasi
o. Membantu pasien untuk kekurangan dalam beraktivitas
mengembangkan motivasi diri n. Menyediakan penguat positif
dan penguatan bagi yang aktif beraktifitas
o. Membantu pasien untuk
Evaluasi yang didapatkan pada mengembangkan motivasi diri
tanggal 26 Mei 2017 yaitu dan penguatan
S:
- Pasien mengatakan badannya Evaluasi yang didapatkan pada
masih terasa lelah tanggal 10 Juni 2017 yaitu
- Pasien mengatakan aktivitas S :
sehari harinya dibantu oleh - Pasien mengatakan badannya
keluarga dan perawat ruangan masih terasa lelah
O: - Pasien mengatakan aktivitas
- Pasien masih tampak lelah sehari harinya dibantu oleh
- Semua aktivitas pasien tampak keluarga dan perawat ruangan
dibantu oleh keluarga dan O :
perawat diruangan - Pasien masih tampak lelah
- Pasien hanya miring kanan - Semua aktivitas pasien tampak
kiri A : dibantu oleh keluarga dan
- Masalah activity tolerance belum perawat diruangan
teratasi ditandai dengan pasien - Pasien tidak mampu untuk
masih mengatakan badannya duduk sendiri, pasien miring
terasa lelah kanan-kiri
P: A:
- Intervensi energy managemen - Masalah activity tolerance
dilanjutkan dengan cara sebagai belum teratasi ditandai dengan
berikut: pasien masih mengatakan
a. Observasi sumber energy badannya terasa lelah
yang adekuat P:
- Intervensi energy managemen - Intervensi energy managemen
dilanjutkan dengan cara sebagai dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut: berikut:
a. Membantu pasien untuk a. Observasi sumber energy
mengidentifikasi aktivitas yang adekuat
yang bisa dilakukan - Intervensi energy managemen
b. Beri pasien penguatan positif dilanjutkan dengan cara sebagai
untuk beraktivitas berikut:
a. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang bisa dilakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


71

b. Beri pasien penguatan positif


untuk beraktivitas

C. Pembahasan Kasus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses


keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini
peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang ditemukan dalam perawatan kasus sirosis hepatis pada Ny.Y sebagai
responden 1 dan Tn.Y Sebagai respnden 2 yang telah dilakukan pengkajian
pada responden 1 tanggal 22 Mei 2017 dan responden 2 tanggal 6 Juni 2017.
Telah dilakukan asuhan keperawatan pada responen 1 mulai tanggal 22 - 26
Mei 2017 di ruang V interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan pada
responden 2 mulai tanggal 6 - 10 Juni 2017 di ruang HCU Penyakit Dalam
IRNA NON BEDAH RSUP Dr. M.Djamil Padang yang dapat di uraikan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan,
dari pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teori yaitu :
Identitas diperoleh dari pasien, keluarga dan status pasien. Responden 1
yaitu Ny.Y berumur 58 tahun, dan responden 2 yaitu Tn.Y berumur 43
tahun. Menurut Black & Hawks, 2009 bahwa laki-laki lebih mungkin dari
pada perempuan untuk memiliki sirosis alkoholik. Sedangkan menurut
O’Brien & Williams,2008; Oktaviani, 2012 dalam Elida Riris, 2014 bahwa
sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding perempuan
dengan umur rata-rata terbanyak dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun.

Menurut peneliti penderita sirosis hepatis memang banyak pada laki-laki.


Kebiasaan tidur malam atau bekerja pada malam hari dapat mengganggu
fungsi hati, khususnya dalam hal detoksifikasi. (Oktaviani 2012, dalam
riris, 2014). Untuk itu disarankan kepada penderita sirosis hati sebaiknya
istirahat yang cukup dan tidak bekerja pada malam hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


72

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada kedua responden didapatkan


keluhan yang sama yaitu perut membuncit. Pada responden 1 didapatkan
keluhan tambahan mual dan muntah. Sedangkan pada responden 2
didapatkan keluhan mengalami penurunan kesadaran, pasien demam ± 3
hari yang lalu. Menurut Black & Hawks, 2009 bahwa pada sirosis lanjut,
pengkajian diperoleh komplikasi berat dengan dasar fisiologis asites
disebabkan malnutrisi. Penderita sirosis hepatis juga memiliki tanda gejala
mual dan muntah. Pada sirosis hepatis juga memiliki komplikasi
ensefalopati hepatikum yang salah satu tanda dan gejalanya yaitu pasien
mengalami penurunan kesadaran.

Pada saat pengkajian riwayat kesehatan sekarang, kedua responden


mengeluhkan perut membuncit, nafas terasa sesak, nafsu makan menurun,
badan terasa makin kurus, badan terasa lemah. Menurut Black & Hawks,
2009 beberapa manifestasi klinis asites yang menyebabkan sesak nafas,
anoreksia, karena peurunan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak
sehingga menyebabkan kekurangan energi dan terjadi kelelahan.

Pola BAK pada responden 1 bewarna kuning sedangkan pada responden 2


bewarna pekat. Menurut Black & Hawks, 2009 urine berwarna gelap
disebabkan peningkatan urobilinogen. Menurut peneliti peningkatan lkadar
bilirubin meningkat juga menyebabkan urine berwarna gelap.

Pada saat pemeriksaan fisik ditemukan pada kedua pasien mengalami


sklera ikterik konjungtiva anemis, perut tampak membucit dan tegang,
batas hati diperkusi pekak, adanya sfiting dulness, dan adanya eritema
palmaris. Menurut Black & Hawks, 2009 manifestasi dari sirosis hepatis
adanya penurunan metabolisme protein, karbohidrat, lemak, sehngga
menyebabkan malnutrisi. Penurunan androgen dan aldosteron
detoksifikasi sehingga meningkatkan kadar menimbulkan gejala eritema
palmaris. Asites disebabkan menurunya protein plasma.
Berdasarkan pemeriksaan labor pada Responden 1 (Ny.Y) tidak diperiksa
kadar natrium, kalium, albumin. Sedangkan pada responden 2 (Tn.Y)

Poltekkes Kemenkes Padang


73

Natrium darah 102 Mmol/l (Nilai normal 136-145), Kalium 4,6 Mmol/L
(Nilai normal 3,5-5,1), albumin 2,3 g/dl (Nilai normal 3,8-5,0).
Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013). Menurut peneliti
sebaiknya RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang untuk memeriksa kadar
elektrolit pada pasien dengan sirosis hepatis.

Program terapi yang diberikan pada responden 1 (Ny.Y) diberikan


dulcolax sup karena pasien mengalami konstipasi BAB keras, Proponolol
diberikan 1x10 P.O untuk menghindari perdaran, laktulosa syr 3x1 P.O.
sedangkan pada responden 2 (Tn.Y) diberikan NaCl 3% karena kadar
natrium dalam darah pasien rendah. Menurut Saputra, 2014 beberapa
penatalaksanaan medis yang diberikan pada penderita sirosis hepatis
Sprinolacton, laktulosa untuk mengurangi amonia dalam usus.

Menurut peneliti terdapat kecocokan antara teori dan hasil pengkajian.


Keluhan pasien dengan perut membuncit, nafsu makan menurun,
kelelahan, adanya eritema palmaris yang merupakan gejala dari sirosis
hepatis. Asites merupakan koplikasi yang disebabkan malnutrisi.

2. Diagnosa Keperawatan
Kasus pada responden 1 (Ny.Y) dari hasil studi dokumentasi status pasien
ditemukan 2 diagnosa keperawatan, yaitu Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid dan Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelelahan. Menurut peneliti perlu
ditambahakan diagnosa sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Berdasarkan data yang ditemukan dalam pengkajian frekuensi
nafas 28 x/menit, perut pasien tampak membucit, klien menggunakan
pernafasan bibir.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Berdasarkan data yang ditemukan

Poltekkes Kemenkes Padang


74

dalam pengkajian Hb : 10,8 g/dl, IMT :13.33 menunjukkan malnutrisi


berat, konjungtiva anemis.
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan Anemia, Leukopenia, Malnutrisi.
Berdasarkan data yag ditemukan Hb=10,8 mg/dl, Leukosit = 16.060
mm3, dan Pasien mengalami Malnutrisi berat.

Sedangkan kasus pada responden 2 (Tn.Y) dari hasil studi dokumentasi


status pasien ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Nyeri Akut
berhubugan dengan agen cedera. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan tekanan osmotik koloid dan Menurut peneliti perlu
ditambahakan diagnosa sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Berdasarkan data yang ditemukan
dalam pengkajian pada tanggal 5 Juni 2017 Hb : 8,9 g/dl, IMT :20.20
menunjukkan IMT normal, tetapi nafsu makan berkurang.
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan Anemia, Leukopenia, Malnutrisi.
Berdasarkan data yang ditemukan Hb=8,9 mg/dl, Leukosit = 20.540
/mm3, Trombosit 137.000/mm3, Hematokrit 25%
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan. Berdasarkan data
yang ditemukan Pasien tampak letih, Pasien tampak sesak napas bila
beraktifitas, Pasien hanya berbaring ditempat tidur, aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat ruangan.

Menurut Black & Hawks, 2009 beberapa kemungkinann diagnosa


keperawatan yang diteggakkan yaitu, Ketidakefektifan pola nafas karena
peningkatan tekanan dalam perut pada diafragma. Kelebihan volume
cairan karena pergantian caira skunder terhadap hipoalbumin.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena adanya
anoreksia, fungsi hati terganggu, penurunan absorpsi vitamin, lemak.
Intoleransi aktivitas kaarena kurang energi, dan perubahan pernafasan
disebabkan asites.

Poltekkes Kemenkes Padang


75

Berdasarkan penelitan Rahayu (2013) di RSPAD Gatot Soebroto pada


pasien Tn.B dengan sirosis hepatis didapatkan masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas, kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Menurut peneliti ada kecocokan antara teori dengan hasil penelitian. Pada
responden 1 (Ny. Y) dan responden 2 (Tn.Y) mengalami asites karena
malnutrisi. Akibat dari asites menyebabkan ketidakefektifan pola nafas.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada kedua responden disusun
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Resiko Infeksi berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia, Malnutrisi. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan. Dalam merumuskan intervensi keperawatan atau menyusun
perencanaan tidak ditemukan adanya perbedaan antara teori dengan
aplikasi penerapan asuhan keperawatan pada kedua responden
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
yaitu Manajemen jalan nafas, Terapi Oksigen dengan cara memberikan
O2 3l/i, Monitor TTV, Manajemen cairan dengan cara berkolaborasi
dengan dokter pemberian obat diuretik dan monitor cairan dengan cara
menghitung intake dan output cairan dan mengkur lingkar perut. Pada
responden 1 tidak dilakukan terapi oksigen tetapi dilakukan manajemen
cairan dengan cara berkolaborasi dengan dokter bila kelebihan volume
cairan memberuk, yitu dilakukan penyedotan cairan sebanyak 3 liter
dengan memonitor kelebihan volume cairan. Sedangkan untuk responden

Poltekkes Kemenkes Padang


76

2 di berikan terapi O2 3l/menit. Menurut Saputra, 2014 penatalaksanaan


dengan memberikan oksigen, kolaborasi dalam pemberian diuretik.

Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa


Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid yaitu memanajemen cairan dan memonitor cairan. Pada
responden 1 (Ny.Y) setelah berkolaborasi dengan dokter diberikan injeksi
lasix dan juga diberikan terapi obat peroral Sprinolactone dan disedot
cairan sebanyak 3 liter. Sedangkan pada responden 2 (Tn.Y) setelah
berkolaborasi dengan dokter diberikan obat peroral Sprinolactone dan
disedot cairan sebanyak 1,5 liter. Menurut Black & Hawks, 2009 pasien
dengan adanya asites untuk penatalaksanaan keperawatan, perawat
memantau asupan dan keluaran cairan, mengukur lingkar
perut,berkolaborasi dalam pemberian obat diuretik

Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat yaitu managemen nutrisi, monitoring
nutrisi dan konseling nutrisi. Pada responden 1 (Ny.Y) diberikan diit ML
Tinggi Kalori Tinggi Protein. Sedangkan Pada responden 2 (Tn.Y)
diberikan diit MC DH I via NGT, pasien terpasang NGT karena dokter dan
perawat melihat adanya perdarahan atau tidak. dan pada tanggal 8 Juni
NGT di buka pasien mendapat diet ML DH II. Menurut Saputra, 2014
untuk penatalaksanaan penderita sirosis beberapa yaitu; memberikan diit
tinggi kalori tinggi protein, porsi kecil tapi sering juga pembatasan cairan.
Pada pasien yang beresiko untuk perdaran dipasang NGT.

Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa


Resiko Infeksi berhubungan dengan Anemia, Leukopenia, Malnutrisi,
yaitu kontrol infeksi, memonitor nutrisi. Pada responden 1 (Ny.1) setelah
berkolaborasi dengan dokter diberikan antibiotik Ceftriaxone 2x1 gr IV.
Sedangkan pada responden 2 (Tn.Y) setelah berkolaborasi dengan dokter
diberikan antibiotik ceftriaxone 1x2 gr IV. Menurut Digulio & Jackson,

Poltekkes Kemenkes Padang


77

2014, bahwa meresepkan antibiotik untuk membunuh jamur normal GI


yang mengurangi kerusakan protein.

Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa


Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan, yaitu energy
managemen, activity terapi.

Menurut peneliti implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan


masalah keperawatan dan kondisi pasien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada responden 1 yang peneliti lakukan dari tanggal
22 – 26 Mei 2017 dengan menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada kasus Ny. Y
berdasarkan Nursing Out Come (NOC) sudah ada masalah yang dapat
teratasi sepenuhnya yaitu ketidakefektifan pola nafas. Terdapat beberapa
masalah yang hanya dapat diatasi sebagian yaitu perut sudah tidak tegang
lagi, lingkar perut berkurang 4 cm. Masalah yang masih belum dapat
teratasi balance cairan sebagian yaitu intake dan output inbalance 23 cc,
lingkar perut sekarang 79 cm. Nutritional status teratasi sebagian yaitu
adanya peningkatan nafsu makan, Hb mengingkat 10,6 g/dl, pasien
menghabiskan diit yang diberikan. Immune Status teratasi sebagian suhu
37 0C, leukosit 13.770 /mm3 Ht 31,4 % dan activity tolerance teratasi
sebagian, pasien miring kiri dan kanan.

Evaluasi keperawatan pada responden 1 yang peneliti lakukan dari tanggal


6 – 10 Juni 2017 dengan menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada kasus Tn. Y
berdasarkan Nursing Out Come (NOC) sudah ada masalah yang dapat
teratasi sepenuhnya yaitu ketidakefektifan pola nafas dengan penyedotan
cairan sebanyak 1,5 liter, lingkar perut 84 cm, Sat O2 99%, RR 22x/i.
Terdapat beberapa masalah yang hanya dapat diatasi sebagian yaitu
masalah Masalah yang masih belum dapat teratasi. Balance cairan teratasi
sebagian intake dan output imbalance 310 cc, lingkar perut 84 cm, perut

Poltekkes Kemenkes Padang


78

masih terasa tegang, tetapi pasien tidak sesak. nutritional status teratasi
sebagian, pasien dengan diit ML DH II menghabiskan diit ½ porsi, pada
pemeriksaan labor tanggal 7 Juni 2017 Hb 8,6 g/dl, pemeriksaan labor tgl
8 Juni 2017 albumin 2,5 g/dl. Immune Status teratasi sebagian,
pemeriksaan labor tanggal 7 juni 2017 dengan Hb 8,6 g/dl, leukosit 17.900
/mm3 mengalami penurunan leukosit dan activity tolerance teratasi
sebagian pasien mampu miring kanan-kiri.

Menurut peneliti masalah- masalah keperawatan belum dapat teratasi


disebabkan karena fungsi hati yang telah terganggu yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem metabolisme didalam tubuh. Untuk
mengatasi masalah pada pasien terutama kelebihan volume cairan dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebaiknya
penderita sirosis hepatis melakukan perawatan dirumah yang benar,
dengan mengkonsumsi diit tinggi kalori dan tinggi protein dan membatasi
pemasukan cairan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny. Y dan
Tn. Y peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pada pasien sirosis hepatis didapatkan pasien tampak
ikterus, terdapat asites. Pasien tampak sesak, letih dan hanya berbaring
ditempat tidur, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
ruangan. Hepar teraba membesar. Tampak spider nevi pada abdomen Ny.Y
dan eritema palmaris. Nafsu makan menurun dan adanya Leukopenia pada
Ny.Y dan Tn. Y
2. Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada sirosis hepatis adalah
13 diagnosa keperawatan sedangkan pada kasus Ny. Y dan Tn.Y hanya
ditemukan 5 diagnosa keperawatan yang ditemukan.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan
yang ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu airway
managemen, terapi oksigen, managemen cairan, managemen nutrisi, infection
control, activits tolerance.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada responden 1 tanggal 22 –
26 Mei 2016. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari. pada responden 2
tanggal 6 – 10 Juni dalam bentuk SOAP.
5. Evaluasi keperawatan berdasarkan Nursing Out Come (NOC) belum ada
masalah yang dapat teratasi sepenuhnya. Terdapat beberapa maslah yang hanya
dapat diatasi yaitu masalah respiratory status : ventilation dan masalah vital
sign. Masalah yang masih belum dapat teratasi balance cairan, status nutrisi,
infection contrlo, activits tolerance.

79
Poltekkes Kemenkes Padang
80

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Perawat HCU dn Rawat Inap


Diharapkan perawat lebih memperhatikan kondisi pasien, dan memotivasi
pasien untuk menghabiskan diit yang telah dikolaborasikan dengan ahli
gizi. Bagi RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang diharapkan melakukan
pemeriksaan elektroit pada pasien.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
sirosis hepatis dalam praktik keperawatan serta dapat mengaplikaikan
ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien siosis hepatis.
3. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tercapainya lulusan
perawat yang profesional, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Destina. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan pada pasien dengan Sirosis Hepatis di Ruang Pu 6
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Fakultas
Ilmu Keperawatan. Universitas ndonesia, diakses dalam: http//:lib.ui.ac.id,
Pada tanggal 8 januari 2017
Baradero, Mary. 2008. Klien dengan Gangguan Hati. Jakarta: EGC
Black Joyce M & Jane Hokanson Hawks. 2009. Keperawatan Medikal Bedah
Managemen Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC.
Bulecheck, Gloria, et.al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), Ed. 6.
Missouri: Elseiver Mosby.
Burmalis, Vina. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis
di RSUP.Dr. M. Djamil Padang. Pustaka Poltekkes Kemenkes Padang
Digiulio, Mary & Donna Jackson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Diyono & Sri Mulyanti. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: Kencana
Fitriani, Kattria. 2013. Gambaran Pemberian Informasi Kesehatan tentang
Managemen Sirosis Hepatis pada Pasien di Rumah Sakit Umum Kota
Banda Aceh. Fakultas Keperawatan. Universitas Syiah Kuala, diakses
dalam: http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2102 , pada
tanggal 8 januari 2017
Ika. 2015. Sirosis Hati Masih Menjadi Persoalan Kesehatan dunia, diakses dalam:
https://ugm.ac.id/id/berita/10339-
sirosis.hati.masih.menjadi.persoalan.kesehatan.dunia, pada tanggal 11 April
2017
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota. (2013). Padang: Kemenkes RI
Lovena, Angela. 2015. Karakteristik Pasien dengan Sirosis Hepatis di RSUP. DR.
M. Djamil Padang.Diploma Thesis. UPT, Perpus Universitas Andalas,
diakses dalam:
http://scholar.unand.ac.id/view/creators/ANGELA=3ALOVENA=3A=3A.ht
ml, pada tanggal 8 januari 2017
Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Singapore :
Elsevier Global Rights.

Poltekkes Kemenkes Padang


NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Defenisi Dan Klasifikasi 2015-2017,
ahli bahasa: Budi Anna Keliat, dkk, Jakarta:EGC
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC - NOC. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika
Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia. 2013
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014
Rahayu, Hesti. 2013. Analisis Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis di Ruang
Perawatan Umum Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Jakarta Pusat. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas ndonesia diakses
dalam: http//:lib.ui.ac.id, pada tanggal 8 januari 2017
Riris, Elida. 2014. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis
dalam Konteks Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan di RSUPN.
DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas
ndonesia, diakses dalam: http//:lib.ui.ac.id, pada tanggal 8 januari 2017
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Jakarta: Kemenkes RI
RS TK.III Dr. Reksodiwiryo, 2016. Laporan Rekam Medik Sirosis Hepatis
Padang: Bagian Rekam Medik
Saputra, Lyndon. 2014. Buku Saku Keperawatan, Klien dengan Gangguan Fungsi
Gastrointestinal, Medikal Bedah.Tanggerang: Binarupa Aksara Publiser

Sitompul, Esahayati.2012. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Rawat Inap


di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Suatera Utara, diakses dalam:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=438166&val=4108&titl
e=KARAKTERISTIK%20PENDERITA%20SIROSIS%20HATI%20YAN
G%20DIRAWAT%20INAP%20DI%20RUMAH%20SAKIT%20SANTA%
20ELISABET%20MEDAN%20%20TAHUN%202012-2014, pada tanggal
8 januari 2017
Stiphany, dkk. 2010-2011. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Rawat Inap
di RSUD. DR. Pirngadi Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Suatera Utara, diakses dalam:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:DWyUSFh9JogJ:d

Poltekkes Kemenkes Padang


ownload.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D51529%26val%3D410
8+&cd=1&hl=en&ct=clnk&client=firefox-b, pada tanggal 8 januari 2017
Sibuea, Na. 2014. Karakteristik Penderita Sirosis Hati di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara, diakses dalam:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40666, pada tanggal 8 januari
2017
Sugiyono, dkk. (2012). Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung : Alfabeta.
Sujarweni. W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Media.
WHO. 2015. The World Health Report 2009, diakses dalam:
hhtp://www.who.int/.whr/2015/en/index.html, pada tanggal 11 April 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 2

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 3

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 4

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 5

Lampiran Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identifikasi Pasien
1) Nama : Ny. Y
2) Tempat/Tgl Lahir : Kamang, 09- juli-1959 (58 Tahun)
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : IRT
8) Alamat : Jl. Limpago taluak batang kapas
9) Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis + Hepatoma +
Bronkopneumonia
10) No. MR 184925

b. Identifikasi Penanggung Jawab


1) Nama : Ny. D
2) Pekerjaan : IRT
3) Alamat : Jl. Limpago taluak batang kapas
4) Hubungan : Anak Kakak kandung klien

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keluhan Utama : Pasien masuk RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang melalui IGD rujukan dari RSUD Painan pada tanggal 19
Mei 2017 pukul 11.00 WIB, dengan keluhan Perut membuncit,
mual dan muntah sejak ± seminggu yang lalu.

Poltekkes Kemenkes Padang


b) Riwayat Kesehatan Pada Saat Dikaji : Pada saat pengkajian
tanggal 22 Mai 2017 pukul 15.00 WIB di ruang V Interne,
pasien mengatakan perut membuncit, perut terasa penuh dan
membuat nafasnya terasa sesak. Pasien mengatakan nafsu
makannya menurun, pasien juga mengatakan selama sakit
badannya terasa semakin kurus. Pasien mengatakan tidak
mampu bergerak banyak, badannya terasa lemah dan sulit
beraktivitas. Pasien mengeluhkan batuk kering. Pasien
mengatakan mual dan muntah tidak ada lagi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien merupakan rujukan dari RSUD Painan, Pesisir Selatan.
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kuning
sebelumnya dan pasien mengatakan sudah pernah lebih dari 3 kali
dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pasien
mengatakan tidak pernah menderita penyakit Diabetes Melitus,
Hipertensi Sebelumnya. Pasien mengatakan sudah ± 1 tahun
menderita penyakit seperti ini. Pertama kali pasien melakukan
penyedotan cairan pada bulan januari 2017 setelah itu dalam
beberapa bulan ini pasien melakukan penyodatan cairan sekali
sebulan. Dahulu pasien sering mengkonsumsi minuman yang bergas-
gas.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit serupa seperti pasien. Pasien juga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang pernah memiliki penyakit Hepatitis
sebelumnya.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)


1) Pola Nutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


Sehat : pasien mengatakan makan 3x sehari, pasien makan dengan
telur, lauk, dan sayur, pasien mengahbiskan makanan 1 porsi
makanan.

Sakit : Pasien makan 3x sehari, dengan Diet ML, yaitu dengan


nasi lunak+ ayam + sayur + buah+ telur rebus, Pasien menghabiskan
makanan ½ porsi.

2) Pola Eliminasi
Sehat : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAB bewarna kuning,
BAK ± 5x sehari
Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x 2 hari, BAB bewarna kuning,
konstitansi lembek, BAK ±500 selama 8 jam, Urine berwarna
kuning, pasien terpasang kateter.

3) Pola istirahat dan tidur


Selama dirawat pasien tidur ±7-8 jam perhari. Pasien mengatakan
kadang-kadang sulit tidur karena sesak nafas.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Pasien mengatakan selama sakit aktivitas sehari-harinya dibantu oleh
keluarga dan perawat diruangan. Pasien mengatakan tidak bisa
banyak beraktivitas karena akan merasa sesak nafas.

e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Pasien
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif (E=4 M=5 V=6)
TTV : TD; 110/70 mmHg, N; 78x/i, S; 36.5 0C, RR; 28x/i
BB : 30 kg
TB : 150 cm
IMT : 13.33

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Pemeriksaan kepala dan muka
Tidak ada benjolan di kepala, tidak ada lesi dikepala, rambut
mudah rontok.

3) Pemeriksaan mata
Konjungtiva tampak pucat, skelera tampak ikterik, reflek pupil
(+/+)

4) Pemeriksaan telinga
Telinga tampak bersih, pendengaran pasien kurang baik

5) Pemeriksaan Hidung
Hidung tampak bersih

6) Pemeriksaan mulut dan faring


Mulut pasien tampak bersih, pasien memakai gigi palsu

7) Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid

8) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
pengguanaan otot bantu pernapasan
Auskultasi : terdengar vesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : terdengar sonor

9) Pemeriksaan system kardiovaskuler


Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Auskultasi : irama jantung teratur
Palpasi : ictus cordis teraba

10) Pemeriksaan Abdomen


Inspeksi : perut tampak membesar, tampak caput medusae
Auskultasi : bising usus 12 x/i

Poltekkes Kemenkes Padang


Palpasi : hati teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar pekak pada batas hati, dan sfiting
dulness saat diperkusi
11) Pemeriksaan Genetalia
Pasien terpasang kateter, keluhan saat BAK tidak ada
12) Pemeriksaan Integumen
ada eritema palmaris
13) Pemeriksaan anggota gerak/ Ekstremitas
CRT < 2 detik, tidak ada edema pada ekstremitas, kekuatan otot
555 555
555 555

f. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal pemeriksaan : 19 Mai 2017, Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin 10,8 g/dl 14-18 ǁ 12-16


Leukosit 16.060/mm3 5.000-10.000
Trombosit 262.000/mm3 150.000-400.000
Hematokrit 31,5% 40-48 ǁ 37-43

Tanggal pemeriksaan : 20 Mai 2017

Pemeriksaan Kimia Klinik


Cholesterol 188 mg/dl ≤190
Ureum darah 32,5 mg/dl 10,0-50,0
Kreatinin 0,4 mg/dl 0,9-1,1
SGOT 43,1 u/l <38 ǁ <32
SGPT 18,7 u/l <41 ǁ <31

Poltekkes Kemenkes Padang


Tanggal pemeriksaan 21 Mai 2017

Pemeriksaan Urin

Mikroskopis
Albumin Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
Leukosit 2-4/ LPB ≤15
Eritrosit 8-12/ LPB ≤1
Sel Epitel Positif Positif

g. Program pengobatan
1:1/12 jam: Aminofusin hepar, Triofusin
Ceftriaxone 2x1 gr IV
Lasix 1x1 amp IV
Dulcolax Sup 2 mulai tanggal 23 Mei 2017
Curcuma 3x1 P.O
Modopar 3x1 P.O
Sprinolacton 2x100 P.O
Proponolol 1x10 P.O
Lactulosa Syr 3x1 P.O

Poltekkes Kemenkes Padang


h. ANALISA DATA
Data Masalah penyebab
DS : Kelebihan volume Penurunan tekanan
- Pasien mengatakan cairan osmotik koloid
perutnya membesar
DO :
- Perut pasien tampak asites
- Intake output cairan
pasien inbalance
PO :
- pisang : 1000 cc
- Teh: 250 cc
- Air mineral : 600 cc
Jumlah : 1850

IVFD :
-Triofusin : Aminofusin
hepar (1:1/ 12 Jam/ 500
cc)
-Injeksi obat : Ceftriaxone
2x10 cc + Lasix 3 cc
Jumlah : 1023

IWL
15×30𝑘𝑔
= 34 cc/ jam
24

18.7x24= 448.8 cc
Dieresis : 1100 cc/ 24
jam
Balance cairan :

Poltekkes Kemenkes Padang


1850+1023-448.8-1100
=1324 cc
DS : Ketidalefektifan pola Penurunan
- Pasien mengatakan napas ekspansi paru
napasnya terasa sesak
- Pasien mengatakan sulit
bernapas karena perutnya
terasa penuh

DO :
- Pasien tampak sesak
- Frekuensi napas 28x/ menit
- Perut pasien tampak asites
- Klien tampak sulit bernafas
jika berbaring
- Klien tidak terpasang O2
- Tidak tampak retraksi
dinding dada
- Klien tampak menggunakan
pernapasan bibir

DS : Ketidakseimbangan Penurunan aborpsi


- Pasien mengatakan nafsu nutrisi: kurang dari vitamin,
makannya berkurang kebutuhan tubuh karbohidrat dan
- Pasien mengatakan terasa lemak
bertambah sesak jika
makan
- Pasien mengatakan selama
sakit badannya terasa
tambah kurus
DO :
- Pasien tampak lemah

Poltekkes Kemenkes Padang


- Badan pasien tampak
kurus,
- Konjungtiva tampak
anemis
- Turgor kulit tampak kisut
- Hb : 10,8 g/dl
- Diit pasien ML
IMT :( BB/TB)2
= 30 kg / (150 cm)2
= 13.33
DS : Resiko Infeksi Anemia,
- Pasien mengatakan badan Leukopenia dan
terasa lemah Malnutrisi
DO :
- Hb=10,8 mg/dl
- Leukosit = 16.060 mm3
- Pasien mengalami
Malnutrisi berat
DS : Intoleransi aktivitas kelelahan
- Pasien mengatakan
badannya terasa letih
- Pasien mengatakan tidak
mampu untuk beraktivitas
DO :
- Pasien tampak letih
- Pasien tampak sesak napas
bila beraktifitas
- Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
- Aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat
ruangan

Poltekkes Kemenkes Padang


- TTV
TD : 110/70 mmHg,
Nadi : 78x/ menit
Nafas : 28x/ menit
Suhu : 36.5 celcius.

B. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Ditemukan masalah Masalah Teratasi
O Keperawatan Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan pola 22-05-2017
napas berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru.
2. Kelebihan volume 22-05-2017
cairan berhubungan
dengan penurunan
tekanan osmotik
koloid
3. Ketidakseimbangan 22-05-2017
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat.
4. Resiko Infeksi 22-05-2017
berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia,
Malnutrisi
5. Intoleransi aktifitas 22-05-2017
berhubungan dengan
kelelahan

Poltekkes Kemenkes Padang


4.Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakefektifan pola napas e. Status Pernafasan : Ventilasi Manajemen Jalan Nafas


berhubungan dengan penurunan Indikator : i. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ekspansi paru. 11) Respiratory rate dalam rentang normal ventilasi; posisi semi fowler.
12) Tidak ada retraksi dinding dada j. Auskultasi bunyi napas, catat jika adanya
13) Tidak mengalami dispnea saat istirahat bunyinapas tambahan.
14) Tidak ditemukan orthopnea k. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
15) Tidak ditemukan atelektasis keseimbangan.
f. Status Pernafasan : Kepatenan Jalan l. monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Nafas oksigenasi.
Indikator :
6) Respiratory rate dalam rentang normal Terapi Oksigen
7) Pasien tidak cemas m. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa sekresi
8) Menunjukkan jalan nafas yang paten n. Siapkan peralatan oksigen dan siapkan
humadifier
o. Monitor aliran oksigen
p. Pastikan penggantian masker atau kanul
sesuai kebutuhan
q. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa atau
dipindahkan
r. Amati tanda-tanda hipoventilasi

Monitor TTV
g. Monitor vital sign.

Poltekkes Kemenkes Padang


h. Identifikasi perubahan status vital sign.
i. Monitor frekuensi nafas dan irama
pernapasan.

Manajemen Cairan
i. Monitor indikasi dari kelebihan volume
cairan (edema, asites).
j. Nilai luas dan lokasi edema.
k. Monitor vital sign.
l. Monitor hasil labor yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).

Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
Kelebihan volume cairan h. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Manajemen Cairan
2.. berhubungan dengan penurunan Basa u. Pertahankan catatan intake dan output yang
tekanan osmotik koloid Indikator : akurat
9) Serum albumin, kreatinin, v. Pasang urin kateter jika diperlukan
hematokrit, Blood Urea Nitrogen w. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
(BUN), dalam rentang normal. cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
10) pH urine, urine sodium, urine x. Monitor vital sign
creatinin,urine osmolarity, dalam y. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
rentang normal. z. Kaji luas dan lokasi edema
11) tidak terjadi kelemahan otot. aa. Monitor masukan makanan / cairan dan
12) tidak terjadi disritmia. hitung intake kalori
bb. Monitor status nutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


cc. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
interuksi
dd. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
i. Keseimbangan Cairan
Indikator : Monitor Cairan
7) Tidak terjadi asites s. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
8) Ekstremitas tidak edema cairan dan eliminasi
9) Tidak terjadi distensi vena jugularis t. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
u. Monitor berat badan
v. Monitor TD, HR dan RR
w. Monitor perubahan irama jantung
x. Catat secara akurat intake dan output
y. Monitor tanda dan gejala edema
z. Beri cairan sesuai keperluan
aa. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi g. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Indikator : o. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan intake yang 9) Intake nutrisi dalam rentang normal p. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak adekuat. 10) Intake makanan dalam rentang normal menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
11) Intake minuman dalam rentang normal dibutuhkan pasien
12) Rasio BB/TB dalam rentang normal q. Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe
r. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
h. Status Nutrisi : Asupan Makanan dan dan vitamin C
Cairan s. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Indikator : tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Poltekkes Kemenkes Padang


9) Asupan kalori, vitamin, mineral t. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Asupan protein, lemak, u. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
11) Asupan serat, kalsium, sodium nutrisi yang dibutuhkan
12) Asupan karbohidrat, asupan zat besi
Manajemen Mual
i. Kontrol BB o. Ajarkan pasien untuk memonitor pengalaman
Indikator : mualnya
13) Adanya peningkatan berat badan sesuai p. Ajarkan pasien untuk mempelajari strategi-
dengan tujuan strategi untuk mengatur mualnya
14) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi q. Lakukan pengkajian lengkap terkait mual,
badan meliputi frekuensi, durasi, dan faktor
15) Mampu mengidentifikasi kebutuhan presipitasi.
nutrisi r. Evaluasi pengalaman-pengalaman mual
16) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi pasien sebelumnya
17) Menunjukkan peningkatan fungsi s. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
pengecapan dari menelan mual pasien sebelumnya
18) Tidak terjadi penurunan berat badan t. Kolaborasi memberikan terapi anti emetik
yang berarti yang diberikan untuk menghindari terjadinya
mual
u. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi musik, distraksi,
acupressure untuk mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien

Nutrition monitoring
cc. BB pasien dalam batas normal
dd. Monitor adanya penurunan berat badan
ee. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa

Poltekkes Kemenkes Padang


dilakukan
ff. Monitor lingkungan selama makan.
gg. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
hh. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
ii. Monitor turgor kulit
jj. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
kk. Monitor mual dan muntah
ll. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
mm. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
nn. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva.
oo. Monitor kalori dan intake nutrisi
pp. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi
i. Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
j. Tentukan intake makanan dan kebiasaan
makan pasien
k. Sediakan informasi tentang kebutuhan
kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan
berat badan, peningkatan berat badan,
kekurangan cairan

Poltekkes Kemenkes Padang


l. Bantu pasien untuk mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
4. Resiko Infeksi berhubungan g. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi)
dengan Anemia, Leukopenia, Indikator : gg. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Malnutrisi 5) Suhu tubuh dalam batas normal lain
6) Leukosit dalam batas normal hh. Batasi pengunjung bila perlu
ii. Instruksikan kepada pengunjung untuk
h. Nutrition Status mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
Indikator berkunjung meninggalkan pasien
3) Asupan makanan meningkat jj. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci
tangan
i. Risk control kk. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah
Indikator: melakukan tindakan
9) Klien bebas dari tanda dan gejala ll. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
infeksi pelindung
10) Mendeskripsikan proses penularan mm. Pertahankan lingkungan aseptik selama
penyakit pemasangan alat
11) Menunjukkan kemampuan untuk nn. Berikan terapi antibiotik bila perlu
mencegah timbulnya infeksi oo. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
12) Menunjukkan perilaku hidup sehat dan lokal
pp. Monitor kerentanan terhadap infeksi
qq. Berikan perawatan kulit pada daerah
epidema
rr. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
ss. Dorong masukan nutrisi yang cukup
tt. Dorong istirahat
uu. Ajarkan cara menghindari infeksi

Poltekkes Kemenkes Padang


i. Laporkan kecurigaan infeksi
Monitor Nutrisi
j. Monitor diet dan asupan kalori
k. Monitor tugor kulit
l. Monitor berat badan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan g. Energy conservation Energy Management
dengan kelelahan Indikator : aa. Tentukan keterbatasan pasien terhadap
13) Menunjukkan keseimbangan antara aktivitas
aktivitas dengan istirahat bb. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
14) Menggunakan teknik cc. Dorong pasien untuk mengungkapkan
15) Mengenali keterbatasan energi perasaan tentang keterbatasannya
16) Menyesuaikan gaya hidup sesuai dd. Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang
tingkat energi adekuat
17) Mempertahankan gizi yang cukup ee. Observasi respon jantung-paru terhadap
18) Melaporkan aktivitas yang sesuai aktivitas (misalnya takikardia, disritmia,
dengan energi dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan)
ff. Batasi stimulus lingkungan (misalnya
h. Activity tolerance pencahayaan, dan kegaduhan)
Indikator : gg. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat
11) Saturasi oksigen saat melakukan pasien memiliki banyak tenaga.
aktivitas membaik/dalam rentang hh. Rencanakan periode aktivitas saat pasien
normal memiliki banyak tenaga
12) nadi saat melakukan aktivitas dalam ii. Hindari aktivitas selama periode istirahat
rentang normal jj. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
13) tidak sesak napas saat melakukan sesuai sumebr energi
aktivitas kk. Instruksikan pasien atau keluarga untuk
14) tekanan darah saat melakukan aktivitas mengenal tanda dan gejala kelelahan yang
dalam rentang normal memerlukan pengurangan aktivitas.

Poltekkes Kemenkes Padang


15) mudah melakukan ADL ll. Bantu pasien atau keluargauntuk menentukan
i. Self Care : ADLs tujuan akhir yang realistis
Indikator : mm. Evaluasi program peningkatan tingkat
2) Mampu melakukan ADL secara mandiri aktivitas
(seperti makan, memakai baju,toileting,
mandi, berdandan, menjaga kebersihan, Activity Therapy
oral hygiene, berjalan, berpindah w. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
tempat) Medik dalam merencakan program terapi
yang tepat
x. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
y. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
z. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
aa. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivasi seperti kursi roda
bb. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
cc. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
dd. Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas

ee. Sediakan penguat positif bagi yang aktif

Poltekkes Kemenkes Padang


beraktifitas
ff. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
gg. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Implementasi dan Evaluasi
Hari : Senin
Tanggal : 22-5-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Ketidakefektifan a. Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas S:
pola napas Ventilasi i. Mengatur posisi pasien semi - Pasien mengatakan nafas sesak
berhubungan Indikator : fowler sudah tidak ada lagi
dengan penurunan 1) Respiratory rate j. Mengauskultasi bunyi napas, - Pasien mengatakan perutnya
ekspansi paru. dalam rentang catat jika adanya bunyi napas membesar telah berkurang karena
normal tambahan. cairan sudah disedot
2) Tidak ada O:
retraksi dinding Monitor TTV - Tampak asites pada perut pasien
dada a. Memonitor vital sign. - Intake dan output inbalance: +1324
3) Tidak mengalami b. Mengidentifikasi perubahan cc
dispnea saat status vital sign. - TTV
istirahat c. Memonitor frekuensi nafas TD : 110/70 mmHg N: 82x/ menit
4) Tidak ditemukan S : 37 celcius P : 24x/ menit
orthopnea Manajemen Cairan - Tidak ada suara nafas tambahan
5) Tidak ditemukan i. Memonitor indikasi dari - Tidak tampak penggunaan otot
atelektasis kelebihan volume cairan (asites) bantu pernapasan
b. Status Pernafasan dengan mengukur lingkar perut - Intake : minum : 500 cc + obat
: Kepatenan Jalan j. Memonitor vital sign. injeksi 13 cc + 270 cc = 783
Nafas - Output : pasien dilakukan
Indikator : Monitor Cairan ditindakan sedot cairan asites 3
1) Respiratory Memberikan terapi diuretik lasix 1x1 liter + 500 cc dari kateter + 18,7 cc

Poltekkes Kemenkes Padang


rate dalam amp IV jam 10.00 WIB dan =3518 cc
rentang Sprinolacton 2x100 P.O - Lingkar Perut sebelum disedot 82
normal cm
2) Pasien tidak - Lingkar Perut setelah 78,5 cm
cemas
3) Menunjukkan A:
jalan nafas - Masalah Status pernafasan :
yang paten Ventilasi teratasi ditandai dengan
Respiratory Rate dalam rentang
normal.
- Masalah Status pernapasan:
kepatenan jalan nafas teatasi
ditandai dengan menujukkan jalan
nafas yang paten
P:
- Intervensi selesai

Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:


cairan berhubungan Elektrolit dan Asam g. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
tekanan osmotik Indikator : h. Memonitor vital sign penuh
koloid 1) Serum albumin, i. Mengkaji luas dan lokasi asites O :
kreatinin, dengan cara mengukur lingkar - Tampak asites
hematokrit, perut - Intake dan output masih imbalance:
Blood Urea j. Memonitor masukan makanan +1324 cc
Nitrogen (BUN), - Intake : minum : 500 cc + obat
dalam rentang injeksi 13 cc + IVFD Aminofusion
normal. 270 cc = 783

Poltekkes Kemenkes Padang


2) pH urine, urine k. Berkolaborasi pemberian diuretik - Output : pasien dilakukan
sodium, urine sesuai interuksi (lasix 1x1 amp ditindakan sedot cairan asites 3
creatinin,urine jam 10.00 WIB dan sprinolacton liter + 500 cc dari kateter + 18,7 cc
osmolarity, 2x100 P.O) =3518 cc
dalam rentang l. Bekolaborasi dokter jika tanda - Lingkar Perut sebelum disedot 82
normal. cairan berlebih muncul cm
3) tidak terjadi memburuk, karena pasien sudah - Lingkar Perut setelah 78,5 cm
kelemahan otot. sesak, dokter menyarankan untuk - TTV
4) tidak terjadi dilakukan tindakan sedot cairan TD: 110/ 70 mmHg N: 82x/ menit
disritmia. S : 37 celcius P : 24x/ menit
Monitor Cairan A:
b. Keseimbangan a. Menentukan kemungkinan faktor - Masalah Keseimbangan cairan
Cairan resiko dari ketidakseimbangan belum teratasi ditandai dengan
Indikator : cairan intake dan output cairan belum
1) Tidak terjadi b. Memonitor TD, HR dan RR seimbang dan adanya asites.
asites c. Mencatat secara akurat intake dan P:
2) Ekstremitas tidak output - Intervensi Monitor Cairan
edema dilanjutkan dengan cara sebagai
3) Tidak terjadi berikut:
distensi vena d. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
jugularis e. Catat secara akurat intake dan
output
f. Kolaborasi dalam pemberian
obat diuretik (lasix dan
Sprinolacton)
- Intervensi Managemen Cairan
dilanjutkan
c. Monitor luas dan lokasi asites

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan mengukur lingkar perut
d. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Berkolaborasi dengan ahli gizi - Pasien mengatakan tidak nafsu
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi untuk menentukan jumlah kalori makan perut terasa penuh, pasien
berhubungan dalam rentang dan nutrisi yang dibutuhkan bisa menghabiskan makanan
dengan intake yang normal pasien setelah cairan asites disedot
tidak adekuat. 2) Intake makanan b. Menganjurkan pasien untuk
dalam rentang meningkatkan Fe O:
normal c. Menganjurkan pasien untuk - Diit pasien tampak tidak
3) Intake minuman meningkatkan protein dan dihabiskan
dalam rentang vitamin C - Pasien mendapat diit ML sayur,
normal d. Menganjurkan diit tinggi serat buah, lauk dan nasi.
4) Rasio BB/TB v. Mengkaji kemampuan pasien - Pasien tampak menghabiskan 500
dalam rentang untuk mendapatkan nutrisi yang cc air meineral
normal dibutuhkan - IMT : 13,33 malnutrisi berat
- Konjungtiva anemis
b. Status Nutrisi : Nutrition monitoring - Balance cairan : +1324 cc
Asupan Makanan a. Memonitor lingkungan selama
dan Cairan makan. A:
Indikator : b. Menjadwalkan pengobatan dan - Masalah nafsu makan belum
1) Asupan kalori, tindakan tidak selama jam makan teratasi ditandai dengan pasien
vitamin, mineral c. Memonitor kulit kering dan masih mengatakan tidak nafsu
2) Asupan protein, perubahan pigmentasi makan
lemak, d. Memonitor turgor kulit - Masalah nutritional status belum
3) Asupan serat, e. Memonitor kekeringan, rambut teratasi ditandai dengan diit pasien
kalsium, sodium kusam, dan mudah patah masih tampak tersisa

Poltekkes Kemenkes Padang


4) Asupan f. Memonitor mual dan muntah - Masalah BB belum tertasi ditandai
karbohidrat, g. Memonitor pertumbuhan dan dengan IMT Malnutrisi berat
asupan perkembangan - Intervensi Nutrition Management
c. Kontrol BB h. Memonitor pucat, kemerahan, dilanjutkan dengan cara sebagai
Indikator : dan kekeringan jaringan berikut:
1) Adanya konjungtiva. b. Menganjurkan diit tinggi
peningkatan berat i. Memonitor kalori dan intake protein, vitamin c dan serat
badan sesuai nutrisi - nutrition monitoring dilanjutkan
dengan tujuan j. Mencatat adanya edema d. Monitor lingkungan selama
2) Berat badan ideal makan
sesuai dengan e. Monitor kekeringan, rambut
tinggi badan rontok
3) Mampu f. Monitor pcat dengan mencek
mengidentifikasi konjungtiva
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
5) Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
6) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Poltekkes Kemenkes Padang


Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:
berhubungan Indikator : p. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh setelah dipakai pasien lain berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, dalam batas q. Membatasi pengunjung bila perlu demam
Malnutrisi normal r. Menginstruksikan kepada O:
2) Leukosit dalam pengunjung untuk mencuci - Suhu: 37 0C
batas normal tangan saat berkunjung dan - Leukosit 16.060 /mm3
b. Nutrition Status setelah berkunjung meninggalkan - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Indikator pasien lokal
1) Asupan makanan s. Mencuci tangan setiap sebelum - Tugor kulit kembali lambat
meningkat dan setelah melakukan tindakan - Pasien menghabiskan ½ porsi diit
c. Risk control t. Menggunakan baju, sarung A:
Indikator: tangan sebagai alat pelindung - Masalah immune Status belom
1) Klien bebas dari u. Mempertahankan lingkungan teratasi ditandai dengan adanya
tanda dan gejala aseptik selama pemasangan alat leukopenia
infeksi v. Memberikan terapi antibiotik
2) Mendeskripsikan (Ceftriaxone 2x1 gr IV jam P:
proses penularan 10.00 WIB dan Jam 22.00 WIB) Intervensi Infection Control dilanjutkan
penyakit w. Memonitor tanda dan gejala
3) Menunjukkan infeksi sistemik dan lokal
kemampuan x. Memonitor kerentanan terhadap
untuk mencegah infeksi
timbulnya infeksi y. Menginspeksi kulit dan membran
4) Menunjukkan mukosa terhadap kemerahan,
perilaku hidup panas, drainase
sehat z. Mendorong masukan nutrisi yang
cukup
aa. Mendorong istirahat

Poltekkes Kemenkes Padang


bb. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit

Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:


berhubungan Indikator : p. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan q. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat r. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan O:
teknik tentang keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali s. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi t. Mengobservasi respon jantung- diruangan
4) Menyesuaikan paru terhadap aktivitas - Pasien tidak mampu untuk duduk
gaya hidup (misalnya takikardia, disritmia, sendiri, pasien miring kanan-kiri
sesuai tingkat dispnea, pucat, dan frekuensi A:
energi pernafasan) - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan u. Membatasi stimulus lingkungan teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup (misalnya pencahayaan, dan masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan kegaduhan) lelah
aktivitas yang v. Mendorong pasien untuk P:
sesuai dengan melakukan aktivitas sesuai - Intervensi Activity tolerance
energi sumber energi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


w. Menginstruksikan pasien atau
b. Activity tolerance keluarga untuk mengenal tanda
Indikator : dan gejala kelelahan yang
1) Saturasi oksigen memerlukan pengurangan
saat melakukan aktivitas.
aktivitas x. Membantu pasien atau keluarga
membaik/dalam untuk menentukan tujuan akhir
rentang normal yang realistis
2) nadi saat y. Mengevaluasi program
melakukan peningkatan tingkat aktivitas
aktivitas dalam
rentang normal
3) tidak sesak napas
saat melakukan Activity Therapy
aktivitas a. Membantu klien untuk
4) tekanan darah mengidentifikasi aktivitas yang
saat melakukan mampu dilakukan
aktivitas dalam b. Membantu untuk
rentang normal mengidentifikasi dan
5) mudah mendapatkan sumber yang
melakukan ADL diperlukan untuk aktivitas yang
c. Self Care : ADLs diinginkan
Indikator : c. Membantu untuk
1) Mampu mengidentifikasi aktivitas yang
melakukan ADL disukai
secara mandiri d. Membantu pasien atau keluarga
(seperti makan, untuk mengidentifikasi
memakai kekurangan dalam beraktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


baju,toileting, e. Menyediakan penguat positif bagi
mandi, berdandan, yang aktif beraktifitas
menjaga f. Membantu pasien untuk
kebersihan, oral mengembangkan motivasi diri
hygiene, berjalan, dan penguatan
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Selasa
Tanggal :23-5-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, rasa tegag dan rasa
tekanan osmotik Indikator : b. Memonitor vital sign penuh sudah berkurang
koloid 1) Serum albumin, c. Mengkaji luas dan lokasi asites O:
kreatinin, dengan mengukur lingkar perut - Tampak asites
hematokrit, d. Memonitor masukan makanan - Intake : IVFD Triofusin 230 cc +
Blood Urea e. Berkolaborasi pemberian diuretik obat injeksi 13 cc + peroral 600 cc
Nitrogen (BUN), sesuai interuks (lasix 1x1 amp = 833 cc
dalam rentang jam 10.00 WIB dan sprinolacton - Output : kateter 500 cc = 500 cc
normal. 2x100 P.O) - Lingkar Perut 79 cm
2) pH urine, urine - TTV
sodium, urine Monitor Cairan TD: 100/ 70 mmHg N: 90x/ menit
creatinin,urine a. Menentukan kemungkinan faktor S : 36,5 celcius P : 21x/ menit
osmolarity, resiko dari ketidakseimbangan A :
dalam rentang cairan - Masalah Keseimbangan cairan
normal. b. Memonitor TD, HR dan RR belum teratasi ditandai dengan
3) tidak terjadi c. Mencatat secara akurat intake dan intake dan output cairan belum
kelemahan otot. output seimbang dan adanya asites.
4) tidak terjadi P:
disritmia. - Intervensi Monitor Cairan
dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Keseimbangan a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
Cairan b. Catat secara akurat intake dan
Indikator : output
4) Tidak terjadi c. Kolaborasi dalam pemberian
asites obat diuretik (lasix dan
5) Ekstremitas tidak Sprinolacton)
edema - Intervensi Managemen Cairan
6) Tidak terjadi dilanjutkan
distensi vena a. Monitor luas dan lokasi asites
jugularis dengan mengukur lingkar
perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk - Pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe mulai membaik karena perut sudah
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk tidak tegang
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C O:
dalam rentang c. Meyakinkan diet yang dimakan - Diit pasien tampak dihabiskan
normal mengandung tinggi serat untuk - Pasien mendapat diit ML sayur,
3) Intake minuman mencegah konstipasi buah, lauk dan nasi. Tetapi buah
dalam rentang tidak dihabiskan
normal Nutrition monitoring - Pasien tampak menghabiskan 600
4) Rasio BB/TB a. Memonitor lingkungan selama cc air meineral
dalam rentang makan. - IMT : 13,33 malnutrisi berat
normal b. Menjadwalkan pengobatan dan - Konjungtiva tampak pucat
tindakan tidak selama jam makan - Balance cairan : 333 cc
c. Memonitor kulit kering dan

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Status Nutrisi : perubahan pigmentasi
Asupan Makanan d. Memonitor turgor kulit A:
dan Cairan e. Memonitor kekeringan, rambut - Masalah BB belum tertasi ditandai
Indikator : kusam, dan mudah patah dengan IMT Malnutrisi berat
1) Asupan kalori, f. Memonitor mual dan muntah - Buah tidak
vitamin, g. Memonitor pertumbuhan dan dihabiskan P :
mineral perkembangan - Intervensi Nutrition Management
2) Asupan protein, h. Memonitor pucat, kemerahan, dilanjutkan dengan cara sebagai
lemak, dan kekeringan jaringan berikut:
3) Asupan serat, konjungtiva. a. Menganjurkan diit tinggi
kalsium, i. Memonitor kalori dan intake protein, vitamin c dan serat
sodium nutrisi - nutrition monitoring dilanjutkan
4) Asupan j. Mencatat adanya edema a. Monitor lingkungan selama
karbohidrat, makan
asupan zat besi b. Monitor kekeringan, rambut
rontok
c. Kontrol BB c. Monitor pcat dengan mencek
Indikator : konjungtiva
1) Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
2) Berat badan
ideal sesuai
dengan tinggi
badan
3) Mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
4) Tidak ada
tanda – tanda
malnutrisi
5) Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari menelan
6) Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti

Resiko Infeksi d. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh setelah dipakai pasien lain berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, dalam batas b. Membatasi pengunjung bila perlu demam
Malnutrisi normal c. Menginstruksikan kepada O:
2) Leukosit dalam pengunjung untuk mencuci - Suhu: 36,5 0C
batas normal tangan saat berkunjung dan - Leukosit 16.060 /mm3
e. Nutrition Status setelah berkunjung meninggalkan - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Indikator pasien lokal
1) Asupan makanan d. Mencuci tangan setiap sebelum - Pasien menghabiskan 1 porsi diit
meningkat dan setelah melakukan tindakan A:
e. Menggunakan baju, sarung - Masalah immune Status belum

Poltekkes Kemenkes Padang


f. Risk control tangan sebagai alat pelindung teratasi ditandai dengan adanya
Indikator: f. Mempertahankan lingkungan leukopenia
1) Klien bebas dari aseptik selama pemasangan alat
tanda dan gejala g. Memberikan terapi antibiotik P :
infeksi (Ceftriaxone 2x1 gr IV jam 10.00 Intervensi Infection Control dilanjutkan
2) Mendeskripsikan WIB dan Jam 22.00 WIB) dengan cara sebagai berikut:
proses penularan h. Memonitor tanda dan gejala d. Inspeksi kulit, membran mukosa
penyakit infeksi sistemik dan lokal terhadap kemerahan
3) Menunjukkan i. Memonitor kerentanan terhadap e. Berikan terapi antibiotik
kemampuan infeksi f. Monitor masukan diit
untuk mencegah j. Menginspeksi kulit dan membran
timbulnya infeksi mukosa terhadap kemerahan,
4) Menunjukkan panas, drainase
perilaku hidup k. Mendorong masukan nutrisi yang
sehat cukup
l. Mendorong istirahat
m. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
n. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit

Intoleransi aktifitas a. Energy conservation Energy Management S:


berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari

Poltekkes Kemenkes Padang


antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Pasien sudah mencoba duduk
keterbatasan sumber energi yang adekuat - Semua aktivitas pasien tampak
energi e. Mengobservasi respon jantung- dibantu oleh keluarga dan perawat
4) Menyesuaikan paru terhadap aktivitas (misalnya diruangan
gaya hidup takikardia, disritmia, dispnea, A:
sesuai tingkat pucat, dan frekuensi pernafasan) - Masalah activity tolerance belum
energi f. Membatasi stimulus lingkungan teratasi ditandai dengan pasien
5) Mempertahankan (misalnya pencahayaan, dan masih mengatakan badannya terasa
gizi yang cukup kegaduhan) lelah
6) Melaporkan g. Mendorong pasien untuk P:
aktivitas yang melakukan aktivitas sesuai - Intervensi energy managemen
sesuai dengan sumber energi dilanjutkan dengan cara sebagai
energi h. Menginstruksikan pasien atau berikut:
keluarga untuk mengenal tanda b. Observasi sumber energy yang
b. Activity tolerance dan gejala kelelahan yang adekuat
Indikator : memerlukan pengurangan - Intervensi energy managemen
1) Saturasi oksigen aktivitas. dilanjutkan dengan cara sebagai
saat melakukan i. Membantu pasien atau keluarga berikut:
aktivitas untuk menentukan tujuan akhir c. Membantu pasien untuk
membaik/dalam yang realistis mengidentifikasi aktivitas yang
rentang normal j. Mengevaluasi program bisa dilakukan
2) nadi saat peningkatan tingkat aktivitas d. Beri pasien penguatan positif
melakukan untuk beraktivitas
aktivitas dalam Activity Therapy

Poltekkes Kemenkes Padang


rentang normal a. Membantu klien untuk
3) tidak sesak napas mengidentifikasi aktivitas yang
saat melakukan mampu dilakukan
aktivitas b. Membantu untuk
4) tekanan darah mengidentifikasi dan
saat melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang
rentang normal diinginkan
5) mudah c. Membantu untuk
melakukan ADL mengidentifikasi aktivitas yang
c. Self Care : ADLs disukai
Indikator : d. Membantu pasien atau keluarga
1) Mampu untuk mengidentifikasi
melakukan ADL kekurangan dalam beraktivitas
secara mandiri e. Menyediakan penguat positif bagi
(seperti makan, yang aktif beraktifitas
memakai f. Membantu pasien untuk
baju,toileting, mengembangkan motivasi diri
mandi, berdandan, dan penguatan
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Rabu
Tanggal :24-5-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
tekanan osmotik Indikator : b. Memonitor vital sign penuh
koloid 1) Serum albumin, c. Mengkaji luas dan lokasi asites O:
kreatinin, dengan mengukur ligkar perut - Tampak asites
hematokrit, d. Memonitor masukan makanan - Intake : minum : 400 cc + obat
Blood Urea e. Berkolaborasi pemberian diuretik injeksi 13 cc + IVFD Aminofusion
Nitrogen (BUN), sesuai interuks (lasix 1x1 amp 250 cc = 683
dalam rentang jam 10.00 WIB dan sprinolacton - Output : 600 cc dari kateter
normal. 2x100 P.O) - Lingkar Perut setelah 78,5 cm
2) pH urine, urine - TTV
sodium, urine Monitor Cairan TD: 100/ 80 mmHg N: 87x/ menit
creatinin,urine a. Menentukan kemungkinan faktor S : 37 celcius P : 20x/ menit
osmolarity, resiko dari ketidakseimbangan A :
dalam rentang cairan - Masalah Keseimbangan cairan
normal. b. Memonitor TD, HR dan RR belum teratasi ditandai dengan
3) tidak terjadi c. Mencatat secara akurat intake dan intake dan output cairan belum
kelemahan otot. output seimbang dan adanya asites.
4) tidak terjadi P:
disritmia. - Intervensi Monitor Cairan
dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Keseimbangan a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
Cairan b. Catat secara akurat intake dan
Indikator : output
1) Tidak terjadi c. Kolaborasi dalam pemberian
asites obat diuretik (lasix dan
2) Ekstremitas tidak Sprinolacton)
edema - Intervensi Managemen Cairan
3) Tidak terjadi dilanjutkan
distensi vena a. Monitor luas dan lokasi asites
jugularis dengan mengukur lingkar
perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk - Pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe sudah bertambah
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan O:
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Pasien mendapat diit ML sayur,
dalam rentang c. Meyakinkan diet yang dimakan buah, lauk dan nasi lunak.
normal mengandung tinggi serat untuk - IMT : 13,33 malnutrisi berat
3) Intake minuman mencegah konstipasi - Konungtiva tampak pucat
dalam rentang - Balance cairan : +83 cc
normal Nutrition monitoring A:
4) Rasio BB/TB a. Memonitor lingkungan selama - Masalah BB belum tertasi ditandai
dalam rentang makan. dengan IMT Malnutrisi berat
normal b. Menjadwalkan pengobatan dan P :
tindakan tidak selama jam makan - Intervensi Nutrition Management
b. Status Nutrisi : c. Memonitor kulit kering dan dilanjutkan dengan cara sebagai

Poltekkes Kemenkes Padang


Asupan Makanan perubahan pigmentasi berikut:
dan Cairan d. Memonitor turgor kulit a. Menganjurkan diit tinggi
Indikator : e. Memonitor kekeringan, rambut protein, vitamin c dan serat
5) Asupan kalori, kusam, dan mudah patah - nutrition monitoring dilanjutkan
vitamin, mineral f. Memonitor mual dan muntah a. Monitor lingkungan selama
6) Asupan protein, g. Memonitor pertumbuhan dan makan
lemak, perkembangan b. Monitor kekeringan, rambut
7) Asupan serat, h. Memonitor pucat, kemerahan, rontok
kalsium, sodium dan kekeringan jaringan c. Monitor pcat dengan mencek
8) Asupan konjungtiva. konjungtiva
karbohidrat, i. Memonitor kalori dan intake -
asupan zat besi nutrisi
j. Mencatat adanya edema
b. Kontrol BB
Indikator :
7) Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
8) Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
9) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
10) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
11) Menunjukkan

Poltekkes Kemenkes Padang


peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
12) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Resiko Infeksi d. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan badan masih
dengan Anemia, 3) Suhu tubuh setelah dipakai pasien lain terasa letih, tidak demam
Leukopenia, dalam batas b. Membatasi pengunjung bila perlu O:
Malnutrisi normal c. Menginstruksikan kepada - Suhu: 37 0C
4) Leukosit dalam pengunjung untuk mencuci - Leukosit 16.060 /mm3
batas normal tangan saat berkunjung dan - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
e. Nutrition Status setelah berkunjung meninggalkan lokal
Indikator pasien - Tugor kulit kembali lambat
2) Asupan makanan d. Mencuci tangan setiap sebelum - Pasien menghabiskan 1 porsi diit
meningkat dan setelah melakukan tindakan A:
e. Menggunakan baju, sarung - Masalah immune Status belom
tangan sebagai alat pelindung teratasi ditandai dengan adanya
f. Risk control f. Mempertahankan lingkungan leukopenia
Indikator: aseptik selama pemasangan alat
5) Klien bebas dari g. Memberikan terapi antibiotik P:
tanda dan gejala (Ceftriaxone 2x1 gr IV jam Intervensi Infection Control dilanjutkan
infeksi 10.00 WIB dan Jam 22.00 WIB) dengan cara sebagai berikut:
6) Mendeskripsikan h. Memonitor tanda dan gejala a. Inspeksi kulit, membran mukosa
proses penularan infeksi sistemik dan lokal terhadap kemerahan
penyakit i. Memonitor kerentanan terhadap b. Berikan terapi antibiotik

Poltekkes Kemenkes Padang


7) Menunjukkan infeksi c. Monitor masukan diit
kemampuan j. Menginspeksi kulit dan membran
untuk mencegah mukosa terhadap kemerahan,
timbulnya infeksi panas, drainase
8) Menunjukkan k. Mendorong masukan nutrisi yang
perilaku hidup cukup
sehat l. Mendorong istirahat
m. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
n. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit

Intoleransi aktifitas c. Energy conservation Energy Management S:


berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Mendorong pasien untuk - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas mengungkapkan perasaan tentang harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat keterbatasannya perawat ruangan
2) Menggunakan c. Mengobservasi nutrisi sebagai O:
teknik sumber energi yang adekuat - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mendorong pasien untuk - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan melakukan aktivitas sesuai dibantu oleh keluarga dan perawat
energi sumber energi diruangan
4) Menyesuaikan e. Menginstruksikan pasien atau - Pasien sudah mencoba duduk
gaya hidup sesuai keluarga untuk mengenal tanda A:

Poltekkes Kemenkes Padang


tingkat energi dan gejala kelelahan yang - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan memerlukan pengurangan teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup aktivitas. masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan f. Membantu pasien atau keluarga lelah
aktivitas yang untuk menentukan tujuan akhir P:
sesuai dengan yang realistis - Intervensi energy managemen
energi g. Mengevaluasi program dilanjutkan dengan cara sebagai
peningkatan tingkat aktivitas berikut:
d. Activity tolerance a. Observasi sumber energy yang
Indikator : Activity Therapy adekuat
1) Saturasi oksigen a. Membantu klien untuk - Intervensi energy managemen
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang dilanjutkan dengan cara sebagai
aktivitas mampu dilakukan berikut:
membaik/dalam b. Membantu untuk a. Membantu pasien untuk
rentang normal mengidentifikasi dan mengidentifikasi aktivitas yang
2) nadi saat mendapatkan sumber yang bisa dilakukan
melakukan diperlukan untuk aktivitas yang b. Beri pasien penguatan positif
aktivitas dalam diinginkan untuk beraktivitas
rentang normal c. Membantu untuk
3) tidak sesak napas mengidentifikasi aktivitas yang
saat melakukan disukai
aktivitas d. Membantu pasien atau keluarga
4) tekanan darah saat untuk mengidentifikasi
melakukan kekurangan dalam beraktivitas
aktivitas dalam e. Menyediakan penguat positif bagi
rentang normal yang aktif beraktifitas
5) mudah melakukan f. Membantu pasien untuk
ADL mengembangkan motivasi diri

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Self Care : ADLs dan penguatan
Indikator :
1) Mampu
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Kamis
Tanggal :25-5-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume c. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya sudah
dengan penurunan Basa dan output yang akurat mulai tidak tegang lagi
tekanan osmotik Indikator : b. Memonitor vital sign O:
koloid 1) Serum albumin, c. Mengkaji luas dan lokasi asites - Tampak asites
kreatinin, dengan mengukur lingkar perut - Intake : minum : 450 cc + obat
hematokrit, d. Memonitor masukan makanan injeksi 13 cc + IVFD Triofusin 200
Blood Urea e. Memonitor status nutrisi cc = 663
Nitrogen (BUN), f. Berkolaborasi pemberian diuretik - Output : 550 cc dari kateter
dalam rentang sesuai interuks (lasix 1x 1 amp IV - Lingkar Perut 79 cm
normal. Jam 10.00 WIB dan sprinolacton - TTV
2) pH urine, urine 2x100 P.O) TD: 100/ 70 mmHg N: 85x/ menit
sodium, urine S : 36,5 celcius P : 22x/ menit
creatinin,urine Monitor Cairan A:
osmolarity, a. Menentukan kemungkinan faktor - Masalah Keseimbangan cairan
dalam rentang resiko dari ketidakseimbangan belum teratasi ditandai dengan
normal. cairan intake dan output cairan belum
3) tidak terjadi b. Memonitor TD, HR dan RR seimbang dan adanya asites.
kelemahan otot. c. Mencatat secara akurat intake dan P :
4) tidak terjadi output - Intervensi Monitor Cairan
disritmia. dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:
a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Keseimbangan b. Catat secara akurat intake dan
Cairan output
Indikator : c. Kolaborasi dalam pemberian
1) Tidak terjadi obat diuretik (lasix dan
asites Sprinolacton)
2) Ekstremitas tidak - Intervensi Managemen Cairan
edema dilanjutkan
3) Tidak terjadi a. Monitor luas dan lokasi asites
distensi vena dengan mengukur lingkar
jugularis perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk - pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe mulai meningkat
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan O:
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Diit pasien tampak dihabiskan
dalam rentang c. Meyakinkan diet yang dimakan - Pasien mendapat diit ML sayur,
normal mengandung tinggi serat untuk buah, lauk dan nasi.
3) Intake minuman mencegah konstipasi - Pasien tampak menghabiskan 550
dalam rentang cc air meineral
normal Nutrition monitoring - IMT : 13,33 malnutrisi berat
4) Rasio BB/TB a. Memonitor lingkungan selama - Balance cairan : +113 cc
dalam rentang makan. -
normal b. Menjadwalkan pengobatan dan A :
tindakan tidak selama jam makan - Masalah BB belum tertasi ditandai
c. Memonitor kulit kering dan dengan IMT Malnutrisi berat

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Status Nutrisi : perubahan pigmentasi
Asupan Makanan d. Memonitor turgor kulit
dan Cairan e. Memonitor kekeringan, rambut P :
Indikator : kusam, dan mudah patah - Intervensi Nutrition Management
1) Asupan kalori, f. Memonitor mual dan muntah dilanjutkan dengan cara sebagai
vitamin, mineral g. Memonitor pertumbuhan dan berikut:
2) Asupan protein, perkembangan a. Menganjurkan diit tinggi
lemak, h. Memonitor pucat, kemerahan, protein, vitamin c dan serat
3) Asupan serat, dan kekeringan jaringan - nutrition monitoring dilanjutkan
kalsium, sodium konjungtiva. a. Monitor lingkungan selama
4) Asupan i. Memonitor kalori dan intake makan
karbohidrat, nutrisi b. Monitor kekeringan, rambut
asupan zat besi j. Mencatat adanya edema rontok
c. Monitor pcat dengan mencek
e. Kontrol BB konjungtiva
Indikator :
1)Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
2)Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
3)Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –

Poltekkes Kemenkes Padang


tanda malnutrisi
5)Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dari
menelan
6)Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti

Resiko Infeksi d. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan badan terasa
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh setelah dipakai pasien lain letih, tidak demam
Leukopenia, dalam batas b. Membatasi pengunjung bila perlu O:
Malnutrisi normal c. Menginstruksikan kepada - Suhu: 36,5 0C
2) Leukosit dalam pengunjung untuk mencuci - Leukosit 16.060 /mm3
batas normal tangan saat berkunjung dan - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
e. Nutrition Status setelah berkunjung meninggalkan lokal
Indikator pasien - Pasien menghabiskan 1 porsi diit
1) Asupan makanan d. Mencuci tangan setiap sebelum A:
meningkat dan setelah melakukan tindakan - Masalah immune Status belom
e. Menggunakan baju, sarung teratasi ditandai dengan adanya
tangan sebagai alat pelindung leukopenia
f. Mempertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat P:
f. Risk control g. Memberikan terapi antibiotik Intervensi Infection Control dilanjutkan
Indikator: (Ceftriaxone 2x1 gr IV jam 10.00 dengan cara sebagai berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


1) Klien bebas dari WIB dan jam 22.00 WIB) a. Inspeksi kulit, membran mukosa
tanda dan gejala h. Memonitor tanda dan gejala terhadap kemerahan
infeksi infeksi sistemik dan lokal b. Berikan terapi antibiotik
2) Mendeskripsikan i. Memonitor kerentanan terhadap c. Monitor masukan diit
proses penularan infeksi
penyakit j. Menginspeksi kulit dan membran
3) Menunjukkan mukosa terhadap kemerahan,
kemampuan panas, drainase
untuk mencegah k. Mendorong masukan nutrisi yang
timbulnya infeksi cukup
4) Menunjukkan l. Mendorong istirahat
perilaku hidup m. Mengajarkan cara menghindari
sehat infeksi
n. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit

Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:


berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi e. Mengobservasi respon jantung- diruangan
4) Menyesuaikan paru terhadap aktivitas (misalnya A:
gaya hidup takikardia, disritmia, dispnea, - Masalah activity tolerance belum
sesuai tingkat pucat, dan frekuensi pernafasan) teratasi ditandai dengan pasien
energi f. Membatasi stimulus lingkungan masih mengatakan badannya terasa
5) Mempertahankan (misalnya pencahayaan, dan lelah
gizi yang cukup kegaduhan) - Pasien hanya miring kanan dan
6) Melaporkan g. Mendorong pasien untuk miring kiri
aktivitas yang melakukan aktivitas sesuai P:
sesuai dengan sumber energi - Intervensi energy managemen
energi h. Menginstruksikan pasien atau dilanjutkan dengan cara sebagai
keluarga untuk mengenal tanda berikut:
b. Activity tolerance dan gejala kelelahan yang a. Observasi sumber energy yang
Indikator : memerlukan pengurangan adekuat
1) Saturasi oksigen aktivitas. - Intervensi energy managemen
saat melakukan i. Membantu pasien atau keluarga dilanjutkan dengan cara sebagai
aktivitas untuk menentukan tujuan akhir berikut:
membaik/dalam yang realistis a. Membantu pasien untuk
rentang normal j. Mengevaluasi program mengidentifikasi aktivitas yang
2) nadi saat peningkatan tingkat aktivitas bisa dilakukan
melakukan b. Beri pasien penguatan positif
aktivitas dalam Activity Therapy untuk beraktivitas
rentang normal a. Membantu klien untuk
3) tidak sesak napas mengidentifikasi aktivitas yang
saat melakukan mampu dilakukan
aktivitas b. Membantu untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


4) tekanan darah mengidentifikasi dan
saat melakukan mendapatkan sumber yang
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang
rentang normal diinginkan
5) mudah c. Membantu untuk
melakukan ADL mengidentifikasi aktivitas yang
c. Self Care : ADLs disukai
Indikator : d. Membantu pasien atau keluarga
1) Mampu untuk mengidentifikasi
melakukan ADL kekurangan dalam beraktivitas
secara mandiri e. Menyediakan penguat positif bagi
(seperti makan, yang aktif beraktifitas
memakai f. Membantu pasien untuk
baju,toileting, mengembangkan motivasi diri
mandi, berdandan, dan penguatan
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Jum’at
Tanggal :26-5-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume c. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya sudah
dengan penurunan Basa dan output yang akurat tidak tegang lagi
tekanan osmotik Indikator : b. Memonitor vital sign O:
koloid 1) Serum albumin, c. Mengkaji luas dan lokasi asites - Tampak asites
kreatinin, dengan mengukur lingkar perut - Intake : minum : 400 cc + obat
hematokrit, d. Memonitor masukan makanan injeksi 13 cc + 210 cc = 623
Blood Urea e. Berkolaborasi pemberian diuretik - Output : 600 cc dari kateter
Nitrogen (BUN), sesuai interuks (lasix 1x1 amp IV - Lingkar Perut sebelum disedot 82
dalam rentang jam 10.00 WIB dan sprinolacton cm
normal. 2x100 P.O) - Lingkar Perut setelah 79 cm
2) pH urine, urine - TTV
sodium, urine Monitor Cairan TD: 100/ 80 mmHg N: 89x/ menit
creatinin,urine a. Menentukan kemungkinan faktor S : 37 celcius P : 21x/ menit
osmolarity, resiko dari ketidakseimbangan A :
dalam rentang cairan - Masalah Keseimbangan cairan
normal. b. Memonitor TD, HR dan RR belum teratasi ditandai dengan
3) tidak terjadi c. Mencatat secara akurat intake dan intake dan output cairan belum
kelemahan otot. output seimbang dan adanya asites.
4) tidak terjadi P:
disritmia. - Intervensi Monitor Cairan
dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Keseimbangan a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
Cairan b. Catat secara akurat intake dan
Indikator : output
1) Tidak terjadi c. Kolaborasi dalam pemberian
asites obat diuretik (lasix dan
2) Ekstremitas tidak Sprinolacton)
edema - Intervensi Managemen Cairan
3) Tidak terjadi dilanjutkan
distensi vena a. Monitor luas dan lokasi asites
jugularis dengan mengukur lingkar
perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a.Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk - Pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe sudah meningkat
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan O:
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Pasien mendapat diit ML sayur,
dalam rentang c. Meyakinkan diet yang dimakan buah, lauk dan nasi.
normal mengandung tinggi serat untuk - Pasien tampak menghabiskan 400
3) Intake minuman mencegah konstipasi cc air meineral
dalam rentang - IMT : 13,33 malnutrisi berat
normal Nutrition monitoring - Balance cairan : +23cc
4) Rasio BB/TB a. Memonitor tipe dan jumlah - Hb 10,6 g/l
dalam rentang aktivitas yang biasa dilakukan A:
normal b. Memonitor lingkungan selama - Masalah BB belum tertasi ditandai
makan. dengan IMT Malnutrisi berat

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Status Nutrisi : c. Menjadwalkan pengobatan dan P :
Asupan Makanan tindakan tidak selama jam makan - Intervensi Nutrition Management
dan Cairan d. Memonitor kulit kering dan dilanjutkan dengan cara sebagai
Indikator : perubahan pigmentasi berikut:
1) Asupan kalori, e. Memonitor turgor kulit a. Menganjurkan diit tinggi
vitamin, mineral f. Memonitor kekeringan, rambut protein, vitamin c dan serat
2) Asupan protein, kusam, dan mudah patah - nutrition monitoring dilanjutkan
lemak, g. Memonitor mual dan muntah a. Monitor lingkungan selama
3) Asupan serat, h. Memonitor pertumbuhan dan makan
kalsium, sodium perkembangan b. Monitor kekeringan, rambut
4) Asupan i. Memonitor pucat, kemerahan, rontok
karbohidrat, dan kekeringan jaringan c. Monitor pcat dengan mencek
asupan zat besi konjungtiva. konjungtiva
j. Memonitor kalori dan intake
b. Kontrol BB nutrisi
Indikator : k. Mencatat adanya edema
1) Adanya
peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


5) Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
6) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Resiko Infeksi d. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan badan masih
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh dalam setelah dipakai pasien lain terasa lemah, tidak demam
Leukopenia, batas normal b. Membatasi pengunjung bila perlu O:
Malnutrisi 2) Leukosit dalam c. Menginstruksikan kepada - Suhu: 37 0C
batas normal pengunjung untuk mencuci - Leukosit 13.770 /mm3
e. Nutrition Status tangan saat berkunjung dan - trombosit 254.000 /mm3
Indikator setelah berkunjung meninggalkan - Hematokrit 31,4 %
1) Asupan makanan pasien - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
meningkat d. Mencuci tangan setiap sebelum lokal
dan setelah melakukan tindakan - Pasien menghabiskan 1 porsi diit
e. Menggunakan baju, sarung A:
f. Risk control tangan sebagai alat pelindung - Masalah immune Status belom
Indikator: f. Mempertahankan lingkungan teratasi ditandai dengan adanya
1) Klien bebas dari aseptik selama pemasangan alat leukopenia
tanda dan gejala g. Memberikan terapi antibiotik
infeksi (Ceftriaxone 2x1 gr IV Jam 10.00 P:
2) Mendeskripsikan WIB dan Jam 22.00 WI) Intervensi Infection Control dilanjutkan
proses penularan h. Memonitor tanda dan gejala dengan cara sebagai berikut:
penyakit infeksi sistemik dan lokal a. Inspeksi kulit, membran mukosa

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Menunjukkan i. Memonitor kerentanan terhadap terhadap kemerahan
kemampuan untuk infeksi b. Berikan terapi antibiotik
mencegah j. Menginspeksi kulit dan membran c. Monitor masukan diit
timbulnya infeksi mukosa terhadap kemerahan,
4) Menunjukkan panas, drainase
perilaku hidup k. Mendorong masukan nutrisi yang
sehat cukup
l. Mendorong istirahat
m. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
n. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit

Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:


berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi e. Mengobservasi respon jantung- diruangan

Poltekkes Kemenkes Padang


4) Menyesuaikan paru terhadap aktivitas (misalnya - Pasien hanya miring kanan kiri
gaya hidup sesuai takikardia, disritmia, dispnea, A:
tingkat energi pucat, dan frekuensi pernafasan) - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan f. Membatasi stimulus lingkungan teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup (misalnya pencahayaan, dan masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan kegaduhan) lelah
aktivitas yang g. Mendorong pasien untuk P:
sesuai dengan melakukan aktivitas sesuai - Intervensi energy managemen
energi sumber energi dilanjutkan dengan cara sebagai
h. Menginstruksikan pasien atau berikut:
b. Activity tolerance keluarga untuk mengenal tanda a. Observasi sumber energy yang
Indikator : dan gejala kelelahan yang adekuat
1) Saturasi oksigen memerlukan pengurangan - Intervensi energy managemen
saat melakukan aktivitas. dilanjutkan dengan cara sebagai
aktivitas i. Membantu pasien atau keluarga berikut:
membaik/dalam untuk menentukan tujuan akhir a. Membantu pasien untuk
rentang normal yang realistis mengidentifikasi aktivitas yang
2) nadi saat j. Mengevaluasi program bisa dilakukan
melakukan peningkatan tingkat aktivitas b. Beri pasien penguatan positif
aktivitas dalam untuk beraktivitas
rentang normal Activity Therapy
3) tidak sesak napas a. Membantu klien untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas mampu dilakukan
4) tekanan darah saat b. Membantu untuk
melakukan mengidentifikasi dan
aktivitas dalam mendapatkan sumber yang
rentang normal diperlukan untuk aktivitas yang

Poltekkes Kemenkes Padang


5) mudah melakukan diinginkan
ADL c. Membantu untuk
c. Self Care : ADLs mengidentifikasi aktivitas yang
Indikator : disukai
1) Mampu d. Membantu pasien atau keluarga
melakukan ADL untuk mengidentifikasi
secara mandiri kekurangan dalam beraktivitas
(seperti makan, e. Menyediakan penguat positif bagi
memakai yang aktif beraktifitas
baju,toileting, f. Membantu pasien untuk
mandi, berdandan, mengembangkan motivasi diri
menjaga dan penguatan
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 6

Lampiran Asuhan Keperawatan

C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. Pengumpulan Data
i. Identifikasi Pasien
11) Nama : Tn. Y
12) Tempat/Tgl Lahir : Tarusan 01- juli-1973 (43 Tahun)
13) Jenis Kelamin : Laki-Laki
14) Status Kawin : Menikah
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SMP
17) Pekerjaan : Petani
18) Alamat : Gobah talang kayu jao dusun talang kayu
jao sungai sirah Silaut
19) Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis + Hepatoma
20) No. MR : 98-05-38

j. Identifikasi Penanggung Jawab


5) Nama : Ny. J
6) Pekerjaan : IRT
7) Alamat : Jl. Limpago taluak batang kapas
8) Hubungan : Isteri pasien

k. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang :
c) Keluhan Utama : Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang
melalui IGD pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 20.18 WIB, dengan
keluhan Perut membuncit nafas sesak sejak ± 2 minggu yang
lalu. Di IGD pasien mengalami penurunan kesadaran, tingkat
kesadaran samnolen, pasien demam ± 3hari yang lalu

Poltekkes Kemenkes Padang


d) Riwayat Kesehatan Pada Saat Dikaji : Pada saat pengkajian
tanggal 6 Juni 2017 pukul 13.30 WIB di ruang HCU Interne,
pasien mengatakan perut membuncit, perut terasa penuh dan
membuat nafasnya terasa sesak. Pasien mengatakan nafsu
makannya menurun, pasien juga mengatakan selama sakit
badannya terasa semakin kurus. Pasien mengatakan tidak
mampu bergerak banyak, badannya terasa lemah dan sulit
beraktivitas.

5) Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien merupakan rujukan dari RSUD Painan, Pesisir Selatan.
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kuning
sebelumnya dan pasien mengatakan sudah pernah dirawat sebanyak
2 kali di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pasien mengatakan
tidak pernah menderita penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi
Sebelumnya. Pasien mengatakan baru 1 kali disedot cairan yaitu
saat pasien mengetahui penyakitnya pada bulan April 2017 . Dahulu
pasien sering mengkonsumsi kopi dan minuman yang bergas-gas.
Pasien mengatakan sering bergadang pada malam hari.

6) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit serupa seperti pasien. Pasien juga mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang pernah memiliki penyakit Hepatitis
sebelumnya.

l. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)


5) Pola Nutrisi
Sehat : pasien mengatakan makan 3x sehari, pasien makan
dengan telur, lauk, dan sayur, pasien mengahabiskan makanan ½
porsi makanan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Sakit : Pasien makan 3x sehari, dengan Diet MC DH I melalui
NGT

6) Pola Eliminasi
Sehat : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAB bewarna kuning,
BAK ± 5x sehari

Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAB berwarna pekat,


BAK 8-12 x sehari

7) Pola istirahat dan tidur


Selama dirawat pasien tidur ±7-8 jam perhari. Pasien mengatakan
kadang-kadang sulit tidur karena sesak nafas.

8) Pola Aktivitas dan Latihan


Pasien mengatakan selama sakit aktivitas sehari-harinya dibantu oleh
keluarga dan perawat diruangan. Pasien mengatakan tidak bisa
banyak beraktivitas karena akan merasa sesak nafas.

m. Pemeriksaan Fisik
14) Keadaan Umum Pasien
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif (E=4 M=5 V=6)
TTV : TD; 115/61 mmHg, N; 125x/i, S; 37 0C, RR; 24x/i
BB : 55 kg
TB : 165 cm
IMT : 20.20

15) Pemeriksaan kepala dan muka


Tidak ada benjolan di kepala, tidak ada lesi dikepala

16) Pemeriksaan mata


Konjungtiva tampak pucat, skelera tampak ikterik, reflek pupil
(+/+)

Poltekkes Kemenkes Padang


17) Pemeriksaan telinga
Telinga tampak bersih, pendengaran baik

18) Pemeriksaan Hidung


Hidung tampak bersih, terpasang NGT

19) Pemeriksaan mulut dan faring


Mulut pasien tampak bersih

20) Pemeriksaan leher


Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid

21) Pemeriksaan thorak


Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
pengguanaan otot bantu pernapasan
Auskultasi : terdengar vesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : terdengar sonor

22) Pemeriksaan system kardiovaskuler


Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Auskultasi : irama jantung teratur
Palpasi : ictus cordis teraba

23) Pemeriksaan Abdomen


Inspeksi : perut tampak membesar
Auskultasi : bising usus x/i
Palpasi : hati teraba, tidak ada nyeri tekan, perut teraba
tegang
Perkusi : terdengar pekak pada batas hati, dan sfiting
dulness saat diperkusi

Poltekkes Kemenkes Padang


24) Pemeriksaan Genetalia
Tidak ada keluhan saat BAK
25) Pemeriksaan
Integumen ada eritema
palmaris
26) Pemeriksaan anggota gerak/ Ekstremitas
CRT < 2 detik, tidak ada edema pada ekstremitas, kekuatan otot
555 555
555 555

n. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal pemeriksaan : 5 Juni 2017, Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 8,9 g/dl 14-18 ǁ 12-16
Leukosit 20.540/mm3 5.000-10.000
Trombosit 137.000/mm3 150.000-400.000
Hematokrit 25% 40-48 ǁ 37-43

Tanggal pemeriksaan : 6 Juni 2017, Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 9,6 g/dl 14-18 ǁ 12-16
Leukosit 23.250/mm3 5.000-10.000
Trombosit 206.000/mm3 150.000-400.000
Hematokrit 27% 40-48 ǁ 37-43

Tanggal pemeriksaan : 6 Juni 2017, Pemeriksaan Imunologi- Serologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


HbsAg 19,42 (positif) <0,13

Poltekkes Kemenkes Padang


Tanggal pemeriksaan : 5 Juni 2017

Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Total Protein 5,4 g/dl 6,6-8,7
Albumin 2,3 g/dl 3,8-5,0
Globulin 3,1 g/dl 1,3-2,7
Glukosa sewaktu 141 mg/dl < 200
Ureum darah 30 mg/dl 10,0-50,0
Kreatinin 0,7 mg/dl 0,6-1,1
Natrium 102 Mmol/l 136-145
Kalium 4,6 Mmol/l 3,8-5,0

Tanggal 6 Juni 2017 Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Bilirubin total 8,9 mg/dl 0,3-1,0
Bilirubin direk 8,4 mg/dl <0,20
Bilirubin indirek 0,5 mg/dl <0,60
SGOT 292 u/l < 38
SGPT 392 u/l <41
LDH 1020 u/l 240-480

Poltekkes Kemenkes Padang


Tanggal pemeriksaan 7 Juni 2017

Pemeriksaan Urin

Makroskopis
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning-Coklat
Kekeruhan Negatif Negatif
BJ 1.010 1.003-1.030
pH 5,5 4,6-8,0
Mikriskopis
Leukosit 0-1/ LPB ≤5
Eritrosit 0-1/ LPB ≤1
Silinder Negatif/ LPK Negatif
Kristal Negatif/ LPK Negatif
Epitel Positif /LPK Positif
Kimia
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Positif Negatif
Urobilinogen Positif Positif

o. Program pengobatan
1:1/12 jam: Comafusin : Triofusin
Nacl 3% 12 jam/kolf 1 kali pemberian
Nacl 0,9 % setelah Nacl 3% habis
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Modopar 3x1 P.O
Sprinolacton 1x100 P.O

Poltekkes Kemenkes Padang


p. ANALISA DATA
Data Masalah penyebab
DS : Kelebihan volume Penurunan tekanan
- Pasien mengatakan cairan osmotik koloid
perutnya membesar
DO :
- Perut pasien tampak asites
- Intake output cairan
pasien inbalance
PO :
- minum melalui NGT :
600 cc

IVFD :
-Comafusin : Triofusin
(1:1/ 12 Jam/ 500 cc)
-Nacl 3 % 12 jam
-Injeksi obat : Ceftriaxone
1x10 cc
Jumlah : 1510

IWL
15×55𝑘𝑔
= 34.37 cc/ jam
24

18.7x24= 824.88 cc
Dieresis : 2500 cc/ 24
jam
Balance cairan :
1510-824.88-2500
=-1814,88 cc
DS : Ketidalefektifan pola Penurunan
- Pasien mengatakan napas ekspansi paru

Poltekkes Kemenkes Padang


napasnya terasa sesak
- Pasien mengatakan sulit
bernapas karena perutnya
terasa penuh

DO :
- Pasien tampak sesak
- Frekuensi napas 24x/ menit
- Perut pasien tampak asites
- Klien tampak sulit bernafas
jika berbaring
- Klien terpasang O2
- Tidak tampak retraksi
dinding dada
- Klien tampak menggunakan
pernapasan bibir

DS : Ketidakseimbangan Penurunan aborpsi


- Pasien mengatakan nafsu nutrisi: kurang dari vitamin,
makannya berkurang kebutuhan tubuh karbohidrat dan
- Pasien mengatakan selama lemak
sakit badannya terasa
tambah kurus
DO :
- Pasien tampak lemah
- Badan pasien tampak
kurus,
- Konjungtiva tampak
anemis
- Hb : 8,9 g/dl
- Diit pasien MC
IMT :( BB/TB)2

Poltekkes Kemenkes Padang


= 55 kg / (165 cm)2
= 20.20
DS : Resiko Infeksi Anemia,
- Pasien mengatakan badan Leukopenia dan
terasa lemah, pasien habis Malnutrisi
demam ±3 hari yang lalu
DO :
- Hb=8,9 mg/dl
- Leukosit = 20.540 /mm3
- Trombosit 137.000/mm3
- Hematokrit 25%

DS : Intoleransi aktivitas kelelahan


- Pasien mengatakan
badannya terasa letih
- Pasien mengatakan tidak
mampu untuk beraktivitas
DO :
- Pasien tampak letih
- Pasien tampak sesak napas
bila beraktifitas
- Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
- Aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat
ruangan
- TTV
TD : 115/62 mmHg,
Nadi : 125x/ menit
Nafas : 24x/ menit
Suhu : 37 celcius.

Poltekkes Kemenkes Padang


D. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Ditemukan masalah Masalah Teratasi
O Keperawatan Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan pola 6-06-2017
napas berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru.
2. Kelebihan volume 7-06-2017
cairan berhubungan
dengan penurunan
tekanan osmotik
koloid
3. Ketidakseimbangan 8-06-2017
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat.
4. Resiko Infeksi 9-06-2017
berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia,
Malnutrisi
5. Intoleransi aktifitas 10-06-2017
berhubungan dengan
kelelahan

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakefektifan pola napas g. Status Pernafasan : Ventilasi Manajemen Jalan Nafas


berhubungan dengan penurunan Indikator : m. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ekspansi paru. 16) Respiratory rate dalam rentang normal ventilasi; posisi semi fowler.
17) Tidak ada retraksi dinding dada n. Auskultasi bunyi napas, catat jika adanya
18) Tidak mengalami dispnea saat istirahat bunyinapas tambahan.
19) Tidak ditemukan orthopnea o. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
20) Tidak ditemukan atelektasis keseimbangan.
h. Status Pernafasan : Kepatenan Jalan p. monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Nafas oksigenasi.
Indikator :
9) Respiratory rate dalam rentang normal Terapi Oksigen
10) Pasien tidak cemas s. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa sekresi
11) Menunjukkan jalan nafas yang paten t. Siapkan peralatan oksigen dan siapkan
humadifier
u. Monitor aliran oksigen
v. Pastikan penggantian masker atau kanul
sesuai kebutuhan
w. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa atau
dipindahkan
x. Amati tanda-tanda hipoventilasi

Monitor TTV
j. Monitor vital sign.

Poltekkes Kemenkes Padang


k. Identifikasi perubahan status vital sign.
l. Monitor frekuensi nafas dan irama
pernapasan.

Manajemen Cairan
m. Monitor indikasi dari kelebihan volume
cairan (edema, asites).
n. Nilai luas dan lokasi edema.
o. Monitor vital sign.
p. Monitor hasil labor yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).

Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
2.. Kelebihan volume cairan m. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Manajemen Cairan
berhubungan dengan penurunan Basa ee. Pertahankan catatan intake dan output yang
tekanan osmotik koloid Indikator : akurat
13) Serum albumin, kreatinin, ff. Pasang urin kateter jika diperlukan
hematokrit, Blood Urea Nitrogen gg.Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
(BUN), dalam rentang normal. cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
14) pH urine, urine sodium, urine hh. Monitor vital sign
creatinin,urine osmolarity, dalam ii. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
rentang normal. jj. Kaji luas dan lokasi edema
15) tidak terjadi kelemahan otot. kk. Monitor masukan makanan / cairan dan
16) tidak terjadi disritmia. hitung intake kalori
ll. Monitor status nutrisi

Poltekkes Kemenkes Padang


n. Keseimbangan Cairan mm. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
Indikator : interuksi
10) Tidak terjadi asites nn. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan
11) Ekstremitas tidak edema berlebih muncul memburuk
12) Tidak terjadi distensi vena jugularis
Monitor Cairan
bb. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi
cc. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
dd. Monitor berat badan
ee. Monitor TD, HR dan RR
ff. Monitor perubahan irama jantung
gg.Catat secara akurat intake dan output
hh. Monitor tanda dan gejala edema
ii. Beri cairan sesuai keperluan
jj. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi j. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Indikator : w. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan intake yang 13) Intake nutrisi dalam rentang normal x. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak adekuat. 14) Intake makanan dalam rentang normal menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
15) Intake minuman dalam rentang normal dibutuhkan pasien
16) Rasio BB/TB dalam rentang normal y. Anjurkan pasien untuk meningkatkan Fe
z. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
k. Status Nutrisi : Asupan Makanan dan dan vitamin C
Cairan aa. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Indikator : tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Poltekkes Kemenkes Padang


13) Asupan kalori, vitamin, mineral bb. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
14) Asupan protein, lemak, cc. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
15) Asupan serat, kalsium, sodium nutrisi yang dibutuhkan
16) Asupan karbohidrat, asupan zat besi
Manajemen Mual
l. Kontrol BB v. Ajarkan pasien untuk memonitor pengalaman
Indikator : mualnya
19) Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
20) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi w. Ajarkan pasien untuk mempelajari strategi-
badan strategi untuk mengatur mualnya
21) Mampu mengidentifikasi kebutuhan x. Lakukan pengkajian lengkap terkait mual,
nutrisi meliputi frekuensi, durasi, dan faktor
22) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi presipitasi.
23) Menunjukkan peningkatan fungsi y. Evaluasi pengalaman-pengalaman mual
pengecapan dari menelan pasien sebelumnya
24) Tidak terjadi penurunan berat badan z. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
yang berarti mual pasien sebelumnya
aa. Kolaborasi memberikan terapi anti emetik
yang diberikan untuk menghindari terjadinya
mual
bb. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi musik, distraksi,
acupressure untuk mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien

Nutrition monitoring
qq. BB pasien dalam batas normal

Poltekkes Kemenkes Padang


rr. Monitor adanya penurunan berat badan
ss. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
tt. Monitor lingkungan selama makan.
uu. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
vv. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
ww. Monitor turgor kulit
xx. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
yy. Monitor mual dan muntah
zz. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
aaa. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
bbb. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
ccc. Monitor kalori dan intake
nutrisi ddd. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi
m. Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
n. Tentukan intake makanan dan kebiasaan
makan pasien
o. Sediakan informasi tentang kebutuhan
kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan
berat badan, peningkatan berat badan,

Poltekkes Kemenkes Padang


kekurangan cairan
p. Bantu pasien untuk mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
4. Resiko Infeksi berhubungan j. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi)
dengan Anemia, Leukopenia, Indikator : ww. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Malnutrisi 7) Suhu tubuh dalam batas normal pasien lain
8) Leukosit dalam batas normal xx. Batasi pengunjung bila perlu
yy. Instruksikan kepada pengunjung untuk
k. Nutrition Status mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
Indikator berkunjung meninggalkan pasien
4) Asupan makanan meningkat zz. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci
tangan
l. Risk control aaa. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah
Indikator: melakukan tindakan
13) Klien bebas dari tanda dan gejala bbb. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
infeksi pelindung
14) Mendeskripsikan proses penularan ccc. Pertahankan lingkungan aseptik selama
penyakit pemasangan alat
15) Menunjukkan kemampuan untuk ddd. Berikan terapi antibiotik bila perlu
mencegah timbulnya infeksi eee. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
16) Menunjukkan perilaku hidup sehat dan lokal
fff. Monitor kerentanan terhadap infeksi
ggg. Berikan perawatan kulit pada daerah
epidema
hhh. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
iii. Dorong masukan nutrisi yang cukup
jjj. Dorong istirahat

Poltekkes Kemenkes Padang


kkk. Ajarkan cara menghindari
infeksi lll. Laporkan kecurigaan infeksi
Monitor Nutrisi
o. Monitor diet dan asupan kalori
p. Monitor tugor kulit
q. Monitor berat badan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan j. Energy conservation Energy Management
dengan kelelahan Indikator : nn. Tentukan keterbatasan pasien terhadap
19) Menunjukkan keseimbangan antara aktivitas
aktivitas dengan istirahat oo. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
20) Menggunakan teknik pp. Dorong pasien untuk mengungkapkan
21) Mengenali keterbatasan energi perasaan tentang keterbatasannya
22) Menyesuaikan gaya hidup sesuai qq. Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang
tingkat energi adekuat
23) Mempertahankan gizi yang cukup rr. Observasi respon jantung-paru terhadap
24) Melaporkan aktivitas yang sesuai aktivitas (misalnya takikardia, disritmia,
dengan energi dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan)
ss. Batasi stimulus lingkungan (misalnya
k. Activity tolerance pencahayaan, dan kegaduhan)
Indikator : tt. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat
16) Saturasi oksigen saat melakukan pasien memiliki banyak tenaga.
aktivitas membaik/dalam rentang uu. Rencanakan periode aktivitas saat pasien
normal memiliki banyak tenaga
17) nadi saat melakukan aktivitas dalam vv. Hindari aktivitas selama periode istirahat
rentang normal ww. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
18) tidak sesak napas saat melakukan sesuai sumebr energi
aktivitas xx. Instruksikan pasien atau keluarga untuk
19) tekanan darah saat melakukan aktivitas mengenal tanda dan gejala kelelahan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


dalam rentang normal memerlukan pengurangan aktivitas.
20) mudah melakukan ADL yy. Bantu pasien atau keluargauntuk menentukan
l. Self Care : ADLs tujuan akhir yang realistis
Indikator : zz. Evaluasi program peningkatan tingkat
3) Mampu melakukan ADL secara mandiri aktivitas
(seperti makan, memakai baju,toileting,
mandi, berdandan, menjaga kebersihan, Activity Therapy
oral hygiene, berjalan, berpindah hh. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
tempat) Medik dalam merencakan program terapi
yang tepat

ii. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas


yang mampu dilakukan
jj. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
kk. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
ll. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivasi seperti kursi roda
mm. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
nn. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
oo. Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


pp. Sediakan penguat positif bagi yang aktif
beraktifitas
qq. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
rr. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Implementasi dan Evaluasi
Hari : Selasa
Tanggal : 6-6-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Ketidakefektifan a. Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas S:
Ventilasi k. Mengatur posisi pasien semi - Pasien mengatakan nafas sesak
pola napas
Indikator : fowler. sudah tidak ada lagi
berhubungan 6) Respiratory rate l. Mengauskultasi bunyi napas, - Pasien mengatakan perutnya
dalam rentang catat jika adanya bunyi napas membucit, tegang
dengan penurunan
normal tambahan. O:
ekspansi paru. 7) Tidak ada - Tampak asites pada perut pasien
retraksi dinding Terapi Oksigen - TTV
dada a. Memonitor aliran oksigen TD : 123/69 mmHg N: 90x/ menit
8) Tidak mengalami b. Memberikan oksigen melalui S : 36,5 celcius P : 22x/ menit
dispnea saat nasal kanul - Tidak ada suara nafas tambahan
istirahat c. Mengamati tanda-tanda - Tidak tampak penggunaan otot
9) Tidak ditemukan hipoventilasi dengan memasang bantu pernapasan
orthopnea monitor - O2 3l/menit
10) Tidak ditemukan - Sat O2: 99 %
atelektasis Monitor TTV - Hb: 9,6 g/dl
b. Status Pernafasan d. Memonitor vital sign. - Ht 27 %

Poltekkes Kemenkes Padang


: Kepatenan Jalan e. Mengidentifikasi perubahan - Cairan output berlebih 1814,88
Nafas status vital sign. - Lingkar perut 83
Indikator : f. Memonitor frekuensi nafas cm A :
4) Respiratory - Masalah Status pernafasan :
rate dalam Manajemen Cairan Ventilasi teratasi ditandai dengan
rentang k. Memonitor indikasi dari Respiratory Rate dalam rentang
normal kelebihan volume cairan (asites) normal.
5) Pasien tidak dengan mengukur lingkar perut - Masalah Status pernapasan:
cemas l. Monitor vital sign. kepatenan jalan nafas teatasi
6) Menunjukkan m. Monitor hasil labor yang sesuai ditandai dengan menujukkan jalan
jalan nafas dengan retensi cairan (Hb, Ht,) nafas yang paten
yang paten Monitor Cairan
Memberikan terapi sprinolacton P :
1x100 P.O jam 12.00 WIB - Intervensi selesai

Kelebihan volume c. Keseimbangan Manajemen Cairan S:


Elektrolit dan Asam m. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
cairan berhubungan
Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
dengan penurunan Indikator : n. Monitor hasil labor yang sesuai penuh
5) Serum albumin, dengan retensi cairan Hb, Ht O:
tekanan osmotik
kreatinin, n. Memonitor vital sign - Tampak asites
koloid hematokrit, o. Mengkaji luas dan lokasi asites - Intake : minum : 250 cc + obat
Blood Urea dengan cara mengukur lingkar injeksi 10 cc + IVFD Nacl 3%
Nitrogen (BUN), perut +Triofusion 300 cc = 560
dalam rentang p. Memonitor masukan makanan / - Output : 500 cc
normal. cairan - Inbalance = 60 cc
6) pH urine, urine q. Berkolaborasi pemberian diuretik - Lingkar Perut 83 cm
sodium, urine sesuai interuksi (sprinolacton - Hb: 9,6 g/dl

Poltekkes Kemenkes Padang


creatinin,urine 1x100 P.O jam 12.00 WIB) - Ht 27 %
osmolarity, - TTV
dalam rentang Monitor Cairan TD : 123/69 mmHg N: 90x/ menit
normal. d. Menentukan kemungkinan faktor S : 36,5 celcius P : 22x/ menit
7) tidak terjadi resiko dari ketidakseimbangan A :
kelemahan otot. cairan - Masalah Keseimbangan cairan
8) tidak terjadi e. Memonitor TD, HR dan RR belum teratasi ditandai dengan
disritmia. f. Mencatat secara akurat intake dan intake dan output cairan belum
output seimbang dan adanya asites.
d. Keseimbangan g. Memberi cairan sesuai keperluan P:
Cairan - Intervensi Monitor Cairan dilanjutkan
Indikator : dengan cara sebagai berikut:
7) Tidak terjadi g. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
asites h. Catat secara akurat intake dan
8) Ekstremitas tidak output
edema i. Kolaborasi dalam pemberian obat
diuretik (lasix dan Sprinolacton)
9) Tidak terjadi
Intervensi Managemen Cairan
distensi vena
-

dilanjutkan
jugularis e. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar perut
f. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
Indikator : e. Berkolaborasi dengan ahli gizi Pasien mengatakan tidak nafsu makan
nutrisi kurang dari
5) Intake nutrisi untuk menentukan jumlah kalori perut terasa penuh dan tegang,
kebutuhan tubuh dalam rentang dan nutrisi yang dibutuhkan O :
normal pasien - Pasien mendapat diit MC DH I
berhubungan
6) Intake makanan f. Menganjurkan pasien untuk - Diit melalui NGT 250 cc

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan intake yang dalam rentang meningkatkan Fe - Konjungiva tampak pucat
normal g. Menganjurkan pasien untuk - IMT : 20,20 normal
tidak adekuat.
7) Intake minuman meningkatkan protein dan - Hb : 9,6 g/dl
dalam rentang vitamin C - IVFD Triofusin + Nacl 3%
normal h. Menganjurkan diet yang dimakan - Transfusi albumin 20% 100cc
8) Rasio BB/TB mengandung tinggi serat untuk A:
dalam rentang mencegah konstipasi - Masalah nafsu makan belum
normal dd. Mengkaji kemampuan pasien teratasi ditandai dengan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang masih mengatakan tidak nafsu
b. Status Nutrisi : dibutuhkan makan
Asupan Makanan ee. Berkolaborasi dengan dokter P:
dan Cairan pemberian albumin ( pemeriksaan - Intervensi Nutrition Management
Indikator : labor tanggal 5-6-2017 albuin 2,3 dilanjutkan dengan cara sebagai
9) Asupan kalori, g/dl) berikut:
vitamin, mineral c. Menganjurkan diit tinggi
10) Asupan protein, protein, vitamin c dan serat
lemak, Nutrition monitoring - nutrition monitoring dilanjutkan
11) Asupan serat, k. Menjadwalkan pengobatan dan g. Monitor lingkungan selama
kalsium, sodium tindakan tidak selama jam makan makan
12) Asupan l. Memonitor kulit kering dan h. Monitor kekeringan, rambut
karbohidrat, perubahan pigmentasi rontok
asupan zat besi m. Memonitor turgor kulit i. Monitor pucat dengan mencek
n. Memonitor kekeringan, rambut konjungtiva
e. Kontrol BB kusam, dan mudah patah
Indikator : o. Memonitor mual dan muntah
7) Adanya p. Memonitor pertumbuhan dan
peningkatan berat perkembangan
badan sesuai q. Memonitor pucat, kemerahan,

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan tujuan dan kekeringan jaringan
8) Berat badan ideal konjungtiva.
sesuai dengan r. Mencatat adanya edema
tinggi badan
9) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
10) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
11) Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
12) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S :


Indikator : cc. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nafsu makan
berhubungan
5) Suhu tubuh setelah dipakai pasien lain berkurang, badan terasa letih, tidak
dengan Anemia, dalam batas dd. Membatasi pengunjung bila perlu demam
normal ee. Menginstruksikan kepada O :
Leukopenia,
6) Leukosit dalam pengunjung untuk mencuci - Suhu: 36,5 0C
Malnutrisi batas normal tangan saat berkunjung dan - Hb 9,6 g/dl
b. Nutrition Status setelah berkunjung meninggalkan - Leukosit 23.250 /mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


Indikator pasien - Trombosit 206.000/mm3
3) Asupan makanan ff. Mencuci tangan setiap sebelum - Hematokrit 27%
meningkat dan setelah melakukan tindakan - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
gg. Menggunakan baju, sarung lokal
tangan sebagai alat pelindung A:
c. Risk control hh. Mempertahankan lingkungan - Masalah immune Status belom
Indikator: aseptik selama pemasangan alat teratasi ditandai dengan adanya
9) Klien bebas dari ii. Memberikan terapi antibiotik ( leukopenia
tanda dan gejala Ceftriaxone 1x2 gr IV jam 10.00 P:
infeksi WIB) Intervensi Infection Control dilanjutkan
10) Mendeskripsikan jj. Memonitor tanda dan gejala dengan cara sebagai berikut:
proses penularan infeksi sistemik dan lokal g. Inspeksi kulit, membran mukosa
penyakit kk. Memonitor kerentanan terhadap terhadap kemerahan
11) Menunjukkan infeksi h. Berikan terapi antibiotik
kemampuan ll. Menginspeksi kulit dan membran i. Monitor masukan diit
untuk mencegah mukosa terhadap kemerahan,
timbulnya infeksi panas, drainase
12) Menunjukkan mm. Mendorong masukan nutrisi
perilaku hidup yang cukup
sehat nn. Mendorong istirahat
oo. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
pp. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit

Poltekkes Kemenkes Padang


Intoleransi aktifitas d. Energy conservation Energy Management S:
Indikator : z. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
berhubungan
7) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
dengan kelelahan keseimbangan aa. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat bb. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
8) Menggunakan mengungkapkan perasaan O :
teknik tentang keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
9) Mengenali cc. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi dd. Membatasi stimulus lingkungan diruangan
10) Menyesuaikan (misalnya pencahayaan, dan - Pasien tidak mampu untuk duduk
gaya hidup kegaduhan) sendiri, pasien miring kanan-kiri
sesuai tingkat ee. Menginstruksikan pasien atau A :
energi keluarga untuk mengenal tanda - Masalah activity tolerance belum
11) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup memerlukan pengurangan masih mengatakan badannya terasa
12) Melaporkan aktivitas. lelah
aktivitas yang ff. Membantu pasien atau keluarga P :
sesuai dengan untuk menentukan tujuan akhir - Intervensi energy managemen
energi yang realistis dilanjutkan dengan cara sebagai
gg. Mengevaluasi program berikut:
e. Activity tolerance peningkatan tingkat aktivitas c. Observasi sumber energy yang
Indikator : adekuat
6) Saturasi oksigen Activity Therapy - Intervensi energy managemen
dilanjutkan dengan cara sebagai
saat melakukan g. Membantu klien untuk
berikut:
aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang e. Membantu pasien untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


membaik/dalam mampu dilakukan mengidentifikasi aktivitas yang
rentang normal h. Membantu untuk bisa dilakukan
7) nadi saat mengidentifikasi dan f. Beri pasien penguatan positif
melakukan mendapatkan sumber yang untuk beraktivitas
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang
rentang normal diinginkan
8) tidak sesak napas i. Membantu untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas disukai
9) tekanan darah j. Membantu pasien atau keluarga
saat melakukan untuk mengidentifikasi
aktivitas dalam kekurangan dalam beraktivitas
rentang normal k. Menyediakan penguat positif bagi
10) mudah yang aktif beraktifitas
melakukan ADL l. Membantu pasien untuk
f. Self Care : ADLs mengembangkan motivasi diri
Indikator : dan penguatan
2) Mampu
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Rabu
Tanggal : 7-6-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
tekanan osmotik Indikator : b. Monitor hasil labor yang sesuai penuh
koloid 1) Serum albumin, dengan retensi cairan Hb, Ht O:
kreatinin, c. Memonitor vital sign - Tampak asites
hematokrit, Blood d. Mengkaji luas dan lokasi asites- Intake : minum : 350 cc + obat
Urea Nitrogen dengan cara mengukur lingkar injeksi 10 cc + Nacl 0,9 %+
(BUN), dalam perut Triofusion 250 cc = 610
rentang normal. e. Memonitor masukan makanan / - Output : 700 cc
2) pH urine, urine cairan - Inbalance = 90 cc
sodium, urine - Lingkar Perut 84,5 cm
f. Berkolaborasi pemberian diuretik
creatinin,urine sesuai interuksi (sprinolacton- Hb: 8,6 g/dl
osmolarity, dalam 1x100 P.O jam 12.00 WIB) - Ht 25 %
rentang normal. - Total albumin 5,3 g/dl
3) tidak terjadi Monitor Cairan - Albumin 2,5 g/dl
kelemahan otot. a. Menentukan kemungkinan faktor - TTV
4) tidak terjadi resiko dari ketidakseimbangan TD : 126/73 mmHg N: 121x/
disritmia. cairan menit

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Memonitor TD, HR dan RR S : 36,6 celcius P : 20x/ menit
b. Keseimbangan h. Mencatat secara akurat intake dan A:
Cairan output - Masalah Keseimbangan cairan
Indikator : belum teratasi ditandai dengan
1) Tidak terjadi asites adanya asites, lingkar perut naik 1,5
2) Ekstremitas tidak cm
edema
3) Tidak terjadi P:
distensi vena - Intervensi Monitor Cairan
jugularis dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:
j. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
k. Catat secara akurat intake dan
output
l. Kolaborasi dalam pemberian
obat diuretik (lasix dan
Sprinolacton)
- Intervensi Managemen Cairan
dilanjutkan
g. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar
perut
h. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi dalam meningkatkan Fe perut terasa penuh dan tegang
berhubungan rentang normal b. Menganjurkan pasien untuk O :
dengan intake yang 2) Intake makanan meningkatkan protein dan - Pasien mendapat diit MC DH I

Poltekkes Kemenkes Padang


tidak adekuat. dalam rentang normal vitamin C - Diit melalui NGT 250 cc
3) Intake minuman c. Menganjurkan diet yang dimakan - Konjungiva tampak pucat
dalam rentang normal mengandung tinggi serat untuk - IMT : 20,20 normal
4) Rasio BB/TB dalam mencegah konstipasi - Hb : 8,6 g/dl
rentang normal - Albumin 2,5 g/dl
Nutrition monitoring - IVFD Triofusin + Nacl 0,9%
b. Status Nutrisi : a. Menjadwalkan pengobatan dan A:
Asupan Makanan tindakan tidak selama jam makan - Masalah nafsu makan belum
dan Cairan b. Memonitor kulit kering dan teratasi ditandai dengan pasien
Indikator : perubahan pigmentasi masih mengatakan tidak nafsu
1) Asupan kalori, c. Memonitor turgor kulit makan, dan Hb 8,6 g/dl
vitamin, mineral d. Memonitor kekeringan, rambut P:
2) Asupan protein, kusam, dan mudah patah - Intervensi Nutrition Management
lemak, e. Memonitor mual dan muntah dilanjutkan dengan cara sebagai
3) Asupan serat, f. Memonitor pertumbuhan dan berikut:
kalsium, sodium perkembangan d. Menganjurkan diit tinggi
4) Asupan karbohidrat, g. Memonitor pucat, kemerahan, protein, vitamin c dan serat
asupan zat besi dan kekeringan jaringan - nutrition monitoring dilanjutkan
c. Kontrol BB konjungtiva. j. Monitor lingkungan selama
Indikator : h. Mencatat adanya edema makan
1) Adanya k. Monitor kekeringan, rambut
peningkatan berat rontok
badan sesuai dengan l. Monitor pucat dengan mencek
tujuan konjungtiva
2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3) Mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
5) Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
6) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membatasi pengunjung bila perlu - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh b. Menginstruksikan kepada berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, dalam batas pengunjung untuk mencuci demam
Malnutrisi normal tangan saat berkunjung dan O:
2) Leukosit dalam setelah berkunjung meninggalkan - Suhu: 36,6 0C
batas normal pasien - Hb 8,6 g/dl
b. Nutrition Status c. Mencuci tangan setiap sebelum - Leukosit 17.900 /mm3
Indikator dan setelah melakukan tindakan - Trombosit 163.000/mm3
1) Asupan makanan d. Menggunakan baju, sarung - Hematokrit 25%
meningkat tangan sebagai alat pelindung - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
e. Mempertahankan lingkungan lokal
c. Risk control aseptik selama pemasangan alat A:

Poltekkes Kemenkes Padang


Indikator: f. Memberikan terapi antibiotik ( - Masalah immune Status belom
1) Klien bebas dari Ceftriaxone 1x2 gr IV jam 10.00 teratasi ditandai dengan adanya
tanda dan gejala WIB) leukopenia
infeksi g. Memonitor tanda dan gejala P :
2) Mendeskripsikan infeksi sistemik dan lokal Intervensi Infection Control dilanjutkan
proses penularan h. Memonitor kerentanan terhadap dengan cara sebagai berikut:
penyakit infeksi a. Inspeksi kulit, membran
3) Menunjukkan i. Menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan
kemampuan mukosa terhadap kemerahan, b. Berikan terapi antibiotik
untuk mencegah panas, drainase c. Monitor masukan diit
timbulnya infeksi j. Mendorong masukan nutrisi yang
4) Menunjukkan cukup
perilaku hidup k. Mendorong istirahat
sehat l. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
m. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi e. Membatasi stimulus lingkungan diruangan
4) Menyesuaikan (misalnya pencahayaan, dan - Pasien tidak mampu untuk duduk
gaya hidup kegaduhan) sendiri, pasien miring kanan-kiri
sesuai tingkat f. Menginstruksikan pasien atau A:
energi keluarga untuk mengenal tanda - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup memerlukan pengurangan masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan aktivitas. lelah
aktivitas yang g. Membantu pasien atau keluarga P:
sesuai dengan untuk menentukan tujuan akhir - Intervensi energy managemen
energi yang realistis dilanjutkan dengan cara sebagai
h. Mengevaluasi program berikut:
b. Activity tolerance peningkatan tingkat aktivitas d. Observasi sumber energy yang
Indikator : adekuat
1) Saturasi oksigen Activity Therapy - Intervensi energy managemen
dilanjutkan dengan cara sebagai
saat melakukan a. Membantu klien untuk
berikut:
aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang g. Membantu pasien untuk
membaik/dalam mampu dilakukan mengidentifikasi aktivitas yang
rentang normal b. Membantu untuk bisa dilakukan
2) nadi saat mengidentifikasi dan h. Beri pasien penguatan positif
melakukan mendapatkan sumber yang untuk beraktivitas
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang
rentang normal diinginkan

Poltekkes Kemenkes Padang


3) tidak sesak napas c. Membantu untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas disukai
4) tekanan darah d. Membantu pasien atau keluarga
saat melakukan untuk mengidentifikasi
aktivitas dalam kekurangan dalam beraktivitas
rentang normal e. Menyediakan penguat positif bagi
5) mudah yang aktif beraktifitas
melakukan ADL f. Membantu pasien untuk
c. Self Care : ADLs mengembangkan motivasi diri
Indikator : dan penguatan
1) Mampu
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


Hari : Kamis
Tanggal : 8-6-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perut yang
dengan penurunan Basa dan output yang akurat tersah tegang dan penuh sudah
tekanan osmotik Indikator : b. Monitor hasil labor yang sesuai berkurang
koloid 1) Serum albumin, dengan retensi cairan albumin O:
kreatinin, c. Memonitor vital sign - Tampak asites
hematokrit, d. Mengkaji luas dan lokasi asites- Intake : minum : 350 cc + obat
Blood Urea dengan cara mengukur lingkar injeksi 10 cc + Nacl 0,9 %+
Nitrogen (BUN), perut Triofusion 200 cc = 550 cc
dalam rentang e. Memonitor masukan makanan / - Output : 400 cc + sedot cairan 1,5
normal. cairan liter
2) pH urine, urine - Inbalance = 150 cc
f. Berkolaborasi pemberian diuretik
sodium, urine sesuai interuksi (sprinolacton - Lingkar Perut 83,5 cm
creatinin,urine 1x100 P.O jam 12.00 WIB) - Total protin 5,5 g/dl
osmolarity, - Albumin 2,5 g/dl
g. Berkolaborasi dengan dokter jika
dalam rentang tanda cairan berlebih muncul - TTV
normal. memburuk, dokter menyaankan TD : 123/69 mmHg N: 111x/
3) tidak terjadi sedot cairan sebanyak 1,5 liter menit
kelemahan otot. S : 36,7 celcius P : 21x/ menit
4) tidak terjadi Monitor Cairan A:
disritmia. a. Menentukan kemungkinan faktor - Masalah Keseimbangan cairan
resiko dari ketidakseimbangan belum teratasi ditandai dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Keseimbangan cairan adanya asites, lingkar perut turun
Cairan b. Memonitor TD, HR dan RR 1,5 cm
Indikator : c. Mencatat secara akurat intake dan
1) Tidak terjadi asites output P:
2) Ekstremitas tidak - Intervensi Monitor Cairan
edema dilanjutkan dengan cara sebagai
3) Tidak terjadi berikut:
distensi vena m. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
jugularis n. Catat secara akurat intake dan
output
o. Kolaborasi dalam pemberian
obat diuretik (lasix dan
Sprinolacton)
- Intervensi Managemen Cairan
dilanjutkan
i. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar
perut
j. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe perut terasa penuh dan tegang
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk O:
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan - Pasien mendapat diit MC DH II
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Nasi 400 g, lauk 20 g, sayur 25 g
dalam rentang c. Menganjurkan diet yang dimakan dan buah 1
normal mengandung tinggi serat untuk - Konjungiva tampak pucat
3) Intake minuman mencegah konstipasi - IMT : 20,20 normal

Poltekkes Kemenkes Padang


dalam rentang - Albumin 2,5 g/dl
normal Nutrition monitoring - IVFD Triofusin + Nacl 0,9%
4) Rasio BB/TB a. Memonitor lingkungan selama A:
dalam rentang makan - Masalah nafsu makan belum
normal b. Menjadwalkan pengobatan dan teratasi ditandai dengan pasien
tindakan tidak selama jam makan masih mengatakan tidak nafsu
c. Memonitor kulit kering dan makan,
perubahan pigmentasi
b. Status Nutrisi : d. Memonitor turgor kulit P:
Asupan Makanan e. Memonitor kekeringan, rambut - Intervensi Nutrition Management
dan Cairan kusam, dan mudah patah dilanjutkan dengan cara sebagai
Indikator : f. Memonitor mual dan muntah berikut:
1) Asupan kalori, g. Memonitor pertumbuhan dan e. Menganjurkan diit tinggi
vitamin, mineral perkembangan protein, vitamin c dan serat
2) Asupan protein, h. Memonitor pucat, kemerahan, - nutrition monitoring dilanjutkan
lemak, dan kekeringan jaringan m. Monitor lingkungan selama
3) Asupan serat, konjungtiva. makan
kalsium, sodium i. Mencatat adanya edema n. Monitor kekeringan, rambut
4) Asupan karbohidrat, rontok
asupan zat besi o. Monitor pucat dengan mencek
c. Kontrol BB konjungtiva
Indikator :
1) Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
5) Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
6) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:
berhubungan Indikator : a. Membatasi pengunjung bila perlu - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh b. Menginstruksikan kepada berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, dalam batas pengunjung untuk mencuci demam
Malnutrisi normal tangan saat berkunjung dan O:
2) Leukosit dalam setelah berkunjung meninggalkan - Suhu: 36,7 0C
batas normal pasien - Hb 8,6 g/dl
b. Nutrition Status c. Mencuci tangan setiap sebelum - Leukosit 17.900 /mm3
Indikator dan setelah melakukan tindakan - Trombosit 163.000/mm3
1) Asupan makanan d. Menggunakan baju, sarung - Hematokrit 25%
meningkat tangan sebagai alat pelindung - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
e. Mempertahankan lingkungan lokal
c. Risk control aseptik selama pemasangan alat A:
Indikator: f. Memberikan terapi antibiotik ( - Masalah immune Status belom
1) Klien bebas dari Ceftriaxone 1x2 gr IV jam 10.00 teratasi ditandai dengan adanya
tanda dan gejala WIB) leukopenia

Poltekkes Kemenkes Padang


infeksi g. Memonitor tanda dan gejala P :
2) Mendeskripsikan infeksi sistemik dan lokal Intervensi Infection Control dilanjutkan
proses penularan h. Memonitor kerentanan terhadap dengan cara sebagai berikut:
penyakit infeksi d. Inspeksi kulit, membran
3) Menunjukkan i. Menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan
kemampuan mukosa terhadap kemerahan, e. Berikan terapi antibiotik
untuk mencegah panas, drainase f. Monitor masukan diit
timbulnya infeksi j. Mendorong masukan nutrisi yang
4) Menunjukkan cukup
perilaku hidup k. Mendorong istirahat
sehat l. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
m. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan O:
teknik tentang keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak

Poltekkes Kemenkes Padang


keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi e. Membatasi stimulus lingkungan diruangan
4) Menyesuaikan (misalnya pencahayaan, dan - Pasien mampu untuk duduk
gaya hidup kegaduhan) sendiri, pasien miring kanan-kiri
sesuai tingkat f. Menginstruksikan pasien atau A:
energi keluarga untuk mengenal tanda - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup memerlukan pengurangan masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan aktivitas. lelah
aktivitas yang g. Membantu pasien atau keluarga P:
sesuai dengan untuk menentukan tujuan akhir - Intervensi energy managemen
energi yang realistis dilanjutkan dengan cara sebagai
h. Mengevaluasi program berikut:
b. Activity tolerance peningkatan tingkat aktivitas e. Observasi sumber energy yang
Indikator : adekuat
1) Saturasi oksigen Activity Therapy - Intervensi energy managemen
saat melakukan a. Membantu klien untuk dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:
aktivitas mengidentifikasi aktivitas
c. Membantu pasien untuk
membaik/dalam yang mampu dilakukan mengidentifikasi aktivitas yang
rentang normal b. Membantu untuk bisa dilakukan
2) nadi saat mengidentifikasi dan d. Beri pasien penguatan positif
melakukan mendapatkan sumber yang untuk beraktivitas
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas
rentang normal yang diinginkan
3) tidak sesak napas c. Membantu untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas
aktivitas yang disukai
4) tekanan darah d. Membantu pasien atau

Poltekkes Kemenkes Padang


saat melakukan keluarga untuk
aktivitas dalam mengidentifikasi kekurangan
rentang normal dalam beraktivitas
5) mudah e. Menyediakan penguat positif
melakukan ADL bagi yang aktif beraktifitas
c. Self Care : ADLs f. Membantu pasien untuk
Indikator : mengembangkan motivasi diri
1) Mampu dan penguatan
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Hari : Jum’at
Tanggal : 9-6-2017

Poltekkes Kemenkes Padang


Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
tekanan osmotik Indikator : b. Monitor hasil labor yang sesuai penuh
koloid 1) Serum albumin, dengan retensi cairan Hb, Ht O :
kreatinin, c. Memonitor vital sign - Tampak asites
hematokrit, Blood d. Mengkaji luas dan lokasi asites - Intake : minum : 400 cc + obat
Urea Nitrogen dengan cara mengukur lingkar injeksi 10 cc + Triofusion 200 cc =
(BUN), dalam perut 610
rentang normal. e. Memonitor masukan makanan / - Output : 500 cc
2) pH urine, urine cairan - Inbalance = 110 cc
sodium, urine f. Berkolaborasi pemberian diuretik - Lingkar Perut 84,5 cm
creatinin,urine sesuai interuksi (sprinolacton - TTV
osmolarity, dalam 1x100 P.O jam 12.00 WIB) TD : 125/70 mmHg N: 90x/ menit
rentang normal. S : 36,7 celcius P : 22x/ menit
3) tidak terjadi Monitor Cairan A:
kelemahan otot. a. Menentukan kemungkinan faktor - Masalah Keseimbangan cairan
4) tidak terjadi resiko dari ketidakseimbangan belum teratasi ditandai dengan
disritmia. cairan adanya asites, lingkar perut naik 1,5
b. Memonitor TD, HR dan RR cm
b. Keseimbangan c. Mencatat secara akurat intake dan
Cairan output P:
Indikator : - Intervensi Monitor Cairan
1) Tidak terjadi asites dilanjutkan dengan cara sebagai
2) Ekstremitas tidak berikut:
edema a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Tidak terjadi b. Catat secara akurat intake dan
distensi vena output
jugularis c. Kolaborasi dalam pemberian
obat diuretik (lasix dan
Sprinolacton)
- Intervensi Managemen Cairan
dilanjutkan
a. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar
perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe perut terasa penuh dan tegang
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk O:
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan - Pasien mendapat diit MC DH II
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Nasi 400 gr, lauk 20 gr, sayur 75
dalam rentang c. Menganjurkan diet yang gr, dan 1 buah
normal dimakan mengandung tinggi - Diit dihabiskan ½ porsi
3) Intake minuman serat untuk mencegah konstipasi - Konjungiva tampak pucat
dalam rentang - IMT : 20,20 normal
normal Nutrition monitoring - IVFD Triofusin
4) Rasio BB/TB a. Menjadwalkan pengobatan dan A:
dalam rentang tindakan tidak selama jam - Masalah nafsu makan belum
normal makan teratasi ditandai dengan pasien
b. Memonitor kulit kering dan masih mengatakan tidak nafsu
b. Status Nutrisi : perubahan pigmentasi makan,
Asupan Makanan c. Memonitor turgor kulit P:

Poltekkes Kemenkes Padang


dan Cairan d. Memonitor kekeringan, rambut - Intervensi Nutrition Management
Indikator : kusam, dan mudah patah dilanjutkan dengan cara sebagai
1) Asupan kalori, e. Memonitor mual dan muntah berikut:
vitamin, mineral f. Memonitor pertumbuhan dan a. Menganjurkan diit tinggi
2) Asupan protein, perkembangan protein, vitamin c dan serat
lemak, g. Memonitor pucat, kemerahan, - nutrition monitoring dilanjutkan
3) Asupan serat, dan kekeringan jaringan a. Monitor lingkungan selama
kalsium, sodium konjungtiva. makan
4) Asupan h. Mencatat adanya edema b. Monitor kekeringan, rambut
karbohidrat, rontok
asupan zat besi c. Monitor pucat dengan mencek
konjungtiva
c. Kontrol BB
Indikator :
1)Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
2)Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
3)Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
5)Menunjukkan
peningkatan fungsi

Poltekkes Kemenkes Padang


pengecapan dari
menelan
6) Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:


berhubungan Indikator : a. Membatasi pengunjung bila perlu - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh dalam b. Menginstruksikan kepada berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, batas normal pengunjung untuk mencuci demam
Malnutrisi 2) Leukosit dalam tangan saat berkunjung dan O:
batas normal setelah berkunjung meninggalkan - Suhu: 36,7 0C
b. Nutrition Status pasien - Hb 8,6 g/dl
Indikator c. Mencuci tangan setiap sebelum - Leukosit 17.900 /mm3
1) Asupan makanan dan setelah melakukan tindakan - Trombosit 163.000/mm3
meningkat d. Menggunakan baju, sarung - Hematokrit 25%
tangan sebagai alat pelindung - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
c. Risk control e. Mempertahankan lingkungan lokal
Indikator: aseptik selama pemasangan alat A:
1) Klien bebas dari f. Memberikan terapi antibiotik ( - Masalah immune Status belom
tanda dan gejala Ceftriaxone 1x2 gr IV jam 10.00 teratasi ditandai dengan adanya
infeksi WIB) leukopenia
2) Mendeskripsikan g. Memonitor tanda dan gejala P:
proses penularan infeksi sistemik dan lokal Intervensi Infection Control dilanjutkan
penyakit h. Memonitor kerentanan terhadap dengan cara sebagai berikut:
3) Menunjukkan infeksi g. Inspeksi kulit, membran

Poltekkes Kemenkes Padang


kemampuan i. Menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan
untuk mencegah mukosa terhadap kemerahan, h. Berikan terapi antibiotik
timbulnya infeksi panas, drainase i. Monitor masukan diit
4) Menunjukkan j. Mendorong masukan nutrisi yang
perilaku hidup cukup
sehat k. Mendorong istirahat
l. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
m. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : i. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan j. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat k. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali l. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi m. Membatasi stimulus lingkungan diruangan
4) Menyesuaikan (misalnya pencahayaan, dan - Pasien mampu untuk duduk

Poltekkes Kemenkes Padang


gaya hidup kegaduhan) sendiri, pasien miring kanan-kiri
sesuai tingkat n. Menginstruksikan pasien atau A :
energi keluarga untuk mengenal tanda - Masalah activity tolerance belum
5) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang teratasi ditandai dengan pasien
gizi yang cukup memerlukan pengurangan masih mengatakan badannya terasa
6) Melaporkan aktivitas. lelah
aktivitas yang o. Membantu pasien atau keluarga P :
sesuai dengan untuk menentukan tujuan akhir - Intervensi energy managemen
energi yang realistis dilanjutkan dengan cara sebagai
p. Mengevaluasi program berikut:
b. Activity tolerance peningkatan tingkat aktivitas a. Observasi sumber energy yang
Indikator : adekuat
1) Saturasi oksigen Activity Therapy - Intervensi energy managemen
dilanjutkan dengan cara sebagai
saat melakukan a. Membantu klien untuk
berikut:
aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang a. Membantu pasien untuk
membaik/dalam mampu dilakukan mengidentifikasi aktivitas yang
rentang normal b. Membantu untuk bisa dilakukan
2) nadi saat mengidentifikasi dan b. Beri pasien penguatan positif
melakukan mendapatkan sumber yang untuk beraktivitas
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang
rentang normal diinginkan
3) tidak sesak napas c. Membantu untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas disukai
4) tekanan darah saat d. Membantu pasien atau keluarga
melakukan untuk mengidentifikasi
aktivitas dalam kekurangan dalam beraktivitas
rentang normal e. Menyediakan penguat positif bagi

Poltekkes Kemenkes Padang


5) mudah melakukan yang aktif beraktifitas
ADL f. Membantu pasien untuk
c. Self Care : ADLs mengembangkan motivasi diri
Indikator : dan penguatan
1) Mampu
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Hari : Sabtu
Tanggal : 10-6-2017

Diagnosa NOC Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan S:
cairan berhubungan Elektrolit dan Asam a. Mempertahankan catatan intake - Pasien mengatakan perutnya masih

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan penurunan Basa dan output yang akurat membesar, tagang, dan masih terasa
tekanan osmotik Indikator : b. Monitor hasil labor yang sesuai penuh
koloid 1) Serum albumin, dengan retensi cairan Hb, Ht O:
kreatinin, c. Memonitor vital sign - Tampak asites
hematokrit, Blood d. Mengkaji luas dan lokasi asites - Intake : minum : 300 cc + obat
Urea Nitrogen dengan cara mengukur lingkar injeksi 10 cc + infus 300 cc = 810
(BUN), dalam perut - Output : 500 cc
rentang normal. e. Memonitor masukan makanan / - Inbalance = 310 cc
2) pH urine, urine cairan - Pasien sudah disedot cairan pada
sodium, urine f. Berkolaborasi pemberian diuretik tanggal 8 Juni 2017
creatinin,urine sesuai interuksi (sprinolacton - Lingkar Perut 84 cm
osmolarity, dalam 1x100 P.O jam 12.00 WIB) - TTV
rentang normal. TD : 120/70 mmHg N: 80x/ menit,
3) tidak terjadi Monitor Cairan S : 36,5 celcius, P : 22x/ menit
kelemahan otot. a. Menentukan kemungkinan faktor A :
4) tidak terjadi resiko dari ketidakseimbangan - Masalah Keseimbangan cairan
disritmia. cairan belum teratasi ditandai dengan
b. Memonitor TD, HR dan RR intake dan output cairan belum
b. Keseimbangan c. Mencatat secara akurat intake dan seimbang dan adanya asites.
Cairan output P:
Indikator : - Intervensi Monitor Cairan dilanjutkan
1) Tidak terjadi dengan cara sebagai berikut:
asites a. Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
2) Ekstremitas tidak b. Catat secara akurat intake dan
edema output
3) Tidak terjadi c. Kolaborasi dalam pemberian obat
diuretik (lasix dan Sprinolacton)
distensi vena
- Intervensi Managemen Cairan
jugularis
dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes Padang


a. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar perut
b. Monitor masukan makanan dan
cairan

Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:


nutrisi kurang dari Indikator : a. Menganjurkan pasien untuk Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh 1) Intake nutrisi meningkatkan Fe perut terasa penuh dan tegang,
berhubungan dalam rentang b. Menganjurkan pasien untuk O:
dengan intake yang normal meningkatkan protein dan - Pasien mendapat diit ML DH II
tidak adekuat. 2) Intake makanan vitamin C - Diit habis ½ porsi
dalam rentang c. Menganjurkan diet yang dimakan - IMT : 20,20 normal
normal mengandung tinggi serat untuk - IVFD Triofusin + Nacl 3%
3) Intake minuman mencegah konstipasi - Transfusi albumin 20% 100cc pada
dalam rentang tanggal 6 Juni 2017
normal Nutrition monitoring - Hasil labor tanggal 7 juni 2017 hb
4) Rasio BB/TB a. Menjadwalkan pengobatan dan 8,6 g/dl dan 8 Juni 2017 total
dalam rentang tindakan tidak selama jam makan protein 5,5 g/dl, albumin 2,5 g/dl
normal b. Memonitor kulit kering dan A:
perubahan pigmentasi - Masalah nafsu makan belum
b. Status Nutrisi : c. Memonitor turgor kulit teratasi ditandai dengan pasien
Asupan Makanan d. Memonitor kekeringan, rambut masih mengatakan tidak nafsu
dan Cairan kusam, dan mudah patah makan
Indikator : e. Memonitor mual dan muntah P:
1) Asupan kalori, f. Memonitor pertumbuhan dan - Intervensi Nutrition Management
vitamin, mineral perkembangan dilanjutkan dengan cara sebagai
2) Asupan protein, g. Memonitor pucat, kemerahan, berikut:
lemak, dan kekeringan jaringan f. Menganjurkan diit tinggi

Poltekkes Kemenkes Padang


3) Asupan serat, konjungtiva. protein, vitamin c dan serat
kalsium, sodium h. Mencatat adanya edema - nutrition monitoring dilanjutkan
4) Asupan karbohidrat, a. Monitor lingkungan selama makan
asupan zat besi b. Monitor kekeringan, rambut
c. Kontrol BB rontok
Indikator : c. Monitor pcat dengan mencek
konjungtiva
a. Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
b. Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
c. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
e. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
f. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

Poltekkes Kemenkes Padang


Resiko Infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi) S:
berhubungan Indikator : a. Membatasi pengunjung bila perlu - Pasien mengatakan nafsu makan
dengan Anemia, 1) Suhu tubuh dalam b. Menginstruksikan kepada berkurang, badan terasa letih, tidak
Leukopenia, batas normal pengunjung untuk mencuci demam
Malnutrisi 2) Leukosit dalam tangan saat berkunjung dan O:
batas normal setelah berkunjung meninggalkan - Suhu: 36,5 0C
b. Nutrition Status pasien - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Indikator c. Mencuci tangan setiap sebelum lokal
1) Asupan makanan dan setelah melakukan tindakan - Kojungtiva tampak anemis
meningkat d. Menggunakan baju, sarung - Kulit kering
tangan sebagai alat pelindung - Hasil labor 7 Juni 2017 Hb 8,6
c. Risk control e. Mempertahankan lingkungan g/dl, leukosit 17.900 /mm3,
Indikator: aseptik selama pemasangan alat trombosit 163.000 /mm3,
1) Klien bebas dari f. Memberikan terapi antibiotik ( hematokrit 25 %
tanda dan gejala Ceftriaxone 1x2 gr IV jam 10.00 A:
infeksi WIB) - Masalah immune Status belom
2) Mendeskripsikan g. Memonitor tanda dan gejala teratasi ditandai dengan adanya
proses penularan infeksi sistemik dan lokal leukopenia
penyakit h. Memonitor kerentanan terhadap
3) Menunjukkan infeksi P:
kemampuan i. Menginspeksi kulit dan membran Intervensi Infection Control dilanjutkan
untuk mencegah mukosa terhadap kemerahan, dengan cara sebagai berikut:
timbulnya infeksi panas, drainase a. Inspeksi kulit, membran mukosa
4) Menunjukkan j. Mendorong masukan nutrisi yang terhadap kemerahan

Poltekkes Kemenkes Padang


perilaku hidup cukup b. Berikan terapi antibiotik
sehat k. Mendorong istirahat c. Monitor masukan diit
l. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
m. Melaporkan kecurigaan infeksi

Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a. Energy Energy Management Evaluasi yang didapatkan pada tanggal
berhubungan conservation a. Menentukan keterbatasan pasien 10 Juni 2017 yaitu
dengan kelelahan Indikator : terhadap aktivitas S:
1) Menunjukkan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan badannya
keseimbangan kelelahan masih terasa lelah
antara aktivitas c. Mendorong pasien untuk - Pasien mengatakan aktivitas sehari
dengan istirahat mengungkapkan perasaan harinya dibantu oleh keluarga dan
2) Menggunakan tentang keterbatasannya perawat ruangan
teknik d. Mengobservasi nutrisi sebagai O:
3) Mengenali sumber energi yang adekuat - Pasien masih tampak lelah
keterbatasan e. Membatasi stimulus lingkungan - Semua aktivitas pasien tampak
energi (misalnya pencahayaan, dan dibantu oleh keluarga dan perawat
4) Menyesuaikan kegaduhan) diruangan
gaya hidup sesuai f. Menginstruksikan pasien atau - Pasien tidak mampu untuk duduk
tingkat energi keluarga untuk mengenal tanda sendiri, pasien miring kanan-kiri
5) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang A:

Poltekkes Kemenkes Padang


gizi yang cukup memerlukan pengurangan - Masalah activity tolerance belum
6) Melaporkan aktivitas. teratasi ditandai dengan pasien
aktivitas yang g. Membantu pasien atau keluarga masih mengatakan badannya terasa
sesuai dengan untuk menentukan tujuan akhir lelah
energi yang realistis P:
h. Mengevaluasi program - Intervensi energy managemen
b. Activity tolerance peningkatan tingkat aktivitas dilanjutkan dengan cara sebagai
Indikator : berikut:
1) Saturasi oksigen Activity Therapy a. Observasi sumber energy yang
saat melakukan a. Membantu klien untuk adekuat
aktivitas mengidentifikasi aktivitas yang - Intervensi energy managemen
membaik/dalam mampu dilakukan dilanjutkan dengan cara sebagai
berikut:
rentang normal b. Membantu untuk
a. Membantu pasien untuk
2) nadi saat mengidentifikasi dan mengidentifikasi aktivitas yang
melakukan mendapatkan sumber yang bisa dilakukan
aktivitas dalam diperlukan untuk aktivitas yang b. Beri pasien penguatan positif
rentang normal diinginkan untuk beraktivitas
3) tidak sesak napas c. Membantu untuk
saat melakukan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas disukai
4) tekanan darah saat d. Membantu pasien atau keluarga
melakukan untuk mengidentifikasi
aktivitas dalam kekurangan dalam beraktivitas
rentang normal e. Menyediakan penguat positif bagi
5) mudah melakukan yang aktif beraktifitas
ADL f. Membantu pasien untuk
c. Self Care : ADLs mengembangkan motivasi diri
Indikator : dan penguatan

Poltekkes Kemenkes Padang


1) Mampu
melakukan ADL
secara mandiri
(seperti makan,
memakai
baju,toileting,
mandi, berdandan,
menjaga
kebersihan, oral
hygiene, berjalan,
berpindah tempat)

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 7

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 8

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 9

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 10

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 11

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 11

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 12

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 13

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 14

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 15

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 16

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai