Woc Sirhep
Woc Sirhep
DEWIANA SASMITA
143110209
DEWIANA SASMITA
143110209
i
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ketua : Ns. Hendri Budi, S.Kep. M.Kep. Sp.KMB ( )
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Keperawatan Padang
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Sirosis Hepatis di Ruang Interne RS.
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam IRNA
NON BEDAH RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
melakukan penelitian Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat; Ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep., Sp. KMB selaku
pembimbing I dan ibu Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep. M. Kep selaku pembimbing II
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih kepada yang terhormat;
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
2. Ibu Dra. Lisa Megahati, Apt. MM selaku Kepala RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo
3. Bapak dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.BA.MARS selaku Direktur Umum
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Kepala Ruangan Interne RS. TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian awal.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu.
8. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, M. Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan motivasi, semangat dan bimbingan.
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Orang tua dan kakak-kakak saya yang telah memberi motivasi, semangat
dan kasih sayang yang tiada terhingga.
10. Untuk teman dekat dengan inisial Z terima kasih atas support, sumbangan
pendapat dan semangat selama ini.
11. Teman-teman angkatan 2014 dan sahabat yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal ini.
Peneliti
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM 133110209
Tandatanganha
rusmengenaim
atrai
Tanda Tangan:
v
Poltekkes Kemenkes Padang
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd. M.Kep. Sp.KMB Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep. M. Kep
NIP. 19700327 199303 2 002 NIP. 19750121 199903 2 002
Mengetahui,
Ketua Prodi Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar bagi penderitanya. Sekitar
700.000 umat manusia meninggal karena sirosis hepatis (WHO, 2015) Kematian
terbesar dari sirosis hepatis pada kelompok umur 60-70 tahun. Mayoritas pasien
adalah pria dengan rasio pria dan wanita 4 : 1,3 (gunanarsdottir, 2008) dalam
(Agustin, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien Sirosis Hepatis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, penelitian
dilaksanakan di ruang V Interne RS. TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam RSUP.Dr.M.Djamil Padang yang dimulai dari bulan
Januari sampai Juni 2017. Instrument pengumpulan data yang digunakan format
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan serta alat pemeriksaan fisik.
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien sirosis hepatis.
Hasil penelitian yang didapatkan pada Ny. Y dan Tn.Y perut membuncit, badan
terasa lelah, nafsu makan menurun, nafas terasa sesak, konjungtiva tampak
anemis, sklera tampak ikterik, terdapat eritema palmaris, leukosit meningkat.
Didapatkan 5 masalah keperawatan meliputi, ketidakefektifan pola nafas,
kelebihan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
resiko infeksi, intoleransi aktivitas. Rencana keperawatan disusun tergantung
kepada masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien. Implementasi
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun, dan kondisi
pasien. Serta evaluasi yang didapatkan sesuai dengan NOC yang dilakukan
selama 5 hari dimana ketidakefetifan pola napas teratasi, kelebihan volume cairan,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi, intoleransi
aktivitas masalah teratasi sebagian. Disarankan pada penderita sirosis hepatis
untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan
menghabiskan diit yang diberikan oleh ahli gizi.
Kata kunci :Sirosis Hepatis,
AsuhanKeperawatan. DaftarPustaka :30 ( 2009–
2015 )
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .......................... 63
C. Pembahasan Kasus ................................................................... 71
1. Pengkajian .......................................................................... 71
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 73
3. Intervensi Keperawatan...................................................... 74
4. Implementasi Keperawatan ................................................ 75
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 78
B. Saaran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hati merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia. Ditinjau dari pola penyakit hati yang dirawat,
secara umum mempunyai urutan sebagai berikut: hepatitis virus akut, sirosis
hati, kanker hati, abses hati. Dari data tersebut ternyata sirosis hati menempati
urutan kedua. Sirosis hati merupakan salah satu penyakit hati kronis yang
paling banyak ditemukan dimasyarakat dan merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati menahun (Hadi S, 2000 dalam Stiphany, 2010). Cedera pada
struktur seluler dari hati menyebabkan fibrosis terkait dengan radang kronis
dan perubahan necrotic menghasilkan sirosis (Digiulio & Donna Jackson,
2014). Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun (penyakit hati kronis) dan
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis (Nurdjanah, 2009 dalam
Sitompul, dkk, 2012).
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki penduduk yang terserang penyakit hati
kronis sebanyak 20 juta jiwa. Informasi kesehatan untuk pasien sangat penting
untuk kelangsungan pemulihan pasien. Pemulihan tidak berlangsung dengan
cepat atau mudah apabila pasien tidak mengetahui hal-hal yang baik untuk
mempercepat penyembuhannya (Fitriani, 2013).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Menurut Black & Hawks, (2009) dalam Riris, (2014) bahwa penyebab sirosis
hepatis belum diketahui dengan pasti, tetapi faktor genetik dalam keluarga
turut ambil bagian dalam penyakit ini. Kondisi yang menjadi faktor
predisposisi munculnya penyakit ini adalah konsumsi alkohol yang berlebihan
dalam jangka waktu yang lama, riwayat terinfeksi virus (B ataupun C),
obstruksi bilier, intoksikasi bahan kimia industri, dan penggunaan obat, seperti
acetaminophen, methotrexate, atau isoniazid.
rasio pria dan wanita 4 : 1,3. Kematian terbesar dari sirosis hepatis pada
kelompok umur 60-70 tahun (Gunnarsdottir, 2008) dalam (Agustin, 2013).
Gejala dapat berkembang secara bertahap, atau mungkin tidak terlihat gejala
sama sekali. Ketika timbul gejala, dapat meliputi: Jaundice, yaitu
menguningnya kulit, mata, dan selaput lendir karena bilirubin yang
meningkat. Urin juga terlihat menjadi lebih gelap seperti air teh. warna tinja
pucat / tinja menjadi hitam, kehilangan nafsu makan, mual & muntah darah,
mimisan & gusi berdarah, kehilangan berat badan. Komplikasi yang dapat
timbul yaitu pembekakkan atau penumpukan cairan pada kaki (edema) dan
pada perut (asites) (Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia /PPHI 2013).
Menurut hasil penelitian Stiphany, dkk, (2010- 2011) bahwa penderita sirosis
hati dengan proporsi tertinggi adalah keluhan utama perut membesar (44,7%),
klasifikasi sirosis dekompesanta (95,1%), riwayat penyakit terdahulu yaitu
penyakit hati lainnya (25,2%), status komplikasi adalah tidak ada komplikasi
(52,4%), jenis komplikasi varises esophagus dan perdarahan (55,1%), sumber
biaya Askes (41,7%), lama rawatan rata-rata 9,31 hari, keadaan sewaktu
pulang pulang berobat jalan (72,8%).
Menurut hasil penilitian Riris, (2014), bahwa pada pasien sirosis hepatis
dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh terbukti status nutrisi dapat ditingkatkan, tidak terjadi
penurunan yang signifikan pada nilai albumin, dan tidak terjadi ensefalopati
hepatikum. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, (2013), beberapa
intervensi untuk menangani komplikasi yaitu memantau perdarahan,
memberikan oksigen, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik,
Menurut penelitian Rahayu, (2013), bahwa pada Tn.B dengan sirosis hepatis,
ditemukan masalah keperawatan yaitu pola napas tidak efektif, kelebihan
volum cairan, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah teknik napas dalam,
monitor berat badan, diet putih telur, dan diet nutrisi tinggi kalori dan protein.
Masalah keperawatan pola napas tidak efektif dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan teratasi, sedangkan kelebihan volum cairan teratasi
sebagian.
tahun, Ny.E umur 41 tahun, Ny.N umur 54 tahun. Tn.Z dengan keluhan
bengkak pada salah satu tungkai, perawat sudah mengangkat diagnosa
kelebihan volume cairan. Perawat sudah melakukan tindakan sesuai rencana
keperawatan yaitu memonitor TTV, berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian diuretik (lasix), dan memasang kateter. Namun pemantauan intake
output cairan pasien terabaikan. Pembatasan asupan cairan pasien harus
dipantau ketat. Ukur lingkar perut harian, pantau asupan dan keluaran harian.
Keluaran seharusnya sama atau melebihi asupan. Keseimbangan normal cairan
diantara ruang intraseluler dan ekstraseluler akan terjaga seperti tidak ada
hipovolemia, kadar serum albumin normal, penurunan lingkar perut, dan
pengukuran tekanan darah normal (Black & Hawks, 2009). Setelah dilakukan
evaluasi keperawatan, keandaan umum klien sedang dengan TD : 130/70
mmHg, urine pasien positif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan sirosis hepatis di ruang Interne RS TK.III
Dr. Reksodiwiryo Padang dan di ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai
dari pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien Sirosis Hepatis
di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di ruang
HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien Sirosis
Hepatis di ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sirosis Hepatis.
2. Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien
Sirosis Hepatis.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian berikutnya
untuk menambah pengetahuan dan data dasar untuk penelitian
selanjutnya.
A. Konsep Kasus
1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian
besar hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian
sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan
jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2008).
Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro sel hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).
Menurut Black & Hawks tahun 2009, Sirosis hepatis adalah penyakit
kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan
pembentukan nodul. Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan
metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit,
duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada
hepar yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan
pembentukan nodul.
8
Poltekkes Kemenkes Padang
9
Gagal Hati
Ggn. Metabolisme Penurunan absorpsi Ggn. Metabolisme Penururnan Penurunan metabolisme Perubahan aliran
karbohidrat dan lemak protein androgen & bilirubin dan/ kerusakan Ketidakmampuan metabolisme
Vit.K darah limfe
aldosteron bilier/ obstruksi amonia menjadi ureum
Sintesa albumin detoksifikasi Splenomegali
Penyimpanan glikogen MK:Resiko Perdarahan Hipertensi porta Ensefalopati
menurun Hiperbilirubinemia
hipoalbumin
Hepatikum
Penurunanan ADH Eritema palmaris, tak terkonjugasi Asites/ Asteriksis, perubahan
Anemia,
Hipoglikemia dan aldosteron atrofi testis, spider Edema Trombositopenia, pola tidur, nafas
detoksifikasi Penurunan Tek. buruk, Asidosis
angioma, Jaundis Leukopenia MK: Ketidakefektifan
Osmotik koloid Respiratorik
MK: Resiko Ketidakstabilan gula darah ginekomastia, perfusi jaringan
rambut rontokk, Gatal Varises Hemoroid Varises cerebral
Eksudat cairan Bingung
Esofagus Abdomen
MK: Kelebihan Volume Cairan perubahan
Superfisialis sampai koma
Sel kekurangan energi Asites/edema menstruasi Penurunan empedu,
MK: Resiko MK: Resiko
di dalam saluran GI Cidera
Perdarahan
Penurunan MK: Resiko dan penigkatan
Peningkatan Penyembuhan luka
MK: Ketidakseimbangan kekuatan otot pada Kerusakan Kematian
tekanan pada urobilinogen lambat
nutrisi kurang dari kebutuhan tungkai Integritas Kulit
diagframa
tubuh MK:
MK: Resiko
Feses bewarna
Infeksi Ketidakefektifan
MK: Gangguan MK: Ketidakefektifan seperti pucat, urine Perfusi Jaringan
MK: Kelelahan mobilitas fisik pola nafas bewarna gelap
Perifer
Sumber: BlackPoltekkes
& Hawks (2009) yang telah diolah kembali
Kemenkes
Poltekkes Kegmenkes Padang 12
13
b. Komplikasi
Menurut Black & Hawks tahun 2009, komplikasi dari serosis hepatis
adalah sebagai berikut:
1) Hipertnsi Porta
Hipertensi porta terjadi ketika tekanan darah meningkat menetap
pada sistem vena porta hal tersebut sebagai akibat peningkatan
resistansi dan obstruksi aliran darah melalui sistem vena porta ke
dalam hati.
2) Asites
a) Etiologi dan Faktor Resiko
Asites adalah akumulasi cairan di dalam ruang peritoneum akibat
interaksi beberapa perubahan patofisiologi. Hipertensi porta,
penurunan tekanan plasma osmotik koloid dan retensi natrium
semua berkontribusi terhadap kondisi ini.
b) Patofisiologi
Sebuah proses yang mengeblok aliran darah melalui sinusoid hati
ke vena hepatik dan vena cava menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam sistem vena porta. Sebagaimana tekanan
porta meningkat, plasma bocor langsung dari kapsul hati dan vena
porta kongesti ke dalam ruang peritoneum. Kongesti saluran limfa
3) Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum merupakan gangguan SSP. Gangguan
mungkin tampak bersamaan dengan cedera hati berat atau gagal hati
atau setelah pembedahan puntasan portosistemik. Penyebab
gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk memetabolisme
ammonia untuk membentuk ureum sehingga ini dapat diekresikan.
a) Patofisiologi
Penyebabab spesifik ensefalopati hepatikum tidak diketahui, tapi
hal ini dirincikan oleh peningkatan kadar amonia dalam darah dan
cairan serebrospinal. Amonia dihasilkan dalam usus ketika
protein dipecah oleh bakteri, oleh hai dan dalam jumlah yang
lebih kecil, oleh getah lambung dan metabolisme jaringan perifer.
Ginjal adalah sumber amona lain di dalam adanya hipokalemia.
Implikasi lebih terkini penyebab ensefalopati adalah
neurotransmiter palsu, naiknya kadar mercaptan (kimia organik
yang mengandung radikal sulfhidril, terbentuk ketika molekul
oksigen dan alkohol diganti oleh sulfur ), fenol dan rantai pendek
asam lemak.
Secara normal, hati amonia ke dalam glutamin, yang disimpan
dalam hati dan kemudian diubah menjadi ureum dan diekresikan
melalui ginjal. Kadar amonia darah meningkat ketika sel hati
c) Prognosis
Meskipun intervensi biasanya mengurangi ensefalopati
hepatikum, klien mungkin meninggal karena komplikasi sirkulasi
atau respirasi, infeksi, atau delirium dan kejang. Kematian terjadi
pada klien yang berkembang kerah koma dengan gagal hati.
Langkah-langkah dramatis mungkin dibutuhkan untuk
mengurangi kadar toksik amonia dalam darah. Cara tersebut
termasuk hemodialisis dan transfusi tukar, yang melibatkan
pembuangan pergantian sekitar 80% darah klien. Transplatasi hati
dilakukan pada kasus gagal hati fulminan.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet
seimbang; diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol
Brunner & Suddart, (2013).
2) Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehtan.
Sering kali vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor
pembekuan (Black & Hawks, 2009).
3) Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk
menjaga volume plasma (Black & Hawks, 2009).
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai
berikut:
1) Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria,
dan hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok.
Selain itu untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera
fisik jatuh atau abrasi, dan diberikan suntikan hanya ketika benar-
benar diperlukan, menggunakan jarum sintik yang kecil.
Instruksikan klien untuk menghindari nafas hidung dengan kuat
dan mengejan saat BAB. Terkadang pelunak fases diresepkan
untuk mencegah mengejan dan pecahnya varises.
2) Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali
jaringan dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan
menghemat protein. Berikan suplemen vitamin biasanya pasien
diberikan multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan
injeksi Vit K untuk memperbaiki faktor bekuan.
b. Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering
terungkap kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan
kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan
masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas
sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap
lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah.
(Black & Hawks, 2009)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh
komplikasi berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi,
GI muncul dari varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien
mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia
industri, sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
riwayat mengonsumsi alkohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada
keluarga yang menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
f. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya
mual, muntah.
2) Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam
(melena) BAK : biasanya urine berwarna
gelap
3) Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena
kelelahan
9) Jantung
a) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c) Auskultasi : biasanya normal
10) Abdomen
a) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
c) Perkusi : Redup
d) Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasnya meningkat
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat
serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT,
2. Kemungkinan
diagnosa yang muncul
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan
pada diaframa.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik koloid.
c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
pengetahuan dengan faktor pemberat
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
e. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak.
g. Resiko perdarahan
h. Resiko cidera
i. Resiko ketidakstabilan gula darah
j. Resiko Infeksi
k. Resiko kerusakan integritas kulit
l. Kelelahan berhungan produksi energi menurun.
m. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
n. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai.
(NANDA, 2015)
3. Intervensi
Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan Sirosis
Hepatis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan pada Kasus Sirosis Hepatis
Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
status vital sign.
Poltekkes Kemenkes Padang
26
c. Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.
Manajemen Cairan
a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume
cairan (edema, asites).
b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi
hati, muntah).
2. Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Elektrolit dan a. Pertahankan catatan
dengan penurunan Asam Basa intake dan output yang
tekanan osmotik Indikator : akurat
koloid. 1) Serum albumin, b. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, c. Monitor hasil Hb yang
Blood Urea sesuai dengan retensi
Nitrogen cairan (BUN, Hmt,
(BUN), dalam osmolaritas urin)
rentang normal. d. Monitor vital sign
2) pH urine, urine e. Monitor indikasi
sodium, urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, f. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal. g. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan
kelemahan otot. hitung intake kalori
4) tidak terjadi h. Monitor status nutrisi
disritmia. i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
interuksi
Managemen
Hipovolemia
a. Monitor adanya
hipotensi ortotastik dan
pusing saat berdiri
b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema
Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
6. Resiko perdarahan Blood coagulation Bleeding precaution
Indikator : a. Catat Hb/ Ht sebelum
a. Hemoglobin dan sesudah
dalam rentang perdarahan.
normal b. Monitor hasil
b. Hematocrit koagulasi, termasuk PT
dalam rentang (prothombin time),
normal PTT (pertial
c. Hematemesis thromboplastin time),
dalam rentang fibrinogen, jumlah
normal trombosit.
d. Blood in stool c. Pertahankan bedrest
b. Klien tidak
terjatuh dari
tempat tidur
Management
Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa
gula darah sesuai
dengan indikasi
b. Monitor tanda dan
gejala hipoglikemia
(misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
takikardi, menggigil,
pucat, mual, sakit
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.
Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
tekstur, edema.
b. Monitor warna dan
suhu kulit.
i. Sediakan penguat
positif bagi yang aktif
beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
k. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
12 Gangguan mobilitas a. Toleransi Aktivitas Exercise Therapy:
. fisik berhubungan 1) TTV dalam ambulation
dengan edema retang normal a. Monitoring vital sign
tungkai. 2) Kekuatan tubuh sebelum dan sesudah
bagian bawah latihan dan lihat
b. Berat Badan: Masa respon pasien saat
tubuh latihan
Indikator : b. Konsultasikan dengan
1) Berat badan terapi fisik tentang
dalam rentang rencana ambulasi
normal sesuai dengan
kebutuhan
c. Partisipasi latihan c. Kaji kemapuan pasien
1) Mempertahan dalam mobilisasi
keseimbangan d. Latih pasien dalam
cairan pemenuhan kbeutuhan
2) Ikut serta dalam ADLs secara mandiri
latihan untuk sesuai kemampuan
mempertahanka pasien
n keseimbangan e. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
f. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
g. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
(Sumber: NOC. 2013; NIC. 2013)
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan bentuk Studi
Kasus, yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas
atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini mendeskripsikan tentang
Asuhan Keperawatan pada Pasien Sirosis Hepatis di Ruang Interne RS TK.III
Dr. Reksodiwiryo Padang dan di Ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi ini bersifat universal / umum (Sugiyono. 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa medis
sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang dan di Irna Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
yang dirawat pada bulan Januari sampai Juni 2017. Berdasarkan data dari
Rekam Medis di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang didapatkan pasien ± 3
orang perbulan. Pada saat dilakukan penelitian di RS TK.III Dr.
Reksodiwiryo Padang di temukan hanya 1 pasien di bulan Mei yaitu Ny.Y
40
Poltekkes Kemenkes Padang
41
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo. 2012). Sampel pada penelitian ini yaitu responden 1 (Ny.Y)
dengan diagnosa medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang Interne RS
TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan responden 2 (Tn.Y) dengan diagnosa
medis sirosis hepatis yang dirawat di Ruang HCU Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat. Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang
telah ada dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan
sebagai berikut:
1) Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan
penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang
didapat dari perkataan pasien atau keluarga, biasanya apa yang
dikeluhkan dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat
berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik. (format
terlampir)
2) Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
adalah PES (problem+etiologi+sympton) dan menggunakan istilah
diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format
terlampr).
3) Intervensi
Rencana asuhan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Rencana asuhan
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari ruang Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan di
ruang HCU Penyakit Dalam Irna Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Data sekunder dapat berupa bukti rawat pasien, data penunjang
(hasil labor dan diagnostik), catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
G. Analisis
Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Tekstual.
Rencana analisis dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pasien dengan sirosis hepatis. Data yang di dapat pada
pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan sampai evaluasi. Hasil tindakan akan
dinarasikan dan dibandingkan antara responden 1 dan responden 2 kemudian
di analisis semua dengan teori keperawatan. Analisa yang dilakukan berguna
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi pasien.
B. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan pada dua responden, yaitu Ny.Y sebagai responden
1 di ruang V Interne RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang dan Tn.Y sebagai
responden 2 di HCU Penyakit Dalam IRNA NON BEDAH RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi
keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi
dokumentasi serta pemeriksaan fisik.
1. Pengkajan
Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
observasi, wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan
dituangkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Proses Asuhan
Responden 1 Responden 2
Keperawatan
A. Pengkajian Pasien (Ny. Y) berumur 58 Pasien (Tn. Y) berumur 43
1. Identifikasi tahun, status perkawinan tahun, status perkawinan
Pasien menikah. Pendidikan pasien menikah. Pendidikan pasien
SD. Pasien bekerja sebagai SMP. Pasien bekerja sebagai
IRT. No MR: 184925 Pasien Petani. No MR: 98-05-38
ditemani oleh Ny.D sebagai Pasien ditemani oleh Ny.J
anak kakak pasien. sebagai isteri pasien.
48
Poltekkes Kemenkes Padang
49
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan
berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini diagnosa keperawatan
yang ditegakkan.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan Responden 1 dan Responden 2
Responden 1 Responden 2
1. Ketidakefektifan pola napas 1. Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan penurunan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru. ekspansi paru.
2. Kelebihan volume cairan 2. Kelebihan volume cairan berhubungan
berhubungan dengan penurunan dengan penurunan tekanan osmotik
tekanan osmotik koloid. koloid.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. dengan intake yang tidak adekuat.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan 4. Resiko Infeksi berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia, Malnutrisi Anemia, Leukopenia, Malnutrisi
5. Intoleransi aktifitas berhubungan 5. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelelahan dengan kelelahan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua responden mengacu
pada NIC dan NOC berdasarkan hasil studi dokumentasi status responden
1 dan responden 2 adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini;
Tabel 4.3
Rencana Keperawatan Responden 1 dan Responden 2
Responden 1 Responden 2
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru penurunan ekspansi paru
NOC: NOC:
c. Status Pernafasan : Ventilasi a. Status Pernafasan : Ventilasi
Indikator : Indikator :
6) Respiratory rate dalam rentang 1) Respiratory rate dalam rentang
normal normal
7) Tidak ada retraksi dinding dada 2) Tidak ada retraksi dinding dada
8) Tidak mengalami dispnea saat 3) Tidak mengalami dispnea saat
istirahat istirahat
9) Tidak ditemukan orthopnea 4) Tidak ditemukan orthopnea
10) Tidak ditemukan atelektasis 5) Tidak ditemukan atelektasis
d. Status Pernafasan : Kepatenan b. Status Pernafasan : Kepatenan
Jalan Nafas Jalan Nafas
Indikator : Indikator :
4) Respiratory rate dalam rentang 1) Respiratory rate dalam rentang
normal normal
5) Pasien tidak cemas, 2) Pasien tidak cemas,
Menunjukkan jalan nafas yang Menunjukkan jalan nafas yang
paten paten
NIC NIC
Manajemen Jalan Nafas Manajemen Jalan Nafas
e. Posisikan pasien untuk a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi; posisi memaksimalkan ventilasi; posisi
semi fowler. semi fowler.
f. Auskultasi bunyi napas, catat b. Auskultasi bunyi napas, catat jika
jika adanya bunyinapas adanya bunyinapas tambahan.
tambahan. c. Atur intake cairan untuk
g. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
mengoptimalkan keseimbangan. d. monitor adanya kecemasan
h. monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
pasien terhadap oksigenasi.
f. Nilai luas dan lokasi edema. b. Nilai luas dan lokasi edema.
g. Monitor vital sign. c. Monitor vital sign.
h. Monitor hasil labor yang sesuai d. Monitor hasil labor yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, Hb, dengan retensi cairan (BUN, Hb,
Ht, osmolalitas). Ht, osmolalitas).
NOC NOC
f. Keseimbangan Elektrolit dan a. Keseimbangan Elektrolit dan
Asam Basa Asam Basa
Indikator : Indikator :
5) Serum albumin, kreatinin, 1) Serum albumin, kreatinin,
hematokrit, Blood Urea hematokrit, Blood Urea
Nitrogen (BUN), dalam Nitrogen (BUN), dalam
rentang normal. rentang normal.
6) pH urine, urine sodium, urine 2) pH urine, urine sodium,
creatinin,urine osmolarity, urine creatinin,urine
dalam rentang normal. osmolarity, dalam rentang
7) tidak terjadi kelemahan otot. normal.
8) tidak terjadi disritmia. 3) tidak terjadi kelemahan otot.
4) tidak terjadi disritmia.
g.Keseimbangan Cairan
Indikator : b. Keseimbangan Cairan
4) Tidak terjadi asites Indikator :
5) Ekstremitas tidak edema 1) Tidak terjadi asites
6) Tidak terjadi distensi vena 2) Ekstremitas tidak edema
jugularis 3) Tidak terjadi distensi vena
jugularis
NIC NIC
Manajemen Cairan Manajemen Cairan
k. Pertahankan catatan intake dan a. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat output yang akurat
l. Pasang urin kateter jika b. Pasang urin kateter jika
diperlukan diperlukan
m. Monitor hasil Hb yang sesuai c. Monitor hasil Hb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, dengan retensi cairan (BUN,
Hmt, osmolaritas urin) Hmt, osmolaritas urin)
n. Monitor vital sign d. Monitor vital sign
NOC NOC
d. Status Nutrisi a.Status Nutrisi
Indikator : Indikator :
5) Intake nutrisi dalam rentang 1) Intake nutrisi dalam rentang
normal normal
6) Intake makanan dalam rentang 2) Intake makanan dalam rentang
normal normal
7) Intake minuman dalam rentang 3) Intake minuman dalam
normal rentang normal
8) Rasio BB/TB dalam rentang 4) Rasio BB/TB dalam rentang
normal normal
Indikator : Indikator :
5) Asupan kalori, vitamin, mineral 1) Asupan kalori, vitamin, mineral
6) Asupan protein, lemak, 2) Asupan protein, lemak,
7) Asupan serat, kalsium, sodium 3) Asupan serat, kalsium, sodium
8) Asupan karbohidrat, asupan zat 4) Asupan karbohidrat, asupan zat
besi besi
f. Kontrol BB c. Kontrol BB
Indikator : Indikator :
7) Adanya peningkatan berat badan 1) Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan sesuai dengan tujuan
8) Berat badan ideal sesuai dengan 2) Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan tinggi badan
9) Mampu mengidentifikasi 3) Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
10) Tidak ada tanda – tanda 4) Tidak ada tanda – tanda
malnutrisi malnutrisi
11) Menunjukkan peningkatan 5) Menunjukkan peningkatan fungsi
fungsi pengecapan dari menelan pengecapan dari menelan
12) Tidak terjadi penurunan berat 6) Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti badan yang berarti
NIC NIC
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
h. Kaji adanya alergi makanan a. Kaji adanya alergi makanan
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien nutrisi yang dibutuhkan pasien
j. Anjurkan pasien untuk c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan Fe meningkatkan Fe
k. Anjurkan pasien untuk d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan meningkatkan protein dan
vitamin C vitamin C
l. Yakinkan diet yang dimakan e. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi mencegah konstipasi
m. Monitor jumlah nutrisi dan f. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori kandungan kalori
n. Kaji kemampuan pasien untuk g. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan dibutuhkan
NOC NOC
d. Immune status a. Immune status
Indikator : Indikator :
3) Suhu tubuh dalam batas 1) Suhu tubuh dalam batas
normal normal
4) Leukosit dalam batas normal 2) Leukosit dalam batas normal
NIC NIC
Infection Control (Kontrol Infeksi) Infection Control (Kontrol
q. Bersihkan lingkungan setelah Infeksi)
dipakai pasien lain a. Bersihkan lingkungan setelah
r. Batasi pengunjung bila perlu dipakai pasien lain
s. Instruksikan kepada pengunjung b. Batasi pengunjung bila perlu
untuk mencuci tangan saat c. Instruksikan kepada pengunjung
berkunjung dan setelah untuk mencuci tangan saat
berkunjung meninggalkan pasien berkunjung dan setelah
t. Gunakan sabun antimikroba berkunjung meninggalkan
untuk mencuci tangan pasien
u. Cuci tangan setiap sebelum dan d. Gunakan sabun antimikroba
setelah melakukan tindakan untuk mencuci tangan
v. Gunakan baju, sarung tangan e. Cuci tangan setiap sebelum dan
NOC NOC
d. Energy conservation a.Energy conservation
Indikator : Indikator :
7) Menunjukkan keseimbangan 1) Menunjukkan keseimbangan
antara aktivitas dengan istirahat antara aktivitas dengan istirahat
8) Menggunakan teknik 2) Menggunakan teknik
9) Mengenali keterbatasan energi 3) Mengenali keterbatasan energi
10) Menyesuaikan gaya hidup 4) Menyesuaikan gaya hidup sesuai
sesuai tingkat energi tingkat energi
11) Mempertahankan gizi yang 5) Mempertahankan gizi yang
cukup cukup
12) Melaporkan aktivitas yang 6) Melaporkan aktivitas yang sesuai
sesuai dengan energi dengan energi
NIC NIC
Energy Management Energy Management
n. Tentukan keterbatasan pasien a. Tentukan keterbatasan pasien
terhadap aktivitas terhadap aktivitas
o. Tentukan penyebab lain dari b. Tentukan penyebab lain dari
kelelahan kelelahan
p. Dorong pasien untuk c. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang mengungkapkan perasaan tentang
keterbatasannya keterbatasannya
q. Observasi nutrisi sebagai sumber d. Observasi nutrisi sebagai sumber
energi yang adekuat energi yang adekuat
r. Observasi respon jantung-paru e. Observasi respon jantung-paru
terhadap aktivitas (misalnya terhadap aktivitas (misalnya
takikardia, disritmia, dispnea, takikardia, disritmia, dispnea,
pucat, dan frekuensi pernafasan) pucat, dan frekuensi pernafasan)
s. Batasi stimulus lingkungan f. Batasi stimulus lingkungan
(misalnya pencahayaan, dan (misalnya pencahayaan, dan
kegaduhan) kegaduhan)
t. Dorong untuk lakukan periode g. Dorong untuk lakukan periode
aktivitas saat pasien memiliki aktivitas saat pasien memiliki
banyak tenaga. banyak tenaga.
u. Rencanakan periode aktivitas saat h. Rencanakan periode aktivitas saat
pasien memiliki banyak tenaga pasien memiliki banyak tenaga
v. Hindari aktivitas selama periode i. Hindari aktivitas selama periode
istirahat istirahat
w. Dorong pasien untuk melakukan j. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumebr energi aktivitas sesuai sumebr energi
x. Instruksikan pasien atau keluarga k. Instruksikan pasien atau keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala untuk mengenal tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan kelelahan yang memerlukan
Responden 1 Responden 2
Implementasi keperawatan yang Implementasi keperawatan yang
dilakukan pada Ny. Y mulai tanggal dilakukan perawat ruangan pada Tn.
22 Mei 2017 pada diagnosa Y mulai tanggal 6 Juni 2017 pada
Ketidakefektifan pola napas diagnosa Ketidakefektifan pola
berhubungan dengan penurunan napas berhubungan dengan
ekspansi paru. penurunan ekspansi paru.
O:
O: - Tampak asites pada perut pasien
- Tampak asites pada perut pasien - TTV
- Intake dan output inbalance: TD : 123/69 mmHg N: 90x/
+1324 c menit
- TTV S : 36,5 celcius, P : 22x/ menit
TD : 110/70 mmHg, N: 82x/ - Tidak ada suara nafas tambahan
menit - Tidak tampak penggunaan otot
S : 37 celcius, P : 24x/ menit bantu pernapasan
- Tidak ada suara nafas tambahan - O2 3l/menit
- Tidak tampak penggunaan otot - Sat O2 99 %
bantu pernapasan - Cairan output berlebih 1814,88
A: A:
- Masalah Status pernafasan : - Masalah Status pernafasan :
Ventilasi teratasi ditandai dengan Ventilasi teratasi ditandai dengan
Respiratory Rate dalam rentang Respiratory Rate dalam rentang
normal. normal.
- Masalah Status pernapasan: - Masalah Status pernapasan:
kepatenan jalan nafas teatasi kepatenan jalan nafas teatasi
ditandai dengan menujukkan ditandai dengan menujukkan
jalan nafas yang paten jalan nafas yang paten
P: P:
- Intervensi selesai - Intervensi selesai
a. Monitor luas dan lokasi asites a. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar dengan mengukur lingkar
perut perut
b. Monitor masukan makanan b. Monitor masukan makanan
dan cairan dan cairan
C. Pembahasan Kasus
Natrium darah 102 Mmol/l (Nilai normal 136-145), Kalium 4,6 Mmol/L
(Nilai normal 3,5-5,1), albumin 2,3 g/dl (Nilai normal 3,8-5,0).
Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013). Menurut peneliti
sebaiknya RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang untuk memeriksa kadar
elektrolit pada pasien dengan sirosis hepatis.
2. Diagnosa Keperawatan
Kasus pada responden 1 (Ny.Y) dari hasil studi dokumentasi status pasien
ditemukan 2 diagnosa keperawatan, yaitu Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid dan Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelelahan. Menurut peneliti perlu
ditambahakan diagnosa sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Berdasarkan data yang ditemukan dalam pengkajian frekuensi
nafas 28 x/menit, perut pasien tampak membucit, klien menggunakan
pernafasan bibir.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Berdasarkan data yang ditemukan
Menurut peneliti ada kecocokan antara teori dengan hasil penelitian. Pada
responden 1 (Ny. Y) dan responden 2 (Tn.Y) mengalami asites karena
malnutrisi. Akibat dari asites menyebabkan ketidakefektifan pola nafas.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada kedua responden disusun
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Resiko Infeksi berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia, Malnutrisi. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan. Dalam merumuskan intervensi keperawatan atau menyusun
perencanaan tidak ditemukan adanya perbedaan antara teori dengan
aplikasi penerapan asuhan keperawatan pada kedua responden
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada kedua responden untuk diagnosa
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
yaitu Manajemen jalan nafas, Terapi Oksigen dengan cara memberikan
O2 3l/i, Monitor TTV, Manajemen cairan dengan cara berkolaborasi
dengan dokter pemberian obat diuretik dan monitor cairan dengan cara
menghitung intake dan output cairan dan mengkur lingkar perut. Pada
responden 1 tidak dilakukan terapi oksigen tetapi dilakukan manajemen
cairan dengan cara berkolaborasi dengan dokter bila kelebihan volume
cairan memberuk, yitu dilakukan penyedotan cairan sebanyak 3 liter
dengan memonitor kelebihan volume cairan. Sedangkan untuk responden
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada responden 1 yang peneliti lakukan dari tanggal
22 – 26 Mei 2017 dengan menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Pada kasus Ny. Y
berdasarkan Nursing Out Come (NOC) sudah ada masalah yang dapat
teratasi sepenuhnya yaitu ketidakefektifan pola nafas. Terdapat beberapa
masalah yang hanya dapat diatasi sebagian yaitu perut sudah tidak tegang
lagi, lingkar perut berkurang 4 cm. Masalah yang masih belum dapat
teratasi balance cairan sebagian yaitu intake dan output inbalance 23 cc,
lingkar perut sekarang 79 cm. Nutritional status teratasi sebagian yaitu
adanya peningkatan nafsu makan, Hb mengingkat 10,6 g/dl, pasien
menghabiskan diit yang diberikan. Immune Status teratasi sebagian suhu
37 0C, leukosit 13.770 /mm3 Ht 31,4 % dan activity tolerance teratasi
sebagian, pasien miring kiri dan kanan.
masih terasa tegang, tetapi pasien tidak sesak. nutritional status teratasi
sebagian, pasien dengan diit ML DH II menghabiskan diit ½ porsi, pada
pemeriksaan labor tanggal 7 Juni 2017 Hb 8,6 g/dl, pemeriksaan labor tgl
8 Juni 2017 albumin 2,5 g/dl. Immune Status teratasi sebagian,
pemeriksaan labor tanggal 7 juni 2017 dengan Hb 8,6 g/dl, leukosit 17.900
/mm3 mengalami penurunan leukosit dan activity tolerance teratasi
sebagian pasien mampu miring kanan-kiri.
79
Poltekkes Kemenkes Padang
80
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Identifikasi Pasien
1) Nama : Ny. Y
2) Tempat/Tgl Lahir : Kamang, 09- juli-1959 (58 Tahun)
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : IRT
8) Alamat : Jl. Limpago taluak batang kapas
9) Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis + Hepatoma +
Bronkopneumonia
10) No. MR 184925
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keluhan Utama : Pasien masuk RS TK.III Dr. Reksodiwiryo
Padang melalui IGD rujukan dari RSUD Painan pada tanggal 19
Mei 2017 pukul 11.00 WIB, dengan keluhan Perut membuncit,
mual dan muntah sejak ± seminggu yang lalu.
2) Pola Eliminasi
Sehat : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAB bewarna kuning,
BAK ± 5x sehari
Sakit : Pasien mengatakan BAB 1x 2 hari, BAB bewarna kuning,
konstitansi lembek, BAK ±500 selama 8 jam, Urine berwarna
kuning, pasien terpasang kateter.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Pasien
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif (E=4 M=5 V=6)
TTV : TD; 110/70 mmHg, N; 78x/i, S; 36.5 0C, RR; 28x/i
BB : 30 kg
TB : 150 cm
IMT : 13.33
3) Pemeriksaan mata
Konjungtiva tampak pucat, skelera tampak ikterik, reflek pupil
(+/+)
4) Pemeriksaan telinga
Telinga tampak bersih, pendengaran pasien kurang baik
5) Pemeriksaan Hidung
Hidung tampak bersih
7) Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid
8) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
pengguanaan otot bantu pernapasan
Auskultasi : terdengar vesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : terdengar sonor
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Urin
Mikroskopis
Albumin Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
Leukosit 2-4/ LPB ≤15
Eritrosit 8-12/ LPB ≤1
Sel Epitel Positif Positif
g. Program pengobatan
1:1/12 jam: Aminofusin hepar, Triofusin
Ceftriaxone 2x1 gr IV
Lasix 1x1 amp IV
Dulcolax Sup 2 mulai tanggal 23 Mei 2017
Curcuma 3x1 P.O
Modopar 3x1 P.O
Sprinolacton 2x100 P.O
Proponolol 1x10 P.O
Lactulosa Syr 3x1 P.O
IVFD :
-Triofusin : Aminofusin
hepar (1:1/ 12 Jam/ 500
cc)
-Injeksi obat : Ceftriaxone
2x10 cc + Lasix 3 cc
Jumlah : 1023
IWL
15×30𝑘𝑔
= 34 cc/ jam
24
18.7x24= 448.8 cc
Dieresis : 1100 cc/ 24
jam
Balance cairan :
DO :
- Pasien tampak sesak
- Frekuensi napas 28x/ menit
- Perut pasien tampak asites
- Klien tampak sulit bernafas
jika berbaring
- Klien tidak terpasang O2
- Tidak tampak retraksi
dinding dada
- Klien tampak menggunakan
pernapasan bibir
B. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Ditemukan masalah Masalah Teratasi
O Keperawatan Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan pola 22-05-2017
napas berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru.
2. Kelebihan volume 22-05-2017
cairan berhubungan
dengan penurunan
tekanan osmotik
koloid
3. Ketidakseimbangan 22-05-2017
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat.
4. Resiko Infeksi 22-05-2017
berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia,
Malnutrisi
5. Intoleransi aktifitas 22-05-2017
berhubungan dengan
kelelahan
Monitor TTV
g. Monitor vital sign.
Manajemen Cairan
i. Monitor indikasi dari kelebihan volume
cairan (edema, asites).
j. Nilai luas dan lokasi edema.
k. Monitor vital sign.
l. Monitor hasil labor yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
Kelebihan volume cairan h. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Manajemen Cairan
2.. berhubungan dengan penurunan Basa u. Pertahankan catatan intake dan output yang
tekanan osmotik koloid Indikator : akurat
9) Serum albumin, kreatinin, v. Pasang urin kateter jika diperlukan
hematokrit, Blood Urea Nitrogen w. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
(BUN), dalam rentang normal. cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
10) pH urine, urine sodium, urine x. Monitor vital sign
creatinin,urine osmolarity, dalam y. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
rentang normal. z. Kaji luas dan lokasi edema
11) tidak terjadi kelemahan otot. aa. Monitor masukan makanan / cairan dan
12) tidak terjadi disritmia. hitung intake kalori
bb. Monitor status nutrisi
Nutrition monitoring
cc. BB pasien dalam batas normal
dd. Monitor adanya penurunan berat badan
ee. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
Konseling Nutrisi
i. Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
j. Tentukan intake makanan dan kebiasaan
makan pasien
k. Sediakan informasi tentang kebutuhan
kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan
berat badan, peningkatan berat badan,
kekurangan cairan
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. Pengumpulan Data
i. Identifikasi Pasien
11) Nama : Tn. Y
12) Tempat/Tgl Lahir : Tarusan 01- juli-1973 (43 Tahun)
13) Jenis Kelamin : Laki-Laki
14) Status Kawin : Menikah
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SMP
17) Pekerjaan : Petani
18) Alamat : Gobah talang kayu jao dusun talang kayu
jao sungai sirah Silaut
19) Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis + Hepatoma
20) No. MR : 98-05-38
k. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang :
c) Keluhan Utama : Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang
melalui IGD pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 20.18 WIB, dengan
keluhan Perut membuncit nafas sesak sejak ± 2 minggu yang
lalu. Di IGD pasien mengalami penurunan kesadaran, tingkat
kesadaran samnolen, pasien demam ± 3hari yang lalu
6) Pola Eliminasi
Sehat : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAB bewarna kuning,
BAK ± 5x sehari
m. Pemeriksaan Fisik
14) Keadaan Umum Pasien
Kesadaran : Compos Mentis Kooperatif (E=4 M=5 V=6)
TTV : TD; 115/61 mmHg, N; 125x/i, S; 37 0C, RR; 24x/i
BB : 55 kg
TB : 165 cm
IMT : 20.20
n. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Urin
Makroskopis
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning-Coklat
Kekeruhan Negatif Negatif
BJ 1.010 1.003-1.030
pH 5,5 4,6-8,0
Mikriskopis
Leukosit 0-1/ LPB ≤5
Eritrosit 0-1/ LPB ≤1
Silinder Negatif/ LPK Negatif
Kristal Negatif/ LPK Negatif
Epitel Positif /LPK Positif
Kimia
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Positif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
o. Program pengobatan
1:1/12 jam: Comafusin : Triofusin
Nacl 3% 12 jam/kolf 1 kali pemberian
Nacl 0,9 % setelah Nacl 3% habis
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Modopar 3x1 P.O
Sprinolacton 1x100 P.O
IVFD :
-Comafusin : Triofusin
(1:1/ 12 Jam/ 500 cc)
-Nacl 3 % 12 jam
-Injeksi obat : Ceftriaxone
1x10 cc
Jumlah : 1510
IWL
15×55𝑘𝑔
= 34.37 cc/ jam
24
18.7x24= 824.88 cc
Dieresis : 2500 cc/ 24
jam
Balance cairan :
1510-824.88-2500
=-1814,88 cc
DS : Ketidalefektifan pola Penurunan
- Pasien mengatakan napas ekspansi paru
DO :
- Pasien tampak sesak
- Frekuensi napas 24x/ menit
- Perut pasien tampak asites
- Klien tampak sulit bernafas
jika berbaring
- Klien terpasang O2
- Tidak tampak retraksi
dinding dada
- Klien tampak menggunakan
pernapasan bibir
Monitor TTV
j. Monitor vital sign.
Manajemen Cairan
m. Monitor indikasi dari kelebihan volume
cairan (edema, asites).
n. Nilai luas dan lokasi edema.
o. Monitor vital sign.
p. Monitor hasil labor yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
2.. Kelebihan volume cairan m. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Manajemen Cairan
berhubungan dengan penurunan Basa ee. Pertahankan catatan intake dan output yang
tekanan osmotik koloid Indikator : akurat
13) Serum albumin, kreatinin, ff. Pasang urin kateter jika diperlukan
hematokrit, Blood Urea Nitrogen gg.Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
(BUN), dalam rentang normal. cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
14) pH urine, urine sodium, urine hh. Monitor vital sign
creatinin,urine osmolarity, dalam ii. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
rentang normal. jj. Kaji luas dan lokasi edema
15) tidak terjadi kelemahan otot. kk. Monitor masukan makanan / cairan dan
16) tidak terjadi disritmia. hitung intake kalori
ll. Monitor status nutrisi
Nutrition monitoring
qq. BB pasien dalam batas normal
Konseling Nutrisi
m. Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
n. Tentukan intake makanan dan kebiasaan
makan pasien
o. Sediakan informasi tentang kebutuhan
kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan
berat badan, peningkatan berat badan,
dilanjutkan
jugularis e. Monitor luas dan lokasi asites
dengan mengukur lingkar perut
f. Monitor masukan makanan dan
cairan
Ketidakseimbangan a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi S:
Indikator : e. Berkolaborasi dengan ahli gizi Pasien mengatakan tidak nafsu makan
nutrisi kurang dari
5) Intake nutrisi untuk menentukan jumlah kalori perut terasa penuh dan tegang,
kebutuhan tubuh dalam rentang dan nutrisi yang dibutuhkan O :
normal pasien - Pasien mendapat diit MC DH I
berhubungan
6) Intake makanan f. Menganjurkan pasien untuk - Diit melalui NGT 250 cc
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : a. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat c. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan O:
teknik tentang keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali d. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
Hari : Jum’at
Tanggal : 9-6-2017
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a.Energy conservation Energy Management S:
berhubungan Indikator : i. Menentukan keterbatasan pasien - Pasien mengatakan badannya
dengan kelelahan 1) Menunjukkan terhadap aktivitas masih terasa lelah
keseimbangan j. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan aktivitas sehari
antara aktivitas kelelahan harinya dibantu oleh keluarga dan
dengan istirahat k. Mendorong pasien untuk perawat ruangan
2) Menggunakan mengungkapkan perasaan tentang O:
teknik keterbatasannya - Pasien masih tampak lelah
3) Mengenali l. Mengobservasi nutrisi sebagai - Semua aktivitas pasien tampak
keterbatasan sumber energi yang adekuat dibantu oleh keluarga dan perawat
energi m. Membatasi stimulus lingkungan diruangan
4) Menyesuaikan (misalnya pencahayaan, dan - Pasien mampu untuk duduk
Hari : Sabtu
Tanggal : 10-6-2017
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit
Intoleransi aktifitas a. Energy Energy Management Evaluasi yang didapatkan pada tanggal
berhubungan conservation a. Menentukan keterbatasan pasien 10 Juni 2017 yaitu
dengan kelelahan Indikator : terhadap aktivitas S:
1) Menunjukkan b. Menentukan penyebab lain dari - Pasien mengatakan badannya
keseimbangan kelelahan masih terasa lelah
antara aktivitas c. Mendorong pasien untuk - Pasien mengatakan aktivitas sehari
dengan istirahat mengungkapkan perasaan harinya dibantu oleh keluarga dan
2) Menggunakan tentang keterbatasannya perawat ruangan
teknik d. Mengobservasi nutrisi sebagai O:
3) Mengenali sumber energi yang adekuat - Pasien masih tampak lelah
keterbatasan e. Membatasi stimulus lingkungan - Semua aktivitas pasien tampak
energi (misalnya pencahayaan, dan dibantu oleh keluarga dan perawat
4) Menyesuaikan kegaduhan) diruangan
gaya hidup sesuai f. Menginstruksikan pasien atau - Pasien tidak mampu untuk duduk
tingkat energi keluarga untuk mengenal tanda sendiri, pasien miring kanan-kiri
5) Mempertahankan dan gejala kelelahan yang A: