GIZI BURUK
No. Dokumen : SOP/GIZI/02/2017
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 1 Februari 2017
Halaman : 1/1
UPTD. PUSKESMAS
PENUJAK Sirajuddin, A.Md. G
NIP. 19681231 199203 1112
Halaman : ½
2. Tujuan Sebagai acuan dalam proses asuhan gizi pada balita gizi buruk
6. Unit Terkait Poli Rawat Jalan, Rawat Inap, Laboratorium dan KIA
TATA LAKSANA/PENANGANAN
BALITA GIZI BURUK
RAWAT INAP
No. Dokumen : SOP/GIZI/04/2017
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 1 Februari 2017
Halaman : 1/1
UPTD.
Sirajuddin, Amd. G
PUSKESMAS NIP. 19681231 199293 1112
PENUJAK
1. Pengertian Prosedur atau mekanisme pengobatan dan pelayaanan kepada balita gizi
buruk (indeks BB/TB nilai Z-score <-3SD dan atau tanda klinis) dengan
komplikasi yang dirawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan melalui 4
fase (stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut)
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam tata laksana gizi buruk
- Membantu memulihkan kondisi balita gizi buruk (status gizi dan
komplikasi penyakit)
3. Kebijakan SK Kepala UPTD. Puskesmas Penujak No:
tentang Standar Pelayan Public UPTD. Puskesmas Penujak
4. Referensi Buku Bagan Tata Laksana Gizi Buruk Buku I dan Petunjuk Teknis
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2011)
Pedoman Pelayanan anak Gizi Buruk, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Jakarta 2011
Buku Petunjuk Pelaksanaan Surveilans, Direktorat Jendral Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2013)
5. Prosedur / 1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
Langkah-langkah Segera berikan Glukosa 10% intra vena (iv) bolus, : dosis 5 ml/kgBB
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi
Pertahankan dan pulihkan suhu tubuh anak agar tidak hipotermi (36-
37°C)
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan
5. Mengobati infeksi
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10.Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah
6. Unit Terkait Rawat inap, Laboratorium
TATA LAKSANA/PENANGANAN
BALITA GIZI BURUK
RAWAT JALAN
No. Dokumen : SOP/GIZI/05/2017
No. Revisi : 0
SOP
Tgl. Terbit : 1 Februari 2017
Halaman : 1/1
UPTD.
Sirajuddin, Amd. G
PUSKESMAS NIP. 19681231 199293 1112
PENUJAK
1. Pengertian Prosedur atau mekanisme pengobatan dan pelayaanan kepada balita gizi
buruk (indeks BB/TB nilai Z-score <-3SD dan atau tanda klinis) dengan
komplikasi Pasca perawatan / pada masa Rehabilitasi dan tindak lanjut
sehingga status gizi meningkat menjadi gizi baik
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam tata laksana gizi Buruk pasca perawatan
- Membantu memulihkan kondisi balita gizi buruk (status gizi dan
komplikasi penyakit) menjadi balita gizi baik
3. Kebijakan SK Kepala UPTD. Puskesmas Penujak No:
tentang Standar Pelayan Public UPTD. Puskesmas Penujak
] 4. Referensi Buku Bagan Tata Laksana Gizi Buruk Buku I dan Petunjuk Teknis
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2011)
Pedoman Pelayanan anak Gizi Buruk, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Jakarta 2011
Buku Petunjuk Pelaksanaan Surveilans, Direktorat Jendral Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2013)
5. Prosedur / 1. Balita dirujuk dari Rumah sakit atau Rawat Inap setelah pasien boleh
Langkah-langkah pulang dan memasuki fase rehabilitasi dan tindak lanjut
2. Melakukan antropometri ulang untuk penentuan status gizi
3. Memberikan formula lanjutan ( F 100 )
4. Melakukan pemantauan pemberian F 100 setiap 4 hari untuk
mengetahui tk. Asupan pasien balita gizi buruk
5. Melakukan konsultasi lanjutan dengan dokter puskesmas untuk
pengobatan penyakit infeksi dan penyakit penyerta bila ada
6. Melanjutkan dengan pemberian makanan lokal yang bervariasi untuk
tumbuh kejar
7. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
8. Melakukan monitoring selama 3 bulan penanganan dan dilanjutkan
dengan 2 bulan pasca penanganan
6. Unit Terkait Poli BP / MTBS, Laboratorium
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit : 1 Februari 2017
Halaman : 1/1
UPTD.
Sirajuddin, A.Md.G
PUSKESMAS NIP. 19681231 199203 1112
PENUJAK
Halaman : 1/1
Halaman : ½
5. Prosedur /
1. Bahan makan diperiksa sesuai dengan pesanan dan ketentuan
Langkah-
spesifikasi bahan makanan yang dipesan
langkah
2. Gunakan bahan baku yang baik
3. Bersihkan semua alat sebelum digunakan
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
5. Masaklah pangan secara seksama dan sempurna untuk
membunuh mikroorganisme yang ada didalamnya
6. Simpanlah pangan ditempat yang sesuai
7. Agar lebih lama dilakukan proses pengawetan pada pangan
8. Bahan makanan dikirim ke gudang sesuai dengan jenis barang
atau dapat langsung ketempat pengolahan bahan makanan
9. Bahan makanan yang tidak sesuai spesifikasi dapat
dikembalikan serta minta ganti makanan yang sesuai
spesifikasi.
PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN
MENTAH
No.
: SOP/GIZI/ 11 /2017
Dokumen
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 1 Februari 2017
Halaman : 1/2
1. Pengertian Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas dan
keamanan bahan makanan kering dan segar baik kualitas maupun
kuantitas ( termasuk standar mutu gizi ) pada tempat yang sesuai dengan
karakteristik bahan makanannya.
2. Tujuan Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD. Puskesmas Penujak No:
tentang Standar Pelayan Public UPTD. Puskesmas Penujak
4. Referensi Ilmu Pangan, Jakarta, 2012 ; Tekhnologi Pengolahan Sayur-
sayuran dan Buah-buahan, Jakarta, 2012; GMP, FG. Winarno,
Jakarta, 2008
5. Prosedur / 1. Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
Langkah-
makanan segar
langkah
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
peraturan
3. Tersedianyakartu stok bahan makanan / buku catatan keluar
masuknya bahan makanan.
Syarat tempat penyimpanan bahan makanan
1. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus,
dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
2. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip FIFO ( first in
first out ) dan FEFO ( first expired rirst out ).
3. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis
bahan makanan, contoh : bahan makanan yang mudah rusak
disimpan dilemri pendingin, bahan makanan kering disimpan
di tempat kering dan tidak lembab.
4. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
5. Ketebalan penyimpanan dalam ruangan 80 – 90 %
6. Penyimpanan bahan makanan olahan pablik
7. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu 10°C