Anda di halaman 1dari 14

ISU DAN TANTANGAN DALAM OUTSOURCING DAN INSOURCING

SERTA PENTINGNYA MAINTAINABILITY DALAM SISTEM


TEKNOLOGI INFORMASI

DWI BUDI ROHYATI


K25161014

SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1. Sistem Teknologi Informasi ...................................................................... 2
2.2. Outsourcing .............................................................................................. 3
2.3. Insourcing ................................................................................................ 3
2.4. Maintainability ......................................................................................... 4
III. PEMBAHASAN ............................................................................................ 5
3.1. Isu dan Tantangan dalam Outsourcing ...................................................... 5
3.2. Isu dan Tantangan dalam Insourcing ......................................................... 7
3.3. Pentingnya Maintainability dalam Sistem Informasi ................................. 8
IV. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 11
4.1. Simpulan ................................................................................................ 11
4.2. Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

i
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan harus mampu bersaing melalui inovasi,salah satunya


melalui sistem teknologi informasi. Teknologi informasi memainkan peran
penting dalam memastikan keberhasilan atau berkontribusi terhadap
kegagalan inisiatif bisnis strategis perusahaan. Perkembangan sistem
informasi merupakan salah satu tolak ukur kemampuan adaptasi suatu
perusahaan terhadap perkembangan zaman. Dalam membangun teknologi
dan sistem informasi, perusahaan memerlukan perubahan yang terus
menerus dan berkelanjutan. Di sisi lain, teknologi informasi juga merupakan
sumber daya bisnis penting yang harus dikelola dengan baik..
Pembangunan dan pengelolaan sistem informasi dan teknologi yang
mendukung proses bisnis modern perusahaan saat ini adalah tantangan besar
bagi manajer bisnis dan teknologi informasi dan profesional. Pengembangan
dan pengelolaan sistem informasi dapat ditanggapi peusahaan dengan
membeli aplikasi jadi, insourcing atau outsourcing sistem informasi.
Outsourcing sudah ada sejak awal tahun 1990-an dan telah menjadi
solusi dalam dunia bisnis karena dinilai mampu membuat perusahaan fokus
pada lini bisnis utamanya. Namun hingga saat ini outsourcing masih
menimbulkan pro dan kontra. Di sisi lain, insourcing juga dinilai kurang
effektif karena membuat perusahaan menjadi lambat dalam berkembang.
Perusahaan juga harus memperhatikan pemeliharaan sistem informasi yang
ada agar dapat terus terbaharui. Dalam makalan ini akan dibahas mengenai
isu dan tantangan dalam outsourcing dan insourcing serta pentingnya
maintainability sistem informasi dalam suatu perusahaan.

1.2. Tujuan

Tulisan ini dibuat untuk memberikan pengetahuan mengenai :


1. Bagaimana pengaruh insourcing dan outsourcing pada information
sistem suatu perusahaan.
2. Isu mengenai insourcing dan outsourcing pada information sistem suatu
perusahaan.
3. Tantangan dalam insourcing dan outsourcing pada information sistem
suatu perusahaan.
4. Pentingnya maintainability sistem informasi

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Teknologi Informasi

Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menyediakan informasi


untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan
operasional perusahaan, di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari
orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang
tergorganisasi. Menurut John F. Nash, Sistem Informasi adalah kombinasi
dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian
yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas
transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai
intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang
tepat. Menurut Henry Lucas, Sistem Informasi adalah suatu kegiatan dari
prosedurprosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan
menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan
pengendalian di dalam.
Penggunaan sistem teknologi informasi dalam sebuah organisasi
sangatlah penting namun harus dilihat karakteristik perusahaan tersebut.
Perlu diteliti apakah sistem teknologi informasi mampu meningkatkan
efisiensi sebuah perusahaan. Ada empat peranan mendasar sistem teknologi
informasi di sebuah perusahaan, yaitu:
1. Fungsi Operasional
Teknologi informasi membuat struktur organisasi menjadi lebih
sederhana setelah diambil alih fungsinya. Penggunaan sistem informasi
yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan
manajemen berfungsi sebagai supporting agency dimana teknologi
informasi dianggap sebagai sebuah firm infrastructure.
2. Fungsi Monitoring and Control
Teknologi informasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
aktivitas di level manajerial dan di dalam setiap fungsi manajer.
Struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of
control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi
efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.
3. Fungsi Planning and Decision
Teknologi informasi mendapatkan peran yang lebih penting karena
keberadaannya sebagai penyedia dari rencana bisnis perusahaan dan
merupakan sebuah tambahan informasi bagi para pimpinan perusahaan
yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan
penting sehari-harinya.
4. Fungsi Communication
Teknologi informasi masuk ke dalam firm infrastructure. Dalam era
organisasi modern, teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai
sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi,
berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.

2
2.2. Outsourcing

Outsourcing atau alih daya dalam sistem teknologi informasi adalah


kegiatan memindahkan aktivitas dan layanan ke pihak lain di luar
perusahaan. Kontrak outsourcing dapat berupa menambahkan pengelolaan
Teknologi Informasi dengan penambahan sumber daya dari pihak luar,
mengalihdayakan sistem secara utuh pada pihak luar atau mengalihdayakan
sistem operasional dan fasilitasnya. Menurut O’Brien dan Marakas (2010) ,
outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa
yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan
memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Outsourcing
teknologi informasi dapat diterjemahkan sebagai penyediaan tenaga ahli
yang profesional di bidang teknologi informasi untuk mendukung dan
memberikan solusi guna meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini terjadi
karena suatu perusahaan sering mengalami kesulitan untuk menyediakan
sumber daya manusia yang kompeten dalam mengatasi kendala-kendala
teknologi informasi maupun operasional kantor sehari-hari.
Beberapa dasar pertimbangan perusahaan dalam memilih strategi
outsourcing sebagai alternatif untuk mengembangkan sistem Informasi
Sumberdaya Informasi (O’Brien dan Marakas, 2010) diantaranya:
1. Mengurangi dan mengontrol biaya operasional
2. Meningkatkan fokus perusahaan
3. Mendapatkan akses pada kemampuan kelas dunia
4. Menyebar risiko
5. Mempercepat keuntungan reenginering
6. Sumberdaya internal dapat digunakan untuk hal lainnya
7. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.
8. Risiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi.
9. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
Tidak semua hal dalam Sistem Informasi dapat di outsourcing. Berikut
ini adalah bidang dalam sistem informasi yang sering dioutsourcing oleh
perusahaan :
1. Pemeliharaan dan Perbaikan
2. Training
3. Pengembangan aplikasi
4. Konsultasi dan reengineering
5. Mainframe data centers
6. Client/server services and administration
7. Administrasi jaringan (Network administration)
8. Desktop services
9. End-user support
10. Total IT outsourcing

2.3. Insourcing

Pendekatan insourcing merupakan kebalikan dari outsourcing. Jika


outsourcing melimpahkan pengerjaan proyek pada pihak lain maka

3
insourcing mengembangan proyek dengan memanfaatkan spesialis
teknologi informasi dalam perusahaan tersebut. Contoh insourcing adalah
suatu perusahaan membuat aplikasi sistem informasi untuk mengembangkan
bisnisnya dengan memperdayakan karyawannya sendiri.
Insourcing, sebagai istilah yang digunakan di sini, hanya berarti
perusahaan melakukan fungsi internal, sehingga hanya menimbulkan biaya
tetap dan administratif yang relevan di samping biaya variabel dari aktivitas.
Ketika suatu sistem informasi dilakukan insource, sering ditangani pada
"biaya kembali" dasar untuk organisasi pengguna dengan harga pengalihan
agak sewenang-wenang yang diterapkan (King, 2008).

2.4. Maintainability

Enam karakteristik kualitas perangkat lunak berdasarkan ISO 9126


antara lain functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability dan
portability. Berdasarkan penjelasan yang dimuat dalam dokumen ISO 9126,
maintainability adalah kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat
dimodifikasi. Modifikasi dapat berupa tindakan koreksi, peningkatan fungsi
atau adaptasi perangkat lunak terhadap perubahan, serta modifikasi dalam
kaitan kebutuhan dan spesifikasi fungsionalnya. ISO 9126 membagi aspek
maintainability ke dalam lima sub kriteria sebagai berikut,
 Analysability
Kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk dapat dianalisis atas
terjadinya defisiensi, untuk dapat dipelajari penyebab kegagalan di dalam
perangkat lunak tersebut, atau kapabilitas untuk dapat diidentifikasi
bagian-bagian di dalam software tersebut bila diperlukan modifikasi;
 Changeability
Kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk boleh menerima
modifikasi-modifikasi tertentu yang akan diimplementasikan
pada software tersebut;
 Stability
Kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk terhindar dari dampak
tak terduga akibat modifikasi pada software tersebut;
 Testability
Kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk dapat dilakukan
validasi atas perubahan yang telah ditanamkan di dalamnya;
 Maintainability compliance
Kemampuan suatu produk perangkat lunak untuk mengikuti / sesuai
standard dan ketentuan terkait maintainability.

Saat produk perangkat lunak telah selesai dipasang (installed) dan mulai
diimplementasikan, beberapa jenis perubahan akan terjadi sejalan waktu
penggunaannya sehingga dibutuhkan pemeliharaan. Jones (2010)
menyatakan bahwa ada tiga aktivitas pemeliharaan produk perangkat lunak,
yaitu
1. perbaikan kerusakan (defect repair),
2. perluasan atau peningkatan produk perangkat lunak (enhancement), dan
3. pemugaran (renovation).

4
III. PEMBAHASAN

3.1. Isu dan Tantangan dalam Outsourcing

Hirschheim mengungkapkan bahwa isu terbesar dalam outsourcing


adalah kontrol. Jika teknologi dianggap sebagai faktor kompetitif dalam
bisnis, mungkin perusahaan tidak akan memberikan kendali pada
perusahaan luar. Lacity dan Hirschheim (1993) dalam Hirschheim (2000)
mempelajari sejumlah perusahaan yang outsourcing. kritik mereka
outsourcing memberikan catatan penting. Studi mereka mengidentifikasi
dua mitos outsourcing.
1. Mitos 1: Vendor adalah mitra strategis.
2. Mitos 2: Outsourcing sistem informasi pada vendor secara lebih efisien
daripada internal sistem informasi departemen.

Fungsi umum outsourcing sistem informasi adalah pengembangan


aplikasi perangkat lunak. Proses ini meliputi kontrak (atau subkontrak)
dengan organisasi eksternal untuk pengembangan produk perangkat lunak
lengkap atau parsial / proyek, pembelian produk perangkat lunak paket
dikemas atau disesuaikan, atau kegiatan dan / atau sumber daya yang
membantu dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak. Setiap hal
ada kelebihan dan kekurangannya, termasuk outsourcing. Menurut O’Brien
dalam buku “Management information sistem”, kelebihan outsourcing
antara lain :
1. Kontrol penuh atas Sistem Informasi
Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri. Masalah
mengenai hardware, sofware, dan maintenance sistem merupakan
tanggung jawab pihak vendor.
2. Penghematan waktu
Outsourcing membuat pekerjaan menjadi lebih praktis serta waktu
pengembangan sistem informasi relatif lebih cepat, efektif, dan efisisen
karena dikerjakan oleh orang yang profesional di bidangnya.
Penghematan waktu proses dapat diperoleh karena beberapa outsourcer
dapat dipilih untuk bekerja bersamasama menyediakan jasa ini kepada
perusahaan. Penghematan waktu proses membuat perusahaan dapat
mengonsentrasikan diri pada bisnis yang ditangani
3. Akses Pasar Global
Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendor yang
mempunyai reputasi baik.
4. Risiko
Risiko kegagalan yang tinggi dan biaya teknologi yang semakin
meningkat, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika
menyerahkan pengembangan sistem informasi kepada outsourcer
agar tidak mengeluarkan investasi tambahan.
5. Biaya

5
Biaya pengembangan sistem informasi dapat disesuaikan dengan
anggaran dan kebutuhan perusahaan. Mahal atau murahnya biaya
pengembangan sistem informasi tergantung jenis program yang dibeli
sahingga dana yang ada dapat digunakan dalam aset perusahaan
karena tak perlu ada aset untuk teknologi informasi. Perusahaan juga
dapat memilih partner/provider sesuai anggaran dan kebutuhan.
Outsourcing juga mengurangi risiko penghamburan investasi jika
penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika hal
ini terjadi maka perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem
yang optimal pada saat-saat tertentu saja, sehingga sumber daya
sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya.

Kekurangan outsourcing menjadi isu dan tantangan dalam outsourcing


Sistem teknologi informasi, antara lain :
1. Keamanan sistem informasi
Tidak menutup kemungkinan penyalahgunaan sistem informasi oleh
vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan.
2. Ketidaksesuaian dengan kebutuhan perusahaan
Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami
kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut.
3. Keterbatasan dalam transfer knowledge
Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi
sepenuhnya dilakukan oleh vendor.
4. Sulit dalam perbaikan dan pengembangan
Pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan
perusahaan hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem. Apabila
perusahaan membutuhkan pengembangan dan perbaikan sistem maka
perusahaan harus menghubungi vendor terbeih dahulu.
5. Biaya tambahan
Manajemen perusahaan membutuhkan proses pembelajaran yang cukup
lama dan perusahaan harus membayar lisensi program yang dibeli
sehingga ada konsekuensi biaya tambahan yang dibayarkan.
6. Keungungan kompetitif perusahaan
Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Vendor tidak fokus
dalam memberikan layanan karena pada saat yang bersamaan harus
mengembangkan sistem informasi klien lainnya.
7. Kendali terhadap aplikasi yang dialihdayakan
Perusahaan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang dialihdayakan.
Jika aplikasinya adalah aplikasi penting yang harus segera ditangani
jika terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung risiko
keterlambatan penanganan jika aplikasi ini di-outsource-kan karena
kendali ada pada outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. Jika
kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan
banyak kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik
diantaranya.
Perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesuksesan implementasi sistem informasi untuk menjawab

6
isu dan tantangan dalam outsourcing. O’Brien (2010) mengemukakan faktor
yang menjadi kunci sukses penerapan sistem outsourcing yaitu :
1. Memahami maksud dan tujuan serta sasaran perusahaan
2. Memiliki perencanaan/misi dan visi yang strategis
3. Memilih secara tepat service provider/vendor/rekanan yang tepat
4. Komunikasi yang terbuka antara pihak yang berkepentingan
5. Mendapat dukungan dan keterlibatan dari pihak manajemen dan
eksekutif
6. Memelihara lingkungan baik dan terbuka dengan individu dan
kelompok terkait
7. Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yang
menyangkut karyawan dan memperhatikan isu terkait karyawan, misal
pengurangan karyawan.
8. Kontrak yang terstuktur
9. Memiliki justifikasi ekonomi dan keuangan yang layak

Sebagaimana dijelaaskan sebelumnya, salah satu cara agar outsourcing


dapat berjalan dengan baik adalah pemilihan vendor yang tepat. Berikut ini
adalah factor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan vendor :
1. Komitment untuk menjaga kualitas
2. Harga
3. Referensi atau reputasi
4. Kontrak yang fleksibe
5. Jangkauan sumber daya
6. Kemampuan dalam memberikan nilai tambah
7. Kesesuaian budaya
8. Hubungan dengan vendor
9. Lokasi

3.2. Isu dan Tantangan dalam Insourcing

Sama halnya dengan outsourcing, insourcing sistem informasi juga


memiliki kelebihan dan kekurangan. Keunggulan insourcing antara lain:

1. Biaya pengembangannya relatif lebih murah karena hanya melibatkan


pihak perusahaan.
2. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat
segera dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
3. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance)
terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan
oleh karyawan perusahaan tersebut.
4. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab
untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
5. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan
data lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
6. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan dengan lebih
mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
7. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol.

7
8. Dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif karena menunjukkan
kemandirian dalam berusaha dan menambah rasa percaya diri
perusahaan akan kemampuannya.
9. Mendukung pengembangan sistem yang sedang dijalankan dan tidak
adanya konflik kepentingan bila dibandingkan dengan outsourcing
karena terdapat rasa memiliki.
10. Sesuai untuk pengembangan sistem dan proyek yang kompleks
11. Kedekatan departemen yang mengelola sistem informasi dengan end-
user akan mempermudah dalam pengembangan sistem sesuai dengan
harapan.
12. Pengambilan keputusan dapat dikendalikan oleh perusahaan tanpa
adanya campur tangan dari pihak luar

Kekurangan insourcing merupakan isu dan tantangan dalam insourcing


Sistem teknologi informasi, antara lain :
1. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer
sehingga ada konsekuensi biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.
2. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama
karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin
sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
3. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan
sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan
mereka.
4. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum
tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga
ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to
date).
5. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat
menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan
kesalahan/risiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
6. Perlu waktu yang lama untuk mengembangkan sistem karena harus
dimulai dari nol.
7. Kesulitan para pemakai dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran
pengembangan memahami mereka dan seringkali hal ini membuat para
pengembang merasa putus asa.
8. Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas karena tidak adanya target
yang ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh perusahaan.
9. Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh karyawannya sendiri.

3.3. Pentingnya Maintainability dalam Sistem Informasi

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga software tetap andal dan


responsif bagi penggunanya setelah hal tersebut selesai dikembangkan dan
diinstal. Jones (2010) mengungkapkan bahwa pemeliharaan merupakan hal
yang lebih sulit dan kompleks untuk dianalisis dibandingkan dengan proses
pengembangannya. Pemeliharaan perangkat lunak mencakup banyak
aktivitas yang berbeda. Jones (2010) menyebutkan sedikitnya ada 23 jenis

8
pekerjaan yang dapat dikelompokkan dalam lingkup pemeliharaan.
Keduapuluhtiga aktivitas pemeliharaan ini merupakan bentuk-bentuk dari
modifikasi perangkat lunak eksisting. Terkadang beberapa aktivitas tersebut
dapat terjadi berurutan dalam satu aliran kerja modifikasi, misanya reverse
engineering seringkali mendahului aktivitas reengineering.
Jones (2010) mengungkapkan hal-hal yang menjadi kunci keberhasilan
suatu perusahaan dalam aktivitas ini. Best practices dalam software
maintenance di antaranya seperti,
a. menggunakan jasa spesialis pemeliharaan dibandingkan orang dengan
kualifikasi sebagai developer;
b. mempertimbangkan opsi outsourcing;
c. merekam atau mencatat semua bugs / kesalahan yang pernah dilaporkan
pengguna;
d. mencatat response time sejak laporan kerusakan/bugs diterima hingga
tindakan koreksi mulai dilakukan;
e. mencatat response time sejak tindakan koreksi mulai dilakukan hingga
penanganan selesai;
f. mencatat semua aktivitas pemeliharaan yang dilakukan dan juga
biayanya.

Mengelola dan melaksanakan permintaan perubahan hanyalah salah


satu aspek dari kegiatan pemeliharaan sistem. Dalam beberapa hal, setelah
fase pemeliharaan dimulai, siklus dimulai lagi. Kebutuhan/permintaan baru
diartikulasikan, dianalisis, dirancang, diperiksa kelayakan, diuji, dan
diimplementasikan. Berikut ini adalah empat kategori dasar identifikasi :
1. perbaikan
2. adaptif
3. perfektif
4. pencegahan.

Maintainability merupakan hal yang penting karena sistem informasi


harus terus beradaptasi terhadap perubahan lingkungan penggunaan maupun
kebutuhan-kebutuhan yang baru, selain memenuhi tuntutan pengguna untuk
keandalan sistem perangkat lunak yang membangun sistem informasi dari
koreksi atas kesalahan-kesalahan (bugs). Pentingnya maintainability sistem
informasi perlu dicermati karena biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan cukup besar. Boehm (1982) dalam Suroso (2014)
mengungkapkan hasil studinya di mana biaya pemeliharaan memakan
porsi resource dana kegiatan pengembangan dan implementasi perangkat
lunak yang relatif besar, di mana biaya pemeliharaan perangkat lunak
mengambil porsi 49%, sedangkan biaya pengembangan adalah 43% dan
sisanya (8%) untuk kegiatan lain-lain. Biaya perbaikan kesalahan pada suatu
perangkat lunak juga meningkat sejalan dengan tahapan pengembangannya.
Biaya pemeliharaan sebesar 49% dibagi lagi dalam empatjenis aktivitas,
yaitu tindakan corrective (21%), adaptive (25%), preventive (4%) dan
perfective (50%). Kelompok aktivitas penyempurnaan (perfective) ternyata
mengambil setengah porsi dari total kebutuhan biaya pemeliharaan.
Aktivitas yang berhubungan dengan pemeliharaan korektif berfokus pada

9
memperbaiki bug dan kesalahan logika tidak terdeteksi selama periode
pengujian implementasi. pemeliharaan adaptif mengacu pada kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan modifikasi fungsi yang ada atau menambahkan
fungsi baru untuk mengakomodasi perubahan dalam bisnis atau operasi
lingkungan. Kegiatan pemeliharaan perfektif melibatkan perubahan yang
dibuat untuk sistem dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja fungsi atau
antarmuka. Kategori akhir dari kegiatan pemeliharaan, perawatan
pencegahan, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan sistem atau memperpanjang kapasitas dari masa
manfaat suatu sistem. Meski terkadang kegiatan pemeliharaan terendah-
prioritas, pemeliharaan preventif tetap memberikan nilai tambah yang tinggi
dan penting untuk sebuah organisasi menyadari nilai penuh investasi dalam
sistem.
Swanson (1999) mengartikan maintainability dari suatu Sitem
Informasi sebagai memperluas fungsi atau meningkatkan kemampuan
sistem informasi, di mana pemakaian sumberdaya dalam aktivitas
pemeliharaan, pengoperasian dan penggunaannya adalah seekonomis
mungkin. Alokasi sumberdaya perlu dipertimbangkan dengan cermat, baik
biaya maupun usaha yang akan dikeluarkan dalam pemeliharaan sistem
informasi. Untuk mendukung keandalan dan memenuhi kebutuhan serta
mempertimbangkan biaya pemeliharaan software yang besar, alokasi
sumberdaya perlu diperhitungkan dengan baik. Resource yang ditinjau
meliputi biaya (maintenace cost) dan usaha (maintenance effort) seperti
penjelasan berikut ini,
 Maintenance Cost
Swanson (1999) mengungkapkan pemeliharan SI yang berbasis
Teknologi Informasi (TI) memakan biaya yang relatif mahal. Perubahan
atau modifikasi atas suatu perangkat lunak akan membutuhkan biaya
dalam pelaksanaan kegiatannya. Banker (1993) dalam Huber (2009)
menyebutkan ada dua tipe biaya dalam modifikasi software, yaitu biaya
finansial dan biaya waktu. Biaya finansial adalah akumulasi biaya dari
komponen pekerja yang terlibat di dalamnya. Semakin banyak pekerja
yang terlibat maka biaya ini akan semakin tinggi. Biaya waktu adalah
akumulasi biaya yang timbul dari aktivitas ini sepanjang rentang waktu
berlangsungnya aktivitas, di mana biaya finansial adalah komponen
yang mempengaruhi biaya waktu. Semakin lama proses
modifikasi software berlangsung untuk mencari tahu (discover),
mengimplementasikan (implement), menguji (test) dan
mendokumentasikan (document), maka komponen biaya ini akan
semakin tinggi.
 Maintenance Effort
Jika suatu aplikasi perangkat lunak yang dimiliki oleh sebuah organisasi
dalam proses pengembangannya dibuat agar lebih mudah untuk
dimodifikasi, misalnya dibangun dengan tingkat kerumitan yang
rendah, maka usaha (effort) yang dicurahkan oleh organisasi tersebut
dikemudian hari akan lebih ringan (Swanson, 1999). Maintenance
effort sebagai input aktivitas pemeliharaan terdiri dari sumberdaya yang
dialokasikan dan digunakan dalam tugas ini, misalnya sumberdaya

10
mesin, workbenches dan sumberdaya manusia atau staff. Sumberdaya
manusia sendiri dibedakan berdasarkan keterampilan (skills),
pengalaman dan motivasinya, yang kemudian dikelompokkan lagi
sesuai job class serta besaran gaji.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Penggunaan sistem teknologi informasi dalam sebuah organisasi


sangatlah penting namun harus dilihat karakteristik perusahaan tersebut.
Peranan mendasar sistem teknologi informasi di sebuah perusahaan sebagai
Fungsi Operasional, Fungsi Monitoring and Control, Fungsi Planning and
Decision dan Fungsi Communication. Pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi dapat ditanggapi peusahaan dengan membeli aplikasi jadi,
insourcing atau outsourcing sistem informasi.
Penerapan Insourcing sistem informasi mungkin dapat menambah biaya
karena perusahaan harus mengadakan pelatihan bagi karyawannya. Waktu
yang dibutuhkan juga lebih lama sehingga perusahaan tidak dapat
beradaptasi dengan cepat. Ada kemungkinan kesalahan presepsi dalam
pengembangan sistem karena pemakai sulit dalam menyatakan kebutuhan
pemakai. Karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi
akan mengalami demotivasi karena bukan merupakan pekerjaan utama
mereka.
Outsourcing memiliki kekurangan yang menjadi isu dan tantangan
dalam outsourcing Sistem teknologi informasi. Kekurangan outsourcing ada
pada keamanan sistem informasi, kemungkinan penyalahgunaan sistem
informasi oleh vendor, ketidaksesuaian dengan kebutuhan
perusahaan.Outsourcing juga mengakibatkan keterbatasan dalam transfer
knowledge sehingga sulit dalam perbaikan dan pengembangan. Walaupun
outsourcing dapat membuat perusahaan fokus pada bisnis utamanya namun
perusahaan akan mengeluarkan biaya tambahan untuk pengembangan dan
perbaikan sistem informasi.
Pemeliharaan sistem informasi merupakan hal yang sulit dan kompleks
untuk dianalisis dibandingkan dengan proses pengembangan karena
setidaknya ada dua puluh tiga jenis pekerjaan yang dapat dikelompokkan
dalam lingkup pemeliharaan. Best practices dalam software maintenance
dibutuhkan agar proses pemeliharaan sistem informasi berjalan dengan baik.
Kemampuan sistem informasi untuk dapat dipelihara berpadanan dengan
kondisi tertentu memberikan petunjuk atau indikasi apakah sistem informasi
tersebut ada pada level kurang atau lebih mudah untuk bisa dimodifikasi.
Alokasi sumberdaya perlu dipertimbangkan dengan cermat, baik biaya
maupun usaha. Biaya pemeliharaan memakan porsi resource dana kegiatan
pengembangan dan implementasi perangkat lunak yang relatif besar. Biaya
perbaikan kesalahan pada suatu perangkat lunak juga meningkat sejalan
dengan tahapan pengembangannya. Maintainability merupakan hal yang
penting karena sistem informasi harus terus beradaptasi terhadap perubahan
dan memenuhi tuntutan pengguna untuk keandalan sistem perangkat lunak

11
yang membangun sistem informasi dari koreksi atas kesalahan-kesalahan
(bugs).

4.2. Saran

Setiap perusahaan mengetahui kekurangan dan kelebihannya masing-


masing. Perlu dianalisa lebih lanjut mengenai kelebihan dan kekurangan
serta efek dari penerapan outsourcing dan insourcing dalam sistem teknologi
informasi. Dengan adanya analisa tersebut, perusahaan dapat mengetahui
mana yang terbaik untuk pengembangan sistem teknologi informasi
sehingga dapat memenuhi tujuan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

O’Brien,James and Marakas, George M 2011. Management Information Sistem


10th Edition.New York (USA) : McGraw-Hill
Hirschheim, R. and M. Lacity. 2000. Information technology insourcing: Myths
and realities. Communications of the ACM, 43, 2, 99–107.
King, William. 2008. A Methodology for IT Sourcing Development . Information
Technology Outsourcing. 8 : 67 – 83
ISO 9126, I.2000. Information technology – Software product quality, Part 1:
Quality Model. International Organization for Standardization.
Agrawal, Aditya et. al. (2009). ORE: A Framework to Measure Organizational
Risk During Information Sistems Evolution. (C. Barry, K. Conboy, M.
Lang, G. Wojtkowski, & W. Wojtkowski, Eds.) Information Sistems
Development: Challenges in Practice, Theory and Education, 2, 675-686.
Jones, C. (2010). Software Engineering Engineering: Lessons from Successful
Projects in the Top Companies. New York: McGraw-Hill.
Swanson, E. B. 1999. IS “Maintainability”: Should It Reduce the Maintenance
Effort? (Winter, Ed.) Database for Advances in Information Sistems, 30/1,
65-76.

12

Anda mungkin juga menyukai