Anda di halaman 1dari 24

MANFAAT DAN PENGARUH TI DALAM ORGANISASI

Disusun Oleh

Neli Evitasari 2112070113

Metahsari 2112070117

Zaky Hafizh Aldani 2112070133

Triyani Puji Astuti 2112070134

Firmansyah 2112070135

Ardika Laksamana 2112070136

Ika Mulyaningrum 2112070137

Annisa Nur Rifani 212070138

Ray Farta Yova Siahaan 2112070144

Firli Mulyanisa Imanda 2112070150

Futtri Noerma Yanti 2112070156

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI KELAS KARYAWAN

PERBANAS BEKASI
DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...2
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….3
BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………………………….3
BAB 2 Landasan Teori……………………………………………………………………….4
BAB 3 Kasus………………………………………………………………………………...19
BAB 4 Solusi dari Kasus…………………………………………………………………….21
BAB 5 Kesimpulan dan Saran………………………………………………………………22
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….24

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul manfaat dan pengaruh TI dalam
organisasi.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Teknologi Informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN

Pemanfaatan sistem atau teknologi informasi pada suatu organisasi mulai


dikembangkan dengan strategi yang beragam, hal ini diperlukan terlebih pada instansi
Pemerintahan karena lajunya perkembangan sistem atau teknologi informasi akan
berpengaruh pada proses bisnis yang sedang berjalan. Pada praktiknya, tidak sedikit
pengembangan sistem atau teknologi informasi mengalami kegagalan hal ini hampir
dipastikan karena adanya ketidaksesuaian terhadap kebutuhan serta tujuan organisasi. Untuk
mengakomodasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan inovasi
teknologi untuk memenuhi harapan arsitektur sistem informasi yang dinamis dan terus
berkembang, dibutuhkan kerangka kerja yang nantinya dapat membantu menyelaraskan
kebutuhan bisnis organisasi dan kebutuhan aplikasi untuk mendukung visi dan misi yang
ingin dicapai.

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi informasi telah melingkupi segala bidang. Hal ini tidak
bisa dipungkiri lagi karena aspek-aspek otomatisasi yang canggih dan mampu membuat
segala pekerjaan menjadi lebih praktis. Perkembangan suatu organisasi saat ini sangat
bergantung pada teknologi informasi yang diaplikasikan. Teknologi informasi menjadi pilihan
utama dalam menciptkana sistem informasi suatu organisasi yang tangguh dan
mampumelahirkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang semakin ketat saat ini.
Investasi di bidang teknologi informasi dalam suatu organisasi umumnya dimaksudkan untuk
memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota organisasi dan institusi.

Dalam penelitian Galang Alfiansyah (2011), disebutkan bahwa kemajuan pesat di bidang
teknologi menuntut perubahan total dalam orientasi pimpinan organisasi terhadap peranan
informasi dalam mengambil keputusan. Pentingnya infromasi bagi organisasi terutama
pimpinan organisasi bukan merupakan hal baru. Sejak adanya manusia yang hidup

3
berorganisasi, sejak saat itu pula informasi selalu diperlukan oleh pimpinan organisasi untuk
membantunya melakukan tugasnya.

Para pengguna media elektronik percaya bahwa teknologi informasi (TI) telah menyebabkan
komunikasi berlangsung efisien hingga meningkatkan produktivitas organisasi dan individu.
Namun tak sedikit yang beranggapan teknologi informasi dapat mengurangi sensitivitas
organisasi dan anggotanya terhadap lingkungannya sehingga justru menjadi teknologi
pengganggu (diruptive technology) yang mengakibatkan kegagalan perusahaan. Namun
disadari atau tidak, teknologi informasi telah merubah cara berkomunikasi manusia baik di
lingkungan organisasi maupun lingkungan sosial lainnya.

Teknologi informasi juga merubah cara kerja manusia, cara memproduksi, cara
mengkoordinasi, cara berpikir dan perubahan-perubahan besar telah terjadi melalui
pemanfaatan teknologi informasi di dalam berbagai sistem bisnis dan organisasi. Lingkungan
bisnis yang berubah dengan pesat sebagian besar disebabkan oleh penemuan dan
implementasi teknologi informasi. Kehadiran teknologi informasi membuat dunia semakin
tidak mengenal batas antar negara dengan negara lainnya (borderless). Dalam hal ini,
teknologi informasi telah mengaburkan batas-batas organisasi pasar dan masyarakat
mempersingkat batasan ruang dan waktu. Dengan perubahan tersebut, struktur dan budaya
organisasi juga disesuaikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam setiap proses
bisnis yang pada akhirnya akan menghasilkan budaya dan struktur organisasi baru yang lebih
efektif dan efisien.

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. Teknologi Informasi di dalam konteks organisasional

Teknologi didefinisikan sebagai pengetahuan, alat-alat, teknik dan kegiatan yang


digunakan untuk mengubah input menjadi output. Karena itu dapat dikatakan bahwa
teknologi meliputi seluruh proses transformasi yang terjadi dalam organisasi, menyangkut
mesin-mesin yang digunakan, pendidikan dan keahlian karyawan, serta prosedur kerja yang
digunakan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan (Lubis & Husaini, 1987:96).

Organisasi adalah sebuah sistem terbuka, dan teknologi organisasi merupakan


cerminan dari kondisi lingkungan organisasi dan juga jenis kegiatan internal yang terjadi
dalam organisasi. Teknologi dalam organisasi memiliki peranan utama dalam mempelajari

4
sifat sifat dari teknologi suatu organisasi dan hubungan teknologi terhadap struktur organisasi.
Dalam teori organisasi yaitu dengan prinsip ketergantungan (contingency), menyatakan
bahwa karakteristik organisasi mempunyai ketergantungan terhadap faktor-faktor teknologi
yang pada akhirnya berkembang menjadi pendekatan modern dalam teori organisasi. Menurut
James Thomson, teknologi organisasi tidak didasarkan pada penyelidikan yang dilakukan di
lapangan, melainkan merupakan suatu pembahasan teoritis yang disusun berdasarkan
landasan landasan pemikiran yang telah muncul sebelumnya.

Pembahasan mengenai teknologi organisasi dilakukan dengan membedakan organisasi


menjadi dua jenis, yaitu organisasi perusahaan manufaktur dan organisasi nonmanufaktur.
manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium
proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Manufaktur adalah
proses fisik dalam produksi barang non jasa. Contoh manufaktur adalah seperti pembuatan
minyak urut di mana jasa pijit yang menggunakan minyak urut tersebut tidak termasuk dalam
perusahaan manufaktur. Penelitian mengenai teknologi organisasi perusahaan manufaktur
yang dianggap paling berpengaruh terhadap perkembangan teori organisasi, yang dilakukan
Joan Woodward pada tahun 1950-an di Inggris. Woodward menemukan bahwa perusahaan
yang mengunakan struktur yang sesuai dengan teknologi produksinya dikelompokkan ke
dalam tiga tipe teknologi produksi, yaitu: 1) pembuatan produk tunggal atau dalam kelompok
ukuran kecil, 2) produk massal atau dalam kelompok ukuran besar dan 3) produksi menurut
proses.

2. Teknologi informasi dan struktur organisasional

Teknologi informasi secara sernpit dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi
komputer dan telekomunikasi yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, database,
teknologi jaringan dan peralatan teknologi lainnya (Antaraina SF, 1995). Teknologi informasi
merupakan salah satu penyebab adanya tekanan bisnis pada setiap organisasi yang ada pada
saat ini, sebaliknya juga kebutuhan perusahaan dapat menyebabkan perkembangan teknologi
informasi itu sendiri. Perkernbangan teknologi ini tidak hanya terfokus pada kebutuhan dalam
sistem pemrosesan data saja, tetapi juga mencakup semua aktivitas yang terdapat dalam
sebuah organisasi termasuk industri manufaktur. Harus diyakini bahwa setiap organisasi yang
ada adalah merupakan salah satu komunitas terbesar yang menikmati dan menerima implikasi
dari perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Pada tahap awal, pemanfaatan komputer

5
hanya digunakan pada sebatas aspek pengolahan data saja dan aplikasinya lebih ditujukan
untuk kegiatan akuntansi dan klerikal. Pada saat itu, sistem pengolahan data yang masih
dilakukan secara manual mulai dimbah ke sistem elektronis dengan melaiui pemanfaatan
media komputer, dan yang sering disebut sebagai EDP (Electronic Data Processing).

Penerapan Teknologi ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi pemakainya, baik manfaat
kualitatif dan kuantitatif. Manfaat kuantitatif terdiri dari pengurangan biaya operasi dan
perbaikan produk dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan manfaat kualitatif atau intangible
benefits dapat berupa: analisis data dapat lebih cepat, penyajian laporan manajemen lebih
baik, beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh individu yang sama, penghematan waktu,
akses data dapat lebih tepat waktu, data yang disajikan lebih akurat dan perbaikan dalam
pengambilan keputusan. Di samping beberapa manfaat yang ada dengan adanya kemajuan
dan peluang dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut, seorang manajer juga harus
menyadari bahwa terdapat beberapa ancaman kerugian yang mungkin terjadi, diantaranya
adalah: biaya set up yang tinggi, penguasaan teknoiogi yang lambat. perkembangan teknologi
yang sangat cepat, hambatan penolakan dari para staf pekerja, dan kurang siapnya organisasi
dalam melakukan manaj emen perubahan. Menurut Monger (1988), perkem-bangan teknologi
dan khususnya teknologi informasi telah membawa tiga dampak utama yang berpengaruh
terhadap struktur organisasi dan struktur industri, yaitu: (a) otomasi, (b) disintermediasi, dan
(c) integrasi. Otomasi dapat ditunjukkan dengan melalui penggunaan mesin-mesin otomatis,
yang selama revolusi industry secara bertahap telah mengambil alih kekuatan, pengalaman
dan keterampilan manusia. Dewasa ini otomasi ditunjukkan dengan penggunaan komputer
untuk mengambil alih pengetahuan manusia dan bahkan sedang dalam proses pengambil
alihan kecerdasan manusia. Disintermediasi adalah peniadaan proses antara yang merupakan
"nonvalue added activities", sehingga "throughput time" dapat dipercepat. Sedang integrasi
adalah meliputi perpaduan berbagai bidang antara lain mulai dari integrasi komputer, input,
proses, output sampai ke integrasi komunikasi. Ketiga dampak tersebut adalah merupakan
wujud nyata dari pada perkembangan sistem pendukung pengambilan keputusan berbasis
jaringan terpadu (Networked Decision Support - NDS). Melalui sistem ini diharapkan dapat
mengatasi berbagai kendala yang selama ini sering menjadi hambatan dalam proses
pendistribusian informasi, yaitu antara lain banyaknya tugastugas yang harus diselesaikan dan
seringkali melibatkan berbagai pihak yang lokasinya saling berjauhan pada waktu yang
bersamaan ataupun dengan waktu yang berbeda, memerlukan waktu yang cepat dalam

6
penyelesaiannya, biaya yang harus dikeluarkan sering melebihi ketentuan dari anggaran yang
ada dan kebutuhan akan para spesialis informasi dalam membantu mencari penyelesaian
masalah yang terjadi sering mengalami keterlambatan dan tidak bisa memenuhi waktu yang
telah ditentukan. Namun demikian dampak daripada perkembangan tekonologi tersebut tidak
sekaligus memberikan pengaruh pada pemberdayaan dan pengembangan organi-sasi,
melainkan melalui suatu evoiusi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pergeseran fokus dari
pemanfaatan teknologi infonnasi pada organisasi. Cash et. al. (1992), membedakan dalam 3
era pemanfaatan teknologi infor-masi, yaitu : era pertama dali sekitar 50-an sampai 70-an,
pemanfaatan teknologi informasi hanya ditujukan untuk produktivitas dan efisiensi; era kedua
dimulai dengan pengenalan rainikomputer dan timesharing pada tahun 70-an, dan
pemanfaatan teknologi informasi sudah ke arah peningkatan efektivitas pengelolaan
organisasi; era ketiga ditandai dengan perkembangan yang pesat dari teknologi komputer dan
komunikasi pada tahun 80-an. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran pemanfaatan
teknologi informasi untuk mendukung keunggulan strategis organisasi di dalam persaingan.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran lagi dari untuk
mendukung keunggulan strategik menjadi untuk mendukung keunggulan organisasional
(Daniels, 1994). Keunggulan organisasional ini berkaitan dengan perancangan dan
pengembangan organisasi menuju organisasi yang lebih bersifat adaptif responsif dan
fleksibel di dalam menghadapi lingkungan yang semakin kompleks dan turbulen, yang
diakibatkan oleh globalisasi, deregulasi, peningkatan kompetisi, dan lain-lain.

3. Peran Teknologi Pada Strategi bisnis

Cloud Sebenarnya Memperluas Peran Departemen Teknologi Informasi, Hasil Survei


Cisco-Intel Sebuah survei baru menunjukkan bahwa departemen TI justru benar-benar
berkembang, dan para pemimpin TI mengambil peran tinggi di dalam bisnis sebagai akibat
cloud tersebut.Survei terhadap 4.226 leader TI di seluruh dunia, yang dilakukan oleh Cisco
Consulting Services, bekerja sama dengan Intel, menemukan bahwa penggunaan cloud di
dalam perusahaan berkembang - sekarang menghitung 23 persen pengeluaran TI, dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 27 persen selama tiga tahun ke depan - tidak ada
pengurangan yang jelas dalam perusahaan TI lokal yang sedang berlangsung. Bahkan,
mayoritas, 57%, melihat ukuran TI meningkat yang dilihat dari hal jumlah karyawan full-time
TI. Daripada memandang TI sebagai bagian yang terpisah dari bisnis, 76 persen responden
melihat TI mengambil peran baru sebagai “broker”, atau perantara, dari layanan cloud, yang

7
mengatur proses perencanaan dan pengadaan untuk jalur bisnis di seluruh internal dan cloud
eksternal sambil mengelola kompleksitas pihak ketiga.

Penelitian ini mencatat bahwa sementara peningkatan pemusatan dan peningkatan


sumber daya TI mungkin tampak berlawanan dengan intuisi di era di mana banyak jalur bisnis
yang mengambil anggaran dan inisiatif teknologi mereka sendiri. Memang, survei tersebut
juga menemukan bahwa jalur bisnis mendanai 44 persen dari total belanja TI secara global,
dan 69 persen memperkirakan bahwa pangsa ini hanya akan meningkat dalam tiga tahun ke
depan. Pembelanjaan TI yang tak terlihat mungkin menyiratkan persentase pengeluaran TI
yang lebih tinggi oleh jalur bisnis - 55 persen mengatakan bahwa mereka telah menyaksikan
insiden “peningkatan signifikan” dari apa yang disebut “pengeluaran TI yang tak terlihat”
selama dua tahun terakhir. TI memainkan peran yang penting. Secara tradisional dilihat
sebagai alat untuk menjaga agar proses bisnis berjalan efisien di belakang layar, di era
Uberization and Big Data, TI telah menjadi proses bisnis. Perusahaan dan organisasi yang
secara efektif menavigasi dan memanfaatkan data-data yang ada - dari dalam dan dari sumber
eksternal untuk pengembangan bisnisnya. Dan suka atau tidak suka, TI akan menjadi faktor
penentu dalam sebuah organisasi.

Peran teknologi informasi diperlukan dalam dunia organisasi sebagai alat bantu dalam upaya
memenangkan suatu persaingan yang pasti terjadi dalam dunia organisasi. Ditambah lagi kita
dihadapkan oleh kenyataan bahwa saat ini dunia berada pada era persaingan yang sangat
ketat. Adanya peran teknologi informasi dalam organisasi memungkinkan setiap proses yang
dijalankan menjadi lebih mudah dan cepat. Dengan menggunakan teknologi informasi,
kendala jarak dan biaya operasional menjadi bukan masalah yang utama lagi. Dengan kata
lain, teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan informasi dalam suatu organisasi dengan
sangat cepat, tepat waktu, relevan dan akurat (Wilkinson dan Cerullo, 1997).
Peranan teknologi informasi bagi sebuah organisasi dapat dilihat dengan menggunakan
kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry. Terdapat lima peranan mendasar teknologi
informasi dalam organisasi, yaitu:

1. Fungsi Operasional. Membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping setelah diambil
alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di
seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan

8
menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap
sebagai firm infrastructure.

2. Fungsi Monitoring and Control. Mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di
dalam setiap fungsi manajer. Sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat
memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi
efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.

3. Fungsi Planning and Decision. Mengangkat teknologi informasi ke tataran peranan yang
lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana kegiatan organisasi dan
merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan organisasi yang dihadapkan pada
realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya.

4. Fungsi Communication. Secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era
organisasi modern, dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau
media dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.

5. Fungsi Interorganisational. Merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh
semangat globalisasi yang memaksa organisasi untuk melakukan kolaborasi atau menjalin
kemitraan dengan sejumlah organisasi lain. Tipe dan fungsi peranan teknologi informasi ini
secara langsung akan berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi, dan
struktur organisasi departemen, divisi, atau unit terkait dengan sistem informasi, teknologi
informasi, dan manajemen informasi.

Selain itu, teknologi informasi secara umum juga mempunyai beberapa peranan dalam
organisasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Minimal Risk. Setiap kegiatan dalam organisasi memiliki resiko, terutama berkaitan
dengan faktor-faktor keuangan. Kehadiran teknologi informasi selain mampu membantu
organisasi mengurangi resiko yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu organisasi
dalam mengelola resiko yang dihadapi.

9
2. Reduce Costs. Peranan teknologi informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha
pengurangan biaya-biaya operasional organisasi pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
profitabilitas organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya ada empat cara yang
ditawarkan teknologi informasi untuk mengurangi biaya-biaya kegiatan operasional yaitu:

a. Eliminasi proses, implementasi berbagai komponen teknologi informasi akan mampu


menghilangkan atau mengeliminasi proses-proses yang dirasa tidak perlu.

b. Simplifikasi proses, berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit (birokratis) biasanya
dapat di sederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi
informasi.

c. Integrasi proses, teknologi informasi juga mampu melakukan pengintegrasian beberapa


proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis.

d. Otomatisasi proses, mengubah proses manual menjadi otomatis merupakan tawaran klasik
dari teknologi informasi.

3. Add Value. Menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tujuan akhir dari penciptaan
value tidak sekedar untuk memuaskan pelanggan, tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan
loyalitas sehingga pelanggan tersebut bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka
panjang.

4. Create New Realities. Mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi organisasi, yaitu
di dunia maya. Berbagai konsep e-business semacan e-commerce, e-procurement, e-customer,
e-loyalty, dan lain-lainnya pada dasarnya merupakan cara pandang baru dalam menanggapi
mekanisme bisnis di era globalisasi informasi.

Teknologi informasi telah menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan dari setiap kegiatan
organisasi. Dari organisasi besar yang memelihara sistem mainframe dan database, hingga
organisasi kecil yang memiliki satu komputer, teknologi informasi pasti memiliki peran

10
didalamnya. Alasan penggunaan teknologi dalam dunia maya sekarang dapat ditentukan
dengan melihat bagaimana teknologi informasi digunakan di seluruh dunia organisasi. Berikut
beberapa peranan teknologi informasi didalam organisasi modern:

1. Komunikasi. Bagi banyak perusahaan, email menjadi sarana komunikasi utama antara
karyawan, supplier dan pelanggan. Email adalah salah satu pendorong awal terciptanya
Internet, memberikan sarana sederhana dan murah untuk berkomunikasi. Seiring waktu, alat
komunikasi semakin banyak diciptakan, mulai dari live chat, online meeting tools, dan juga
sistem video-conference. Telepon dengan Voice Over Internet Protocol (VOIP) dan smart-
phone juga menawarkan cara yang lebih canggih dalam melakukan komunikasi. Dengan
adanya kemudahan teknologi ini, pegawai dapat dengan mudah membuat keputusan secara
cepat dalam organisasi.

2. Manajemen Inventaris. Dalam mengelola inventaris, organisasi perlu mempertahankan


persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan tanpa berinvestasi lebih dari yang mereka
butuhkan. Sistem manajemen inventaris melacak jumlah setiap item yang dimiliki organisasi,
memicu pesanan stok tambahan saat jumlahnya jatuh di bawah jumlah yang telah ditentukan
sebelumnya. Sistem ini paling baik digunakan saat sistem manajemen inventaris terhubung ke
sistem point-of-sale (POS). Sistem POS memastikan bahwa setiap kali barang terjual, salah
satu item tersebut dihapus dari jumlah inventaris, membuat informasi closed-loop antara
semua departemen.

3. Manajemen Data. Dulu, perusahan memiliki ruangan arsip yang berisi deretan lemari arsip
dan surat-surat dokumen. Saat ini, sebagian besar perusahaan menyimpan dokumen digital
mereka di server dan perangkat penyimpanan. Dokumen ini tersedia untuk semua orang di
organisasi, terlepas dari manapun mereka berada. Organisasi dapat menyimpan dan
melakukan maintain data historis secara ekonomi, dan karyawan mendapat keuntungan
dengan akses langsung ke dokumen yang mereka butuhkan.

4. Sistem Informasi Manajemen. Menyimpan data menjadi sebuah keuntungan jika data
tersebut dapat digunakan secara efektif. Organisasi yang progresif menggunakan data sebagai
bagian dari proses perencanaan strategis. Sistem informasi manajemen memungkinkan

11
perusahaan untuk melacak data penjualan, biaya dan tingkat produktivitas. Informasi dapar
digunakan untuk melacak keuntungan dari waktu ke waktu, memaksimalkan laba atas
investasi dan mengidentifikasi area perbaikan. Manajer dapat melacak penjualan setiap
harinya, sehingga memungkinkan mereka untuk bereaksi saat angka penjualan yang
diharapkan dibawah perkiraan dengan cara meningkatkan produktivitas karyawan atau dengan
mengurangi biaya barang. Selain itu, sistem informasi manajemen dapat membantu manajer
dalam mengambil sebuah keputusan.

5. Manajemen Hubungan Pelanggan. Perusahaan menggunakan teknologi informasi untuk


meningkatkan cara mereka mendesain dan mengelola hubungan pelanggan. Sistem Customer
Relationship Management (CRM) menangkap setiap interaksi yang dimiliki organisasi
dengan pelanggan, sehingga peningkatan pengalaman pelanggan bisa dilakukan. Jika
pelanggan menghubungi call center dengan suatu masalah, perwakilan customer support akan
dapat melihat apa yang dibeli pelanggan, melihat informasi pengiriman, memberikan
pelatihan manual untuk penggunaan barang tersebut dan menanggapi secara efektif masalah
tersebut. Seluruh interaksi tersimpan dalam sistem CRM, sehingga jika pelanggan menelepon
lagi, sudah ada data-data yang dibutuhkan.

Dampak teknologi informasi dalam organisasi

Dampak teknologi informasi bagi organisasi dapat dilihat dari dapat tidaknya teknologi
informasi menunjang dan membantu organisasi dalam melaksanakan dan mencapai strategi
organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Romney
(2006), bahwa teknologi informasi di dalam organisasi bukan merupakan strategi dasar dari
organisasi tersebut, implementasi teknologi informasi digunakan untuk membantu dalam
pencapaian strategi organisasi. Dengan menggunakan teknologi informasi, akses terhadap
proses kegiatan organisasi dapat dilakukan dengan cepat sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, dan akurat dan pada akhirnya tujuan organisasi
dapat tercapai.

Dengan diterapkannya teknologi informasi dalam organisasi, terdapat berbagai dampak bagi
organisasi, diantaranya teknologi informasi dapat membawa sejumlah perubahan seperti

12
struktur hierarki organisasi menjadi semakin melebar/flat, kewenangan yang cenderung
terdesentralisasi, perubahan struktur kekuasaan yang cenderung terdistribusi; perubahan
dalam job content, dan perubahan manajemen sumber daya manusia dalam organisasi, serta
membantu manajer dalam pembuatan keputusan.

Selain dampak-dampak yang telah disebutkan diatas, masih terdapat pengaruh-pengaruh lain
yang disebabkan oleh diterapkannya teknologi informasi dalam organisasi. Pengaruh
positifnya antara lain:

1. Sebagai media untuk menganalisis kondisi pasar.

2. Sebagai media untuk mengawasi kinerja organisasi.

3. Sebagai media untuk meningkatkan kualitas informasi.

4. Penghematan biaya, waktu, dan peningkatan produktivitas.

5. Sebagai media untuk mengolah data dengan cepat dan akurat.

6. Untuk membantu aktivitas manajemen sumbar daya manusia.

7. Untuk membantu memperbaiki pelayanan pada pelanggan, maupun anggota dan pengurus
organisasi itu sendiri.

8. Untuk membantu aktivitas manajemen dan pelayanan administratif, seperti E-mail, Voice
Mail, Word Processing, Database Management Systes, dan Social Media.

9. Sebagai pembuat, pengerat, pemelihara, dan penjaga hubungan komunikasi antar anggota,
pengurus organisasi, pimpinan organisasi, pihak organisasi lain, dan masyarakat luas.
Selain menghasilkan pengaruh positif, penerapan teknologi dalam organisasi juga dapat
menimbulkan beberapa pengaruh negatif bagi organisasi, seperti:

13
1. Besarnya kemungkinan untuk aksi penyalahgunaan teknologi informasi.

2. Mengurangi sifat sosial manusia, karena cenderung lebih suka berhubungan lewat media
sosial daripada bertemu langsung.

3. Besarnya kemungkinan terjadi pada diri individu ketidakpuasan kerja, dehumanisasi dan
dampak psikologis, serta information anxiety.

4. Tingginya kemungkinan masalah resistance to change. Masalah ini harus dihilangkan


karena hal ini dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas, meningkatkan angka absensi,
dan mengurangi motivasi atau pemogokan kerja (Gordon, 1993). Untuk mencegah kondisi
yang tidak diinginkan, Gordon menyarankan agar:

a. Anggota organisasi dilibatkan dalam pelaksanaan tugas tertentu dan menciptakan


lingkungan yang mendukung kualitas anggota organisasi. Selain itu perlu memberikan
kesadaran pada anggota organisasi bahwa penggunaan teknologi informasi dapat memberikan
manfaat dalam jangka panjang dan menunjukkan kelemahan sistem lama.

b. Untuk mengurangi resistance to change terhadap perubahan implementasi teknologi


informasi, hal-hal yang dapat dilakukan menurut Gordon antara lain adalah: communication,
educational program, evolusional change, employee involment, new policies and procedures,
staff change, temporary structure dan steering committee.

c. Anggota organisasi perlu mendapatkan tambahan pendidikan dan pelatihan serta pemberian
keterampilan-keterampilan yang relevan, untuk dapat memiliki keahlian dan kemampuan
tentang teknologi informasi.

d. Tetap menjaga keamanan. Misalnya dengan menyimpan komputer pada tempat yang aman,
hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang berkepentingan, penggunaan
password, dan pembuatan access control matrix.
 

14
Pengaruh teknologi informasi dalam organisasi

Teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat kita cegah. Seiring dengan berkembangnya
zaman maka teknologi juga ikut berkembang dan berubah. Perkembangan dan perubahan ini
merupakan dampak dari hadirnya teknologi di tengah masyarakat. Semakin canggih teknologi
maka kita dituntut untuk bisa mengusainya. Sebab jika saat ini kita tertinggal oleh teknologi
maka kita juga pasti akan ketinggalam zaman sebagaimana tujuan media dalam komunikasi
massa.
Sudah bukan zamannya lagi surat menyurat atau saling berkirim telegram. Dimana waktu
yang dibutuhkan untuk saling berkomunikasi menjadi lama sebagaimana macam-macam
komunikasi kelompok. Jika dahulu anda menggunakan surat membutuhkam waktu berminggu
minggu untuk menunggu balasannya. Maka sekarang ini, untuk berhubungan dan
berkomunikasi dengan seseorang yang jauh hanya membutuhkan waktu sepersekian detik
lewat sambungan telepon sebagaimana mengatasi penyebab keemasan organisasi dalam
komunikasi massa.
Bahkan kini orang-orang bisa langsung saling menyapa dengan bertatap muka melalui
teknologi video call. Lalu seberapa besar pengaruh teknologi komumikasi dalam organisasi.
Tentu pengaruhnya sangat besar dalam kegiatan organisasi. Adapun pengaruh teknologi
informasi terhadap organisasi sebagai berikut:

1. Sebagai Alat Bantu Komunikasi

Pengaruh teknologi dalam komunikasi organisasi yang pertama pastinya adalah sebagai alat
bantu komunikasi. Teknologi akan membantu komunikasi berlangsung lebih efektif dan
efisien dalam komunikasi kepemimpinan. Tentunya hal ini membuktikan bahwa adanya
teknologi dalam komunikasi samgat berpengaruh positif bagi berlangsungnya komunikasi.
Bisa jadi hal inilah yang nantinya akan berpengaruh dalam keberlangsungan sebuah
organisasi.

2.Mengefisiensikan Waktu

Teknologi informasi tentu saja mampu mengefisiensikan waktu. Sebab penggunaaan

15
teknologi akan semakin mempercepat sampainya informasi. Terlebih dalam sebuah organisasi
kecepatan dan ketepatan amatlah diperlukan. Sehingga hadirnya teknologi informasi dalam
organisasi nyatanya akan sangat bermanfaat.

3. Efisiensi Biaya

Selain waktu, kehadiran teknologi informasi juga berpengaruh kepada efisiensi biaya. Dalam
hal ini, organisasi tak perlu lagi mengeluarkam biaya promosi yang besar agar organisasinya
dapat dikenal. Cukup gunakan teknologi dengan bekal media sosial yang saat ini hampir
digunakan oleh setiap orang dalam proses komunikasi efektif. Selain murah bahkan
cenderung gratis, cara ini juga dinilai cukup efektif.

4. Perubahan Budaya Kerja

Ternyata teknologi informasi juga dapat bepengaruh pada perubahan budaya kerja dalam
komunikasi organisasi. Bagaimana tidak, sebab saat ini banyak organisasi yang mewajibkan
anggota mereka yang hadir untuk memperlihatkan kehadiran melalui foto. Jika sudah begini
maka tentu tidak ada lagi yang namanya titip-titip absensi sebagaimana saat teknologi yang
canggih belum hadir. Hal ini tentu akan membawa dampak pada perubahan perilaku kerja
sekaligus juga mendisiplikan para anggota organisasi.

5. Perubahan Prilaku

Bukan hanya perubahan budaya kerja ternyata teknologi informasi juga mampu berpengaruh
pada perubahan perilaku individu yang berada dalam organisasi. Perubahan ini diawali dari
tadinya mereka yang jarang muncul dalam pertemuan akan lebih disiplin untuk muncul dan
datang. Selain itu, hal ini dapat berpengaruh pada perubahan perilaku mendasar seperti sikap
ramah tamah dan lebih sering berbicara dalam forum-forum diskusi menghindari penyebab
terjadinya konflik dalam organisasi.

6. Pola Komunikasi

16
Bisa dikatakan kehadiran teknolohi informasi pasti akan berpengaruh pada pola komunikasi
yang digunakan. Teknologi mampu membuat anggota dalam organisasi lebih dekat dan erat
satu sama lain menjadi penyebab keberhasilan dalam organisasi. Sebab jalinan hubungan
mereka tidak hanya terjalin di dalam forum. Mereka dapat bertukar informasi melalui kontak
person, tentunya tidak akan ada kecenderungan untuk bersikap pasif.

7. Bentuk Informasi

Penggunaan teknologi informasi juga berpengaruh signifikan pada bentuk informasi yang
biasa diberikan sebagai pola komunikasi organisasi. Jika sebelumnya kita menggunakan
papan pengumunan jika ada informasi yang harus diketahui publik. Namun, kini bentuk
komunikasi yang demikian sepertinya sudah ketinggalan zaman. Organisasi akan dimudahkan
dengan teknologi informasi yang bisa digunakan sebagai penyalur berbagai pengumuman
yang bisa dengan cepat di terima oleh para anggota.

8. Proses Lebih Cepat

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, teknologi sifatnya bukan menghambat namun
malah dapat mempercepat proses. Teknologi informasi sebagai kasalitator dalam proses
organisasi. Dimana informasi yang sifatnya urgent atau hal-hal yang berkaitan dengan
penanganan cepat akan bisa sampai kepada anggota dengan cepat pula. Sehingga hal ini tentu
akan berdampak pada ketepatan dan ketepatan penanganan pasca informasi diterima.

9. Pengambilan Keputusan Lebih Cepat

Teknologi informasi memberikan dampak yang cukup krusial dalam proses organisasi.
Dimana dengan penyajian data yang cepat dan akurat akan memudahkan para pemimpin
organisasi dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Sebab, dalam kondisi yang
darurat terkadang kita diharuskan mengambil keputusan dalam waktu singkat. Nah, dalam hal
ini pastinya kita membutuhkan data pendukung yang akurat sehingga jangan sampai
mengambil keputusan yang salah.

17
10. Sistem yang Teritegerasi

Sebuah organisasi tentunya tidak berdiri sendiri, biasanya mereka memiliki cabang atau
organisasi serupa yang bergerak dibidang yang sama namun lokasinya berada di luar daerah.
Tentunya dibutuhkan komunikasi yang sinergis sehingga apa yang ada diorganisasi A juga
sama dengan yang ada pada organisasi A anakan. Dalam hal ini teknologi informasi berperan
sangat penting, sebab akan memberikan dampak berupa sistem yang bisa teritegrasi.

11. Mempercepat Kemajuan Organisasi

Pengaruh lain dari hadirnya teknologi informasi tidak lain adalah dapat memberikan
kecepatan organisasi dalam mencapai kemajuan. Jika teknologi di gunakan dengan bijak dan
sesuai dengan fungsinya. Maka tentu kemajuan serta apa yang dicita-citakan oleh sebuah
organisasi akan dengan mudah dapat dicapai. Tentunya hal ini juga membutukam dukungan
dari para pengguna teknologi informasi dalam memajukan organisasinya.

12. Penghematan Alokasi Dana

Pengaruh penggunaan teknologi informasi akan bisa menghemat alokasi penggunaan dana.
Sebab ternyata teknologi mampu mengefisienkan kinerja dan meminimalisir biaya
operasional. Beberapa biaya yang bisa dipangkas seperti biaya promosi, cetak banner dan
spanduk yang tentunya sudah bukan zamannya lagi. Promosi lewat teknologi akan lebih
efektif dan menarik minat masyarakat.

13. Semua Jadi Serba Otomatis

Jika dahulu, semuanya serba manual, kini semenjak teknologi hadir semuanya menjadi serba
otomatis, mengirim laporan secara otomotis, absensi secara otomatis, dan melakukan berbagai
pekerjaan dengan otomatis. Tentu saja hal ini sangat memudahkan dan mempersingkat waktu
pengerjaan. Sehingga segala sesuatunya menjadi lebih mudah.
 

18
BAB 3 KASUS

Saat itu pukul 19:30 pada tanggal 22 September 2006, dan Leon Lassiter, Wakil Presiden
Pemasaran dengan Kamar Dagang Midsouth (MSCC), masih di kantornya, merenungkan
frustrasi hari itu. Lassiter telah bertemu dengan empat manajer wilayah, supervisor dukungan
pemasarannya, dan sejumlah anggota stafnya. Semua kesal karena kurangnya akses ke sistem
komputer baru dan masalah yang mereka alami saat menggunakan sistem lama. Lassiter telah
meyakinkan mereka bahwa masalah sedang ditangani. Dia menekankan bahwa kesabaran
diperlukan selama konversi yang sedang berlangsung ke sistem baru. Sekarang, selama
momen pribadinya, Lassiter mulai mengenali masalah dan kerumitan yang dia hadapi dengan
konversi sistem. Pekerjaan staf pemasarannya, yang tidak dapat mengakses sistem komputer
baru untuk menangani akun mereka, terhenti. Lebih buruk lagi, sesuatu telah terjadi pada data
di sebagian besar stasiun kerja, yang berarti bahwa pendaftaran konferensi dan fungsi lainnya
harus dilakukan secara manual. Ketidaknyamanan ini, bagaimanapun, kecil dibandingkan
dengan perasaan gelisah Lassiter bahwa ada masalah dengan pendekatan keseluruhan
Midsouth untuk pengelolaan teknologi informasi. Lassiter tahu bahwa waktu sangat penting
dan bahwa dia mungkin harus turun tangan dan mengelola konversi, meskipun dia tidak
memiliki latar belakang teknologi informasi. Dia bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan
selanjutnya.

Latar Belakang MSCC

Pada awal 1900-an, perkembangan ekonomi di wilayah Midsouth sangat bergantung pada
sistem transportasi. Sebagai akibat dari keputusan legislatif, banyak komunitas di wilayah
Midsouth tidak dapat memperoleh akses ke layanan transportasi yang layak, sehingga
menghambat perkembangan bisnis dan ekonomi. Tanpa ada yang mewakili keprihatinan
mereka kepada pemerintah negara bagian, sekelompok pengusaha kuat membentuk MSCC
untuk melobi legislatif tentang masalah akses transportasi. MSCC menangani masalah tunggal
ini sampai tahun 1930-an, ketika piagamnya diubah untuk memasukkan lebih banyak masalah
yang mempengaruhi komunitas bisnis, termasuk undang-undang perbankan negara bagian,
transportasi, pengembangan industri, dan pajak bisnis. Pada pertengahan 1990-an, MSCC, di
bawah kepemimpinan baru Presiden Jack Wallingford, menjadi organisasi advokasi yang
agresif untuk komunitas bisnis. Perluasan peran MSCC membawa perubahan substansial bagi
organisasi. Pada tahun 1988 MSCC memiliki 14 staf, keanggotaan 3.000 bisnis dan individu,

19
dan anggaran tahunan sebesar $1.720.000. Selama bertahun-tahun, MSCC telah mampu
mengembangkan rekening cadangan lebih dari $1,5 juta. Pada tahun 2000, staf telah
bertambah menjadi 24, cadangan tunai $ 1,5 juta telah ditarik menjadi $ 250.000, dan
keanggotaan telah turun menjadi 2.300, sebagian besar karena hilangnya beberapa produsen
besar di wilayah tersebut, pecahnya gelembung Internet, dan perlambatan ekonomi yang
diakibatkannya. Pengurangan cadangan, yang didukung oleh Direksi, telah mendorong
pertumbuhan internal yang cukup besar dalam hal staf dan kemampuan. Selama waktu ini,
MSCC juga pindah ke kantor yang lebih besar dan meningkatkan stasiun kerja mereka. Pada
awal 2000-an MSCC dianggap sebagai organisasi advokasi bisnis paling kuat di wilayah
Midsouth dan salah satu kamar dagang paling inovatif dalam hal pendekatan dan tekniknya
dalam menangani masalah yang dihadapi komunitas bisnis. Masalah terbesar yang dihadapi
manajemen MSCC pada saat itu adalah kekhawatiran yang berkembang bahwa pertumbuhan
agresifnya mungkin harus dibatasi karena tidak dapat lagi mendanai anggaran operasional
tahunannya.

Leon Lassiter Pada pertengahan tahun 2000, Patrick menghadapi dilema serius. MSCC
memproyeksikan defisit $330.000 untuk tahun anggaran 2001. Patrick menyadari bahwa ia
harus mengurangi baik jumlah staf maupun jumlah program atau mencari cara untuk
meningkatkan pendapatan secara lebih agresif dalam organisasi. Patrick meminta Wakil
Presiden Urusan Publik dan Operasinya, Ed Wilson, untuk mencari seseorang yang baru
untuk memimpin fungsi penjualan dan pemasaran. Leon Lassiter datang ke MSCC pada bulan
Desember 2000 dengan 12 tahun pengalaman dalam manajemen penjualan dan pemasaran
dengan American Brands, di mana dia baru-baru ini menolak promosi menjadi manajer
penjualan regional. MSCC, menurutnya, menawarkan lebih banyak kesempatan untuk
berdampak daripada di American Brands. Sebagai Wakil Presiden Pemasaran dan
Keanggotaan, Lassiter melapor langsung ke Patrick. Setelah menetap di organisasi, ia
memulai tinjauan menyeluruh terhadap semua program, departemen, dan proses. Dia
menemukan bahwa fungsi pendukung pemasaran lebih terkoordinasi dan terkelola daripada
fungsi penjualan. Selain itu, meskipun MSCC memiliki membeli workstation untuk penjualan
dan pemasaran dan telah menginstal beberapa perangkat lunak khusus, sistem informasinya
sangat terbatas kemampuannya. Karena masalah keamanan, tidak ada anggota staf yang
memiliki akses ke semua data yang diperlukan untuk mengoperasikan kegiatan pemasaran
dan penjualan MSCC. Setiap workstation dilengkapi untuk melakukan fungsi tertentu dengan

20
data yang dibutuhkan penduduk di workstation. Setelah analisisnya selesai, Lassiter mulai
mengembangkan proses penjualan dan pemasaran yang sama sekali baru berdasarkan tujuan
yang terukur, prosedur operasi yang terdokumentasi, dan program pelatihan reguler. Dia tahu
bahwa pada akhirnya sistem informasi baru harus dikembangkan.

BAB 4 SOLUSI DARI KASUS

Dengan persetujuan Hedges, Lassiter mengadakan pelatihan staf selama dua hari untuk
minggu ketiga pada bulan Agustus 2006. Kovecki telah meyakinkan Lassiter bahwa sistem
akan siap pada hari terakhir pelatihan sehingga staf dapat segera menggunakan sistem baru.
Lassiter membagi pelatihan menjadi segmen-segmen utama dan meminta Kovecki mendirikan
tempat pelatihan di dua ruang konferensi terpisah untuk staf. UNITRAK mengirimkan tim
yang terdiri dari dua orang yang akan bertindak sebagai manajer proyek dan pelatih. Pelatihan
berjalan dengan baik kecuali segmen konferensi dan seminar perangkat lunak. Pengguna
mengajukan keluhan yang signifikan bahwa perangkat lunak baru yang melayani area ini
tidak berfungsi dan ramah pengguna seperti perangkat lunak workstation yang ditulis khusus
yang ada. Meskipun Lassiter menduga bahwa sebagian besar masalahnya adalah bahwa
perangkat lunak baru hanya berbeda, ia meminta UNITRAK untuk bekerja dengan pengguna
dalam mengadaptasi perangkat lunak UNITRAK untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan
lebih baik. Ginder berkomentar: Karena perangkat lunak kami relatif baru di pasar, kami
terbuka untuk menyesuaikan dan mengubah aspek-aspek tertentu dari perangkat lunak tanpa
menulis ulang sebagian besar. Kami merasa kami dapat belajar banyak dari MSCC yang akan
membuat perangkat lunak kami lebih dapat dipasarkan.

Pada hari terakhir pelatihan, Lassiter meminta Kovecki untuk memigrasikan dan
mengintegrasikan data di stasiun kerja saat ini ke sistem baru. Kovecki memberi tahu Lassiter
bahwa dia mengalami beberapa masalah dan akan melakukan migrasi setelah bekerja, dan itu
akan siap di pagi hari. Keesokan paginya Kovecki, dalam menanggapi pertanyaan Lassiter
tentang mengapa sistem tidak aktif, mengatakan: Ketika saya mencoba migrasi tadi malam,
kurang dari 15 persen data digulirkan ke penugasan yang tepat. Tanpa dokumentasi pada
perangkat lunak lama untuk dirujuk, mungkin saya membutuhkan waktu seminggu untuk
menyelesaikan bug. Sementara itu, sistem baru tidak akan berfungsi dan beberapa data di
stasiun kerja kami saat ini tampaknya telah rusak. Saya harap kami dapat memulihkan
cadangan terbaru, tetapi beberapa sistem belum dicadangkan selama lebih dari tiga bulan.

21
Meskipun salah satu sistem divisi pemasaran telah dicadangkan baru-baru ini, stasiun kerja
MSCC lainnya pada dasarnya tidak dapat dioperasikan. Permintaan untuk daftar dan label
untuk surat tidak dapat dipenuhi. Pengolah kata, pembayaran dan posting faktur, perubahan,
daftar manajemen, dan sebagainya semuanya tidak dapat dioperasikan atau sebagian tidak
dapat dioperasikan. UNITRAK merasa sulit untuk membantu karena Kovecki lupa memesan
sambungan telepon baru yang memungkinkan para ahli UNITRAK memiliki akses jarak jauh
ke sistem.

Lassiter merasa sangat sulit untuk mendapatkan informasi dari Kovecki tentang kemajuan dan
status konversi sistem. Tampaknya Kovecki, frustrasi dengan masalah yang dia alami dan
kesal dengan staf yang datang kepadanya untuk meminta bantuan, berusaha keras untuk
menghindari staf. Lassiter berkata: Saya menjelaskan kepada Kovecki bahwa saya tidak
mencoba untuk meminta informasi kepadanya, tetapi karena staf sekarang menganggap saya
sebagai direktur proyek.

Beberapa solusi yang bisa disimpulkan antara lain:

- Diperlukan informasi untuk membuat keputusan yang memengaruhi alur kerja staf dan
menentukan apa jenis bantuan yang bisa diminta dari UNITRAK.
- Diperlukan adanya perangkat lunak yang memiliki kemiripan dengan sistem lama
sehingga bisa memudahkan staf untuk beradaptasi dengan cepat.
- Diperlukan regenerasi pimpinan yang sesuai untuk menjalankan sistem baru.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

- Woodward menemukan bahwa perusahaan yang mengunakan struktur yang sesuai


dengan teknologi produksinya dikelompokkan ke dalam tiga tipe teknologi produksi,
yaitu: 1) pembuatan produk tunggal atau dalam kelompok ukuran kecil, 2) produk
massal atau dalam kelompok ukuran besar dan 3) produksi menurut proses.
- Keunggulan organisasional berkaitan dengan perancangan dan pengembangan
organisasi menuju organisasi yang lebih bersifat adaptif responsif dan fleksibel di
dalam menghadapi lingkungan yang semakin kompleks dan turbulen, yang
diakibatkan oleh globalisasi, deregulasi, peningkatan kompetisi, dan lain-lain.

22
- Penelitian ini mencatat bahwa sementara peningkatan pemusatan dan peningkatan
sumber daya TI mungkin tampak berlawanan dengan intuisi di era di mana banyak
jalur bisnis yang mengambil anggaran dan inisiatif teknologi mereka sendiri.
- Setelah analisisnya selesai, Lassiter mulai mengembangkan proses penjualan dan
pemasaran yang sama sekali baru berdasarkan tujuan yang terukur, prosedur operasi
yang terdokumentasi, dan program pelatihan reguler. Dia tahu bahwa pada akhirnya
sistem informasi baru harus dikembangkan.
- Diperlukan informasi untuk membuat keputusan yang memengaruhi alur kerja staf dan
menentukan apa jenis bantuan yang bisa diminta.

Saran

- Setiap organisasi mampu menerapkan TI di dalam konteks organisasional.


- Setiap organisasi memahami dilema TI dan dampak positif dan negatif TI terhadap
organisasi.
- Setiap organisasi memahami peran TI di dalam strategi bisnis.

23
DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Richardus Eko. "Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi." Renaissance Research


Centre (2001).

Ardiansyah, Soleh, et al. "Perancangan Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi


Menggunakan Togaf ADM (Studi Kasus Dinas Perhubungan Kota Balikpapan)." MATRIK:
Jurnal Manajemen, Teknik Informatika dan Rekayasa Komputer 19.1 (2019): 70-79.

Machmudi, Moch Ali. "Peran Teknologi Informasi dalam Usaha Meraih Kesempatan Masa
Depan Organisasi." Jurnal Transformasi 15.1 (2019).

Jejen, La. "Peran teknologi informasi dalam peningkatan kinerja sumber daya manusia."
FORUM EKONOMI. Vol. 23. No. 1. 2021.

Raharjo, Budi. "Penerapan Weill-Ross Model dalam Tata Kelola Teknologi Informasi di
Perguruan Tinggi." Jurnal Nasional Teknologi dan Sistem Informasi 3.1 (2017): 109-116.

24

Anda mungkin juga menyukai