Tujuan Instruksional
memahami tentang:
1. Hakikat Kewirausahaan
BAB 2
Seperti halnya ilmu manajemen yang pada awalnya berkembang pada lapangan
industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai lapangan lainnya, maka
disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang
pesat, yaitu berkembang bukan pada dunia usaha semata melainkan juga pada
berbagai bidang seperti bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan
institusi-institusi lainnya, misalnya birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan
lembaga swadaya lainnya. Pada mulanya, kewirausahaan berkembang dalam
bidang perdagangan. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan
kompetensi inti (core competency) dalam menciptakan perubahan, pembaharuan
dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis
jangka pendek tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum yang berjangka
panjang untuk menciptakan peluang. Di bidang bisnis misalnya, banyak perusahaan
yang sukses dan memperoleh banya peluang karena memiliki kreativitas dan
keinovasian. Melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah
barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses
kreatif dan inovatif banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan
bersaing. Sebagai contoh, perusahaan IBM, Toyota Motor, dan perusahaan lainnya
yang sukses dalam produknya, dikarenakan adanya proses kreativitas dan
keinovasian di bidang teknologi. Demikian juga di bidang pendidikan, kesehatan dan
pemerintahan, kemajuan-kemajuan tertentu dapat diciptakan oleh orang-orang yang
memiliki semangat, dan jiwa kreatif dan inovatif. Dalam bidang pemerintahan
misalnya, David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya “Reinventing
Goverment” mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut
pemerintah yang bercorak/berjiwa kewirausahaan (entrepreneurial goverment).
Dengan memiliki jiwa/corak kewirausahaan, maka birokrasi daninstitusi akan
memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara yang lebih
efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.
“An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk an
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying
opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those
opportunities”
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang
mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha
baru dan peluang berusaha.
Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa
kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan
pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan
tantangan. Misalnya, birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep kewirausahaan yang dikemukakan diatas, ada enam hakikat
penting kewirausahaan, yaitu:
1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis (Ahmad Sanusi,1994).
2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda ”ability to create the new and different” (Drucker, 1959).
3) Kewirausahaan adalaha suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro,
1997).
5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan
nilai lebih.
6) Kewirausahaan adalah suatu usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi
baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan
barang dan jas abaru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah
ada, dan menemukan cara baru dalam rangka memberikan kepuasan kepada
konsumen.
VALUES BEHAVIOR
Commitment Staying with a task until finished
Moderate risk Not gambling, cut choosing a middle course
Seeing Opportunities And grasping them
Objectivity Observing reality clearly
Feedback Analyzing temely performance data to guide activity
Optimism Showing confidence in novel situations
Money Seeing it as resource and not an end itself
Proactive management Managing through reality based on forward planning
Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para pewirausaha tidak memiliki
profil yang uniform, melainkan justru masing-masing dengan profilnya sendiri.
TANGGUNG JAWAB
PENGAMBILAN RESIKO
ILMU KREATIVITAS
TEKNOLOGI
SIKAP POSITIF
PELATIHAN
MENGHADAP KEMANA
TATA CARA
(FENGSHUI) LELUHUR
KEBERUNTUNGAN
ORIENTASI “TOTOK”
Pada gambar 2.1. diatas ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing,
sebagai berikut:
(1) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya
pengambil resiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengemukakan materi.
(2) Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar
materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab,
pelayanan, sikap poisitif dan kreativitas.
(3) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan
yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering
menghadap kearah tertentu (aliran pengshui) supaya berhasil.
(4) Wirausaha yang berorientasi pada non-materi, dengan bekerja berdasarkan
kebiasaan wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman,
berhitung dengan menggunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata
cara leluhur.
Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan tujuan masing-
masing wirausaha.
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki penting dari
kewirausahaan, yaitu:
(1) Percaya Diri (self-confidence)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988;33). Dalam praktik
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai,
melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh
sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki
keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7).
Kepercayaan Diri ini bersifat internal pribadi seseorang yang sangat relatif dan
dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan
dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif dan efisien.
Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan,
dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil resiko dan perhitungan yang matang yang
dibarengi dengan optimisme harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh
sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil resiko dalam menghadapi suatu
tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh
kemandirian dan kemampuan sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri
tanpa menunggu bantuan orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian,
ketekunan, semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan sebagainya banyak
dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan
pengetahuan keterampilan dan kewaspadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988:37).
Kepercayaan diri merupakan landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan
karya seseorang. Sebaliknya setiap karya yang dihasilkan akan menumbuhkan dan
meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas, inisiatif, kegairahan kerja dan ketekunan
akan banyak mendorong seseoranguntuk mencapai karya yang memberikan
kepuasan batin, yang kemudian akan mempertebal kepercayaan diri. Pada
gilirannya orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk
bekerja sendiri dalam mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (”the ability of a
single man to organize a business himself and could run, control and embrace”)
(Soeparman Sumahamidjaja, 1997:12).Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah
untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha yang sukses adalah
wirausaha yang mandiri dan percaya diri (Yuyun Wirasasmita, 1994:2).
(4) Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan,
keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan
menggunakan kemampuan kreativitas dan keinovasiannya, ia selalu menampilkan
barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera
berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda
sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasarannya. Ia
selalu memanfatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,
perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber
pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari
peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.
Dalam karya dan karsanya, wirausaha selalu ingin tampil baru dan berbeda. Karya
dan karsa yang berbeda akan dipandang sebagaisesuatu yang baru dan dijadikan
peluang. Banyak hasil karya wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti
komputer, mobil, minuman, dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana adalah
mobil produk Toyota Motor yang hampir setahun sekali menghasilkan produk mobil
baru. Disebut produk mobil kijang baru karena tampilannya, interiorny, bentuk, dan
aksesorisnya berbeda dengan yang sudah ada. Karena berbeda itulah, maka
disebut baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih mahal daripada kijang produk
lama. Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wirausaha yang memiliki kepeloporan.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk
merespon segala peluang, dan tanggap terhadap tantangan dan perubahan sosial,
misalnya dalam mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap
ide-ide baru inilah merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan
dalam jiwa kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975), ”Pandangan yang luas
dinamik dan kesediaan untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam
lapangan industri, tidak lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman
perjalanan yang banyak” (Yuyun Wirasasmita, 1982:44). Dalam konteks ini, juga
didapati suatu perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis
rasional dan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari
keberanian berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan
budi yang luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar
kemampuannya sendiri dapat melahirkan sesuatu sumbangsih dan karya untuk
memajukan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator
atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda
materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan
kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan
mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman
Ranupandoyo, 1982:1). Wirausaha mempunyai peranan untuk mencari kombinasi-
kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu
menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metoda produksi
baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta organisasi
industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan kemampuan
untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting
suatu perusahaan. Menurut Dusselman, 1989:16, bahwa seorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan, ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
(1) Keinovasian, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-
ide baru.
(2) Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha menimbang dan menerima
resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.
(3) Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu:
a. Usaha perencanaan
b. Usaha untuk mengkoordinir
c. Usaha untuk menjaga kelancaran usaha
d. Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha
(4) Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan dan mengarahkan
terhadap tujuan usaha
Menurut Kathleen L. Hawkins dan Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku
kewirausahaan di atas digambarkan pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai
berikut:
(1) Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segikreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian terhadap resiko, memiliki dorongan, dan
kemampuan kuat.
(2) Kemampuan hubungan, operasionalnya dapat dilihat dari indikator
komunikasi dan hubungan antar-personal, kepemimpinan dan manajemen.
(3) Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,
periklanan dan promosi .
(4) Keahlian dalam mengatur, operasionalnya diwujudkan dalam bentuk
penentuan tujuan, perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.
(5) Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.
FAKTOR KEBERHASILAN
FAKTOR KEGAGALAN
Status Jabatan
Sosial Needs
Stabilitas Jaminan Pensiun
Perlindungan Gaji
Teori Maslow diatas, kemudian oleh Clayton Alderfer dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yang dikenal dengan teori ERG (existence, relatedness, and growth),
yaitu:
(1) Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut keperluan
material yang harus ada (termasuk physiological need and security need dari
maslow).
(2) Ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hubungan interpersonal (termasuk sosial dan esteem need dari Maslow)
(3) Kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsic untuk
perkembangan personal (termasuk self-actualization dan esteem need dari
Maslow)
David C. McClelland (1971) mengelompokkan kebutuhan (needs), menjadi tiga,
yakni:
(1) Need for achievement (n’Ach): The drive to excel, to achieve in relation to a
set of standar, to strive to succed.
(2) Need for power (n’Pow): The need to make other behave in a way that they
would not have behave otherwise.
(3) Need for affiliation (n’aff): The desire for friendly and close interpersonal
relationship.
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yang
meliputi:
(1) Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau sebagai motor
yang melepaskan energi.
(2) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan tertentu.
(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
menghindarkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari
kewirausahaan, yaitu:
(1) Peluang untuk memperoleh control atas kemampuan diri.
(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.
(3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.
(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk menghargai
usaha-usaha seseorang.