Tujuan Instruksional
memahami tentang:
1. Hakikat Kewirausahaan
BAB 2
“An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk
an uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by
identifying opportunities and assembling the necessary resources to
capitalize on those opportunities”
VALUES BEHAVIOR
Commitment Staying with a task until finished
Moderate risk Not gambling, cut choosing a middle course
Seeing Opportunities And grasping them
Objectivity Observing reality clearly
Feedback Analyzing temely performance data to guide activity
Optimism Showing confidence in novel situations
Money Seeing it as resource and not an end itself
Proactive management Managing through reality based on forward planning
TANGGUNG
JAWAB
PENGAMBILAN RESIKO
ILMU KREATIVITAS
TEKNOLOGI
SIKAP POSITIF
PELATIHAN
MENGHADAP KEMANA
(FENGSHUI) TATA CARA
LELUHUR
KEBERUNTUNGAN
ORIENTASI “TOTOK”
Pada gambar 2.1. diatas ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-
masing, sebagai berikut:
(1) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya
pengambil resiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengemukakan materi.
(2) Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar
materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab,
pelayanan, sikap poisitif dan kreativitas.
(3) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan
yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering
menghadap kearah tertentu (aliran pengshui) supaya berhasil.
(4) Wirausaha yang berorientasi pada non-materi, dengan bekerja berdasarkan
kebiasaan wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman,
berhitung dengan menggunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata
cara leluhur.
Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan tujuan
masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki penting
dari kewirausahaan, yaitu:
(1) Percaya Diri (self-confidence)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988;33).
Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk
memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang
dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme,
individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan (Zimmerer, 1996:7).
Kepercayaan Diri ini bersifat internal pribadi seseorang yang sangat relatif
dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai,
melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis,
berencana, efektif dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh
ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan
pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil resiko dan perhitungan yang
matang yang dibarengi dengan optimisme harus disesuaikan dengan
kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil resiko
dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri.
Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan sendiri.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan
orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan
sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri seseorang yang
berbaur dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaannya (Soesarsono
Wijandi, 1988:37). Kepercayaan diri merupakan landasan yang kuat untuk
meningkatkan karsa dan karya seseorang. Sebaliknya setiap karya yang
dihasilkan akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas,
inisiatif, kegairahan kerja dan ketekunan akan banyak mendorong
seseoranguntuk mencapai karya yang memberikan kepuasan batin, yang
kemudian akan mempertebal kepercayaan diri. Pada gilirannya orang yang
memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri
dalam mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (”the ability of a single man
to organize a business himself and could run, control and embrace”)
(Soeparman Sumahamidjaja, 1997:12).Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah
untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha yang sukses adalah
wirausaha yang mandiri dan percaya diri (Yuyun Wirasasmita, 1994:2).
(4) Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih
menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan keinovasiannya,
ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih
cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk
dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses
produksi maupun pemasarannya. Ia selalu memanfatkan perbedaan sebagai
suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang
memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk
menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan
karsanya, wirausaha selalu ingin tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa
yang berbeda akan dipandang sebagaisesuatu yang baru dan dijadikan
peluang. Banyak hasil karya wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti
komputer, mobil, minuman, dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana
adalah mobil produk Toyota Motor yang hampir setahun sekali menghasilkan
produk mobil baru. Disebut produk mobil kijang baru karena tampilannya,
interiorny, bentuk, dan aksesorisnya berbeda dengan yang sudah ada. Karena
berbeda itulah, maka disebut baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih mahal
daripada kijang produk lama. Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh
wirausaha yang memiliki kepeloporan.
Menurut Kathleen L. Hawkins dan Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku
kewirausahaan di atas digambarkan pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai
berikut:
(1) Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segikreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian terhadap resiko, memiliki dorongan, dan
kemampuan kuat.
(2) Kemampuan hubungan, operasionalnya dapat dilihat dari indikator
komunikasi dan hubungan antar-personal, kepemimpinan dan manajemen.
(3) Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,
periklanan dan promosi .
(4) Keahlian dalam mengatur, operasionalnya diwujudkan dalam bentuk
penentuan tujuan, perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.
(5) Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.
FAKTOR KEBERHASILAN
Imperfesksi / Kesempatan
Kelemahan Peluang
FAKTOR KEGAGALAN
Esteem Needs
Berteman Teman kerja
Sosial Needs
Stabilitas Jaminan Pensiun
Security Needs
Perlindungan Gaji
Physilogical needs