UMUM
Mobilisasi
Pekerjaan mobilisasi meliputi , mobilisasi fasilitas kontraktor : base camp / rumah ( sewa ) , papan
nama proyek dan memobilisasi seluruh peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
. Penempatan peralatan di lapangan harus ditempat yang memungkinkan sehingga tidak
mengganggu arus lalu lintas dan kepentingan umum . Demobilisasi peralatan dilaksanakan setelah
keseluruhan pekerjaan telah selesai dilaksanakan . Pada periode mobilisasi dilaksanakan
pengukuran bersama - sama sekaligus melaksanakan rekayasa lapangan untuk menghitung kembali
kebutuhan volume pekerjaan .
Pengambilan sample material yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini juga dilaksanakan secara
bersama - sama dengan Konsultan dan Pengawas Lapangan dan dilanjutkan dengan pengujian di
laboratorium .
DRAINASE
Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang yang ditunjukkan
dalam gambar rencana , perapihan termasuk perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi
selama pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan dengan tenaga kerja .
Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang
diperlukan untuk membentuk selokan hingga memenuhi kelandaian yang ditentukan .
Tanah hasil galian diangkut ke lokasi yang ditentukan oleh pihak Direksi Pekerjaan dan
diratakan sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan yang mungkin terjadi .
Penyelesaian akhir dari galian dirapikan dengan tenaga manusia dengan menggunakan
peralatan bantu .
Alat yang dipergunakan : Berfungsi untuk
- Excavator - Menggali dan memuat ke Dump Truck
- Dump Truck - Mengangkut tanah hasi galian
- Alat bantu - Merapikan hasil galian
Pasangan Batu dengan Mortar
Pekerjaan pasangan batu dengan mortar dilaksanakan setelah galian dirapikan dan dibentuk sesuai
dengan gambar kerja . Rambu - rambu lalu lintas dipasang pada lokasi pekerjaan .
Tahapan awal pelaksanaan pekerjaan adalah persiapan material dan perapian galian tanah dengan
pekerja , kemudian penentuan ukuran dan elevasi dilaksanakan dengan cara manual , kemudian
dipasang bowplank untuk acuan pelaksanaan pasangan batu mortar . Bowplank dibuat maksimum
per 25 meter pada saluran yang lurus , pada daerah tikungan dibuat sesuai dengan keperluan untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang rapi . Pemasangan landasan / lantai kerja kemudian
dilaksanakan pemasangan batu dengan mortar . Pasangan batu dimulai dari dasar dilanjutkan ke
pasangan dinding Plesteran dibuat dengan campuran kedap air Pekerjaan urugan / penimbunan
kembali dilaksanakan pada rongga yang terdapat pada dinding pasangan .
Peralatan yang dipergunakan : Concrete Mixer dan Alat Bantu
PERKERASAN ASPAL
Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair / Emulsi
a. Dalam pekerjaan ini lapis perekat - aspal cair / emulsi dilaksanakan sebagai lapis resap pengikat
untuk penghamparan lapisan AC - BC .
b. Permukaan jalan yang sudah dilapisi lapis resap pengikat - aspal cair / emulsi dijaga agar tidak
dilalui kendaraan sebelum pekerjaan penghamparan hotmix .
c. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan jalan dibersihkan dengan memakai Air
Compresor dan peralatan lainnya . Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan
yang bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat kaku.
Pelaksanaan penyemprotan
1. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan
di tandai (seperti dengan kapur tulis,cat atau benang).
2. Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang
penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan. Jika penyemprotan dengan distributor
tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprotan aspal tangan (hand sprayer). Penyemprotan aspal dengan alat distributor harus
di operasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan
kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus distel sesuai ketentuan
grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan pemyemprotan.
3. Bila diperintahkan bahwa lintasan pemyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah badan
jalan maka harus ada bagian yag tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi
lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka
dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan dilajur yang
bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang disemprotkan harus lebih
besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksud
agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti
permukaan yang lain.
4. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan lembaran plastik selebar
minimum 3 meter. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan diatas bahan pelindung
tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang
jalan yang akan disemprot. Alat distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 25 meter
sebelum daerah yang akan disemprotkan dengan demikian kecepatan lajunya sudah dapat
dijaga konstan sesuai ketentuan, dan batang semprot mencapai bahan pelindung dengan
kecepatan tetap dan harus dipertahankan sampai melewati bahan pelindung akhir. Aspal
mulai disemprotkan pada material diatas pelindung awal dan dihentikan di atas pelindung
akhir.
5. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 % dari kapasitas
tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyamprotan.
6. Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari
volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
7. Takaran pemakaian rata-rata pada setiap lintasan, harus dihitung sebagai volume aspal yang
telah dipakai dikurangi volume aspal di pelindung dibagi luas bidang yang disemprotkan. Luas
lintasan penyemprotan di definisikan sebagai hasil kali panjang lintasan pemyemprotan
dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata
dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan sesuai spesifikasi
Alat yang dipergunakan : Berfungsi untuk
- Compressor - Membersihkan permukaan badan jalan
- Asphalt Distributor - Mengaplikasikan lapis resap pengikat - aspal cair /
emulsi
Pelaksanaan penyemprotan
1. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan di
tandai (seperti dengan kapur tulis,cat atau benang).
2. Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang
penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan. Jika penyemprotan dengan distributor
tidaklah praktis untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprotan aspal tangan (hand sprayer). Penyemprotan aspal dengan alat distributor harus di
operasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan
kendaraan, ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus distel sesuai ketentuan
grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan pemyemprotan.
3. Bila diperintahkan bahwa lintasan pemyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah badan
jalan maka harus ada bagian yag tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur
yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak
boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan dilajur yang bersebelahan
telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang disemprotkan harus lebih besar dari pada
lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan, hal ini dimaksud agar tepi permukaan
yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
4. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan lembaran plastik selebar
minimum 3 meter. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan diatas bahan pelindung
tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan
yang akan disemprot. Alat distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 25 meter sebelum
daerah yang akan disemprotkan dengan demikian kecepatan lajunya sudah dapat dijaga konstan
sesuai ketentuan, dan batang semprot mencapai bahan pelindung dengan kecepatan tetap dan
harus dipertahankan sampai melewati bahan pelindung akhir. Aspal mulai disemprotkan pada
material diatas pelindung awal dan dihentikan di atas pelindung akhir.
5. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 % dari kapasitas
tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyamprotan.
6. Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera diukur dari
volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
7. Takaran pemakaian rata-rata pada setiap lintasan, harus dihitung sebagai volume aspal yang
telah dipakai dikurangi volume aspal di pelindung dibagi luas bidang yang disemprotkan. Luas
lintasan penyemprotan di definisikan sebagai hasil kali panjang lintasan pemyemprotan dengan
jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata dicapai harus
sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan sesuai spesifikasi
STRUKTUR
Baja Tulangan Polos Bj TP 280
Pemasangan dan perakitan baja tulangan sesuai ukuran besi yang ditentukan dengan jarak
penulangan serta jumlah pembesian sesuai dengan gambar rencana yang telah disetujui .
Sebelum pengecoran , pemasangan bekisting , pembesian telah terpasang dengan kuat dan rapi .
Pemasangan dan perakitan besi beton sesuai ukuran besi yang ditentukan dengan jarak penulangan
serta jumlah pembesian sesuai dengan gambar yang telah disetujui Direksi Pekerjaan . Peralatan
yang dipergunakan : Alat Bantu
INGOT P. SITOMPUL, SE
Direktur