Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

DINAS KESEHATAN
UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI
Jln. Pariwisata No. 70 Dusun Medas Desa, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari,
Kabupaten Lombok Barat, Kode Pos 83351 – Telp. (0370) 633503 - E-Mail : gunungsari177@gmail.com

KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI


Nomor : 91.a/A.1/SK/ UPT.BLUD.PKM.GNS/VII/2020

TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN GAWAT DARURAT PASIEN
UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI

PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan, diperlukan
pengaturan pelayanan kegawatdaruratan pasien;
b. bahwa sejak tanggal 11 Maret 2020 WHO telah menetapkan COVID-19 sebagai
pandemi dan Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional pada
tanggal 14 Maret 2020 serta adanya peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia;
c. bahwa Puskesmas dalam menjalankan tugas dan fungsi penyelenggaraan upaya
kesehatan perseorangan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal bagi
masyarakat dengan tetap menerapkan prinsip pola hidup dengan tatanan dan
adaptasi kebiasaan yang baru (new normal) agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan terhindar dari penularan COVID-19;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c,
perlu penetapan Keputusan Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Gunungsari tentang
Perubahan Atas Keputusan Pemimpin UPT Puskesmas Gunungsari Tentang
Kebijakan Pelayanan Gawat Darurat Pasien UPT BLUD Puskesmas Gunungsari;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat
Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN GAWAT DARURAT PASIEN UPT BLUD
PUSKESMAS GUNUNGSARI.
KESATU : Memberlakukan Kebijakan Pelayanan Gawat Darurat Pasien UPT BLUD Puskesmas
Gunungsari sebagaimana tercantum pada lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA :
Kebijakan Pelayanan Gawat Darurat Pasien UPT BLUD Puskesmas Gunungsari ini
dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan gawat darura pasien
pada masa pandemi di UPT BLUD Puskesmas Gunungsari.
KETIGA :
Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Pemimpin UPT BLUD Puskesmas
Gunungsari Nomor 91/A.1/SK/UPT.BLUD.PKM.GNS/III/2016 tentang Kebijakan
Pelayanan Gawat Darurat Pasien UPT BLUD Puskesmas Gunungsari, dicabut dan
KEEMPAT : dinyatakan tidak berlaku.
Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan diatur
KELIMA : kemudian.
Keputusan ini berlaku mulai sejak tanggal ditetapkannya, dan akan diadakan perbaikan
kelak apabila terjadi kekeliruan dalam penetapan Keputusan ini.

Ditetapkan di : Gunungsari
Pada tanggal : 06 Juli 2020

PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI,

H. LALU WIRAWAN SRIGEDE

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS


GUNUNGSARI
NOMOR : 91.a/A.1/SK/ UPT.BLUD.PKM.GNS/VII/2020
TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PEMIMPIN UPT BLUD
PUSKESMAS GUNUNGSARI TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
GAWAT DARURAT PASIEN UPT BLUD PUSKESMAS
GUNUNGSARI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia Nya yang tak terhingga
karena penulis dapat menyelesaikan Pedoman Triase di Puskesmas Gunungsari.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Ns. H. L. Wirawan Srigede,S.Kep selaku
Kepala Puskesmas Gunungsari, seluruh teman-teman Puskesmas Gunungsari yang telah memberikan dukungan
dan do’anya, serta dukungan material dan moral kepada penulis.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam pembuatan Pedoman Kegawatdaruratan Medis, semoga
pedoman ini dapat diterima dan dapat menjadi landasan pedoman Kegawatdaruratan Medis di Puskesmas
Gunungsari. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kemajuan
Puskesmas Gunungsari di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga pedoman Pedoman Kegawatdaruratan
Medis ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukannya.

KEPALA UPT BLUD PUSKESMAS GUNUNGSARI

Ns. H. L. Wirawan Srigede,S.Kep


NIP. 19680421 198903 1 011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai
berat. Virus Corona sudah dikenal sejak tahun 1930-an dan diketahui terdapat pada hewan. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SARS-CoV-2. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun,
hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Coronavirus-19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO,2020).
Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan dan manusia. Virus dan penyakit ini
diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak Desember 2019. Per tanggal 21 April 2020, di Indonesia
terdapat 6760 kasus terkonfrmasi, 5423 dalam perawatan, 747 pasien sembuh dan 590 orang meningal
dunia.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap Tanggap
Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Presiden juga telah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 7 Tahun
2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Gugus Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan nasional di
bidang Kesehatan ; mempercepat penanganan COVID- 19 melalui sinergi antar kementerian/ lembaga
dan pemerintah daerah ; meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran COVID- 19;
meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional; dan meningkatkan kesiapan dan kemampuan
dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap COVID-19.
Dalam rangka penanganan cepat COVID-19 diperlukan Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
Pada Masa Covid 19. Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan kepada pelaksana teknis
lapangan Pelayanan Gawat Darurat pada kasus COVID-19.

B. Tujuan Pedoman
Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan Medis Pada masa pandemi Covid-19
C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas UGD di UPT BLUD Puskesmas Gunungsari
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup pelayanan Kegawatdaruratan Medis meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat
darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
E. Batasan Operasional
1. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai
berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia)
2. Unit Gawat Darurat adalah unit pelayanan pra rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan.
3. Triase adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta
kecepatan penanganan / pemindahannya.
4. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
5. Survey Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
6. Survey Sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
7. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
8. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker
stadium lanjut
9. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
10. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
11. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki
sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lainnya.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain
12. Cidera adalah masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
13. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Yang dimaksud standar ketenagaan disini adalah menyangkut kebutuhan minimal dalam hal jumlah dan
jenis tenaga yang terlatih untuk terselenggaranya kegiatan oleh puskesmas agar dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
A. Kualifakasi Sumber Daya Manusia
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

2 Ka Ru UGD S.Kep Ns BLS/BTCLS/PPGD

3 Perawat Pelaksana UGD D III Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

4 Bidan Pelaksana UGD D III Kebidanan APN/M.U/PPGDON

5 Dokter UGD Dokter Umum ACLS/ATLS

B. Distribusi ketenagaan
1. Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 Orang Katim , 3 perawat Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 Orang Katim 1 Orang Perawat Pelaksana
c. Untuk Dinas Malam :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori : 1 orang Katim 1 orang Perawat Pelaksana
2. Pengaturan Jaga Perawat
a. Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Koordinator
Rawat Inap Perawatan dan disetujui oleh Kepala Puskesmas.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan disosialisasikan ke perawat pelaksana
UGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada Kepala Tim ( Katim) dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat
daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Koordinator Perawatan: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Koordinator Perawatan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah
mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka Koordinator Perawatan akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat
yang hari itu libur.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ), maka Koordinator Perawatan akan mencari perawat pengganti yang hari itu
libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.
3. Pengaturan Jaga Dokter
Dokter dan Dokter Gigi di Puskesmas Rawat Inap dalam memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan
dapat berstatus on call, untuk penanganan kasus kegawatdaruratan diluar jam operasional
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan kegawatdaruratan medis dilaksanakan setiap hari, 24 jam
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
UGD Puskesmas Gunungsari berlokasi di gedung bagian timur yang terdiri dari ruangan Triase,
ruang jaga dokter dan ruang jaga perawat. Ruangan terdiri dari 4 ( empat ) tempat tidur, tindakan gawat
darurat terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, tindakan bedah terdiri dari 1( satu ) tempat tidur, tindakan non
bedah terdiri dari 1 (satu) tempat tidur.
B.Alur Pelayanan Gawat Darurat
B. Standar Fasilitas
1. Ruang UGD
Alat – alat untuk ruang UGD
1) Mesin suction
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter
3) Spuit 3cc, 5cc
4) Oropharingeal air way
5) Infus set / transfusi set
6) Infuset Mikro
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang
8) Diagnostik set
9) EKG
10) Nebullaizer
11) Trolly tindakan Emergency
12) Trolly Obat Emergency
13) Almari resusitasi
14) Ambu bag
15) Stetoskop
16) Tensimeter
17) Thermometer
18) Tiang Infus
19) Timbangan berat badan injak
20) APD
Alat – alat untuk tindakan bedah minor
1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung
2) Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em
- 4 x10 em
3) Hecting set ( 3 set )
4) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0
- Silk Black 2/0 , 3/0
- Jarum
5) Lampu sorot
6) Kassa
7) Spekulum hidung
8) Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc
- 3 cc
9) Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16
- Nomer 18
10) Emergency lamp
11) Elastis verban sesuai kebutuhan
Obat dalam Emergency BOX
1. Aminophiline inj.
2. Deksamethasone inj.
3. Diphenhidramine inj.
4. Adrenalin inj.
5. Sulphas Atrophin inj.
6. Diazepem inj.
7. D40%
2. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien UPT Puskesmas Gunungsari saat ini memiliki 1 (
Satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi UGD dan bagian Perawatan.
Perlengkapan Ambulance :
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. .Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
Alat & Obat :
1. Tabung Oksigen
2. Stretcher
3. Scope
4. Brandcard fungsional
5. Tas Emergency yang berisi :
 Obat – obat untuk life saving
 Cairan infus : RL, NaCL 0,9 %
 Senter
 Stetoskop
 Tensimeter
 Piala ginjal
 Oropharingeal air way
 Gunting verban
 Tongue Spatel
 Infus set
 IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
 Spuit semua ukuran
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan :
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakanyang cepat dan tepat
pada seorang atau kelompok orang agar dapar meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya
kecacatan yang tidak perlu. Hal – hal yang perlu diperhatikann pelayanan gawat darurat pasien antara
lain ;
a. Airways : pemebebasan jalan napas
b. Breathing : pernapasan,kaji frekuensi, irama, tipe pernapasan,saturasi oksigen, penggunaan otot
bantu napas
c. Circulation : kaji status sirkulasi pasien, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, irama, capillary
refil, lakukan kontrol perdarahan sesegera mungkin jika ada
B. Langkah Kegiatan
1. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian loket
pendaftaran ugd sesuai dengan kasus kegawatannya (bila sore hari)
b. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan pengantar atau polisi untuk mencari
identitas pasien.
c. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan di UGD,
sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian loket pendaftaran
rawat jalan
2. Tata Laksana Triase UGD
a. Pasien yang datang dilakukan screening awal keluhan ISPA dan Non ISPA
b. Keluarga pasien melakukan pendaftaran pasien
c. Perawat jaga UGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap bila perlu
dikonsultasikan dengan dokter via telepon bila di luar jam Dinas untuk menentukan prioritas
penanganan :
a.) Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang gawat darurat dan di pasangkan pita warna Merah
b.) Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat,kemudian di pasangkan Pita warna kuning
c.) Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir dan di Pasangkan Pita warna Hijau
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar di bagian loket pendaftaran
b. Petugas melakukan triase kegawatdaruratan untuk penempatan pasien
c. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien
d. Petugas menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab.
e. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang.
f. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter.

4. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum


a. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian.
b. Petugas melakukan pemeriksaan pada pasien
c. Petugas menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang menangani pasien terkait.
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medic maka lembar yang asli diberikan pada
pihak kepolisian.
5. Tata Laksana Death On Arrival UGD (DOA)
a. Petugas melakukan triase dan pemeriksaan oleh petugas.
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah.
c. Dokter puskesmas membuat surat keterangan meninggal.
d. Petugas menghubungi supir ambulance janazah.
e. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan kepada keluarga.
f. Jenazah di bawa kerumah duka dengan menggunakan ambulance jenazah.
6. Tata laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rujukan
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang akan
dibawa, kepada perawat UGD RS yang akan dituju.
b. Isi informasi mencakup :
- Keadaan umum (kesadaran dan tanda – tanda vital)
- Peralatan yang diperlukan di UGD
- Kemungkinan untuk di rawat di unit intensive care
- Perawat UGD melaporkan pada dokter jaga UGD serta menyiapkan hal-hal yang diperlukan.
7. Tata Laksana Sistem Rujukan
Bila perlu dilakukan rawat inap maka pasien bisa dirujuk intern ke rawat inap puskesmas
dengan kasus tertentu dan Jika UGD Puskesmas tidak mampu melakukan tindakan medis, maka
pasien dikirim ke rumah sakit (di rujuk).
a. Pasien / keluarga pasien di jelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostic (Swab PCR), bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi surat persetujuan
b. Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan mengenai
keadaan umum.
c. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, petugas Menyiapkan Transportasi Rujukan.
d. Perawat melakukan observasi atau Monitoring pasien selama rujukan Berlangsung

BAB V
LOGISTIK

Menurut Perpres No. 20 Tahun 2012 Logistik didefinisikan sebagai rantai pasok (supply chain) yang
menangani arus barang, informasi, dan uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan
(warehousing), transportasi (transportation), distribusi (distribution)dan pelayanan penghantaran (delivery services).
Adapun tujuan penyusunan system logistik ini untuk meningkatkan keamanan, efisiensi dan efektivitas pergerakan
barang, informasi dan uang mulai dari titik asal sampai titik tujuan sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, jumlah
waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen
Logistik yang harus tersedia
a. Bahan habis pakai
b. Material resusitasi
c. Lembar administrasi
1. Standar Obat UGD
a. Live Saving
a) Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adrenalin Ampul 2 Vasokonstriksi

2. Deksamethashone Ampul 4 Kortikosteroid

3. Aminophilin Ampul 4 Anti asmatic dan COPD


preparations
4. Diphenhidramine Ampul 4 Anti Histamin

5 Diazepam Ampul 2 Minor Transquillizer

6 Lidocain Ampul 10 Anastetic local

7 Dextrose 40% 4 AntiHipoglikemia

b) Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Nifedipin 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi/ Betabloker

2. ISDN 5 mg Tablet 10 Anti anginal

c) Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Dextrose 5 % 500 ml Kolf 5


3 Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5

4 Ringer Lactat Kolf 20

5 Dex 40 % 25 ml Flalon 4

b. Obat Penunjang
a) Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Ketorolak Ampul 5 Antiemetik

2. Ranitidin Ampul 3 Analgetik Antipiretik

b) Obat Tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Paracetamol Tablet 7 Antipiretik

2. Antasida Tablet 5 Antasida

3. Ranitidine Tablet 5 Antiulceran

5. Asam mefenamat Tablet 2 Analgesik

6. Amoksisilin Tablet 3 Antibiotik

7. Ciprofloxacin 5 Antibiotik

8. Kotrimoksaxol Tablet 15 Antibiotik

9. Acetyl Tablet 2 Ekspektoran


BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

1. Ketepatan identifikasi Pasien


2. Peningkatan komunikasi Efektif
3. Peningkatan .Keamanan Obat yang perlu di waspadai
4. Kepastian Tepat lokasi ,tepat Prosedur dan tepat operasi
5. Pengurangan.Resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan Resiko pasien jatuh jatuh

Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat pasien lebih aman.


Sistem tersebut meliputi :
a. Assasemen resiko.
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien.
b. Pelaporan dan analisis insiden.
c. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
d. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.


b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan kejadian tidak
diharapkan (KTD).
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
e. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
f. Peran memimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakitdasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah : Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat
dicegah dengan pengetahuan mutakhir.

2) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi tidak cedera serius
tidak terjadi :
• Karena “keberuntungan”
• Karena “pencegahan”
• Karena “peringanan”

3) Kesalahan Medis adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
4) Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang terjadi seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencairan fakta terhadap kejadian ini mengungklapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN


a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan insiden keselamatan”.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5
(lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna kontak dengan darah serta cairan
infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengolaan limbah dan sanitasi ruangan
Alat pelindung diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) adalah alat yang dirancang untuk
menghalangi penetrasi zat baik berupa partikel padat, cair, atau udara dalam rangka melindungi pemakainya dari
cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. APD berfungsi sebagai penghalang antara bahan infeksius
(misalnya virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan dan pasien.
Penghalang memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan berupa dari cairan darah pasien, cairan
tubuh pasien, atau sekresi pernapasan pasien. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemasangan, pelepasan
serta pemindahan dan atau pembuangan APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya
pemakai dan orang lain terhadap bahan infeksius.
a. Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD yaitu:
 Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahayabahaya
 yang dihadapi (percikan, kontak langsung maupun tidak langsung).
 Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
 ketidaknyamanan yang berlebihan.
 Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable)
 Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
 Tidak mudak rusak.
 Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
 Pemeliharaan mudah.
 Tidak membatasi gerak.
b. Jenis APD yang Direkomendasikan untuk Disediakan dalam Penanganan COVID-19
1) Masker bedah (surgical/facemask)
Masker bedah terdiri dari 3 lapisan material dari bahan non-woven (tidak di jahit), loose - fitting dan sekali
pakai untuk menciptakan penghalang fisik antara mulut dan hidung pengguna dengan kontaminan
potensial di lingkungan terdekat sehingga efektif untuk memblokir percikan (droplet) dan tetesan dalam
partikel besar.
2) Masker N95
Masker N95 terbuat dari polyurethane dan polypropylene adalah alat pelindung pernapasan yang
dirancang dengan segel ketat di sekitar hidung dan mulut untuk menyaring hampir 95 % partikel yang lebih
kecil < 0,3 mikron. Masker ini dapat menurunkan paparan terhadap kontaminasi melalui airborne.
3) Pelindung wajah (face shield)
Pelindung wajah umumnya terbuat dari plastik jernih transparan, merupakan pelindung wajah yang
menutupi wajah sampai ke dagu sebagai proteksi ganda bagi tenaga kesehatan dari percikan infeksius
pasien saat melakukan perawatan.
4) Gaun (gown)
Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui kontak atau droplet dengan cairan dan zat padat yang
infeksius untuk melindungi lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan
perawatan pasien. Persyaratan gaun yang ideal antara lain menjadi barrier yang efektif (mampu
mencegah penetrasi cairan), fungsi atau mobilitas, nyaman, tidak mudah robek, pas di badan (tidak terlalu
besar atau terlalu kecil), biocompatibility (tidak toksik), flammability (tidak mudah terbakar), odor (tidak
bau), dan maintenance (pemeliharaan). Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2 yaitu gaun sekali
pakai (disposable) dan gaun dipakai berulang (reuseable).
5) Celemek (apron)
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang bisa terbuat dari plastik sekali pakai atau
bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan Kembali (reuseable) yang tahan terhadap klorin saat
dilakukan desinfektan.
6) Sarung Tangan
Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC), nitril, polyurethane,
merupakan pelindung tangan tenaga kesehatan dari kontak cairan infeksius pasien selama melakukan
perawatan pada pasien. Sarung tangan yang ideal harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak
toksik) dan pas di tangan. Sarung tangan yang digunakan merupakan sarung tangan yang rutin digunakan
dalam perawatan, bukan sarung tangan panjang.
7) Pelindung Kepala
Penutup kepala merupakan pelindung kepala dan rambut tenaga kesehatan dari percikan cairan infeksius
pasien selama melakukan perawatan. Penutup kepala terbuat dari bahan tahan cairan, tidak mudah robek
dan ukurannya pas di kepala tenaga kesehatan. Penutup kepala ini digunakan sekali pakai.
8) Hazmat (Coverall)
Pakaian hazmat (hazmat adalah singkatan dari hazardous materials atau bahan-bahan berbahaya) adalah
perlengkapan perlindungan pribadi yang terdiri dari bahan yang impermeabel dan digunakan untuk
proteksi melawan material berbahaya.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait
pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan / medikasi ( medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien. Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk peningkatan
mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara capaian
dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan bahwa
aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan
paramedis yang melakukan proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil
pemantauan. Contoh ; monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga Kesehatan.
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan evaluasi. Evaluasi
dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperleh melalui metode berdasarkan waktu, cara dan teknik
pengambilan data.
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas :
a. Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang
memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan
dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis : Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi prosedur
yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup
pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional : Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis oleh seluruh tenaga medis
dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan sumber daya dan
hasil yang diperoleh. Contoh : audit pelaksanaan system manajemen mutu
b. Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan klinis tanpa dibandingkan
dengan standar. Contoh : kajian penggunaan antibiotika.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
kegawatdaruratan medis di Puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan di UPT BLUD
Puskesmas Gunungsari. Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan Pedoman kegawatdaruratan medis
program Puskesmas ini, hendaknya tenaga kesehatan puskesmas dapat menjabarkannya dalam Protap
(prosedur tetap) yang berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan sesuai kondisi Puskesmas.
Selain itu, dengan pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi bagi pemegang
kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai