Bangunan UPT BLUD Puskesmas Dasan tapen Memiliki Risiko-Risiko Yang Tidak
Dapat Diprediksi, Maka Kemudahan Akses Evakuasi Apabila Terjadi Keadaan
Darurat Sangatlah Penting.
UPT BLUD Puskesmas Dasan Tapen adalah salasatu Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok
Barat dengan jumlah kepesertaan yang cukup banyak, dan memiliki jumlah kepesertaan yang paling
tinggi dibandingkan dengan Puskesmas lain.
Dengan Semakin banyaknya jumlah kepesertaan tentu harus diimbangi dengan keamanan dan
keselamatan yang memadai. Puskesmas Dasan Tapen yang dapat menampung banyak orang berpotensi
menimbulkan korban apabila terjadi keadaan darurat. Maka, diperlukan perencanaan proses evakuasi
yang baik agar korban jiwa atau kerugian lainnya dapat diminimalkan.
Selain mengantisipasi keadaan darurat dengan menyediakan sarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, menata akses evakuasi juga penting untuk mempercepat proses evakuasi penghuni sehingga
akan memperkecil risiko timbulnya korban.
Jalur evakuasi pada sebuah bangunan harus berfungsi berdasarkan prosedur evakuasi dengan memberikan
kemudahan pada orang yang menggunakannya. Pengunjung Puskesmas harus dapat menyelamatkan diri
secepatnya ketika terjadi keadaan darurat.
Dengan adanya jalur evakuasi yang memperlihatkan arah keluar gedung atau arah menuju tempat
berlindung yang aman dapat membantu penghuni gedung untuk menyelamatkan diri.
Sarana Evakuasi Gedung dan Bangunan Layanan public
Sesuai Permen RI Nomor 36 Tahun 2005, Pasal 59, setiap gedung atau bangunan pelayanan public harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi :
Sistem peringatan bahaya bagi pengguna, dapat berupa sistem alarm kebakaran dan/atau
sistem peringatan menggunakan audio/tata suara
Pintu keluar darurat
Jalur evakuasi
Sarana tersebut harus dapat menjamin kemudahan pengguna gedung untuk melakukan evakuasi
dari dalam gedung secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
Penyediaan sarana evakuasi harus disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi gedung, jumlah dan
kondisi pengguna gedung, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman. Sarana pintu keluar
darurat dan jalur evakuasi juga harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan
jelas.
Regulasi mengenai sarana evakuasi juga tercantum dalam Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2017
tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung. Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap
bangunan gedung harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi:
─ Penanda eksit harus memiliki warna khusus dan kontras dengan dekorasi, penyelesaian
interior, dan penanda lainnya. Penanda eksit harus mengandung kata “EKSIT” atau kata lain
yang mudah dibaca dengan tinggi huruf paling kurang 15 cm dan lebar huruf paling kurang
1,875 cm
─ Penanda eksit bertuliskan “EKSIT” atau penanda sejenis dengan anak panah yang
menunjukkan arah eksit, harus ditempatkan pada akses eksit untuk mengarahkan pada eksit
terdekat.
Pintu eksit harus menggunakan jenis pintu ayun (swinging door) yang dapat menutup
otomatis
Pintu eksit harus membuka ke arah perjalanan keluar untuk ruang yang dihuni oleh lebih
dari 50 orang atau digunakan untuk hunian dengan tingkat bahaya tinggi
Beberapa perangkat deteksi seperti alarm dapat dipasang untuk membatasi
penyalahgunaan eksit yang dapat mengakibatkan kegagalan fungsi eksit, menghambat
atau menghalangi proses evakuasi
Eksit harus memiliki ruang yang cukup untuk menempatkan kursi roda saat terjadi
kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Perancangan dan penyediaan eksit harus memperhatikan kemudahan dan kesiapan eksit untuk
digunakan setiap waktu dan penyediaan tempat berlindung bagi pengguna kursi roda. Untuk
contoh penghitungan jumlah dan kecukupan akomodasi eksit tercantum dalam Permen PUPR
Nomor 14 Tahun 2017 Lampiran
Eksit pelepasan merupakan bagian dari sarana evakuasi antara batas ujung eksit dan jalan umum
yang berada di luar bangunan gedung untuk evakuasi pada saat terjadi keadaan darurat. Eksit
pelepasan harus memenuhi persyaratan:
Berada di permukaan tanah atau langsung ke ruang terbuka yang aman di luar bangunan
gedung
Pada bangunan gedung yang diproteksi oleh sprinkler, paling banyak 50 persen dari
jumlah eksit dapat dilepas langsung ke ruang sirkulasi tertutup di permukaan tanah
dengan ketentuan:
─ Eksit pelepasan harus mudah terlihat dan memiliki akses langsung ke ruang terbuka yang
aman di luar bangunan gedung
─ Jarak paling jauh antara eksit pelepasan dan ruang terbuka di luar bangunan gedung harus
tidak melebihi 10 m
─ Jika terdapat kegiatan komersial seperti kios atau yang terletak di sepanjang 1 sisi atau kedua
sisi jalur evakuasi sebagai ruang terbuka yang aman di luar bangunan gedung, harus terdapat
jarak pemisah paling sedikit 10 m antara kegiatan komersial dan jalur evakuasi
Perancangan dan penyediaan eksit pelepasan harus memperhatikan kemudahan dan kesiapan
eksit untuk digunakan setiap waktu serta ketersediaan akses langsung ke jalan, halaman,
lapangan, atau ruang terbuka yang aman tanpa hambatan.
2. Sarana Pendukung Evakuasi Lain
Rencana evakuasi merupakan panduan evakuasi ke luar bangunan gedung yang digunakan oleh
pengguna dan pengunjung bangunan gedung, serta petugas evakuasi pada saat bencana atau
keadaan darurat lainnya.
Rencana evakuasi
─ Harus menunjukkan tata letak lantai terhadap orientasi bangunan yang benar dan menekankan
pada jalur evakuasi (dalam kaitannya dengan lokasi pembaca), koridor evakuasi, dan eksit
menggunakan kata, warna, dan tanda arah yang tepat
─ Informasi lain yang dapat dilengkapi pada rencana evakuasi kebakaran meliputi:
Sistem peringatan bahaya bagi pengguna merupakan peringatan dini bagi pengguna dan
pengunjung bangunan gedung terhadap bencana atau keadaan darurat lainnya. Sistem
peringatan bahaya paling sedikit terdiri atas sistem audio dan/atau sistem visual.
─ Kemampuan untuk diaktifkan secara manual sesuai dengan prosedur pengamanan bangunan
pada zona tertentu
Pencahayaan eksit dan tanda arah merupakan pencahayaan buatan dan tanda arah pada jalur
perjalanan menerus ke tempat yang aman untuk keperluan evakuasi pada saat bencana atau
keadaan darurat lainnya.
Titik berkumpul atau assembly point merupakan tempat yang digunakan bagi pengguna dan
pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses evakuasi. Perancangan dan
penyediaan titik berkumpul harus memperhatikan:
─ Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju dalam rute evakuasi
─ Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara komunal oleh para pengguna dan pengunjung
gedung
─ Jarak minimum titik berkumpul dari bangunan gedung adalah 20 m untuk melindungi
pengguna dan pengunjung bangunan gedung dari keruntuhan atau bahaya lainnya.
─ Lokasi titik berkumpul tidak boleh menghalangi akses dan manuver mobil pemadam
kebakaran.
─ Memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, tidak menghalangi dan mudah dijangkau
oleh kendaraan atau tim medis.
─ Pengenalan, penandaan, dan penempatan pada lokasi yang mudah terlihat dan dipahami oleh
pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung
─ Kecukupan pencahayaan
Kemudahan evakuasi pengguna dan pengunjung bangunan gedung dari dalam ke luar
bangunan gedung
Kemudahan petugas evakuasi dalam melakukan evakuasi pengguna dan pengunjung
bangunan gedung.
Jalur evakuasi adalah lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung dan cepat dari
orang-orang yang akan menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat membahayakan.
Evakuasi terbagi menjadi dua jenis, yakni:
Evakuasi skala kecil, contohnya penyelamatan yang dilakukan dari sebuah bangunan
yang diakibatkan karena ancaman bom atau kebakaran.
Evakuasi skala besar, contohnya penyelamatan dari sebuah daerah banjir, letusan gunung
berapi atau badai.
Jumlah dan kapasitas jalur evakuasi biasanya menyesuaikan dengan jumlah penghuni gedung
dan ukuran gedung tersebut. Kebutuhan jalur evakuasi dipengaruhi oleh waktu rata-rata untuk
mencapai lokasi yang aman (titik kumpul) yang berada di halaman gedung dan tidak ada
bangunan di atasnya.
Dalam merancang jalur evakuasi, pengelola gedung juga harus memerhatikan banyak hal,
misalnya ketersediaan tangga, pintu yang digunakan, dan sarana evakuasi lainnya. Para ahli
keselamatan merekomendasikan setiap gedung memiliki minimal dua atau lebih jalur evakuasi.
Persyaratan Jalur Evakuasi
Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi dan mudah dicapai
Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya api,
asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa
sehingga di mana saja penghuni dapat, menjangkau pintu keluar (exit)
Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan, dan mempunyai lebar untuk
koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m
Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari sumber
utama
Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang petunjuk yang jelas
Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.