Jalur evakuasi adalah jalur yang menghubungkan semua area ke titik area yang paling
aman. Dalam sebuah gedung atau tempat umum biasanya sudah diletakkan rambu jalur
evakuasi. Jalur evakuasi sangatlah penting untuk para pekerja atau para orang yang berada di
dalam gedung ketika terjadi sebuah kecelakaan, baik kebakaran, ancaman bom, perampokan
ataupun bencana alam. Oleh sebab itu di dalam sebuah pergedungan banyak kita jumpai
rambu jalur evakuasi. Biasanya dipasang pada jalur evakuasi yang telah ditentukan tim
tanggap darurat.
Salah satu peraturan yang menjadi dasar harus dibuatnya rambu jalur evakuasi adalah
undang-undang no 28 tahun 2012 tentang bangunan gedung, selain itu juga peraturan
pemerintah no.36 tahun 2005 tentang bangunan gedung. Adapun kriteria atau syarat
rambu jalur evakuasi yang harus memenuhi kriteria berikut :
Durasi evakuasi
Hunian resiko bahaya kebakaran berat 3 menit, hunian resiko bahaya kebakaran
sedang 2,5 menit, hunian resiko bahaya kebakaran ringan 2 menit.
Salah satu sarana penyelemat jiwa adalah assembly point. Assembly point atau tempat
berhimpun adalah tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang dijadikan sebagai tempat
berkumpul setelah proses evakuasi dan dilakukan perhitungan pada saat terjadi keadaan
darurat seperti kebakaran dan gempa bumi. Assembly point harus aman dari bahaya
kebakaran dan lainnya. Sebaiknya disediakan pada jarak 20 m dari gedung terdekat. Tempat
ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi.
Menurut NFPA 101 : Life Safety Code Edisi 200 dalam Cinthia, 2009, kriteria untuk
menentukan lokasi assembly point adalah :
Permen PU no. 26 tahun 2008 juga menjelaskan kriteria tempat aman meliputi :
Assembly point juga harus menyediakan space 30 cm2 buat satu orang (tanpa melihat
ukuran gendut/kurusnya) dan dengan tinggi 2 m (minimum) atau lebih tinggi. Ini dikalikan
jumlah orang yang mampu ditampung dalam assembly point tersebut sehingga didapat
jumlah luas minimal assembly point yang dibutuhkan.