1
Dengan adanya jalur evakuasi yang memperlihatkan arah keluar gedung atau arah menuju tempat
berlindung yang aman dapat membantu penghuni gedung untuk menyelamatkan diri.
Baca juga artikel ini:
• 10 Poin Penting Yang Harus Dipahami Pekerja Tentang Perencanaan Tanggap
Darurat
• Kebakaran Pabrik Cokelat Hingga PRJ, Bukti Lemahnya Penerapan Prosedur
Keselamatan Kebakaran
Sarana Evakuasi Gedung Bertingkat Sesuai Regulasi
Sesuai Permen RI Nomor 36 Tahun 2005, Pasal 59, setiap gedung harus menyediakan sarana
evakuasi yang meliputi:
Sistem peringatan bahaya bagi pengguna, dapat berupa sistem alarm kebakaran dan/atau
sistem peringatan menggunakan audio/tata suara
Pintu keluar darurat
Jalur evakuasi
Penyediaan tangga darurat/kebakaran
Sarana tersebut harus dapat menjamin kemudahan pengguna gedung untuk melakukan evakuasi
dari dalam gedung secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
Penyediaan sarana evakuasi harus disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi gedung, jumlah dan
kondisi pengguna gedung, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman. Sarana pintu keluar
darurat dan jalur evakuasi juga harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan
jelas.
Regulasi mengenai sarana evakuasi juga tercantum dalam Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2017
tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung. Peraturan tersebut menyatakan bahwa setiap
bangunan gedung harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi:
2
Bagian-bagian sarana evakuasi
Sumber: pu.go.id
b. Eksit (Exit)
Eksit merupakan bagian dari sarana evakuasi yang dipisahkan dari area lainnya dalam bangunan
gedung oleh konstruksi atau peralatan yang menyediakan lintasan jalan terproteksi menuju eksit
pelepasan. Eksit harus memenuhi persyaratan:
Bangunan gedung di atas 1 lantai harus dilengkapi dengan eksit berupa tangga eksit yang
tertutup dan terlindung dari api, asap kebakaran, dan rintangan lainnya . Catatan: Aturan
lebar tangga eksit dan bordes tercantum dalam Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2017
Lampiran 2.
Tangga eksit harus dilengkapi pegangan (handrail)
3
POSTER K3 Pegang Handrail
Tangga eksit terbuka yang terletak di luar bangunan harus berjarak paling sedikit 1 meter
dari bukaan dinding yang berdekatan dengan tangga tersebut
Bangunan gedung dengan 2 atau lebih lantai basement yang luasnya lebih dari 900m²
harus dilengkapi dengan saf tangga eksit dan tidak perlu dilengkapi dengan lift kebakaran
Bangunan gedung dengan ketinggian sampai dengan 3 lantai, eksit harus memiliki tingkat
ketahanan api (TKA) paling sedikit 1 jam dan ketinggian mulai dari 4 lantai memiliki
tingkat ketahanan api (TKA) paling sedikit 2 jam
Jika terdapat lebih dari 1 eksit pada 1 lantai, sedikitnya harus tersedia 2 eksit yang
terpisah untuk meminimalkan kemungkinan keduanya terhalang oleh api atau keadaan
darurat lainnya
Tidak disarankan melewati area dengan tingkat bahaya tinggi untuk menuju eksit terdekat
kecuali jalur perjalanan diproteksi dengan partisi yang sesuai atau penghalang fisik
lainnya
Pintu eksit harus diberi penanda yang mudah terlihat agar mudah ditemukan dan dikenali
4
─ Penanda eksit harus memiliki warna khusus dan kontras dengan dekorasi, penyelesaian
interior, dan penanda lainnya. Penanda eksit harus mengandung kata “EKSIT” atau kata lain yang
mudah dibaca dengan tinggi huruf paling kurang 15 cm dan lebar huruf paling kurang 1,875 cm
─ Penanda eksit bertuliskan “EKSIT” atau penanda sejenis dengan anak panah yang
menunjukkan arah eksit, harus ditempatkan pada akses eksit untuk mengarahkan pada eksit
terdekat.
Pintu eksit harus menggunakan jenis pintu ayun (swinging door) yang dapat menutup
otomatis
Pintu eksit harus membuka ke arah perjalanan keluar untuk ruang yang dihuni oleh lebih
dari 50 orang atau digunakan untuk hunian dengan tingkat bahaya tinggi
Jika terdapat pintu, bagian, atau tangga yang bukan sebagai eksit dan dapat disalah
tafsirkan sebagai sebuah eksit, perlu diberikan identifikasi dengan penanda “bukan jalan
keluar” atau sesuai dengan fungsi ruang sebenarnya seperti “menuju basement”
Beberapa perangkat deteksi seperti alarm dapat dipasang untuk membatasi
penyalahgunaan eksit yang dapat mengakibatkan kegagalan fungsi eksit, menghambat
atau menghalangi proses evakuasi
Eksit harus memiliki ruang yang cukup untuk menempatkan kursi roda saat terjadi
kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Perancangan dan penyediaan eksit harus memperhatikan kemudahan dan kesiapan eksit untuk
digunakan setiap waktu dan penyediaan tempat berlindung bagi pengguna kursi roda. Untuk
contoh penghitungan jumlah dan kecukupan akomodasi eksit tercantum dalam Permen PUPR
Nomor 14 Tahun 2017 Lampiran
c. Eksit Pelepasan (Exit Discharge)
5
Eksit pelepasan merupakan bagian dari sarana evakuasi antara batas ujung eksit dan jalan umum
yang berada di luar bangunan gedung untuk evakuasi pada saat terjadi keadaan darurat. Eksit
pelepasan harus memenuhi persyaratan:
Berada di permukaan tanah atau langsung ke ruang terbuka yang aman di luar bangunan
gedung
Pada bangunan gedung yang diproteksi oleh sprinkler, paling banyak 50 persen dari
jumlah eksit dapat dilepas langsung ke ruang sirkulasi tertutup di permukaan tanah
dengan ketentuan:
─ Eksit pelepasan harus mudah terlihat dan memiliki akses langsung ke ruang terbuka yang
aman di luar bangunan gedung
─ Jarak paling jauh antara eksit pelepasan dan ruang terbuka di luar bangunan gedung harus
tidak melebihi 10 m
─ Jika terdapat kegiatan komersial seperti kios atau yang terletak di sepanjang 1 sisi atau kedua
sisi jalur evakuasi sebagai ruang terbuka yang aman di luar bangunan gedung, harus terdapat
jarak pemisah paling sedikit 10 m antara kegiatan komersial dan jalur evakuasi
─ Lebar bersih pintu eksit menuju ruang terbuka yang aman di luar bangunan gedung harus
mampu menerima beban hunian di lantai pertama dan jumlah pengguna dan pengunjung
bangunan gedung yang keluar dari tangga eksit.
Perancangan dan penyediaan eksit pelepasan harus memperhatikan kemudahan dan kesiapan
eksit untuk digunakan setiap waktu serta ketersediaan akses langsung ke jalan, halaman,
lapangan, atau ruang terbuka yang aman tanpa hambatan.
2. Sarana Pendukung Evakuasi Lain
Rencana evakuasi merupakan panduan evakuasi ke luar bangunan gedung yang digunakan oleh
pengguna dan pengunjung bangunan gedung, serta petugas evakuasi pada saat bencana atau
keadaan darurat lainnya.
Sarana pendukung evakuasi lainnya terdiri atas:
Rencana evakuasi
Lift kebakaran
Selang kebakaran
Alat pemadam api ringan (APAR)
6
Pipa tegak kering dan/atau pipa tegak basah
Papan indikator api/kebakaran
Titik panggil alarm manual.
Sistem peringatan bahaya bagi pengguna merupakan peringatan dini bagi pengguna dan
pengunjung bangunan gedung terhadap bencana atau keadaan darurat lainnya. Sistem
peringatan bahaya paling sedikit terdiri atas sistem audio dan/atau sistem visual.
Perancangan dan penyediaan sistem peringatan harus memperhatikan:
─ Kemampuan berfungsi secara otomatis dalam kondisi darurat
─ Kemampuan untuk diaktifkan secara manual sesuai dengan prosedur pengamanan bangunan
pada zona tertentu
─ Kemudahan pencapaian dan penempatan pada lokasi yang mudah terlihat
Pencahayaan eksit dan tanda arah merupakan pencahayaan buatan dan tanda arah pada jalur
perjalanan menerus ke tempat yang aman untuk keperluan evakuasi pada saat bencana atau
keadaan darurat lainnya.
Harus memenuhi persyaratan:
─ Penggunaan penandaan photoluminescent/pita ditempatkan di sepanjang jalur evakuasi eksit
pada:
Sumber daya listrik darurat pada pencahayaan eksit, tanda arah eksit dan tanda-tanda arah
di lokasi di atas dilengkapi dengan baterai terpisah (sistem titik tunggal) atau pasokan
baterai sentral yang didukung oleh generator siaga
Terdapat paling sedikit 2 pencahayaan darurat dalam lobi bebas asap, lobi pemadam
kebakaran dan koridor dengan tanda arah eksit
Terdapat paling sedikit 1 pencahayaan darurat di setiap bordes tangga eksit.
Lebar penandaan photoluminescent/pita paling sedikit 50 mm yang ditempatkan pada
level terendah
7
Bagian bawah tanda pada level rendah tidak boleh kurang dari 150 mm atau tidak lebih
dari 400 mm di atas level lantai.
Sumber: pu.go.id
Area tempat berlindung merupakan suatu lantai yang dirancang untuk area berkumpul
pengguna dan pengunjung bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat yang harus
disediakan pada interval tidak lebih dari 16 (enam belas) lantai.
Titik berkumpul atau assembly point merupakan tempat yang digunakan bagi pengguna dan pengunjung
bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses evakuasi. Perancangan dan penyediaan titik berkumpul harus
memperhatikan:
─ Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju dalam rute evakuasi
─ Keamanan dan kemudahan akses pengguna dan pengunjung gedung
─ Jarak aman dari bahaya termasuk runtuhan bangunan gedung
─ Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara komunal oleh para pengguna dan pengunjung gedung
8
─ Kapasitas titik berkumpul.
Lift kebakaran
9
─ Pengenalan, penandaan, dan penempatan pada lokasi yang mudah terlihat dan dipahami oleh
pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung
─ Kecukupan pencahayaan
─ Proteksi terhadap api dan pengendalian asap.
Tujuan penyediaan sarana evakuasi dilakukan untuk:
Kemudahan evakuasi pengguna dan pengunjung bangunan gedung dari dalam ke luar
bangunan gedung
Kemudahan petugas evakuasi dalam melakukan evakuasi pengguna dan pengunjung
bangunan gedung.
Evakuasi skala kecil, contohnya penyelamatan yang dilakukan dari sebuah bangunan
yang diakibatkan karena ancaman bom atau kebakaran.
Evakuasi skala besar, contohnya penyelamatan dari sebuah daerah banjir, letusan gunung
berapi atau badai.
Jumlah dan kapasitas jalur evakuasi biasanya menyesuaikan dengan jumlah penghuni gedung
dan ukuran gedung tersebut. Kebutuhan jalur evakuasi dipengaruhi oleh waktu rata-rata untuk
mencapai lokasi yang aman (titik kumpul) yang berada di halaman gedung dan tidak ada
bangunan di atasnya.
Dalam merancang jalur evakuasi, pengelola gedung juga harus memerhatikan banyak hal,
misalnya ketersediaan tangga, pintu yang digunakan, dan sarana evakuasi lainnya. Para ahli
keselamatan merekomendasikan setiap gedung memiliki minimal dua atau lebih jalur evakuasi.
10
Persyaratan Jalur Evakuasi
Rute evakuasi harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran
evakuasi dan mudah dicapai
Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya api,
asap dan gas. Dalam penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa
sehingga di mana saja penghuni dapat, menjangkau pintu keluar (exit)
Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan, dan mempunyai lebar untuk
koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan keluar 2 m
Rute evakuasi harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari sumber
utama
Arah menuju pintu keluar (exit) harus dipasang petunjuk yang jelas
Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan.
Tanda eksit harus di tempatnya pada setiap pintu eksit yang disyaratkan untuk tanda eksit
11
Tanda eksit yang bisa diraba harus terbaca
Tanda eksit harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
Akses Eksit
Akses ke eksit juga harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah terlihat di semua
keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak terlihat oleh pengguna dan
pengunjung bangunan gedung. Tanda harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada
titik di dalam akses eksit koridor yang ditempatkan lebih dari 30 m dari tanda terdekat.
Tanda Eksit Dekat Permukaan Lantai
Apabila tanda eksit terdekat diperlukan, tanda eksit harus diletakkan di dekat permukaan lantai
sebagai tambahan tanda yang diperlukan untuk pintu atau koridor.
Bagian bawah dari tanda ini harus tidak kurang dari 15 cm atau tidak lebih dari 20 cm. Untuk
pintu eksit tanda tersebut harus dipasangkan pada pintu atau dekat pinggir pintu terdekat dan tepi
tanda tersebut dalam jarak 10 cm dari kosen pintu.
Lokasi Pemasangan
Penandaan jalan keluar di bawah yang baru akan dipasang harus diletakkan pada jarak vertikal
tidak lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan ke luar yang dimaksud/ditujukan
oleh penandaan.
Penandaan jalan keluar harus diletakkan pada jarak horizontal tidak lebih lebar dari yang
diisyaratkan untuk bukaan jalan keluar, dimaksud untuk menunjukkan oleh penandaan ke ujung
terdekat dari penandaan.
12
Informasi lebih lengkap mengenai penandaan arah jalan keluar tercantum dalam SNI 03 – 1746 -
2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan
terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan Permen PU Nomor 26 Tahun 2008
tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
13