Anda di halaman 1dari 37

PENTINGNYA MEMPELAJARI

TAJWID
Allah c berfirman:
ً َۡ َ َۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
“… dan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan.”
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil dalam ayat
”Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui
tempat-tempat berhentinya”. (Syarh Mandhumah Al-
Jazariyah, hlm. 13)
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
ً
Ibnu Abbas mengatakan:
‫بينه تبيينا‬
Dibaca dengan jelas setiap hurufnya.
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Abu Ishaq mengatakan:
‫واتلبيني ال يتم بأن يعجل يف القرآة‬
‫بني مجيع احلروف ويوفيها حقها من اإلشباع‬ ُ
ِّ ‫وإنما يتم اتلبيني بأن ي‬
Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika
membacanya terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa
dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara
pembacaan huruf dengan benar.(Lisan al-Arab, 11/265).
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Cara Ibnu Mas’ud Membaca al-Quran

Abu Bakr dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah menyampaikan kabar gembira kepada
Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
ْ‫اءة ِّ ابْن أُ ِّم َعبد‬ َ َ َُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ًّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ
َ ‫َسه أن يق َرأ القرآن غضا كما أنزل فليق َرأه لَع ق َِّر‬ َّ ‫من‬
ِّ ِّ
Siapa yang ingin membaca al-Quran dengan pelan sebagaimana ketika dia diturunkan,
hendaknya dia membacanya sebagaimana cara membacanya Ibnu Mas’ud. (HR. Ahmad
36, dan Ibnu Hibban 7066).
Hadis ini menunjukkan keistimewaan bacaan al-Quran Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.
Karena bacaannya sama dengan ketika al-Quran di turunkan. Beliau membacanya
dengan cara ‘ghaddan’ artinya segar yang belum berubah. Maksudnya suaranya
menyentuh (as-Shaut an-Nafidz) dan memenuhi semua hak hurufnya.
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Inti tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap
hurufnya, tanpa berlebihan.
BAB TAJWID
‫ـج اـواد الْـُ َـَا ََ ثِـا ُـم‬ * ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ي‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬
َ ‫ل‬ ‫ـن‬
َُ ْ َْ ُ ٌ َ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫م‬‫ز‬ ‫ال‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬ ‫ت‬
ْ ‫ـ‬ ‫ح‬ ‫ـد‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ـ‬ ‫ـج‬
ْ ‫َخـ ُذ‬
‫ت‬
َّ ‫ل‬‫ِب‬ ْ ‫ َواأل‬- ٢٧ •
• 27 .Mempelajari ilmu tajwid wajib, barangsiapa yang tidak mau memperbaiki bacaan Al-Quran maka
dia berdosa
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫ـ‬ ‫ص‬‫و‬ ‫ـا‬
َ َ َ َْ ُ ْ‫ـن‬ ‫ـي‬
َ ‫ل‬‫ا‬
‫إ‬ ‫ـه‬ ‫ن‬‫ـ‬ ‫ا‬
‫م‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ـ‬ ‫ك‬
َ ‫ـ‬ ‫ه‬‫و‬ * ‫ال‬
َ ‫ـز‬ ‫ـ‬ ‫ن‬
َْ‫أ‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬
‫إل‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ا‬
‫ألَنـَّـهُ ب‬- ٢٨ •
ََ َ ُ
• 28 .Karena Allah menurunkan Al-Quran dengan bacaan menggunakan tajwid, dan demikianlah
dengan tajwid Al-Quran sampai kepada kita
‫ـضـا احـ ْليَـةُ الـتاـلََواة * َوازيْــنَـ ـةُ األ ََد ااء َوالْـ اـُ ـ َـَاءَ اة‬
ً ْ‫ َوُه َـو أَي‬- ٢٩ •
• 29. Dan dengan tajwid memperindah bacaan Al-Quran, Juga sebagai penghias dalam membacanya
‫وف َح َُّ َـهـا * امـ ْـن اصـ َف ٍـة لَ َـهـا َوُمتتَ َح َّـُ َـهـا‬ ‫وهـو إاعـطَـاء الْـحـَ ا‬- ٣٠ •
ُُ ُ ْ َ َْ
• 30. Dan dengan tajwid itu memberikan hak pada setiap huruf-hurufnya, dari sifat yang dimilikinya
dan mustahaknya
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Inti tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap
hurufnya, tanpa berlebihan.

٣١- ‫ظ فاــي نَ اـظ ْـيـ اَاه َك امـثْـل اـه‬


ُ ‫َصـلاـ اـه * َواللَّـ ْفـ‬
ْ ‫أل‬ ٍ ‫اح ـ‬
‫ـد‬ ‫ورُّد ُك ـ اـل و ا‬
َ ََ
• 31. Dan mengembalikan setiap hurufnya kepada makhrajnya yang asli, dan lafazhnya apabila diulang
bacaannya, maka diucapkan sebagaimana pengucapan awal
‫ـف‬ ُّ ‫ـف فاـي النُّطْ اـق باـلَ تَـ ََع‬
‫ـت ا‬ ‫م َك َّمـلً امـن َغ ْـيـ اَ مــا تَ َكـلُّ ا‬- ٣٢ •
‫ـف * اِبللُّطْ ا‬
َ ْ ُ
• 32. Menyempurnakan bacaan tanpa terbebani, mengucapkannya dengan lembut tanpa berlebihan
‫ـكـ اـه‬
‫ولَـيـس بـيـنَـه وبـيـن تَـَكا اـه * إاالَّ اريـاض ـةُ امـ ـ اَ ٍئ باـ َف ا‬-٣٣ •
ْ َ َ ْ َ َْ َ ُ َْ َ ْ َ
• 33. Tidak ada perbedaan antara orang yang membaca dengan tajwid dan orang yang meninggalkannya
kecuali seseorang yang melatih pengucapan dengan mulutnya
ً َۡ َ َ ۡ ُۡ َ َ
‫ورت ِِّّل ٱلقرءان ترتِّيل‬
Maksud ayat tersebut adalah “Hendaknya kita membaca al-
Qur’an sebagaimana Allah menurunkannya yakni dengan
mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dan
menyempurnakan harakatnya secara perlahan.
Tata cara tersebut dapat menunjang kita untuk dapat
memahami dan mentadabburi al-Qur’an, serta menguatkan
hati dalam mengamalkan hukum-hukumnya. (Lihat Tajwid Lengkap
Asy-Syafi’i, Hal. 10.)
DEFINISI TAJWID
Secara Bahasa
‫َج َّو َد ي ُ َج ِّو ُد تَ ْج ِويْ ًدا‬
(memperbagus)
‫َح َّس َن ي ُ َح ِّس ُن تَ ْح ِس ْينًا‬
(memperindah)
Secara Istilah

َ ‫اج ُك َح ْرف م ِّْن ََمْ َرجهِّ َم َع إ ْع َطاءِّ َح َّق ُه َو ُم ْس َت‬


ُ‫ح َّقه‬ ْ
ُ ‫خ َر‬
ِّ ِّ ِّ ِّ ‫إ‬
“Mengeluarkan setiap huruf dari makhraj
(tempat keluar)nya dengan memberikan
haq dan mustahaqnya.”
(Lihat: Hidayatul Qori Jilid 1, Hal. 45.)
TUJUAN

‫صون اللسان عن اللحن يف الكم اّلل تعايل‬


Terjaganya lidah/lisan dari
ketidaktepatan/kesalahan dalam membaca
Al-Qur’an.
MAKHARIJUL HURUF
MAKHARIJUL HURUF
Secara Bahasa Secara Istilah
“Suatu nama tempat, yang pada
Makhaarij adalah lafadz plural tempat tersebut huruf dibentuk
(jama’) dari Al-Makhraj yang (diucapkan)”
artinya ‘Tempat keluar’, sedangkan
Huruf adalah lafadz jama’ dari Al- Tujuan
Harf yang artinya ‘Huruf’. Berarti “Suatu nama tempat, yang pada
Makharijul huruf artinya tempat- tempat tersebut huruf dibentuk
tempat keluar huruf. (diucapkan)”
َ ْ َ ََ
‫المخرج‬ ‫َمارِّج‬
‫احل ْرف‬
َ ‫ُح ُروف‬
PEMBAGIAN MAKHRAJ

MAKHRAJ UMUM MAKHRAJ RINCI


Berjumlah : 5 (lima) Berjumlah : 17 (lima)
1. Al Jauf (Rongga mulut dan rongga 1. Al Jauf : 1 bagian
tenggorokan) 2. Al Halq : 3 bagian
2. Al Halq (Tenggorokan) 3. Al Lisan : 10 bagian
3. Al Lisan (Lidah) 4. Asy Syafataan : 2 bagian
4. Asy Syafataan (Kedua bibir) 5. Al Khaisyum : 1 bagian
5. Al Khaisyum (Rongga hidung)
‫‪Ghunnah‬‬ ‫نم‬

‫ف م ب و‬
‫ا و ي‬

‫قكجشيضلنر‬ ‫ءه عح غخ‬


‫تدطزسصثذظ‬
SIFAT HURUF
SIFAT HURUF
Secara Bahasa Secara Istilah
Sifat, yang dengannya diketahui “Sifat yang baru tampak saat
sesuatu. huruf itu keluar dari makhrajnya,
Sedangkan Huruf, artinya ‘Huruf. yaitu: jelas, lunak dan lain
Jadi, Shifaatul Huruf adalah sifat- sebagainya”
sifat keluar pada huruf hijaiyyah.
TUJUAN MEMPELAJARI SIFAT HURUF
1. Mampu membedakan antar huruf
yang satu makhraj (tempat keluar)

2. Memperindah Bacaan Al-Quran

3. Mampu membedakan huruf


yang lemah dan huruf yang kuat.
SIFAT HURUF

HAQ / LAZIMAH MUSTAHAQ / ‘ARIDHAH


1. Idzhar 2. Idgham
3. Iqlab 4. Ikhfa
SIFAT BERLAWANAN SIFAT TIDAK BERLAWANAN
5. Mad 6. Tafkhim
1. Hams >< Jahr 1. Shofir 2. Qalqalah 7. Tarqiq 8. Saktah
2. Syiddah >Baiyniyyah< Rokhowah 3. Liin 4. Inhirof 9. Waqaf 10. Harakat
3. Isti’la >< Istifal 5. Takrir 6. Tafasysyi 11. Sukun
4. Ithbaq >< Infitah 7. Istitholah 8. Ghunnah
‫فصاحة ال ّلسان‬
FASHAHATUL LISAN
‫اتمام الحركات‬
ITMAMUL HARAKAT
(MENYEMPURNAKAN HARAKAT)
Beberapa kesalahan begitu sering terjadi pada saat seseorang, khususnya
non-Arab- saat mengucapkan harakat, di antaranya:
1. Menebalkan harakat pada huruf-huruf yang seharusnya diucapkan tipis,
khususnya pada saat mengucapkan fathah dan dhammah.
2. Menipiskan harakat pada huruf-huruf yang seharusnya diucapkan tebal,
khususnya pada saat kasrah.
3. Memiringkan suara hingga fathah tidak terucap dengan jelas, berada di
antara “a” dan “i”, menyerupai vokal “eu” atau bahkan “e”.
4. Mengalirkan suara melalui rongga hidung, padahal sebagaimana telah
diuraikan, bahwasanya rongga hidung adalah kekhususan bagi “Mim”
(suara “m”) dan “Nun” (suara “n”).
5. Menahan suara, sehingga bacaan terdengar seperti menggumam.
6. Berlebihan atau kurang dalam membuka rahang, menariknya, atau
memonyongkannya.
Untuk mengatasinya, kita bisa melakukan dan melatih beberapa hal
berikut:
1. Hendaknya melepaskan suara dan tidak menahannya agar harakat
terasa jelas diucapkan, namun tetap menjaganya agar tidak berlebihan.
2. Memahami huruf-huruf tipis dan tebal, agar kita bisa menjaga
kesempurnaan harakat pada huruf-huruf tersebut. Sedangkan ukuran
tipis dan tebalnya adalah ukuran orang Arab, bukan ukuran menurut
kita sendiri.
3. Pada huruf-huruf tipis, kesempurnaan harakat fathah adalah dengan
membuka rongga mulut sambil menarik rahang pada posisi seperti
kasrah. Suara yang dihasilkan mungkin akan terasa asing bagi sebagian
orang –khususnya di Indonesia- karena “A”-nya lebih tipis dan berbeda
dengan “A”-nya orang Indonesia pada umumnya.
4. Menjaga ketipisan huruf-huruf tipis pada saat dhammah adalah dengan
tidak terlebih dahulu memonyongkan bibir pada saat huruf diucapkan
melainkan diucapkan dulu pada posisi hampir fathah, baru didorong sambil
memonyongkan bibir. Sedangkan pada saat sukun, adalah dengan menarik
rahang seperti kasrah saat huruf tersebut diucapkan.
5. Menjaga ketebalan huruf-huruf tebal adalah dengan mengangkat lidah
ke arah langit-langit.Melatihnya dengan menutup hidung kita agar suara
bisa mengalir sempurna melalui rongga mulut.
6. Hendaklah kita menyempurnakan bacaan dengan berlatih dan
bertalaqqi dengan para Masyaikh dan Asatidz yang mutqin.

Anda mungkin juga menyukai