Anda di halaman 1dari 5

ADAB MEMBACA AL-QUR’AN

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an mempunyai adab tersendiri bagi orang yang
membacanya. Adab tersebut sudah diatur dengan baik demi menjaga keagungan
dan penghormatan terhadap al-Qur’an. Setiap orang yang hendak atau tengah
membaca al-Qur’an harus memperhatikan adab-adab tersebut. Di antara adab-
adab yang dimaksud ialah:
 Al-Qur’an harus dibaca dengan tartil sebagaimana diperintahkan oleh
Allah SWT dalam surah al-Muzammil ayat 4.

‫َالقُرْ اَنَترْ ِتي ً ا‬


َ‫ْل‬ ْ ‫َز ْدَعل ْي ِهَورتِّ ِل‬
ِ ‫اَ ْو‬
... Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil. (Q.S. 73 al-Muzammil:4)

Ilmu Tajwid merupakan washilah (perantara) bagi seseorang agar dapat


membaca al-Qur’an dengan tartil.
 Bagi orang yang mengerti arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an,
disunahkan membacanya dengan penuh perhatian dan perenungan akan
maksud ayat tersebut. Cara membaca seperti inilah yang dikehendaki,
yakni tatkala lidah bergerak membaca, hati turut memperhatikan serta
memikirkan isi kandungan ayatnya. Allah Ta’ala berfirman:

ْ ‫َّللَلوج ُد‬
َ‫وا‬ ِ َّ ‫أفلَيتدبَّرُونَٱلَقُرَءانََۚولوََكانَ ِمنََ ِعن ِدَغيَ ِرَٱ‬
‫ا‬َ‫ِفي ِهَٱخَ ِتلـََفًاَڪَ ِثي ًر‬

Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) al-Qur’an ... (Q.S. 4 An-Nisa:


82)

MATERI AL-QUR’AN EVI NURFAIZAH


Rasulullah SAW sering menangis tatkala membaca al-Qur’an karena
meresapi ayat yang tengah dibaca. Demikian pula dengan para shahabatnya
r.a. banyak yang mencucurkan air mata ketika membaca ayat-ayat Allah
yang menggambarkan nasib yang akan ditanggung oleh orang-orang yang
berdosa.
 Disunahkan membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu dan bagus
sehingga menambah keindahan al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda:

Hendaklah kalian menghiasi al-Qur’an dengan suara kalian (yang merdu).


(H.R. Ahmad)

Membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu tetap wajib memperhatikan


berbagai aturan dan ketentuan dalam Ilmu Tajwid. Jika seseorang
mempelajari seni membaca al-Qur’an dengan tujuan agar dapat menghias
al-Qur’an lewat alunan suaranya yang merdu, maka Ilmu Tajwid menjadi
syarat baginya sebelum ia mendalami seni tersebut. Adalah naif bila
seseorang qari membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu dan irama
yang indah tetapi cara membacanya salah, sehingga yang terjadi bukanlah
menghias al-Qur’an melainkan merusak al-Qur’an.
 Sangatlah baik sebelum membaca al-Quran kita berwudu terlebih dahulu,
karena kita hendak membaca kitab suci yang agung. Tatkala membaca,
mulut pun hendaknya dalam keadaan bersih atau tidak berisi makanan.
Lebih baik lagi jika kita menggosok gigi terlebih dahulu.
Namun demikian tidak terlarang hukumnya membaca al-Qur’an dalam
keadaan berhadats kecil atau tidak dalam keadaan berwudu. Imam al-
Haramain mengatahakn bahwa orang yang membaca al-Qur’an dalam
keadaaan berhadats kecil, tidak dikatakan melakukan perbuatan makruh
tetapi ia hanya meninggalkan sebuah keutamaan. Adapun yang
diharamkan membaca al-Qur’an sedikit atau banyak adalah orang yang
berhadast besar, seperti dalam keadaan junub dan haid. Walaupun
demikian menurut Imam an-Nawawi, orang tersebut diperbolehkan

MATERI AL-QUR’AN EVI NURFAIZAH


meresapi bacaan al-Qur’an tanpa melafalkan dengan lidahnya. Boleh juga
bagi orang yang berhadats besar tersebut melihat mushaf dan membacanya
dengan hati tanpa menggerakan lidahnya.
 Disunahkan membaca al-Qur’an di tempat yang suci dan bersih. Dengan
kata lain, janganlah membaca al-Qur’an di tempat yang najis, kotor atau
hina. Asy-Sya’bi berkata, “Adalah makruh membaca al-Qur’an di tiga
tempat: kamar mandi, tempat buang air besar atau kecil, dan tempat
penggilingan yang sedang berputar.” Sedangkan menurut Abu Maisarah,
“Tidaklah dikatakan mengingat Allah, kecuali di tempat yang baik.”
Membaca al-Qur’an di jalanan tidak terlarang asalkan bacaan al-
Qur’annya tidak terganggu atau menjadi kacau. Jika terjadi gangguan atau
kekacauan, sebaiknya tidak dilakuakan sebagaimana Rasulullah SAW
melarang orang yang mengantuk membaca al-Qur’an karena
dikhawatirkan melakukan kesalahan.
 Disunahkan membaca al-Qur’an di luar shalat dengan menghadap kiblat
karena sebaik-baiknya tempat beribadah adalah menghadap kiblat. Seiring
dengan itu pembaca al-Qur’an hendaknya duduk dengan tenang, penuh
kekhusyukan, dan menundukkan kepala pertanda khidmat. Inilah sikap
yang paling mulia dan sempurna.
Namun demikian, membaca al-Qur’an sambil berdiri, berbaring, atau
tiduran tetap dibolehkan atau berpahala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫فَٱلَّيَ ِلَوَٱلنَّہ‬
ََ‫ارَليـَت‬ ِ َ‫ضَوَٱخَتِلـ‬
ِ َ‫تَوَٱلَر‬
ِ ‫قَٱلسَّمـَوَٲ‬ِ َ‫إِ َّنَفِىَخل‬
َِ َ‫( ِّلُ ْولِىَٱلَلَبـ‬٠٩١)
‫ب‬
َ‫ٱلَّ ِذينَيذَ ُكرُونَٱ ََّّللَقِيـَ ًَماَوقُعُو ًَداَوعلىََ ُجنُوبِ ِهمََويتفَڪَّرُون‬
ًَ‫ل‬
َ‫ط‬
َِ َ‫ضَربَّناَماَخلقَتَهـَذاَبـ‬
ِ َ‫تَوَٱلَر‬
ِ ‫قَٱلسَّمـَوَٲ‬
ِ َ‫فِىَخل‬
ِ َّ‫(سُبَحـَنكَفقِناَعذابَٱلن‬٠٩٠)
َ‫ار‬

MATERI AL-QUR’AN EVI NURFAIZAH


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi oarng-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tantang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka. (Q.S. 3 Ali Imran: 190-191)
 Sebelum memulai bacaan, disunahkan membaca isti’adzah dan basmalah
terlebih dahulu. Maksudnya adalah dalam rangka meminta perlindungan
Allah supaya dijauhkan dari tipu daya syaitan, sehingga hati dan pikiran
tetap tenang saat membaca al-Qur’an. Niat dan amalan kita juga
diluruskan semata-mata mengharap berkah-Nya.
Dalil-dalilnya sabagai berikut:

َّ ِ‫فإِذاَقرأتَٱلقُرءانَفٱست ِعذَب‬
ِ ‫ٱَّللَِ ِمنَٱل َّشيطـ ِنَٱلر‬
َ‫َّج ِيم‬

Apabila kamu membaca al-Quran, hendaklah kamu meminta


perlinduungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. 16 an-Nahl:
98)
 Tergolong sebagai perbuatan bid’ah membaca al-Qur’an dengan
dinyanyikan dalam bentuk tar’id (suara pembacanya menggelegar bagai
halilintar atau memekik seperti orang kesakitan), tarqish (seperti orang
bernyanyi sambil menari), tathrib (speperti orang bernyanyi sambil
menggoyang-goyangkaan tubuhnya), dan tardid (membaca al-Qur’an yang
diikiti jemaah pada setiap akhir bacaan dengan cara yang tidak tepat
karena tidak mengindahkan aturan waqaf atau ibtida’-nya.
 Apanila ketika membaca al-Qur’an, perut terasa ingin buang angin atau
mulut terasa hendak menguap, maka hentikanlah bacaan al-Qur’an sejenak
untuk menyelesaikan hajat tersebut. Jika telah sempurna, barulah bacaan

MATERI AL-QUR’AN EVI NURFAIZAH


al-Qur’an dilanjutkan kembali (ibtida’) dari tempat yang cocok dan baik.
Inilah adab yang bagus.
 Janganlah memutuskan bacaan al-Qur’an sembarangan hanya karena
hndak berbicara dengan orang lain atau memnuhi hajat yang tidak
mendesak. Tetapi hentikanlah bacaan sampai pada batas ayat / lafada al-
Qur’an yang sempuran dan tidak tergolong sebagai waqaf qabih.

MATERI AL-QUR’AN EVI NURFAIZAH

Anda mungkin juga menyukai