Anda di halaman 1dari 43

HURUF HIJAIYYAH

Huruf Hijaiyyah adalah kumpulan huruf-huruf Arab yang berjumlah 29


huruf. Huruf-huruf inilah yang terpakai dalam Al-Quran dan dikenal pada masa
sekarang1. Kedua puluh sembilan huruf tersebut adalah:

‫ر‬ ‫ذ‬ ‫د‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫ج‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ا ب‬


‫غ‬ ‫ع‬ ‫ظ‬ ‫ط‬ ‫ض‬ ‫ص‬ ‫ش‬ ‫س‬ ‫ز‬
‫ء‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ق‬ ‫ف‬
‫ي‬

Keterangan:

No. Huruf Arab Huruf Latin Nama Huruf

1. ‫ا‬ a, i, u alif

2. ‫ب‬ b ba’

3. ‫ت‬ t ta’

4. ‫ث‬ ts tsa’

5. ‫ج‬ j jim

6. ‫ح‬ h ha’

1
Tajwid Al-Quranul Karim hlm. 19 dan Ensiklopedi Islam Jilid I hlm. 151.
MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
No. Huruf Arab Huruf Latin Nama Huruf
7. ‫خ‬ kh kha’

8. ‫د‬ d dal

9. ‫ذ‬ dz dzal

10. ‫ر‬ r ra’

11. ‫ز‬ z zai

12. ‫س‬ s sin

13. ‫ش‬ sy syin

14. ‫ص‬ sh shad

15. ‫ض‬ dl dlad

16. ‫ط‬ th tha’

17. ‫ظ‬ zh zha’

18. ‫ع‬ ‘a, ‘i, ‘u ‘ain

19. ‫غ‬ gh ghain

20. ‫ف‬ f fa’

21. ‫ق‬ q qaf

22. ‫ك‬ k kaf

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
No. Huruf Arab Huruf Latin Nama Huruf

23. ‫ل‬ l lam

24. ‫م‬ m mim

25. ‫ن‬ n nun

26. ‫و‬ w wau

27. ‫ه‬ h ha’

28. ‫ء‬ ‘ hamzah

29. ‫ي‬ y ya’

Kolom “Huruf Latin” dalam tabel di atas menerangkan persamaan alih


aksara latin dari huruf Arab. Sedangkan kolom “Nama Huruf” menjelaskan
tentang pelafalan nama huruf yang bersangkutan dalam keadaan tanpa harakat.
Masing-masing huruf hijaiyyah di atas memiliki karakteristik tertentu yang
berbeda, baik ditinjau dari tempat keluarnya huruf maupun dari sifat-sifat yang
melekat pada huruf tersebut. Bahkan bila ditelaah berdasarkan tempat keluarnya
huruf, kedua puluh sembilan huruf hijaiyyah di atas dapat digolongkan ke dalam
sepuluh sebutan.
Ketika membaca Al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhraj
hurufnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf atau makhraj huruf, dapat
menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah
dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan
kekafiran manakala seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf adalah pada ayat

‫( الحمدهلل رب العلمين‬segala puji bagi Allah Tuhan semesta

alam). Jika lafazh ‫ العلمين‬dibaca ‫( األلمين‬huruf ‘ain berubah


menjadi hamzah), maka artinya menjadi: segala puji bagi Allah “rajanya segala
penyakit”. Salah satu coontoh lainnya, adalah lafazh ‫ يشفع‬pada potongan ayat

‫من ذالذي يشفع‬ (Tiada yang dapat memberi syafaat) dibaca

‫( يسفع‬suara syin berubah menjadi sin) maka artinya menjadi: tiada yang dapat
memberikan tempelengan”. Demikian pula bila kata ‫( شكر‬bersyukur) dibaca

‫سكر‬, artinya berubah menjadi “mabuk”.


Secara umum tempat keluarnya huruf (makhraj huruf) terdapat lima
tempat antara lain sebagai berikut:
1. Al-Jauf / ‫الجوف‬ , ialah makhraj huruf yang terletak pada rongga
mulut. Dari tempat ini muncul satu makhraj.
2. Al-Halq / ‫الحلق‬ , ialah makhraj huruf yang terletak pada
tenggorokan. Dari tempat ini muncul tiga makhraj.
3. Al-Lisan / ‫ اللسان‬, ialah makhraj yang terletak pada lidah. Dari
tempat ini muncul sepuluh makhraj.
4. As-Syafatain / ‫ الشفتين‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada
dua bibir. Dari tempat ini muncul dua mahkraj.
5. Al-khaisyum / ‫ الخيشوم‬, ialah makhraj huruf yang terletak pada
pangkal hidung. Dari tempat ini mucul saru makhraj.
Adapun cara mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut
disukunkan dan ditasydidkan, kemudian tambahkan suatu huruf hidup di
belakangnya, lalu bacalah ! Tatkala suara tertahan, maka tampaklah makhraj dari
huruf yang bersangkutan.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Contoh:
‫( ب‬huruf ba') menjadi ‫( اب‬dibaca: ab) atau ‫( اب‬dibaca: abb)

‫( خ‬huruf kha') menjadi ‫( اخ‬dibaca: akh) atau ‫( اخ‬dibaca: akhkh)

‫( ت‬huruf ba') menjadi ‫( ات‬dibaca: at) atau ‫( ات‬dibaca: att)

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
PENGENALAN MAKHORIJUL HURUF

a. Pengertian Makhraj Huruf


Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madhi: ‫ خرج‬yang
artinya keluar. Lalu dijadikan ber-wazan ‫مفعل‬ yang ber-sighat isim

makan maka menjadi ‫مخرج‬ . Bentuk jamaknya adalah: ‫مخارج‬.


Karena itu, makharijul huruf (‫روف‬-
-‫)مخارج الح‬ yang
diindonesiakan menjadi makhraj huruf, artinya: tempat-tempat keluar huruf.
Secara bahasa, makhraj artinya:
‫موضع الخروج‬
(Tempat keluar)
Sedangkan menurut istilah makhraj huruf adalah:

‫الحروف منه ينسأ الذي للمحل اسم هو‬


(Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (atau diucapkan)
Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf pada
waktu huruf tersebut dibunyikan.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa ketika membaca Al-
Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhraj hurufnya. Kesalahan
dalam pengucapan huruf atau makhraj huruf, dapat menimbulkan perbedaan
makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi
tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala
seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar.
Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf adalah pada ayat

‫( الحمدهلل رب العلمين‬segala puji bagi Allah Tuhan semesta


alam). Jika lafazh ‫ العلمين‬dibaca ‫( األلمين‬huruf ‘ain berubah
menjadi hamzah), maka artinya menjadi: segala puji bagi Allah “rajanya

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
segala penyakit”. Salah satu coontoh lainnya, adalah lafazh ‫يشفع‬ pada

potongan ayat ‫( من ذالذي يشفع‬Tiada yang dapat memberi


syafaat) dibaca ‫( يسفع‬suara syin berubah menjadi sin) maka artinya
menjadi: tiada yang dapat memberikan tempelengan”. Demikian pula bila
kata ‫( شكر‬bersyukur) dibaca ‫سكر‬, artinya berubah menjadi “mabuk”.

b. Cara Mengetahui Makhraj Huruf


Untuk mengetahui mahkraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut
disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup di
belakangnya, kemudiah baca. Tatkala suara tertahan, maka tampaklah
makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan. Kaidah menerangkan:

‫غي‬--‫مخرجه كان الصوت انقطع فحيث اليه تص‬


‫ددە او وف‬--‫دخل تش‬--‫ثم همزةالوصل عليه وت‬
‫الحر تسكن ان‬

Hendaklah kamu mensukunkan huruf atau mentasydidkannya, lalu


masukan hamzah al- washal (alif berharakat). Kemudian ucapkan (dan
dengarkan). Saat suara tertahan, maka di sanalah letak makhrajnya.
Contoh:

‫( ب‬huruf ba') menjadi ‫( اب‬dibaca: ab) atau ‫( اب‬dibaca: abb)

‫( خ‬huruf kha') menjadi ‫( اخ‬dibaca: akh) atau ‫( اخ‬dibaca: akhkh)

‫( ت‬huruf ba') menjadi ‫( ات‬dibaca: at) atau ‫( ات‬dibaca: att)

‫( ك‬huruf ka') menjadi ‫( اك‬dibaca: ak) atau ‫( اك‬dibaca: akk)

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
c. Pembagian Makhraj Huruf
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang
pembagian makhraj huruf. Imam Syibawaih dan asy-Syathibi berpendapat
bahwa makhraj huruf terbagi atas 16 makhraj, sementara menurut Imam al-
Fara’ terbagi atas 14 makhraj.
Namun pendapat yang paling masyhur dalam peerkara ini adalah yang
menyatakan bahwa makhraj huruf terbagi atas 17 makhraj. Imam Khalil bin
Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh qari
_termasuk Ibnul Jazari_ serta para ahli nahwu.
Selanjutnya, tujuh belas makhraj ini diklarifikasikan ke dalam lima
tempat (maudli’). Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari
setiap huruf.
Dalam nazham diterangkan:

Makhraj huruf berjumlah tujuh belas, menurut pendapat yang


masyhur.

(Makhraj huruf) yang tujuh belas itu berkumpul menjadi lima bagian.
Lima tempat yang dimaksudkan dalam makhraj huruf antara lain
sebagai berikut:
1. Al-Jauf / ‫الجوف‬

Ialah makhraj huruf yang terletak pada rongga mulut. Dari tempat ini
muncul satu makhraj. Al-Jauf artinya rongga mulut. Maksudnya, tempat
keluarnya huruf yang terletak pada rongga mulut. Dari rongga mulut
muncul satu makhtaj yang dikenal dengan makhraj al-Jauf. Dan dari

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
makhraj al-jauf keluar tiga huruf madd : alif ( ‫)ا‬, wau (‫ )و‬dan ya’ (‫)ي‬
yang bersukun.
2. Al-Halq / ‫الحلق‬

Ialah makhraj huruf yang terletak pada tenggorokan. Dari tempat ini
muncul tiga makhraj. Dari al-halq ini muncul tiga makhraj, yaitu: Aqshal

halq (‫اقصى‬ ‫)الحلق‬, Wasthul halq (‫ )الحلق وسط‬dan


Adnal halq (‫ادنى‬ ‫) الحلق‬.
3. Al-Lisan / ‫اللسان‬

Ialah makhraj yang terletak pada lidah. Dari tempat ini muncul sepuluh
makhraj. Al-Lisan artinya lidah. Maksudnya, tempat keluarnya huruf
yang terletak pada lidah. Jumlah huruf Hijaiyyah yang keluar dari
makhraj ini ada 18 huruf dan ternagi atas 10 makhraj. Kesepuluh makhraj
al-Lisan tersebut ialah sebagai berikut:
a. Pangkal lidah bertemu dengna langit-langit atas
b. Pangkal lidah
c. Pertengahan lidah bertemu dengan langit-langit atas
d. Tepi lidah bertemu dengan geraham kiri dan kanan
e. Ujung lidah bertemu dengan langit-langit yang berhadapan
dengannya
f. Ujung lidah bergeser sedikit dari makhraj lam
g. Berdekatan dengan makhraj nun dan masuk pada punggung lidah,
tetapi tudak menyentuh langit-langit.
h. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas.
i. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah
4. As-Syafatain / ‫الشفتين‬

Ialah makhraj huruf yang terletak pada dua bibir. Dari tempat ini muncul
dua mahkraj. Syafatain artinya dua bibir. Maksudnya, tempat keluarnya
huruf yang terletak pada dua bibir: bibir atas dan bibir bawah. Huruf

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
yang keluar dari makhraj ini ada empat huruf, yaitu: fa’ (‫)ف‬, mim (‫)م‬,

ba’(‫)ب‬, dan wau (‫)و‬.

5. Al-khaisyum / ‫الخيشوم‬

Ialah makhraj huruf yang terletak pada pangkal hidung. Dari tempat ini
mucul saru makhraj. Al-Khaisyum artinya aqshal anfi atau pangkal
hidung. Dari makhraj ini keluar satu makhraj, yaitu al-ghunnah
(sengau/dengung), sehingga dari makhraj inilah keluar segala bunyi
sengau/dengung. Setidaknya ada empat tempat yang padanya terjadi
bunyi sengau.
Dengan demikian total makhraj yang muncul adalah tujuh belas
makhraj.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
ADAB MEMBACA AL-QUR’AN

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an mempunyai adab tersendiri bagi orang yang
membacanya. Adab tersebut sudah diatur dengan baik demi menjaga keagungan
dan penghormatan terhadap al-Qur’an. Setiap orang yang hendak atau tengah
membaca al-Qur’an harus memperhatikan adab-adab tersebut. Di antara adab-
adab yang dimaksud ialah:
 Al-Qur’an harus dibaca dengan tartil sebagaimana diperintahkan oleh
Allah SWT dalam surah al-Muzammil ayat 4.

... Dan bacalah al-Qur’an dengan tartil. (Q.S. 73 al-Muzammil:4)


Ilmu Tajwid merupakan washilah (perantara) bagi seseorang agar dapat
membaca al-Qur’an dengan tartil.
 Bagi orang yang mengerti arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an,
disunahkan membacanya dengan penuh perhatian dan perenungan akan
maksud ayat tersebut. Cara membaca seperti inilah yang dikehendaki,
yakni tatkala lidah bergerak membaca, hati turut memperhatikan serta
memikirkan isi kandungan ayatnya. Allah Ta’ala berfirman:

Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) al-Qur’an ... (Q.S. 4 An-Nisa:


82)
Rasulullah SAW sering menangis tatkala membaca al-Qur’an karena
meresapi ayat yang tengah dibaca. Demikian pula dengan para shahabatnya
r.a. banyak yang mencucurkan air mata ketika membaca ayat-ayat Allah

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
yang menggambarkan nasib yang akan ditanggung oleh orang-orang yang
berdosa.
 Disunahkan membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu dan bagus
sehingga menambah keindahan al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda:

Hendaklah kalian menghiasi al-Qur’an dengan suara kalian (yang merdu).


(H.R. Ahmad)
Membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu tetap wajib memperhatikan
berbagai aturan dan ketentuan dalam Ilmu Tajwid. Jika seseorang
mempelajari seni membaca al-Qur’an dengan tujuan agar dapat menghias
al-Qur’an lewat alunan suaranya yang merdu, maka Ilmu Tajwid menjadi
syarat baginya sebelum ia mendalami seni tersebut. Adalah naif bila
seseorang qari membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu dan irama
yang indah tetapi cara membacanya salah, sehingga yang terjadi bukanlah
menghias al-Qur’an melainkan merusak al-Qur’an.
 Sangatlah baik sebelum membaca al-Quran kita berwudu terlebih dahulu,
karena kita hendak membaca kitab suci yang agung. Tatkala membaca,
mulut pun hendaknya dalam keadaan bersih atau tidak berisi makanan.
Lebih baik lagi jika kita menggosok gigi terlebih dahulu.
Namun demikian tidak terlarang hukumnya membaca al-Qur’an dalam
keadaan berhadats kecil atau tidak dalam keadaan berwudu. Imam al-
Haramain mengatahakn bahwa orang yang membaca al-Qur’an dalam
keadaaan berhadats kecil, tidak dikatakan melakukan perbuatan makruh
tetapi ia hanya meninggalkan sebuah keutamaan. Adapun yang
diharamkan membaca al-Qur’an sedikit atau banyak adalah orang yang
berhadast besar, seperti dalam keadaan junub dan haid. Walaupun
demikian menurut Imam an-Nawawi, orang tersebut diperbolehkan

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
meresapi bacaan al-Qur’an tanpa melafalkan dengan lidahnya. Boleh juga
bagi orang yang berhadats besar tersebut melihat mushaf dan membacanya
dengan hati tanpa menggerakan lidahnya.
 Disunahkan membaca al-Qur’an di tempat yang suci dan bersih. Dengan
kata lain, janganlah membaca al-Qur’an di tempat yang najis, kotor atau
hina. Asy-Sya’bi berkata, “Adalah makruh membaca al-Qur’an di tiga
tempat: kamar mandi, tempat buang air besar atau kecil, dan tempat
penggilingan yang sedang berputar.” Sedangkan menurut Abu Maisarah,
“Tidaklah dikatakan mengingat Allah, kecuali di tempat yang baik.”
Membaca al-Qur’an di jalanan tidak terlarang asalkan bacaan al-
Qur’annya tidak terganggu atau menjadi kacau. Jika terjadi gangguan atau
kekacauan, sebaiknya tidak dilakuakan sebagaimana Rasulullah SAW
melarang orang yang mengantuk membaca al-Qur’an karena
dikhawatirkan melakukan kesalahan.
 Disunahkan membaca al-Qur’an di luar shalat dengan menghadap kiblat
karena sebaik-baiknya tempat beribadah adalah menghadap kiblat. Seiring
dengan itu pembaca al-Qur’an hendaknya duduk dengan tenang, penuh
kekhusyukan, dan menundukkan kepala pertanda khidmat. Inilah sikap
yang paling mulia dan sempurna.
Namun demikian, membaca al-Qur’an sambil berdiri, berbaring, atau
tiduran tetap dibolehkan atau berpahala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi oarng-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tantang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka. (Q.S. 3 Ali Imran: 190-191)
 Sebelum memulai bacaan, disunahkan membaca isti’adzah dan basmalah
terlebih dahulu. Maksudnya adalah dalam rangka meminta perlindungan
Allah supaya dijauhkan dari tipu daya syaitan, sehingga hati dan pikiran
tetap tenang saat membaca al-Qur’an. Niat dan amalan kita juga
diluruskan semata-mata mengharap berkah-Nya.
Dalil-dalilnya sabagai berikut:

Apabila kamu membaca al-Quran, hendaklah kamu meminta


perlinduungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. 16 an-Nahl:
98)

Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillah akan terputus


(berkahnya). (H.R. Abu Dawud)
 Tergolong sebagai perbuatan bid’ah membaca al-Qur’an dengan
dinyanyikan dalam bentuk tar’id (suara pembacanya menggelegar bagai
halilintar atau memekik seperti orang kesakitan), tarqish (seperti orang
bernyanyi sambil menari), tathrib (speperti orang bernyanyi sambil

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
menggoyang-goyangkaan tubuhnya), dan tardid (membaca al-Qur’an yang
diikiti jemaah pada setiap akhir bacaan dengan cara yang tidak tepat
karena tidak mengindahkan aturan waqaf atau ibtida’-nya.
 Apanila ketika membaca al-Qur’an, perut terasa ingin buang angin atau
mulut terasa hendak menguap, maka hentikanlah bacaan al-Qur’an sejenak
untuk menyelesaikan hajat tersebut. Jika telah sempurna, barulah bacaan
al-Qur’an dilanjutkan kembali (ibtida’) dari tempat yang cocok dan baik.
Inilah adab yang bagus.
 Janganlah memutuskan bacaan al-Qur’an sembarangan hanya karena
hndak berbicara dengan orang lain atau memnuhi hajat yang tidak
mendesak. Tetapi hentikanlah bacaan sampai pada batas ayat / lafada al-
Qur’an yang sempuran dan tidak tergolong sebagai waqaf qabih.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
MEMAHAMI AL-QUR’AN

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa iman dan takwa tidaklah cukup
hanya dengan diucapkan. Tetapi harus dilaksanakan dalam amal kebaikan, dalam
perilau dan dalam peribadatan. Semua itu akan bisa dilakukan jika kita telah
mendapatkan petunjuk. Petunjuk apakah yang dimaksud ? Yaitu al-Qur’an dan al-
Hadits.
Karena itulah Nabi Muhammad SAW diutus kepada umatnya dengan
dibekali al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman. Tidak hanya petunjuk dalam
beribadah namun juga sebagai petunjuk dalam meniti kehidupan sehari-hari.

Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan dia
khirat. Lindungilah kami dari siksa api neraka.
Nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi dengan membawaal-Qur’an
semata-mata untuk membahagiakan manusia. Yaitu kebahagiaan di duina dan
kebahagiaan di akhirat. Al-Qur’an diturunkan agar dapat menjadi petunjuk jaln
yang lurus, yang harus dilalui oleh setiap manusia dalam mencari kebahagiaan
dan keberuntungan. Karena itu seorang muslim harus beriman kepada kitabullah
al-Qur’an.
Terhadap al-Qur’an yang telah kita imani ini, kita memiliki tiga kewajiban
di antaranya adalah:
1. Kita harus mempercayai kebenarannya secara mutlak al-Qur’an
bukanlah buatan Nabi Muhammad SAW dan bukan pula rekayasa para
sahabat. Al-Qur’an merupakan wahyu yang datang dari Allah melaui
malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan wahyu yang datang dari Allah

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an tetap terpelihara kebenarannya dan
tidak akan dipalsukan sampai kelak di hari kiamat.
2. Kita harus membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkan
kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an
merupakan sumber ilmu. Ayat-ayat al-Qur’an dapatlah mendorong
manusia untuk berpikir kritis dan cerdas. Al-Qur’an merupakan
sumber hukum agama Islam yang harus diamalkan. Al-Qur’an
merupakan pedoman hidup sehari-hari. Karena itu tidak cukup bagi
kita hanya membaca saja sampai khatam namun tidka memahami
isinya. Memahami isinya saja belumlah cukup kalau tidak diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hendaknya kita sadari, di dalam al-
Qur’an ada pula ancaman dan janji. Ancaman merupakan pertingatan
dari Allah SWT. Setipa peringatan hedaknya janganlah dilanggar.
Terhadap janji-janji Allah hendaknya dilaksanakan dengan penuh
harap mendapatkan pahala.
Alla SWT berfirman dan surat Shad ayat 29:

Kitab yang Kami turunkan kepadamu dan yang diberkahi agar mereka
memikirkan ayat-ayatnya dan agar mereka mempunyai pikiran dalam
mengambil peringatan. (Q.S. Shad: 29)
Demikianlah Allah menurunkan al-Qur’an agar dijadikan oelh umat
manusia untuk bisa berpikir. Karena itu orang yang pandai dalam hali
ini adalah yang mampu memikirkan ayat-ayat al-Qur’an dan
merenungkannya. Kemudian mengamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Dengan demikian, memikirkan dan merenungkan kandungan al-
Qur’an diharapkan agar kita semakin yakin akan kebenaran firman
Allah tersebut. Agar semakin yakin bahwa al-Qur’an cocok untuk
pedoman hidup dalam mencapai kehidupan di duina dan di akhirat.
3. Mengamalkan kandungan al-Qur’an merupakan suatu kewajiban.
Jangan hanya membaca atau merenungkan saja. Itu tidaklah cukup jika
tidak diamalkan. Sebab al-Qur’an diturunkan sebagai pembimbing dan
petunjuk menempuh jalan yang lurus. Jika kita mau menerapkan ayat-
ayat al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, maka tentulah al-Qur’an
mampu menyelesaikan persoalan hidup, serumit apa pu.
Allah SWT berfirman dalam surat Thoha ayat 123:

Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka baginya


kehidupan yang sempt dan Kami akan mengiringnya kelak di hari
kiamat dalam keadaan buta. (Q.S. Thaha: 123)
Sesungguhnya keterangan pada ayat tersebut tidak hanya sebatas teori,
namun suatu bukti yang nyata. Orang islam yang mengabaikan isi al-Qur’an dan
kehidupannya menyimpang dari anjuran al-Qur’an maka ia akan menemukan
kebingungan. Jika mendapat masalah akan cepat berputus asa. Lihatlah orang-
orang yang jauh dari ajaran al-Qur’an _tidak mengamalkan islam_, meski
hidupnya tampak mewah dan semuanya serba tercukupi namun seringkali hatinya
dilanda keguncangan. Kehiduoannya sarat dengna masalah. Jika ia menemui jalan
buntu, maka mencari penyelesaian dengan cara yang salah, misalnya menenggak
minuman keras, lari ke tempat hiburan ke diskotik, menelan ekstasi dan
sebagainya. Cara yang ditempuh sungguh sangat keliru. Mereka tidak akan

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
menemukan jalan keluar tetapi justru menambah-nambah masalah sehingga
semakin runyam.
Al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan, juga
merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW. Artinya dengan adanya al-Qur’an
akan semakin mendukung kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan
Allah.
Dikatakan mukjizat, karena al-Qur’an itu menyimpan sesuatu yang agung.
Jika ayat-ayat al-Qur’an dibaca dengan benar, maka akan mampu menggetarkan
hati yang beriman. Akan mengalirkan rasa damai di dalam kalbunya. Orang yang
sedang gundah dan berduka jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka pikiran yang
suntuk menjadi cerah kembali.
Sesungguhnya kehebatan al-Qur’an sebagai mukjizat tidak mungkin cukup
diuraikan dalam kesempatan ini. Luar biasa banyaknya. Bahkan kalau ditulis
sekalipun, maka akan menhasilkan berjilid0jilid buku yang tebal. Oleh karena itu,
hendaknya sebagai seorang muslim, kita manfaatkan al-Qur’an sebagai pedoman
hidup. Agar kita mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
MEMPELAJARI TAJWID

Menurut Bahasa
Menurut bahasa, kata “tajwid” bermakna “sesuatu yang baik”, lawannya adalah

“jelek”. "Tajwid" diambil dari kata ‫ َج َّو َد – ي َُج ِّو ُد – تَجْ ِو ْي ًدا‬yang artinya


adalah perbaikan, penyempurnaan, pemantapan. Sedangkan orang yang baik
dalam bacaan Al-Qur'an-nya disebut "Mujawwid".

Menurut Istilah
Menurut istilah, tajwid adalah keluarnya semua huruf hijaiyah dari makhraj-nya
(tempat keluarnya) dengan memberikan hak dan keharusannya dari sifat tersebut.
Adapun hak dari sifat itu adalah sifat permanen yang tidak berubah dalam semua
keadaannya, seperti: sifat jahr, syiddah, istifal, ithbaq, qalqalah, dan sebagainya.
Sedangkan keharusan dari sifat-sifatnya tersebut adalah sifat yang bisa berubah,
seperti: idzhar, idgham, iqlab, ikhfa`, dan sebagainya.

Peletak Dasar Ilmu Tajwid


Ditinjau dari sisi amalan, praktek bacaan Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah
‘Azza wa Jalla yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam melalui malaikat Jibril, kemudian Nabi menyampaikan kepada para
sahabat, lalu para sahabat menyampaikan kepada para tabi’in dan begitu
seterusnya dan sampai ilmu itu kepada kita semua. Oleh karena itu tidak ada
seorang pun yang berijtihad dalam hal bacaan al-Quran tersebut.
Namun, terjadi  perselisihan di kalangan para Ulama Qurra mengenai siapa yang
mulai meletakkan kaidah dan ushul ilmu tajwid secara nazhariyah (teoritis).
Sebagian mengatakan Abu ‘Ubaid Al-Qasim Ibnu Sallam, Abul Aswad Ad-Duali,
atau Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi.
Adapun pendapat yang paling kuat, Insya Allah, sebagaimana dikemukakan oleh
Al-Imam Ibnul Jazariy, bahwa orang yang pertama kali meletakkan kaidah dasar

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
ilmu tajwid secara teoritis adalah Al-Imam Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah
Al-Khaqani (248-325 H).
Beliau menulis syair yang berisi panduan singkat dalam membaca Al-Qur'an yang
terdiri atas 51 bait pada akhir abad ke-4 H. Ini merupakan manuskrip tertua yang
membahas permasalahan ilmu tajwid.
Syarah (penjelasan) bait-bait ini pertama kali ditulis oleh Al-Imam Abu Amru
Utsman Ad-Dani (wafat 444 H) yang diberi judul “Syarh Qashidah Abi Muzahim
Al-Khaqani” atau “Syarh Qashidah Khaqaniyah”.
Dan Para Ulama Qurra telah menjadikan kitab ini sebagai salah satu sumber
rujukan dalam permasalahan tajwid, selain Manzhumah Jazariyyah dan Tuhfatul
Athfal.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
SUMBER DAN ASAL MUASAL ILMU TAJWID

Ilmu tajwid diambil dari Al-Qur'an d Sunnah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi wa Sallam membaca Al-Qur'an, serta para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut
tabi’in, demikian seterusnya. Sampailah kepada ulama-ulama yang ahli dalam
bidang Al-Qur'an sehingga sampai ilmu qira’at tersebut dengan cara yang
mutawatir.
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu Tajwid adalah Fardu kifayah, sedangkan


mengamalkannya adalah Fardlu Ain bagi setiap orang yang membaca Al Qur an.
Dalam hal ini Imam Ibnu Jazari mengatakan :

ِ‫الز ٌم َح ْت ٌم بِالتَّجْ ِو ْي ِد َواَأل ْخ ُذ‬


ِ َ ْ‫ث ٌم آ القُر‬
⃰ ‫آن ي َُج ِّو ِد لَ ْم َم ْن‬
“Menggunakan atau mengamalkan Ilmu tajwid adalah merupakan suatu
keharusan, maka barang siapa yang tidak memperbaiaki bacaan Al Qur a nya dia
termasuk berdosa.

Keutamaannya
Tajwid adalah ilmu yang mulia, karena seorang Muslim dituntut untuk membaca
Al-Qur'an pada tiap harinya, minimal (dalam) shalat sehari semalam. Demikan
pula orang yang ahli dalam ilmu ini akan masuk Surga bersama para malaikat
yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam:

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
‫آن َم َع ال َّسفَ َر ِة ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َر ِة َو الَّ ِذيْ يَ ْق َرُؤ هُ َو يَتَتَ ْعتَ ُع‬
ِ ْ‫اَ ْل َما ِه ُر ِب ْالقُر‬
ِ ‫ق لَهُ َأجْ َر‬
‫ان‬ ٌّ ‫فِ ْي ِه َو هُ ِو َعلَ ْي ِه َشا‬
“Seorang yang pandai dalam Al-Qur'an akan bersama dengan para malaikat
yang mulia lagi taat, dan seorang yang membaca Al-Qur'an dgn tersendat-sendat
(terbata-bata) dan merasa keberatan, maka baginya dua pahala.” (HR Al-
Bukhari dan Muslim)

Manfaat
Manfaat bagi seseorang yang mempelajari ilmu tajwid adalah akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di dunia akan mendapat kedudukan yang
sangat tinggi, demikian pula di akhirat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

َ َ‫ب َأ ْق َوا ًما َو ي‬


َ ‫ض ُع بِ ِه‬
‫آخ ِري َْن‬ ِ ‫ِإ َّن هللاَ تَ َعالَى يَرْ فَ ُع بِهَ َذا ْال ِكتَا‬

 “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur'an


dan merendahkan sebagian yang lainnya juga dengan Al-Qur’an.” (HR Al-
Bukhari dan Muslim)

Kegunaan dari mempelajari Ilmu Tajwid adalah :

1. Agar tidak ada kesalahan dalam membaca ayat-ayat Allah (Al Qur an)
2. Agar aya-ayat yang kita baca sesuai dengan ketentuan-ketentuan bahasa
Arab, baik cara pengucapan huruf, sifat-sifat huruf dan kaidah-kaidah yang
telah ditetapkan oleh Ulama Ahli Qurro.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
TUJUAN ILMU TAJWID

Tujuan ilmu tajwid yang paling utama adalah lancarnya seseorang dalam
pengucapan lafal Al-Qur'an dengan ilmu yang telah disampaikan oleh ulama 
dengan memberikan sifat tarqiq (tipis), tebal, mendengung, panjang, serta
pendeknya, dan seterusnya. Maka ilmu ini tak akan bisa diketahui dengan
sempurna kecuali harus berguru secara langsung kepada ulama yang ahli di dalam
ilmu ini.

Hadits-hadits Lain Seputar Fadhilah Belajar dan Membaca Al-Qur'an


"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya."
(HR. Bukhari)

"Barangsiapa yang disibukkan oleh Al-Qur'an dalam rangka berdzikir kepadaku


dan memohon kepadaKu niscaya Aku akan memberikan sesuatu yang lebih utama
daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta.
Dan keutamaan Kalam Allah daripada seluruh kalam yang selainNya seperti
keutamaan Allah atas mahlukNya." (HR Turmudzi)

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu masjid dari masjid Allah kemudian
mereka membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya, melainkan turun kepada
mereka ketentraman , diliputi dengan rahmat, dinaungi oleh malaikat, dan
disebut-sebut oleh Allah di hadapan malaikatNya." (HR Muslim)

"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an , maka baginya satu
kebaikan. Dan satu kebaikan itu sama dengan sepuluh kali lipatnya. Saya tidak
mengatakan bahwa Alif Lam dan Mim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu
huruf, lam satu huruf, dan mim itu satu huruf." ( HR. Turmudzi)

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Contoh Ilmu Tajwid
Ringkasan Contoh ilmu tajwid (hukum bacaan)
Waqaf:
Dari sudut bahasa berarti berhenti/menahan.
Menurut istilah tajwid, memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak
dengan niat meneruskan kembali bacaan
 jenis waqaf : lazim, jaiz, muraqabah, mamnuu’, sakta lathifah
Qalqalah:
Qalqalah menurut bahasa, berarti getaran. Menurut istilah tajwid, getaran suara
terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam
aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli ataupun tidak. Huruf qalqalah ada 5,
yaitu yang tergabung dalam Huruf Qalqalah yaitu: huruf Huruf Qaf, Huruf Tha,
Huruf Ba, Huruf Jimdan Huruf Dal
Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena
berhenti pada huruf qalqalah.
Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan
memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin
menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.
Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang
berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila
Ghunnah (tanpa dengung).

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
ILMU QIRO’AH

Ilmu Tajwid tidak bisa dipisahkan keberadaannya dari Ilmu Qiraat.


Bahkan bisa dikatakan kelahiran Ilmu Tajwid itu sendiri diilhami oleh Ilmu Qiraat
yang memang muncul lebih dulu. Keberagaman cara membaca lafazh-lafazh al-
Qur’an yang dipelajari dalam Ilmu Qiraat telah menjadi dasar bagi munculnya
kaidah-kaidah dalam Ilmu Tajwid.
Ilmu Qiraat adalah ilmu yang membahas bermacam-macam bacaan
(qiraat) yang diterima dari Nabi SAW dan menjelaskan sanad serta
penerimaannya dari Nabi SAW. Dalam ilmu ini, diungkapkan qiraat yang sahih
dan yang tidak sahih seraya menisbatkan setiap wajah bacaannya kepada seorang
Imam Qiraat.
Asal muasal terjadinya perbedaan ini adalah karena bangsa Arab dahulu
mempunyai berbagai dialek bahasa (lahjah) yang berbeda antara satu kabilah
dengan kabilah lainnya. Dan al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT kepada
Rasul-Nya SAW menjadi semakin sempurna kemukjizatannya karena ia dapat
menampung berbagai macam dialek tersebut sehingga tiap kabilah dapat
membaca, menghafal dan memahami wahyu Allah.
Qiraat yang bermacam-macam ini telah mantap pada masa Rasulullah
SAW dan beliau mengajarkannya kepada para sahabat r.a. sebagaimana beliau
menerimanya dari Jibril a.s.. Kemudian pada masa sahabat muncul para ahli
bacaan al-Qur’an yang menjadi panutan masyarakat. Yang termasyhur di antara
mereka antara lain Ubay bin Ka’b, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib,
‘Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit dan Abu Musa al-Asy’ari. Mereka inilah
yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar sahabat dan tabi’in.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan qiraat ini
menghadapi masalah yang serius karena munculnya banyak versi bacaan yang
semuanya mengaku bersumber dari Nabi SAW.. Untuk itu dilakukanlah penelitian
dan pengujian oleh para pakar qiraat dengan menggunakan kaidah dan kriteria
dari segi sanad, Rasm ‘Utsmani, dan tata bahasa Arab.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan pengujian yang
mendalam terhadap berbagai qiraat al-Qur’an yang banyak beredar tersebut,
ternyata yang memenuhi syarat mutawatir, menurut kesepakatan para ulama, ada
tujuh qiraat. Tujuh qiraat ini selanjutnya dikenal dengan sebutan Qiraat Sab’ah
(bacaan yang tujuh).
Qiraat Sab’ah ini masing-masing dibawa dan dipopulerkan oleh seorang
imam qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh orang imam qiraat. Sebagai
penghargaan dan agar mudah diingat, nama-nama mereka selanjutnya diabadikan
pada qiraatnya masing-masing. Contohnya: qiraat ‘Ashim, qiraat Nafi’, qiraat
Ibnu Katsir dan seterusnya. Tetapi patut dipahami, hal ini bukan berarti bahwa
merekalah yang menciptakan qiraatnya sendiri. Qiraat yang mereka yang anut dan
gunakan tetap bersumber dari Rasulullah SAW yang diperolehnya secara talaqqi
dari generasi-generasi sebelumnya.
Dibawah ini nama-nama Imam dalam qiro’ah Yang mutawatiroh atau yang
disebut dengan Qiroah sab’ah ( Qiro’ah tujuh imam ) :
1. Abdullah bin Amr meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perowi-
perowinya yang terkenal (masyhur) adalah seperti Al Bazzi Abdul Hasan
Hamid bin Muhammad dan Qonbul Abu Umar Muhammad. Ia mengambil
qiraat dari ‘Utsman bin ‘Affan r.a. dan ‘Utsman mengambilnya dari
Rasulullah SAW. Para perawinya yang terkenal antara lain: Hisyam bin
‘Ammar ad-Dimasqi (Hisyam) serta Abu ‘Amir ‘Abdullah bin Ahmad bin
Basyir bin Zakwan ad-Dimasqi (Ibnu Zakwan).
2. Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir, meninggal di Makkah pada tahun 120
H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Bakar Syu’bah bin Ilyas
dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman. Ia mengambil qiraat dari Ubay bin
Ka’b dan ‘Umar bin Kaththab r.a. dari Rasulullah SAW melalui ‘Abdullah
bin Sa’id al-Makhzumi. Para perawinya yang terkenal antara lain Ahmad
bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Abu Bazzah (Al-Bazzi) serta
Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Muhammad al-Makhzumi (Qunbul).

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
3. Abu Bakar ‘Ashim bin Abi An Nujud, meninggal di Kufah pada tahun 127
H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Syu’bah bin Ilyas dan
Abu Amr Hafah bin Sulaiman. Ia mengambil qiraat dari ‘Abdullah bin
Mas’ud, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’b dan Zaid
bin Tsabit r.a. dari Rasulullah SAW melalui Abu ‘Abdurrahman bin
Hubaib as-Sulami. Para perawinya yang terkenal antara lain Abu Bakr
Syu’bah bin ‘Asyyasy bin Salim al-Asadi (Syu’bah) dan Abu ‘Amr Hafsh
bin Sulaiman bin al-Mughirah (Hafsh).
4. Abu Amr bin Al A’la, meninggal di Basrah pada tahun 154 H. Perowi-
perowinya yang Masyhur adalah Ad Durawi, Abu Amr Hafas dan As Susi
Abu Syu’aib Saleh bin Ziyad. Ia mengambil qiraat dari ‘Umar bin al-
Khaththab dan Ubay bin Ka’b r.a. melalui Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa
dan Hasan al-Bashri. Hasan al-Bashri mengambil qiraat dari Haththan dan
Abu ‘Aliyyah. Abu ‘Aliyyah dari ‘Umar bin al-Khaththab dan Ubay bin
Ka’b r.a. dari Rasulullah SAW. Para perawi Imam Abu ‘Amr yang
terkenal antara lain Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar (ad-Duri) serta Abu
Syu’aib Shalih bin Ziyad as-Susi (as-Susi).
5. Nafi’ bin Na’im meninggal di Madinah tahun 109 H. Perowi-perowinya
yang Masyhur adalah Qulum Abu Musa Isa bin Mina dan Warosy Abu
Sa’id Utsman bin Sa’id. Ia mengambil qiraat dari banyak guru, di
antaranya ‘Abdurrahman bin Hurmuz yang mengambil qiraat dari
‘Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah r.a. yang mengambil qiraat dari
Ubay bin Ka’b r.a.. Dan Ubay bin Ka’b r.a. dari Rasulullah SAW. Para
perawinya yang terkenal antara lain Abu Musa ‘Isa bin Mina (Qalun) serta
‘Utsman bin Sa’id al-Mishri (Warsy).
6. Abdul Hasan Ali bin Hamzah Al Kisa’i, meninggal di Basrah pada tahun
189 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abdul Harits Al Laits bin
Khalid dan Ad Durawi. Ia mengambil qiraat dari Imam Hamzah dan juga
talaqqi kepada Muhammad bin Abu Laili dan ‘Isa bin ‘Umar. Sementara
itu ‘Isa bin ‘Umar mengambil qiraat dari Imam ‘Ashim. Para perawi Imam

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
al-Kisa-i yang terkenal antara lain al-Lais bin Khalid al-Baghdadi (Abu
Harits) serta Abu ‘Umar Hafsh bin ‘Umar (ad-Duri al-Kisa-i).
7. Abu ‘Imarah Hamzah bin Hubaib, meninggal tahun 216 H. Perowi-
perowinya yang Masyhur adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam dan
Abu ‘Isa Khalid bin Khalid. Ia mengambil qiraat dari ‘Abdullah bin
Mas’ud r.a. melalui Abu Muhmmad bin Sulaiman bin Mahran al-A’masyi
yang mengambil qiraat dari Abu Muhammad Yahya al-Asadi dari al-
Qamah bin Qais. Kemudian al-Qamah bin Qais talaqqi dari ‘Abdullah bin
Mas’ud r.a. dari Rasulullah SAW. Para perawi Imam Hamzah yang
terkenal antara lain Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam al-Bazzaz
(Khalaf) serta Abu ‘Isa Khallad bin Khalid as-Sairafi (Khalland).
Qiraat al-Qur’an yang dibawa oleh ketujuh imam qiraat di atas bukanlah
hasil ijtihad, melainkan perkara tauqifi yang berpegang kepada riwayat-riwayat
mutawatir yang bersumber dari Nabi SAW. Dengan demikian, sunah hukumnya
menggunakan Qiraat Sab’ah dalam bacaan al-Qur’an. Namun begitu, sebelum
menerapkan Qiraat Sab’ah, seorang qari sebaiknya terlebih dahuu mempelajari
qiraat-qiraat tersebut secara talaqqi dan musyafahah (mengaji langsung) kepada
guru terpercaya yang memang ahli dan mendalami Qiraat Sab’ah. Janganlah
mempraktekkan qiraat-qiraat tersebut hanya sekedar ikut-ikutan disertai dasar-
dasar qiraat itu sendiri.
Sangat penting di jelaskan bahwa qiraat yang banyak di pelajari, dianut
dan dipakai oleh kebanyakan kaum Muslimin di Indonesia adalah qiraat menurut
Imam ‘Ashim riwayat Hafsh. Untuk menambah wawasan, berikut ini kami
tampilkan contoh sederhana perbedaan cara membaca lafazh-lafazh tertentu di
dalam al-Qur’an yang dipelajari dalam Qiraat Sab’ah:

 Lafazh •‫ الصالة‬, Imam Warsy membacanya dengan taghlizh (tebal) pada


huruf lam, sehingga terdengar seperti bunyi huruf “o” dalam lafazh ‫هللا‬

 Lafazh ‫ لهم ع•••ذاب‬, Imam Ibnu Katsir membacanya dengan


mendlamahkan huruf mim serta menghubungkannya dengan wau bersukun

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
(Shilah mim Jama’), sehingga dibaca panjang dua harakat sebagaimana

Madd Ashli, yaitu ‫لهمو عذاب‬


 Lafazh ‫ باله••دى‬, Imam Hamzah dan al-Kisa-i membacanya dengan
imalah, sehingga menjadi: bil hudee.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
METODE MEMBACA AL QUR AN

Perlu diingat bagi para Qori’, bahwa didalam membaca Ayat-ayat Al Qur
an itu sendiri ada tata caranya (ukuran lambat dan cepat dalam membaca ayat Al
Qur an) yang disahkan oleh Rasulullah SAW., begitu juga yang diberlakukan
dikalangan para Ahlul Qurro’ wal Ada’ ada empat yaitu :

1. Tahqiq ( ‫ ) تحقيق‬: Membaca Al Qur an dengan menempatkan hak-hak


huruf yang sesungguhnya. Yaitu menempatkan makhrorijul huruf, sifat-
sifat huruf, mad-qoshr dan hukum-hukum bacaan yang telah ditetapkan
oleh Ulama Ahlul Qurro’. Methode ini baik sekali untuk kalangan
Mubtadiin (pemula).

2. Tartil ( ‫ ) ترتيل‬: Membaca Al Qur an dengan pelan-pelan dan tanpa


tergesa-gesa dengan memperhatikan makhrorijul huruf, sifat-sifat huruf,
mad-qoshr dan hukum-hukum bacaan, sehingga suara bacaan menjadi
jelas. Seperti bacaan Mahmud Al Qushairi. Bacaan Tartil belum tentu
tahqiq akan tetapi tahqiq sudah pasti tartil.

3. Tadwir ( ‫ )وير تد‬: Membaca Al Qur an antara bacaan yang cepat dengan
bacaan yang pelan (sedang).

4. Hadr ( ‫ ) ر حد‬: Membaca Al Qur an dengan sangat cepat , sehingga


seakan-akan tidak jelas dalam suaranya.
Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting
dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
 Metode Iqro’ 
Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6
jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada
tingkatan yang sempurna.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di
Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi
yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk
pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar
maupun yang mengajar Al-Qur'an.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak mem-butuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca huruf
Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak
diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:
Kelebihan
a. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif.
b. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama)
privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat
menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
c. Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
d. Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya
menyimak.
e. Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
Kekurangan
a. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
b. Tak ada media belajar
c. Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

 Metode Al-Baghdad 
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya
yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’,
ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang
pertama berkembang di Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
 Hafalan
 Eja
 Modul
 Tidak variatif
 Pemberian contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurang-an, yaitu:
Kelebihan
a. Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,
santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
b. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya
karena tidak menunggu orang lain.
Kekurangan
a. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja.
b. Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam
membaca.
c. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

 Metode An-Nahdhiyah 
Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca Al-Qur'an yang
muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh
sebuah lembaga pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung. Karena metode
ini merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka
materi pembelajaran Al-Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati
dan Iqro’. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih
ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur'an pada metode ini lebih menekankan
pada kode “Ketukan”.
Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang harus
diselesaikan oleh para santri, yaitu:
1. Program buku paket  yaitu program awal sebagai dasar pembekalan
untuk mengenal dan memahami serta mempraktekkan mem-baca Al-
Qur'an
2. Program sorogan Al-Qur'an yaitu program lanjutan sebagai aplikasi
praktis untuk meng-antarkan santri mampu membaca Al-Qur'an sampai
khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin
menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah
mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdhiyah.
Dalam program sorogan Al-Qur'an ini santri akan diajarkan bagaimana
cara-cara membaca Al-Qur'an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam
membaca Al-Qur'an. Dimana santri langsung praktek membaca Al-Qur'an
besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu 
tartil, tahqiq, dan taghanni.

 Metode Jibril 
Terminology (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari
pembelajaran Al-Qur'an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah
dilatar belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
untuk mengikuti bacaan Al-Qur'an yang telah diwahyukan melalui
malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqur-rohman)
sebagai pencetus metode jibril, bahwa teknik dasar metode jibril bermula
dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan
oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan
bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap
yaitu tahqiq dan tartil.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
 Metode Qiro’ati 
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun
1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai
penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul,
Kalipare), metode ini ialah membaca Al-Qur'an yang langsung
memasukkan dan mempraktek-kan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah
ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira’ati ini melalui
system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak
ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara
individual (perseorangan).
Santri/ anak didik dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan syarat:
1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA.
Prinsip –prinsip dasar Qiro’ati 
a. prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
- Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
- Daktun (tidak boleh menuntun)
b. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri / anak didik:
- CBSA : Cara belajar santri aktif.
- LCTB  : Lancar cepat tepat dan benar.
Kelebihannya :
1. Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca
Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya
fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'andengan tajwidnya itu
fardlu ain.
2. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
3. Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
4. Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest
bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika
lulus test.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Kekurangannya:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya
tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
Demikianlah beberapa methode membaca Al Qur an yang ada, dari masing
masing methode harus menggunakan kaidah-kaidah Tajwid yang berlaku ( ketika
seorang Qori’ membaca lambat atau cepat ), sehingga kesempurnaan bacaan
masih tetap dan utuh. Sedangkan cara membaca yang terbaik adalah dengan
methode yang pertama yaitu Tahqiq.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGHAPAL AL-QUR`AN

Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada


nabi kita Muhammad selama 23 tahun. Ia adalah kitab suci umat Islam yang
merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani
kehidupan di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk
selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber
inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama
dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu
dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shalih,
lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan
mengajarkannya.
Di samping itu, kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga hapalan
tersebut agar jangan terlupakan, karena hal itu merupakan salah satu bukti nyata
bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-Qur`an dari perubahan dan
penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan salah satu
bukti terjaganya al-Qur'an adalah tersimpannya di dada para penghapal al-Qur'an
dari berbagai penjuru dunia, bangsa arah dan ajam (non arab).
Banyak sekali anjuran dan keutamaan membaca al-Qur'an, baik dari al-
Qur'an maupun as-Sunnah, di antara perintah membaca al-Qur`an adalah: firman
Allah swt:

َ ‫َوا ْت ُل َمآُأ ْو ِح َي ِإلَي‬


ِ ‫ْك ِم ْن ِكتَا‬
‫ب َرب َِّك‬
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu
(al-Qur'an).. (QS. al-Kahfi:27).

Dan firman-Nya:

ِ ‫ْك ِم َن ْال ِكتَا‬


‫ب‬ ِ ‫ا ْت ُل َمآُأ‬
َ ‫وح َي ِإلَي‬
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-
Qur'an). (QS. al-'Ankabut:45)

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Dan firman-Nya:

ُ ْ‫ِإنَّ َمآ ُأ ِمر‬


‫ت َأ ْن َأ ْعبُ• َد َربَّ هَ• ِذ ِه ْالبَ ْل• َد ِ•ة الَّ ِذي َح َّر َمهَ••ا َولَ•هُ ُك••لُّ َش• ْى ٍء‬
َ ‫ َوَأ ْن َأ ْتلُ َوا ْالقُرْ َء‬. ‫ين‬
‫ان‬ َ ‫ون ِم َن ْال ُم ْسلِ ِم‬ ُ ‫َوُأ ِم ٍر‬
َ ‫ت َأ ْن َأ ُك‬
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah
menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". * Dan
supaya aku membacakan al-Qur'an (kepada manusia). ". (QS. an-Naml:91-92)

Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah Rasulullah


SAW adalah:
1. Menjadi manusia yang terbaik:
Dari Utsman bin 'Affan rad, dari Nabi saw, beliau bersabda:

َ ْ‫َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُر‬


ُ‫آن َو َعلَّ َمه‬
Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan
mengajarkannya." HR. Al-Bukhari.
2. Kenikmatan yang tiada bandingnya:
Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi, beliau bersabda:

‫آن فَه َُو يَقُ• ْ•و ُم بِ• ِه آنَ••ا َء‬ َ ْ‫الَ َح َس َد ِإالَّ ِفى ْاثنَي ِْن َر ُج ٌل آتَاهُ هللاُ ْالقُر‬
‫•ل‬ِ •‫ار َو َر ُج ٌل آتَاهُ هللاُ َماالً فَه َُو يُ ْنفِقُ •هُ آن •ا َ َء اللَّ ْي‬
ِ َ‫اللَّي ِ•ْل َوآناء النَّه‬
ِ َ‫َوآنا َ َء النَّه‬
‫ار‬
'Tidak boleh ghibthah (menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain)
kecuali dalam dua hal: (pertama) orang yang diberikan Allah SWT keahlian
tentang al-Qur`an, maka dia melaksanakannya (membaca dan
mengamalkannya) malam dan siang hari. Dan seorang yang diberi oleh
Allah SWT kekayaan harta, maka ia infakkan sepanjang hari dan
malam."Muttafaqun alaih.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
3. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat: dari Abu Umamah al-Bahili RA, ia
berkata, 'Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

‫آن فَِإنَّهُ يَْأتِي يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َشفِ ْيعًا َِألصْ َحابِ ِه‬


َ ْ‫اِ ْق َرُؤ ْوا ْالقُر‬
"Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya, mempelajari
dan mengamalkannya)." HR. Muslim.
4. Pahala berlipat ganda: dari Ibnu Mas'ud rad, ia berkata, 'Rasulullah SAW
bersabda:

‫ب هللاِ فَلَهُ بِ• ِه َح َس•نَةٌ َو ْال َح َس•نَةُ بِ َع ْش• ِر‬


ِ ‫َم ْن قَ َرَأ َحرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬
‫ف‬ ٌ ْ‫ف َوالَ ٌم َح• ر‬ ٌ ْ‫•ف َح• ر‬ ٌ •ِ‫ف َول ِك ْن َأل‬
ٌ ْ‫ الََأقُ• ْ•و ُل ألم َح• ر‬,‫َأ ْمثَالِهَ••ا‬
.‫ف‬ ٌ ْ‫َو ِم ْي ٌم َحر‬
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka untuknya satu
kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat.
Saya tidak mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, akan tetapi alif adalah
satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf." HR. At-Tirmidzi.
5. Dikumpulkan bersama para malaikat: dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia
berkata, 'Nabi Muhammad SAW bersabda:

َ ْ‫ َوالَّ ِذي يَ ْق َرُأ ْالقُر‬,‫آن َم َع ال َّسفَ ِر ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َر ِة‬


‫آن‬ ِ ْ‫ال َما ِه ُر بِ ْالقُر‬
ِ ‫ق لَهُ َأجْ َر‬
‫ان‬ ٌّ ‫َويَتَتَ ْعتَ ُع فِ ْي ِه َوهُ َو َعلَ ْي ِه َشا‬
“Orang yang membaca al-Qur'an dan ia mahir dalam membacanya maka ia
dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan
orang yang membaca al-Qur`an dan ia masih terbata-bata dan merasa berat
dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Muttafaqun 'alaih.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Inilah sebagian dari anjuran dan keutamaan membaca al-Qur`an, dan yang
perlu diingat bahwa pahala membaca al-Qur`an diperoleh bagi siapa pun yang
membacanya, walau tidak memahami makna dan tafsirnya. Kendati kalau bisa
memahaminya pahalanya tentu lebih baik dan lebih banyak pahalanya. Sebagian
ulama menyebutkan beberapa hikmah keistimewaan membaca al-Qur`an yang
pahalanya bisa diperoleh kendati tidak memahamainya, di antaranya adalah:
1. Sebagai faktor penting untuk menjaga keutuhan dan keaslian al-Qur`an dari
perubahan dan campur tangan manusia, seperti yang menimpa kitab-kitab
sebelumnya.
2. Membentuk persatuan kaum muslimin secara bahasa, memperkuat persatuan
agama, dan memudahkan sarana komunikasi di antara mereka serta
memperkokoh barisan mereka.
3. Sebagai langkah pertama bagi pembaca al-Qur`an untuk tadabbur,
memahami dan mengamalkan al-Qur`an.
Berdasarkan anjuran-anjuran dan keutamaan-keutamaan di atas, para salaf
sangat bersungguh-sungguh dalam memperbanyak membaca al-Qur`an dan
menghapalnya, karena mengharapkan keutamaan dan pahala ini, serta karena cinta
terhadap Kitabullah dan mendapatkan kenikmatan dengan membacanya. Imam
Abdurrahman al-Auza'i rahimahullah berlata: 'Ada lima perkara yang selalu
dipegang para sahabat nabi dan para tabi'in yang mengikuti langkah mereka dalam
kebaikan: Selalu bersama jama'ah kaum muslimin, mengikuti sunnah,
memakmurkan masjid, membaca al-Qur`an dan jihad fi sabilillah."
Di antara para sahabat yang masyhur selalu bersama al-Qur`an adalah
Utsman bin Affan RA, sehingga diriwayatkan bahwa beliau pernah berkata:
'Jikalau hati kamu bersih niscaya kamu tidak pernah kenyang dari Kalamullah."
Di antaranya lagi adalah Abdullah bin Amar bin Ash rad, seperti yang
diriwayatkan dalam shahih tentang dialognya bersama Rasulullah SAW, hingga
akhirnya Rasulullah SAW memintanya agar membaca dan mengkhatamkan al-
Qur`an dalam tujuh hari.
Para salaf rahimahullah merasakan ketenangan dan kenikmatan saat
membaca al-Qur`an, karena ia adalah Kalamullah yang tidak pernah bosan

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
membacanya dan tidak pernah jemu mendengarnya. Allah SWT menghilangkan
rasa jemu dan bosan dari pembaca dan pendengarnya dengan keikhlasan dan
kebenaran iman, untuk memudahkan membaca dan mendengarnya. Firman Allah
SWT:

َ ‫َولَقَ ْد يَسَّرْ نَا ْالقُرْ َء‬


‫ان لِل ِّذ ْك ِر فَهَلْ ِمن ُّم َّد ِك ٍر‬
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)
Inilah rahasia perkataan Utsman bin Affan RA: 'Jikalau hati kamu bersih
niscaya kamu tidak pernah kenyang dari Kalamullah." Itulah penyebab mereka
selalu membaca al-Qur`an dan menjaga hizib mereka. Hasan al-Bashri
rahimahullah berkata: "Carilah kenikmatan dalam tiga perkara: shalat, al-Qur`an
dan doa. Jika kamu mendapatkannya maka pujilah Allah SWT atas hal itu, dan
jika kamu tidak mendapatkannya maka ketahuilah bahwa pintu kebaikan telah
ditutup atasmu”.

MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
PERHATIAN SALAF DALAM MENGHAPAL AL-QUR`AN

Para salaf selalu berpegang teguh terhadap sunnah nabawiyah dalam berbagai
aspek kehidupan mereka, tanpa terkecuali dalam hal membaca al-Qur`an. Abul
'Aliyah ar-Rayahi berkata: "Kami adalah budak yang dimiliki orang, di antara
kami ada yang membayar dharibah, ada pula yang melayani keluarganya. Kami
mengkhatamkan al-Qur`an setiap malam, maka hal itu terasa berat bagi kami.
Lalu kami mengkhatamkan setiap dua malam, ternyata juga merasa berat. Lalu
kami mengkhatamkan setiap tiga malam, lalu kami merasa berat, sehingga kami
saling mengeluh satu sama lain. Kami menemui Rasulullah SAW, maka beliau
mengajarkan kepada kami agar mengkhatamkan setiap jum'ah, maka kami bisa
shalat dan tidur, dan kami tidak merasa berat."2
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Sepantasnya seseorang menjaga
rutinitas dan memperbanyak membaca al-Qur`an. Para salaf mempunyai
kebiasaan yang bervariasi dalam mengkhatamkan al-Qur`an. Ibnu Abi Daud
meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa di antara mereka ada yang
mengkhatamkan setiap dua bulan, ada yang setiap bulan, ada yang setiap sepuluh
hari. Dan dari sebagian mereka ada yang mengkhatamkan setiap delapan hari, dan
dari kebanyakan mereka adalah mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh malam.
Dan dari sebagian mereka ada yang mengkhatamkan setiap tiga hari. Dan yang
terbaik bahwa hal itu berbeda menurut tugas dan kewajiban seseorang. Apabila
dengan pelan ia bisa memahami makna dan tafsirnya secara baik, maka hendaklah
ia membaca menurut kadar yang ia bisa mendapatkan kesempurnaan pemahaman
yang dia baca. Demikian pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu (mengajar,
berdakwah dan sejenisnya) maka hendaklah membatasi diri agar tidak mengurangi
tugas utamanya. Dan jika bukan seperti golongan di atas dan tidak punya tugas
yang lain, maka hendaklah ia memperbanyak membacanya sebatas
kemampuannya yang tidak menyebabkan rasa bosan.3

2
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat 7/113 dan lihat: Siyar A'lam Nubala 4/209.
3
At-Tibyan 46
MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH
Perhatian Salaf Dalam Menghapal al-Qur`an:
Para salaf tidak hanya memberi perhatian terhadap membaca al-Qur`an
lewat mushhaf, bahkan mereka berlomba-lomba dalam menghapalnya, dan Allah
SWT telah memberikan kemudahan dalam membaca dan menghapalnya bagi
siapa pun yang ingin mengharapkan pahala dan berminat menghapalnya. Firman
Allah SWT:
‫َولَقَ ْد يَسَّرْ نَا ْالقُرْ َءانَ لِل ِّذ ْك ِر فَهَلْ ِمن ُّم َّد ِك ٍر‬
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. al-Qamar:17)
Ibnu Abbas RA berkata: 'Kalau bukan karena kemudahan yang diberikan Allah
SWT kepada manusia niscaya tidak ada seorang pun yang bisa membaca
Kalamullah.4 Dan di antara kemudahannya adalah mudah dibaca dan
menghapalnya.
Di antara keutamaan menghapal al-Qur`an adalah hadits yang
diriwayatkan Ibnu Abbas RA, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda:
‫ت ْالخرب‬
ِ ‫آن َك ْالبَ ْي‬
ِ ْ‫ْس فِى َجوْ فِ ِه َشيٌْئ ِمنَ ْالقُر‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذي لَي‬
"Sesungguhnya orang yang tidak ada sedikitpun al-Qur`an di dalam
rongganya, ia seperti rumah yang runtuh."5
Dan Beliau mengutamakan di antara para sahabatnya menurut kadar hapalan al-
Qur`an mereka, apabila mengutus pasukan beliau mengangkat imam dalam shalat
bagi yang paling banyak hapalannya, mengedepankan di liang lahat bagi yang
paling banyak hapalannya. Maka banyak sekali dorongan dan motivasi untuk
lebih giat menghapal al-Qur`an. Memang tidak disebutkan secara pasti berapa
jumlah sahabat yang hapal al-Qur`an, namun cukup sebagai bukti banyak yang
hapal al-Qur`an, bahwa dalam perang Yamamah telah terbunuh tujuh puluh orang
sahabat yang hapal al-Qur`an.
Di antara contoh penghapal al-Qur`an dari para sahabat, hadits Ibnu
Mas'ud RA, ia berkata: 'Aku hapal dari mulut Rasulullah SAW lebih dari tujuh
puluh surah."

4
Lihat: ad-Durrul Mantsur 7/676.
5
HR. at-Tirmidzi 2910
MATERI AL-
QUR’AN EVI NURFAIZAH

Anda mungkin juga menyukai