Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KKU – KAM

PENDAMPINGAN PERHITUNGAN BOP DALAM LAPORAN LABA


RUGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA
BUMDES MEKAR JAYA

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Akuntansi

Disusun Oleh :
Nama : Septiyana Aziz
NPM : 20122002
Program Studi : Akuntansi
Pembimbing : Herlina, S.E., M. Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE LA TANSA MASHIRO
2021 M/1443 H
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Septiyana Aziz
NPM : 20122002
Program Studi : Akuntansi
Judul KKU – KAM : Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba
Rugi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada
BUMDes Mekar Jaya
Dengan ini menyatakan bahwa penulisan laporan KKU – KAM yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya pribadi dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan laporan KKU – KAM ini merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan terhadap hasil karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan aturan tata
tertib di STIE La Tansa Mashiro.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis,

Septiyana Aziz

ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul KKU – KAM : Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba


Rugi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada
BUMDes Mekar Jaya Oleh : Septiyana Aziz
NPM : 120122002

Laporan KKU – KAM ini telah disetujui untuk diuji dalam ujian KKU –
KAM.

Menyetujui,
Pembimbing Tim Manajemen

Herlina, SE., M. Akt Ela Widasari, SE., M. Akt


NIDN : 0420056804 NIDN : 0408097504

Mengetahui,
Ketua STIE La Tansa Mashiro

Hj. Zakiyya Tunnufus, SE., MM


NIDN : 0423067402

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KKU – KAM 2021

iii
Judul KKU – KAM : Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba
Rugi Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada
BUMDes Mekar Jaya
Oleh : Septiyana Aziz
NPM : 20122002

Laporan KKU – KAM ini telah diuji dalam ujian KKU – KAM.
Menyetujui,
Penguji

Belum ada
NIDN : belum ada

Mengetahui,
Ketua STIE La Tansa Mashiro Tim Manajemen KKU – KAM
Program Studi Akuntansi

Hj. Zakiyya Tunnufus, SE., MM Ela Widasari, SE., M. Akt


NIDN : 0423067402 NIDN : 0408097504

ABSTRAK

Septiyana Aziz. 20122002

iv
Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba Rugi Untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada BUMDes Mekar Jaya
Program Studi Akuntansi, STIE La Tansa Mashiro, 2021.

Adapun permasalahan pada BUMDes Mekar Jaya bagian dalam kegiatan


pendampingan penulis hanya bertanggung jawab untuk membahas Perhitungan
BOP yang berperan penting dalam membantu menyusun laporan keuangan dalam
bisnis atau wirausaha, dalam menghitung BOP tentunya seseorang harus bisa
memastikan dan merencanakan anggaran yang tepat dalam membuat suatu
produk bisnis yang dijalankan dalam meningkatkan laba untuk keberhasilan usaha
dengan terciptanya produktivitas kerja. Adapun hasil dari kegiatan pendampingan
ini mitra dapat memahami dalam pembuatan perhitungan BOP dengan teori yang
telah ada.
Perhitungan BOP pada BUMDes Mekar Jaya harus dibuat agar biaya
dapat diketahui berapa yang terserap pada suatu produk dalam menentukan biaya
produksi dan laba yang diharapkan dengan akurat. Berdasarkan pendampingan
yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu : Pendampingan Perhitungan
BOP dalam laporan laba rugi pada BUMDes Mekar Jaya telah mampu dipahami
oleh mitra sehingga dapat memiliki manfaat dalam perencanaan dan pengendalian
untuk menentukan biaya dan laba serta meningkatan produktivitas kerja pada
perusahaan atau bisnis yang dijalankan.
Kata Kunci : Perhitungan BOP, Laporan Laba Rugi

KATA PENGANTAR

v
Dengan mengucapkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan Rahmat dan hidayah – Nya. Pada kesempatan ini penulis telah
menyelesaikan proses kegiatan KKU – KAM yang berlangsung beberapa bulan.
Pada bidang usaha Perdagangan Bahan baku sirup (gula cair) yang telah
dilaksanakan.sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan KKU –KAM yang
berjudul “Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba Rugi Untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada Bumdes Mekar Jaya” Laporan KKU –
KAM ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh Gelar Sarjana Akuntansi
di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashiro.
Semoga dengan adanya Laporan ini, penulis berharap dapat memberi
manfaat khususnya kepada mahasiswa – mahasiswi untuk mempelajari serta
membacanya agar dapat memahami dalam penyusunan pembuatan Laporan ini.
Pada kesempatan ini tentunya penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yaitu :
1. Ibu Zakiyah Tunnufus, SE., MM, selaku Ketua STIE La Tansa Mashiro
Rangkasbitung.
2. Ibu Ela Widasari, SE., M.Akt, selaku Ketua Prodi Akuntansi STIE La Tansa
Mashiro
3. Ibu Herlina, S.E., M. Ak. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan serta saran – saran sehingga laporan KKU – KAM ini
dapat diselesaikan.
4. Ibu Hanifa, SE., MM selakU Sekretaris prodi yang telah memberikan arahan
bagi penulis dalam proses pelaksanaan KKU –KAM.
5. Seluruh dosen pengajar STIE La Tansa Mashiro, yang telah memberikan
ilmunya selama perkuliahan, yang bermanfaat bagi penulis dalam menambah
ilmu pengetahuan.
6. Seluruh staf administrasi STIE La Tansa Mashiro, yang telah memberikan
dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan sampai dengan selesai.
7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungannya baik
berupa moril dan materil.

vi
Dan pada kesempatan ini, penulis menyadari bahwa laporan KKU – KAM
ini masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunannya, mengingat waktu,
tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah diharapkan untuk kesempurnaan laporan KKU – KAM ini.
Penulis berharap agar laporan KKU – KAM ini dapat memberikan manfaat
bagi pengusaha pengrajin sendal sendiri khususnya bagi penulis, serta bagi
peneliti peneliti selanjutnyayang tertarik untuk meneliti pada bidang yang sama.

Rangkasbitung,20 Deseember 2021


Penulis

Septiyana Aziz

DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR JUDUL ............................................................................................ i

vii
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KKU – KAM 2021................................ iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Materi KKU – KAM .................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat KKU – KAM ............................................. 23
1.4 Lokasi dan Waktu KKU -KAM ................................................. 25
BAB II GAMBARAN UMUM MITRA PENDAMPINGAN
2.1 Gambaran Umum Mitra Pendampingan ...................................... 26
2.2 Struktur Organisasi Mitra Pendampingan ................................... 28
BAB III PROSES PENDAMPINGAN
3.1 Identifikasi Masalah .................................................................... 34
3.2 Cara Penyelesaian Masalah.......................................................... 34
BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI BERKELANJUTAN
4.1 Hasil Yang Dicapai Selama Pendampingan ................................ 37
4.2 Potensi Bekelanjutan ................................................................... 54
4.3 Manfaat Pendampingan ............................................................... 55
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 56
5.2 Saran ............................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Biaya Overhead Pabrik Untuk Dasar Rata – Rata Bergerak......... 15

viii
Tabel 1.2 Contoh Laporan Laba Rugi Kontribusi......................................... 19
Tabel 1.3 Contoh Laporan Laba Rugi Persediaan Produksi.......................... 21
Tabel 1.4 Waktu Pelaksanaan KKU – KAM 2020....................................... 25
Tabel 2.1 Penjelasan Tugas Struktural Organisasi Pada BUMDes Mekar
Jaya................................................................................................ 28
Tabel 2.2 Penjelasan Tugas Struktural Organisasi Kelompok KKU – KAM 32
Tabel 4.1 Unsur Biaya Bahan Baku Langsung.............................................. 38
Tabel 4.2 Unsur Biaya Tenaga Kerja Langsung............................................ 39
Tabel 4.3 Biaya Pemeliharaan Asset Tetap................................................... 40
Tabel 4.4 Biaya Listrik.................................................................................. 41
Tabel 4.5 Biaya Angkut Barang..................................................................... 41
Tabel 4.6 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung............................................ 41
Tabel 4.7 Biaya Bahan Baku Tidak Langsung.............................................. 41
Tabel 4.8 Unsur Biaya Overhead Pabrik....................................................... 42
Tabel 4.9 Laporan Laba Rugi Variabel Costing............................................ 50

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Klasifikasi Biaya Produksi............................................................. 9
Gambar 1.2 Arus Biaya Full Costing................................................................ 18

ix
Gambar 1.3 Arus Biaya Variabel Costing......................................................... 18
Gambar 1.4 Pengaruh Produksi Dan Persediaan............................................... 20
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BUMDes Mekar Jaya .................................. 28
Gambar 2.2 Struktur Kelompok KKU - KAM.................................................. 32
Gambar 4.1 Pengaruh Produksi Dan Persediaan................................................. 47

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Desa merupakan lingkup masyarakat terkecil dari pemerintah yang lebih
dekat dengan masyarakat. Desa menjadi salah satu fokus utama pemerintah
dalam pembangunan ekonomi yang merata. Otonomi desa merupakan
kebijakan daerah yang diberikan kepada pemerintahan desa untuk lebih
mengoptimalkan potensi yang dimiliki , sehingga dapat memaksimalkan
pendapatan desa untuk pembangunan dan mensejahterakan masyarakat,
memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kemampuan Sumber daya
Manusia guna menuju masyarakat desa yang mandiri dan kreatif. Pemerintah
desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat serta melakukan upaya pembangunan sehinga dapat
meningkatkan derajat masyarakat desa. Salah satu upaya pemerintah yaitu
melalui empat program prioritas dari kementerian desa yaituProduk Unggulan
Kawasan Pedesaan(PRUKADES) , Pembangunan Embung Desa,
mengembangkan BUMDes(Badan Usaha Milik Desa) dan membangun Raga
Desa (Sarana Olahraga Desa) .
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi salah satu program
prioritas Pemerintah dalam percepatan pembangunan Desa. Hal ini dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi pada masyarakat sekitar. Dimana dalam
proses pengembangan usahanya, pemerintah memberikan Penyertaan modal
melalui Dana Desa dan memberikan otoritas kepada desa untuk menentukan
arah pembangunn . Upaya – upaya pemerintah tersebut tidak terlepas dari
pertanggungjawaban dalam proses mengelola keuangan, dimana setiap
langkah pengembangan usaha yang di danai pemerintah harus melalui proses
penatausahaan yang transparan dan akuntabel, sehinga terdapat informasi –
informasi yang dapat menjadi standar penilaian, apakah BUMdes tersebut
dapat dikatakan berkembang dan dapat mensejahterakan masyarakat desa
setempat atau hanya sekedar menjadi wadah untuk simulasi percepatan
2

pertumbuhan ekonomi desa. Informasi – informasi tersebut dapat kita ketahui


melalui Laporan keuangan.
Desa merupakan sumber potensi yang mesti dikembangkan yang
berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia sendiri
memiliki kekayaan akan sumber daya alam dan manusia yang melimpah
dengan adanya kebijakan pemerintah dalam memberikan dukungan
pergerakan perekonomian agar bisa meningkatkan potensi desa yang
bermanfaat khususnya untuk warga sekitar dengan membuat lembaga yang
disebut Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) adalah sebuah lembaga ekonomi yang dikelola oleh, dari dan
untuk pemerintah juga masyarakat didesa tersebut.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekar Jaya Kecamatan
Warunggunung merupakan salah satu BUMDes yang ada di Kabupaten
Lebak yang di dirikan pada tahun 2019, BUMDes mekar jaya merupakan
BUMDes dengan jenis usaha perdagangan yaitu usaha dalam pembuatan
sirup cair atau bahan baku untuk pembuatan sirup. Dalam proses
penatausahaannya belum menerapkan kaidah – kaidah akuntansi atau
pencatatan yang terstruktur dan akuntabel, sehingga berakibat memiliki
kendala dalam pengelolaan keuangan dan belum memahami dalam pencatatan
serta perhitungan biaya – biaya yang tepat didalamnya.Maka dari itu dalam
pendampingan ini penulis akan menunjukan langkah – langkah dalam
memulai atau menghitung Biaya Overhead Pabrik (BOP) dengan memahami
terlebih dahulu penggolongan biaya, Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
(BOP), menyusun perhitungan Harga Pokok Produksi serta Laporan Laba
Rugi. Sehingga mitra dapat mengetahui bahwa usaha yang dijalankan
memiliki potensi memperoleh laba dan memiliki perencanaan biaya agar
biaya yang dianggarkan sesuai dengan apa yang terjadi serta dapat
meningkatkan peroduktivitas kerja.
Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan pada kegiatan
pendampingan mitra usaha BUMDes ini maka penulis akan melakukan
pendampingan KKU – KAM pada BUMDes Mekar Jaya dengan judul
3

“Pendampingan Perhitungan BOP Dalam Laporan Laba Rugi Untuk


Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada Bumdes Mekar Jaya”.

1.2 Materi KKU – KAM


1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada
suatu periode akuntansi yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan
atau entitas pelaporan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan
untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian
atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan
(Jumingan 2014:4). Tujuan laporan keuangan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam (Sari: 2017) adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi.

Menurut Carl S. Warren dkk, (2017:16) Laporan Keuangan utama bagi


perusahaan adalah laporan Laba Rugi, Laporan Ekuitas, Laporan Posisi
Keuangan dan laoran arus kas.

1.2.2 Pengertian Laporan Laba Rugi


Dalam Kegiatan KKU – KAM penulis ingin menggambarkan salah satu
komponen Laporan Keuangan yaitu Laporan Laba Rugi. Laporan Laba
Rugi ini menyajikan pendapatan dan beban untuk satu periode waktu
tertentu berdasarkan konsep pengaitan (matching Conscept) yang disebut
juga konsep penndingan atau pemadanan antara pendapatan dan beban
terkait. Laporan Laba Rugi juga menyajikan selisih lebih pendapatan
terhadap beban yang terjadi dalam satu preriode proses produksi. Jika
selisih Pendapatan lebih besar dari beban , maka perusahaan atau entitas
tersebut dapat dikatakan mendapatkan Laba netto (net income), sedangkan
jika beban melebihi pendapatan , maka selisihnya disebut rugi netto (net
loss). Unsur – unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.

Menurut Menurut Najmudin (2011:71), “arti laporan laba rugi adalah


membandingkan pendapatan terhadap beban pengeluarannya untuk
menentukan laba atau rugi bersih”. Laporan laba rugi ini dapat
memberikan informasi tentang akhir perusahaan dalam periode tertentu.
4

Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan keuangan yang


melaporkan kinerja keuangan perusahaan dalam periode waktu tertentu.
Laporan laba rugi meringkas jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan selama beroperasi serta keuntungan yang diperoleh perusahaan
selama menjalankan usaha. Laporan laba rugi merupakan bagian laporan
yang penting dari sebuah perusahaan karena dari laporan ini terlihat
pendapatan bersih perusahaan yang dapat dinilai bersama apakah
perusahaan meraih keuntungan selama beroperasi atau justru merugi.
Menurut Rudianto (2012: 61)”Laporan Laba Rugi adalah laporan yang
menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
satu periode akuntansi atau dalam waktu satu tahun.”

BUMDes didirikan untuk meningkatkan perekonomian Desa,


mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa,
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa,
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga, menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum warga, membuka lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa dan meningkatkan pendapatan
masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa (PADes). Dengan demikian
dilihat dari tujuannya, BUMDes harus memiliki laba tinggi sehingga
laporan laba rugi harus dibuat oleh BUMDes. Laporan laba rugi memiliki
fungsi yaitu :

Menyajikan informasi kepada pengguna informasi keuangan perusahaan


mengenai keuntungan atau kerugian yang dihasilkan perusahaan saat
beroperasi dalam periode waktu tertentu (periode sesuai dengan
pelaporan).

Memperlihatkan tren perusahaan selama kelompok waktu tertentu dengan


membandingkan income statement perusahaan dari tahun ke tahun dapat
terlihat apakah perusahaan memiliki tren positif (perusahaan memperoleh
keuntungan) atau tren negatif (perusahaan mengalami kerugian) selama
menjalankan usahanya.

Membantu pengusaha menganalisis darimana keuntungan paling besar


dihasilkan dan pengeluaran dari segi apa yang paling banyak memakan
biaya sebab laporan laba rugi perusahaan berisi beberapa subtotal revenues
maupun expenses perusahaan selama menjalankan usahanya.
5

Menjadi alat bantu untuk mengukur dan menganalisa perkembangan


perusahaan.

Menjadi patokan bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya


apabila ingin meningkatkan keuntungan yang didapat.

Menjadi alat bantu dalam menganalisa strategi perusahaan, apakah strategi


yang selama ini telah diterapkan perusahaan sudah sesuai dan
menghasilkan pendapatan sesuai yang diharapkan atau tidak sesuai dan
perlu penggantian strategi demi terpenuhinya tujuan perusahaan.

Sebagai cerminan profil perusahaan bagi calon investor maupun kreditur yang
akan melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan.

Menjadi alat bantu untuk evaluasi kinerja perusahaan. (Surya/Bumdes.id)

1.2.3 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Firdaus dkk (2019 : 18) Akuntansi Biaya merupakan


sistem informasi akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi
tentang biaya organisasi kepada manajemen organisasi yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda.
Menurut Riwayadi (2014 : 25) Akuntansi Biaya dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengidentifikasian, pendefinisian, pengukuran,
pelaporan, dan analisis berbagai unsur biaya langsung dan tidak langsung
yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan memasarkan produk.

1.2.4 Penggolongan Biaya Pada Perusahaan Manufaktur


Menurut Sujarweni (2019 : 10) Biaya yang terjadi di perusahaan perlu di
telusuri berasal dari mana saja biaya tersebut. Angka – angka yang disebut
sebagai biaya dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Berdasarkan Pengelompokan Biaya
a. Biaya Pabrikase / Pabrik / Manufaktur
1. Bahan Baku
6

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku


utama yang dipakai untuk memproduksi barang. Contoh :
Biaya pembelian kain kaos di perusahaan konveksi.
2. Tenaga Kerja Langsung
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja
utama yang langsung berhubungan dengan produk yang di
produksi dari bahan baku mentah menjadi barang jadi. Contoh :
Biaya untuk pembayaran pegawai yang langsung membuat
kaos.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang, selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
Overhead Pabrik terdiri dari :
1) Bahan Tidak Langsung
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk, namun
pemakaiannya sedikit. Contoh : Biaya untuk pembelian
benang.
2) Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga
kerja namun tenaga kerja tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi pembuatan barang jadi. Contoh : Biaya
untuk membayar pengawas produksi.
3) Biaya Tidak langsung lainnya
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang
secara tidak langsung berkaitan dengan produksi
barangnya. Contoh : ketika membuat kaos dibutuhkan
listrik untuk menghidupkan mesin dibutuhkan telepon
untuk memesan bahan baku jadi biaya listrik, biaya telepon
masuk ke dalam kategori ini.
4. Biaya Komersil
7

Biaya Komersil terdiri dari 2 yaitu :


1) Biaya Pemasaran
Biaya – biaya yang dikeluarkan untuk keperluan melaksanakan
kegiatan pemasaran atau promosi produk. Contohnya adalah
biaya pemasangan iklan papan, iklan televisi, iklan majalah,
biaya angkutan dari gudang peruahaan ke gudang pembeli, gaji
karyawan bagian – bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran, biaya untuk membuat contoh (sample). Contoh :
biaya iklan, biaya pengiriman barang.
2) Biaya Administrasi
Biaya – biaya dikeluarkan untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contohnya biaya ini adalah biaya gaji manager puncak, bagian
keuangan, akuntansi, personalia.

1.2.5 Objek Biaya Pada Biaya Produk


Menurut Firdaus Dkk (2019 : 19) objek biaya merupakan suatu dasar
yang digunakan untuk melakukan perhitungan biaya. Perusahaan dapat
memiliki banyak hal yang dapat dijadikan sebagai objek biaya. Berikut ini
adalah beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek biaya untuk
perusahaan :
1. Produk
2. Proyek
3. Departemen
4. Jasa
5. Pelanggan
6. Aktivitas
Berdasarkan produk, kegiatan manufaktur atau produksi adalah
proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi dengan menggunakan
tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya – biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan manufaktur disebut dengan biaya produksi (production cost atau
8

manufacturing cost). Gambar 1.1 memperlihatkan pengklasifikasian biaya


produksi menjadi tiga elemen, yaitu : Biaya bahan baku langsung, Biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Gambar 1.1 klasifikasi biaya produksi

Biaya Produksi

Bahan baku Tenaga Kerja


overhead pabrik
langsung Langsung

1.2.6 Pengertian BOP


Menurut Usry & Hammer (2012:244) “Biaya Overhead Pabrik adalah
biaya-biaya bahan tak langsung, buruh tak langsung dan biaya-baiya pabrik
lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasi atau di bebankan langsung
pada suatu pekerjaan, hasil produksi/tujuan biaya akhir”.
Menurut Radinas dkk (2011 : 4) overhead pabrik merupakan bagian
yang tidak terlihat dari produk jadi. Tidak ada bukti permintaan bahan baku
atau kartu jam kerja karyawan yang mengindikasikan jumlah overhead yang
digunakan oleh suatu pesanan atau produk. Meskipun demikian, overhead
juga merupakan bagian dari biaya produksi yang sama pentingnya dengan
biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
9

1.2.7 Perhitungan BOP Tarif Tunggal


Menurut supriyono (2013 : 304) berikut beberapa dasar pembebanan atau
perhitungan yang lazim dipakai :
1. Dasar Satuan produksi
Tarif biaya overhead pabrik yang didasarkan pada satuan produksi
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BBOP
T = BP
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu
BP = Budget produksi dalam periode yang bersangkutan
Misalnya perusahaan ingin menentukan tarip biaya overhead pabrik 1983,
budget biaya overhead pabrik tahun 1983 sebesar Rp 300.000,00, budget
produksi 10.000 buah, maka tarip biaya overhead pabrik dalam tahun 1983
adalah :
Rp 300.000,00
T= =Rp 30,00 per buah .
10.000
Apabila dalam bulan januari 1983 diproduksi sebanyak 800 buah produk,
maka biaya overhead pabrik yang dibebankan sebesar = 800 x Rp 30,00 =
Rp 24.000,00.
2. Dasar Biaya bahan baku
Tarip biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku
dihitung berdasar persentase tertentu dari biaya bahan baku rumus
perhitungan tarip sebagai berikut :
BBOP
T= X 100%
BBBB
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik.
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu.
BBBB = Budget biaya bahan baku periode yang bersangkutan.
10

Misalnya suatu perusahaan dalam tahun 1983 besarnya budget biaya


overhead pabrik Rp 300.000,00 budget biaya bahan baku Rp 500.000,00,
besarnya tarip biaya overhead pabrik adalah :
Rp 300.000,00
T= x 100 %=60 % dari biaya bahan baku .
Rp 500.000,00
Apabila suatu produk atau pesanan menikmati biaya bahan baku Rp
20.00,00 akan dibebani biaya overhead pabrik = Rp 20.000 x 60 % = Rp
12.000,00.
3. Dasar biaya tenaga kerja langsung
Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya tenaga kerja
langsung dihitung berdasar persentase tertentu dari biaya tenaga kerja
langsung, rumus perhitungan tarip sebagai berikut :
BBOP
T= X 100%
BBTKL
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu
BBTKL = Budget biaya tenaga kerja langsung periode yang
bersangkutan
Misalnya budget biaya overhead pabrik pada tahun 1983 di suatu
perusahaan Rp 300.000,00 budget biaya tenaga kerja langsung Rp
400.000,00, tarip biaya overhead pabrik adalah :
Rp 300.000,00
T= x 100 %=75 % dari biaya tenaga kerja langsung .
Rp 400.000,00
Misalnya suatu produk atau pesanan menikmati biaya tenaga kerja langsung
Rp 15.00,00 biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah = Rp 15.000 x
75% = Rp 11.250,00.
4. Dasar jam kerja langsung
Dasar jam kerja langsung bermanfaat untuk menghilangkan kelemahan yang
disebabkan tarip upah yang berfluktuasi dari waktu ke waktu dan perbedaan
tarip upah karena tingkat keahlian karyawan. Rumus perhitungan tarip atas
dasar jam kerja langsung adalah :
11

BBOP
T = BJKL

Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik
BJKL = Budget jam kerja langsung
Misalnya budget biaya overhead pabrik Rp 300.000,00, budget jam kerja
langsung 40.000 jam, maka tarip biaya overhead pabrik adalah :
Rp 300.000,00
T= = Rp 7,5 per jam kerja langsung .
40.000 jam kerja langsung
Pesanan atau produk yang menikmati 2.000 jam kerja langsung akan
dibebani biaya overhead pabrik sebesar = 2.000 x Rp 7,5 = Rp 15.000,00.
5. Dasar jam mesin
Tarip biaya overhead pabrik yang didasarkan pada jam mesin dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
BBOP
T = BJM

Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik
BJM = Budget jam mesin
Misalnya budget jam mesin 30.000 jam budget biaya overhead pabrik Rp
300.000,00, maka tarip biaya overhead pabrik adalah :
Rp 300.000,00
T= = Rp 10,00 per jam mesin .
30.000 jam mesin
Pesanan atau produk yang menikmati 2.000 jam mesin akan dibebani biaya
overhead pabrik sebesar = 2.000 x Rp 10,00 = Rp 20.000,00.
6. Dasar harga pasar atau nilai pasar
Dasar ini hanya dipakai apabila perusahaan menghasilkan beberapa jenis
produk yang sifatnya merupakan produk bersama (joint product) dan cara
perhitungan tarip sama dengan dasar tertimbang atau dasar nilai yang sudah
diuraikan dimuka, bedanya pada dasar ini penimbang yang dipakai adalah
12

perbandingan harga jual setiap macam produk dan bukan dasar penimbang
yang lain.
Rumus perhitungan tarip biaya overhead pabrik dengan dasar harga pasar
atau nilai jual sebagai berikut :
BBOP
T= X 100 %= persentase biaya overhead pabrik dari harga jual
BPSMP
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik
BPSMP = Budget penjualan semua macam produk
Kelemahan dasar ini bahwa biaya overhead yang dinikmati oleh produk
tidak selalu proporsional (sebanding) dengan harga jual, harga jual banyak
faktor – faktor yang menentukan dan kebanyakan tidak berhubungan dengan
biaya overhead pabrik.
7. Dasar rata – rata bergerak (Moving average basis)
Dasar yang telah diuraikan dimuka semuanya menggunakan budget atau
taksiran biaya overhead pabrik, sedangkan dasar rata – rata bergerak
menggunakan data biaya overhead pabrik dan kapasitas sesungguhnya
selama setahun sebelumnya dibagi dua belas. Misalnya, menentukan tarip
bulan mei 1983 dan perusahaan menggunakan jam kerja langsung, untuk
menghitung biaya overhead pabrik dibebankan maka dipakai biaya
overhead pabrik mulai bulan mei 1982 sampai dengan bulan april 1983,
sedangkan untuk menghitung jam kerja langsung digunakan data jam kerja
langsung sesungguhnya bulan mei 1982 sampai dengan bulan april 1983.
Rumus perhitungan tarip biaya overhead pabrik dengan dasar harga pasar
atau nilai jual sebagai berikut.
BOPSR
T=
KSR
Dimana :
T = Tarip biaya overhead pabrik
BOPSR = Biaya overhead pabrik sesungguhnya rata – rata satu bulan
pada setahun sebelumnya
13

KSR = Kapasitas sesungguhnya rata – rata satu bulan pada setahun


sebelumnya
Misalnya suatu perusahaan menggunakan dasar rata – rata bergerak dan
ingin menghitung tarip bulan mei 1983 berdasar jam kerja langsung dapat
dihitung sebagai berikut :
Tabel 1.1
Biaya Overhead Pabrik untuk Dasar Rata – Rata Bergerak

Biaya overhead pabrik Jam kerja langsung


Bulan
sesungguhnya sesungguhnya
Mei 1982 Rp 21.000,00 1.700
Juni 1982 Rp 22.500,00 1.750
Juli 1982 Rp 24.000,00 1.850
Agustus 1982 Rp 25.000,00 2.100
September 1982 Rp 24.500,00 1.900
Oktober 1982 Rp 25.000,00 2.050
November 1982 Rp 26.500,00 2.200
Desember 1982 Rp 27.000,00 2.400
Januari 1983 Rp 26.500,00 2.300
Februari 1983 Rp 27.500,00 2.000
Maret 1983 Rp 25.500,00 1.900
April 1983 Rp 25.000,00 1.850
Jumlah Rp 300.000,00 24.000

Rp 300.000,00 :12 Rp 25.000,00


T= = =Rp12,5 perjam kerja langsung
24.000 :12 2.000 jam

1.2.8 Penentuan Tarif BOP

Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat


kegiatan kapasitas yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada
tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan
anggaran BOP (Dunia dan Abdullah, 2012:248) adalah :
14

1. Kapasitas Teoritis merupakan kapasitas untuk memproduksi pada


kecepatan penuh tanpa berhenti (100%) dari aktivitas/kapasitas
yang ditetapkan. Perusahaan dianggap mampu pada tingkatan yang
maksimun tanpa memperhitungkan adanya hambatan baik yang
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
2. Kapasitas Praktis Kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-
kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-
hambatan intern perusahaan.Penetapan kapasitas praktis ini perlu
dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan
pada kapasitas teoritis.Dengan demikian perlu diperhitungkan
kelonggaran- kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas seperti
penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan
mesin.
3. Kapasitas normal adalah kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka Taksiran BOP
Taksiran Unit Produk yang dihasilkan Taksiran BOP Taksiran Jam
TKL Taksiran BOP Taksiran Biaya Bahan Langsung Taksiran BOP
Taksiran Jumlah Jam Mesin Ecodemica..Jika dalam penentuan
kapasitas praktis hanya diperhitungkan kelonggaran- kelonggaran
waktu akibat faktorfaktor intern perusahaan, maka dalam
penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan
penjualan dalam jangka panjang.
4. Kapasitas Sesungguhnya Kapasitas sesungguhnya yang
diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Untuk kelemahanya yaitu akan berakibat terjadinya perbedaan yang
besar pada tarif Biaya Overhead Pabrik dari tahun ke tahun dan
sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif Biaya Overhead
Pabrik dari periode ke periode.

1.2.9 Pembebanan BOP Pada Harga Jual Produk


15

Pembebanan Biaya Overhead pabrik mulai dari memahami


katagori yang termasuk ke dalam biaya overhead Pabrik, menyusun
anggaran memilih dasar pembebanan, sehingga perusahaan mengetahui
berapa biaya overhead pabrik yang sudah diserap oleh satuan produk
yang dihasikan sehingga berefek kepada penentuan harga jual produk yang
tepat sehingga kelangsungan hidup perusahan bisa dipertahankan
(Rahayu, 2015).

1.2.10 Perhitungan Harga Pokok Produk


Menurut Samryn (2012 : 69) Bahwa dalam pendekatan full costing
semua unsur biaya produksi menjadi elemen harga pokok produk. Dalam
pendekatan variabel costing, dari semua unsur biaya produksi hanyalah
biaya – biaya produksi variabel yang diperhitungkan sebagai elemen harga
pokok produk. Oleh karena itu pendekatan variabel costing lebih baik
digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan keputusan jangka
pendek dan tersegmentasi.Maka dari itu penulis akan menggunakan
pendekatan variable costing dalam penyusunan laporan laba rugi.
Gambar 1.2 dan 1.3 di bawah ini menunjukan perbedaan arus dan elemen
– elemen biaya full costing dan variabel costing. Dalam arus biaya full
costing elemen biaya periodik hanya terdiri dari biaya administrasi dan
penjualan. Elemen harga pokok produknya terdiri dari biaya overhead
pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel, serta biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung. Dalam arus biaya variabel costing elemen biaya
periodik terdiri dari biaya overhead tetap ditambah biaya administrasi
umum dan penjualan. Elemen harga pokok produknya hanya terdiri dari
komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung. Tidak termasuk biaya overhead tetap.

Gambar 1.2
Arus Biaya Full Costing
Biaya periodik Harga pokok produk

Biaya penjualan, Biaya bahan


administrasi dan Biaya overhead Biaya overhead baku dan tenaga
umum pabrik tetap pabrik variabel kerja langsung

Persediaan barang
barang jadi

Beban pokok Persediaan akhir


Biaya Periodik penjualan barang16
jadi

Gambar 1.2

Arus Biaya Variable Costing

Biaya periodik Harga pokok produk

Biaya penjualan, Biaya bahan


administrasi dan Biaya overhead Biaya overhead baku dan tenaga
umum pabrik tetap pabrik variabel kerja langsung

Persediaan barang
dalam proses/
barang jadi

Biaya Periodik Beban pokok Persediaan akhir


penjualan barang jadi

1.3 Tujuan dan Manfaat KKU – KAM


1.3.1 Tujuan KKU – KAM
Adapun penulis memiliki tujuan dalam kegiatan KKU – KAM dengan
pendampingan usaha. Ada 2 (Dua) tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai bukti pengabdian
kepada masyarakat.
17

2. Membantu BUMDes dalam menyusun dan menghitung BOP.


3. Menjadi dasar untuk referensi teori pendampingan yang berkelanjutan.
4. Menuangkan hasil daripada pemahaman terhadap materi – materi yang
disampaikan selama perkuliahan.
5. Untuk memenuhi salah satu tugas guna melengkapi perdyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Akuntansi.
6. Untuk Mengimplementasikan teori – teori yang telah dipelajari selama
masa perkuliahan , khususnya yang berhubungan dengan Penyusunan
Laporan Laba Rugi dengan Menjadikan BUMDes Mekar Jaya sebagai
objek dalam pendampingan.

Adapun tujuan khusus dalam kegiatan KKU – KAM di BUMDes Mekar


Jaya adalah sebagai berikut :
1. Mendampingi mitra mengklasifikasikan BOP dalam biaya
produksinya.
2. Membantu BUMDes Mekar Jaya dalam menyusun perhitungan
BOP tarif tunggal agar mengetahui pembebanan terhadap produk.
3. Mendampingi bumdes untuk menetapkan BOP sebagai salah satu
bagian komponen harga pokok produk di dalam laporan laba rugi.
1.3.2 Manfaat KKU – KAM
Manfaat yang penulis dapatkan dari kegiatan pendampingan KKU – KAM
ini adalah :
1. Menambah pengalaman serta wawasan yang bermanfaat pada saat
nanti terjun di dunia kerja.
2. Dapat mempelajari dalam mengelola suatu usaha atau bisnis.
3. Mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi atau
mengimplementasikan pada mata kuliah yang dipelajari saat dikelas.
1.4 Lokasi dan Waktu KKU – KAM
1.4.1 Lokasi KKU – KAM
Lokasi Pendampingan pada kegiatan KKU – KAM ini berada pada :

Tempat : BUMDes Mekar Jaya

Alamat : KP.Tapos Timur RT 014 RW 001 Desa


18

Baros, Kecamatan Warunggunung Kab. Lebak

Bidang Usaha :Pembuatan Bahan Baku Pembuatan sirup).

1.4.2 Waktu Pelaksanaan KKU – KAM

Waktu KKU – KAM adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4
Waktu Pelaksanaan KKU – KAM Tahun 2021

Bulan
NO Uraian
September Oktober November Desember Januari
. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Rencana
1
Kegiatan
Proses
2
Kegiatan
Proses
3 Penyusuna
n Laporan
Proses
Penyusuna
n Laporan
4
dan Ujian
KKU –
KAM
19

BAB II
Gambaran Umum Mitra Pendampingan

2.1 Gambaran Usaha Mitra Pendampingan


2.1.1 Sejarah BUMDes Mekar Jaya

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga


usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa
dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes merupakan
pilar kegiatan ekonomi didesa yang berfungsi sebagai lembaga
sosial (social institution)dan komersial (commercial
institution).Selain itu BUMDes juga berperan sebagai lembaga
sosial yang berpihak pada kepentingan masyarakat melalui
kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan
sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui
penawaran sumber daya lokal ke pasar.
Pendirian BUMDes didasari dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
undang ini merupakan dasar hukum pertama yang melandasi
pembuatan Perda tentang pedoman tata cara pembentukan dan
pengelolaan BUMDes.Substansi dasar yang diatur didalamnya
menjadi rujukan dan perumusan Perda tentang pedoman tata cara
pembentukan dan pengelolaan BUMDes. Pasal 213 ayat 1 sampai
3 menyebutkan bahwa:
Desa dapat mendirkan badan usaha milk desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan serta dapat melakukan pinjaman sesuai
peraturan perundang-undangan.
20

Modal awal BUMDes berasal dari penyertaan modal desa


yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes) atau Dana Desa. Modal awal untuk BUMDes
tidak harus berasal atau dialokasi dari transfer Dana Desa. Modal
awal untuk BUMDes tersebut dapat dialokasikan dari dana
manapun yang sudah masuk di rekening kas desa sebagai
Pendapatan Desa di dalam APBDes.
Di dalam struktur APBDes, di bagian Pendapatan Desa,
dijelaskan bahwa Pendapatan Desa terdiri atas 7 sumber yaitu :
(1) Pendapatan Asli Desa, (2) Transfer Dana Desa dari APBN, (3)
Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Kabupaten/Kota (Paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi
daerah, (4) Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota; (5)
Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota; (6) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat
dari pihak ketiga; dan (7) Lain-lain Pendapatan Desa yang sah,
misalnya kerja sama dengan pihak ke tiga atau bantuan
perusahaan/CSR.
Dari peraturan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
BUMDes adalah Lembaga Usaha Desa yang sah dengan modal
sebagian atau seluruhnya milik pemerintah desa yang dipisahkan,
dikelola untuk kegiatan perekonomian dengan tujuan untuk
kesejahteraan masyarakat.
Badan Usaha Milik Desa Mekarjaya didirikan pada Tahun
2019, berdasarkan Peraturan Desa Nomor 4 Tahun 2019 dan
penetapan kepengurusan BUMDes Nomor 141/4-Kep/1/2019.
Bertempat di Kp.Tapos Timur Rt.014/rw.001 Desa Baros
Kec.Warunggunung.Dengan kegiatan usaha yang direncanakan
akan dikembangkan yaitu perdagangan Bahan Baku Sirup.
Belum ada unit usaha yang dibentuk sebelumnya dan
mengharapkan di tahun 2019 mengawali usaha dengan usaha
dagang. Berdasarkan Peraturan Desa Baros Nomor 7 Tahun 2019
tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa memutuskan dengan Penyertaan Modal yang
disetujui pemerintah melalui RAB (Rancangan Anggaran Biaya)
yang diajukan sebesar Rp100.000.000,00. Alokasi tersebut
diperuntukan pembuatan bangunan dan pengadaan bahan baku
produksi. Selanjutnya untuk bagi hasil BUMDes pada desa, dalam
21

satu kali produksi rutin melakukan stor ke kas desa sebesar Rp


2.000.000,00. Dalam proses produksinya , BUMDes ini tidak ada
biaya sewa tempat produksi, karena dalam pelaksanaannya
dilakukan di lahan milik kepala desa.

2.1.2 Profil BUMDes Mekar Jaya


1. Data Umum Desa
Nama Desa : Baros
Nama Kecamatan : Warunggunung
Nama Kepala Desa : Agus Bachtiar
Luas Desa : 175 Ha
2. Data Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Nama BUMDes : Mekar Jaya
Alamat Kantor : Kp.Tapos Timur Rt/RW 014/001
Desa Baros
Kec.Warunggunung
Bidang Usaha : Perdagangan

2.2 Struktur Umum Kepengurusan Mitra Pendampingan BUMDes


“Mekarjaya”

Berdasarkan keputusan badan permusyawaratan Desa Baros Kecamatan


Warunggunung No. 7 Tahun 2019 tentang kesepakatan pendirian dan
pengelolaan Badan Usaha milik Desa, berikut susunan kepengurusan
pengelolaan BUMDes Mekar Jaya:

Berikut adalah Susunan Kepengurusan Pengelolaan Badan Usaha


Milik Desa Mekarjaya:
22

Dewan
Komisaris
Agus Bahtiar

Direktur
Jaya Nata

Sekretaris Bendahara
Susanti Yuli Lianawati
Gambar 2.1 Struktur Kepengurusan BUMDes

Tabel 2.1

No Nama Jabatan Tupoksi


1 Agus Pembina / a. Bertindak sebagai pengawas,
Bahtiar Dewan pengkoordinir dan penasaehat
komisaris operasional BUMDesa.

b. Bertindak sebagai pembuatan


keputusan penting yang terjadi di
dalam BUMDesa

c. Bertindak sebagai pengamat yang


selalu mencari peluang baru yang
dapat dimanfaatkan BUMDes

d. Bertindak sebagai dessiminator yang


membagikan informasi penting untuk
memajukan BUMDes

e. Bertindak sebagai pemberi tugas


kepada manajer- manajer unit dan
penyusunan rencana usaha
BUMDesa
23

f. Bertindak sebagai
penyusun
standar
kinerja

BUMDesa
2 Jaya Direktur a. Bertindak sebagai operasional unit
Nata kerja dibawah wewenangnya

b. Bertindak sebagai pengendali unit


kerja dibawah wewenangnya

c. Bertindak sebagai pembuat


keputusan pada unit kerja dibawah
wewenangnya

d. Bertindak sebagai pemberi informasi


kepada pihak-pihak yang
berkepentingan

e. Bertindak sebagai entrepreneur,


yakni penggagas ide kreatif yang
dapat memberikan keuntungan
kepada BUMDesa

f. Bertindak sebagai penanggungjawab


dalam mengalola sumber daya yang
dimiliki BUMDes

g. Bertanggujawab kepada Dewan


Komisaris

3 Susanti Sekretaris a. Membantu Direktur atau


Manajer
dalam
24

menjalankan tugasnya sehari-hari

b. Melakukan pencatatan aktivitas-


aktivitas penting yang harus
didokumentasikan

c. Menyusun laporan kinerja unit


usahan

d. Menyimpan file-file penting yang


berhubungan dengan aktivitas unit
usaha BUMDesa

e. Menyediakan laporan-laporan
penting yang harus diinformasikan
kepada pihak-pihak yang
berkepentingan

Bertanggungjawab kepada Direktur atau


Manajer
4 Yuli Bendahara a. Sebagai juru bayar transaksi yang
Lianawa dilakukan di unit usaha BUMDes
ti
b. Sebagai kasir yang menerima
pembayaran dari transaksi unit usaha
BUMDesa

c. Sebagai pencatat seluruh uang masuk


dan keluar (cashflow) unit usaha
BUMDesa

Bertanggungjawab kepada Direktur atau


Manajer

2.1 Struktur Organisasi Pendampingan


25

Dalam kegiatan KKU – KAM ini terdapat struktur organisasi, selama kegiatan
KKU – KAM kami membagi tugas guna mencapai hasil akhir yang baik dan
menunjang terlaksananya kegiatan . Sususan tersebut dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:

Pendamping : Herlina, S.E., M. Ak.

Dewi Ayu Lestari : Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

Septiyana Aziz : Akuntansi Biaya

Eko Supriyanto : Akuntansi Keuangan

Andri : Akuntansi Manajemen

Struktur Organisasi Pendampingan :

Pembimbing

Herlina, S.E., M. Ak.

Ak. Biaya SIA Ak.Keuangan Ak.Biaya


Eko Supriyanto
Andri Amir S Dewi ayu Lestari Septiyana Aziz

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pendampinga

Penjelasan Tugas Struktural Organisasi Pada Kelompok KKU –


KAM
Tabel 2.2

No Nama Bidang Tugas


26

Konsentrasi

1. Septiyana Aziz Ak. Biaya Melakukan pendampingan


penyusunan anggaran BOP,
pembebanan dan
perhitungan BOP, serta
perhitungan BOP dalam
Laporan Laba Rugi pada
BUMDes Mekar Jaya

2. Eko Ak. Biaya perhitungan biaya tetap (gaji


karyawan) dan biaya tidak
tetap (bonus /biaya
lembur)pada biaya tidak
tetap (bonus /biaya
lembur)pada BUMDes
Mekarjaya.

3. Dewi Ayu Lestari SIA Melakukan Pendampingan


Sistem Informasi Akuntansi
persediaan bahan baku pada
BUMDes Mekarjaya Desa
Baros Warunggunung SIA

4. Andri Amir Sidik Ak. Melakukan pendampingan


Menejemen perhitungan harga sirup
Pada BUMDes mekarjaya
desa baros
27

BAB III
PROSES PENDAMPINGAN

3.1 Identifikasi Masalah


Pada saat proses kegiatan pendampingan Kuliah Kerja Usaha – Karya
Alternatif Mahasiswa (KKU – KAM) berlangsung di BUMDes Mekar Jaya
ini dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan dilapangan penulis menemukan
atau mengidentifikasi masalah yang terdapat pada mitra pendampingan,
adapun permasalahan yang teridentifikasi masalah oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. BUMDes Mekar Jaya belum memahami proses penyusunan Laba Rugi
sesuai dengan standar akuntansi.
2. Masih kurang memahami dalam mengklasifikasikan biaya overhead
pabrik yang terserap pada biaya produksinya pada laporan laba rugi.
3. Pada saat melakukan pencatatan atau pembukuan terhadap biaya belum
memahami dalam menghitung biaya overhead pabrik yang dibebankan
terhadap produk.
28

4. Belum mengetahui bahwa biaya overhead pabrik adalah salah satu


komponen harga pokok produksi yang akan diperhitungkan pada laporan
laba rugi.
3.2 Cara Penyelesaian Masalah
Adapun alternatif penyelesaian masalah yang bisa penulis berikan
adalah sebagai berikut :
1. Penulis akan memberikan gambaran umum unsur – unsur atau
komponen – komponen apa saja yang disajikan dan di perhitungkan
dalam laporan laba rugi.
2. Penulis akan memberikan gambaran unsur – unsur biaya yang ada pada
sebuah produk yang pada dasarnya Menurut Firdaus Dkk (2019 : 19)
biaya berdasarkan produk kegiatan manufaktur atau produksi adalah
proses mengubah bahan baku menjadi barang jadi dengan menggunakan
tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya – biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan manufaktur disebut dengan Biaya Produksi. dalam kutipan
diatas biaya yang dimaksud diantaranya Bahan baku langsung, Tenaga
kerja langsung serta biaya overhead pabrik.
3. Mendampingi mitra untuk menghitung tarif biaya overhead yang
seharusnya dibebankan kepada setiap produk sesuai dengan panduan
yang lazim di gunakan. Menurut supriyono (2013 : 304) berikut beberapa
dasar pembebanan atau perhitungan yang lazim dipakai :
1. Dasar Satuan produksi
Tarif biaya overhead pabrik yang didasarkan pada satuan
produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BBOP
T = BP
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu
BP = Budget produksi dalam periode yang bersangkutan
2. Dasar Biaya bahan baku
29

Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya


bahan baku dihitung berdasar persentase tertentu dari biaya bahan
baku rumus perhitungan tarip sebagai berikut :
BBOP
T= X 100%
BBBB
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik.
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu.
BBBB = Budget biaya bahan baku periode yang bersangkutan.
3. Dasar biaya tenaga kerja langsung
Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya
tenaga kerja langsung dihitung berdasar persentase tertentu dari
biaya tenaga kerja langsung, rumus perhitungan tarip sebagai berikut
:
BBOP
T= X 100%
BBTKL
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode
tertentu
BBTKL = Budget biaya tenaga kerja langsung periode yang
bersangkutan
4. Dasar jam kerja langsung
Dasar jam kerja langsung bermanfaat untuk menghilangkan
kelemahan yang disebabkan tarip upah yang berfluktuasi dari waktu
ke waktu dan perbedaan tarip upah karena tingkat keahlian
karyawan. Rumus perhitungan tarip atas dasar jam kerja langsung
adalah :
BBOP
T = BJKL

Dimana :
30

T = Tarif biaya overhead pabrik


BBOP = Budget biaya overhead pabrik
BJKL = Budget jam kerja langsung
4. Menyusun rangkaian biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung
serta Biaya overhead pabrik ke dalam komponen perhitungan harga
pokok produk dan laporan laba rugi.

BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI BERKELANJUTAN

4.1 Hasil Yang Dicapai Selama Pendampingan


Selama kegiatan Pendampingan KKU – KAM berlangsung penulis telah
mewawancarai pemilik usaha untuk mendapat informasi mengenai
permasalahan yang ada pada BUMDes Mekar Jaya yang kemudian akan
diproses untuk memperoleh sebuah gambaran berbentuk data, serta penulis
juga akan membantu dalam menentukan perhitungan BOP pada laporan Laba
rugi agar mitra mampu memperkirakan biaya – biaya yang dibebankan pada
produk usahanya.
4.1.1 Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Gambaran data informasi yang di peroleh dari BUMDes Mekar
Jaya , dalam satu kali produksi dari 18 ton Gula rafinasi dapat
menghasilkan produk gula cair sebanyak 700 derigen dengan sis tiap
dirigennya yaitu 30 kg denngan total 21 ton gula cair atau bahan baku
sirup pada 1 kali produksi selama 4 bulan. Setelah mendapat gambaran,
penulis menyusun anggaran biaya sesuai dengan bukti transaksi yang
31

terjadi selama bulan Januari smpai dengan April dantahun 2021. Namun
pada saat proses memasukan data,banyak kesulitan dalam penyusunan
karena mitra tidak mencatat beberapa biaya seperti BOP , tidak ada
bukti transaksi pada proses pembelian bahan baku sampai biaya angkut
atau biaya distribusi.maka dari itu penulis membantu menjelaskan,
menghitung, serta mengeklasifikasikan. Hal ini dilakukan agar
memudahkan dalam menghitung jumlah biaya yang bersangkutan.
Berikut rincian data mengenai biaya – biaya produksi yang dikeluarkan
pada bulan Januari sampai dengan April 2021 :

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Tabel 4.1
Unsur Biaya Bahan Baku Langsung
Keterangan Ton Harga/ton Jumlah
BBBL Bulan Januari - April
Gula 18 11.000.000 198.000.000
air 0 0 0
Pengurangan bahan baku 0

Jumlah bahan baku dalam 1 kali prduksi 198.000.000

Menurut Sujarweni (2019 : 10) Biaya bahan baku Adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku utama yang dipakai untuk
memproduksi barang. Maka dari itu tabel 4.1 unsur biaya bahan baku
langsung biaya tersebut didapat dari hasil analisis data pembelian
biaya bahan baku langsung serta wawancara pada saat survei,
32

sehingga biaya dapat disusun dengan sistematis berikut data yang


tercantum :
1. Biaya bahan baku langsung bulan Januari - April
2. Total biaya bahan baku bulan Januari - April
Setelah diketahui jumlah Biaya bahan baku bulan Januari - April
atau dalam satu kali produksi sebesar : Rp 198.000.000.- maka
selanjutnya menghitung biaya yang terserap pada Januari - April
dengan jumlah biaya bahan baku langsung dibagi dengan hasil
jumlah produksi sebagai berikut : Rp 198.000.000/ 22000= Rp
9.000/kg.
Setelah mitra mengetahui biaya bahan baku langsung yang
terserap selama bulan Januari – April maka akan dilanjutkan dengan
menghitung biaya tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik
yang akan dimasukan pada unsur harga pokok produk pada laporan
laba rugi.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tabel 4.2
Unsur Biaya Tenaga Kerja Langsung
Keterangan Unit Harga/orang Jumlah
Tenaga ahli 2 6.500.000 13.000.000
pengolah 1 1.200.000 1.200.000
Pegawai baru 3 7.00.000 2.100.000
Jumlah 6 16.300.000
Sumber Data : Keuangan BUMDes Mekar Jaya Tahun 2021

Menurut Sujarweni (2019 : 10) Biaya tenaga kerja langsung adalah


biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja utama yang
langsung berhubungan dengan produk yang di produksi dari bahan
baku mentah menjadi barang jadi. Maka dari itu tabel 4.2 unsur
biaya tenaga kerja langsung biaya tersebut didapat dari hasil
wawancara dengan pihak BUMDes pada saat survei. Setelah
33

membantu mitra membuat data gaji selanjutnya mitra menjumlah


Biaya tenaga kerja langsung dalam satu kali produksi di tahun 2021
yaitu bulan Januari dan April, dan dapat diketahui sebesar : Rp
16.300.000.- serta biaya yang terserap selama bulan Januari - April
adalah Rp 16.300.000 / 22000 kilogram gula cair = Rp 740,90/kg
hasil perhitungan biaya terserap ini berguna untuk dicantumkan pada
HPP dalam perhitungan laporan laba rugi.
3. Biaya Overhead Pabrik
Menurut Sujarweni (2019 : 10) Biaya Overhead Pabrik merupakan
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang, selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Maka dari itu tabel 4.3
unsur biaya overhead pabrik biaya tersebut didapat dari hasil analisis
data transaksi pada laporan keuangan BUMDes serta wawancara
pada saat survei. Dan didalam biaya overhead pabrik terdapat 2
prilaku biaya yaitu T (Tetap) dan V (Variabel). Menurut Tri
Widyastuti (2017 : 20) biaya tetap (fixed cost) bersifat konstan
secara total dalam rentang yang relevan seperti Pemeliharaan
terhadap aset tetap dan sebagainya sedangkan biaya variabel
(variable cost) berubah secara proporsional terhadap perubahan
aktivitas dalam rentang yang relevan seperti biaya bahan baku tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung dan sebagainya. Sebelum
menyusun unsur biaya overhead pabrik mitra terlebih dahulu harus
menyusun beberapa rincian biaya yang akan dimasukan ke dalam
unsur biaya overhead pabrik sesuai dengan pengeluaran yang terjadi
selama proses produksi namun terdapat kendala pada saat proses
penyusunan karena mitra tidak mencatat dan memiliki bukti
pembayaran atau nota sehingga penulis terlebih dahulu harus
membantu mitra untuk mencatat pengeluaran yang terjadi pada saat
proses produksi berdasarkan wawancara. berikut rincian biaya
overhead pabrik yang telah di identifikasi terkait biaya tetap selama
bulan April dan Mei :
34

Tabel 4.3
Biaya Pemeliharaan Asset Tetap
Biaya pemeliharaan asset tetap
Keterangan Biaya pemeliharaan per Biaya pemeliharaan
bulan Januari – April
2021(@583.250x4)
Mobil 583.250 2.333.000
Sumber data : Hasil wawancara dengan mitra BUMDes Mekar Jaya

berikut rincian biaya overhead pabrik yang telah di identifikasi


terkait biaya variabel selama Tahun 2021:

Tabel 4.4
Biaya Listrik
Biaya listrik
Keterangan Biaya per bulan Biaya Januari - April
Listrik 1.200.000 4.800.000
Sumber data : Hasil wawancara dengan mitra BUMDes Mekar Jaya

Tabel 4.5
Biaya Angkut Barang
Biaya angkut barang
Keterangan Biaya per angkut Biaya angkut 1kali
produksi
250.000 500.000
Sumber data : Hasil wawancara dengan mitra BUMDes Mekar Jaya

Tabel 4.6
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Keterangan Jumlah Biaya angkut
35

(@600.000)
Sopir 2 1.200.000
Sumber data : Hasil wawancara dengan mitra BUMDes Mekar Jaya

Tabel 4.7
Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
Biaya bahan baku tidak langsung Bulan April
Keterangan Unit Harga/unit Jumlah
Dirigen 700 25.000 17.500.000
Gas Elpiji 44 115.000 7.040.000
Rempah - rempah 2 150.000 300.000
Jumlah 24.750.000

Tabel 4.8
Unsur Biaya Overhead Pabrik
Sumber Data : Rincian biaya tetap dan variabel selama bulan Januari – April
Keterangan Prila Pemakaian
ku
Biaya pemeliharaan aset tetap bulan Janauri T 583.250
Biaya pemeliharaan aset tetap bulan Februari T 583.250
Biaya pemeliharaan aset tetap bulan Maret T 583.250
Biaya pemeliharaan aset tetap bulan April T 583.250
Jumlah Biaya Overhead Pabrik Tetap 2.333.000
Biaya Listrik bulan Januari - April V 4.800.000
Biaya angkut barang bulan Januari - April V 500.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V 1.200.000
Biaya bahan baku tidak langsung V 24.750.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik Variabel 31.250.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik Variabel dan Tetap 33.583.000

Setelah membantu mitra membuat unsur biaya overhead pabrik


tetap dan variabel selama bulan bulan Januari – April dapat diketahui
36

sebesar : Rp 33.583.000.- selanjutnya mitra menjumlah biaya yang


terpakai pada masing – masing biaya dimana biaya overhead pabrik
tetap sebesar Rp 2.333.000 dan biaya yang terserap adalah Rp
2.333.000 / 22000 kg adalah = Rp106.04 /kg sedangkan biaya
overhead pabrik variabel sebesar Rp 31.250.000 dan biaya yang
terserap Rp 31.250.000 / 22000 kg = Rp1.240/kg setelah mitra
mengetahui biaya yang terserap pada masing – masing biaya yang
berguna untuk dihitung pada laporan laba rugi nanti selanjutnya
penulis akan membantu dalam menentukan pembebanan serta
perhitungan BOP.
4.1.2 Memilih Dasar Pembebanan Anggaran Biaya Overhead
Pabrik Kepada Produk
Setelah mitra dapat memahami kategori dan menyusun anggaran
biaya overhead pabrik selanjutnya mitra harus melakukan pembebanan
anggaran biaya overhead pabrik kepada produk agar dapat mengetahui
Pembebanan Biaya Overhead pabrik kepada produk agar dapat
memahami dalam menentukan biaya yang tepat pada produk. Menurut
Rahayu (2015) Pembebanan BOP dimulai dari memahami katagori
yang termasuk ke dalam biaya overhead Pabrik, menyusun anggaran
memilih dasar pembebanan, sehingga perusahaan mengetahui berapa
biaya overhead pabrik yang sudah diserap oleh satuan produk yang
dihasikan sehingga berefek kepada penentuan harga jual produk yang
tepat sehingga kelangsungan hidup perusahan bisa dipertahankan.
Adapun dasar pembebanan BOP yang telah disusun dari hasil
wawancara pada mitra BUMDes berikut data dari kegiatan produksi
selama bulan April dan Mei :
1. Jumlah BOP sebesar Rp 33.583.000.- selama bulan Januari – April
2021
2. Perusahaan mampu memproduksi sebanyak 22.000 kg atau 22 ton
gula cair/ bahan baku pembuatan sirup.
37

3. Jam tenaga kerja langsung selama 252 jam per bulannya pada saat
memproduksi (9 jam x 7 hari x 4 minggu).
4. Karyawan bekerja selama 7 hari selama 9 jam dalam 1 bulan.
Penyusunan pembebanan BOP ini berguna untuk mengetahui informasi
tambahan mengenai kegiatan produksi pada mitra agar memudahkan
dalam menghitung BOP. Setelah mitra menyusun dan memahami dasar
pembebanan BOP selanjutnya penulis akan membantu mitra untuk
menghitungan dengan beberapa metode yang lazim digunakan pada saat
menghitung BOP diantaraya : Satuan produk, Biaya bahan baku, Biaya
tenaga kerja langsung dan Biaya jam kerja langsung.
4.1.3 Perhitungan BOP
Setetlah mitra telah mengetahui dasar pembebanan biaya overhead
pabrik selanjutnya penulis membantu mitra dalam memahami
perhitungan BOP yang lazim digunakan berdasarkan tujuan tertentu.
Menurut supriyono (2013 : 304) berikut beberapa dasar pembebanan
atau perhitungan yang lazim dipakai :

a. Satuan Produk
BBOP
T = BP
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu
BP = Budget produksi dalam periode yang bersangkutan
Misal :
Rp 33 .583 .000
T= = Rp 1. 526,5 per kg .
22.000
Apabila dalam satu kali produksi menghasilkan sebanyak sebanyak
700 dirigen dengan 1 dirigen berisi 30kg dengan total 22.000
dengan BOP yang diketahui sebesar Rp 33.583.000, maka biaya
38

overhead pabrik yang dibebankan sebesar = Rp 33.583.000 /


22.000 = Rp 1.526,5/kg
b. Biaya Bahan Baku
BBOP
T= X 100%
BBBB
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik.
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode tertentu.
BBBB = Budget biaya bahan baku periode yang bersangkutan.
Misal :
¿ Rp 33 .583 .000
T= x 100 %= 16 , 96 % hasil pembulatan=17 %
Rp 198 . 00 0.000
dari biaya bahan baku
Apabila suatu produk atau pesanan menikmati biaya bahan baku Rp
198.000.000 / 22.000 kg = Rp 9.000/kg atau hasil pembulatan maka
akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar = Rp9.000 x 17 % =
Rp 1.530/kg
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
BBOP
T= X 100%
BBTKL
Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik dalam periode
tertentu
BBTKL = Budget biaya tenaga kerja langsung periode yang
bersangkutan
Misal :
Rp 33. 583 .000
T= x 100 %= 206 % hasil dari pembulatan
Rp 16 .3 00.000
= 206 % dari biaya tenaga kerja langsung .
Dalam suatu produk atau pesanan menikmati biaya tenaga kerja
langsung Rp 16.300.000 / 22.000 kg = Rp740,90/kg biaya overhead
pabrik yang dibebankan adalah = Rp 740,90 x 206% = Rp 1.526.
39

d. Biaya Jam Kerja Langsung


BBOP
T = BJKL

Dimana :
T = Tarif biaya overhead pabrik
BBOP = Budget biaya overhead pabrik
BJKL = Budget jam kerja langsung
Misal :
Rp 33. 583 .000
T= =Rp 15 . 991 per jam kerja langsung
(252 x4bln) jam kerja langsung
.
Pesanan atau produk yang menikmati 252 jam kerja langsung akan
dibebani biaya overhead pabrik sebesar = 2.100 Jam (dlm 4 bln) x Rp
15.991 = Rp 33.583.000.
Dari beberapa metode perhitungan BOP diatas yang lazim digunakan
untuk tujuan tertentu yang telah dijelaskan penulis kepada mitra untuk
membantu memahami dalam menerapkannya. dan salah satu metode
yaitu satuan produk telah diterapkan pada perhitungan biaya overhead
pabrik tetap dan variabel sebelumnya, karena metode tersebut mudah
dipahami dalam menghitung serta menerapkanya. Selanjutnya setelah
mitra memahami penyusunan anggaran BOP, Pembebanan BOP, serta
Perhitungan BOP mitra akan menyusun serta menghitung Laporan Laba
Rugi dengan memasukan anggaran BOP yang telah dihitung untuk
membantu dalam menentukan hasil daripada keuntungan atau
produktivitas pada usaha yang dijalankan.
4.1.4 Perhitungan Unsur biaya produk pada Harga Pokok Produk dalam
Laporan Laba Rugi (Variabel Costing Method)
Dengan menghitung data dari laporan unsur biaya produksi yang
telah di hitung pada BUMDes Mekar Jaya selama bulan Januari
sampai April 2020 menghasilkan 700 dirigen atau 22.000 kilogram
gula cair, dan menjual 21.000 kg gula cair/ sirup sesuai dengan
40

jumlah yang diproduksi. Maka dari itu penulis akan mendampingi


mitra dalam menyusun Laporan Laba Rugi dengan metode Variabel
Costin.
Dalam perhitungan laporan laba rugi perusahaan pada umumnya
memiliki beberapa poin penting dalam susunan perhitungan laporan
laba rugi seperti pendapatan, beban, laba serta kerugian namun
didalam laporan laba rugi perusahaan manufaktur atau perusahaan
yang memproduksi barang memiliki versi yang sedikit berbeda
dimana ada poin penting tambahan lainnya seperti persediaan dan
harga pokok produksi, pada saat menghitung pendapatan tidak hanya
dikurangi oleh beban akan tetapi persediaan dan harga pokok produksi
juga menjadi pertimbangan didalam laporan laba rugi perusahaan
manufaktur seperti pada laporan laba rugi BUMDes Mekar Jaya yang
bergerak di bidang produksi bahan baku sirup atau berupa gula cair
yang menggunakan metode variable costing
Dalam penyusunan perhitungan laporan laba rugi penulis
memberikan langkah – langkah dalam menghitung dengan metode
vareiabel costing agar memudahkan mitra memahami dan
mengingatnya, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut.
Langkah – langkah menyusun dan menghitung laporan laba rugi
menggunakan metode variable costing dimana BOP Tetap diakui
sebagai beban – beban yang terlihat pada tabel 4.4, diantaranya
sebagai berikut :
1. Membuat kolom atau tabel dan pada bagian atas diberi Nama
perusahaan, laporan laba rugi serta periode yang bersangkutan.
2. Catatlah akun – akun pada laporan laba rugi seperti pendapatan
penjualan, HPP, Margin kontribusi, Beban – beban serta Laba
atau Rugi.
3. Cara menghitung pendapatan penjualan yaitu harga jual dikalikan
dengan jumlah produksi.
41

4. Cara menghitung HPP (Harga pokok produk) ada beberapa poin


yang harus dihitung diantaranya :
a. Cara menghitung persediaan awal hasil dari jumlah biaya
produk dibagi jumlah produksi lalu dikalikan dengan jumlah
produksi awal.
b. Cara menghitung biaya produk yaitu hasil dari jumlah
perkalian Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung,
dan BOP Variabel ditambah. ada beberapa poin yang harus
dihitung diantarnya :
 Cara menghitung biaya bahan baku yaitu hasil dari
perhitungan biaya terserap pada biaya bahan baku pada
anggaran BOP dikali dengan jumlah produksi.
 Cara menghitung biaya tenaga kerja langsung yaitu hasil
dari perhitungan biaya terserap pada biaya tenaga kerja
langsung pada anggaran BOP dikali dengan jumlah
produksi.
 Cara menghitung BOP Variabel yaitu hasil dari
perhitungan biaya terserap pada BOP Variabel pada
anggaran BOP dikali dengan jumlah produksi.
c. Cara menghitung Harga pokok produk yang tersedia untuk
dijual yaitu hasil jumlah persediaan awal ditambahkan
dengan jumlah total biaya produk.
d. Cara menghitung persediaan akhir hasil dari jumlah biaya
produk dibagi jumlah produksi lalu dikalikan dengan jumlah
produksi akhir.
e. Cara menghitung HPP (Harga pokok produk) hasil jumlah
HPP yang tersedia untuk dijual dikurangi persediaan akhir.
5. Cara menghitung Margin kontribusi dengan hasil jumlah
pendapatan penjualan dikurangi dengan hasil jumlah HPP (Harga
pokok produk).
42

6. Cara menghitung beban – beban dengan cara menambahkan


beban adm dan umum, beban pemasaran, BOP Tetap, dan Beban
Transport. Ada beberapa poin yang harus dihitung diantaranya :
a. Cara menghitung beban adm dan umum didapat dari transaksi
biaya operasional BUMDes.
b. Cara menghitung beban pemasaran didapat dari transaksi
biaya operasional BUMDes.
c. Cara menghitung BOP Tetap didapat dari perhitungan unsur
biaya overhead pabrik.
d. Cara menghitung beban transport didapat dari transaksi biaya
operasional BUMDes.
7. Cara menghitung Laba/Rugi Bersih dengan cara hasil jumlah
margin kontribusi dikurangi dengan hasil jumlah beban.

Tabel 4.9
Laporan Laba Rugi Variable Costing

LAPORAN LABA RUGI

Pendapatan Penjualan (Rp438.900 x 700 Dirigen) 307.230.000

HPP

Persediaan Awal (Rp11.267 x 2.700 Kg) 30.422.005


Biaya Produk:
1 Biaya Bahan Baku
(Rp.9000 x 22.000) 198.000.000
(Rp.740,99 x
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
22.000) 16.300.000
(Rp.1.4250,5 x
3 BOP Variabel
22.000) 31.250.000

245.550.000 +
Total Biaya Produksi

Hp Produk yang tersedia untuk dijual 275.972.005

Persediaan Akhir (Rp11.267 x 2.700 Kg) 30.422.005

HPP 245.550.000
43

Margin Kontribusi 61.680.000

Beban - Beban :
:R
Beban Adm dan Umum
1 p
:R
beban Pemasaran
2 p
:R 2.333.00
BOP Tetap
3 p 0
:R
Beban Transport
4 p 500.000

Total Beban 2.833.000

Laba Rugi Bersih 58.847.000

Setelah selesai melalui proses kegiatan pendampingan KKU – KAM


kepada pemilik BUMDes Mekar Jaya penulis merasakan adanya potensi
keberlanjutan pada BUMDes Mekar Jaya dari pendampingan tersebut
untuk membantu para pelaku usaha didesa dalam mengelola keuangan
untuk mengembangkan usahanya. Untuk mendukung hal ini maka penulis
melakukan langkah –langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pertemuan rutin silaturahmi satu minggu sekali dalam sebulan
dan sharing kepada pemilik BUMDes mengenai akuntansi Biaya Overhead
Pabrik.
2. Mereview data serta berkonsultasi tentang informasi dalam menentukan
anggaran biaya overhead pabrik.
3. Melakukan pelatihan cara menghitung anggaran BOP serta menetapkan
BOP ke dalam Biaya produksi pada perhitungan laporan laba rugi.
1.2 Manfaat Pendampingan
Manfaat dalam kegiatan pendampingan KKU – KAM Perhitungan BOP
Dalam Laporan Laba rugi untuk meningkatkan produktifitas kerja pada
BUMDes Mekar Jaya pada bidang usaha perdagangan gula cair adalah
sebagai berikut :
1. Membantu BUMDes Menentukan Unsur – unsur biaya anggaran produksi
BOP Yang ada di BUMDes.
44

2. Membantu menetapkan pembebanan Serta Menghitung BOP.


3. Membantu dalam menetapkan BOP sebagai salah satu unsur dari biaya
produksi pada perhitungan Laporan laba rugi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik memiliki peranan penting dalam
pencatatan sebuah laporan keuangan didalam perusahaan
manufaktur/produksi dan merupakan hal yang semestinya di pertimbangkan
ketika menentukan sebuah biaya atau harga pokok produksi untuk
memperkirakan harga jual dan menghasilkan laba yang diharapkan kepada
sebuah produk tersebut. Dengan adanya perhitungan BOP akan memudahkan
dalam melakukan perencanaan dan pengendalian serta untuk meningkatkan
produktivitas kerja pada bisnis yang akan dijalankan. Pada kegiatan KKU –
KAM pendampingan kepada BUMDes Mekar Jaya penulis menyimpulkan
bahwa :
1. BUMDes Mekar Jaya sudah memahami unsur – unsur anggaran Biaya
Overhead Pabrik.
2. BUMDes Mekar Jaya telah memahami dalam menentukan pembebanan
dan cara perhitungan BOP.
3. BUMDes Mekar Jaya telah memahami menentukan BOP pada Biaya
Produksi dalam perhitungan Laporan Laba Rugi.
45

5.2 Saran
Dalam pembuatan Laporan KKU – KAM ini tentunya masih terdapat
kekurangan dalam penyusunannya, diharapkan perkembangan dalam
penyusunan laporan KKU – KAM dan usaha pada BUMDes tersendiri bisa
lebih baik lagi dimasa mendatang. Adapun beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan diantaranya :
1. BUMDes Mekar Jaya dapat menerapkan pencatatan dan perhitungan
BOP yang telah diberikan selama pelatihan namun penulis harus terlebih
dahulu untuk mencatat informasi atau data mengenai pencatatan
keuangannya.
2. BUMDes Mekar Jaya harus membiasakan melakukan perhitungan biaya
produksi atau harga pokok produksi dengan menetapkan unsur – unsur
biaya yang terserap pada produk agar memudahkan dalam pengambilan
keputusan dalam menetapkan laba yang diharapkan.
3. BUMDes Mekar Jaya harus mencatat dan menyimpan bukti – bukti dari
setiap transaksi yang terjadi selama produksi agar pada saat menghitung
dan menyusun BOP dan laporan laba rugi dapat mudah diketahui.
4. Penelitian yang dilakukan pada BUMDes masih terdapat
banyak kendala, akan tetapi untuk penulis yang akan datang
diharapkan dapat melakukan pendampingan dengan cara
yang efektif dan efisien agar tujuan daripada kegiatan
pendampingan dapat tercapai dengan baik serta lebih sering
aktif dalam berkomunikasi dengan mitra di
BUMDes.DAFTAR PUSTAKA
5.

6. Catur sangsoko, Wasillah abdullah, dan Firdaus ahmad dunia. 2019.


Akuntansi Biaya Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.
7. Haryanto Wawan, 2018. Analisis Pembebanan Biaya Overhead
Terhadap Harga Jual Waroeng Ibu Noeng Di Bekasi. Jurnal Sistem
Informasi Akuntansi Universitas Bina Sarana Informatika VOL. 4. No. 1
Agustus 2018 E-ISSN: 2527-4864 Hal. 138.
8. Husaini dkk, 2011. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Standar Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi (Studi pada PT. Sigi
Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011). Jurnal Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Hal. 4.
9. Rahayu Yuri, 2015. Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Terhadap Harga Jual Produk Pada Ukm Di Wilayah Sukabumi Amik.
Jurnal Ecodemica. Vol III. No.2 Hal 552 – 553.
10. Sujarweni V. Wiratna. 2019. Akuntansi Biaya Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
11. Supriyono. 2013. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya Dan Penentuan
Harga Pokok Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
12. Widyastuti Tri. 2017. Akuntansi Biaya ; Pendekatan Activity Based
Costing. Yogyakarta : expert.
13.
14. Pedoman KKU-KAM. 2020. Panduan Pelaksanaan dan
Pedoman Penyusunan Laporan KKU-KAM (Pendampingan).
STIE La Tansa Mashiro Program Studi Akuntansi.
15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22. LAMPIRAN - LAMPIRAN


23.

24.

25.

26.
27.

28.

29.

30.

31.
32.
33.
34.

Anda mungkin juga menyukai