Anda di halaman 1dari 10

Nama : Aan Munandar

Nim : 115180051
Kelas :A

Ringkasan Materi

ABSTRAK
Pada jurnal ini menyajikan analisa berupa pengaruh anomali yang berada dekat dengan
permukaan berdasarkan pada kedatangan pertama dari gelombang seismik. Waktu tempuh
gelombang dari gelombang yang terbaca pertama dihitung dengan menggunakan perhitungan
dan ditransformasikan dalam bentuk grafik t-x. Dalam jurnal ini mengklasidikasikan 5 model
geologi sederhana berdasarkan bentuk dari grafik t-x dan menghubungkan hasil tersebut pada
model yang lebih kompleks. 5 model geologi sederhana tersebut antara lain :
 Rongga bundar bawah permukaan
 Objek atau material yang terkubur
 Batas lapisan berbentuk concave / cekung
 Batas lapisan berbentuk convex / cembung
 Zona rekahan vertikal
Pengklasifikasian model geologi tersebut didasarkan pada beberapa parameter antara lain
yaitu kondisi titik puncak dan bentuk depresi dari grafik t-x. Metode seismik refraksi dapat
membedakan model yang memiliki parameter yang berbeda jelas, namun akan susah apabila
model yang sama akan memiliki parameter dan bentuk yang identik.

PENGANTAR UMUM
Penelitian geofisika dekat permukaan bumi pada umumnya digunakan untuk bagian dari
penelitian proyek teknik sipil. Biasanya digunakan dalam pendeteksian kondisi struktur bawah
permukaan, dimana pembangunan infrastruktur seperti jalan, bendungan, dan yang lainnya
memerlukan data kondisi bawah tanah sebagai referensi dalam pembangunan. Dalam teknik
sipil, banyak metode geofisika yang telah dikembangkan, seperti seismik, gravitasi, geolistrik,
dan magnetik, namun yang biasanya digunakn yaitu metode seismik refraksi.
Pengukuran seismik refraksi berdasarakan analisa kedatangan gelombnag pertama dinilai
sederhana dan murah, dan sering digunakan dalam eksplorasi kondisi bawah tanah dekat dengan
permukaan. Dalam penentuan kecepatan rambat gelombang bawah tanah digunakan beberapa
metode perhitungan antara lain plus-minus hingga GRM.
Permasalahan yang biasanya timbul pada penelitian geofisika yaitu multi-interpretasi,
dimana dalam metode seismik refraksi akan dijumpai perbedaan model geologi, sehingga perlu
dikaji lebih dalam mengenai karakteristik geologi lokasi penelitian hingga atribut refraksi lain
seperti waktu tempuh, data amplitudo, hingga trace seismik pada pengukuran bolak-balik.
Dalam jurnal ini memberikan penejelasan fisik mengenai hasil pengukuran metode
seismik refraksi dengan menghubungkan bentuk dari grafik t-x (dengan menggunakan kedatan
pertama gelombang) dengan propagasi seismik. Penelitian dilakukan dengan membandingkan
kelima model geologi dari dua laisan sederhana yang dimodifikasi dengan anomali dekat
permukaan, kelima model tersebut telah dijabarkan pada bagian abstrak. Kelima model
sederhana tersebut pada umumnya dijumpai pada daerah karst dan biasa diselidiki pada
eksplorasi dekat dengan permukaan.
Pembacaan waktu tiba gelombang pertama dinilai sebagai solusi dari persamaan dalam
pemodelan numerik. Persamaan dalam dua dimensi memiliki parameter t yang mewakili waktu
tempuh di titik offset (x, z) dan parameter v mewakili kecepatan di titik offset (x, z).

DESKRIPSI MODEL GEOLOGI SEDERHANA


Model geologi sederhana yang dianalisa dalam jurnal ini yaitu model 2 lapis yang
dimodifikasi dengan anomali dekat permukaan, dengan ketentuan kecepatan pada lapisan
pertama sebesar v1 = 800 m/s dan berada pada lapisan kedua dengan nilai kecepatan yaitu
sebesar v2 = 3200 m/s. Ketebalan lapisan pertama yaitu sebesar 7 meter dengan panjang lintasan
50 meter. Kedatangan gelombang pertama dihitung pada semua model dengan sumber
gelombang seismik diposisikan pada permukaan tepi kiri profil. Berikut pembahasan mengenai
kelima model geologi sederhana :
1. Model Rongga Bawah
Model rongga bawah tanah sebenarnya telah dianalisa secara rinci oleh Engelsfeld et al.
(2008), sehingga dalam makalah ini hanya menyajikan grafik t-x yang diperoleh secara numerik.
Gambar tersebut merupakan gambaran kondisi bawah permukaan dimana dijumpai
rongga didalamnya.
Dalam kasus model dua lapisan dengan batas horizontal, grafik t-x adalah fungsi linier.
Kondisi rongga bawah tanah tidak dapat ditembus oleh gelombang seismik sehingga
menghasilkan bentuk grafik t-x seperti gambar dibawah ini :

Dimulainya pengaruh rongga bawah tanah terhadap bentuk grafik dimulai pada titik x1
hingga x2. Pada jarak kurang dari x1 dan lebih dari x2, grafik t-x memiliki bentuk khas model 2
lapis dengan batas horizontal. Perubahan kemiringan pada grafik yang terputus terjadi pda jarak
xp.
2. Model Objek Terkubur
Gambar dibawah merupakan gambar model dengan objek terkubur, bentuk, dimensi, dan
posisi objek menyerupai pada rongga bawah tanah, berikut gambar model objek terkubur :
Grafik t-x pada model objek terkubur diigambarkan pada gambar dibawah, dimana jarak
kurang dari x1 dan lebih dari x2, bentuk grafik sama seperti model dua lapis tanpa objek
terkubur. Pengaruh objek terkubur terlihat pada x1 dan x2 dalam bentuk depresi, bentuk tersebut
merupakan hasil dari kecepatan seismik yang lebih tinggi pada objek yang dkubur pada lapisan
atas sekitarnya. Pengaruh objek yang terkubur juga terlihat dalam grafik muka gelombang.

Gambar diatas merupakan gambar dari bentuk grafik t-x dan penjalaran gelombang pada
model objek terkubur. Perambatan gelombang yang melalui sekitar dan melalui objek terkubur
secara skematis digambarkan berikut :
Antara jarak xc dan x1 menggambarkan kedatangan pertama dari gelombang yang
dibiaskan. Pada jarak x1 dan x2 menggambarkan kondisi kedatangan gelomang pertama kali
hasil dari pembiasan, seperti yang dimiliki gelombang yang memiliki waktu tempuh lebih
pendek daripada gelombang yang merambat melalui objek yang terkubur.
3. Model dengan Batas Lapisan Cekung
Gambar dibawah merupakan gambar model dengan dengan batas lapisan cekung :

Grafik t-x pada model batas lapisan cekung memiliki pengaruh konkavitas yang dimulai
pada x1 dan yang paling menonjol di xp, sementara pada jarak yang besar grafik t-x mendekatu
grafik model dua lapis. Berikut bentuk dari grafik t-x model batas lapisan cekung :
Pada grafik muka gelombang ditunjukkan ada pada gambar diatas dimana. Selain muka
gelombang, dua sinar bias yang mencapai xc dan x1 juga digambarkan. Di antara kedua jarak ini,
kedatangan pertama adalah hasil dari gelombang yang dibiaskan. Bentuk grafik t-x sebagai hasil
dari perambatan gelombang seismik dijelaskan pada Gambar dibawah. Gelombang refraksi
terakhir sebelum cekung mulai mempengaruhi kedatangan pertama ditunjukkan oleh z1. Sinar ini
dimulai pada titik A dan tiba di permukaan pada x1.
Pengaruh cekung pada kedatangan pertama, yang bertentangan dengan kasus rongga
bawah tanah, hadir di jarak berapa pun. Grafik t – x mendekati asimtotik grafik dari model dua
lapis (garis putus-putus): ketika jarak dari sumber pergi ke tak terhingga, sudut α → 90 ° dan
sudut β → θ. Secara umum, posisi titik B tergantung pada kontras kecepatan (v2 / v1) dan pada
parameter konkavitas. Namun, hasil utama tidak tergantung pada posisi titik B: bentuk grafik t –
x dan keberadaan titik puncak.

4. Model dengan Lapisan Batas Cembung


Gambar dibawah ini merupakan model geologi sederhana dari batas lapisan cembung :

Grafik t – x yang dihasilkan dari model dengan lapisan batas cembung digambarkan pada
Gambar. dibawah. Bentuk grafik, ditandai dengan depresi, mirip dengan bentuk grafik t-x yang
diperoleh untuk model objek yang dikubur yang digambarkan pada Gambar. 3a. Pengaruh batas
cembung terlihat antara titik x1 dan x2. Pada jarak yang lebih besar dari x2, grafik memiliki
bentuk yang sama dengan grafik untuk model dua lapis dasar.
Perambatan gelombang sepanjang batas dan melalui tonjolan cembung disajikan pada
Gambar. 8. Titik T, diposisikan di awal konveksitas, adalah titik pada tonjolan cembung yang
mencapai gelombang pertama kali. Kedatangan pertama ke titik lain dari tonjolan cembung harus
memiliki sumbernya pada titik T.

Gambar diatas merupakan determinasi penjalaran gelombang yang ditunjukkan pada


batas lapisan vembung dan grafik t-x yang dihasilkan.
5. Model Zona Rekahan Vertical
Gambar dibawah merupakan model sederhana dari model zona rekahan vertikal :

Grafik t – x untuk model dengan zona retak vertikal disajikan pada Gambar. 9a. Pengaruh
zona patah terlihat antara x1 dan x3. Wilayah ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Pada jarak
antara x1 dan x2, kemiringan grafik t – x secara bertahap meningkat. Peningkatan ini berakhir
pada x2 dan kemudian kemiringan tetap konstan hingga x3. Berikut grafik t-x model zona
rekahan vertical :

Bentuk grafik t-x adalah konsekuensi dari perambatan gelombang melalui zona rekahan.
Antara jarak xc dan x1, kedatangan pertama adalah hasil dari gelombang refraksi yang ditandai
oleh sudut refraksi θ1. Sinar z1 adalah sinar terakhir sebelum awal pengaruh zona retak. Sinar z1
memulai pada titik T dan mencapai permukaan pada x1. Titik T juga merupakan titik sumber
dari mana sejumlah sinar yang bertanggung jawab atas kedatangan pertama merambat ke
permukaan.
Panjang sinar ini secara bertahap meningkat, menghasilkan peningkatan waktu tempuh.
Peningkatan ini berhenti ketika sudut antara sinar yang berasal dari titik T dan normal menjadi
sama dengan sudut refraksi θ2. Sinar ini diberi label dengan z2 dan mencapai permukaan pada
x2. Sesuai dengan hukum Snell, sudut kritis θ2 lebih besar dari sudut kritis θ1 karena rasio
kecepatan seismik v1 / v3 lebih besar dari rasio v1 / v2 (sinθ1 = v1 / v2, sinθ2 = v1 / v3). Sinar di
sebelah kanan sinar z2 sejajar dengan z2, maka kemiringan grafik t-x menjadi konstan dan
ditentukan oleh kecepatan seismik v3. Sinar z33 yang berasal dari batas lapisan yang ditandai
oleh kecepatan seismik v1 dan v3 dan sinar z32 yang berasal dari batas lapisan yang ditandai
oleh kecepatan seismik v1 dan v2 tiba secara bersamaan pada jarak x3. Di sebelah kanan x3,
kedatangan pertama sekali lagi adalah hasil dari gelombang yang dibiaskan berasal dari batas
lapisan yang ditandai dengan kecepatan seismik v1 dan v2 (sinar ini sejajar dengan sinar z1).
Bagian garis plot grafik t – x ini sejajar dengan garis plot antara xc dan x1, karena kemiringan
kedua bagian ini ditentukan oleh kecepatan seismik yang sama (v2). Pergeseran antara dua garis
ini (diberi label dengan τ) adalah hasil dari perambatan gelombang melalui zona rekahan yang
ditandai oleh kecepatan seismik v3, yang lebih rendah dari kecepatan seismik v2: τ = s / v3 −s /
v2. , di mana s adalah lebar zona retak.

Anda mungkin juga menyukai