Anda di halaman 1dari 126

PENGAPLIKASIAN LOGIKA FUZZY UNTUK SISTEM

PENENTU TINGKAT KEMATANGAN ROASTING PADA


BIJI KOPI MENGGUNAKAN NILAI SENSOR KAPASITIF
DAN NILAI SENSOR WARNA

SKRIPSI

Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM. 1741160011

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021

i
PENGAPLIKASIAN LOGIKA FUZZY UNTUK SISTEM
PENENTU TINGKAT KEMATANGAN ROASTING PADA
BIJI KOPI MENGGUNAKAN NILAI SENSOR KAPASITIF
DAN NILAI SENSOR WARNA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan

Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM. 1741160011

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL JURUSAN


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENGAPLIKASIAN LOGIKA FUZZY UNTUK SISTEM PENENTU


TINGKAT KEMATANGAN ROASTING PADA BIJI KOPI
MENGGUNAKAN NILAI SENSOR KAPASITIF DAN NILAI SENSOR
WARNA

Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM 1741160011

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Juli
2021 dan disahkan oleh :

Pembimbing I :
Ir. Azzam Muzakhim I, MT
NIP. 196705041994031004
………………………………
Pembimbing II :
M. Taufik, ST, MT
NIP. 196403041989031003
………………………………
Penguji I :
Hadiwiyatno, ST., MT
NIP. 196310241988031002 ………………………………

Penguji II :
Aad Hariyadi, SST, MT
NIP. 196301041988031002 ………………………………

Malang, 30 Juni 2020


Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi
Jaringan Telekomunikasi Digital

Mochammad Junus, ST., MT M. Nanak Zakaria, ST., MT


NIP.197206191999031002 NIP. 197106111999031004

i
Pernyataan Orisinalitas Skripsi

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Monalisa Desideria Muliono


NIM : 1741160011
Judul Skripsi : Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk Sistem Penentu
Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi
Menggunakan Nilai Sensor Kapasitif Dan Nilai Sensor
Warna
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal skripsi ini
merupakan hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli saya sendiri. Saya
tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan
untuk gelar atau ijazah pada Politeknik Negeri Malang atau perguruan tinggi
lainnya.
Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran
dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Politeknik Negeri Malang.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Malang, 30 Juni 2020


Mahasiswa,

Monalisa Desideria Muliono

ii
ABSTRAK
Monalisa Desideria Muliono, 2021. “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk
Sistem Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan
Nilai Sensor Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.
Dosen Pembimbing I: Azam Muzakhim Imammuddien, Ir., MT. . Dosen
Pembimbing II: M. Taufik, ST, MT

Proses roasting pada biji kopi merupakan salah satu proses yang paling
berpengaruh pada mutu dan kualitas biji kopi sangrai. Proses roasting meliputi
proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya,
mengurangi beratnya dan memberikan aroma pada kopi tersebut. Citarasa kopi
mampu divariasikan sesuai selera, tergantung pada bagaimana proses roasting ini
dilakukan.
Terdapat 3 klasifikasi roasting kopi yaitu klasifikasi light, medium dan
dark. Dari jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki tingkat
kadar air dalam biji yang berbeda-beda. Selama ini penentuan tingkat kematangan
roasting masih dilakukan secara manual berdasarkan pengamatan visual dan
membutuhkan waktu yang relatif lama, penelitian ini bertujuan untuk membuat
alat pendeteksi tingkat kematangan roasting pada biji kopi dengan memanfaatkan
nilai frekuensi yang didapat dari osilator RC. Perubahan nilai kapasitor akan
mempengaruhi hasil frekuensi yang diukur.
Untuk menambah keakurasian klasifikasi ditambahkan sensor warna untuk
mengetahui intensitas warna pada biji kopi. Nilai kapasitansi dan nilai dari sensor
warna dari setiap klasifikasi roasting tersebut dimasukkan kedalam logika fuzzy
dan diharapkan dapat mengklasifikasi jenis roasting dari biji kopi secara akurat.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi biji kopi dampit tingkat kematangan
dark memliki range frekuensi dark ≥ 104980 Hz, medium dengan nilai antara
104210 Hz < medium < 104980 Hz dan light ≤ 104210 Hz. Untuk biji kopi kawi
dengan range keanggotaan, dark > 104980 Hz, medium dengan range 101770 Hz
< medium ≤ 102940 Hz dan light ≤ 101770 Hz. Sedangkan pada sensor warna
dalam pengujian sistem fuzzy untuk tingkat kematangan dark memiliki range nilai
keanggotaan, Dark ≤ 52, untuk medium dengan range 68 < medium ≤ 87 dan light
dengan range light ≥ 92. nilai fuzzy biji kopi memiliki nilai untuk dark 4, medium
5 dan light 6.

Kata kunci: Proses roasting, Logika fuzzy, Sensor kapasitif, Sensor warna

iii
ABSTRACT
Monalisa Desideria Muliono, 2021. “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk
Sistem Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan
Nilai Sensor Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.
Dosen Pembimbing I: Azam Muzakhim Imammuddien, Ir., MT. . Dosen
Pembimbing II: M. Taufik, ST, MT

The roasting process of coffee beans is one of the most influential


processes on the quality and quality of roasted coffee beans. The roasting process
includes the process of removing the water in the coffee, drying and developing
the beans, reducing the weight and giving the coffee its aroma. The taste of coffee
can be varied according to taste, depending on how the roasting process is carried
out.
There are 3 classifications of coffee roasting, namely the classification
of light, medium and dark. Each type of roasting classification has a different
level of moisture content in the beans. Because of that, a roasting level detector
was made for coffee beans by utilizing the frequency value obtained from the RC
oscillator. Changes in the value of the capacitor will affect the results of the
measured frequency.
To increase classification accuracy, a color sensor is added to determine
the color intensity of the coffee beans. The capacitance value and the value of the
color sensor from each roasting classification are entered into fuzzy logic and are
expected to be able to classify the type of roasting of coffee beans accurately.
Based on the results of the research, the frequency of coffee beans with
dark maturity has a frequency range of dark 104980 Hz, medium with values
between 104210 Hz < medium < 104980 Hz and light 104210 Hz. For kawi
coffee beans with membership range, dark > 104980 Hz, medium with a range of
101770 Hz < medium 102940 Hz and light 101770 Hz. While the color sensor in
the fuzzy system testing for the dark maturity level has a membership value range,
Dark 52, for medium with a range of 68 < medium 87 and light with a light range
of 92. The fuzzy value of coffee beans has a value for dark 4, medium 5 and light
6.

Keywords: Roasting process, Fuzzy logic, Capacitive sensor, Color sensor

iv
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk Sistem Penentu Tingkat
Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan Nilai Sensor Kapasitif dan
Nilai Sensor Warna”.
Penulis menyadari tidak akan mampu merealisasikan laporan ini tanpa
bantuan, dorongan dan bimbingan dari para Ibu Bapak Dosen, Orang Tua, dan
Teman-teman. Oleh karena itu atas segala bantuan yang telah diberikan, saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi keajaiban, kesehatan, kesempatan,


kekuatan dan kelancaran dalam proses pengerjaan skripsi ini.
2. Nabi Muhammad SAW, sebagai junjungan yang telah memberikan
suri tauladan yang baik kepada umatnya.
3. Kedua Orang tua dan kakak-kakak saya yang senantiasa memberikan
doa restu, kasih sayang, dorongan semangat, serta bantuan moril
maupun materil.
4. Bapak Nanak Zakaria, ST., MT. selaku Ketua Prodi Jaringan
Telekomunikasi Digital.
5. Bapak Yoyok Heru PI, Drs, MT selaku Ketua Panitia Skripsi 2020
Program Studi Jaringan telekomunikasi Digital.
6. Bapak Azam Muzakhim Imammuddien, Ir., MT selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan rekomendasi judul skripsi ini
kepada saya dan senatiasa memberikan bimbingan dengan sangat
sabar dan memberikan motivasi dalam pengerjaan yang sangat
bermanfaat
7. Bapal M. Taufik, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran, masukan, dan dorongan yang luar biasa sehingga
saya bisa melaksanakan sidang ditahap 2 dengan lancar serta
bimbingan dengan penuh tanggung jawab serta sangat bermanfaat

v
8. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Malang yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
9. Teman-teman JTD yang telah memberikan informasi dan semangat
dalam proses pengerjaan skripsi ini.
10. Orang yang sudah menjadi seperti teman, sahabat dan keluarga saya
yang selalu ada dalam suka maupun duka, saya sangat mengucapkan
terimakasih dan juga meminta maaf yang sebesar-besarnya. Sukses
ya!
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan dan dorongan semangat, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin masih


terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
diterima dengan baik guna memperbaiki kekurangan dan kesalahan
tersebut.
Malang, 15 Juli 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................

Pernyataan Orisinalitas Skripsi...........................................................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

ABSTRACT...........................................................................................................iv

Kata Pengantar......................................................................................................v

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Batasan Masalah.............................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................4

1.6 Luaran Penelitian............................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................................5

2.2 Kajian Teori....................................................................................................7

2.2.1 Kopi.........................................................................................................7

2.2.2 Proses Roasting........................................................................................7

2.2.3 Kapasitor..................................................................................................8

2.2.4 Sensor Kapasitif.....................................................................................10

2.2.5 Rangkaian Osilator................................................................................11

2.2.6 IC CMOS 4069......................................................................................14

vii
2.2.7 Sensor Warna TCS230..........................................................................16

2.2.7 Arduino Uno Wifi..................................................................................18

2.2Program Arduino IDE................................................................................20

2.2. Bahasa Pemrograman C...........................................................................21

2.2.8 Logika Fuzzy.........................................................................................21

2.2.9 LCD 16 x 2............................................................................................22

2.2.10 Firebase Database................................................................................25

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................27


3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................27

3.2 Tahapan Penelitian.......................................................................................27

3.3 Alat Dan Bahan............................................................................................28

3.3.1 Perangkat Keras (Hardware)..................................................................28

3.3.2 Perangkat Lunak (Software)..................................................................29

3.4 Perencanaan Sistem......................................................................................30

3.4.1 Blok diagram sistem..............................................................................30

3.4.2 Flowchart Sistem...................................................................................31

3.5 Perancangan Alat dan Sistem.......................................................................32

3.5.1 Rancangan Hardware Keseluruhan........................................................32

3.5.2 Rancangan Software..............................................................................35

3.6 Penentuan Prosedur dan Parameter..............................................................45

3.6.1 Diagram Alir Cara Kerja Sistem............................................................45

3.6.2 Parameter Penelitian..............................................................................46

3.7 Rancangan Pengambilan Data......................................................................46

3.8 Rancangan Analisa Data..............................................................................46

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................47


4.1 Implementasi Pembuatan.............................................................................47

viii
4.1.1 Hasil Implementasi Pembuatan Hardware Keseluruhan.......................47

4.1.2 Hasil Implementasi Pembuatan Software..............................................50

4.2 Hasil Pengujian Sensor Kapasitif.................................................................50

4.2.1 Hasil Pengujian Nilai Kapasitansi.........................................................51

4.2.3 Pembahasan Hasil Pengujian Kapasitansi.............................................55

4.2.4 Hasil Pengujian Nilai Frekuensi............................................................55

4.3 Hasil Pengujian Sensor Warna.....................................................................68

4.3.1 Pengujian Sensor Warna........................................................................68

4.3.1Pembahasan Hasil pengujian Sensor Warna...........................................70

4.4Hasil Pengujian Fuzzy...................................................................................70

4.4.1 Hasil Pengujian Fuzzifikasi...................................................................71

4.4.2 Hasil Pengujian Inferensi Fuzzy............................................................81

4.4.3 Hasil Pengujian Defuzzifikasi...............................................................85

4.5Hasil Pembahasan Sistem Keseluruhan........................................................90

4.5.1Hasil Pembahasan Perbandingan Biji Kopi Dampit dan Kawi..............90

4.5.2 Hasil Pembahasan Perbandingan Defuzzifikasi Biji Kopi Kawi Metode


Sugeno dan Mamdani.....................................................................................90

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................92


5.1 Kesimpulan...................................................................................................92

5.2 Saran.............................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................94

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Kopi...................................................................................7


Gambar 2.2 Biji Kopi Roasting ............................................................................8
Gambar 2.3 Struktur Kapasitor .............................................................................9
Gambar 2.4 Sensor Kapasitif ................................................................................11
Gambar 2.5 Blok Diagram Dasar Osilator ...........................................................12
Gambar 2.6 Rangkaian osilator RC dengan inverter ............................................12
Gambar 2.7 Efek hysteresis pada inverter ............................................................13
Gambar 2.8 Bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran inverter ..........14
Gambar 2.9 Pin CMOS 4069 ................................................................................17
Gambar 2.10 Sensor Warna TCS230 ...................................................................17
Gambar 2.11 Skema Pin Sensor TCS230 .............................................................18
Gambar 2.12 Arduino Uno + Wifi .......................................................................20
Gambar 2.13 Sistem Fuzzy ...................................................................................23
Gambar 2.14 Bentuk Fisik LCD 16 x 2 ................................................................24
Gambar 2.15 Skematik LCD ................................................................................26
Gambar 2.16 Arsitektur Sistem Firebase ..............................................................27
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ...........................................................................28
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem ........................................................................31
Gambar 3.3 Flowchart Sistem ..............................................................................32
Gambar 3.4 Rancangan Hardware Keseluruhan ..................................................33
Gambar 3.5 Sistem Rangkaian .............................................................................34
Gambar 3.6 Rancangan Ukuran Sensor Kapasitif ................................................35
Gambar 3.7 Rancangan Sensor Warna .................................................................35
Gambar 3.8 Rancangan Rangkaian Osilator .......................................................36
Gambar 3. 9 Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Dampit ..........................37
Gambar 3.10 Pemrogaman Fuzzifikasi Frekuensi Biji Kopi Dampit ...................38
Gambar 3. 11 Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Kawi ............................39
Gambar 3.12 Pemrograman Fuzzifikasi Frekuensi Biji Kopi Kawi .....................40

x
Gambar 3.13 Fungsi Keanggotaan Sensor Warna ................................................40
Gambar 3.14 Pemrogaman fuzzifikasi Sensor Warna ..........................................43
Gambar 3.15 Persamaan COG .............................................................................44
Gambar 3.16 Rancangan Aplikasi Pada Sistem Android .....................................45
Gambar 3.17 Diagram Alir Cara Kerja Sistem secara keseluruhan .....................46
Gambar 4.1 Gambar Hasil Implementasi Alat Keseluruhan ................................48
Gambar 4.2 Hasil Implementasi sensor kapasitif .................................................49
Gambar 4.3 Hasil Implementasi Sensor Warna ...................................................49
Gambar 4.4 Hasil Implementasi Rangkaian Osilator 50
Gambar 4.5 Aplikasi Android ..............................................................................51
Gambar 4.6 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter
Untuk Biji .............................................................................................................53
Gambar4.7 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter Untuk Biji
Kopi Kawi Mentah ...............................................................................................53
Gambar 4.8 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter ...................54
Gambar 4.9 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter ..................55
Gambar 4.10 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................57
Gambar 4.11 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium .................................................................................................................57
Gambar 4.12 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada osiloskop Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................58
Gambar 4.13 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................59
Gambar 4.14 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk
Tingkat ..................................................................................................................59
Gambar 4.15 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................60
Gambar 4.16 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter
Arduino..................................................................................................................62
Gambar 4.17 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Kawi Mentah .............................................................................62

xi
Gambar 4. 18 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Dark ...............................................................................................63
Gambar 4.19 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino . 64
Gambar 4. 20 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Light ..............................................................................................66
Gambar 4.21 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
Untuk Tingkat Dark ..............................................................................................66
Gambar 4.22 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Medium .........................................................................................67
Gambar 4. 23 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Light ..............................................................................................67
Gambar 4.24 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................69
Gambar 4.25 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Medium .................................................................................................................70
Gambar 4.26 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................70
Gambar 4.27 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Dark .........................................................72
Gambar 4.28 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Medium ...................................................73
Gambar 4.29 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Light ........................................................74
Gambar 4.30 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Dark ............................................................75
Gambar 4.31 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Medium .......................................................76
Gambar 4.32 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Light ............................................................77
Gambar 4.33 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Dark ......................................................................78

xii
Gambar 4.34 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Medium ................................................................79
Gambar 4.35 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Light .....................................................................80
Gambar 4.36 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Dark Pada
Serial Monitor .......................................................................................................81
Gambar 4.37 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Medium
Pada Serial Monitor ..............................................................................................81
Gambar 4.38 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Light Pada
Serial Monitor .......................................................................................................82
Gambar 4.39 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 1 Pada Serial Monitor ......83
Gambar 4.40 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 11 Pada Serial Monitor ....84
Gambar 4.41 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 15 Pada Serial Monitor.....85
Gambar 4.42 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy Biji Kopi Dampit ......................86
Gambar 4.43 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy biji kopi dampit ........................88

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Seri Umum IC TTL dan CMOS ...........................................................16


Tabel 2.2 Fungsi Pin CMOS 4069 .......................................................................17
Tabel 2.3 Fungsi Pin TCS3200 ............................................................................18
Tabel 2.4 Spesifikasi Mikrokontroler ...................................................................20
Tabel 2.5 Spesifikasi Kaki LCD 16 x 2 ................................................................24
Tabel 3.1 Hardware Penelitian .............................................................................29
Tabel 3. 2 Software Penelitian ..............................................................................30
Tabel 3.3 Tingkat Kematangan Biji Kopi Berdasarkan Variabel .........................36
Tabel 3.4 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Light .............................................37
Tabel 3.5 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Medium ........................................37
Tabel 3.6 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Dark ..............................................38
Tabel 3.7 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Light .............................................39
Tabel 3.8 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Medium ........................................39
Tabel 3.9 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Dark ..............................................39
Tabel 3.10 Nilai Keanggotan untuk Warna Dark .................................................40
Tabel 3.11 Nilai Keanggotan untuk Warna Medium (Ruang 2) ..........................41
Tabel 3.12 Nilai Keanggotan untuk Warna Light ................................................42
Tabel 3.13 Penerapan Logika Fuzzy ....................................................................43
Tabel 4.1 Keterkaitan Pin Mikrokontroler dan Pin TCS230 ................................50
Tabel 4.2 Hasil Nilai Kapasitansi Saat Sensor Kosong ........................................52
Tabel 4.3 Hasil Nilai Kapasitansi Biji Kopi Mentah ............................................53
Tabel 4.4 Nilai Kapasitansi Pada Biji Kopi Dampit .............................................54
Tabel 4.5 Hasil Nilai Kapasitansi Pada Jenis Biji Kopi Kawi .............................55
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Frekuensi Rangkaian Osilator RC untuk Biji Kopi
Dampit ..................................................................................................................58
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Frekuensi untuk Biji Kopi Kawi ................................60
Tabel 4.8 Nilai Frekuensi Saat Sensor Kosong ....................................................61
Tabel 4.9 Nilai Frekuensi Biji Kopi Mentah ........................................................62

xiv
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit Menggunakan Frequency
Counter Arduino ...................................................................................................65
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi Menggunakan Frequency
Counter Arduino ...................................................................................................67
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Sensor Warna dengan Intensitas Red .......................70
Tabel 4.13 Biji Kopi Dampit Dark .......................................................................72
Tabel 4.14 Biji Kopi Dampit Medium .................................................................73
Tabel 4.15 Biji Kopi Dampit Light ......................................................................74
Tabel 4.16 Biji Kopi Kawi Dark ..........................................................................75
Tabel 4.17 Biji Kopi Kawi Medium .....................................................................76
Tabel 4.18 Biji Kopi Kawi Light ..........................................................................77
Tabel 4.19 Hasil Sensor Warna Dark ...................................................................78
Tabel 4.20 Hasil Sensor Warna Medium .............................................................79
Tabel 4.21 Hasil Sensor Warna Light ..................................................................80
Tabel 4.22 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Dampit ................................86
Tabel 4.23 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Kawi ...................................88

xv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu dari sebuah biji kopi sangat ditentukan selama proses panen hingga
pasca panen. Salah satu proses yang paling berpengaruh adalah tahap roasting
pada proses pasca panen. Proses roasting adalah proses sangrai atau
pemanggangan green coffee beans bіjі kopi mеntаh yang bertujuan untuk
mеmbеntuk rаѕа atau karakter аѕlі dari bіjі kорі tersebut [1]. Citarasa terbentuk
selama biji kopi mengalami penyangraian pada suhu cukup tinggi. Citarasa kopi
juga mampu divariasikan sesuai selera, tergantung pada bagaimana proses
roasting ini dilakukan. Energi panas akan dimanfaatkan untuk proses penguapan
air dari dalam biji kopi yang diikuti dengan perubahan fisis pada biji kopi, antara
lain warna, ukuran dan volumenya. Kemudian diikuti oleh interaksi secara
kimiawi antar senyawa-senyawa dalam biji kopi menjadi senyawa-senyawa baru
penghasil citarasa khas kopi. Secara garis besar, reaksi kimiawi berlangsung
secara berurutan yaitu reaksi maillard, karamelisasi dan pirolisis yang disertai
dengan pembentukan dan pelepasan CO2 [2].

Gambar 1.1 Perubahan fisis dan kimiawi biji kopi selama penyangraian

Biji kopi sesungguhnya akan menghasilkan kopi yang berbeda apabila di-
roasting dalam suhu yang berbeda meskipun hasil akhirnya berwarna sama,
karena teknik me-roasting kopi merupakan suatu seni [3]. Selain itu proses
roasting juga memerlukan skill yang baik karena dalam proses ini sangat

1
2

menentukan citarasa kopi yang akan dinikmati oleh sebab itu tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang. Secara umum terdapat 3 klasifikasi kopi setelah
melalui tahap roasting yaitu light roast, medium roast dan dark roast. Dari ketiga
jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki tingkat kadar air dalam
biji yang berbeda-beda. Semakin gelap warna pada biji kopi, maka semakin
sedikit pula kadar air yang terkandung di dalamnya dan rasa yang dihasilkan juga
akan semakin pahit. Klasifikasi tingkat dasar roasting bergantung pada warna
akhir biji kopi, suhu roasting, dan waktu sesuai dengan tingkat roasting yang akan
dipilih. Untuk light roast disangrai menggunakan suhu berkisar 180° C – 205° C
dengan waktu hingga biji kopi terjadi first crack, medium roast menggunakan
suhu 210° C - 220° C dengan waktu biji kopi mulai memasuki fase antara akhir
first crack namun belum memasuki awal second crack, dan dark roast dengan
kisaran suhu 240° C dengan waktu hingga second crack selesai

. Dalam sangrai kopi, penentuan tingkat kematangan (derajat sangrai)


mempunyai peranan utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Karena
selama ini penentuan derajat sangrai masih dilakukan secara manual berdasarkan
pengamatan visual dan membutuhkan waktu yang relatif lama, penelitian ini
bertujuan untuk memanfaatkan penggunaan parameter nilai frekuensi dan nilai
sensor warna sebagai indikator tingkat kematangan kopi. Dalam penentuan tingkat
roasting, warna bukan merupakan cara yang akurat, melainkan melalui suhu biji,
aroma dan tingkat kepadatan air. Dengan mengetahui kepadatan air di dalam biji
kopi maka dapat dicari nilai kapasitansinya, yang mana nilai kapasitansi dari
setiap klasifikasi roasting tersebut diharapkan dapat menjadi variabel tambahan
dalam penentuan dan klasifikasi jenis roasting dari biji kopi. Salah satu cara yang
digunakan dengan memanfaatkan nilai kapasitansi tersebut adalah dengan
dibuatnya alat pendeteksi tingkat roasting pada biji kopi dengan memanfaatkan
nilai frekuensi dan nilai intensitas warna. Nilai frekuensi didapat dari perubahan
nilai kapasitor yang dipengaruhi oleh bahan dielektrik yang ada diantara 2 pasang
plat logam kapasitor, dan nilai intensitas sensor warna didapat dari sensor warna.
Kemudian hasil nilai tersebut diolah dan dikirim menuju server menggunakan
Arduino Uno + Wifi melalui access point dengan menggunakan metode logika
fuzzy. Logika fuzzy sebagai cabang dari sistem kecerdasan buatan dapat diterapkan
3

pada alat klasifikasi kopi roasting. Logika fuzzy merupakan salah satu jenis
logika yang memiliki nilai samar antara benar dan salah. Dalam logika ini, suatu
hal bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan. Logika fuzzy adalah suatu
proses pengambilan keputusan berbasis aturan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah, dimana sistem tersebut sulit untuk dimodelkan atau terdapat ambiguitas
dan ketidak jelasan yang berlimpah [4]. Oleh karena itu, logika fuzzy sebagai
cabang dari sistem kecerdasan buatan dapat diaplikasikan pada sistem penentu
tingkat biji kopi yang sesuai dengan tingkat roasting masing-masing.
4

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membangun sistem sensor kapasitif dan sensor warna
dalam menghasilkan nilai output untuk menentukan tingkat
kematangan roasting pada biji kopi?
2. Bagaimana sistem pengaplikasian logika fuzzy untuk menentukan
tingkat kematangan roasting pada biji kopi?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dari rumusan masalah diatas, penulis membatasi
permasalahan tersebut sebagai berikut:
1. Jenis kopi yang digunakan sebagai penelitian adalah jenis kopi
kawi dan dampit
2. Metode klasifikasi yang digunakan adalah Logika Fuzzy Soegeno
3. Sensor warna yang digunakan adalah sensor TCS230
4. Rangkaian Osilator yang digunakan adalah Osilator RC CMOS
4069
5. Sistem ini menggunakan transmisi modul Arduino Uno + Wifi
6. Data frekuensi yang dibandingkan adalah tiga tingkat kematangan
roasting dari biji kopi dampit dan kawi
7. Data frekuensi kopi kawi hanya digunakan sebagai pembanding
frekuensi dengan biji kopi dampit
8. Keterangan hasil sistem alat ditampilkan pada Aplikasi Android
9. Pada aplikasi android sistem fuzzy yang ditampilkan hanya untuk
jenis biji kopi dampit

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menghasilkan klasifikasi tingkat kematangan roasting pada
biji kopi dengan logika fuzzy.
2. Untuk menentukan klasifikasi tingkat kematangan roasting pada biji
kopi dengan algoritma fuzzy
3. Untuk mengetahui pengaruh luas penampang sensor kapasitif dan
5

jenis rangkaian osilator pada hasil klasifikasi tingkat kematangan


roasting pada biji kopi
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan yang bermanfaat dalam penerapan sistem quality
control yang berbasis logika fuzzy serta memberikan informasi
alternatif mengenai penggunaan sistem quality control yang berbasis
logika fuzzy untuk mengklasifikasi kualitas kematangan kopi roasting
menggunakan nilai frekuensi dan intensitas warna sebagai upaya
mengurangi kendala yang terjadi pada tenaga manusia khususnya bagi
seorang coffe roaster
2. Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman tentang
penerapan aplikasi logika fuzzy untuk memprediksi kualitas
kematangan kopi roasting.
1.6 Luaran Penelitian
Luaran Penelitian “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk Sistem Penentu
Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan Nilai Sensor
Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” adalah sebagai berikut:
1. Berupa alat penentu tingkat kematangan roasting biji kopi
2. Laporan penelitian berupa buku skripsi dan jurnal yang nantinya dapat
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Jurnal penelitian diterbitkan oleh Program Studi Jaringan Telekomunikasi
Digital
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian sebelumnya
yang masih memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Selain itu juga akan
menunjukkan teori dasar yang menunjang bahasan mengenai perencanaan dari
sistem yang akan dibuat.
Penelitian [1] dengan judul Perencanaan Sensor Kapasitif dan
Penggunaan Sensor Warna Sebagai Pendeteksi Tingkat Kematangan Biji Kopi
Kawi Roasting Menggunakan Nilai Sensor Warna dan Frekuensi Sebagai Logika
Fuzzy Berbasis Arduino, telah berhasil dibuat sebuah sensor kapasitif yang terdiri
dari dua keping plat tembaga yang sejajar untuk menentukan tingkat kematangan
biji kopi yang telah diroasting. Menggunakan nilai frekuensi dan sensor warna
pada sistem untuk menentukan nilai dasar klasifikasi tingkat kematangan biji kopi
kawi pada sistem fuzzy. hasil yang diperoleh yakni pada jarak sensor kapasitif
sejajar sebesar 2cm pembacaan osiloskop tingkat kematangan dark memliki range
frekuensi antara 201 KHz- 213 KHz, medium pada range 179 KHz- 206 KHz dan
light 178 KHz- 200 KHz. Sedangkan pada pembacaan frequency counter arduino
pada tingkat kematangan dark memiliki range 204 KHz- 234 KHz, medium pada
range 210 KHz- 227 KHz dan light pada 205 KHz- 223 KHz. Hasil klasifikasi
jenis tingkat kematangan biji kopi kawi dengan nilai fuzzy untuk dark < 43.50 ,
43,50 < medium < 174 dan light > 174.
Penelitian dengan judul Rancang Bangun Pengujian Kadar Air Benih
Jagung dengan Metode Kapasitif Berbasis Web (Standarisasi Balai Pertanian
Kp. Kendalpayak Malang, yang dilakukan oleh [2] dapat diketahui bahwa sensor
kapasitif dengan prinsip kerja seperti kapasitor plat sejajar sebagai alat untuk
mengukur kadar air benih jagung memiliki perbandingan keakuratan pembacaan
dengan alat ukur Grain Moisture Tester PM-650 adalah 96,8%. Suhu yang berada
pada wadah penyimpanan 23 < suhu < 27 untuk menjaga kualitas benih jagung.
Data dari hasil pengujian dikirim melalui modul ESP8266 dan jahit pada web.
Berdasarkan hasil perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan, sensor

6
7

kapasitif yang dibuat dapat bekerja dengan baik sebagai alat ukur kadar air benih
jagung. Sedangkan untuk menemukan hasil pada perencanaan dan pengukuran
yang disebabkan oleh adanya rugi-rugi yang ada pada komponen yang digunakan.
Penelitian [3] dengan judul Implementasi Fuzzy Pada Sistem
Pengidentifikasi Cuaca di Tempat Wisata Berbassis Arduino Uno Dan Labview.
Pada penelitian ini membuat alat untuk mengidentifikasi cuaca disuatu daerah
sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan dibidang
kepariwisataan kota Yogyakarta. Sensor DHT11 digunakan untuk membaca suhu
dan kelembapan udara, BMP180 untuk membaca tekanan udara, Arduino UNO
sebagai mikrokontroler. Pengambilan keputusan untuk menentukan cuaca yang
sedang terjadi menggunakan logika fuzzy yang dirancang menggunakan
LabVIEW. Output dari penelitian ini ialah informasi mengenai kondisi cuaca
yang terjadi pada daerah tertentu berupa kondisi cuaca seperti hujan, mendung
atau cerah yang dikirimkan melalui email. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan
rancangan dimana kondisi cuaca yang terbaca di alat sesuai dengan kondisi nyata
di lapangan.
Penelitian [4] dengan judul Penentuan Level Kematangan Kopi
Berdasarkan Hasil Roasting Menggunakan Metode Deteksi Rgb Dan Klasifikasi
Minimum Distance. Pada penelitian ini membuat suatu penelitian untuk
mengklasifikasikan biji kopi yang telah disangrai ke dalam tiga kelas yaitu
light roast, medium roast, dan dark roast. Dengan menggunakan vector RGB
pendekatan yang dilakukan akan cenderung lebih mudah dan hasil dari
segmentasi yang diperoleh akan lebih baik ketimbang Segmentation in HSI Color
Space. Penelitian ini berhasil mengimplementasikan metode deteksi RGB dan
minimum distance classification dalam mengklasifikasikan tingkat kematangan
kopi lokal jenis “Songgoriti Arabica” yang berasal dari kota Malang. Selain itu
dari hasil pengujian sistem, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem berhasil
mengklasifikasikan citra biji kopi jenis “Songgoriti Arabica” ke dalam 3 level
kematangan menggunakan metode deteksi RGB dan minimum distance
classification dengan akurasi rata-rata sebesar 89.63% dari 90 data citra yang
terbagi menjadi 3 kelas yaitu light roast, medium roast, dan dark roast, serta
8

menggunakan Teknik pembagian data k-fold cross validation dengan skema 5-


fold.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Kopi
Kopi merupakan buah dari tanaman kopi (coffea sp) yang termasuk dalam
familia Rubiacea. Ada banyak varietas buah kopi, namun yang utama dalam
budidaya kopi di berbagai negara hanya beberapa varietas, yaitu kopi Arabika,
Robusta, Liberika dan Excelsa yang dahulu banyak ditanam di Afrika. Di
Indonesia sendiri terdapat berbagai macam jenis kopi yang tumbuh dan
berkembang, salah satu contoh spesies dari tanaman kopi yang terkenal di
Indonesia yaitu Arabika dan Robusta. Arabika merupakan kopi tradisional, dan
dianggap paling enak rasanya, sedangkan Robusta memiliki kafein yang lebih
tinggi. Jenis kopi Robusta dapat dikembangakan dalam lingkungan di mana
Arabika tidak dapat tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti Arabika yang
murah. Kopi menjadi salah satu jenis tanaman perkebunan komoditas ekspor yang

cukup berpengaruh di Indonesia.

Gambar 2.1 Tanaman Kopi


(Sumber:www.pasarlelang.net/budidaya-kopi-robusta-arabika-tips-praktis
berkebun)

2.2.2 Proses Roasting


Proses roasting adalah proses penyangraian atau penggorengan untuk
pembentukan rasa dan aroma pada biji kopi yang masih mentah menjadi berbagai jenis
tingkat kematangan yang diinginkan. Biji kopi memiliki bentuk dan jenis yang beraneka
ragam, hal inilah yang menyebabkan proses penyangraian menjadi lebih sulit untuk
dikendalikan dan memerlukan keterampilan serta pengalaman yang cukup baik dalam
proses pembuatannya. Proses penanganan pasca panen dan pengolahan biji kopi perlu
9

memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempertahankan kualitas biji kopi tersebut.
Salah satu hal terpenting yaitu pada proses penyangraiannya. Secara umum terdapat 3
klasifikasi kopi setelah melalui tahap roasting yaitu light roast, medium roast dan
dark roast. Dari ketiga jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki
tingkat kadar air dalam biji yang berbeda-beda. Semakin gelap warna pada biji
kopi, maka semakin sedikit pula kadar air yang terkandung di dalamnya dan rasa
yang dihasilkan juga akan semakin pahit. Dalam proses roasting biji kopi
dilakukan dengan menggunakan 3 tingkat dasar roasting yang bergantung pada
warna akhir biji kopi, suhu roasting, dan waktu selama roasting berlangsung
sesuai dengan tingkat roasting yang akan dipilih. Untuk light roast di sangrai

menggunakan suhu berkisar 180° C – 205° C dengan waktu hingga biji kopi
terjadi first crack, medium roast menggunakan suhu 210° C - 220° C dengan
waktu biji kopi mulai memasuki fase antara akhir first crack namun belum
memasuki awal second crack, dan dark roast dengan kisaran suhu 240° C dengan
waktu hingga second crack selesai.

Gambar 2.2 Biji Kopi Roasting


(Sumber: www.ayooberita.com/berita-gaeki-ekspor-komoditas-kopi-tak-alami-
banyak-hambatan)
Selain itu proses roasting kopi juga dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap
sebagai berikut berikut :

1. Drying stage
adalah proses penghilangan kandungan air pada biji kopi. Drying stage
umumnya dilakukan pada suhu tinggi selama 4 hingga 8 menit. Proses
pengeringan ini dihentikan jika suhu telah mencapai 160°C.
10

2. Browning stage
Pada akhir drying stage, aroma khas kopi mulai tercium. Hal ini terjadi karena
munculnya senyawa aromatik yang terjadi selama proses pengeringan. Pada
proses browning, terjadi pembentukan senyawa berwarna coklat yang disebut
melanoid.  Seperti proses pembuatan popcorn, komponen penyusun biji kopi yang
memuai akan membuat biji kopi pecah dan mengeluarkan suara pecah.
3. Development stage
Saat suara pecah tersebut terdengar, proses development dimulai. Pemuaian
biji kopi dan proses keluarnya panas dari biji akan membuat biji pecah dan
meletup-letup. Pada tahapan ini, aroma, rasa dan warna dari biji kopi terbentuk.
Terdapat tiga tingkatan roasting biji kopi. Secara visual, ketiga tingkatan tersebut
dikelompokkan berdasarkan tingkat warna cokelat pada biji kopi. Tiga tingkatan
tersebut adalah light, medium dan dark.
2.2.3 Kapasitor
Kapasitor merupakan salah satu komponen yang termasuk ke dalam
elektronika pasif. Kapasitor atau yang biasa disebut kondensator ini dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara sehingga sering digunakan
sebagai penggeser fasa dan juga sebagai filter (penyaring) dalam pencatu daya.
Kapasitor juga memiliki sifat melewatkan arus AC (arus bolak-balik) dan
menghambat arus DC (arus searah).

Struktur sebuah kapasitor teridri dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
bahan penyekat (isolator) yang disebut sebagai bahan dielektrik. Bahan dielektrik
adalah sejenis bahan isolator listrik yang dapat dipolarisasikan atau dikutubkan
dengan cara ditempatkan ke dalam medan listrik.  Bila bahan dielektrik
ditempatkan di medan listrik, muatan listrik tidak mengalir melalui bahan tersebut
seperti pada bahan konduktor, namun hanya sedikit bergeser dari rata-rata posisi
11

setimbangnya (equilibrium positions) sehingga menyebabkan polarisasi yang


disebut dengan “polarisasi dielektrik”.

Gambar 2.3 Struktur Kapasitor


(Sumber: teknikelektronika.com/cara-kerja-kapasitor-kondensator-struktur-
kapasitor/)
Kemampuan penyimpanan muatan listrik pada kapasitor disebut
kapasitansi dengan satuannya adalah Farad (F). Coulombs pada abad 18
menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael
Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi
sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron
sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus:

Q = CV

Dimana :

Q = muatan elektron C (Coulomb)

C = nilai kapasitans dalam F (Farad)

V = tinggi tegangan dalam V (Volt)

Dalam pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas


area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan
konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :

C = (8.85 x 10^-12) (k A/t)

2.2.4 Sensor Kapasitif


Sensor kapasitif merupakan sensor elektronika yang bekerja berdasarkan
konsep kapasitif. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan muatan energi listrik
yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng, perubahan luas
penampang dan perubahan volume dielektrikum sensor kapasitif tersebut. Konsep
kapasitor yang digunakan dalam sensor kapasitif adalah proses menyimpan dan
melepas energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik pada kapasitor yang
dipengaruhi oleh luas permukaan, jarak dan bahan dielektrikum. Sifat sensor
12

kapasitif yang dapat dimanfaatkan dalam proses pengukuran diantaranya adalah


sebagai berikut:
Sifat – sifat sensor kapasitif yang dimanfaatkan dalam pengukuran
1. Jika  luas permukaan dan dielektrika (udara) dalam dijaga konstan, maka
perubahan nilai kapasitansi ditentukan oleh jarak antara kedua lempeng
logam.
2. Jika luas permukaan dan jarak kedua lempeng logam dijaga konstan dan
volume dilektrikum dapat dipengaruhi makan perubahan kapasitansi
ditentukan oleh volume atau ketinggian cairan elektrolit yang diberikan.
3. Jika jarak dan dielektrikum (udara) dijaga konstan, maka perubahan
kapasitansi ditentukan oleh luas permukaan kedua lempeng logam yang
saling berdekatan.

Gambar 2.4 Sensor Kapasitif

(Sumber: elektronika-dasar.web.id/sensor-kapasitif/)

Kontruksi sensor kapasitif  yang digunakan berupa dua buah lempeng


logam yang diletakkan sejajar dan saling berhadapan. Jika diberi beda tegangan
antara kedua lempeng logam tersebut, maka akan timbul kapasitansi antara kedua
logam tersebut. Nilai kapasitansi yang ditimbulkan berbading lurus dengan luas
permukaan lempeng logam, berbanding terbalik dengan jarak antara kedua
lempeng dan berbading lurus dengan zat antara kedua lempeng tersebut
(dielektrika), seperti ditunjukkan oleh persamaan berikut :

Dimana : ε0 : permitivitas ruang hampa (8,85.10-12 F/m)


13

εr : permitivitas relatif (udara = 1)

A : luas plat/lempeng  dalam m2

d : jarak antara plat /lempeng dalam m

2.2.5 Rangkaian Osilator


Osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan sejumlah
getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitude yang konstan. Sinyal
arus DC (searah) dari rangkaian alat pencatu daya atau Power Supply
dikonversikan oleh rangkaian osilator menjadi sinyal AC (bolak-balik) sehingga

menghasilkan sinyal listrik yang periodik dengan amplitudo konstan. Periodik


yang dimaksud dalam pengertian osilator ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh satu kali getaran atau waktu yang dibutuhkan pada satu siklus
gelombang bolak-balik. Sedangkan amplitudo adalah simpangan terjauh yang
diukur dari titik keseimbangan dalam suatu getaran. Gelombang yang dihasilkan
pada osilator adalah gelombang sinus (sinusoide wave), gelombang kotak (square
wave), dan gelombang gigi gergaji (saw tooth wave).

Gambar 2.5 Blok Diagram Dasar Osilator


(Sumber: teknikelektronika.com/pengertian-osilator-prinsip-kerja-oscillator/)

Osilator RC
Osilator ini menggunakan tahanan dan kapasitor sebagai penentu
frekuensinya. Osilator ini sangat mudah untuk dibangun namun memiliki
14

ketelitian frekuensi yang rendah. Rangkaian osilator RC yang paling sederhana


dapat dibangun dengan menggunakan satu gerbang seperti yang diperlihatkan
pada Gambar
Gambar 2.6 Rangkaian osilator RC dengan inverter
(Sumber: chanshue.wordpress.com/2010/04/15/rangkaian-osilator/ )
Inverter yang digunakan adalah inverter yang dilengkapi dengan Schmitt
Trigger. Fungsi Schmitt Trigger disini adalah untuk mempercepat transisi
tegangan keluaran dan memberi efek hysteresis pada tegangan masukan. Efek
hysteresis ini dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2.7 Efek hysteresis pada inverter


(Sumber: chanshue.wordpress.com/2010/04/15/rangkaian-osilator/ )
Dari Gambar terlihat bahwa keluaran baru akan turun jika masukan
melampaui V2, yaitu ambang tegangan atas (upper threshold). Selanjutnya jika
tegangan masukan diturunkan maka keluaran baru akan naik jika masukan lebih
rendah dari V1, yaitu ambang tegangan bawah (lower threshold). Pada awalnya
kapasitor belum bermuatan sehingga tegangan jepitnya adalah nol. Pada saat catu
daya dinyalakan maka tegangan masukan inverter adalah rendah sehingga
keluarannya tinggi. Oleh karena itu arus akan mengalir dari keluaran menuju ke
kapasitor C melalui tahanan R. Arus ini akan mengisi kapasitor sehingga tegangan
jepitnya akan naik perlahan-lahan secara eksponensial. Pada saat tegangan
masukan melampaui V2 maka keluaran akan turun dengan cepat. Karena saat ini
tegangan keluaran < tegangan kapasitor maka arus akan mengalir dari kapasitor
menuju ke keluaran inverter sehingga kapasitor akan mengalami proses
pengosongan. Karena mengalami pengosongan maka tegangan kapasitor akan
15

turun secara perlahan sampai melampui V1, saat mana keluaran inverter akan
kembali naik dan kapasitor akan mengalami proses pengisian. Hal ini akan terus

berulang sehingga keluaran akan turun dan naik secara beraturan. Hubungan
antara tegangan masukan dan keluaran inverter diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2.8 Bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran inverter


(Sumber: chanshue.wordpress.com/2010/04/15/rangkaian-osilator/ )
Frekuensi dari osilator ini ditentukan oleh tahanan R, kapasitor C dan
impedansi masukan dari inverter yang digunakan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa frekuensi keluaran adalah :
f=kxRxC
dimana k adalah konstanta yang harus dicari dengan eksperimen.  Gerbang TTL
yang dapat digunakan pada osilator ini antara lain ialah SN7414 (Hex Schmitt
Trigger Inverter) dan SN7413 (Dual 4-input Schmitt Trigger NAND Gate).
MC40106 dari keluarga CMOS juga dapat digunakan untuk osilator ini.
2.2.6 IC CMOS 4069
Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang dibuat dari
bahan semi konduktor, yang merupakan gabungan dari beberapa komponen
seperti Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah terintegrasi atau
terpadu menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil. IC digunakan untuk
beberapa keperluann pembuatan peralatan elektronik agar mudah dirangkai
menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil. IC C-MOS (Complementary with
Metal Oxide Semiconductor Field Effect transistor (MOSFET)) berisi rangkaian
yang merupakan gabungan dari beberapa komponen MOSFET untuk membentuk
gate-gate dengan fungsi logika seperti halnya Integrated Circuit Transistor
Transistor Logic (IC-TTL). Dalam satu kemasan IC C-MOS dapat berisi beberapa
macam gate (gerbang) yang dapat melakukan berbagai macam fungsi logika
16

seperti AND, NAND, OR, NOR, XOR serta beberapa fungsi logika lainnya
seperti Decoders, Encoders, Multiflexer dan Memory. 14 Konsumsi daya yang
diperlukan IC CMOS sangat rendah dan memungkinkan pemilihan tegangan
sumbernya yang jauh lebih lebar yaitu antara 3 V sampai 15 V. Level pensaklaran
CMOS merupakan fungsi dari tegangan sumber. Makin tinggi sumber tegangan,
maka akan memperjelas pemisahan antara keadaan “1” dan “0”. Kelemahan IC
CMOS diantaranya seperti kemungkinan rusaknya komponen akibat muatan
elektrostatis.
Tabel 2.3 Seri Umum IC TTL dan CMOS

(Sumber: Datasheet CD4069 hex inverter Texas Instrument)

IC CMOS CD 4069 adalah IC gerbang NOT. Gerbang NOT hanya


memerlukan sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan satu Keluaran (Output).
Gerbang NOT disebut juga dengan Inverter (Pembalik) karena menghasilkan
Keluaran (Output) yang berlawanan (kebalikan) dengan Masukan atau Inputnya.
17

Berarti jika kita ingin mendapatkan Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0
maka Input atau Masukannya harus bernilai Logika 1 begitu pula sebaliknya. IC
CD 4069 dapat bekerja dengan tegangan 3Volt sampai dengan 12 Volt.

Gambar 2. 9 Pin CMOS 4069

(Sumber: Datasheet CD4069 hex inverter Texas Instrument)

Tabel 2.4 Fungsi Pin CMOS 4069

(S
umber: Datasheet CD4069 hex inverter Texas Instrument)
18

2.2.7 Sensor Warna TCS230

Gambar 2.10 Sensor Warna TCS230

(Sumber: belajar-mikrokontroler2017.blogspot.com/2018/01/pemilah-barang-
berdasarkan-warna.html)

Sensor warna TCS230 adalah sensor warna yang sering dipakai pada
aplikasi mikrokontroler untuk pendeteksian suatu objek benda atau warna sari
objek yang dimonitor. Pada dasarnya sensor warna TCS230 merupakan konverter
yang diprogram untuk mengubah warna menjadi frekuensi yang tersusun atas
konfigurasi silicon photodiode dan konverter arus ke frekuensi dalam IC CMOS
monolithic yang tunggal. Keluaran dari sensor ini adalah gelombang kotak (duty
cycle 50%) frekuensi yang berbanding lurus dengan intensitas cahaya (irradiance).
Masukan digital dan keluaran digital memungkinkan antarmuka langsung
ke mikrokontroler atau sirkuit logika lainnya. Konverter cahaya ke frekuensi
membaca sebuah array 8x8 dengan 16 buah konfigurasi photodioda yang
berfungsi sebagai filter warna merah, 16 photodiode sebagai filter warna biru dan
16 photo dioda lagi tanpa filter warna. Sensor warna TCS230 merupakan sensor
yang dikemas dalam chip DIP 8 pin dengan bagian muka transparan sebagai
tempat menerima intensitas cahaya yang berwarna. Gambar dibawah ini
menunjukkan bentuk fisik sensor warna TCS230, dan skema pin sensor tersebut.
19

Gambar 2.11 Skema Pin Sensor TCS230


(Sumber: elektroarea.blogspot.com/2009/12/sensor-warna-tcs230.html)

Tabel 2.3 Fungsi Pin TCS3200

Nama No Kaki IC I/O Fungsi Pin


GND 4 - Sebagai Ground pada power supply
OE 3 I Output enable, sebagai input untuk
frekuensi output skala rendah
OUT 6 O Sebagai output frekuensi
S0,S1 1,2 I Sebagai saklar pemilih pada frekuensi
output skala tinggi
S2,S3 7,8 I Sebagai saklar pemilih 4 kelompok
diode
VCC 5 - Supply tegangan

(Sumber: elektroarea.blogspot.com/2009/12/sensor-warna-tcs230.html)
Sensor warna TCS230 bekerja dengan cara membaca nilai intensitas
cahaya yang dipancarkan oleh led super bright terhadap objek, pembacaan nilai
intensitas cahaya tersebut dilakukan melalui matrik 8 x 8 photodioda, dimana 64
photo dioda tersebut dibagi menjadi empat kelompok pembaca warna, setiap
warna yang disinari LED akan memantulkan sinar LED menuju photodioda,
pantulan sinar tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda – beda
tergantung pada warna objek yang terdeteksi, hal ini yang membuat sensor warna
TCS230 dapat membaca beberapa macam warna. Panjang gelombang dan sinar
LED yang dipantulkan objek berwarna berfungsi mengaktifkan salah satu
kelompok photodioda pada sensor warna tersebut, sehingga ketika kelompok
photodioda yang digunakan telah aktif, S2 dan S3 akan mengirimkan sinyal ke
mikrokontroler untuk menginformasikan warna yang dideteksi.

2.2.7 Arduino Uno Wifi


Arduino Uno WiFi adalah Arduino Uno dengan modul WiFi terintegrasi
yang didasarkan pada ATmega328P dengan Modul ESP8266WiFi terintegrasi.
20

Modul ESP8266WiFi adalah SoC mandiri dengan tumpukan protokol TCP/IP


terintegrasi yang dapat memberikan akses ke jaringan WiFi pengguna (atau
perangkat dapat bertindak sebagai access point). Salah satu fitur Uno WiFi yang
berguna adalah dukungan untuk pemrograman OTA (over-the-air), baik untuk
transfer sketsa Arduino atau firmware WiFi. Arduino Uno WiFi diprogram
menggunakan Arduino Software (IDE).

Gambar 2.12 Arduino Uno + Wifi


(Sumber: nshopvn.com/product/mach-arduino-uno-wifi-r3-atmega328p-esp8266/)

Arduino Ini merupakan versi modern dari Arduino UNO R3 klasik.


Integrasi penuh mikrokontroler ATmega328 dan chip Wi-Fi ESP8266 dengan
memori 32 MB pada satu papan. Semua modul dapat bekerja sama atau secara
individual. Masing-masing mikrokontroler telah memimpin untuk
menghubungkan sensor dan modul periferal.

Tabel 2.4 Spesifikasi Mikrokontroler

Keterangan Spesifikasi
Mikrokontroler ATmega328IC
IC Wi-Fi ESP8266
Konverter USB-TTL CH340G
Output Daya 5V-800mA
Input daya USB 5V (maks. 500mA)
21

Input daya VIN/DC Jack 9-24V


Konsumsi Daya 5V 800mA
Tingkat Logika 5V
Wi-Fi 802.11 b/g/n 2,4 GHz
Jenis USB USB Mikro
Frekuensi clock 16MHz
Tegangan Pasokan Operasi 5V
Pin Digital I/O 14
Pin analog I/O6
Ukuran Memori 32Mb
Tipe Antarmuka Serial
Suhu operasi 40С°/+125С°
Dimensi (L × W) mm 53,34 × 68,58

(Sumber: nshopvn.com/product/mach-arduino-uno-wifi-r3-atmega328p-esp8266/)

2.2 Program Arduino IDE


Merupakan sebuah software untuk memprogram arduino. Pada software
ini arduino diberikan sebuah program untuk melakukan fungsi-fungsi yang
dibenamkan melalui sintaks pemrograman. Arduino menggunakan bahasa
pemrograman C yang dimodifikasi. Bahasa pemrograman arduino dibuat untuk
memudahkan pemula dalam melakukan pemrograman dari bahasa aslinya. Di
dalam arduino sendiri sudah terdapat IC mikrokontroler yang sudah ditanam
program yang bernama Bootloader yang berfungsi untuk menjadi penengah antara
compiler arduino dan mikrokontroler. Arduino IDE dibuat dari bahasa
pemrograman JAVA yang dilengkapi dengan library C/C++ (wiring), yang
membuat operasi input/output lebih mudah. Kode Program Arduino biasa disebut
sketch dan dibuat menggunakan bahasa pemrograman C. Program atau sketch
yang sudah selesai ditulis di Arduino IDE bisa langsung dicompile dan diupload
ke Arduino Board. Secara sederhana, sketch dalam Arduino dikelompokkan
menjadi 3 blok, yaitu:
1. Header
Pada bagian ini biasanya ditulis definisi-definisi penting yang akan
22

digunakan selanjutnya dalam program, misalnya penggunaan library dan


pendefinisian variable. Code dalam blok ini dijalankan hanya sekali pada waktu
compile.
2. Setup
Di sinilah awal program Arduino berjalan, yaitu di saat awal, atau ketika
power on Arduino board. Biasanya di blok ini diisi penentuan apakah suatu pin
digunakan sebagai input atau output, menggunakan perintah pinMode. Initialisasi
variable juga bisa dilakukan di blok ini // the setup routine runs once when you
press reset: void setup() { // initialize the digital pin as an output. Suatu pin bisa
difungsikan sebagai OUTPUT atau INPUT. JIka difungsikan sebagai output, dia
siap mengirimkan arus listrik (maksimum 100 mA) kepada beban yang
disambungkannya. Jika difungsikan sebagai INPUT, pin tersebut memiliki
impedance yang tinggi dan siap menerima arus yang dikirimkan kepadanya.
3. Loop
Blok ini akan dieksekusi secara terus menerus. Apabila program sudah
sampai akhir blok, maka akan dilanjutkan dengan mengulang eksekusi dari awal
blok. Program akan berhenti apabila tombol power Arduino di matikan. Di sinilah
fungsi utama program Arduino kita berada.
2.2. Bahasa Pemrograman C
Bahasa Pemrograman C merupakan sebuah bahasa pemrograman
komputer yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai aplikasi (general-
purpose programming language), mulai dari sistem operasi (seperti Windows atau
Linux), antivirus, software pengolah gambar (image processing), hingga compiler
untuk bahasa pemrograman, dimana C banyak digunakan untuk membuat bahasa
pemrograman lain yang salah satunya adalah PHP.
Meskipun termasuk general-purpose programming language, yakni bahasa
pemrograman yang bisa membuat berbagai aplikasi, bahasa pemrograman C
paling cocok merancang aplikasi yang berhubungan langsung dengan Sistem
Operasi dan hardware. Ini tidak terlepas dari tujuan awal bahasa C dikembangkan.
23

2.2.8 Logika Fuzzy


2.2.8.1 Defenisi Logika Fuzzy
Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial
Intelegent) yang menirukan kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk
algoritma yang kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam
berbagai aplikasi pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam
bentuk biner. Logika fuzzy menginterpretasikan pernyataan yang samar menjadi
sebuah pengertian yang logis. Dalam bahasa inggris, fuzzy mempunyai arti kabur
atau tidak jelas. Jadi, logika fuzzy adalah logika kabur atau mengandung unsur
ketidakpastian. Pada logika biasa, yaitu logika tegas. Kita hanya mengenal dua nilai,
salah tau benar, 0 dan 1.sedangkan logika fuzzy mengenal nilai antara benar dan
salah.kebenaran dalam logika fuzzy dapat dinyatakan dalam derajat kebenaran yang
nilainya antara 0 sampai 1. Misalkan dalam kehidupan sehari-hari, dewasa
didefenisikan dengan berusia 17 tahun kurang 1 hari akan didefenisakan sebagai tidak
dewasa. Namun dalam logika fuzzy, orang tersebut dapat dinyatakan dengan hampir
dewasa.
Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara
lain:
1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari
penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.
2. Logika fuzzy sangat fleksibel.
3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linier yang sangat
kompleks.
5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-
pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.
6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara
konvensional.
7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.
2.2.8.2 Perancangan Sistem Fuzzy
Proses pembuatan sistem fuzzy terdapat beberapa tahapan alur proses untuk
mendapatkan keluaran fuzzy mulai dari fuzzifikasi hingga defuzzifikasi.
24

Gambar 2.13 Sistem Fuzzy


(Sumber: www.muhilham.com/2018/12/Kendali-Suhu-Ruangan-Berbasis-
Logika-Fuzzy.html)
Pada perancangan sistem kendali fuzzy ini terdapat beberapa bagian
terpenting, yaitu sebagai berikut:
1. Fuzzifikasi  : Pada proses fuzzifikasi, inputan crisp akan dirubah menjadi
variabel linguistic (variabel Fuzzy) dan kemudian diolah di dalam mesin
penalaran.
fuzzyfikasi : x = µ(x)
Langkah-langkah dalam fuzzyfikasi sebagai berikut :
1. Menentukan fuzzy label pada universe of discourse dari crisp input.
2. Memberi angka-angka pada fuzzy label.
3. Menentukan input membership function.
2. Inferensi (Aturan Dasar) : Proses inferensi merupakan proses untuk
mendapatkan keluaran dari rule set yang dibuat, ini merupakan inti dari
proses fuzzy.
 Aturan Dasar
Aturan dasar pada kendali logika fuzzy adalah aturan aplikasi
implikasi dalam bentuk “Jika... maka...”. Aturan dasar tersebut ditentukan
melalui bantuan pakar yang mengetahui karakteristik objek yang akan
dikendalikan. Contoh dari implikasi adalah sebagai berikut.
Jika X=A dan Y=B maka Z=C
 Penalaran
Sistem menalar nilai masukan untuk menentukan nilai keluaran
sebagai bentuk pengambilan keputusan. Sistem terdiri dari beberapa
aturan, maka kesimpulan dari korelasi antar aturan.
Salah satu model penalaran yang banyak digunakan adalah max-mi.
Dalam penalaran ini, pertama-tama dilakkan proses operasi min sinyal
keluaran lapisan fuzzyfikasi, kemudian diteruskan dengan operasi max
untuk mencari nilai keluaran yang selanjutnya akan di defuzzyfikasikan
25

sebagai bentuk keluaran pengendali. Operasi max-min tersebut dapat


dinyatakan sebagai berikut :

Operasi min atau irisan


a ˄ b = min (a,b) = a if a ≤ b
= a if a > b
Operasi max atau irisan
a ˄ b = max (a,b) = a if a ≥ b
= a if a < b
Fuzzy rule biasanya berupa “if-then” pernyataan yang menyatakan
aksi yang akan dilakukan sebagai respon dari fuzzy input yang bervariasi.
Jika fuzzy rule mempunyai lebih dari satu mendahului (antecendent) atau
mempunyai satu akibat atau (consequent) maka antara antecendent atau
consequent satu dengan yang lain diberi penghubung yang disebut fuzzy
operator. Ada beberapa operator-operator logika yang digunakan dalam
fuzzy : AND, OR, dan NOT. Jika operator yang digunakan adalah AND
maka input terkecil yang diambil. Misalnya:
If suhu is dingin and suhu is panas then suhu is sangat panas.
Langkah-langkah Rule evaluasi sebagai berikut:
1. Menentukan Rule.
2. Mengevaluasi degree of membership function tiap rule’s anteccendent.
3. Menentukan degree of truth (rule’s strength) untuk tiap rule.
4. Menentukan fuzzy output dengan membandingkan rule strength dari
seluruh rule yang menyatakan consequent label yang sama.
3. Defuzzifikasi : Proses defuzzifikasi merupakan proses terakhir dalam
sistem fuzzy. Proses ini merupakan proses perubahan data input yang
telah dimasukkan dalam himpunan-himpunan fuzzy untuk mendapatkan
kembali bentuk tegasnya (Crisp). Hasil dari defuzzyfikasi ini merupakan
output dari sistem kendali logika fuzzy.
Z*=defuzzyfizier (Z)
Dengan :
Z = hasil penalaran fuzzy
26

Z* = keluaran kendali logika fuzzy


Defuzzier = fungsi defuzzyfikasi
Metode defuzzyfikasi antara lain:
1. Metode Maximum
Metode ini juga dikenal dengan metode puncak, yang nilai
keluarannya dibatasi oleh fungsi μc(z*)>μc 1 (z).
2. Metode titik tengah
Metode titik tengah juga disebut metode pusat area. Metode ini lazim
dipakai dalam proses defuzzyfikasi. Keluaran dari metode ini adalah titik
tengah dari hasil proses penalaran.
3. Metode rata-rata
Metode ini digunakan untuk fungsi keanggotaan keluaran yang
simetris. Keluaran dari metode ini adalah nilai rata-rata dari hasil proses
penalaran.
4. Metode penjumlahan titik tengah
Keluaran dari metode ini adalah penjumlahan titik tengah dari hasil
proses penalaran.
5. Metode titik tengah area terbesar
Dalam metode ini, keluarannya adalah titik pusat dari area terbesar
yang ada.
Rumus Fuzzy
a. Fungsi Keanggotaan
Nilai input hasil pengukuran dikonversi menjadi fungsi keanggotaan
himpunan fuzzy, untuk kemudian diolah di dalam sistem penalaran.

Gambar 2. 18 Representasi Kurva Derajat Input


Fungsi Keanggotaan :
27

Keterangan :

a : nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol

b : nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu

c : nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu

d : nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol

x : nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy

b. Implikasi (Min)

Nilai fungsi keanggotaan yang sudah didapatkan masuk ke dalam aturan


fuzzy untuk didapatkan nilai minimum dari nilai derajat keanggotaan
input.

Gambar 2. 19 Proses Implikasi


α n=min (μ 1 , μ2 )

Keterangan :

α n : nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)

μ1 : nilai derajat keanggotaan input ke-1 (nilai kadar gas CO)


28

μ2 : nilai derajat keanggotaan input ke-2 (nilai suhu)

c. Agregasi (Max)

Nilai hasil implikasi digunakan untuk membentuk bangun daerah fuzzy


pada sistem penalaran.

Gambar 2. 20 Proses pembentukan daerah fuzzy dalam sistem


penalaran.

 Menentukan luas dari derajat keanggotaan output kurva segitiga sesuai


rule yang dibutuhkan

Gambar 2. 21 Representasi Kurva Trapesium


1
LS= x(Jumlah sisi sejajar ) x tinggi
2
Keterangan :
LS : Nilai luas dari derajat keanggotaan output kurva trapesium pada rule
yang dibutuhkan
Jumlah sisi sejajar : Hasil penjumlahan sisi sejajar keanggotaan output
kurva trapesium pada rule yang dibutuhkan
tinggi : Tinggi derajat keanggotaan output kurva trapesium pada rule
yang dibutuhkan
29

 Menentukan luas dari derajat keanggotaan output kurva segitiga sesuai


rule yang dibutuhkan

Gambar 2. 22 Representasi Kurva Segitiga


1
LS= x Alas x tinggi
2
Keterangan :
LS : Nilai luas dari derajat keanggotaan output kurva segitiga pada rule
yang dibutuhkan
Alas: Panjang alas derajat keanggotaan output kurva segitiga pada rule
yang dibutuhkan
tinggi : Tinggi derajat keanggotaan output kurva segitiga pada rule yang
dibutuhkan
 Menentukan domain terkecil untuk pembentukan bangun daerah fuzzy

Gambar 2. 23 Representasi Kurva Segitiga dan Kurva Trapesium


Q1 = a + (LS x αn)
Q = Q1- a
Keterangan :
Q : Nilai domain terkecil untuk pembentukan bangun daerah fuzzy
a : Nilai domain terkecil yang pada kurva derajat output yang digunakan
LS : Nilai luas dari kurva derajat keanggotaan output yang digunakan
αn : Nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
30

 Menentukan domain terbesar untuk pembentukan bangun daerah fuzzy.


P 1=c−¿αn)
P = P1 – a
Keterangan :
P : Nilai domain terbesar untuk pembentukan bangun daerah fuzzy
c : Nilai domain terkecil yang pada kurva derajat output yang digunakan
a : Nilai domain terkecil yang pada kurva derajat output yang digunakan
LS : Nilai luas dari kurva derajat keanggotaan output yang digunakan
αn : Nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
 Menentukan nilai alas bangun daerah fuzzy dari nilai domain yang
didapatkan
AL=P−Q
Keterangan :
AL : Nilai alas bangun daerah fuzzy
P : Nilai domain terbesar untuk pembentukan bangun daerah fuzzy
Q : Nilai domain terkecil untuk pembentukan bangun daerah fuzzy
 Menentukan nilai tinggi bangun daerah fuzzy dari nilai hasil implikasi
T =1−¿ αn
Keterangan :
T : Nilai tinggi bangun daerah fuzzy
αn : nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
 Menentukan luas bangun daerah fuzzy
Luas=α n x AL x T
LuasSegi=LS−Luas
D=α n x LuasSegi
Keterangan :
α n : nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
31

AL : Nilai alas bangun daerah fuzzy


T : Nilai tinggi bangun daerah fuzzy
LS : Nilai luas dari derajat kurva keanggotaan output pada rule yang
dibutuhkan
LuasSegi : Nilai luas daerah fuzzy
D : Nilai moment daerah fuzzy untuk rule dengan nilai implikasi α n
 Menentukan nilai moment (titik pusat daerah fuzzy)
M =b x LuasSegi
C=α n x M
Keterangan :
b : Nilai domain tengah pada kurva derajat output yang digunakan
LuasSegi : Nilai luas daerah fuzzy
M : Nilai pusat daerah fuzzy
α n : nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
C : Nilai luas daerah fuzzy untuk rule dengan nilai implikasi α n

d. Defuzzyfikasi
Menentukan nilai Centroid of Grafity atau pusat grafitasi daerah fuzzy
yang merupakan output hasil defuzzyfikasi.

W=
∑C
∑D
Keterangan :
W : Nilai hasil defuzzyikasi
C : Nilai luas daerah fuzzy
D : Nilai moment daerah fuzzy
Untuk penelitian ini akan digunakan lodika berjenis Mamdani berikut adalah
pnejelasan tentang fuzzy mamdani :

2.2.9 LCD 16 x 2
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan
32

diberbagai bidang misalnya alal–alat elektronik seperti televisi, kalkulator, atau


pun layar komputer. LCD sangat berfungsi sebagai penampil yang nantinya akan
digunakan untuk menampilkan status kerja alat.
Adapun fitur yang disajikan dalam LCD ini adalah :
a. Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.
b. Mempunyai 192 karakter tersimpan.
c. Terdapat karakter generator terprogram.
d. Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.
e. Dilengkapi dengan back light.

 
Gambar 2.14 Bentuk Fisik LCD 16 x 2
(Sumber: www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x-
2.html)
Tabel 2.5 Spesifikasi Kaki LCD 16 x 2
Pin Deskripsi
1 Ground
2 Vcc
3 Pengatur kontras
4 “RS” Instruction/Register Select
5 “R/W” Read/Write LCD Registers
6 “EN” Enable
7-14 Data I/O Pins
15 Vcc
16 Ground

Cara Kerja LCD Secara Umum


33

Pada aplikasi umumnya RW diberi logika rendah “0”. Bus data terdiri dari
4-bit atau 8-bit. Jika jalur data 4-bit maka yang digunakan ialah DB4 sampai
dengan DB7. Sebagaimana terlihat pada table diskripsi, interface LCD merupakan
sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam
pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang ditampilkan
sepanjang 8-bit dikirim ke LCD secara 4-bit atau 8 bit pada satu waktu. Jika mode
4-bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8-
bit (pertama dikirim 4-bit MSB lalu 4-bit LSB dengan pulsa clock EN setiap
nibblenya). Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa
mikrokontroller mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD
program harus menset EN ke kondisi high “1” dan kemudian menset dua jalur
kontrol lainnya (RS dan R/W) atau juga mengirimkan data ke jalur data bus.
Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke “0” dan tunggu beberapa saat
(tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali ke high “1”. Ketika jalur
RS berada dalam kondisi low “0”, data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai
sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll).
Ketika RS dalam kondisi high atau “1”, data yang dikirimkan adalah data ASCII
yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf “A” pada layar
maka RS harus diset ke “1”. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low
(0) saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada
dalam kondisi high “1”, maka program akan melakukan query (pembacaan) data
dari LCD. Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status
LCD), lainnya merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang
menggunakan LCD, R/W selalu diset ke “0”. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur
(tergantung mode yang dipilih pengguna), DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5,
DB6 dan DB7. Mengirim data secara parallel baik 4-bit atau 8-bit merupakan 2
mode operasi primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan
mode operasi merupakan hal yang paling penting. Mode 8-bit sangat baik
digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan
setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data).
Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7-bit (3 pin untuk kontrol, 4
pin untuk data). Bit RS digunakan untuk memilih apakah data atau instruksi yang
34

akan ditransfer antara mikrokontroller dan LCD. Jika bit ini di set (RS = 1), maka
byte pada posisi kursor LCD saat itu dapat dibaca atau ditulis. Jika bit ini di reset
(RS = 0), merupakan instruksi yang dikirim ke LCD atau status eksekusi dari
instruksi terakhir yang dibaca. Untuk gambar skematik LCD 16x2 adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.15 Skematik LCD

(Sumber: www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x-
2.html)
2.2.10 Firebase Database
Firebase merupakan sebuah platform untuk aplikasi realtime yang didirikan
oleh Andrew Lee dan James Tamplin pada tahun 2011. Produk Firebase yang
pertama kali adalah Realtime Database. Realtime Database adalah database  yang
di-host melalui cloud. Data disimpan dan dieksekusi dalam bentuk JSON dan
disinkronkan secara realtime ke setiap user yang terkoneksi. Layanan ini
menyediakan pengembang aplikasi API yang memungkinkan aplikasi data yang
akan disinkronisasi di klien dan disimpan di cloud Firebase ini. Firebase
menyediakan library untuk berbagai client platform yang memungkinkan integrasi
dengan Android, iOS, JavaScript, Java, Objective-C dan Node aplikasi Js dan
dapat juga disebut sebagai layanan DbaaS (Database as a Service) dengan konsep
realtime. Firebase digunakan untuk mempermudah dalam penambahan fitur-fitur
35

yang akan dibangun oleh developer. Kemampuan lain dari Firebase


Realtime Database adalah tetap responsif bahkan saat offline karena SDK
Firebase Realtime Database menyimpan data langsung ke disk device atau
memori lokal. Setelah perangkat terhubung kembali dengan internet, perangkat
pengguna (user) akan menerima setiap perubahan yang terjadi. Pada gambar di
bawah ini ditunjukkan contoh arsitektur sistem Firebase dengan Android.

Gambar 2.16 Arsitektur Sistem Firebase


(Sumber: www.dicoding.com/blog/apa-itu-firebase-pengertian-jenis-jenis-dan-
fungsi-kegunaannya/)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “.Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk Sistem
Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan Nilai
Sensor Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” merupakan jenis penelitian dengan
metode Research and Development (R&D). Tujuan dari penelitian ini merupakan
suatu metode penelitian yang menghasilkan produk tertentu atau
menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya dan menguji keefektifan dari
produk tersebut. Dalam hal ini alat yang akan dibuat adalah alat untuk
mengkasifikasikan tingkat kematangan biji kopi roasting dengan memanfaatkan
nilai kapasitansi dan nilai sensor warna yang diuji pada dua jenis biji kopi robusta
yaitu dampit dan kawi.

3.2 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian dilakukan untuk memperinci tahapan dalam pembuatan
penelitian agar dapat dilakukan secara runtut. Tahapan penelitian yang akan
dilakukan ditunjukkan pada gambar 3.1

36
37

Gambar 3.3 Tahapan Penelitian

Gambar 3.1 tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam pembuatan sistem,
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tahap pertama merupakan studi literatur mengenai kebutuhan alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan perencanaan sistem seperti sensor
kapasitif, sensor warna, osilator, Arduino Wifi, dan Aplikasi Android. Pada
tahap ini juga mempelajari penggunaan dan karakteristik mengenai sensor
dan pemrograman untuk pembuatan sistem.
2. Tahap kedua yaitu perencanaan sistem. Dalam perancangan ini meliputi
desain sensor kapasitif dan rangkaian osilator dan juga pemrogaman di
Arduino Wifi
3. Tahap ketiga yaitu perancangan desain alat. Pada tahap ini dilakukan
perencanaan mengenai penggabungan Arduino Wifi dengan sensor kapasitif
dan sensor warna.
4. Tahap keempat merupakan perakitan alat dan pembuatan program. Script
dibuat pada perangkat Arduino Wifi dan Aplikasi Android.
5. Tahap kelima merupakan pengaplikasian logika fuzzy pada program Arduino
Wifi
6. Tahap keenam adalah pengujian sistem yang telah dibuat pada tahap ketiga
dan keempat, pengujian dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian sistem
yang telah direncanakan.
7. Tahap ketujuh merupakan tahap pengiriman data hasil pengujian ke sistem
Android
8. Tahap kedelapan merupakan tahapan analisis hasil sistem dapat berjalan
sesuai dengan yang telah direncanakan.

3.3 Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada
tabel hardware dan software.

3.3.1 Perangkat Keras (Hardware)


Hardware yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.3.
38

Tabel 3.3 Hardware Penelitian

No. Bahan Keterangan


1. Lempeng tembaga Sebagai penghantar
energi listrik untuk
mendapatkan nilai
kapasitansi
2. Biji Kopi Sebagai bahan
dielektrikum
3. IC CMOS 4069 Sebagai inverter
rangkaian osilator
4. Resistor Sebagai tahanan pada
rangkaian osilator
5. Arduino Wifi Sebagai
mikrokontroler
6. Osiloskop Untuk mendeteksi
frekuensi
7. Laptop Sebagai hardware
dalam membantu
pembuatan program.
8. Kabel Jumper Sebagai penghubung
antar pin pada Arduino
9. Kabel Serial Sebagai penghubung
Arduino ke laptop
10. DC Power Sebagai catu daya
11. TCS230 Sebagai sensor warna
12. LCD 16x2 Sebagai output
tampilan sistem

3.3.2 Perangkat Lunak (Software)


Software yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.4.
39

Tabel 3. 4 Software Penelitian

No Bahan Keterangan
1. Windows 10 Sebagai OS pemrogaman aplikasi dan database
2. Arduino IDE Sebagai pemrogaman mikrokontroler
3. Fritzing Digunakan untuk mendesign rangkaian
4. Eagle Digunakan untuk merancang PCB
5. Firebase Digunakan untuk penyimpanan data pada cloud
6. Aplikasi Android Sebagai monitoring hasil tingkat roasting pada
biji kopi
40

3.4 Perencanaan Sistem


3.4.1 Blok diagram sistem

Gambar 3. 4 Blok Diagram Sistem

Gambar 3.2 menjelaskan tentang diagram blok sistem pada penelitian yang
dilakukan. Fungsi dari masing-masing sistem adalah sebagai berikut :
1. Biji kopi merupakan bahan yang digunakan untuk penelitian dan akan
mempengaruhi nilai kapasitif. Ada 2 jenis biji kopi yang digunakan yaitu
jenis biji kopi kawi dan biji kopi dampit. Kedua jenis biji kopi tersebut
diroasting menjadi 3 tingkatan roasting yaitu light roast, medium roast
dan dark roast
2. Sensor kapasitif akan memberikan sebuah nilai kapasitansi berdasarkan
jenis biji roasting yang dimasukkan.
3. Sensor warna akan mendeteksi intesitas warna yang ada pada biji kopi
sesuai sengan warna dasar digital yang ada yaitu red, green dan blue
4. Osilator merupakan rangkaian yang terdiri dari RC dan IC CMOS dimana
akan memberikan keluaran yang amplitudonya berubah ubah secara
periodic dengan waktu.
5. Rangkaian RC akan menghasilkan sinyal feedback yaitu berupa frekuensi
resonan yang berulang ulang
6. Frekuensi counter pada Arduino Uno + Wifi sebagai pendeteksi frekuensi
7. Arduino Uno + Wifi merupakan mikrokontroler yang berfungsi untuk
mendeteksi sinyal frekuensi dari osilator dan yang dapat digunakan untuk
pengiriman data secara wireless ke Aplikasi Android
41

8. Firebase digunakan sebagai realtime database yang dapat menyimpan dan


sinkronisasi data secara realtime
9. Aplikasi Android digunakan sebagai tampilan hasil pengujian sistem untuk
menampilkan hasil klasifikasi tingkat kematangan roasting biji kopi
3.4.2 Flowchart Sistem

Gambar 3.3 Flowchart Sistem

Gambar 3.3 menjelaskan flowchart perolehan nilai frekuensi dari rangkaian


osilator RC berdasarkan nilai sensor kapasitif yang didapat dari perubahan bahan
42

dielektrik pada sensor kapasitif. Pembacaan frekuensi didapat dari hasil


pembacaan frequency counter. Nilai pembacaan sensor akan diolah di Arduino
dan dikirimkan ke Aplikasi android melalui firebase database. Pada Arduino
dilakukan proses memetakan nilai numerik (crisp) ke dalam himpunan fuzzy dan
menentukan derajat keanggotaannya di dalam himpunan fuzzy. Selanjutnya
inferensi yaitu melakukan proses tindakan berdasarkan dari kesimpulan dan
aturan-aturan yang digunakan. Lalu yaitu defuzzifikasi, dengan mengkonversi
setiap hasil dari inferensi engine yang diekspresikan dalam diambil oleh sistem
kendali logika fuzzy

3.5 Perancangan Alat dan Sistem


3.5.1 Rancangan Hardware Keseluruhan
Berikut merupakan desain dari perancangan alat keseluruhan pada
pendeteksi tingkat kematangan roasting biji kopi. Terdapat sebuah sensor
kapasitif yang dipasang sejajar dengan ukuran panjang 15 cm, lebar 4 cm dan
tinggi 4 cm. Kemudian di atasnya dipasang sebuah sensor warna TCS230 yang
berguna untuk mendeteksi warna biji kopi yang nanti akan dimasukkan ke dalam
sensor kapasitif. Keluaran dari sensor warna kemudian diolah pada
mikrokontroler yang terletak di dalam kotak sistem. Sedangkan hasil output dari
sensor kapasitif dihubungkan kedalam rangkaian osilator rc yang terletak di
samping luar sensor kapasitif guna diolah lebih lanjut menjadi nilai frekuensi.
Nilai frekuensi dan nilai intenistas warna dari biji kopi yang diuji kemudian diolah
dalam mikrokontroler dengan menggunakan metode logika fuzzy untuk
pengklasifikasian tingkat kematangannya dan kemudian hasil dari proses fuzzy
tersebut akan ditampilkan pada aplikasi android. Selain itu hasil frekuensi dan
nilai fuzzy juga akan ditampilkan pada LCD yang terletak di dalam box sistem.
43

Gambar 3.4 Rancangan Hardware Keseluruhan

Skema Rangkaian

Gambar 3.4 menunjukkan skema rangkaian keseluruhan dari alat pendeteksi


tingkat kematangan biji kopi, Sensor kapasititif dihubungkan ke rangkaian
osilator RC, lalu hasil dari rangkaian osilator RC berupa frekuensi akan
tersambung pada pin digital 5 di arduino. Untuk sensor warna kaki pin akan
terhubung pada pin digital 4,6,7,8,9 di arduino. Hasil output berupa klasifikasi
tingkat kematangan pada biji kopi berdasarkan perubahan nilai frekuensi dan
sensor warna yang akan tertampil pada LCD 16x2 dimana digunakan untuk
tampilan jenis tingkat kematangan dan hasil frekuensi, sedangkan pada aplikasi
android untuk menampilkan hasil akhir secara keseluruhan
44

Gambar 3.5 Sistem Skema Rangkaian

3.5.2.2 Perancangan Sensor Kapasitif


Pada perancangan ini sensor kapasitif dibuat dengan menggunakan 2
pasang plat tembaga. Plat tembaga ini dipasang menyerupai bentuk kubus yang
dicoba pada beberapa variasi ukuran. Untuk panjang dan lebar sensor kapasitif
menggunakan variasi ukuran mulai dari 4 cm – 7cm. Dan untuk tingginya
menggunakan variasi tinggi mulai dari 10 cm – 25 cm. Berdasarkan percobaan
rancangan sensor kapasitif ini didapatkan bahwa nilai output yang dihasilkan pada
sensor ukuran 4 x 4 x 15 cm adalah ukuran yang paling ideal dibandingakn
dengan ukuran yang lain. Yang mana jika ukuran yang dibuat terlalu panjang dan
lebar maka nilai output tidak akan terdeteksi.

Gambar 3.6 Rancangan Ukuran Sensor Kapasitif


3.5.2.3 Perancangan Sensor Warna
Sensor warna pada alat pendeteksi tingkat kematangan roasting biji kopi ini
menggunakan sensor warna dengan jenis TCS230. Input masukan dari sensor
warna masuk ke beberapa kaki mikrokontroler. Pada perancangan sensor warna ini
data yang akan diambil adalah intnsitas warna red dari setiap tingkatan biji kopi dengan
10 kali percobaan untuk masing – masing tingkatan
45

Gambar 3.7 Rancangan Sensor Warna

3.5.2.4 Perancangan Rangkaian Osilator RC


Rancangan rangkaian osilator RC terdiri dari beberapa komponen yaitu
project board, resistor, IC CMOS 4069, sensor kapasitif dan kabel jumper.
Rangkaian osilator disusun seperti gambar dibawah ini. Dimana rangkaian osilator
terhubung pada pin mikrokontroler arduino

Gambar 3.8 Rancangan Rangkaian Osilator

3.5.2 Rancangan Software


3.5.2.1 Rancangan Fuzzy
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengambilan
keputusan logika fuzzi yaitu fuzzifikasi, Inferensi fuzzy dan defuzzifikasi

1. Fuzzifikasi
Dalam proses ini masukan nilai crip diubah kedalam himpunan fuzzy serta
menentukan fungsi keanggotaannya dalam himpunan fuzzy. Sistem yang
dirancang memiliki dua variabel masukan yang akan diubah ke dalam himpunan
fuzzy, yaitu nilai frekuensi dan nilai intensitas sensor warna. Setiap variabel ini
dibagi menjadi tiga bagian tingkat kematangan biji kopi yaitu dark, medium, dan
light seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat Kematangan Biji Kopi Berdasarkan Variabel

Frekuensi Sensor Warna


46

Frekuensi rendah = Dark F Intensitas rendah = Dark W


Frekuensi sedang = Medium F Intensitas sedang = Medium W

Frekuensi tinggi = Light F Intensitas tinggi = Light W


Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Dampit

Gambar 3. 9 Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Dampit

1. Light
Pada kondisi light F, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan
frekuensi di bawah 104210 Hz dan akan bernilai 0 jika melebihi 104210
Hz.

Tabel 3.4 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Light


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 1 X ≤ 104210
2 0 104210 < X < 104980
3 0 X ≥ 104980

2. Medium
Pada kondisi Medium F, memiliki rentang nilai antara 104210 Hz
hingga 104980 Hz yang akan bernilai 1. Medium F akan bernilai 0 jika
hasil pembacaan frekuensi di bawah 104210 Hz dan melebihi 104210 Hz.
47

Tabel 3.5 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Medium


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 104210
2 1 104210 < X < 104980
3 0 X ≥ 104980

3. Dark
Pada Kondisi dark f, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan frekuensi
di atas 104980 kHz dan bernilai 0 jika dibawah 104980 Hz.

Tabel 3.6 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Dark


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 104210
2 0 104210 < X < 104980
3 1 X ≥ 104980

Pada gambar di bawah ini merupakan coding pemrogaman pada Arduino


untuk menentukan keanggotaan fuzzy frekuensi dari masing-masing tingkat
kematangan biji kopi.

Gambar 3.10 Pemrogaman Fuzzifikasi Frekuensi Biji Kopi Dampit


48

Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Kawi

Gambar 3. 11 Fungsi Keanggotaan Frekuensi Biji Kopi Kawi

1. Light
Pada kondisi light F, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan
frekuensi di bawah 104210 Hz dan akan bernilai 0 jika melebihi 104210
Hz.

Tabel 3.7 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Light


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 1 X ≤ 101770
2 0 101770 < X ≤ 102940
3 0 X > 104980

2. Medium
Pada kondisi Medium F, memiliki rentang nilai antara 104210 Hz
hingga 104980 Hz yang akan bernilai 1. Medium F akan bernilai 0 jika
hasil pembacaan frekuensi di bawah 104210 Hz dan melebihi 104210 Hz.

Tabel 3.8 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Medium


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 101770
2 1 101770 < X ≤ 102940
3 0 X > 104980

3. Dark
49

Pada Kondisi dark f, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan frekuensi


di atas 104980 kHz dan bernilai 0 jika dibawah 104980 Hz.
Tabel 3.9 Nilai Keanggotan untuk Frekuensi Dark
Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 101770
2 0 104210 < X ≤ 102940
3 1 X > 104980

Pada gambar di bawah ini merupakan coding pemrogaman pada Arduino


untuk menentukan keanggotaan fuzzy frekuensi dari masing-masing tingkat
kematangan biji kopi

Gambar 3.12 Pemrograman Fuzzifikasi Frekuensi Biji Kopi Kawi


50

Fungsi Keanggotaan Sensor Warna Biji Kopi Dampit

Gambar 3.13 Fungsi Keanggotaan Sensor Warna

1. Dark
Pada kondisi dark akan benilai 1 jika hasil pembacaan sensor
warna kurang dari sama dengan 52 dan akan bernilai 0 jika hasil
pembacaan sensor warna melebihi 52.

Tabel 3.10 Nilai Keanggotan untuk Warna Dark


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 1 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 0 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 0 X ≥ 92
2. Medium
Dalam pembacaan tingkat medium terdapat 2 kurva yang saling
bersinggungan yaitu DarkW-MediumW dan MediumW-LightW. Maka
dari itu terdapat 3 ruang yang termasuk ke dalam keanggotaan medium,
yaitu ruang 2, ruang 3 dan ruang 4. Keanggotaan masing-masing tingkat
kematangannya dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini

Tabel 3.11 Nilai Keanggotan untuk Warna Medium (Ruang 2)

Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi


51

1 0 X ≤ 52
2 Dark: x-52/16 52 < X ≤ 68
Medium: 68-x/16
3 0 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 0 X ≥ 92

Medium (Ruang 3)
Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 1 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 0 X ≥ 92

Medium (Ruang 4)
Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 0 68 < X ≤ 87
4 Dark: x-87/5 87 < X < 92
Medium: 92-x/5
5 0 X ≥ 92

3. Light

Pada kondisi light akan bernilai 1 jika nilai sensor warna yang
terbaca lebih dari sama dengan 92 dan akan bernilai 0 jika nilai yang
terbaca berada pada kuva yang saling bersinggungan kurang dari 92

Tabel 3.12 Nilai Keanggotan untuk Warna Light


Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
52

1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 0 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 1 X ≥ 92

Pada gambar di bawah ini merupakan coding pemrogaman pada Arduino


untuk menentukan keanggotaan fuzzy berdasarkan nilai sensor warna dari masing-
masing tingkat kematangan biji kopi

Gambar 3.14 Pemrogaman fuzzifikasi Sensor Warna


2. Inferensi Fuzzy
Pembagian rule logika fuzzy dalam sistem ini terbagi menjadi 15 aturan
yang merupakan fungsi implikasi, yang mana aturan yang telah dibuat berfungsi
untuk menghubungkan antara input dan output. Operator yang digunakan ialah
operator AND.
53

Tabel 3.13 Penerapan Logika Fuzzy

Sensor Warna Dark Medium Light

Frekuensi
Dark Dark Dark Light
Medium Medium Medium Medium
Light Medium Light Light

1. IF S.Warna “DARK W” AND Frekuensi “DARK F” THEN Dark


2. IF S.Warna “DARK W” AND Frekuensi “MEDIUM F” THEN Medium
3. IF S.Warna “DARK W” AND Frekuensi “LIGHT F” THEN Medium
4. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “DARK F” THEN Dark
(ruang ke II Sensor warna)
5. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “MEDIUM F” THEN
Medium (ruang ke II Sensor Warna)
6. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “LIGHT F” THEN
Light(ruang ke II Sensor Warna)
7. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “DARK F” THEN Medium
(ruang IV Sensor Warna)
8. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “MEDIUM F” THEN
Medium (ruang ke IV Sensor Warna)
9. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “LIGHT F” THEN Light
(ruang ke IV Sensor Warna)
10. IF S.Warna “MEDIUM W ” AND Frekuensi “DARK F” THEN Dark
(ruang ke III Sensor Warna)
11. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “MEDIUM F” THEN
Medium (ruang ke III Sensor Warna)
12. IF S.Warna “MEDIUM W” AND Frekuensi “LIGHT F”(ruang ke III
Sensor Warna)
13. IF S.Warna “LIGHT W” AND Frekuensi “DARK F” THEN Medium
14. IF S.Warna “LIGHT W” AND Frekuensi “MEDIUM F” THEN Light
54

15. IF S.Warna “LIGHT W” AND Frekuensi “LIGHT F” THEN Light

3. Defuzzifikasi
Defuzzifikasi merupakan proses kebalikan dari fuzzifikasi yang berfungsi
sebagai pemetaan dari himpunan fuzzy ke himpunan tegas. Himpunan fuzzy yang

dimaksud disini adalah hasil output yang telah diperoleh dari hasil inferensi fuzzy.
Pada proses defuzzifikasi ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu masuk akal,
perhitungannya sederhana dan kontinu. Metode yang digunakan untuk proses
defuzzifikasi adalah metode center of gravity .

( Indeks × Hasil dark ) + ( Indeks× Hasil medium ) +(Indeks× Hasillight )


COG=
Hasil dark + Hasil Medium+ Hasil Light

( 4 × Hasil dark ) + ( 5 × Hasil medium ) +(6 × Hasillight )


COG=
Hasil dark + Hasil Medium+ Hasil Light

Gambar 3.15 Persamaan COG

Pada gambar 3.15 di atas merupakan hasil dari defuzzifikasi sistem fuzzy

sugeno. Dimana metode defuzzifikasi yang digunakan yaitu singleton. Hasil


perhitungan dari COG (Center Of Gravity) akan menentukan pada ton mana data
55

akan terklasifikasi. Dimana indeks 4 adalah tingkat kematangan dark, 5 adalah


tingkat kematangan medium dan 6 adalah tingkat kematangan light.
3.5.2.2 Rancangan Aplikasi Android
Untuk menampilkan hasil data pengolahan sistem dari penelitian ini
dirancang sebuah sistem aplikasi android dengan tampilan seperti gambar
dibawah ini. Untuk membuat aplikasi Android digunakan software react native.
Fungsi dari dibuatnya aplikasi ini digunakan untuk mengetahui informasi data
hasil dari sensor. Sehingga dimanapun keberadaan pengguna tersebut dapat
memantau hasil data sensor. Terdapat beberapa keterangan hail tampilan
percobaan yang telah diuji yaitu hasil nilai frekuensi, nilai sensor warna dan nilai
dari proses fuzzifikasi.

Gambar 3.16 Rancangan Aplikasi Pada Sistem Android


56

3.6 Penentuan Prosedur dan Parameter


Pada penentuan prosedur akan dijelaskan dalam benuk flowchart pada
gambar 3.17. Sedangkan parameter merupakan langkah untuk menentukan
parameter yang diukur saat pengujian.

3.6.1 Diagram Alir Cara Kerja Sistem

Gambar 3.17 Diagram Alir Cara Kerja Sistem secara keseluruhan


57

3.6.2 Parameter Penelitian


Berikut parameter yang digunakan dan diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat kematangan roasting biji kopi, yaitu light, medium, dark.
2. Pembacaan hasil frekuensi dari sensor kapasitif dan nilai intensitas warna
dari sensor warna
3. Hasil nilai sistem logika fuzzy
3.7 Rancangan Pengambilan Data
Pada penelitian ini dilakukan 2 kali pengambilan data. Yang pertama
dengan menggunakan biji kopi dampit dan yang kedua dengan biji kopi kawi.
Data yang diambil berupa frekuensi pada setiap tingkat kematangan biji kopi yaitu
dark, medium dan light. Mendeteksi intensitas warna pada setiap tingkat
kematangan biji kopi berdasarkan nilai red yang didapat dari sensor TCS230.
Menentukan fungsi keanggotaan fuzzy berdasarkan nilai frekuensi dan pembacaan
nilai red serta mengaplikasikan logika fuzzy dan menentukan output fuzzy. Dengan
menggunakan dua parameter yaitu nilai frekuensi dan nilai sensor warna maka
akan terdeteksi jenis tingkat kematangan pada biji kopi.

3.8 Rancangan Analisa Data


Dari proses pengambilan data maka akan dapat dilakukan analisis
mengenai pengaruh dari sensor warna dan sensor kapasitif dengan rangkaian
osilator terhadap pembacaan tingkat kematangan biji kopi dampit dan kawi. Data
berupa nilai frekeunsi dan nilai intensitas warna pada biji kopi kawi dan dampit
kemudian diolah menggunakan logika fuzzy untuk mengklasifikasikan tingkat
kematangan biji kopi. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang mana apakah sesuai dengan teori yang menjadi acuan penelitian
dan pengembangan yang dilakukan.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab IV ini berisi tentang pembahasan secara keseluruhan dari hasil desain dan
perancangan hardware, software yang telah dirancang pada bab 3 serta membahas
tentang hasil pengujian kinerja sistem pada “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk
Sistem Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan
Nilai Sensor Kapasitif Dan Nilai Sensor Warna”. Pengujian sistem ini digunakan
untuk mengetahui sistem yang dirancang dapat berfungsi dan bekerja sesuai
dengan perencanaan.
4.1 Implementasi Pembuatan
Hasil implementasi pembuatan akan menjelaskan mengenai hasil
rangkaian hardware dan software yang akan digunakan sebagai sistem pendeteksi
tingkat kematangan biji kopi menggunakan arduino uno + wifi, sensor warna,
sensor kapasitif dan rangkaian osilator RC. Pada sub bab ini juga akan dijelaskan
tentang proses pengiriman data dari rangkaian osilator RC berupa nilai frekuensi
dan sensor warna berupa intensitas warna biji kopi yang terhubung dan diolah
pada mikrokontroler. Selanjutnya hasil keluaran dari mikrokontroler akan
ditampilkan pada aplikasi android
4.1.1 Hasil Implementasi Pembuatan Hardware Keseluruhan

Gambar 4.1 Gambar Hasil Implementasi Alat Keseluruhan

58
59

Dari gambar di atas dapat dilihat hasil pembuatan Hardware secara


keseluruhan. Pada gambar dapat terlihat sensor kapasitif yang terdapat sensor
warna dibagian atasnya. Kemudian terdapat project board yang terhubung dengan
mikrokontroler dan LCD menggunakan kabel jumper

4.1.1.1 Hasil Implementasi Sensor Kapasitif


Dibawah ini merupakan hasil implementasi dari rancangan sensor kapasitif
dengan ukuran dimensi 4 cm x 4 cm x 15 cm. Dalam perancangan di bab 3
akhirnya ditemukan bentuk yang ideal dimana sensor kapasitif memiliki ukuran
yang tidak terlalu sempit dan tidak terlalu tinggi karena hal tersebut akan
mempengaruhi besar nilai kapasitansi. Maka dari itu dipilihlah sensor kapasitif
dengan ukuran panjang 4 cm lebar 4cm dan tinggi 15 cm. Sensor kapasiitif
kemudian dihubungkan ke rangkaian osilator untuk mengolah hasil nilai
kapasitansi menjadi nilai frekuensi dengan menggunakan kabel jumper

Gambar 4.2 Hasil Implementasi sensor kapasitif


60

4.1.1.2 Hasil Implementasi Sensor Warna

Gambar 4.3 Hasil Implementasi Sensor Warna

Sensor warna mengirimkan hasil data berupa intensitas warna RGB. Dimana
pada penelitian ini intensitas warna yang digunakan sebagai inputan logika fuzzy
adalah nilai intensitas RED. Pembacaan sensor warna dibaca melalui beberapa pin
digital pada mikrokontroler yang dirangkai seperti gambar di atas, yaitu :
Tabel 4.1 Keterkaitan Pin Mikrokontroler dan Pin TCS230
Pin Arduino Pin TCS230
4 S0
6 S2
7 S3
8 Out
9 S1
4.1.1.3 Hasil Implementasi Rangkaian Osilator RC

Gambar 4.4 Hasil Implementasi Rangkaian Osilator


61

Rangkaian osilator RC yang telah dirancang tersusun dari beberapa


komponen, antara lain project board, kabel jumper, 2 buah resistor, IC CMOS
4069, yang mendapat nilai masukan dari sensor kapasitif. Pada rangkaian osilator
RC IC CMOS 4069 menggunakan 3 gerbang NOT sebagai inverter untuk
menghasilkan osilasi. Dengan nilai resistor yang sesuai maka kapasitor dapat
mentrigger gerbang NOT 1 untuk melakukan osilasi kembali dengan
memanfaatkan delay propagasi. Output dari gerbang Not 1 akan menjadi input
untuk Gerbang Not 2 lalu output Gerbang Not 2 akan menjadi output gerbang Not
3.

4.1.2 Hasil Implementasi Pembuatan Software


Pada sub bab ini dijelaskan mengenai bagian-bagian dari hasil tampilan
Android yang digunakan. menunjukkan beberapa menu untuk keluaran nilai dari
sensor yang akan dilihat hasil melalui aplikasi. Jika dipilih menu mulai maka
otomatis akan membuat grafik keluaran nilai dari sensor, pH, suhu, kapasitif
selanjutnya button stop untuk menghentikan hasil keluaran nilai dari semua sensor
dan bisa di tampilkan dengan menekan menu grafik. Pada halaman ini pengguna
juga bisa memilih menu lainya dengan menekan menu gambar pH maka akan
menampilkan nilai kadar pH, jika pengguna memilih menu gambar suhu maka
akan menampilkan nilai suhu ruang yang berada dalam box, jika pengguna
memilih menu kapasitif maka akan muncul nilai kapasitif dari tahu kedelai yang
diukur.
Berikut adalah tampilan aplikasi android.
62

Gambar 4.5 Aplikasi Android


4.2 Hasil Pengujian Sensor Kapasitif
Pada pengujian sensor kapasitif input yang diuji menghasilkan output
berupa nilai kapasitansi. Kemudian hasil nilai kapasitansi ini menjadi nilai input
untuk rangkaian osilator rc agar diubah menjadi nilai frekuensi.

4.2.1 Hasil Pengujian Nilai Kapasitansi


Pada pengujian sensor kapasitif nilai kapasitansi dibaca pada LCR meter.
Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali percobaan untuk masing masing tingkat
kematangan biji kopi.

4.2.1.1 Pengujian Saat Sensor Kapasitif Kosong

Tabel 4.2 Hasil Nilai Kapasitansi Saat Sensor Kosong

Percobaan Kapasitansi Saat sensor kosong (pF)


1 0,12
2 0,12
3 0,12
4 0,12
5 0,12
6 0,12
7 0,12
8 0,12
9 0,12
10 0,12
rata-rata 0,12

Tabel 4.2 adalah hasil pengujian sensor kapasitif saat sensor kosong.
Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan hasil rata-rata nilai kapasitansi
sebesar 0,12 pF
63

4.2.1.2 Pengujian Pada Biji Kopi Mentah


Gambar 4.6 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter Untuk Biji

Kopi Dampit Mentah

Gambar 4.7 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter Untuk Biji
Kopi Kawi Mentah

Tabel 4.3 Hasil Nilai Kapasitansi Biji Kopi Mentah

Percobaa Biji Kopi Dampit Mentah Biji Kopi Kawi


n Mentah
1 91 89
2 92 89
3 92 89
4 89 89
5 92 89
6 91 89
7 91 89
64

8 85 89
9 91 89
10 91 89
rata-rata 90,5 89

Tabel 4.3 adalah hasil pengujian sensor kapasitif saat sensor berisi biji
kopi mentah. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan hasil rata-rata nilai
kapasitansi sebesar 90,9 pF untuk biji kopi dampit, dan 89 pF untuk jenis biji kopi
kawi.

4.2.1.3 Pengujian Biji Kopi Dampit

Gambar 4.8 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter

Tabel 4.4 Nilai Kapasitansi Pada Biji Kopi Dampit

Percobaan Dark (pF) Medium (pF) Light (pF)


1 51 52 53
2 51 52 52
3 50 52 51
4 51 51 53
5 51 52 53
6 51 52 52
7 50 53 53
65

8 51 52 52
9 51 52 53
10 51 52 52
Rata-rata 50,8 52 52,4
Minimal 50 51 51
Maksimal 51 53 53

Tabel 4.4 merupakan pengujian nilai kapasitansi biji kopi dampit pada
LCR meter. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pada masing – masing tingkat
kematangan. untuk dark memliki rata – rata nilai 50,8 pF, medium dengan rata –
rata nilai 52, dan light memiliki rata – rata nilai sebesar 52,4 pF.

4.2.1.4 Pengujian Pada Biji Kopi Kawi

Gambar 4.9 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter

Tabel 4.5 Hasil Nilai Kapasitansi Pada Jenis Biji Kopi Kawi

Percobaan Dark (pF) Medium (pF) Light (pF)


1 50 52 53
2 50 51 52
3 50 51 53
66

4 50 52 53
5 51 52 53
6 51 52 53
7 50 52 53
8 50 53 53
9 51 52 53
10 51 53 53
Rata-rata 50,4 52 52,9
Minimal 50 51 52
Maksimal 51 53 53

Tabel 4.5 merupakan pengujian nilai kapasitansi biji kopi kawi pada LCR
meter. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pada masing – masing tingkat
kematangan. Untuk dark memliki rata – rata nilai 50,4 pF, medium dengan rata –
rata nilai 52 pF, dan light memiliki rata – rata nilai sebesar 52,9 pF.

4.2.3 Pembahasan Hasil Pengujian Kapasitansi


Pengujian nilai kapasitansi dilakukan dengan 4 kondisi yang berbeda,
yaitu yang pertama saat sensor kosong, yang kedua saat sensor diisi dengan biji
kopi mentah, kemudian yang ketiga saat sensor diisi dengan biji kopi kawi dan
yang terkahir saat sensor diisi dengan biji kopi dampit. Masing – masing kondisi
dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Pada kondisi sensor kosong rata- rata nilai
kapasitansi yang dihasilkan adalah 0,12 pF. Kemudian saat sensor diisi dengan
biji mentah nilai kapasitansi yang dihasilkan adalah sebesar 95,3 pF untuk biji
kopi dampit dan 93,8 pF untuk jenis biji kopi kawi. Lalu pada saat sensor diisi
dengan jenis biji kopi dampit rata – rata nilai yang dihasilkan pada tingkat dark
adalah 50,8 pF dengan nilai minimal 50 pF dan nilai maksimal 51 pF. Pada
tingkat medium rata – rata nilai yang dihasilkan adalah 52 pF dengan nilai
minimal 51 pF dan nilai maksimal 53 pF. Pada tingkat light rata – rata nilai yang
dihasilkan sebesar 52,4 pF dengan nilai minimal 51 pF dan nilai maksimal 53 pF.
Dan yang terakhir saat sensor diisi dengan biji kopi kawi rata – rata nilai yang
dihasilkan pada tingkat dark adalah 50,4 pF dengan nilai minimal 50 pF dan nilai
maksimal 51 pF. Pada tingkat medium rata – rata nilai yang dihasilkan adalah 52
pF dengan nilai minimal 51 pF dan nilai maksimal 53 pF. Pada tingkat light rata –
67

rata nilai yang dihasilkan sebesar 52,9 pF dengan nilai minimal 52 pF dan nilai
maksimal 53 pF. Pada hasil percobaan nilai kapasitansi diatas nilai pada biji kopi
dampit memiliki tingkat kematangan dark yang lebih tinggi dari biji kopi kawi
dengan selisih 0,4 pF, untuk tingkat medium nilai yang sama dan pada tingkat
light biji kopi kawi memiliki nilai yang lebih tinggi dengan selisih nilai 0,5.
68

4.2.4 Hasil Pengujian Nilai Frekuensi


Hasil pengujian frekuensi pada rangkaian osilator RC dilakukan sebanyak
sepuluh kali guna mengetahui berapa frekuensi yang dihasilkan. Deteksi frekuensi
menggunakan dua alat yaitu osiloskop yang langsung terhubung ke rangkaian
osilator RC dan frequency counter arduino agar nilai frekuensi yang dibaca dapat
digunakan untuk nilai dasar dalam penentuan keanggotaan fuzzy.
4.2.4.1 Hasil pengujian Frekuensi pada Osiloskop
1. Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit

Gambar 4.10 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark
69

Gambar 4.11 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium

Gambar 4.12 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada osiloskop Untuk Tingkat
Light
70

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Frekuensi Rangkaian Osilator RC untuk Biji Kopi
Dampit

Percobaan Dark (KHz) Medium (KHz) Light (KHz)


1 104,6 103,7 103,2
2 104,9 103,1 103
3 105 103,3 102,5
4 105 103,3 102,6
5 104 103,5 102,4
6 103,7 103,1 102
7 103 102,8 102,3
8 104 103,4 102,1
9 104,1 103 102,6
10 104 103,1 103
rata-rata 104,23 103,23 102,57
minimal 103 102,8 102
maksimal 105 103,7 103,2

Tabel 4.6 merupakan pengujian frekuensi biji kopi dampit pada rangkaian
osilator RC pada osiloskop. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 104,23 KHz, medium dengan rata – rata nilai 103,23 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 102,57 KHz.
71

2. Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi

Gambar 4.13 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark

Gambar 4.14 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium
72

Gambar 4.15 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Light

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Frekuensi untuk Biji Kopi Kawi


Percobaan Dark (KHz) Medium (KHz) Light (KHz)
1 105 103,8 102,9
2 106 103,1 102,2
3 105,4 103,2 102,1
4 105,7 103 102
5 105 104,1 103
6 105,2 103,4 102,7
7 106 103,6 102,6
8 105 103 102
9 105 103 102,3
10 105,1 103 102
rata-rata 105,34 103,32 102,38
minimal 105 103 102
maksimal 106 104,1 103

Tabel 4.7 merupakan pengujian frekuensi biji kopi kawi pada rangkaian
osilator RC pada osiloskop. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 105,34 KHz, medium dengan rata – rata nilai 103,32 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 102,38 KHz.
73

4.2.4.2 Pembahasan Hasil Pengujian pada Osiloskop


Pengujian nilai frekuensi pada osiloskop dilakukan dengan menggunakan
dua jenis biji kopi yaitu, biji kopi kawi dan biji kopi dampit. Masing – masing
percobaan dilakukan sebanyak 10 kali. Untuk biji kopi dampit rata – rata nilai
yang dihasilkan pada tingkat dark adalah 104,23 KHz dengan nilai minimal 103
KHz dan nilai maksimal 105 KHz. Pada tingkat medium rata – rata nilai yang
dihasilkan adalah 103,23 KHz dengan nilai minimal 102,8 KHz dan nilai
maksimal 103,7 KHz. Pada tingkat light rata – rata nilai yang dihasilkan sebesar
102,57 KHz dengan nilai minimal 102 KHz dan nilai maksimal 103,2 KHz.
Sedangkan untuk biji kopi kawi rata – rata nilai yang dihasilkan pada tingkat dark
adalah 105,34 KHz dengan nilai minimal 105 KHz dan nilai maksimal 106 KHz.
Pada tingkat medium rata – rata nilai yang dihasilkan adalah 103,32 KHz dengan
nilai minimal 103 KHz dan nilai maksimal 104,1 KHz. Pada tingkat light rata –
rata nilai yang dihasilkan sebesar 102,38 KHz dengan nilai minimal 102 KHz dan
nilai maksimal 103 KHZ. Pada hasil percobaan nilai frekuensi pada osiloskop
diatas nilai pada biji kopi dampit memiliki tingkat kematangan dark yang lebih
rendah dari biji kopi kawi dengan selisih 1,11 KHz, untuk tingkat kematangan
medium pada biji kopi dampit juga memiliki nilai frekuensi yang lebih rendah
dengan selisih 0,09 KHz dan pada tingkat light biji kopi dampit memiliki nilai
frekuensi yang lebih tinggi dengan selisih nilai 0,19 KHz.

4.2.4.3 Hasil Pengujian Frekuensi Menggunakan Frequency Counter


Arduino
1. Pengujian Frekuensi Saat Sensor Kosong
74

Tabel 4.8 Nilai Frekuensi Saat Sensor Kosong

Percobaa Frekuensi Saat Sensor Kapasitif kosong (Hz)


n
1 79629,63
2 79729,63
3 79643,63
4 79219,63
5 79249,63
6 79459,63
7 79629,63
8 79629,63
9 79629,63
10 79629,63
Rata-rata 79545,03

Pada Tabel 4.8 merupakan hasil pengujian nilai frekuensi saat sensor kosong.
Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan rata – rata hasil nilai sebesar
79545,03 Hz

2. Pengujian Frekuensi Biji Kopi Mentah


75

Gambar 4.16 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Dampit Mentah

Gambar 4.17 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Kawi Mentah

Tabel 4.9 Nilai Frekuensi Biji Kopi Mentah

Percobaan Biji Kopi Dampit Mentah (KHz) Biji Kopi Kawi Mentah (KHz)
1 105 107,81
2 105 107,82
3 105 107,23
4 105 107,33
5 105,1 107,45
6 105 107,36
7 105 107,36
8 105 107,36
9 105 107,36
10 105 107,36
Rata-rata 105,01 107,444

Pada Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian nilai frekuensi pada biji kopi
mentah. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan rata – rata hasil nilai
76

sebesar 105,01 KHz pada biji dampit mentah dan 107,444 KHz pada biji kawi
mentah

3. Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit

Gambar 4. 18 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


untuk Tingkat Dark
77

Gambar 4.19 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


untuk Tingkat Medium

Gambar 4. 20 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


untuk Tingkat Light
78

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit Menggunakan Frequency
Counter Arduino

Percobaan dark Medium light


1 105,24 104,3 101,4
2 104,98 104,2 102,2
3 106,3 104,43 104,21
4 107 104,23 101
5 106,7 104,62 104,01
6 108 104,6 104,11
7 105,31 104,8 103,98
8 104,99 104,32 104,04
9 105,22 104,33 97
10 105,13 104,98 98
rata-rata 105,887 104,481 101,995
minimal 104,98 104,2 97
maksimal 108 104,98 104,21

Tabel 4.10 merupakan hasil pengujian frekuensi biji kopi dampit pada
frequency counter arduino. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 105,887 KHz, medium dengan rata – rata nilai 104,481 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 101,995 KHz.
79

4. Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi

Gambar 4.21 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


Untuk Tingkat Dark
80

Gambar 4.22 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


untuk Tingkat Medium

Gambar 4. 23 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino


untuk Tingkat Light

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi Menggunakan Frequency
Counter Arduino
81

Percobaa Dark Mediu Light


n m
1 103 102,42 101,23
2 107,2 102,4 101,14
3 102,94 102,21 101,11
4 103 101,7 100,99
5 104,8 101,8 101,34
6 108 102,32 100,98
7 102,98 102,43 101,56
8 103,21 102,94 101,32
9 104 102 101,54
10 103 102,8 101,75
rata-rata 104,213 102,302 101,296
minimal 102,94 101,7 100,98
maksimal 108 102,94 101,75

Tabel 4.11 merupakan hasil pengujian frekuensi biji kopi kawi pada
frequency counter arduino. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata-rata nilai
104,213 KHz, medium dengan rata – rata nilai 102,302 KHz, dan light memiliki
rata – rata nilai sebesar 101,296 KHz.

4.2.4.4 Pembahasan Hasil Pengujian pada Frekuensi Counter Arduino


Pengujian nilai frekuensi pada frekuensi counter arduino dilakukan dengan
4 kondisi yang berbeda, yaitu yang pertama saat sensor kosong, yang kedua saat
sensor diisi dengan biji kopi mentah, kemudian yang ketiga saat sensor diisi
dengan biji kopi kawi dan yang terkahir saat sensor diisi dengan biji kopi dampit.
Masing – masing kondisi dilakukan sebanyak 10 kali percobaan. Pada kondisi
sensor kosong rata- rata nilai frekuensi yang dihasilkan adalah 79545,03 Hz.
Kemudian saat sensor diisi dengan biji mentah nilai frekuensi yang dihasilkan
adalah sebesar 105,01 KHz untuk biji kopi dampit dan 107,444 KHz untuk jenis
biji kopi kawi. Lalu pada saat sensor diisi dengan jenis biji kopi dampit rata – rata
nilai frekuensi yang dihasilkan pada tingkat dark adalah 105,887 KHz dengan
nilai minimal 104,98 KHz dan nilai maksimal 108 KHz. Pada tingkat medium rata
– rata nilai yang dihasilkan adalah 104,481 KHz dengan nilai minimal 104,2 KHz
dan nilai maksimal 104,98 KHz. Pada tingkat light rata – rata nilai frekuensi yang
82

dihasilkan sebesar 101, 995 KHz dengan nilai minimal 97 KHz dan nilai
maksimal 104,21 KHz. Dan yang terakhir saat sensor diisi dengan biji kopi kawi
rata – rata nilai yang dihasilkan pada tingkat dark adalah 104,212 KHz dengan
nilai minimal 102,94 KHz dan nilai maksimal 108 KHz. Pada tingkat medium rata
– rata nilai yang dihasilkan adalah 102,302 KHz dengan nilai minimal 101,7 KHz
dan nilai maksimal 102,94 KHz. Pada tingkat light rata – rata nilai yang
dihasilkan sebesar 101,296 KHz dengan nilai minimal 100,98 KHz dan nilai
maksimal 101,75 KHz. Pada hasil percobaan nilai frekuensi diatas nilai pada biji
kopi dampit memiliki tingkat kematangan dark yang lebih tinggi dari biji kopi
kawi dengan selisih 1,67 KHz, untuk tingkat kematangan medium pada biji kopi
dampit juga memiliki nilai frekuensi yang lebih tinggi dengan selisih 2,17 KHz
dan pada tingkat light biji kopi dampit memiliki nilai yang lebih tinggi dengan
selisih nilai 0,69 KHz.

4.3 Hasil Pengujian Sensor Warna


Pada pengujian sensor warna ini nilai intensitas warna yang akan diuji
adalah red. Merujuk pada penelitian sebelumnya jika intenistas warna red adalah
intensitas warna yang memiliki kestabilan pembacaan dibanding dengan
pembacaan intensitas blue dan green. (1). Maka dari itu untuk menentukan nilai
dasar fuzzy untuk sensor warna menggunakan nilai intensitas red.

4.3.1 Pengujian Sensor Warna


83

Gambar 4.24 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Dark

Gambar 4.25 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Medium
84

Gambar 4.26 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Light

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Sensor Warna dengan Intensitas Red

Percobaan Dark Medium Light


1 46 80 98
2 46 81 87
3 48 84 96
4 60 52 89
5 56 54 90
6 52 84 99
7 44 88 111
8 68 92 105
9 47 88 115
10 43 90 124
rata-rata 51 79,3 101,4
Minimal 43 52 87
Maksimal 68 92 124
85

Tabel 4.12 di atas berisi hasil uji intensitas warna red dari setiap tingkat
kematangan biji kopi. Pengambilan data diambil sebanyak 10 kali dengan hasil
setiap tingkat kematangan cukup stabil.

4.3.1 Pembahasan Hasil pengujian Sensor Warna


Pada pengambilan data hasil pengujian sensor warna intenistas warna red
adalah intensitas warna yang memiliki kestabilan pembacaan dibanding dengan
pembacaan intensitas blue dan green. Pada tingkat kematangan dark rata- rata
hasil pengujian adalah 51 dengan nilai minimal 43 dan nilai maksimal 68. Untuk
tingkat kematangan medium rata – rata nilai hasil pengujian adalah 79.3 dengan
nilai minimal 52 dan nilai maksimal 92. Sedangkan untuk tingkat kematanagn
light rata – rata nilai hasil pengujian adalah sebesar 101,4 dengan nilai minimal 87
dan nilai maksimal sebesar 124. Pada biji kopi kawi dan biji kopi dampit hasil
pembacaan sensor warna memiliki nilai yang hampir sama. Oleh karena itu untuk
masukan nilai fuzzy menggunakan salah satu jenis biji kopi saja.

4.4 Hasil Pengujian Fuzzy


Dalam pembuatan sistem fuzzy biji kopi yang di olah pada sistem adalah
jenis biji kopi kawi dan biji kopi dampit.

4.4.1 Hasil Pengujian Fuzzifikasi


Pada pengujian fuzzifikasi terdapat dua nilai crisp yang akan diubah ke
dalam variabel fuzzy yang akan digunakan untuk nilai dasar dalam penentuan
tingkat kematangan biji kopi yaitu nilai frekuensi dan nilai sensor warna.

4.4.1.1 Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi


Pengujian fuzzifikasi frekuensi dilakukan sebanyak 10 kali untuk
menentukan nilai minimal dan maksimal pada masing-masing tingkat kematangan
biji kopi untuk dijadikan nilai batas pada grafik fuzzyfikasi.
86

Untuk menentukan klasifikasi tingkat kematangan

Gambar 4.27 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Dampit Dengan Tingkat Kematangan Dark

Tabel 4.13 Biji Kopi Dampit Dark


Percobaan Min (kHz) Max (kHz)
1 102 102
2 102,3 103
3 101,2 104,2
4 101 103
5 103 104,2
6 102,4 105
7 104 108
8 102 103
9 102,1 104
10 101 104
87

Gambar 4.28 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Dampit Dengan Tingkat Kematangan Medium

Tabel 4.14 Biji Kopi Dampit Medium


Percobaan Min (kHz) Max (kHz)
1 103 104,1
2 103,2 103
3 104 104,7
4 103,4 104
5 102,8 103
6 102 103
7 103,2 104,3
8 100 108
9 101,2 103,2
10 100 102
88

Gambar 4.29 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Dampit Dengan Tingkat Kematangan Light

Tabel 4.15 Biji Kopi Dampit Light

Percobaan Min (kHz) Max (kHz)


1 99 100,4
2 100,1 102
3 98,5 101
4 100,7 101,4
5 101 101,7
6 102 102,3
7 99,3 101,2
8 97 108
9 100 103,2
10 104,2 108
89

Gambar 4.30 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Kawi Dengan Tingkat Kematangan Dark

Tabel 4.16 Biji Kopi Kawi Dark


Percobaan Min (kHz) Max (kHz)
1 101 104
2 104,8 105
3 101 103
4 102,2 105,1
5 104 104,6
6 101 103,2
7 102 105
8 101 108
9 101,4 107
10 101,2 106,2
90

Gambar 4.31 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Kawi Dengan Tingkat Kematangan Medium

Tabel 4.17 Biji Kopi Kawi Medium

Percobaan Min (kHz) Max (kHz


1 101 104
2 102 103
3 102 103
4 100 102
5 102,1 102,3
6 104,3 103,2
7 106 106,6
8 107,2 108,6
9 102,2 107
10 101,2 106,2
91

Gambar 4.32 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi


Kawi Dengan Tingkat Kematangan Light

Tabel 4.18 Biji Kopi Kawi Light

Percobaan Min (kHz) Max (kHz)


1 103 104,1
2 103,2 103,8
3 104 10
4 101 101
5 102,8 103
6 102 103
7 103,2 103,8
8 100 103
9 101,2 103,2
10 100 102
92

4.4.1.2 Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna

Gambar 4.33 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna


Dengan Tingkat Kematangan Dark

Tabel 4.19 Hasil Sensor Warna Dark

Percobaan Min Max


1 45 58
2 43 64
3 43 60
4 43 68
5 41 53
6 44 59
7 43 55
8 44 56
9 45 51
10 44 51
93

Gambar 4.34 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna


Dengan Tingkat Kematangan Medium

Tabel 4.20 Hasil Sensor Warna Medium

Percobaan Min Max


1 60 79
2 61 77
3 66 78
4 71 80
5 73 88
6 73 92
7 70 83
8 68 75
9 61 73
10 59 68
94

Gambar 4.35 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna


Dengan Tingkat Kematangan Light

Tabel 4. 21 Hasil Sensor Warna Light

Percobaan Min Max


1 95 118
2 94 116
3 91 114
4 90 104
5 89 115
6 87 111
7 89 114
8 94 120
9 95 124
10 93 119

Pada gambar di bawah ini merupakan hasil pemrogaman pada Arduino


yang di tampilkan melalui serial monitor untuk menentukan keanggotaan fuzzy
berdasarkan nilai sensor kapasitif dan sensor warna dari masing-masing tingkat
95

kematangan biji kopi. Pembacaan pada serial monitor Arduino terdiri dari nilai
frekuensi, nilai sensor warna dan nilai fuzzifikasi dark, medium dan light.

1. Dark

Gambar 4. 36 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Dark


Pada Serial Monitor
2. Medium
96

Gambar 4. 37 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Medium


Pada Serial Monitor

3. Light

Gambar 4.38 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Light
Pada Serial Monitor

4.4.2 Hasil Pengujian Inferensi Fuzzy


IF DarkW AND DarkF THEN Dark ( di Rule 1)
97

Contoh hasil dari


pengolahan fuzzy masuk
ke rule 1

Gambar 4. 39 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 1 Pada Serial Monitor


98

IF MediumW AND MediumF THEN Medium (di Rule 11)

Contoh hasil dari


pengolahan fuzzy
masuk ke rule 11

Gambar 4. 40 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 11 Pada Serial Monitor


99

IF LightW AND LightF THEN Light (di Rule 15)

Contoh hasil dari


pengolahan fuzzy
masuk ke rule 15

Gambar 4.41 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 15 Pada Serial Monitor
100

4.4.3 Hasil Pengujian Defuzzifikasi

4.4.3.1 Defuzzifikasi Pada Biji Kopi Dampit

Gambar 4.42 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy Biji Kopi Dampit

Tabel 4.22 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Dampit


No Senso Frekuensi Nilai Logika Hasil
r Fuzzy Kesesuaian
Warna
1 50 104990 Hz 4 IF S.Warna Sesuai
“DARK W” AND
Frekuensi “DARK
F” THEN Dark

2 50 104280 Hz 5 IF S.Warna Sesuai


“DARKW” AND
Frekuensi
101

“MEDIUM F”
THEN Medium
No Senso Frekuensi Nilai Logika Hasil
r Fuzzy Kesesuaian
Warna
3 49 104204 Hz 5 IF S.Warna Sesuai
“DARK W” AND
Frekuensi “LIGHT
F” THEN Medium

4 55 104992 Hz 4 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM
W”AND Frekuensi
“DARK F” THEN
Dark

5 60 104240 Hz 5 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Medium
6 66 104203 Hz 6 IF S.Warna Sesuai
“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“LIGHT F” THEN
Light
7 88 104294 5 Sesuai
KHz IF S.Warna
“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“DARK F” THEN
Medium
102

No Senso Frekuensi Nilai Logika Hasil


r Fuzzy Kesesuaian
Warna
8 91 104241 Hz 5 IF S.Warna Sesuai
“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Medium

9 89 104208 Hz 6 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“LIGHT F” THEN
Light

10 76 104204 Hz 4 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“DARK F” THEN
Dark

11 78 104269 Hz 5 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Medium

12 69 104432 Hz 6 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
103

“LIGHT F” THEN
Light

No Senso Frekuensi Nilai Logika Hasil


r Fuzzy Kesesuaian
Warna
13 101 104200 Hz 4 IF S.Warna Sesuai
“LIGHT W” AND
Frekuensi “DARK
F” THEN Medium

14 98 104253 Hz 6 IF S.Warna Sesuai


“LIGHT W” AND
Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Light

15 104 105002 6 IF S.Warna Sesuai


“LIGHT W” AND
Frekuensi “LIGHT
F” THEN Light
104

4.4.3.2 Defuzzifikasi Pada Biji Kopi Kawi

Gambar 4.43 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy biji kopi dampit

Tabel 4.23 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Kawi


No Sensor Frekuensi Nilai Logika Hasil
Warna Fuzzy Kesesuaian
105
1 50 103011 Hz 4 IF S.Warna Sesuai
“DARK W”
AND Frekuensi
“DARK F”
THEN Dark

2 50 102340 Hz 5 IF S.Warna Sesuai


“DARKW”
AND Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Medium
No Sensor Frekuensi Nilai Logika Hasil
Warna Fuzzy Kesesuaian
3 49 101511 Hz 5 IF S.Warna Sesuai
“DARK W”
AND Frekuensi
“LIGHT F”
THEN Medium

4 55 102905 Hz 4 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM
W”AND
Frekuensi
“DARK F”
THEN Dark

5 60 102771 Hz 5 IF S.Warna Sesuai


“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“MEDIUM F”
THEN Medium
6 66 101463 Hz 6 IF S.Warna Sesuai
“MEDIUM W”
AND Frekuensi
“LIGHT F”
THEN Light
7 88 102950 Hz 5 Sesuai
IF S.Warna
106

4.4.3.3 Pembahasan Defuzzifikasi


Pada pengujian fuzzy terdapat 2 sistem pengolahan fuzzy yaitu sistem
fuzzy untuk biji kopi dampit dan sistem fuzzy untuk biji kopi kawi. Dari
pengolahan kedua jenis biji kopi tersebut di temukan nilai fuzzy dengan nilai dark
4, medium 5 dan light pada 6. Pada pengujian defuzzifikasi menghasilkan output
nilai fuzzy dari beberapa nilai masukan frekuensi dan sensor warna berdasarkan
rule pada sistem inferensi fuzzy. Pemetaan dilakukan pada proses defuzzifikasi
dengan mengelompokkan himpunan fuzzy ke himpunan tegas. Untuk Tingkat
kesesuaian antara nilai masukan dan hasil keluaran masing – masing sebesar 99%.
107

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, hasil pengujian, analisa, dan pembahasan,
yang telah dibuat pada bab – bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. Hasil nilai output dari sensor kapaitif dan sensor warna dapat digunakan
sebagai sistem penentu tingkat kematangan roasting biji kopi. Kedua jenis
biji kopi di atas merupakan jenis kopi robusta sehingga memiliki selisih
nilai yang hampir sama. Untuk biji kopi yang diuji keduanya memiliki
tingkat kematangan dark dengan nilai frekuensi paling tinggi daripada
light dan medium. Hal ini dipengaruhi oleh nilai kapasitansi dark yang
lebih kecil dimana sesuai dengan persamaan nilai frekuensi berbanding
terbalik dengan nilai kapasitansi.
2. Metode Logika Fuzzy Soegeno berhasil diterapkan pada penelitian ini
dengan menggunakan 2 jenis biji kopi yaitu biji kopi dampit dan kawi.
Metode logika fuzzy Soegeno mengklasifikasi tingkat kematangan
roasting biji kopi masing - masing menjadi 3 tingkatan yaitu dark,
medium, dan light. Hasil pengujian sistem dengan logika fuzzy Soegeno
menunjukkan hasil yang sesuai antara nilai masukaan dari sensor warna
dan rangkaian osilator terhadap hasil klasifikasi jenis tingkat kematangan
biji kopi dampit dan kawi dengan nilai fuzzy untuk dark 4, medium 5 dan
light 6. Tingkat kesesuaian antara nilai masukan dan hasil keluaran sebesar
99%.

5.2 Saran
Penerapan metode fuzzy Soegeno pada penelitian ini tentunya tidaklah luput
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis menyertakan beberapa
saran agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna pengembangan
penelitian kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Membuat sistem yang lebih praktis untuk pengembangan berikutnya
108

2. Aplikasi hanya dapat melakukan pengelompokan sebanyak 3 tingkatan


roasting. Diharapkan kedepannya aplikasi ini dapat disempurnakan
dengan melakukan lebih dari 3 jenis tingkatan pengelompokan roasting,
sehingga dapat digunakan di masa mendatang
3. Menggunakan 2 jenis biji kopi yang berbeda seperti Arabika dengan
Robusta agar selisih nilai kapasitansi yang dihasilkan lebih besar.
109

DAFTAR PUSTAKA
[1] https://tamandelta.com/roasting-kopi/

[2] ]https://www.cctcid.com/2019/07/22/perubahan-fisis-dan-kimiawi-biji-kopi-selama-
penyangraian/

[3] http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-satuan-kerja?
view=article&id=496

[4] B. I. Nugroho, A. Muzakhim, and L. Diana, “Perancangan Sensor


Kapasitor Dan Penggunaan Sensor Warna Sebagai Pendeteksi Tingkat
Kematangan Biji Kopi Kawi Roasting Menggunakan Nilai Sensor Warna
Dan Frekuensi Sebagai Logika fuzzy Berbasis Arduino.”

[5] P. Studi Jaringan Telekomunikasi Digital, P. Negeri Malang, E. Savero,


and F. Arinie Soelistianto, “Uji Kualitas Kadar Air Benih Jagung Dengan
Metode Kapasitif Berbasis Web,” vol. 7, no. 2, pp. 2407–0807, 2018,
[Online]. Available: http://elektronika-dasar.web.id/sensor-kapasitif/.

[6] H. Fajri, “Implementasi Fuzzy Pada Sistem Pengidentifikasi Cuaca Di


Tempat Wisata Berbasis Arduino Uno Dan Labview,” 2018.

[7] A. Febri, S. Putra, and M. M. Santoni, “Penentuan Level Kematangan Kopi


Berdasarkan Hasil Roasting Menggunakan Metode Deteksi Rgb Dan,” pp.
481–492, 2020.

Anda mungkin juga menyukai