New Revisi P Hadi Laporan Skripsi Monalisa
New Revisi P Hadi Laporan Skripsi Monalisa
SKRIPSI
Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM. 1741160011
i
PENGAPLIKASIAN LOGIKA FUZZY UNTUK SISTEM
PENENTU TINGKAT KEMATANGAN ROASTING PADA
BIJI KOPI MENGGUNAKAN NILAI SENSOR KAPASITIF
DAN NILAI SENSOR WARNA
SKRIPSI
Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM. 1741160011
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Monalisa Desideria Muliono
NIM 1741160011
Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Juli
2021 dan disahkan oleh :
Pembimbing I :
Ir. Azzam Muzakhim I, MT
NIP. 196705041994031004
………………………………
Pembimbing II :
M. Taufik, ST, MT
NIP. 196403041989031003
………………………………
Penguji I :
Hadiwiyatno, ST., MT
NIP. 196310241988031002 ………………………………
Penguji II :
Aad Hariyadi, SST, MT
NIP. 196301041988031002 ………………………………
i
Pernyataan Orisinalitas Skripsi
ii
ABSTRAK
Monalisa Desideria Muliono, 2021. “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk
Sistem Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan
Nilai Sensor Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.
Dosen Pembimbing I: Azam Muzakhim Imammuddien, Ir., MT. . Dosen
Pembimbing II: M. Taufik, ST, MT
Proses roasting pada biji kopi merupakan salah satu proses yang paling
berpengaruh pada mutu dan kualitas biji kopi sangrai. Proses roasting meliputi
proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya,
mengurangi beratnya dan memberikan aroma pada kopi tersebut. Citarasa kopi
mampu divariasikan sesuai selera, tergantung pada bagaimana proses roasting ini
dilakukan.
Terdapat 3 klasifikasi roasting kopi yaitu klasifikasi light, medium dan
dark. Dari jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki tingkat
kadar air dalam biji yang berbeda-beda. Selama ini penentuan tingkat kematangan
roasting masih dilakukan secara manual berdasarkan pengamatan visual dan
membutuhkan waktu yang relatif lama, penelitian ini bertujuan untuk membuat
alat pendeteksi tingkat kematangan roasting pada biji kopi dengan memanfaatkan
nilai frekuensi yang didapat dari osilator RC. Perubahan nilai kapasitor akan
mempengaruhi hasil frekuensi yang diukur.
Untuk menambah keakurasian klasifikasi ditambahkan sensor warna untuk
mengetahui intensitas warna pada biji kopi. Nilai kapasitansi dan nilai dari sensor
warna dari setiap klasifikasi roasting tersebut dimasukkan kedalam logika fuzzy
dan diharapkan dapat mengklasifikasi jenis roasting dari biji kopi secara akurat.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi biji kopi dampit tingkat kematangan
dark memliki range frekuensi dark ≥ 104980 Hz, medium dengan nilai antara
104210 Hz < medium < 104980 Hz dan light ≤ 104210 Hz. Untuk biji kopi kawi
dengan range keanggotaan, dark > 104980 Hz, medium dengan range 101770 Hz
< medium ≤ 102940 Hz dan light ≤ 101770 Hz. Sedangkan pada sensor warna
dalam pengujian sistem fuzzy untuk tingkat kematangan dark memiliki range nilai
keanggotaan, Dark ≤ 52, untuk medium dengan range 68 < medium ≤ 87 dan light
dengan range light ≥ 92. nilai fuzzy biji kopi memiliki nilai untuk dark 4, medium
5 dan light 6.
Kata kunci: Proses roasting, Logika fuzzy, Sensor kapasitif, Sensor warna
iii
ABSTRACT
Monalisa Desideria Muliono, 2021. “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk
Sistem Penentu Tingkat Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan
Nilai Sensor Kapasitif dan Nilai Sensor Warna” Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.
Dosen Pembimbing I: Azam Muzakhim Imammuddien, Ir., MT. . Dosen
Pembimbing II: M. Taufik, ST, MT
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaplikasian Logika Fuzzy Untuk Sistem Penentu Tingkat
Kematangan Roasting Pada Biji Kopi Menggunakan Nilai Sensor Kapasitif dan
Nilai Sensor Warna”.
Penulis menyadari tidak akan mampu merealisasikan laporan ini tanpa
bantuan, dorongan dan bimbingan dari para Ibu Bapak Dosen, Orang Tua, dan
Teman-teman. Oleh karena itu atas segala bantuan yang telah diberikan, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
v
8. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Malang yang telah memberikan masukan dan motivasi dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
9. Teman-teman JTD yang telah memberikan informasi dan semangat
dalam proses pengerjaan skripsi ini.
10. Orang yang sudah menjadi seperti teman, sahabat dan keluarga saya
yang selalu ada dalam suka maupun duka, saya sangat mengucapkan
terimakasih dan juga meminta maaf yang sebesar-besarnya. Sukses
ya!
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan dan dorongan semangat, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
Kata Pengantar......................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
2.2.1 Kopi.........................................................................................................7
2.2.3 Kapasitor..................................................................................................8
vii
2.2.7 Sensor Warna TCS230..........................................................................16
viii
4.1.1 Hasil Implementasi Pembuatan Hardware Keseluruhan.......................47
5.2 Saran.............................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................94
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
Gambar 3.13 Fungsi Keanggotaan Sensor Warna ................................................40
Gambar 3.14 Pemrogaman fuzzifikasi Sensor Warna ..........................................43
Gambar 3.15 Persamaan COG .............................................................................44
Gambar 3.16 Rancangan Aplikasi Pada Sistem Android .....................................45
Gambar 3.17 Diagram Alir Cara Kerja Sistem secara keseluruhan .....................46
Gambar 4.1 Gambar Hasil Implementasi Alat Keseluruhan ................................48
Gambar 4.2 Hasil Implementasi sensor kapasitif .................................................49
Gambar 4.3 Hasil Implementasi Sensor Warna ...................................................49
Gambar 4.4 Hasil Implementasi Rangkaian Osilator 50
Gambar 4.5 Aplikasi Android ..............................................................................51
Gambar 4.6 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter
Untuk Biji .............................................................................................................53
Gambar4.7 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter Untuk Biji
Kopi Kawi Mentah ...............................................................................................53
Gambar 4.8 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter ...................54
Gambar 4.9 Contoh Pembacaan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter ..................55
Gambar 4.10 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................57
Gambar 4.11 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium .................................................................................................................57
Gambar 4.12 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada osiloskop Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................58
Gambar 4.13 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................59
Gambar 4.14 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk
Tingkat ..................................................................................................................59
Gambar 4.15 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................60
Gambar 4.16 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter
Arduino..................................................................................................................62
Gambar 4.17 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Kawi Mentah .............................................................................62
xi
Gambar 4. 18 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Dark ...............................................................................................63
Gambar 4.19 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino . 64
Gambar 4. 20 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Light ..............................................................................................66
Gambar 4.21 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
Untuk Tingkat Dark ..............................................................................................66
Gambar 4.22 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Medium .........................................................................................67
Gambar 4. 23 Contoh Pembacaan Frekuensi Pada Frequency Counter Arduino
untuk Tingkat Light ..............................................................................................67
Gambar 4.24 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Dark ......................................................................................................................69
Gambar 4.25 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Medium .................................................................................................................70
Gambar 4.26 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Light .....................................................................................................................70
Gambar 4.27 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Dark .........................................................72
Gambar 4.28 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Medium ...................................................73
Gambar 4.29 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Dampit Dengan Tingkat Kematangan Light ........................................................74
Gambar 4.30 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Dark ............................................................75
Gambar 4.31 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Medium .......................................................76
Gambar 4.32 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Frekuensi Kopi
Kawi Dengan Tingkat Kematangan Light ............................................................77
Gambar 4.33 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Dark ......................................................................78
xii
Gambar 4.34 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Medium ................................................................79
Gambar 4.35 Contoh Pembacaan Hasil Pengujian Fuzzifikasi Sensor Warna
Dengan Tingkat Kematangan Light .....................................................................80
Gambar 4.36 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Dark Pada
Serial Monitor .......................................................................................................81
Gambar 4.37 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Medium
Pada Serial Monitor ..............................................................................................81
Gambar 4.38 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Light Pada
Serial Monitor .......................................................................................................82
Gambar 4.39 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 1 Pada Serial Monitor ......83
Gambar 4.40 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 11 Pada Serial Monitor ....84
Gambar 4.41 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 15 Pada Serial Monitor.....85
Gambar 4.42 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy Biji Kopi Dampit ......................86
Gambar 4.43 Contoh Pembacaan Sistem Fuzzy biji kopi dampit ........................88
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit Menggunakan Frequency
Counter Arduino ...................................................................................................65
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi Menggunakan Frequency
Counter Arduino ...................................................................................................67
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Sensor Warna dengan Intensitas Red .......................70
Tabel 4.13 Biji Kopi Dampit Dark .......................................................................72
Tabel 4.14 Biji Kopi Dampit Medium .................................................................73
Tabel 4.15 Biji Kopi Dampit Light ......................................................................74
Tabel 4.16 Biji Kopi Kawi Dark ..........................................................................75
Tabel 4.17 Biji Kopi Kawi Medium .....................................................................76
Tabel 4.18 Biji Kopi Kawi Light ..........................................................................77
Tabel 4.19 Hasil Sensor Warna Dark ...................................................................78
Tabel 4.20 Hasil Sensor Warna Medium .............................................................79
Tabel 4.21 Hasil Sensor Warna Light ..................................................................80
Tabel 4.22 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Dampit ................................86
Tabel 4.23 Hasil pengujian defuzzifikasi Biji Kopi Kawi ...................................88
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu dari sebuah biji kopi sangat ditentukan selama proses panen hingga
pasca panen. Salah satu proses yang paling berpengaruh adalah tahap roasting
pada proses pasca panen. Proses roasting adalah proses sangrai atau
pemanggangan green coffee beans bіjі kopi mеntаh yang bertujuan untuk
mеmbеntuk rаѕа atau karakter аѕlі dari bіjі kорі tersebut [1]. Citarasa terbentuk
selama biji kopi mengalami penyangraian pada suhu cukup tinggi. Citarasa kopi
juga mampu divariasikan sesuai selera, tergantung pada bagaimana proses
roasting ini dilakukan. Energi panas akan dimanfaatkan untuk proses penguapan
air dari dalam biji kopi yang diikuti dengan perubahan fisis pada biji kopi, antara
lain warna, ukuran dan volumenya. Kemudian diikuti oleh interaksi secara
kimiawi antar senyawa-senyawa dalam biji kopi menjadi senyawa-senyawa baru
penghasil citarasa khas kopi. Secara garis besar, reaksi kimiawi berlangsung
secara berurutan yaitu reaksi maillard, karamelisasi dan pirolisis yang disertai
dengan pembentukan dan pelepasan CO2 [2].
Gambar 1.1 Perubahan fisis dan kimiawi biji kopi selama penyangraian
Biji kopi sesungguhnya akan menghasilkan kopi yang berbeda apabila di-
roasting dalam suhu yang berbeda meskipun hasil akhirnya berwarna sama,
karena teknik me-roasting kopi merupakan suatu seni [3]. Selain itu proses
roasting juga memerlukan skill yang baik karena dalam proses ini sangat
1
2
menentukan citarasa kopi yang akan dinikmati oleh sebab itu tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang. Secara umum terdapat 3 klasifikasi kopi setelah
melalui tahap roasting yaitu light roast, medium roast dan dark roast. Dari ketiga
jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki tingkat kadar air dalam
biji yang berbeda-beda. Semakin gelap warna pada biji kopi, maka semakin
sedikit pula kadar air yang terkandung di dalamnya dan rasa yang dihasilkan juga
akan semakin pahit. Klasifikasi tingkat dasar roasting bergantung pada warna
akhir biji kopi, suhu roasting, dan waktu sesuai dengan tingkat roasting yang akan
dipilih. Untuk light roast disangrai menggunakan suhu berkisar 180° C – 205° C
dengan waktu hingga biji kopi terjadi first crack, medium roast menggunakan
suhu 210° C - 220° C dengan waktu biji kopi mulai memasuki fase antara akhir
first crack namun belum memasuki awal second crack, dan dark roast dengan
kisaran suhu 240° C dengan waktu hingga second crack selesai
pada alat klasifikasi kopi roasting. Logika fuzzy merupakan salah satu jenis
logika yang memiliki nilai samar antara benar dan salah. Dalam logika ini, suatu
hal bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan. Logika fuzzy adalah suatu
proses pengambilan keputusan berbasis aturan yang bertujuan untuk memecahkan
masalah, dimana sistem tersebut sulit untuk dimodelkan atau terdapat ambiguitas
dan ketidak jelasan yang berlimpah [4]. Oleh karena itu, logika fuzzy sebagai
cabang dari sistem kecerdasan buatan dapat diaplikasikan pada sistem penentu
tingkat biji kopi yang sesuai dengan tingkat roasting masing-masing.
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian sebelumnya
yang masih memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Selain itu juga akan
menunjukkan teori dasar yang menunjang bahasan mengenai perencanaan dari
sistem yang akan dibuat.
Penelitian [1] dengan judul Perencanaan Sensor Kapasitif dan
Penggunaan Sensor Warna Sebagai Pendeteksi Tingkat Kematangan Biji Kopi
Kawi Roasting Menggunakan Nilai Sensor Warna dan Frekuensi Sebagai Logika
Fuzzy Berbasis Arduino, telah berhasil dibuat sebuah sensor kapasitif yang terdiri
dari dua keping plat tembaga yang sejajar untuk menentukan tingkat kematangan
biji kopi yang telah diroasting. Menggunakan nilai frekuensi dan sensor warna
pada sistem untuk menentukan nilai dasar klasifikasi tingkat kematangan biji kopi
kawi pada sistem fuzzy. hasil yang diperoleh yakni pada jarak sensor kapasitif
sejajar sebesar 2cm pembacaan osiloskop tingkat kematangan dark memliki range
frekuensi antara 201 KHz- 213 KHz, medium pada range 179 KHz- 206 KHz dan
light 178 KHz- 200 KHz. Sedangkan pada pembacaan frequency counter arduino
pada tingkat kematangan dark memiliki range 204 KHz- 234 KHz, medium pada
range 210 KHz- 227 KHz dan light pada 205 KHz- 223 KHz. Hasil klasifikasi
jenis tingkat kematangan biji kopi kawi dengan nilai fuzzy untuk dark < 43.50 ,
43,50 < medium < 174 dan light > 174.
Penelitian dengan judul Rancang Bangun Pengujian Kadar Air Benih
Jagung dengan Metode Kapasitif Berbasis Web (Standarisasi Balai Pertanian
Kp. Kendalpayak Malang, yang dilakukan oleh [2] dapat diketahui bahwa sensor
kapasitif dengan prinsip kerja seperti kapasitor plat sejajar sebagai alat untuk
mengukur kadar air benih jagung memiliki perbandingan keakuratan pembacaan
dengan alat ukur Grain Moisture Tester PM-650 adalah 96,8%. Suhu yang berada
pada wadah penyimpanan 23 < suhu < 27 untuk menjaga kualitas benih jagung.
Data dari hasil pengujian dikirim melalui modul ESP8266 dan jahit pada web.
Berdasarkan hasil perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan, sensor
6
7
kapasitif yang dibuat dapat bekerja dengan baik sebagai alat ukur kadar air benih
jagung. Sedangkan untuk menemukan hasil pada perencanaan dan pengukuran
yang disebabkan oleh adanya rugi-rugi yang ada pada komponen yang digunakan.
Penelitian [3] dengan judul Implementasi Fuzzy Pada Sistem
Pengidentifikasi Cuaca di Tempat Wisata Berbassis Arduino Uno Dan Labview.
Pada penelitian ini membuat alat untuk mengidentifikasi cuaca disuatu daerah
sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan dibidang
kepariwisataan kota Yogyakarta. Sensor DHT11 digunakan untuk membaca suhu
dan kelembapan udara, BMP180 untuk membaca tekanan udara, Arduino UNO
sebagai mikrokontroler. Pengambilan keputusan untuk menentukan cuaca yang
sedang terjadi menggunakan logika fuzzy yang dirancang menggunakan
LabVIEW. Output dari penelitian ini ialah informasi mengenai kondisi cuaca
yang terjadi pada daerah tertentu berupa kondisi cuaca seperti hujan, mendung
atau cerah yang dikirimkan melalui email. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan
rancangan dimana kondisi cuaca yang terbaca di alat sesuai dengan kondisi nyata
di lapangan.
Penelitian [4] dengan judul Penentuan Level Kematangan Kopi
Berdasarkan Hasil Roasting Menggunakan Metode Deteksi Rgb Dan Klasifikasi
Minimum Distance. Pada penelitian ini membuat suatu penelitian untuk
mengklasifikasikan biji kopi yang telah disangrai ke dalam tiga kelas yaitu
light roast, medium roast, dan dark roast. Dengan menggunakan vector RGB
pendekatan yang dilakukan akan cenderung lebih mudah dan hasil dari
segmentasi yang diperoleh akan lebih baik ketimbang Segmentation in HSI Color
Space. Penelitian ini berhasil mengimplementasikan metode deteksi RGB dan
minimum distance classification dalam mengklasifikasikan tingkat kematangan
kopi lokal jenis “Songgoriti Arabica” yang berasal dari kota Malang. Selain itu
dari hasil pengujian sistem, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem berhasil
mengklasifikasikan citra biji kopi jenis “Songgoriti Arabica” ke dalam 3 level
kematangan menggunakan metode deteksi RGB dan minimum distance
classification dengan akurasi rata-rata sebesar 89.63% dari 90 data citra yang
terbagi menjadi 3 kelas yaitu light roast, medium roast, dan dark roast, serta
8
memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempertahankan kualitas biji kopi tersebut.
Salah satu hal terpenting yaitu pada proses penyangraiannya. Secara umum terdapat 3
klasifikasi kopi setelah melalui tahap roasting yaitu light roast, medium roast dan
dark roast. Dari ketiga jenis klasifikasi roasting tersebut masing-masing memiliki
tingkat kadar air dalam biji yang berbeda-beda. Semakin gelap warna pada biji
kopi, maka semakin sedikit pula kadar air yang terkandung di dalamnya dan rasa
yang dihasilkan juga akan semakin pahit. Dalam proses roasting biji kopi
dilakukan dengan menggunakan 3 tingkat dasar roasting yang bergantung pada
warna akhir biji kopi, suhu roasting, dan waktu selama roasting berlangsung
sesuai dengan tingkat roasting yang akan dipilih. Untuk light roast di sangrai
menggunakan suhu berkisar 180° C – 205° C dengan waktu hingga biji kopi
terjadi first crack, medium roast menggunakan suhu 210° C - 220° C dengan
waktu biji kopi mulai memasuki fase antara akhir first crack namun belum
memasuki awal second crack, dan dark roast dengan kisaran suhu 240° C dengan
waktu hingga second crack selesai.
1. Drying stage
adalah proses penghilangan kandungan air pada biji kopi. Drying stage
umumnya dilakukan pada suhu tinggi selama 4 hingga 8 menit. Proses
pengeringan ini dihentikan jika suhu telah mencapai 160°C.
10
2. Browning stage
Pada akhir drying stage, aroma khas kopi mulai tercium. Hal ini terjadi karena
munculnya senyawa aromatik yang terjadi selama proses pengeringan. Pada
proses browning, terjadi pembentukan senyawa berwarna coklat yang disebut
melanoid. Seperti proses pembuatan popcorn, komponen penyusun biji kopi yang
memuai akan membuat biji kopi pecah dan mengeluarkan suara pecah.
3. Development stage
Saat suara pecah tersebut terdengar, proses development dimulai. Pemuaian
biji kopi dan proses keluarnya panas dari biji akan membuat biji pecah dan
meletup-letup. Pada tahapan ini, aroma, rasa dan warna dari biji kopi terbentuk.
Terdapat tiga tingkatan roasting biji kopi. Secara visual, ketiga tingkatan tersebut
dikelompokkan berdasarkan tingkat warna cokelat pada biji kopi. Tiga tingkatan
tersebut adalah light, medium dan dark.
2.2.3 Kapasitor
Kapasitor merupakan salah satu komponen yang termasuk ke dalam
elektronika pasif. Kapasitor atau yang biasa disebut kondensator ini dapat
menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara sehingga sering digunakan
sebagai penggeser fasa dan juga sebagai filter (penyaring) dalam pencatu daya.
Kapasitor juga memiliki sifat melewatkan arus AC (arus bolak-balik) dan
menghambat arus DC (arus searah).
Struktur sebuah kapasitor teridri dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
bahan penyekat (isolator) yang disebut sebagai bahan dielektrik. Bahan dielektrik
adalah sejenis bahan isolator listrik yang dapat dipolarisasikan atau dikutubkan
dengan cara ditempatkan ke dalam medan listrik. Bila bahan dielektrik
ditempatkan di medan listrik, muatan listrik tidak mengalir melalui bahan tersebut
seperti pada bahan konduktor, namun hanya sedikit bergeser dari rata-rata posisi
11
Q = CV
Dimana :
(Sumber: elektronika-dasar.web.id/sensor-kapasitif/)
Osilator RC
Osilator ini menggunakan tahanan dan kapasitor sebagai penentu
frekuensinya. Osilator ini sangat mudah untuk dibangun namun memiliki
14
turun secara perlahan sampai melampui V1, saat mana keluaran inverter akan
kembali naik dan kapasitor akan mengalami proses pengisian. Hal ini akan terus
berulang sehingga keluaran akan turun dan naik secara beraturan. Hubungan
antara tegangan masukan dan keluaran inverter diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.
seperti AND, NAND, OR, NOR, XOR serta beberapa fungsi logika lainnya
seperti Decoders, Encoders, Multiflexer dan Memory. 14 Konsumsi daya yang
diperlukan IC CMOS sangat rendah dan memungkinkan pemilihan tegangan
sumbernya yang jauh lebih lebar yaitu antara 3 V sampai 15 V. Level pensaklaran
CMOS merupakan fungsi dari tegangan sumber. Makin tinggi sumber tegangan,
maka akan memperjelas pemisahan antara keadaan “1” dan “0”. Kelemahan IC
CMOS diantaranya seperti kemungkinan rusaknya komponen akibat muatan
elektrostatis.
Tabel 2.3 Seri Umum IC TTL dan CMOS
Berarti jika kita ingin mendapatkan Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0
maka Input atau Masukannya harus bernilai Logika 1 begitu pula sebaliknya. IC
CD 4069 dapat bekerja dengan tegangan 3Volt sampai dengan 12 Volt.
(S
umber: Datasheet CD4069 hex inverter Texas Instrument)
18
(Sumber: belajar-mikrokontroler2017.blogspot.com/2018/01/pemilah-barang-
berdasarkan-warna.html)
Sensor warna TCS230 adalah sensor warna yang sering dipakai pada
aplikasi mikrokontroler untuk pendeteksian suatu objek benda atau warna sari
objek yang dimonitor. Pada dasarnya sensor warna TCS230 merupakan konverter
yang diprogram untuk mengubah warna menjadi frekuensi yang tersusun atas
konfigurasi silicon photodiode dan konverter arus ke frekuensi dalam IC CMOS
monolithic yang tunggal. Keluaran dari sensor ini adalah gelombang kotak (duty
cycle 50%) frekuensi yang berbanding lurus dengan intensitas cahaya (irradiance).
Masukan digital dan keluaran digital memungkinkan antarmuka langsung
ke mikrokontroler atau sirkuit logika lainnya. Konverter cahaya ke frekuensi
membaca sebuah array 8x8 dengan 16 buah konfigurasi photodioda yang
berfungsi sebagai filter warna merah, 16 photodiode sebagai filter warna biru dan
16 photo dioda lagi tanpa filter warna. Sensor warna TCS230 merupakan sensor
yang dikemas dalam chip DIP 8 pin dengan bagian muka transparan sebagai
tempat menerima intensitas cahaya yang berwarna. Gambar dibawah ini
menunjukkan bentuk fisik sensor warna TCS230, dan skema pin sensor tersebut.
19
(Sumber: elektroarea.blogspot.com/2009/12/sensor-warna-tcs230.html)
Sensor warna TCS230 bekerja dengan cara membaca nilai intensitas
cahaya yang dipancarkan oleh led super bright terhadap objek, pembacaan nilai
intensitas cahaya tersebut dilakukan melalui matrik 8 x 8 photodioda, dimana 64
photo dioda tersebut dibagi menjadi empat kelompok pembaca warna, setiap
warna yang disinari LED akan memantulkan sinar LED menuju photodioda,
pantulan sinar tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda – beda
tergantung pada warna objek yang terdeteksi, hal ini yang membuat sensor warna
TCS230 dapat membaca beberapa macam warna. Panjang gelombang dan sinar
LED yang dipantulkan objek berwarna berfungsi mengaktifkan salah satu
kelompok photodioda pada sensor warna tersebut, sehingga ketika kelompok
photodioda yang digunakan telah aktif, S2 dan S3 akan mengirimkan sinyal ke
mikrokontroler untuk menginformasikan warna yang dideteksi.
Keterangan Spesifikasi
Mikrokontroler ATmega328IC
IC Wi-Fi ESP8266
Konverter USB-TTL CH340G
Output Daya 5V-800mA
Input daya USB 5V (maks. 500mA)
21
(Sumber: nshopvn.com/product/mach-arduino-uno-wifi-r3-atmega328p-esp8266/)
Keterangan :
b. Implikasi (Min)
Keterangan :
α n : nilai hasil implikasi untuk rule ke-n (rule yang dibutuhkan sesuai
dengan nilai derajat keanggotaan input)
c. Agregasi (Max)
d. Defuzzyfikasi
Menentukan nilai Centroid of Grafity atau pusat grafitasi daerah fuzzy
yang merupakan output hasil defuzzyfikasi.
W=
∑C
∑D
Keterangan :
W : Nilai hasil defuzzyikasi
C : Nilai luas daerah fuzzy
D : Nilai moment daerah fuzzy
Untuk penelitian ini akan digunakan lodika berjenis Mamdani berikut adalah
pnejelasan tentang fuzzy mamdani :
2.2.9 LCD 16 x 2
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan
32
Gambar 2.14 Bentuk Fisik LCD 16 x 2
(Sumber: www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x-
2.html)
Tabel 2.5 Spesifikasi Kaki LCD 16 x 2
Pin Deskripsi
1 Ground
2 Vcc
3 Pengatur kontras
4 “RS” Instruction/Register Select
5 “R/W” Read/Write LCD Registers
6 “EN” Enable
7-14 Data I/O Pins
15 Vcc
16 Ground
Pada aplikasi umumnya RW diberi logika rendah “0”. Bus data terdiri dari
4-bit atau 8-bit. Jika jalur data 4-bit maka yang digunakan ialah DB4 sampai
dengan DB7. Sebagaimana terlihat pada table diskripsi, interface LCD merupakan
sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam
pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang ditampilkan
sepanjang 8-bit dikirim ke LCD secara 4-bit atau 8 bit pada satu waktu. Jika mode
4-bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8-
bit (pertama dikirim 4-bit MSB lalu 4-bit LSB dengan pulsa clock EN setiap
nibblenya). Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa
mikrokontroller mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD
program harus menset EN ke kondisi high “1” dan kemudian menset dua jalur
kontrol lainnya (RS dan R/W) atau juga mengirimkan data ke jalur data bus.
Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke “0” dan tunggu beberapa saat
(tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali ke high “1”. Ketika jalur
RS berada dalam kondisi low “0”, data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai
sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll).
Ketika RS dalam kondisi high atau “1”, data yang dikirimkan adalah data ASCII
yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf “A” pada layar
maka RS harus diset ke “1”. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low
(0) saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada
dalam kondisi high “1”, maka program akan melakukan query (pembacaan) data
dari LCD. Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status
LCD), lainnya merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang
menggunakan LCD, R/W selalu diset ke “0”. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur
(tergantung mode yang dipilih pengguna), DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5,
DB6 dan DB7. Mengirim data secara parallel baik 4-bit atau 8-bit merupakan 2
mode operasi primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan
mode operasi merupakan hal yang paling penting. Mode 8-bit sangat baik
digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan
setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data).
Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7-bit (3 pin untuk kontrol, 4
pin untuk data). Bit RS digunakan untuk memilih apakah data atau instruksi yang
34
akan ditransfer antara mikrokontroller dan LCD. Jika bit ini di set (RS = 1), maka
byte pada posisi kursor LCD saat itu dapat dibaca atau ditulis. Jika bit ini di reset
(RS = 0), merupakan instruksi yang dikirim ke LCD atau status eksekusi dari
instruksi terakhir yang dibaca. Untuk gambar skematik LCD 16x2 adalah
sebagai berikut:
(Sumber: www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-display-lcd-16-x-
2.html)
2.2.10 Firebase Database
Firebase merupakan sebuah platform untuk aplikasi realtime yang didirikan
oleh Andrew Lee dan James Tamplin pada tahun 2011. Produk Firebase yang
pertama kali adalah Realtime Database. Realtime Database adalah database yang
di-host melalui cloud. Data disimpan dan dieksekusi dalam bentuk JSON dan
disinkronkan secara realtime ke setiap user yang terkoneksi. Layanan ini
menyediakan pengembang aplikasi API yang memungkinkan aplikasi data yang
akan disinkronisasi di klien dan disimpan di cloud Firebase ini. Firebase
menyediakan library untuk berbagai client platform yang memungkinkan integrasi
dengan Android, iOS, JavaScript, Java, Objective-C dan Node aplikasi Js dan
dapat juga disebut sebagai layanan DbaaS (Database as a Service) dengan konsep
realtime. Firebase digunakan untuk mempermudah dalam penambahan fitur-fitur
35
36
37
Gambar 3.1 tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam pembuatan sistem,
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tahap pertama merupakan studi literatur mengenai kebutuhan alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan perencanaan sistem seperti sensor
kapasitif, sensor warna, osilator, Arduino Wifi, dan Aplikasi Android. Pada
tahap ini juga mempelajari penggunaan dan karakteristik mengenai sensor
dan pemrograman untuk pembuatan sistem.
2. Tahap kedua yaitu perencanaan sistem. Dalam perancangan ini meliputi
desain sensor kapasitif dan rangkaian osilator dan juga pemrogaman di
Arduino Wifi
3. Tahap ketiga yaitu perancangan desain alat. Pada tahap ini dilakukan
perencanaan mengenai penggabungan Arduino Wifi dengan sensor kapasitif
dan sensor warna.
4. Tahap keempat merupakan perakitan alat dan pembuatan program. Script
dibuat pada perangkat Arduino Wifi dan Aplikasi Android.
5. Tahap kelima merupakan pengaplikasian logika fuzzy pada program Arduino
Wifi
6. Tahap keenam adalah pengujian sistem yang telah dibuat pada tahap ketiga
dan keempat, pengujian dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian sistem
yang telah direncanakan.
7. Tahap ketujuh merupakan tahap pengiriman data hasil pengujian ke sistem
Android
8. Tahap kedelapan merupakan tahapan analisis hasil sistem dapat berjalan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
No Bahan Keterangan
1. Windows 10 Sebagai OS pemrogaman aplikasi dan database
2. Arduino IDE Sebagai pemrogaman mikrokontroler
3. Fritzing Digunakan untuk mendesign rangkaian
4. Eagle Digunakan untuk merancang PCB
5. Firebase Digunakan untuk penyimpanan data pada cloud
6. Aplikasi Android Sebagai monitoring hasil tingkat roasting pada
biji kopi
40
Gambar 3.2 menjelaskan tentang diagram blok sistem pada penelitian yang
dilakukan. Fungsi dari masing-masing sistem adalah sebagai berikut :
1. Biji kopi merupakan bahan yang digunakan untuk penelitian dan akan
mempengaruhi nilai kapasitif. Ada 2 jenis biji kopi yang digunakan yaitu
jenis biji kopi kawi dan biji kopi dampit. Kedua jenis biji kopi tersebut
diroasting menjadi 3 tingkatan roasting yaitu light roast, medium roast
dan dark roast
2. Sensor kapasitif akan memberikan sebuah nilai kapasitansi berdasarkan
jenis biji roasting yang dimasukkan.
3. Sensor warna akan mendeteksi intesitas warna yang ada pada biji kopi
sesuai sengan warna dasar digital yang ada yaitu red, green dan blue
4. Osilator merupakan rangkaian yang terdiri dari RC dan IC CMOS dimana
akan memberikan keluaran yang amplitudonya berubah ubah secara
periodic dengan waktu.
5. Rangkaian RC akan menghasilkan sinyal feedback yaitu berupa frekuensi
resonan yang berulang ulang
6. Frekuensi counter pada Arduino Uno + Wifi sebagai pendeteksi frekuensi
7. Arduino Uno + Wifi merupakan mikrokontroler yang berfungsi untuk
mendeteksi sinyal frekuensi dari osilator dan yang dapat digunakan untuk
pengiriman data secara wireless ke Aplikasi Android
41
Skema Rangkaian
1. Fuzzifikasi
Dalam proses ini masukan nilai crip diubah kedalam himpunan fuzzy serta
menentukan fungsi keanggotaannya dalam himpunan fuzzy. Sistem yang
dirancang memiliki dua variabel masukan yang akan diubah ke dalam himpunan
fuzzy, yaitu nilai frekuensi dan nilai intensitas sensor warna. Setiap variabel ini
dibagi menjadi tiga bagian tingkat kematangan biji kopi yaitu dark, medium, dan
light seperti pada Tabel 3.3.
1. Light
Pada kondisi light F, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan
frekuensi di bawah 104210 Hz dan akan bernilai 0 jika melebihi 104210
Hz.
2. Medium
Pada kondisi Medium F, memiliki rentang nilai antara 104210 Hz
hingga 104980 Hz yang akan bernilai 1. Medium F akan bernilai 0 jika
hasil pembacaan frekuensi di bawah 104210 Hz dan melebihi 104210 Hz.
47
3. Dark
Pada Kondisi dark f, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan frekuensi
di atas 104980 kHz dan bernilai 0 jika dibawah 104980 Hz.
1. Light
Pada kondisi light F, akan bernilai 1 jika hasil pembacaan
frekuensi di bawah 104210 Hz dan akan bernilai 0 jika melebihi 104210
Hz.
2. Medium
Pada kondisi Medium F, memiliki rentang nilai antara 104210 Hz
hingga 104980 Hz yang akan bernilai 1. Medium F akan bernilai 0 jika
hasil pembacaan frekuensi di bawah 104210 Hz dan melebihi 104210 Hz.
3. Dark
49
1. Dark
Pada kondisi dark akan benilai 1 jika hasil pembacaan sensor
warna kurang dari sama dengan 52 dan akan bernilai 0 jika hasil
pembacaan sensor warna melebihi 52.
1 0 X ≤ 52
2 Dark: x-52/16 52 < X ≤ 68
Medium: 68-x/16
3 0 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 0 X ≥ 92
Medium (Ruang 3)
Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 1 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 0 X ≥ 92
Medium (Ruang 4)
Ruang Nilai Keanggotaan Kondisi
1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 0 68 < X ≤ 87
4 Dark: x-87/5 87 < X < 92
Medium: 92-x/5
5 0 X ≥ 92
3. Light
Pada kondisi light akan bernilai 1 jika nilai sensor warna yang
terbaca lebih dari sama dengan 92 dan akan bernilai 0 jika nilai yang
terbaca berada pada kuva yang saling bersinggungan kurang dari 92
1 0 X ≤ 52
2 0 52 < X ≤ 68
3 0 68 < X ≤ 87
4 0 87 < X < 92
5 1 X ≥ 92
Frekuensi
Dark Dark Dark Light
Medium Medium Medium Medium
Light Medium Light Light
3. Defuzzifikasi
Defuzzifikasi merupakan proses kebalikan dari fuzzifikasi yang berfungsi
sebagai pemetaan dari himpunan fuzzy ke himpunan tegas. Himpunan fuzzy yang
dimaksud disini adalah hasil output yang telah diperoleh dari hasil inferensi fuzzy.
Pada proses defuzzifikasi ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu masuk akal,
perhitungannya sederhana dan kontinu. Metode yang digunakan untuk proses
defuzzifikasi adalah metode center of gravity .
Pada gambar 3.15 di atas merupakan hasil dari defuzzifikasi sistem fuzzy
58
59
Sensor warna mengirimkan hasil data berupa intensitas warna RGB. Dimana
pada penelitian ini intensitas warna yang digunakan sebagai inputan logika fuzzy
adalah nilai intensitas RED. Pembacaan sensor warna dibaca melalui beberapa pin
digital pada mikrokontroler yang dirangkai seperti gambar di atas, yaitu :
Tabel 4.1 Keterkaitan Pin Mikrokontroler dan Pin TCS230
Pin Arduino Pin TCS230
4 S0
6 S2
7 S3
8 Out
9 S1
4.1.1.3 Hasil Implementasi Rangkaian Osilator RC
Tabel 4.2 adalah hasil pengujian sensor kapasitif saat sensor kosong.
Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan hasil rata-rata nilai kapasitansi
sebesar 0,12 pF
63
Gambar 4.7 Contoh Pembacan Nilai Kapasitansi pada LCR Meter Untuk Biji
Kopi Kawi Mentah
8 85 89
9 91 89
10 91 89
rata-rata 90,5 89
Tabel 4.3 adalah hasil pengujian sensor kapasitif saat sensor berisi biji
kopi mentah. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan hasil rata-rata nilai
kapasitansi sebesar 90,9 pF untuk biji kopi dampit, dan 89 pF untuk jenis biji kopi
kawi.
8 51 52 52
9 51 52 53
10 51 52 52
Rata-rata 50,8 52 52,4
Minimal 50 51 51
Maksimal 51 53 53
Tabel 4.4 merupakan pengujian nilai kapasitansi biji kopi dampit pada
LCR meter. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pada masing – masing tingkat
kematangan. untuk dark memliki rata – rata nilai 50,8 pF, medium dengan rata –
rata nilai 52, dan light memiliki rata – rata nilai sebesar 52,4 pF.
Tabel 4.5 Hasil Nilai Kapasitansi Pada Jenis Biji Kopi Kawi
4 50 52 53
5 51 52 53
6 51 52 53
7 50 52 53
8 50 53 53
9 51 52 53
10 51 53 53
Rata-rata 50,4 52 52,9
Minimal 50 51 52
Maksimal 51 53 53
Tabel 4.5 merupakan pengujian nilai kapasitansi biji kopi kawi pada LCR
meter. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali pada masing – masing tingkat
kematangan. Untuk dark memliki rata – rata nilai 50,4 pF, medium dengan rata –
rata nilai 52 pF, dan light memiliki rata – rata nilai sebesar 52,9 pF.
rata nilai yang dihasilkan sebesar 52,9 pF dengan nilai minimal 52 pF dan nilai
maksimal 53 pF. Pada hasil percobaan nilai kapasitansi diatas nilai pada biji kopi
dampit memiliki tingkat kematangan dark yang lebih tinggi dari biji kopi kawi
dengan selisih 0,4 pF, untuk tingkat medium nilai yang sama dan pada tingkat
light biji kopi kawi memiliki nilai yang lebih tinggi dengan selisih nilai 0,5.
68
Gambar 4.10 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark
69
Gambar 4.11 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium
Gambar 4.12 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada osiloskop Untuk Tingkat
Light
70
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Frekuensi Rangkaian Osilator RC untuk Biji Kopi
Dampit
Tabel 4.6 merupakan pengujian frekuensi biji kopi dampit pada rangkaian
osilator RC pada osiloskop. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 104,23 KHz, medium dengan rata – rata nilai 103,23 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 102,57 KHz.
71
Gambar 4.13 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Dark
Gambar 4.14 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Medium
72
Gambar 4.15 Contoh Pembacaan Nilai Frekuensi Pada Osiloskop Untuk Tingkat
Light
Tabel 4.7 merupakan pengujian frekuensi biji kopi kawi pada rangkaian
osilator RC pada osiloskop. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 105,34 KHz, medium dengan rata – rata nilai 103,32 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 102,38 KHz.
73
Pada Tabel 4.8 merupakan hasil pengujian nilai frekuensi saat sensor kosong.
Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan rata – rata hasil nilai sebesar
79545,03 Hz
Gambar 4.16 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Dampit Mentah
Gambar 4.17 Contoh pembacaan nilai frekuensi pada frequency Counter Arduino
Untuk Biji Kopi Kawi Mentah
Percobaan Biji Kopi Dampit Mentah (KHz) Biji Kopi Kawi Mentah (KHz)
1 105 107,81
2 105 107,82
3 105 107,23
4 105 107,33
5 105,1 107,45
6 105 107,36
7 105 107,36
8 105 107,36
9 105 107,36
10 105 107,36
Rata-rata 105,01 107,444
Pada Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian nilai frekuensi pada biji kopi
mentah. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali dengan rata – rata hasil nilai
76
sebesar 105,01 KHz pada biji dampit mentah dan 107,444 KHz pada biji kawi
mentah
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Dampit Menggunakan Frequency
Counter Arduino
Tabel 4.10 merupakan hasil pengujian frekuensi biji kopi dampit pada
frequency counter arduino. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing -
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata – rata
nilai 105,887 KHz, medium dengan rata – rata nilai 104,481 KHz, dan light
memiliki rata – rata nilai sebesar 101,995 KHz.
79
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Frekuensi Biji Kopi Kawi Menggunakan Frequency
Counter Arduino
81
Tabel 4.11 merupakan hasil pengujian frekuensi biji kopi kawi pada
frequency counter arduino. Percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-
masing tingkat kematangan. Pada tingkat kematangan dark memiliki rata-rata nilai
104,213 KHz, medium dengan rata – rata nilai 102,302 KHz, dan light memiliki
rata – rata nilai sebesar 101,296 KHz.
dihasilkan sebesar 101, 995 KHz dengan nilai minimal 97 KHz dan nilai
maksimal 104,21 KHz. Dan yang terakhir saat sensor diisi dengan biji kopi kawi
rata – rata nilai yang dihasilkan pada tingkat dark adalah 104,212 KHz dengan
nilai minimal 102,94 KHz dan nilai maksimal 108 KHz. Pada tingkat medium rata
– rata nilai yang dihasilkan adalah 102,302 KHz dengan nilai minimal 101,7 KHz
dan nilai maksimal 102,94 KHz. Pada tingkat light rata – rata nilai yang
dihasilkan sebesar 101,296 KHz dengan nilai minimal 100,98 KHz dan nilai
maksimal 101,75 KHz. Pada hasil percobaan nilai frekuensi diatas nilai pada biji
kopi dampit memiliki tingkat kematangan dark yang lebih tinggi dari biji kopi
kawi dengan selisih 1,67 KHz, untuk tingkat kematangan medium pada biji kopi
dampit juga memiliki nilai frekuensi yang lebih tinggi dengan selisih 2,17 KHz
dan pada tingkat light biji kopi dampit memiliki nilai yang lebih tinggi dengan
selisih nilai 0,69 KHz.
Gambar 4.24 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Dark
Gambar 4.25 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Medium
84
Gambar 4.26 Contoh Pembacaan Serial Monitor Pada Arduino Untuk Tingkat
Light
Tabel 4.12 di atas berisi hasil uji intensitas warna red dari setiap tingkat
kematangan biji kopi. Pengambilan data diambil sebanyak 10 kali dengan hasil
setiap tingkat kematangan cukup stabil.
kematangan biji kopi. Pembacaan pada serial monitor Arduino terdiri dari nilai
frekuensi, nilai sensor warna dan nilai fuzzifikasi dark, medium dan light.
1. Dark
3. Light
Gambar 4.38 Hasil Pembacaan Biji Kopi Dengan Tingkat Kematangan Light
Pada Serial Monitor
Gambar 4.41 Hasil Pembacaan Inferensi Fuzzy Rule 15 Pada Serial Monitor
100
“MEDIUM F”
THEN Medium
No Senso Frekuensi Nilai Logika Hasil
r Fuzzy Kesesuaian
Warna
3 49 104204 Hz 5 IF S.Warna Sesuai
“DARK W” AND
Frekuensi “LIGHT
F” THEN Medium
“LIGHT F” THEN
Light
BAB 5
Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, hasil pengujian, analisa, dan pembahasan,
yang telah dibuat pada bab – bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. Hasil nilai output dari sensor kapaitif dan sensor warna dapat digunakan
sebagai sistem penentu tingkat kematangan roasting biji kopi. Kedua jenis
biji kopi di atas merupakan jenis kopi robusta sehingga memiliki selisih
nilai yang hampir sama. Untuk biji kopi yang diuji keduanya memiliki
tingkat kematangan dark dengan nilai frekuensi paling tinggi daripada
light dan medium. Hal ini dipengaruhi oleh nilai kapasitansi dark yang
lebih kecil dimana sesuai dengan persamaan nilai frekuensi berbanding
terbalik dengan nilai kapasitansi.
2. Metode Logika Fuzzy Soegeno berhasil diterapkan pada penelitian ini
dengan menggunakan 2 jenis biji kopi yaitu biji kopi dampit dan kawi.
Metode logika fuzzy Soegeno mengklasifikasi tingkat kematangan
roasting biji kopi masing - masing menjadi 3 tingkatan yaitu dark,
medium, dan light. Hasil pengujian sistem dengan logika fuzzy Soegeno
menunjukkan hasil yang sesuai antara nilai masukaan dari sensor warna
dan rangkaian osilator terhadap hasil klasifikasi jenis tingkat kematangan
biji kopi dampit dan kawi dengan nilai fuzzy untuk dark 4, medium 5 dan
light 6. Tingkat kesesuaian antara nilai masukan dan hasil keluaran sebesar
99%.
5.2 Saran
Penerapan metode fuzzy Soegeno pada penelitian ini tentunya tidaklah luput
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis menyertakan beberapa
saran agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna pengembangan
penelitian kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Membuat sistem yang lebih praktis untuk pengembangan berikutnya
108
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://tamandelta.com/roasting-kopi/
[2] ]https://www.cctcid.com/2019/07/22/perubahan-fisis-dan-kimiawi-biji-kopi-selama-
penyangraian/
[3] http://lpkajakarta.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-satuan-kerja?
view=article&id=496