Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS PERENCANAAN ULANG BACKUP SUPPLY MENGGUNAKAN

GENERATOR SET (GENSET) DENGAN SISTEM KONTROL ATS-AMF DI PDAM


DELTA TIRTA SIDOARJO UNIT WARU II

SKRIPSI

Digunakan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

Rahmat Aldiyani Fikri

NIM. 1741150083

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK / SISTEM KELISTRIKAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PERENCANAAN ULANG BACKUP SUPPLY MENGGUNAKAN


GENERATOR SET (GENSET) DENGAN SISTEM KONTROL ATS-AMF DI PDAM
DELTA TIRTA SIDOARJO UNIT WARU II

Oleh :

Rahmat Aldiyani Fikri

NIM. 1741150083

Skripsi ini telah diuji pada tanggal 2 Agustus 2021 dan disahkan oleh :

Penguji 1 : Mochammad Mieftah, S.ST., M.MT.


…………………
NIP. 196008311990031001
Penguji 2 : Ruwah Joto, S.T., M.MT.
…………………
NIP. 196101251990031001
Pembimbing 1 : Heri Sungkowo, S.ST., M.MT.
…………………
NIP. 196008031985031005
Pembimbing 2 : Drs. Epiwardi, M.MT.
…………………
NIP.195906031986031004

Mengetahui, Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Sistem Kelistrikan

MOCHAMMAD JUNUS, S.T., M.T. AHMAD HERMAWAN, S.T., M.T.


NIP. 197206191999031002 NIP. 196606221995121001

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN


Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Rahmat Aldiyani Fikri

NIM : 1741150083

Dengan ini, menyatakan bahwa isi keseluruhan skripsi saya dengan judul “ANALISIS
PERENCANAAN ULANG BACKUP SUPPLY MENGGUNAKAN GENERATOR SET
(GENSET) DENGAN SISTEM KONTROL ATS-AMF DI PDAM DELTA TIRTA
SIDOARJO UNIT WARU II” adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri,
diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan
karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.

Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-
benarnya.

Malang, 1 September 2021

Yang menyatakan,

Materai

10000

Rahmat Aldiyani Fikri

NIM. 1741150083
SURAT PERNYATAAN KETERSEDIAAN PUBLIKASI SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rahmat Aldiyani Fikri

NIM : 1741150083

Jurusan : Teknik Elektro

Prodi : D4 Sistem Kelistrikan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik


Negeri Malang Hak Bebas Royalti Non Eksklusi atas Skripsi saya yang berjudul:

“ANALISIS PERENCANAAN ULANG BACKUP SUPPLY MENGGUNAKAN


GENERATOR SET (GENSET) DENGAN SISTEM KONTROL ATS-AMF DI PDAM
DELTA TIRTA SIDOARJO UNIT WARU II”

Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Politeknik Negeri Malang berhak menyimpan, alih
media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data baseI), merawat,
mempublikasikan skripsi.

Demikian pernyataan ini, dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui, Malang, 1 September 2021


Tim Dosen Pembimbing, Yang menyatakan,

Materai

10000
Heri Sungkowo, S.ST., M.MT.
NIP. 196008031985031005
Rahmat Aldiyani Fikri
NIM. 1741150083

Drs. Epiwardi, M.MT.


NIP. 195906031986031004
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri
Nama : Rahmat Aldiyani Fikri
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 23 April 1999
NIM : 1741150083
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Program Studi : D4 Sistem Kelistrikan
Jurusan : Teknik Elektro
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Malang
Alamat :
No. Telp : 082229147113
Email : rahmataldiyani@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2005 - 2011 : SD Negeri Kramat Jegu 2
2011 - 2014 : SMP Negeri 3 Taman
2014 - 2017 : SMA Negeri 1 Krian
2017 - 2021 : Politeknik Negeri Malang
Praktek Kerja Lapangan
2020 : PT. SEMEN Indonesia (PERSERO) Tbk. Pabrik Tuban
( 02 Januari – 31 Januari 2020)
2021 : Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang
( 5 Mei – 15 Juni 2021 )

Malang, 28 Juli 2021

Rahmat Aldiyani Fikri


NIM.1741150043
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang senantiasa
dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS
PERENCANAAN ULANG BACKUP SUPPLY MENGGUNAKAN GENERATOR SET
(GENSET) DENGAN SISTEM KONTROL ATS-AMF DI PDAM DELTA TIRTA
SIDOARJO UNIT WARU II” sebagai syarat lulus dan mendapat gelar Sarjana Diploma
(D4) pada Program Studi Sistem Kelistrikan dan Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta kendala yang penulis hadapi namun
pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantun dari berbagai pihak baik
secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, kelancaran, dan


kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Diri saya sendiri yang mampu bertahan menyelesaikan skripsi ditengah permasalahan.
3. Keluarga saya terutama ibu saya yang selalu memberikan do’a dan dukungan yang
luar biasa hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Awan Setiawan, M.M, selaku Direktur Politeknik Negeri Malang.
5. Bapak Mochammad Junus, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Malang.
6. Bapak Ahmad Hermawan, S.T., M.T, selaku Ketua Program Sistem Kelistrikan
Politeknik Negeri Malang.
7. Bapak Heri Sungkowo, S.ST., M.MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
8. Bapak Drs. Epiwardi, M.MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
9. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Program Studi Sistem Kelistrikan dan Jurusan Teknik
Elektro.
10. Seluruh rekan kelas SKL 4B dan teman teman di Politeknik Negeri Malang yang telah
memberikan dukungan selama proses pembuatan skripsi.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran maupun
masukan yang bersifat membangun untuk kepentingan bersama, dan semoga skripsi ini bisa
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Malang, 27 Agustus 2021

Penulis
ABSTRAK

Rahmat Aldiyani Fikri. 2021. “Analisis Perencanaan Ulang Backup Supply


Menggunakan Generator Set (Genset) Dengan Sistem Kontrol Ats-Amf Di Pdam Delta
Tirta Sidoarjo Unit Waru II”, Skripsi. Program Studi Sistem Kelistrikan. Jurusan Teknik
Elektro. Politeknik Negeri Malang. Pembimbing I: Heri Sungkowo, S.ST., M.MT.
Pembimbing II: Drs. Epiwardi, M.MT.

Kontinyuitas energi listrik sangat diperlukan di PDAM Delta tirta Waru II agar beban
beban motor pompa tidak padam, sehingga supplai air yang menuju ke pelangan PDAM juga
tetap teraliri. Agar energi listrik tetap tersupplai, maka perlu adanya backup supply untuk
menyuplai energi listrik ketika PLN mengalami pemadaman. Dalam permasalahan yang ada
di PDAM, genset yang terpasang mengalami kerusakan karena genset yang terpasang tidak
sesuai kapasitasnya dengan beban terpasang, sehingga genset mengalami kerusakan terutama
bagian alternator mengalami overload. Perlu adanya perencanaan ulang backup supply yang
sesuai dengan beban terpasang dan juga PDAM masih menggunakan sistem manual dengan
menggunakan COS.

Penentuan genset dapat didapatkan dengan besar beban prioirtas di bagi 0.8 sehingga
didapatkan nilai besar kapasitas genset. Dibutuhkan 2 unit dengan menyuplai beban trafo 1
dan trafo 2 dengan kapasitas sebesar 440kVA/ 352 kW dengan merek Perkins MPG-400
kVA-PK@50Hz, untuk sisem kontrolnya digunakan sistem otomatis ATS-AMF sehingga
ketika PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset menyala dan menyuplai
beban prioritas yang terpasang, untuk ATS berfungsi sebagai swtich dari PLN menuju genset
dan sebaliknya, ATS ini menggunakan dua buah MCCB merek Schneider NSX630F dengan
rating 630 A yang saling interlock

Kata kunci : genset, ATS-AMF, otomatis, prioritas, backup supply


ABSTRACT

Rahmat Aldiyani Fikri. 2021. “Analysis of Backup Supply Replanning Using


Generator Set (Genset) With Ats-Amf Control System At PDAM Delta Tirta Sidoarjo
Waru II Unit”, Minithesis. . Electrical System Study Program. Electrical Engineering
Major. State Polytechnic of Malang. Advisor I: Heri Sungkowo, S.ST., M.MT. Advisor II:
Drs. Epiwardi, M.MT.

Continuity of electrical energy is very much needed at PDAM Delta Tirta Waru II so
that the pump motor load does not go out, so that the water supply that goes to PDAM
customers also remains flowing. In order for electrical energy to remain supplied, it is
necessary to have a backup supply to supply electrical energy when PLN experiences
blackouts. In the problems that exist in the PDAM, the installed generator is damaged because
the installed generator does not match its capacity with the installed load, so that the generator
is damaged, especially the alternator is overloaded. There needs to be a re-planning of the
backup supply in accordance with the installed load and also PDAMs are still using a manual
system using COS.

Determination of the generator can be obtained with the priority load divided by 0.8
so that a large value of the generator capacity is obtained. It takes 2 units to supply the load of
transformer 1 and transformer 2 with a capacity is 440kVA/ 352 kW with the Perkins brand
MPG-400 kVA-PK@50Hz, For the control system, the ATS-AMF automatic system is used,
so that when PLN experiences a blackout, the generator automatically turns on and supplies
the installed priority load, for ATS to function as a switch from PLN to the generator and vice
versa, this ATS uses two unit MCCB merek Schneider NSX630F with rating 630 A interlock
each other

Keywords : genset, ATS-AMF, otomatic, priority, backup supply


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KETERSEDIAAN PUBLIKASI SKRIPSI................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................................vi
ABSTRAK..............................................................................................................................viii
ABSTRACT..............................................................................................................................ix
DAFTAR ISI..............................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................xiii
BAB I..........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah............................................................................................................2
1.4. Batasan Masalah...........................................................................................................2
1.5. Sistematika Penulisan...................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................4
2.1. Supplai Daya Listrik.....................................................................................................4
2.1.2. Uninterruptible Power Supply..............................................................................5
2.1.3. Accumulator..........................................................................................................6
2.2. Genset...........................................................................................................................7
2.3. ATS Dan AMF.............................................................................................................9
2.4. Cara Kerja AMF dan ATS...........................................................................................9
2.5. Penghantar Listrik......................................................................................................10
2.5.2. Jenis Kabel penghantar.......................................................................................11
2.6. Pemilihan Luas Penampang.......................................................................................14
2.7. Pengaman Listrik........................................................................................................16
2.7.1. Miniatur circuit breaker (MCB).........................................................................16
2.7.2. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)............................................................16
BAB III.....................................................................................................................................17
3.1. Waktu dan Tempat Penyelesaian Tugas Akhir..........................................................17
3.2. Jenis Penelitian...........................................................................................................17
3.3. Jenis Data...................................................................................................................17
3.4. Metode Pengumpulan Data........................................................................................17
3.5. Tahapan Penelitian.....................................................................................................18
3.6. Wiring PDAM Delta Tirta..........................................................................................21
3.7. Data Penelitian...........................................................................................................22
3.7.1. Nameplate Motor Pompa...................................................................................24
3.7.2. Data Invoice........................................................................................................24
BAB IV.....................................................................................................................................25
4.1. Sistem Kelistrikan PDAM Unit Waru II....................................................................25
4.1.1. Pengukuran Parameter Listrik.............................................................................26
4.1.2. Analisa Daya terpasang.......................................................................................27
4.1.3. Ketidakseimbangan Beban..................................................................................27
4.2. Perhitungan Kelayakan penghantar............................................................................29
4.2.1. Penghantar Cabang.............................................................................................30
4.2.2. Penghantar Utama...............................................................................................33
4.3. Perhitungan Kelayakan Pengaman.............................................................................36
4.3.1. Pengaman Cabang...............................................................................................36
4.3.2. Pengaman Utama................................................................................................38
4.4. Breaking Capacity......................................................................................................39
4.5. Perencanaan Kubikel Pelanggan................................................................................42
4.6. Pembagian beban prioritas dan non prioritas.............................................................46
4.7. Penentuan Genset.......................................................................................................47
4.8. Penentuan penghantar dan pengaman........................................................................48
4.8.1. Penentuan Penghantar Genset.............................................................................48
4.8.2. Penentuan Pengaman Genset..............................................................................49
4.9. Pemilihan ATS-AMF.................................................................................................49
4.9.1. Perhitungan ATS.................................................................................................49
4.10. Pemilihan AMF......................................................................................................53
4.11. Skema Output Genset.............................................................................................54
4.12. Single Line Perencanaan........................................................................................55
BAB V......................................................................................................................................56
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................56
5.2. Saran-Saran................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................58
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Rangkaian UPS......................................................................................................5

Gambar 2.2 Kontruksi Accumulator.........................................................................................6

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan.....................................................................................19

Gambar 3.2 Wiring PDAM Unit Waru II................................................................................21

Gambar 4.1 Wiring PDAM Waru II........................................................................................25

Gambar 4.2 Grafik Daya Semu Trafo satu..............................................................................26

Gambar 4.3 Grafik Daya Semu Trafo 2..................................................................................26

Gambar 4.4 Kubike IMC.........................................................................................................42

Gambar 4.5 Kubikel CM2.......................................................................................................43

Gambar 4.6 Kubikel DN1-A...................................................................................................44

Gambar 4.7 Wiring MCCB NSX............................................................................................49

Gambar 4.8 Wiring ATS.........................................................................................................50

Gambar 4.9 Datakom D-500...................................................................................................52

Gambar 4.10 Skema diagram dengan Penambahan genset.....................................................53


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Pengukuran Sekunder Trafo 1.........................................................................15

Tabel 3.2 Data Pengukuran Sekunder Trafo 2.........................................................................16

Tabel 3.3 Nameplate Motor Pompa.........................................................................................17

Tabel 3.4 Invoice Bulan Januari...............................................................................................17

Tabel 4.1 Rating KHA Supreme 4 inti.....................................................................................30

Tabel 4.2 Faktor Suhu..............................................................................................................31

Tabel 4.3 Faktor penempatan...................................................................................................31

Tabel 4.4 Perbandingan KHA cabang perencanaan.................................................................32

Tabel 4.5 Perbandingan KHA cabang rill................................................................................32

Tabel 4.6 Faktor Penempatan...................................................................................................34

Tabel 4.7 Perbandingan KHA utama perencanaan..................................................................34

Tabel 4. 8 Perbandingan KHA utama rill.................................................................................34

Tabel 4.9 Setelan Maksimum Proteksi.....................................................................................35

Tabel 4.10 Perbandingan Rating Pengaman Cabang Perencanaan..........................................37

Tabel 4. 11 Perbandingan Rating Pengaman Utama Perencanaan...........................................38

Tabel 4.12 Tabel Perhitungan Isc.............................................................................................38

Tabel 4.13 Spesifikasi CT........................................................................................................42

Tabel 4.14 Spesifikasi PT.........................................................................................................43

Tabel 4. 15 Spesifikasi Genset.................................................................................................46

Tabel 4. 16 Pin AMF Datakom D-500.....................................................................................52


1

BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Delta Tirta Sidoarjo merupakan Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak dalam bidang penyedia air minum di Sidoarjo. Sebagai salah satu
perusahaan layanan publik, PDAM dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman
dengan teknologi yang modern sebagi suport dalam membantu pelayanan kepada masyarakat.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang telah menambahkan alat
parameter analog sebagai monitoring parameter listrik selama kegiatan produksi. Dengan
adanya alat tersebut pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Delta Tirta Sidoarjo
seluruh parameter parameter yang bekaitan dengan system kelistrikan misalkan daya,
tegangan, arus, dan power factor, bisa di monitoring dengan mudah sehingga data yang
didapatkan melalui hasil pengukuran bisa langsung dibaca .

Dalam proses produksinya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Delta Tirta
Sidoarjo terdapat beban-beban utama yaitu beban induktif motor tiga phase, setiap unit pada
PDAM Delta Tirta memiliki berbagai jumlah beban masing masing. Pada saat melakukan
penilitian di PDAM unit Waru dua, terdapat empat beban utama motor pompa dengan beban
yang sama , yaitu beban motor pompa kapasitas 110 kW yang di suplai dua trafo dengan satu
kWH. Pada trafo pertama memiliki kapasitas 400 kVA dengan menanggung beban dua motor
pompa kapasitas 110 kW dan penenrangan yang ada pada PDAM Delta Tirta unit Waru dua ,
sedangkan untuk trafo kedua memiliki kapasitas 630 kVA menanggung beban dua motor
pompa dengan 110 kW.

Di PDAM unit Waru II juga tidak terpasang kubikel pelanggan dikarenakan masih
menggunakan gardu tembok yang pengaman trafo nya menggunakan FCO. Penggunaan gardu
tembok yang menggunakan FCO sudah tidak berlaku lagi dan sangat berbahaya jika
melakukan maintenance, hal tersebut mengacu pada buku PLN 4 yaitu pelanggan dengan
daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi adalah PHB-TM, proteksi dan
pengukuran tegangan menengah.

Pada sistem daya PDAM Delta Tirta unit Waru II memiliki backup daya genset
sebagai catu daya cadangan, dikarenakan terjadi kerusakan pada Genset terutama bagian
Alternator yang terbakar akibat overload beban yang melebihi kapasitas genset karena terjadi
2

penamabahan dua motor pada Trafo 2 630 kVA, Sehingga perlu perencanaan ulang backup
supply Genset dan juga penggantian COS (change over switch) menjadi sistem ATS-AMF
sebagai peralihan dari sumber utama PLN ke sumber daya genset.

I.II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan


beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem kelistrikan pada Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta
unit Waru II?
2. Bagaimana perencanaan Kubikel pelanggan di Perusahaan Daerah Minum
Delta Tirta unit Waru II?
3. Bagaimana perencanaan backup supply genset menggunakan sistem kontrol
ATS-AMF pada Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta unit Waru II?

I.III. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang dikaji maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisa sistem kelistrikan pada Perusahaan Daerah Air Minum Delta
Tirta unit Waru II.
2. Menentukan perencanaan Kubikel pelanggan di Perusahaan Daerah Minum
Delta Tirta unit Waru II.
3. Menentukan perencanaan backup supply genset menggunakan sistem kontrol
ATS-AMF pada Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta unit Waru II.

I.IV. Batasan Masalah

Agar analisa tidak melebar pembahasannya maka peneliti membatasi masalah yang
akan dibahas, diantaranya sebagai berikut:

1. Observasi data dilakukan di PDAM Delta Tirta unit Waru II

2. Tidak membahas harmonisa

3. Tidak menganalisa secara keseluruhan Beban non linear di PDAM Delta Tirta
unit Waru II

4. Perencanaan genset dipasang satu setiap Trafo

I.V. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan skripsi ini, disusun sebagai berikut:


3

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penelitian terdahulu dan teori-teori dasar yang berkaitan dengan
penelitian mengenai backup Supply seperti Genset beserta komponen penduung
lainnya

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang metode dan cara-cara serta alat dan bahan yang
digunakan untuk pengambilan data. Dibahas pula tahapan penelitian dalam
sebuah flow chart untuk mempermudah pemahaman konsep, pengolahan data
dan penulisan skripsi.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan Perencanaan backup supply yang cocok beserta
komponen lainnya dan akan dibandingkan sesudah dan sebelum adanya sistem
backup supply yang baru.

BAB V PENUTUP

Pada bab akhir ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisa dan
pembahasan yang telah diperoleh dan menyertakan saran dari pembahasan pada
penulisan skripsi.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Supplai Daya Listrik

Kebutuhan tenaga listrik pada suatu instansi atau perkantoran sangatlah penting,
demi kelancaran suatu produksi itu sendiri. Banyak sekali industri atau instansi yang
membutuhkan kontinyuitas yang sangat tinggi seperti gedung pemerintahan, Rumah sakit,
kator operator, serta industri yang mengharuskan produksi 24 jam full yang dikarenakan
strating mesin yang memerlukan waktu yang lama . maka perlu adanya catu daya cadangan
ketika catu daya utama mengalami gangguan. Adapun suplai daya listrik yang diperoleh
sebagai dari

1. Suplai daya PLN


2. Suplai Generator Set (Genset)
Dari sumber kedua sumber berikut , sumber PLN merupakan sumber utama yang
digunakan dalam suatu industri atau instasi guna menunjang suatu produksi. Untuk sumber
daya Generator Set atau bisa disebut Genset merupakan sumber daya cadangan ketika sumber
utama tidak menyuplai di suatu industri , sumber daya genset memiliki kelemahan yaitu
ketika menggunakan genset tidak semua beban beban yang ada pada suatu industri dapat di
back up kecuali, industri tersebut memiliki daya yang relatif sangat kecil, maka ketika
menggunakan genset perlu adanya pengolompokan beban yang harus diprioritaskan ketika
sumber utama memang mengalami gangguan. Terdapat dua kategori pengelompokan beban,
yaitu beban prioritas dan beban non prioritas. Beban prioritas merupakan beban yang memang
tidak boleh mati sekalipun terdapat gangguan pada sumber utama, beban prioritas meliputi
beban penerangan, beban logger data, tempat operator, serta beban utama yang memang
dikhusukan tidak boleh mati ketika PLN padam, selanjutnya adalah beban Non prioritas
adalah beban yang dalam keadaan darurat boleh dalam keadaan padam. Beban tersebut
meliputi beban elektronik, beban Air conditioner , dan beban bena lain yang boleh dalam
keadaan padam
Ada juga beberapa supplai daya dengan kapasitas kecil. Untuk kapasitas kecil biasa
menggunakan sumber daya accu, baterai, kapasitor, dan UPS . dalam penggunaannya, catu
daya kapasitas kecil bisa digunakan memberi waktu untuk menyimpan data data logger pada
perangkat elektronik seperti beban komputer yang juga membantu memberi sinyal pada user
atau pengguna bahwasannya sumber daya PLN padam dan juga dapat sebagai back up daya
5

sementara pada lift di gedung bertingkat. Catu daya tersebut juga dapat sebagai pemicu untuk
pengaktifan mesin ketika sumber daya PLN tidak dapat mengaktifkan mesin tersebut ketika
padam. Adapun salah satu contohnya adalah starting pada mesin genset yang diperlukan
pemicu untuk mengaktifkan genset tesebut. Untuk pemicunya bisa menggunakan UPS atau
accu

II.I.II. Uninterruptible Power Supply

Uninterruptible Power Supply atau biasa disebut UPS yang fungsi utamanya adalah untuk
Back Up sementara ketika terjadi pemadaman secara tiba-tiba oleh PLN didalam UPS
terdapat baterai dimana ketika posisi Stand by maka baterai akan terisi oleh sumber utama
PLN sampai penuh. UPS merupakan perangkat penting sebagai cadangan sementara dengan
back up waktu yang sangat cepat, tetapi UPS memilik kekurangan dalam pemakaiannya, yaitu
penggunaan hanya digunakan beberapa menit saja dan hanya untuk perangkat daya kecil
tertentu saja yang bisa digunakan back up suplai, biasanya digunakan untuk menyimpan data
yang belum tersimpan dan mematikan perangkat secara normal agar tidak merusak
komponen hardware tersebut. Pada dasarnya UPS tergolong menjadi dua yaiu :

a. Rotariy Power Source


Sistem UPS RPS adalah UPS yang menggunakan mesin diesel sebagai pembangkit
listriknya. Apabila terjadi gangguan pada sumber utama maka diesel pada UPS akan hidup 15
detik setelah terjadi gangguan
b. Static power Source
Sistem UPS SPS adalah UPS yang dikembangkan menggunakan tegangan DC sebagai
sumber pengganti kemudian melalui inverter sebagai pengubah tegangan DC ke tegangan
AC , kemudian daya di salurkan ke beban
Dari keduan jenis tersebut banyak yang menggunakab UPS SPS sebagai alternatif back up
daya sistem. Pada UPS terdapat komponen utama yaitu rectifier, baterai, inverter, dan saklar
alih
6

Gambar 2.1 Rangkaian UPS

II.I.III. Accumulator

Accumulator atau bisa disebut aki merupakan sumber arus listrik DC yang mengubah energi
kimia menjadi energi listrik. Kutub positif pada Accumulator adalah pada lempeng oksida
dan kutub negatifnya ada pada lempeng timbal, untuk larutan reaksinya menggunkan larutan
asam sulfat.

Pada dasarnya aki terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan endapan pada anode dan
katodenya. Akibatnya, dalam rentan waktu tertentu antara anode maupun katode tidak terjadi
reaksi atau bisa dikatakan tidak ada beda potensial, dan aki menjadi kosong . agar aki dapat
digunakan kembali , aki harus di isi kemali dengancara mengalirkan arus ke aki tersebut
supaya muatan muatan listrik pada aki akan terkumpul. Pengumpulan jumlah muatan
dinyatakan dengan satuan ampere horus atau (Ah) yang merupakan satuan dari tenaga aki.
Pada kenyataannya, pemakaian aki tidak seluruh energinya tersimpan. Maka dari itu terdapat
setiap aki memiliki rendemen atau efisiensi

Ada beberapa komponen penting pada Accumulator yaitu Kotak aki, plat logam, cairan
elektrolit, sel , dan sepparator.
7

Gambar 2.2 Kontruksi Accumulator

(Noname, 2017)
1. Elektrolit Baterai
Elektrolit yang digunakan pada Aki adalah larutan asam dengan air suling , berat jenis ketika
penuh yaitu 1260 ketika berada pada suhu 20 derajat celcius. Berat jenis elektrolit pada saat
penuh berbeda beda tergantung perbandingan antara cairan asam sulfat dan air suling

2. Kotak Baterai
Kotak baterai merupakan penampung dari semua komponen penyusun aki. Pada kotak aki
terdapat tanda batas atas (Uppuer Level) dan batas bawah (Lower Level)
3. Plat Logam
Di dalam aki terdapat komponen utama yaitu plat logam, terdapat 2 buah jenis logam yang
ada di aki, pertama adalah plat yang bermuatan positif yatiu plat oksida timah (PbO2) yang
memiliki warna cokelat, kedua plat bermuatan negatif terbuat dari sponeg lead (Pb) yang
memiliki warna abu abu
4. Sel Baterai
Sel baterai atau elemen baterai terdiri dari beberapa plat positif dan plat negatif, dan diantara
kedua plat di sekat dengan separator. Dari beberapa sel tersebut dihubungkan secara seri
dengan memiliki tegangan output sebesar 12,6 Volt
5. Separator
8

Separator adalah pemisah atau penyekat anatara plat positif dan plat negatif. Tujuan dari
adanya separator adalah untuk menghindari short circuit atau hubung singkat anatara kedua
plat tersebut

II.II. Genset

Dalam dunia industri, menjaga kontinyuitas dalam produksi sangatlah penting. Agar
terjaminnya kontinyuitas produksi diperlukan sistem kelistrikan yang sangat mumpuni untuk
back-up daya ketika daya utama (PLN) terjadi gangguan. Salah satu untuk mengatasi hal
tersebut, industri dapat memasang Genrator Set (Genset). Dalam penggunaannya, genset
digunakan berbagai skala industri, dari industri daya besar maupun daya skala kecil. Geset
telah dinggap mampu dalam back-up daya yang besar dengan waktu yang sangat lama, genset
menggunakan bahan bakar solar kemudian diubah menjadi energi mekanik. Dari energi
mekanik tersebut, dikonversikan lagi melalui alternator menjadi energi listrik.

Ada beberapa komponen penting penyusun genset agar dapat menghasilkan energi
listrik, yaitu Engine (mesin), Alternator, sistem bahan bakar, sistem pendingin, dan voltage
regulator, berikut penjelasannya.

1. Engine (Mesin)
Engine atau mesin pada Genset merupakan komponen yang sangat penting.
Engin merupakan sumber utama dari energi mekanis yang terdapat pada genset.
Untuk menghasilkan energi tersebut diperlukan bahan bakar seperti solar maupun
bensin. Mesin ini akan berbanding lurus dengan ukuran output, semakin besar
engine yang didapatkan maka output dayanya juga semakin besar. Mesin tersebut
dapat beroperasi dalam bahan bakar ganda seperti diesel dan gas dalam mode bi-
fuel
2. Alternator
Alternator juga bisa disebut genHead adalah komponen dari genset yang
menghasilkan energi listrik. Altenator dapat mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Sama halnya dengan genrator pada umumnya, bahwasannya ketika
terdapat gerakan pada poros turbin, menyebabkan perubahan garis-garis gaya
magnetik yang dilingkup oleh kumpaan sehingga menimbulkan ggl induksi
anatara kedua ujung kumparan. Arus listrik dialirkan melalui cincin logam
sehingga menghasilkan arus AC pada ujung-ujung output generator
3. Sistem bahan bakar
9

Sistem bahan bakar merupakan awal dari proses pada genset tersebut, salah satu
komponen utama dari sistem bahan bakar adalah tangki bahan bakar itu sendiri.
Kapasitas tersebut dapat mempengaruhi dari beberapa lama genset tersebut
beroperasi. Rata-rata genset beroperasi selama 6 hingga 8 jam lamanya untuk
kapasitas yang kecil, untuk penggunaan komersial dapat menggunakan tanki
external agar pengoperasiannya bisa berlangsung lama
4. Sistem pedinginan
Penggunaan generator yang terus menerus dapat menyebabkan panas yang
berlebih, maka diperlukannya sistem pendingan dan ventilasi untuk meredam panas
pada generator set. Air tawar biasanya digunakan sebagai pendinginan pada sistem
Genset, tetapi terbatas pada genset yang berkapasitas kecil. Hidrogen terkadang
digunakan sebagai cairan pendingin di gulungan stator generator besar, karena
dianggap efisien dalam penyerapan kalor panas daripada pendinginan yang lainnya
5. Voltage regulator
Sesuai dengan namanya, komponen tersebut digunakan mengatur tegangan output
pada generator set. Terdapat beberapa proses dalam regulator tegangan yaitu
regulator tegangan, exciter winding, rotating rectifier, dan rotor/armature. Regulator
tegangan mengambil sebagian output generator untuk diubah dari tegangan AC
menjadi DC. Regulator tegangan kemudian memberi umpan arus DC kepada lilitan
sekunder stator (Noname, 2017). Exciter winding merupakan gulungan exciter
yang berfunsi seperti gulungan stator primer dan menghasilkan arus AC kecil.
Gulungan exciter terhubung ke unit yang dikenal sebagai trectifier berputar. Dari
exciter kemudian menuju rotating rectifier untuk memperbaiki arus AC tersebut.
kemudian diubah kembali menjadi arus DC, lalu disalurkan kembali ke armature
agar tercipta medan elektro magnetik

II.III. ATS Dan AMF


Dalam dunia industri, kontinyuatas dalam berproduksi merupakan hal yang sangat
diharapkan, maka perlu adanya backup supply ketika sumber utama pada industri tersebut
mengalami gangguan. Pada umumnya industri menggunakan genset sebagai sumber
emergecy untuk suplai darurat pada industri tersebut. Perlu adanya alat yang digunakan untuk
peralihan dari sumber PLN menuju sumber genset. Alat yang biasa digunakan sebagai
switching pada 2 sumber yang berbeda adalah Change Over Switch atau dikenal sebagai COS.
Change Over Switch digunakan sebagai peralihan sumber pada sebuah industri agar pada saat
sumber PLN mengalami gangguan atau mati, industri tersebut dapat menggunakan sumber
10

emergency agar produksi mereka dapat dilanjutkan. Sesuai dengan perkembangan teknologi
elektrikal, terdapat alat switch yang dapat digunakan otomatis, alat tersebut bernama
Automatic Transfer Switch (ATS). Sesuai dengan namanya ATS dapat dioperasikan secara
Otomatis dari PLN ke sumber genset. berbeda dengan COS yang membutuhkan Operator
untuk memindahkan dari sumber PLN ke sumber genset. Berbeda dengan ATS yang tidak
perlu membutuhkan operator saat peralihan. ATS juga memiliki nama lain auto COS dan
dapat juga dioperasi secara manual. Pada umumnya ATS biasa disertakan dengan AMF
(Atomatic Main Failure) atau dikenal sebagai sistem kontrol kendali pada Generator Set
ketika keadaan On maupun Off. ATS dipilih berdasarkan fasa yang digunakan, seperti ATS
satu fasa atau ATS tiga fasa, dan juga ATS dipilih berdasarkan rating ampere, tergantung
arus yang ada pada industri tersebut, tetapi prinsip kerjanya sama

AMF merupakan sistem kontrol kendali yang berfungsi megendalikan genset atau
memerintahkan genset untuk starter ketika PLN mengalami gangguan. AMF juga bisa
digunakan untuk mengendalikan Circuit Breaker (CB). AMF memberikan sinyal kepada ATS
ketika terdapat gangguan PLN sehingga dapat beralih ke genset maupun sebaliknya pada saat
sumber PLN kembali normal secara otomatis. Maka dari itu ATS merupakan bagian dari
AMF pada saat perencanaan panel otomatis genset

II.IV. Cara Kerja AMF dan ATS

Atomatic Main Failure (AMF) merupakan sistem kontrol dapat mentranfer dari
sumber utama PLN menuju sumber emergency Genset. AMF akan beroperasi saat catu daya
utama mengalami gangguan atau padam dengan mengatur catu daya genset. AMF beroperasi
ketika terjadi sumber PLN pada maka, AMF mentriger mesin genset untuk start dan
memutuskan genset ketika sumber utama kembali normal

Sistem kerja panel ATS dan AMF yang sering ditemukan adalah kombinasi untuk
pertukaran sumber, baik dari PLN menuju genset maupun sebaliknya. Ketika suatu sumber
utama mengalami gangguan atau padam maka, AMF bertugas memberi sinyal pada genset
untuk start mesin sekaligus memberi proteksi pada saat konidisi minyak pelumas rendah atau
low oil pressuere. AMF juga memeberi proteksi terhadap karakter listrik seperti tegangan dan
frekuensi pada genset. Ketika parameter tegangan dan frekuensi tidak sesuai dengan standart
berlaku maka AMF memerintahkan ATS untuk lepas beban dan juga memberhentikan kerja
genset.
11

Apabila generator atau alternator pada genset dalam kondisi baik, ATS bertugas
memindahkan sambungan dari sebelmunya tersambung ke PLN dipindahkan secara otomatis
ke sisi generator sehingga aliran listrik tersambung ke beban pengguna

II.V. Penghantar Listrik

Penghantar listrik merupakan media penghantar yang mampu menhantarkan arus


listrik maupun berbagai informasi. Kabel listrik terdiri dari dua komponen utama secara
umum tergantung fungsi dan penempatannya, yaitu terdiri dari konduktor dan isolator.
Konduktor merupakan bagian yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan untuk
isolator adalah merupakan bahan isolasi atau pembungkus dari konduktor yang terbuat dari
bahan termoplastik. Isolator berfungsi melindungi dari sengatan listrik atau juga menghindari
terjadinya short ke tanah maupun kabel fasa lainnya. Berdasarkan kotruksinya, penghantar
listrik di klarisifikasi sebagai berikut :

a. Penghantar pejal
Penghantar yang berbentuk kawat pejal (solid) yang berukuran hingga 10 mm 2
tidak dibuat lebih dari itudengan maksut agar mudah dalam penggulungan
maupun pemasangan instalasi listrik
b. Penghantar berlilit
Kawat berlilit atau standart wire merupakan konduktor yang kontruksinya
terdirir dari beberapa lilitan sampai ukuran 1mm2 sampai 500mm2.
c. Penghantar serabut
Penghantar serabut merupakan kabel yang memiliki konduktor yang sangat kecil
yang sangat banyak dan dilit hingga menjadi satu penghantar. Penggunaan kabel
serabut biasanya digunakan dalam instalisi yang sangat sulit atau tempat yang
sangat sulit dijangkau, karena kabel serabut merupakan kabel yang sangat
fleksibel
d. Penghantar persegi atau busbar
Penghantar persegi atau busbar merupakan penhantar yang berbentuk persegi
panjang yang biasa digunakan pada panel-panel instalasi listrik. Busbar juga
digunakan sebagi percabangan pada panel dan busbar tidak memiliki isolasi

II.V.II. Jenis Kabel penghantar

Terdapat beberapa jenis kabel penghantar yang digunakan untuk instalasi daya. ada juga
pengahantar yang tandapa isolator seperti A3C dan ACSR. Untuk pembahasan ini beberapa
penghantar yang memiliki isolator sebagai berikut :
12

a. Kabel NYA
Kabel berinti tunggal, berlapis isolasi PVC, bisa digunakan instalasi Luar
maupun dalam ruangan. Terdapat beberapa kode warna pada slubung PVC
tersebut antara lain terdapat warna merah, kuning, hitam, kuning garis hijau
dan biru. Berdasarkan peraturan PUIL kabel NYA merupakan kabel yang
mudah dijangkau oleh hewan pengerat, oleh sebab itu kabel NYA pada
umumnya akan dipasang menggunakan pipa PVC apabila kabel NYA
mengelupas maka tadak mengenai manusia.

Gambar 2.3 Kabel NYA

(anonymus, 2016)
b. Kabel NYM
Kabel NYM memiliki lapisan PVC luar yang biasanya berwarna putih. kabel
NYM dapat digunakan pada lingkungan kering maupun basah, namun kabel
tersebut tidak bisa ditanam dalam tanah. Kabel NYM memiliki berbagai inti
sesuai kebutuhan, ada yang memiliki inti 2,3 maupun 4. Kabel NYM
merupakan kabel NYA yang diberi selubung PVC berwarna putih sehingga
memiliki keamanan lebih.
13

Gambar 2.4 Kabel NYM

(anonymus, 2016)

c. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel tembaga serabut yang berisolasi PVC
dan memiliki ke fleksibelan yang cocok digunakan apada instalasi panel-
panel yang sulit dijangkau.

Gambar 2.5 Kabel NYAF

(anonymus, 2016)

d. Kabel NYMHY
Kabel NYMHY adalah kabel yang memiliki initi serabut yang memiliki
warna kabel yang berbeda beda. Kabel ini memiliki selubung luar berwarna
putih dari PVC yang mampu dilewati tegangan nominal sebesar 300-500V.
14

Gambar 2.6 Kabel NYMHY

(anonymus, 2016)
e. Kabel NYYHY
Kabel NYYHY adalah kabel yang memiliki initi serabut yang memiliki
warna kabel yang berbeda beda. Kabel ini memiliki selubung luar berwarna
hitam dari PVC yang mampu dilewati tegangan nominal sebesar 400-750V.
Perbedaan dengan NYMHY terletak dari penggunaanya yaitu indoor atu
outdoor.

Gambar 2.7 Kabel NYYHY

(anonymus, 2016)

f. Kabel NYRGbY
15

Kabel NYRGbY merupakan kabel yang didesai untuk kabel bawah tanah dan
didalam ruangan. Kabel ini diharap mampu menahan mekanis atau menahan
tegangan yang sangat tinggi selama dipasang maupun saat dioperasikan.
Kabel NYRGbY dilindungi oleh PVC outer sheatn kemudian dilindungi oleh
kabel galavanize dan galvanized tape yang mampu menahan tekanan tinggi.

Gambar 2.8 Kabel NYRGbY

(anonymus, 2016)
II.VI. Pemilihan Luas Penampang
Kemampuan Hantar Arus (KHA) luas enampang yang diperlukan tergantung yang
perhitungan yang dibutuhkan. Untuk menentukan penghantar yang akan dipilih , maka perlu
perhitungan arus pada beban dan disesuaikan sesuai standart yang berlaku, kemudian pilih
luas penampang sesuai dengan apa yang telah diperhitungkan.

a. Kemampuan Hantar Arus (KHA)


Menurut PUIL pasal 5.5.3.1 bahwa “Penghantar sirkit akhir yang menyuplai
motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% arus pengenal
beban penuh”.
Untuk arus searah : In =P/V (A)
Untuk arus bolak-balik 1 fasa : In =P/(V.cos Phi) (A)
Untuk arus bolak balik 3 fasa : In = P/(1.73. V.cos Phi) (A)
KHA= 125%x In......................................................................................(2.1)
Dimana :I = Arus Nominal Beban Penuh (A)
16

P = Daya Aktif (W)


V = Tegangan (V)
Cos phi = Faktor Daya

b. Drop Tegangan
Drop tegangan merupakan perbedaan antara ujung sumber dan tegangan ujung
pada beban, karena tegangan di beban tidak sama dengan tegangan sumber yaitu
tegnagn lebih kecil di bagian beban dari pada tegangan pada ujung sumber. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan rumus:

= √K . A ....................................................................................................
3. I . L
Δ𝑉
(2.2)
Dimana : Δ𝑉 = Drop Tegangan (%)
K = Suatu konstanta Cu:56, Al:32, Zn: 16 (m/ohm mm)
I = Arus Penghantar (A)
L = Panjang Kabel (Meter)
A = Luas Penampang Kabel (mm)
c. Penempatan Penghantar
Penempatan penghantar merupakan kondisi dimana penghantar itu dipasang, dan
memiliki faktor koreksi yang berbeda pada setiap tempat. Faktor-faktor berikut
yang harus diperhatikan:

1. Penghantar dapat dipasang atau ditanam dalam tanah memperhatikan kondisi


tanah yan basah, kering atau lembab. Ini akan berhubungan dengan
pertimbangan bahan isolasi penghantar yang digunakan

2. Suhu lingkungan seperti suhu kamar dan sushu tinggi penghantar yang
digunakan akan berbeda.

3. Kekuatan mekanis, misalnya pemasangan penghantar di jalan raya berbeda


dengan yanga da dilama ruangan atau tempat tinggal. Penghantar yan terkenan
beban mekanis harus dipasang di dalam pipa baja atau beton sebagai
pelindungnya.

4. kemungkinan lainnya merupakan kemngkinan-kemungkinan yang akan terjadi


dimasa yang akan datang. Seperti penambahan beban yang akan mengacu pada
kenaikan arus beban sehingga perhitungan KHA pengantar untuk memilih luas
17

penampang penghantar akan berbeda. Dro tegangan maksimum yang dijinkana


dalah 2% untuk penerangan dan 5% untuk instalasi daya.

II.VII. Pengaman Listrik

Berikut ini adalah peralatan listrik yang sangat penting ketika terdapat sistem listrik,
yaitu pengaman listrik. Peralatan tersebut dapat mengamankan sistem atau beban dari short
circuit sehingga sistem atau beban tersebut aman dan tidak terjadi kerusakan.

II.VII.I. Miniatur circuit breaker (MCB)

MCB atau Miniatur Circuit Breaker merupakan suatu alat yang digunakan untuk pengamanan
dari hubung singkat atau short circuit dan juga sebagai pembatas arus pada sistem. Untuk
pengamanan hubung singkat MCB didesain dengan komponen relay elektromaganetik.
Sedangkan untuk pengaman beban ebih yaitu menggunakan bimetal atau 2 logam yang di
jadikan satu dengan bedai muai yang berbeda sehingga ketika terjadi beban lebih maka
bimetal akan bekerja.

Contoh yang dapat kita lihat dalam penggunaannya dapat dilihat pada kWH meter, umumnya
terpasangpada rumah-rumah. Fungsinya adalah untuk membatasi arus sesuai daya kontrak
atau daya terpasang. Sedangkan apabila MCB yang dipasangkan pada kWH meter atau
didalam rumah biasanya difungsikan sebagai instalasi jika pada MCB dirancang dari 1 buah.
Jika terjadi gangguan pada instalasi baik disebabkan oleh hubungan singkat atau lebih maka
salah satu dari pengaman akan trip, tergantung tingkat sensitifnya. MCBdiranvcang dengan 1
fasa dan 3 kutub untuk phasa pemakaiannya tergantung kebutuhan. Pada terminalnya hanya
dipasang untuk kabel dengan prioritas phasa bun netral.

II.VII.II. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai
pengaman terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus
yang relatif tinggi dan dapat di-setting sesuai kebutuhan. Range arus yang bisa dicapai
padaoleh MCCB adalah 1000 A. Pada MCC trip level bisa diatur sesuai dengan keinginan dan
MCCB paling sering kita jumpai pada industri dan komersil
18

BAB III
METODE PENELITIAN

III.I. Waktu dan Tempat Penyelesaian Tugas Akhir

Penelitian dalam rangka pembuatan skripsi dilaksanakan pada :

 Waktu penelitian : semester genap 2020/2021


 Tempat penelititan : PDAM Delta Tirta

III.II. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan kegiatan


langsung dilapangan dan melakukan pengolahan data sekunder. Data sekunder di dapatkan
melalui proses obserasi data yang dilakukan pada objek penelitian yaitu di PDAM Delta
Tirta . pengumpulan data sekunder bisa melalui studi lapangan dan studi pustaka dengan
melakukan pengumpulan dokumen

III.III. Jenis Data


Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo :

a. Wiring kelistrikan beban


b. Jenis beban yang terpasang
c. Invoice PLN
d. Namplate beban motor pompa 3 fasa
e. Namplate trafo
f. Data terukur
 Tegangan panel MDP
 Arus panel MDP
 Faktor daya panel MDP
 Daya reaktif dan daya aktif

III.IV. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data-data yang diperoleh berdasarkan
metode-metode seperti:
1. Metode Studi Pustaka
19

Merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data yang didapat


melalui dokumen-dokumen baik dalam bentuk tertulis gambar maupun dokumen
elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan sehingga studi pustaka
dapat mempengaruhi kredibilitas hasil penelitian.

2. Metode Observasi.

Adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan


secara langsung pada objek dimaksudkan agar peneliti lebih memahami masalah
yang terjadi sehingga didapat informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
penyusunan.

3. Wawancara.

Salah satu cara pengumpulan data melalui responden pada tempat penelitian
atau pembimbing untuk mendapatkan keterangan maupun informasi dan juga sebagai
pelegkap metode lainnya sehingga menambah pemahaman peneliti akan
permasalahan yang akan dianalisa

III.V. Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian ini bertujuan untuk mempermudah penelitian dalam
menyelesaikan skripsi. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut.
20
21

Tidak

Ya

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan


22

Penjelasan Diagram Alir Pengerjaan


 Survey Lokasi
Melakukan survey lokasi ke tempat penilitan terdapat permasalahan seperti
apa yang dapat digunakan untuk topik pembahasan
 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Mengidentifikasi permasalahan pada lokasi yamg diperoleh dari survey lokasi
dan diangkat sebgai topik permasalahan
 Studi Literatur
Mengumpulkan berbagai informasi sebagai penunjang pembuatan skripsi
yang kita ankat sebagai topik permasalahan
 Observasi Data
Melakukan observasi data di PDAM sebagai penunjang untuk menganalisa
permasalahan seperti power factor, arus, dan tegangan
 Analisa Sistem Kelistrikan
Melakukan analisa data yang telah didapatkan seperti fluktuasi beban,
harmonisa, dan power factor. Selain itu juga menentukan skema pemasangan
dalam pengoperasian Genset
 Perencanaan Kubikel
Merencanakan Kubikel pelanggan sebagai pengamanan ketika maintenance
yang melibuti incoming metering dan outgoing
 Pembagian Beban
Menentukan beban yang akan disuplai genset yaitu beban prioritas. Dimana
beban tersebut di prioritas kan tetap hidup ketika sumber utama PLN
mengalami gangguan atau mati
 Pemilihan Genset
Menentukan atau memilih genset sesuai yang direncanakan setelah
menentukan kapasitas dari beban Prioritas
 Pemilihan ATS-AMF
Menentukan komponen-komponen ATS dan AMF seusai yang
diperhitungkan berdasarkan raitng dari sistem dan genset
 Desain Instalasi
Menentukan desain dan penyambungan komponen pada panel ATS-AMF
23

III.VI. Wiring PDAM Delta Tirta

Gambar 3.2 Wiring PDAM Unit Waru II


24

III.VII. Data Penelitian

Terdapat dua trafo yang menyuplai pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo Unit Waru II. Dengan menggunakan alat Based Power Quality maka
dapat diambil data sebagai berikut :

Pada trafo satu Merek Bambang Djaya memiliki kapasitas 400 kVA dengan nilai arus nominal primer dan sekunder berturut-turut adalah 11.55
A / 577.35 A dengan tegangan nominal 20 Kv / 400 V

Tabel 3.1 Data Pengukuran Sekunder Trafo 1


25

Pada trafo kedua Merek Starlite memiliki kapasitas 630 kVA dengan nilai arus nominal primer dan sekunder berturut-turut adalah 13.18 A /
909.3 A dengan tegangan nominal 20 Kv / 400 V

Tabel 3.2 Data Pengukuran Sekunder Trafo 2


26

III.VII.I. Nameplate Motor Pompa


Pada unit Waru terdapat beban utama yang akan di bahas yaitu beban motor
pompa. Di PDAM unit waru II terdapat 4 motor pompa dengan spesifikasi 110 kW.
Berikut spesifikasi nameplate motor pompa :

Tabel 3.3 Nameplate Motor Pompa


TECO Elec. 3 phase Induction GRUNDFOS
Daya 110 kW Daya 110 kW
Arus Nominal Δ/Y 195/113 A Arus Nominal Δ/Y 196/114 A
Tegangan Nominal 380-415/660- Tegangan
400/690
Δ/Y 690 Nominal Δ/Y
Frekuensi 50 Hz Frekuensi 50 Hz
RPM 1480 RPM 1480
Pf 0.88 Pf 0.87

III.VII.II. Data Invoice

Data invoice merupakan data tagihan ketika telah membayar tagihan listrik
tersebut. Dalam invoice terdpata informasi mengenai pemakaian selama satu bulan baik
berupa WBP, LWBP, maupun kVARH. Di dalam invoice juga terdapat informasi
mengenai golongan tarif pada suatu instansi. Di PDAM Delta Sidoarjo unit Waru II
termasuk golongan tarif I3 dengan daya kontrak 690.000 VA, berikut informasi
menegenai catatan meter di unit Waru II :

Catatan Meter Tanggal LWBP WBP TOTAL kVARH

St Akhir 01-01-21 12,489.850 2,492.990 6,880.200


St Awal 01-12-20 12,214.910 2,437.510 6,689.120
Selisih Stand 219,952.000 44,384.000 152,864.000
Pemakaian kWH total 219,952.000 44,384.000 264,336.000 152,864.000
Tabel 3.4 Invoice Bulan Januari
27

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.I. Sistem Kelistrikan PDAM Unit Waru II

Gambar 4.1 Wiring PDAM Waru II

Pada PDAM unit Waru II disuplai dari PLN dengan daya kontrak 690000 VA yang
bergolongan tarif I3, untuk backup supply di PDAM pernah menggunakan Genset bermerk
Perkins tetapi tidak terpakai lagi dikarenakan kegagalan proteksi akibat komponen panel yang
kurang lengkap seghingga alternator pada Genset mengalami kerusakan. Dalam
pengoperasiannya, Genset masih belum terintegrasi secara otomatis dikarenakan masih
menggunakan Change Over Switch (COS), yang mana untuk memindahkan sumber PLN ke
sumber Genset masih menggunakan tenaga manusia untuk memutar tuas COS. COS yang
digunakan berating 400 A pada setiap MDP dengan merek Socomec.

Di PDAM unit waru II disuplai dari 2 buah trafo, yang pertama disupplai dari
Trafo dengan rating daya 400 kVA tersambung beban motor pompa 110 kW sebanyak 2 buah
dan beban penerangan. Untuk trafo yang kedua memiliki rating daya sebesar 630 kVA dengan
tersambung beban 110 kW sebanyak 2 buah. Trafo ditempatkan pada suatu ruang yang
dimana ketika terjadi maintenance trafo, maka harus memutuskan terlebih dahulu FCO agar
pekerja dapat memperbaiki atau mengecek minyak trafo tersebut. Hal tersebut masih
menggunakan gardu model lama yaitu menggunakan FCO.

Untuk pembebanan pada PDAM unit Waru II terbagi menjadi 2 yaitu beban
penerangan dan beban motor pompa. Beban penerangan meliputi beban penerangan itu
sendiri dan beban bena komputer yang digunakan mengelolah data administrasi pada PDAM.
Beban motor pompa pada PDAM terdapat 4 buah yang berkapasitas sama yaitu 110 kW.
28

IV.I.I.Pengukuran Parameter Listrik

Di PDAM Delta Tirta Unit Waru II terdapat dua Trafo untuk menyuplai kebutuhan
listrik sehingga terdapat pula dua panel MDP di PDAM, sehingga pengukuran dilakukan
pada kedua panel tersebut. Didalam panel terdapat beberapa komponen utama seperti
pemutus, busbar, dan beberapa komponen lainnya. Pengukuran parameter dilakukan pada
ujung MDP dilakukan selama satu hari pengukuran dan di record setiap empat detik sekali ,
parameter yang akan di ambil berupa arus, tegangan, daya, harmonisa, dan Unbalance .
Berikut beberapa data rata-rata selama satu jam untuk mempermudah pembacaan dan
fluktuasi pada beban. Pengukuran dilakukan selama satu hari pada setiap Trafo.

DAYA SEMU
250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

R S T total

Gambar 4.2 Grafik Daya Semu Trafo satu

Pada saat pengukuran Trafo satu memiliki rata-rata daya semu berkisar 49- 67 kVA
dengan daya total rata-rata berkisar 180.85 kVA. Konsumsi daya paling tinggi terjadi pada

DAYA SEMU
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

R S T total
pukul 13.00 sampai pukul 14.00 dengan daya semu 199.23 kVA.

Gambar 4.3 Grafik Daya Semu Trafo 2


29

Pada saat pengukuran Trafo satu memiliki rata-rata daya semu berkisar 46-53 kVA
dengan daya total rata-rata berkisar 144,29 kVA. Konsumsi daya paling tinggi terjadi pada
pukul 03.00 sampai pukul 04.00 dengan daya semu 161.17 kVA.

IV.I.II. Analisa Daya terpasang

Dari grafik 4.2 dan 4.3 didapatkan data daya yang di ukur selama satu hari pada
setiap trafo dengan daya masing-masing 400 kVA dan 630 kVA dengan daya tersambung
sebesar 690 kVA. Di trafo satu terdapat beban puncak pada pukul 13.00 sampai pukul 14.00
dengan daya semu peak 199.23 kVA, maka prosentase pembebanan trafo sebagai berikut.

Beban Peak (kVA)


% beban Trafo 1 = x 100
Kapasitas Trafo(kVA)

199 ,23 kVA


= x 100
400 kVA

= 49,80 %

Maka untuk trafo satu tersebut dalam batas aman karena menurut standart SPLN 17 :
1979 pembebaban yang diperbolehkan maksimal adalah sebesar 80% dengan prosentase
kapasitas trafo satu sebesar 49,80 % .Pada trafo dua terdapat beban puncak pada pukul 03.00
sampai pukul 04.00 dengan daya semu peak 161,17 kVA maka prosentase pemebebanan
trafo sebagai berikut.

Beban Peak (kVA)


% beban Trafo 2 = x 100
Kapasitas Trafo(kVA)

161, 17 kVA
= x 100
630 kVA

= 25,58 %

Maka untuk trafo satu tersebut dalam batas aman karena menurut standart SPLN 17 :
1979 pembebaban yang diperbolehkan maksimal adalah sebesar 80% dengan prosentase
kapasitas trafo dua sebesar 25,58 % .

IV.I.III. Ketidakseimbangan Beban


Ketidakseimbangan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila salah satu atau semua
fasa pada transformator mengalami perbedaan. Perbedaan ini bisa dilihat dari besarnya vektor
arus/tegangan dan sudut dari masing-masing fasa tersebut. ketidakseimbangan yang tinggi
dapat mempengaruhi besarnya arus netral dimana besarnya arus netral dapat mengakibatkan
bertambahnya losses dan mempengaruhi kualitas pentyaluran tenaga listrik. Berdasarkan
30

pengukuran yang dilakukan di PDAM Delta Tirta Waru II dengan menggunakan Web- Based
Power Quality Meter (PM 5110) maka didapatkan IR, IT, dan IS untuk Trafo 1 sebesar
253,33 A, 253,28 A, dan 265,09 A. Maka dapat dihitung ketidakseimbangan beban Trafo 1
menggunakan metode NEMA sebagai berikut

IR +¿+ IS
Irata-rata =
3

253 ,33+ 253 ,28+ 265 ,09


=
3

= 257,23 A

Kemudian menghitung deviasi setiap fasanya

a= |IR−Iavg| = |253 , 33−257 , 23| = 3,9


b= |IS−Iavg| = |253 , 28−257 , 23| = 3,95
c= |¿−Iavg| = |265 , 09−257 , 23| = 7,86
dari ketiga deviasi untuk perhitungan unbalance diambil deivasi yang paling tinggi
yaitu deviasi c. Maka unbalance dapat dihitung sebagai beri kut.
Deviasi fasa
Unbalance% = x 100
Iavg
7 , 86
= = 3,05 %
257 , 23
Unbalance pada trafo 1 sebesar 3,05% hal tersebut berada pada batas aman karena
standart ketidakseimbangan yang dizinkan menurut standart IEC adalah sebesar 5%.
ketidakseimbangan yang tinggi dapat mempengaruhi besarnya arus netral dimana besarnya
arus netral dapat mengakibatkan bertambahnya losses dan mempengaruhi kualitas
pentyaluran tenaga listrik. Untuk trafo dua memiliki arus IR,IS, dana IT sebesar 215,41 A,
213,09 A, dan 206,48 A

IR +¿+ IS
Irata-rata =
3

215 , 41+213 , 09+206 , 48


=
3

= 211,66 A

Kemudian menghitung deviasi setiap fasanya

a= |IR−Iavg| = |215 , 41−211, 66| = 3,75


31

b= |IS−Iavg| = |213 , 09−211, 66| = 1,43


c= |¿−Iavg| = |206 , 48−211, 66| =5,18
dari ketiga deviasi untuk perhitungan unbalance diambil deivasi yang paling tinggi
yaitu deviasi c. Maka unbalance dapat dihitung sebagai beri kut.
Deviasi fasa
Unbalance% = x 100
Iavg
5 , 18
= x 100 = 2,44 %
211, 66
Unbalance pada trafo 2 sebesar 2,44% hal tersebut berada pada batas aman karena
standart ketidakseimbangan yang dizinkan menurut standart IEC adalah sebesar 5%.
ketidakseimbangan yang tinggi dapat mempengaruhi besarnya arus netral dimana besarnya
arus netral dapat mengakibatkan bertambahnya losses dan mempengaruhi kualitas
pentyaluran tenaga listrik.

IV.II. Perhitungan Kelayakan penghantar


Dalam menentukan penghantar dibutuhkan banyak pertimbangan untuk pemilihan
kabel sebelum digunakan. Hal yang perlu di pertimbankan sebelum penggunaannya adalah
penentuan arus nominal yang akan dilalui oleh penghantar tersebut, kemudian menentukan
KHA penghantar yang akan digunakan, yang terakhir adalah faktor penempatan kabel.
Perlunya evaluasi penghantar di PDAM Unit Waru II apakah layak dan sesuai dengan
peraturan berlaku, peraturan penentuan KHA telah ditentkan di dalam PUIL 2000, pada pasal
5.5.3.1 bahwa penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai
KHA kurang dari 125% arus pengenal beban penuh dan pada pasal 5.5.3.2 yang menyuplai
dua motor atau lebih besar KHA penghantar jumlah arus nominal dua motor atau lebih
ditambah 25% arus nominal terbesar dari grup terebut

Adapun beberapa langkah langkah untuk menentukan KHA penghantar adalah


sebagai berikut

1. Menghitung arus nominal dari beban terpasang


S P
In = In =
V x √3 V x √ 3 x cosphi
2. Menentukan minimal KHA penghantar
KHA ≥ In x 125%
3. Mengalikan KHA terpasang dengan derating fator
4. Membandingkan KHA terpasang yang telah dikali oleh Derating Factor dengan KHA
minimal dari perhitungan
32

5. Perhitunagn drop tegangan pada penghantar :


ΔV . 100
ΔV = 2 x In x Z x l (V) Drop Voltage= %
Vs
Keterangan :
In = Arus Nominal (A)
KHA = Kuat Hantar Arus (A)
ΔV = Susut Tegangan (V)

IV.II.I. Penghantar Cabang


Hal pertama yang dilakukan untuk penentuan KHA cabang adalah menghitung arus
nominal pada setiap grup panel baik panel satu maupun panel 2, diketahui bahwasannya
terdapat beban motor Pompa 110 kW sebanyak dua dan satu beban penerangan pada panel 1
dan dua motor pompa 110 kW panel 2 dengan menggunakan kabel spesifikasi yang sama
pada motor pompa yaitu SUPREME NYY 4x95 dengan memiliki KHA 245 A dan NYY
1X2,5 dengan KHA 25 A kemudian untuk data elektrik penghantar sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rating KHA Supreme 4 inti

(Sumber : katalog Kabel Supreme)

Untuk pembandingan terlebih dahulu menghintung arus nominal terlebih dahulu pada
beban yang tersambung di panel satu dengan rumus sebagai berikut :

P 110000
1. In Motor Pompa A,C,D = = =190 , 14 A
V x √ 3 x cosphi 380 x 1.73 x 0.88
P 110000
2. In Motor Pompa B = = =192, 32 A
V x √3 x cosphi 380 x 1.73 x 0.87
33

S 980
3. In Beban Penerangan = = = 1,48 A
V x √3 380 x √ 3

Setelah menentukan arus nominal (In) pada beban Motor Pompa, kemudian mencari
KHA minimal yang terpasang dengan rumus KHA minimal ≥ 125% x In, KHA motor pompa
A,C,D = 1,25 x 190,14 =237.675, KHA motor pompa B=1,25 x 192,32= 240,4 A, KHA
beban penerangan = 1,25 x 1,48 = 1,85 A . setelah perhitungan KHA kabel kemudian
menghitung KHA kabel yang terpasang pada saat itu dengan mengalikan Derating Factor
diantaranya :

1. Kabel yang terpasang ditempatkan diatas tanah dengan isolasi PVC dan memiliki
faktor suhu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Faktor Suhu

(Sumber: PUIL 2000)

Berdasarkan tabel 4.2 Dipilih faktor suhu 35 derajat sampai 40 derajat dengan isolasi
PVC yang memilik Derating Factor sebesar 0.87

2. Kabel tersebut dipasang kontak langsung dengan lantai berinti 4 memiliki faktor
sebagai berikut :

Tabel 4.3 Faktor penempatan

(Sumber: PUIL 2000)


34

Berdasarkan tabel 4.3 Dipilih faktor grup isolasi PVC ber inti tiga dengan nilai
derating Factor sebesar 0.95
Dari tabel diatas, selanjutnya menentukan derating factor dari KHA terpasang yaitu
NYY 1(4x 95 mm2) dengan KHA sebesar 245 A. Sehingga perhitungan perhitungan KHA
sebagai berikut.
Derating Factor Motor = KHA kabel x faktor suhu x faktor grup penghantar
= 245 x 0.87 x 0.95
= 202,495 A
Derating Factor Beban penerangan = KHA kabel x faktor suhu x faktor grup penghantar
= 25 x 0.87 x 1
= 21,75 A
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa kabel yang digunakan di motor tunggal
adalah SUPREME NYY 1(4x95mm2) memiliki KHA sebesar 202,49 A tidak memenuhi
standart baik KHA motor tunggal A,C,D maupun KHA motor tunggal B, karena KHA
terpasang yang dengan dikali Derating factor dan factor penempatan sebesar 202,495 A, hal
tersebut berada dibawah perhitungan KHA minimum sebesar 240,4 A yang tidak sesuai
rekomendasi standart PUIL pasal 5.5.3.1 sedangkan untuk penghantar penerangan memenuhi
standart karena penghantar terpasang NYY 1x2,5 mm2 memiliki KHA sebear 25 A setelah
dikali dengan derating factor sebesar 21,75 A hal tersebut berada diatas KHA minimum
perhitungan yaitu sebesar 1,48 A yang sesuai dengan rekomendasi PUIL pasal 5.5.3.1. untuk
lebih mudah dalam perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Perbandingan KHA cabang perencanaan

Jenis beban Arus Kha Penghantar Setelah dikali Keterangan


nominal minimal terpasang derating faktor
125 % PUIL
Motor 110 190,14 A 237.675 A NYY 202,495 A Tidak memenuhi standart
kW A,C,D (4x95mm2) PUIL, karena melebihi KHA
245 A minimal sebesar 125%
Motor 110 192,32 A 240,4 A NYY 202,495 A Tidak memenuhi standart
kW B (4x95mm2) PUIL, karena melebihi KHA
245 A minimal sebesar125%
Beban 1,48 1,85 A NYY 1x2,5 21,75 A memenuhi standart PUIL,
penerangan mm2 25 A karena dibawah KHA minimal
sebesar125%

Namun dalam kondisi rill nya penghantar tersebut tidak terbakar akibat mengalami
arus lebih yang melebihi kemampuan hantar arus penghantar, karena beban motor tidak
35

terpasang secara nominal atau beban penuh, sehingga dapat dilihat perbandingannya sebagai
berikut

Tabel 4.5 Perbandingan KHA cabang rill

Jenis beban Arus Kha Penghantar Setelah dikali Keterangan


Terukur minimal terpasang derating faktor
125 % PUIL
Motor 110 kW 116,6 A 145.75 A NYY 202,495 A memenuhi standart PUIL,
A (4x95mm2) karena dibawah KHA minimal
245 A sebesar125%
Motor 110 kW 160 A 200 A NYY 202,495 A memenuhi standart PUIL,
B (4x95mm2) karena dibawah KHA minimal
245 A sebesar125%
Motor 110 kW 151,5 A 189.375 A NYY 202,495 A memenuhi standart PUIL,
C (4x95mm2) karena dibawah KHA minimal
245 A sebesar125%
Motor 110 kW 137.3 A 171,62 NYY 202,495 A memenuhi standart PUIL,
D (4x95mm2) karena dibawah KHA minimal
245 A sebesar125%

Berdasarkan secara rill penhantar akhir motor 110 kW A,B,C, dan D sudah sesuai
standart PUIL pasal 5.5.3.1. karena KHA terpasang sudah berada diatas minimal KHA yang
telah diperhitungkan sehingga penghantar berada pada batas aman.
Selanjutnya adalah perhitungan tegangan drop atau Drop Volatge(ΔV) pada
penghantar NYY 1(4x 95 mm2) dengan meiliki panjang 4 meter dan memiliki impedansi
sebesar 0.124 ohm/km. Sedangkan untuk beban penerangan memiliki penghantar NYY 1x 2,5
mm2 dengan panjang 8 meter dan memiliki impedansi sebesar 7,41 ohm/km. Maka teganagn
drop dapat dihitung sebagai berikut.
ΔV Motor = 2 x In x Z x l (V)
= 2 x 245 x 0.124 x 0.004
= 0,243 V
ΔV . 100
Drop Voltage= %
Vs
0.243 .100
= %
380
= 0.063 %
ΔVpenerangan = 2 x In x Z x l (V)
= 2 x 1,45 x 7,41 x 0.008
= 0,171 V
36

ΔV . 100
Drop Voltage= %
Vs
0.171 .100
= %
380
= 0.045 %
Sesuai dengan PUIL 2011 halaman 41 bahwasannya drop voltage tidak boleh
melebihi 4%. Untuk perhitungan drop voltage penghantar akhir motor menggunakan
penghantar NYY 4x95mm2 dengan drop voltage 0,063% hal tersebut sesuai dengan PUIL
2011 yang mana drop voltage tidak boleh lebih 4%. Begitu pula dengan drop voltage
penerangan sebesar 0,045% berada dibawah 4%.

IV.II.II. Penghantar Utama


Setelah menghitung KHA penghantar cabang, kemudian menghitung KHA penhantar
dari panel menuju Trafo. Menurut PUIL pasal 5.5.3.2 KHA penghantar sirkit akhir yang
mensuplai dua motor atau lebih tidak boleh kurang dari jumlah arus beban penuh semua
motor ditambah 25% arus beban penuh motor terbesar. Dari perhitungan untuk panel pertama
yang menyuplai motor A dan B memiliki KHA terbesar pada motor B, untuk panel kedua
menyuplai motor C dan D yang memiliki KHA penghantar yang sama, sehingga perhitungan
KHA penghantar sirkit cabang adlaah sebagai berikut.
KHA minimum panel 1 = 190,14 + 1,48+ (1,25 x 192,32)
= 432,02 A
KHA minimum panel 2 = 190,14 + (1,25 x 190,14)
= 427,81 A
Penghantar yang digunakan keduanya adalah SUPREME NYY 1x240 mm2 dengan
KHA 590 Ayang berisolasi PVC dengan memiliki KHA 590 A dipasang didalam beton.
Penghantar tersebut memiliki faktor suhu sebesar 0.87 pada suhu 40 derajat, untuk faktor
penempatan memilki faktor sebesar 0,78 sehingga memiliki derating factor dapat dihitung
sebagai berikut.

Tabel 4.6 Faktor Penempatan


37

(sumber:PUIL)
Derating factor penghantar panel 1&2 = 590 x 0,74 x 0,87
= 379,842 A
untuk penghantar sirkit cabang panel satu maupun dua menggunakan SUPREME
NYY 1x 240 mm2 dengan KHA 590 A , setelah dikali dengan derating factor sebesar
379,842 A. KHA penghantar tidak sesuai standart karena berada dibawah KHA minimum
yang sesuai dengan pasal PUIL 5.5.3.2 dikarenakan KHA minimum yang ditentukan sebesar
432,02 A dan 427,81 A. Untuk memepermudah perbandingan dapat dilihat pada tebel berikut.

Tabel 4.7 Perbandingan KHA utama perencanaan

Jenis Kha Penghantar Setelah dikali Keterangan


beban minimal terpasang derating faktor
PUIL
Panel 1 432,02 NYY 1x 240 379,842 A Tidak memenuhi standart PUIL, karena KHA
590 A terpasang kurang dari jumlah arus beban penuh
semua motor ditambah 25% arus beban penuh
motor terbesar
Panel 2 427,81 NYY 1x240 379,842 A Tidak memenuhi standart PUIL, karena KHA
590 A terpasang kurang dari jumlah arus beban penuh
semua motor ditambah 25% arus beban penuh
motor terbesar

Namun dalam kondisi rill nya penghantar tersebut tidak terbakar akibat mengalami
arus lebih yang melebihi kemampuan hantar arus penghantar, karena beban motor tidak
terpasang secara nominal atau beban penuh, sehingga dapat dilihat perbandingannya sebagai
berikut

Tabel 4. 8 Perbandingan KHA utama rill


LVMDP Arus Kha Penghantar Setelah dikali Keterangan
Terukur minimal terpasang derating
faktor PUIL
Panel 1 297,85 372,31 NYY 1x 240 379,842 A memenuhi standart PUIL, karena KHA
590 A terpasang kurang dari jumlah arus
beban penuh semua motor ditambah
25% arus beban penuh motor terbesar
Panel 2 241 301,25 NYY 1x240 379,842 A memenuhi standart PUIL, karena KHA
590 A terpasang diatas dari jumlah arus
beban penuh semua motor ditambah
25% arus beban penuh motor terbesar

Berdasarkan secara rill Arus terukur diambil pada arus puncak selama 24 jam penuh.
penghantar utama panel satu memiliki arus peak sebesar 297,85 A sedangkan untuk panel dua
38

memiliki arus puncak sebesar 241 A. Penghantar tersebut sesuai standart PUIL pasal 5.5.3.2.
karena KHA terpasang sudah berada diatas minimal KHA yang telah diperhitungkan
sehingga penghantar berada pada batas aman.
Selanjutnya adalah perhitungan tegangan drop atau Drop Volatge(ΔV) pada
penghantar NYY 1x 240 mm2 dengan meiliki panjang 6 meter dan memiliki impedansi
sebesar 0.0754 ohm/km.
ΔV Utaman = 2 x In x Z x l (V)
= 2 x 590 x 0.0754 x 0.006
= 0,243 V
ΔV . 100
Drop Voltage= %
Vs
0.243 .100
= %
380
= 0.063 %

Sesuai dengan PUIL 2011 halaman 41 bahwasannya drop voltage tidak boleh
melebihi 4%. Untuk perhitungan drop voltage penghantar akhir motor menggunakan
penghantar NYY 4x95mm2 dengan drop voltage 0,063% hal tersebut sesuai dengan PUIL
2011 yang mana drop voltage tidak boleh lebih 4%.

IV.III. Perhitungan Kelayakan Pengaman


Untuk perhitungan pengaman dilakukan berdasarkan PUIL pasal 5.5.5.2.2 untuk sirkit
akhir yang menyuplai motor tunggal, nilai pengenal atau setelan porteksi arus hubung
pendek tidak boleh melebihi nilai yang bersangkutan dalam tabel 4.5 dan juga menurut pasal
5.5.5.2.3 untuk sirkit akhir yang menyuplai beberapa motor, nilai pengenal atau setelan atau
gawai proteksi hubung pendek, tidak boleh melebihi nilai terbesr dihitung untuk masing-
masing motor, ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit akhir itu.
39

Tabel 4.9 Setelan Maksimum Proteksi

(sumber: PUIL)
Setelan gawai proteksi maksimum sirkit cabang menurut 5.5.6.1 yakni jika suatu
sirkit cabang yang menyuplai beberapa motor dan terdiri atas penghantar dengan ukuran
berdasarkan 5.5.3.2 harus dilengkapi dengan protekssi arus lebih yang tidak boleh
melebihi nilai pengenal atau setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi
bedasarkan 5.5.5.2.3, ditambah jumlah arus beban penuh semua motor lain yang disuplai
oleh sirkit tersebut.

IV.III.I. Pengaman Cabang


Untuk penentuan pengaman cabang maka yang perlu dilakukan adalah menentukan
arus nominal pada setiap beban terpasang, untuk pada setiap motor pompa menggunakan
pengaman Schneider Easypact CVS630F memiliki rating pengaman sebesar 630 A sedangkan
untuk penerangan menggunakan pengaman FUJI electric EA203B dengan rating pengaman
sebesar 125 A.Maka nilai proteksi maksimum dapat dihitung sebagai berikut.

Pengaman maksimum motor A,C,D = 2,5 x In motor

= 2,5 x 190,14 A

= 475,35 A

Pengaman maksimum motor B = 2,5 x In motor

= 2,5 x 192,32 A

= 480,8 A

Pengaman maksimum Penerangan = 2,5 x In Penerangan


40

= 2,5 x 1,48 A

= 3,7 A

Pada setelan pengaman yang digunakan untuk sirkit motor tunggal adalah sebesar 630
A dengan merek Schneider Easypact CVS630F. berdasarkan PUIL pasal 5.5.5.2.2 untuk sirkit
akhir yang menyuplai motor tunggal, nilai pengenal atau setelan porteksi arus hubung
pendek tidak boleh melebihi nilai yang bersangkutan dalam tabel 4.5, sedangkan untuk
pengaman maksimum yang terpasang melebihi perhitungan yang telah ditentukan.setelah
melakukan perhitungan maka didapatkan raitng maksimum yang digunakan untuk motor
A,C,D yaitu sebesar 475,35 A sedangkan untuk motor B rating maksimum adalah sebesar
480,8 A Sehingga pengaman tunggal yang digunakan tidak sesuai standart yang digunakan
dikarnakan pengaman terpasang lebih besar dari rating maksimum yang telah dihitung, untuk
beban penerangan juga tidak sesuai standart dikarenakan pengaman yang digunakan FUJI
electric EA203B dengan rating 125 A melebihi dari pengaman minimum yaitu 3,7 A .
Sedangkan menurut PUIL pasal

3.24.3.2 karakteristik operasi suatu gawai yang memproteksi kabel terhadap beban lebih
harus memenuhi kondisi arus nominal ≤ rating arus proteksi ≤ KHA penghantar, berdasarkan
pasal tersebut rating arus proteksi yang terpasang lebih besar dari KHA penghantar yang
terpasang Sehingga menurut pasal 3.24.3.2 juga tidak sesuai standart. Untuk mempermudah
perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis beban Arus Rating Rating max Pengaman Rating Keterangan


nominal minimal pengaman terpasang Pengaman
pengaman 250% terpasang
115%
Motor 110 190,14 A 218,66 A 475,35 A Schneider 630 A Tidak memenuhi standart PUIL
kW A,C,D Easypact pasal 5.5.5.2.2 untuk sirkit akhir
CVS630F yang menyuplai motor tunggal,
nilai pengenal atau setelan
porteksi arus hubung pendek
tidak boleh melebihi nilai 250%
Motor 110 192,32 A 221,17 A 480,8 A Schneider 630 A Tidak memenuhi standart PUIL
kW B Easypact pasal 5.5.5.2.2 untuk sirkit akhir
CVS630F yang menyuplai motor tunggal,
nilai pengenal atau setelan
porteksi arus hubung pendek
tidak boleh melebihi nilai 250%
Beban 1,48 1,7 A 3,7 A FUJI electric 125 A -
penerangan EA203B

Tabel 4.10 Perbandingan Rating Pengaman Cabang Perencanaan


41

IV.III.II. Pengaman Utama


Selanjutnya adalah menghitung proteksi dengan menyuplai beberapa motor, menurut
pasal 5.5.5.2.3 untuk sirkit akhir yang menyuplai beberapa motor, nilai pengenal atau setelan
atau gawai proteksi hubung pendek, tidak boleh melebihi nilai terbesr dihitung untuk
masing-masing motor, ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit
akhir itu. Maka nilai proteksi dari beberapa motor dapat dihitung sebagai berikut.

Rating proteksi maksimum panel 1 = 190,14 + 1,48 + (2,5 x 192,32)

= 672,42 A

Rating proteksi maksimum panel 2 = 190,14 + (2,5 x 190,14)

= 666.97 A

Pada setelan pengaman yang digunakan pada panel satu yaitu sebesar 630 A merek
merlin Gerlin compact NS630 N, untuk setelan pengaman yang digunakan pada panel dua
yaitu sebesar 1250 A dengan merek Masterpact NW12H1 3 poles. Berdasarkan perhitungan
pemilihan rating maksimum proteksi yang terpasang pada panel satu sudah sesuai standart
menurut PUIL pasal 5.5.5.2.3 karena rating terpasang berada diatas rating proteksi maksimum
dan tidak sesuai standart menurut pasal 3.24.3.2 dikarenakan KHA terpasang sebesar 590 A.

Sedangkan untuk setelan pengaman yang digunakan pada panel dua yaitu sebesar
1250 A. Berdasarkan perhitungan nilai proteksi maksimum yang terpasang pada panel dua
tidak memenuhi standart berdasarkan PUIL pasal 5.5.5.2.3 karena melebihi nilai proteksi
maksimum dan juga tidak sesuai standart menurut pasal 3.24.3.2. untuk mempermudah
perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 11 Perbandingan Rating Pengaman Utama Perencanaan

Jenis Rating Rating max Pengaman Rating Keterangan


beban minimal pengaman terpasang pengaman
pengaman 250% terpasang
115%
Panel 412,79 A 672,42 A merlin Gerlin 630 A memenuhi standart PUIL pasal
1 compact 5.5.5.2.2 untuk sirkit akhir yang
NS630 N menyuplai motor tunggal, nilai
pengenal atau setelan porteksi arus
hubung pendek tidak boleh melebihi
nilai 250% tetapi rating terpasang
melebihi rating secondari trafo
sebesar 577,35 A
Panel 408,8 666,97 A Masterpact 1250 A Tidak memenuhi standart PUIL pasal
2 NW12H1 3 5.5.5.2.2 untuk sirkit akhir yang
poles menyuplai motor tunggal, nilai
42

pengenal atau setelan porteksi arus


hubung pendek tidak boleh melebihi
nilai 250% dan juga melebihi rating
secondari trafo yang sebesar 909,3 A

IV.IV. Breaking Capacity


Selanjutnya adalah penentuan Breaking Capacity atau kapasitas kemampuan dari
sebuah proteksi ketika sebuah proteksi mengalami short circuit dan melebihi nominal nilai
breaking capacity maka proteksi tersebut akan mengalami kerusakan. Ada dua cara untuk
menentukan besarnya breaking capacity tersebut yaitu dengan menulis data-data kelistrikan
yang ada pada penyulang, yang kedua dengan perhitungan rumus. Maka nilai perhitungan
Breaking capacity sebagai berikut.

Tabel 4.12 Tabel Perhitungan Isc

Resistansi (mΩ) Reaktansi (mΩ)

Jaringan sisi atas


V
2
400
2
Sinφ=0 , 99
Z1 = = = 320 mΩ
P sc 500
X1 = Z1 . Sinφ . 10−3
Cosφ = 0,15
X1 = 320 x 0,99 x 10−3 = 0,31
R1= Z1 . Cosφ . 10−3

R1 = 320 x 0,15 x 10−3 = 0,048 mΩ

Transformator
2 −3 2
W c x Uo x 10 Vsc Vo
R 2= Z2 = x
S
2 100 S
2
2
930 x 400 x 10
−3 4 400
R 2 tr 1= = 0,93 mΩ Z2Tr1 = x = 16 mΩ
400
2 100 400
2
1300 x 400 x 10
2 −3 4 400
Z2Tr1 = x = 10,15 mΩ
R 2 tr 2= 2 = 0,52 mΩ 100 630
630
X2=√ Z 22−R 22

X2Tr1=√ 162−0 ,93 2= 15,97 mΩ

X2Tr2=√ 10 ,15 2−0 , 522 =10,13 mΩ


43

Penghantar

L X3 = 0,08 L
R3 = ρ
A
X3Tr1 = 0,08 x 5 = 0,4
a. Penghantar Utama :
X3Tr2 = 0,08 x 6 = 0,48
5
R3Tr1 =22 , 5 x =¿0,156 mΩ
240 x 3 Xcabang =0,08 x 1 = 0,08

6 Xpenerangan =0,08 x 8 = 0,64


R3Tr2 =22 , 5 x =¿0,187 mΩ
240 x 3

b. Penghantar Cabang :

1
Rcabang=22 , 5 x =¿0,059 mΩ
95 x 4

Nb: pada setiap penghantar cabang


memiliki

penghantar dan jarak yang sama

c. Penghantar Penerangan :

8
Rpenerangan=22 , 5 x =¿ 24 mΩ
2,5 x3

Busbar

L X4 = 0,15 L
R4 = ρ
A
X4Tr1 = 0,15 x 1 = 0,15
1
R4Tr1 =22 , 5 x =0 ,15
30 x 5 X4Tr2 = 0,15 x 1 = 0,15

1
R4Tr2 =22 , 5 x =0 ,15
30 x 5

a. Perhitungan Short Circuit Trafo1


 Pengaman Utama

Rt1 = R1 + R2Tr1 + R3Tr1 = 0,048 + 0,93 + 0,156 = 1,134 mΩ

Xt1 = X1 + X2Tr1 + X3Tr1 = 0,31 + 15,97 + 0,4 = 16,68 mΩ


44

Vo
Isc =
√3 x √ RT 2 x Xt 2
400
= =13.81 kA
√3 x √1,134 2 +16 , 682
Pengaman yang digunakan pada Trafo 1 adalah pengaman merek merlin Gerlin
compact NS630 N dengan kapasitas breaking 50 kA yang telah memenuhi standart IEC
60947-2 dimana Icu ≥ Isc

 Pengaman Cabang
Rt2 = Rt1 + (Rcabang+ R4Tr1) = 1,134 + (0,078 + 0,15) = 1,362 mΩ
Xt2 = Xt1 + (Xcabang + X4Tr1) = 16,68 +( 0,08 + 0,15) = 16,91 mΩ

Vo
Isc =
√3 x √ RT 2 x Xt 2
400
= =13.61 kA
√3 x √1,3622 +16 , 912
Pengaman cabang yang digunakan pada Trafo 1 adalah pengaman merek Schneider
Easypact CVS630F dengan kapasitas breaking 36 kA yang telah memenuhi standart IEC
60947-2 dimana Icu ≥ Isc

 Pengaman penerangan

Rt2 = Rt1 + (Rpenernagan+ R4Tr1) = 1,134 + (24 + 0,15) = 25,284 mΩ

Xt2 = Xt1 + (Xpenerangan + X4Tr1) = 16,68 +( 0,64 + 0,15) = 17,47 mΩ

Vo
Isc =
√3 x √ RT 2 x Xt 2
400
= =7,51 kA
√3 x √25,284 2 +17 , 472
Pengaman penerangan yang digunakan pada Trafo 1 adalah pengaman merek Fuji
electric breaker EA203B dengan kapasitas breaking 10 kA yang telah memenuhi standart IEC
60947-2 dimana Icu ≥ Isc

b. Perhitungan Short Circuit Trafo 2


 Pengaman Utama

Rt4 = R1 + R2Tr2 + R3Tr2 = 0,048 + 0,52 + 0,187 = 0,755 mΩ

Xt4 = X1 + X2Tr2 + X3Tr2 = 0,31 + 10,13 + 0,48 = 10,92mΩ


45

Vo
Isc =
√3 x √ RT 2 x Xt 2
400
= =21,09 kA
√3 x √0,755 2+ 10 ,922
Pengaman yang digunakan pada Trafo 2 adalah pengaman merek Masterpact
NW12H1 dengan kapasitas breaking 65 kA yang telah memenuhi standart IEC 60947-2
dimana Icu ≥ Isc

 Pengaman Cabang
Rt2 = Rt1 + (Rcabang+ R4Tr2) = 1,134 + (0,078 + 0,15) = 1,362 mΩ
Xt2 = Xt1 + (Xcabang + X4Tr2) = 16,68 +( 0,08 + 0,15) = 16,91 mΩ

Vo
Isc =
√3 x √ RT 2 x Xt 2
400
= =13.61 kA
√3 x √1,3622 +16 , 912
Pengaman cabang yang digunakan pada Trafo 2 adalah pengaman merek Schneider
Easypact CVS630F dengan kapasitas breaking 36 kA yang telah memenuhi standart IEC
60947-2 dimana Icu ≥ Isc

IV.V. Perencanaan Kubikel Pelanggan

Kubikel merupakan peralatan yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus dan proteksi
hal tersebut sangatlah penting untuk digunakan di sebuah industri agar terjaga kelistrikan
yang berada di industri tersebut. Di PDAM unit Waru II tidak terpasang kubikel pelanggan
dikarenakan masih menggunakan gardu tembok yang pengaman trafo nya menggunakan
FCO. Penggunaan gardu tembok yang menggunakan FCO sudah tidak berlaku lagi dan sangat
berbahaya jika melakukan maintenance, hal tersebut mengacu pada buku PLN 4 yaitu
pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi adalah PHB-
TM, proteksi dan pengukuran tegangan menengah. PHB-TM yang bisa disebut Kubikel TM
memiliki komponen utama yaitu DS, LBS, CB, dan metering. Untuk pemilihan kubikel dapat
menggunakan katalog Schneider sebagai acuan untuk perencanaan kubikel pelanggan di
PDAM unit Waru II

Terdapat tiga bagian kubikel yaitu incoming, metering dan outgoing. Dalam
perencanaannya dibutuhkan dua buah kubikel outgoing dikarenakan terdapat dua trafo yang
terdapat di PDAM unit Waru. Untuk perencanaannya dapat dilakukan sebagai berikut.
46

1. INCOMING
Kubikel yang dipilih untuk incoming adalah jenis IMC yang terdiri dari Load Break
Switch (LBS), earth switch, current transformer (CT), dan coupling capacitor.

Gambar 4.4 Kubike IMC

(sumber: Schneider electric)


a. Current transformer
Untuk menentukan besar dari CT dapat dihitung sebagai berikut.
Daya Kontrak
Arus Nominal =
V x √3
690000
=
20000 x √ 3
= 29.64
Jadi untuk pemilihan CT Protection digunakan tipe ARM2/N2F 10 VA-5p10 dengan
arus 50 A

Tabel 4.13 Spesifikasi CT

(sumber: Schneider electric)


b. Coupling Capasitor
Coupling capasitor digunakan sebagai sumber dari lampu tanda, berfungsi sebagai
penanda adanya tegangan 20 Kv pada sisi kabel kubikel maupun sisi lain dari kabel
tersebut atau juga berasal dari busbar.

2. METERING
Kubikel yang dipilih untuk metering adalah jenis CM2 yang terdiri dari
Disconection Switch (DS), earth switch,LV Fuses, dan PT. untuk jenis CM2
47

terdapaat PT yang titik netralnya tidak di tanahkan atau dikenal insulated neutral
system

Gambar 4.5 Kubikel CM2

(sumber: Schneider electric)

a. Potential Transformer
Untuk pemilihan PT digunakan dengan tipe VRC2/S1(phase to phase) dengan
frekuensi 50/60 Hz. PT ini memiliki rating tegangan primer sebesar 20 Kv
dengan tegangan sekunder sebesar 100 A

Tabel 4.14 Spesifikasi PT

(sumber: Schneider electric)

b. Heater 50 W
Heater digunakan sebagai pemanas dengan tegangan 220 V-Ac untuk
penghilang embun pada sekitar kubikel agar terhindar dari flash over

c. Fuse
Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan kerja dan
transformator yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse (katalog
kubikel), Fusarc SIBA dengan rating 100 A (standart DIN).
3. OUTGOING
Kubikel yang dipilih untuk outgoing adalah jenis DM1-A dengan pengaman
Circuit Breaker yang isolasi SF6, kubikel memiliki komponen utamaterdiri dari
48

Circuit breaker isoalsi SF6,Disconection Switch (DS), earth switch, CT, dan coupling
capasitor.

Gambar 4.6 Kubikel DM1-A

(sumber: Schneider electric)

untuk outgoing dibutuhkan dua kubikel untuk trafo 400 kVA dan 630 kVA
sehingga arus nominalnya sebesar
besar Trafo(KVA)
Arus Nominal Trafo 1 =
V x√3
400000
=
20000 x √ 3
= 11.54

besar Trafo(KVA)
Arus Nominal Trafo 2 =
V x√3
630000
= +
20000 x √ 3
=18.1

Maka CT protection yang digunakan Trafo 1 dan Trafo 2 adalah tipe


ARM2/N2F 10 VA-5p10 dengan arus 50 A
4. PEMILIHAN KOMPONEN
a. Disconecting Switch
Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup
dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya
difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus. Jika DS di operasikan dalam keadaan
berbeban maka akan terjadi flash over yang dapat merusak alat tersebut. DS
difungsikan sebagai pemisah pada waktu pemeliharaan dan perbaikan sehingga
diperlukan alat pembumian untuk membuang sisa sisa muatan listrik
Karena DS difungsikan sebagai sakelar maka dapat dihitung sebagai berikut
49

S trafo2 630 kVA


I= × 1, 15= ×1 , 15=20 , 91 A
√3 × 20 kV √ 3 ×20 kV
S trafo1 400 kVA
I= × 1, 15= ×1 , 15=13 , 27 A
√3 × 20 kV √ 3 ×20 kV
Maka dipilih DS dilengkapi dengan earth Switc dengan peredam SF6

b. Load Break Switch

Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari tegangan
kerja, namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics ) tanpa
mengalami kerusakan. Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu
digerakkan melalui penggerak mekanis yang dibantu oleh sisitem pegas dan
pneumatic.pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan Rating arus nominal dan
tegangan kerjannya :

S trafo2 630 kVA


I= × 1, 15= ×1 , 15=20 , 91 A
√3 × 20 kV √ 3 ×20 kV
S trafo1 400 kVA
I= × 1, 15= ×1 , 15=13 , 27 A
√3 × 20 kV √ 3 ×20 kV
IV.VI. Pembagian beban prioritas dan non prioritas

Untuk menentukan besar penentuan genset, diperlukan pengelompokan beban yang


mana beban dikelompokan untuk beban mana saja yang akan disuplai genset ketika PLN
padam, beban yang tidak boleh mati ketika PLN mengalami pemadaman disebut beban
prioritas sedangkan untuk beban yang boleh mati ketika PLN mengalami pemadaman adalah
beban non prioritas, oleh karena itu perlu pengelompokan beban prioritas dan non prioritas
terlebih dahulu untuk menentukan berapa besar kapasitas genset.

Pada kasus PDAM Delta Tirta unit Waru II beban-beban motor yang terpasang
harus menyala selama 24 jam agar tekanan air yang disuplai unit Waru tercukupi, tekanan
minimal yang harus dipenuhi adalah sebesar 3,24 bar dengan menggunakan 4 motor pompa,
sehingga ketika satu motor saja atau lebih berhenti beroperasi, maka tekanan yang di suplai
oleh unit Waru II mengalami penurunan dibawah 3,24 bar dan air tidak sampai ke pelanggan
PDAM yang paling jauh sehingga tidak tercukupi tekanan airnya atau air tidak sampai ke
pelanggan, dari pertimbangan tersebut maka untuk penggolongan beban 4 motor pompa di
PDAM unit Waru II termasuk beban prioritas.
50

IV.VII. Penentuan Genset

Setelah penentuan beban yang akan disuplai oleh Generator Set (genset) maka
ditentukanlah kapasitas dari genset tersebut. Untuk menghindari over heat saat pengoperasian,
nilai beban yang tersambung secara normal maksimal tidak boleh melebihi 80% dari kapasitas
genset. Maka, pemakaian genset diasumsikan beban secara keseluruhan yaitu sebesar 80%,
sehingga dapat dilakukan perhitungan genset sebagai berikut.

 Genset pada Panel 1


Total BebanTerpasang
Kapasitas genset =
80 %
Keterangan : Kapasitas Genset (kVA)
Total beban : Daya beban prioritas
80% = efisiensi
Perhitungan
Total BebanTerpasang
Kapasitas genset =
80 %
110 kW 110 kW
+ +980 VA 126 , 43 kVA+125 kVA +980 VA
= 0 , 87 0 , 88 =
0,8
80 %
= 315,51 kVa
 Genset pada Panel 2
Total BebanTerpasang
Kapasitas genset =
80 %
110 kW 110 kW
+ 125+125
= 0 , 88 0 , 88 =
0,8
80 %
= 312,5 kVa
Dari pehitungan tersebut bahwa kapasitas genset pada panel 1 sebesar 315,51 kVA
sedangkan untuk kapasitas genset pada panel 2 sebesar 312,5 kVA. Dikarenkan kedua panel
memiliki seilisih kapasitas yang tidak jauh beda, maka dipilih genset dengan merek Perkins
MPG-400 kVA-PK@50Hz dengan kapasitas generator 440 kVA/ 352 kW, Spesifikasi lainnya
dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. 15 Spesifikasi Genset

Stand by Power 440 kVA/ 352 kW

Prime Power 400 kVA / 320 kW

Tegangan 400/ 230 Volt


51

Power factor 0,8

Frekuensi 50 Hz

Spesifikasi mesin

Engine Speed 1500 rpm

Fuel consumption at full load 85L/hr

Oil capacity 40 L

Coolant capacity 51, 4 L

Exhaust gas flow 75,8 m3/min

Air intake engine 27,4 m3/min

Dari tabel spesifikasi genset di atas dapat ditentukan genset dengan kapasitas 440
kVA/ 352 kW dan dipasang 2 unit pada masing-masing panel tersebut. Dengan ditentukannya
pemilihan genset yang melebihi perhitungan bertujuan untuk mengantisipasi adanya
penambahan beban daya tambahan yang akan datang.

IV.VIII. Penentuan penghantar dan pengaman

Kemampuan penghantar dan pengaman dalam sistem kelistrikan sangat penting


diketahui dalam perencanaan instalasi listrik karena dalm memilih penghatar maupun
pengaman sangat memperhatikan dari beban maksimum yang berada di instalasi listrik
tersebut. Oleh karena itu wajib mengetahui kemampuan hantar arus penghantar serta
mengetahui kemampuan pemutus dari sebuah pengaman yang berdasarkan dari peraturan-
peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga tidak merusak penghantar, pengaman maupun
beban-beban yang terpasang pada sistem listrik tersebut, karena ketika arus nominal melebihi
dari kemampuan penghantar dapat berakibat fatal, yang mengakibatkan penghantar tersebut
terbakar.

IV.VIII.I. Penentuan Penghantar Genset

S genset
¿ Genset= dan KHA = 125% x In genset
√3 ×V
Keterangan : S genset = 440 kVA V= 380

Perhitungan :
52

S genset
¿ Genset=
√3 ×V
440 kVa
=
√3 × 380V
= 668,51 A

KHA = 125% 668,51 = 835,63 A

Didapatkan kemampuan hantar arus sebesar 835,63 A. Dengan melihat katalog kabel
bermerek SUPREME. Maka dipilihlah kabel SUPREME type NYY 2(1x300 mm 2) per fasa
0,6/1(1,2) kV, SPLN 43-1/IEC 60502-1

Kemudian untuk pemilihan busbar dengan melihat KHA diatas dan juga melihat pada
PUIL 2000 halaman 235. maka dipilihlah busbar telanjang dengan ukuran sebesar 2x(40x5)
mm per fasa

IV.VIII.II. Penentuan Pengaman Genset

Menurut PUIL 2011 gawai proteksi arus lebih atau sarana pemutus yaitu harus
sekurang kurangnya 115% dari arus beban pada keadaan beban penuh maka, kemampuan
pengaman pada genset dapat dihitung sebagai berikut.

Rating pengaman = 115 % x In

= 1,15 x 668, 51

= 768,785 A

Didapatkan arus rating pengaman sebesar 768,785. Dikarenakan pengaman ini


digunakan untuk mengamankan sumber, pemilihan pengaman tidak boleh melebihi rating
pengaman yang ditentukan dan juga tidak boleh melebihi arus nominal genset agar tidak
terjadi overload, maka dipilih lah pengaman merek Schneider MCCB NSX630F raitng 630 A

IV.IX. Pemilihan ATS-AMF

Perancangan ATS dan AMF bertujuan sebagai perintah perpindahan dari sumber PLN
ke genset secara otomatis ketika PLN mengalami gangguan maupun pemadaman dan juga
meng ON kan mesin genset. Begitu pula sebaliknya ketika sumber utama hidup kembali maka
AMF memerintahkan ATS untuk switch kembali ke sumber utama dan mematikan mesin
genset tersebut.
53

IV.IX.I. Perhitungan ATS

ATS ( automatic transfer switch ) merupakan alat switch yang berfungsi untuk
pemindahan daya yang berbeda sumber. Jika terjadi pemadaman pada PLN maka secara
otomatis ATS akan memindahkan dari sumber PLN menuju ke sumber genset. Pada PDAM
Delta Tirta waru II terdapat 2 beban prioritas pada panel satu dan pada panel dua, maka
dibutuhkan 2 buah ATS dengan untuk melakkan pemilihan. Maka beban prioritas dapat
dihitung sebagai berikut.

Sbeban prioritas
¿ Beban Prioritas 1=
√3 ×V
110 kW 110 kW
+ 980 VA
= 0 , 87 0 , 88 +
√3 × 380V
√3 ×380 V
= 382,01 + 1,48 A

= 383.49 A

Sbeban prioritas
¿ Beban Prioritas 2=
√3 × V
110 kW 110 kW
+
= 0 , 88 0 , 88
√3 ×380 V
= 379,83 A

Dari perhitungan diatas bahwa arus beban nominal pada prioritas satu sebesar 383,49
A, sedangkan untuk arus beban nominal pada prioritas dua sebesar 379,83 A, maka
didapatkan rating arus ATS sebagai berikut.

Rating arus ATS = arus nominal x 115%

 Rating arus ATS prioritas 1 = 383,49 x 1,15

= 441.01 A

 Rating arus ATS prioritas 2 = 379,83 x 1,15

= 436,80 A

Dari perhitungan rating arus diatas didapatkan bahwa rating minimal ATS pada
prioritas satu yaitu sebesar 441,01 A sedangkan untuk rating arus pada prioritas dua yaitu
sebesar 436,80A. Dikarenakan rating pada kedua beban memiliki selisi yang tidak jauh beda.
54

Maka dipilih ATS dengan mengguanakan MCCB NSX630F dengan rating 630 A . untuk
wiring MCCB dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.7 Wiring MCCB NSX

(Sumber: Schneider Electric)

Keterangan :

A4 = Opening Order

A2 = Closing Order

B4 = Line Motorized

A1 = Netral Motorized

MX = Shunt Release

MN = Under Voltage release

Agar dapat melakukan pergantian switch anatara MCCB main dan MCCB generator
maka dilakukanlah interlock elektrik antara keduanya dengan menggunakan MCCB mekanis
motorise. Untuk wiring ATS dengan menggunakan dua MCCB motorise dapat dilihat pada
gambar berikut
55

Gambar 4.8 Wiring ATS

Cara kerja MCCB motorise interlock elektrik

 Keadaan PLN normal


1. Kerja motorize di supply menggunakan teganagn 220 Volt
2. Untuk kondisi Auto MCCB dengan memutar selektor ke posisi Auto, sedangkan
untuk kondisi manual dapat memutar selektor ke posisi manual.
3. Untuk mengaktifkan fungsi motor mechanism adalah dengan mengaktifkan kontak
bantu MN terlebih dahulu, ketika MN tidak teraliri arus, maka fungsi dari motor
mechanism modul atau motorise tidak dapat bekerja
4. Ketika keadaaan normal atau PLN menyala, maka kontak OF3 MCCB pada Genset
keadaan NC sehingga MN MCCB PLN dapat bekerja
5. Indikator lamp close PLN menyala
 Keadaan PLN Off
1. Dalam keadaan PLN off maka relay RP akan bekerja, kontak RP melakukan opening
order pada MCCB PLN sehingga MCCB pada poisisi trip
2. Setelah genset menyala maka MN pada MCCB genset yang seri dengan kontak NC
MCCB PLN terenergize dan dapat dilakukan closing order
3. Kontak relay RG NC seri dengan NC OF1 meng energize A2 MCCB genset untuk
closing order
4. Kontak OF3 Genset dalam keadaan open sehingga MN PLN tidak dapat terenergize
ketika PLN tiba-tiba ON, maka fungsi open maupun Close order MCCB PLN tidak
dapat bekerja
5. Indikator lamp close Genset menyala
 Keadaan PLN ON kembali
56

1. Dalam keadaan PLN hidup maka relay RG akan bekerja, untuk opening order pada
MCCB genset
2. Setelah genset padam maka MN pada MCCB PLN yang seri dengan kontak NC
MCCB genset akan kembali terenergize dan dapat dilakukan opening maupun
closing order
3. Kontak relay RP NC seri dengan NC OF1 meng energize A2 MCCB PLN untuk
closing order
4. Kontak OF3 PLN dalam keadaan open sehingga MN Genset tidak dapat ter
energize, maka fungsi open maupun closing order MCCB genset tidak dapat bekerja
5. Indikator lamp close PLN menyala

IV.X. Pemilihan AMF


Dalam perencanaan genset maka diperlukan sebah kerja otomastis dimana ketika PLN
mengalami pemadaman maka genset akan otomatis aktif bekerja dan genset akan mati ketika
PLN hidup kembali tanpa bantuan manusia secara manual.

Untuk perencanaan otomatis maka menggunakan modul datakom D-500. Untuk


mengontrol switch atau ATS pada sistem AMF untuk genset yang direncanakan maka
digunakanlah modul AMF Datakon D-500. Pada modul Datakom terdapat Grapic LCD screen
dapat menampilkan beberapa indikator pada Generator seperti Tegnagan output, arus
generartor, frekuensi, cosphi, daya rekatif, daya nyata dan beberapa indikator lainnya

Untuk memperjelas pin AMF dapat dilihat dengan datasheet datakom D-500 sebagai
berikut.

Gambar 4.9 Datakom D-500

(sumber: Datasheet Datakom)


Tabel 4. 16 Pin AMF Datakom D-500

nama terminal Deskripsi


Battery + Terminal positif dari baterai +12 or 24 VDC
57

Battery - Terminal negatif power supply


Digital Output 1 Digunakan untuk Crank output
Digital Output 2 Digunakan untuk Fuel output
Digital Output 3 Digunakan untuk Alarm output
Digital Output 4 Digunakan untuk Preheat output
Digital Output 5 Digunakan untuk Stop output
Digital Output 6 Digunakan untuk idle speed output
Digital input 1-8 Digunakan untuk masukan sensor dan
mergency stop
Gen C Digunakan untuk sumber ke kontaktor genset
Gen L1 Digunakan untuk fasa L1 genset
Gen L2 Digunakan untuk fasa L2 genset
Gens L3 Digunakan untuk fasa L3 genset
Gen N Digunakan untuk netral genset
Main C Digunakan untuk sumber ke kontaktor PLN
Main L1 Digunakan untuk fasa L1 main
Main L2 Digunakan untuk fasa L2 main
Main L3 Digunakan untuk fasa L3 main
Main N Digunakan untuk netral main
Curr_+/- Digunakan untuk terminal Current Transformer
Charger digunakan untuk memasok arus eksitasi dan
pengukuran tegangan

IV.XI. Skema Output Genset


Setelah penentuan ATS dan AMF, selanjutnya adalah penentuan letak pada output
genset disambungkan. Berdasarkan sub bab 4.6. dijelaskan bahwasannya beban prioritas
terdiri dari beban 4 motor dan beban penerangan, maka seluruh beban yang ada di PDAM
Delta Tirta Waru unit II termasuk beban prioritas. Untuk genset disambungkan menuju MDP.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
58

Gambar 4.10 Skema diagram dengan Penambahan genset


59

IV.XII. Single Line Perencanaan

Setelah dilakukan perencanaan genset dan kubikel dapat digambar single line tersebut menggunakan Autocad 2017 dengan spesifikasi yang
telah ditentukan pada sub bab 4.5 dan 4.7 dengan single line sebagai berikut.
60

BAB V
PENUTUP

V.I. Kesimpulan

1. Analisis sistem kelistrikan yang dilakukan di PDAM Delta Waru Unit II yaitu
memandingkan kelayakan untuk trafo, pengaman dan penghantar dengan standart yang
telah dipilih. Terdapat 2 trafo yang mensuplai beban-beban PDAM yang terdapat
unbalance beban sebesar 3,05% dan 2,44% yang masih berada di batas aman pada stadart
IEC maksimal sebesar 5%. Untuk kelayakan penghantar cabang dan utama masih dibawah
standart PUIL yang mana penghantar minimal harus berada di atas 125% arus nominal
namun ketika dilakukan pengukuran secara rill, pembebanan tidak dioperasikan secara
nominal sehingga ketika dilakukan perbandingan ulang maka penghantar yang terpasang
berada pada batas yang dianjurkan PUIL yaitu diatas 125% arus nominal. Sedangkan
untuk kelayakan pengaman cabang dan pengaman utama LVMDP 2 tidak sesuai standart
PUIL karena rating pengaman berada diatas rating maksimal yaitu 250% arus nominal,
untuk pengaman utama LVMDP 1 sesuai standart PUIL karena dibawah rating
makasimal pengaman.
2. Penggunaan pengaman primer Trafo di PDAM Delta Waru II masih menggunakan FCO
sebagai pengamannya hal tersebut tidak buku PLN 4 yaitu pelanggan dengan daya lebih
dari 197 kVA, komponen utama gardu distribusi adalah PHB-TM, proteksi dan
pengukuran tegangan menengah. PHB-TM yang bisa disebut Kubikel TM memiliki
komponen utama yaitu DS, LBS, CB, dan metering. Dalam perencanaannya kubikel
dipilih menggunakan katalog schneider yang terdirir dari 3 bagian yaitu incoming jenis
IMC, metering jenis CM2 , dan 2 outgoing jenis DM1-A
3. Dalam beban yang tersambung genset adalah semua beban yang tersambung di trafo 1
maupun trafo 2 dikarenakan pertimbangan dari tekanan minimal air yang diperlukan,
sehingga dipilih 2 unit genset untuk trafo 1 dan trafo 2 dengan kapasitas 440/352 kW
dengan merek Perkins MPG-400 kVA-PK@50Hz. Sedangkan untuk ATS yang digunakan
adalah interlock antara 2 MCCB NSX630F dengan sistem otomatis dari AMF datakom D-
500.

V.II. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis diatas, maka penulis
mencoba memberikan rekomendasi sebagai berikut :
61

1. Dari sistem yang digunakan adalah penggunaan genset hanya untuk satu trafo saja, agar
lebih minimalisir genset dapat dilakukan dengan menggunakan hanya satu genset untuk
menyuplai beban prioritas satu dan dua, sehingga memerlukan kontrol yang berbeda pula
dan lebih kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Alfith. (2017). Optimalsasi ATS (Automatic Transfer Switch) pada Genset (Generator Set)
2800 Watt Berbasis TDR. 226-232.

anonymus. (2016). Sutrado Cable. Low Voltage Cable catalog. Diambil kembali dari
www.sutra

Hendarto, D., & Rozali. (2017). RANCANG BANGUN PANEL AUTOMATIC TRANSFER
SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) KAPASITAS 66
KVA. 21-32.

Noname. (2017). Komponen Utama Generator (Part 1). Diambil kembali dari Hartect
generating diesel set:
https://www.hartech.co.id/post/berita/KomponenUtamaGeneratorPart-1-.html

Putra, R. D. (2018). PERENCANAAN BACK – UP SISTEM MENGGUNAKAN


AUTOMATIC MAIN. 1-11.

Rasmini, N. W., & Parti, I. K. (2019). Rancang Bangun Automatic Transfer Switch (ATS)
PLN - Genset 3 Phasa 10 kVA. Jurnal Matrix, 41-46.

Sampurna, D. T. (2018). Analisis Perencanaan Genset (Generator Set) Untuk Backup Supply
Menggunakan ATS dan AMF Di PT. Boma Bisma Indra.
Skripsi.Malang.POLINEMA.

Saputro, D. C. (2019). Analisis Perencanaan Instalasi Generator Set Untuk Backup Supply Di
Gedung Fakultas Il Mu Keolahragaan Inversitas Negeri Malang. Skripsi.malang:
POLINEMA.

Anda mungkin juga menyukai