Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “T” P1A0H1 POST SC H-18 DENGAN


INFEKSI LUKA OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS
RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

BAIQ SITI ISTIHANAH

LILIS SURYANI

LIZA SILVIA RAHMAWATI

ROPISAL IDAYANTI

SRI HASNETI

SUFI YUNIE HUSMAUL HUSNA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan tentang “ Asuhan Kebidanan Pada Ny “T” P1A0H1 Post SC H-18


dengan Infeksi Luka Operasi Sectio Cesarea di Ruang Nifas RSUD KOTA
MATARAM”
Telah mendapatkan pengesahan pada :
Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Siskha Maya Herlina, M.Keb ) ( Baiq Yuli Hariani, A.Md. Keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul " Asuhan Kebidanan Pada Ny “T” P1A0H1 Post Partum H-18 dengan
Infeksi Luka Operasi Sectio Cesarea di Ruang Nifas RSUD KOTA MATARAM”
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Kebidanan STIKES Yarsi Mataram.
Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. H. Zulkahfi S.Kep,Ners.,M.Kes selaku ketua STIKES YARSI Mataram
2. dr. Hj. Eka Nurhayati, Sp.OG., K-FER.,M.Kes.,M.Hum.Reprod. selaku
Direktur Utama RSUD KOTA MATARAM
3. Baiq Ricca Afrida.,M.keb selaku Kaprodi DIII Kebidanan STIKES
YARSI Mataram
4. Dwi Aprianti, A.Md.Keb selaku Kepala Ruangan Ruang Nifas di RSUD
KOTA MATARAM
5. Baiq Yuli Hariani, A.Md. Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik
Kebidanan II di Ruang Nifas RSUD KOTA MATARAM
6. Siskha Maya Herlina, M.Keb selaku pembimbing pendidikan Praktik
Kebidanan II di Ruang Nifas RSUD KOTA MATARAM
7. Semua bidan Ruang Nifas yang telah memberikan bimbingan selama kami
praktik.
8. Ny. T selaku pasien yang kami angkat sebagai kasus laporan kelompok
9. Dan semua pihak yang tidak dapat saya satu persatu yang telah membantu
dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.

ii
Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.Akhirnya penyusun berharap semoga
laporan asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.

Mataram, Januari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................3
C. Manfaat..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................5

A. Konsep dasar masa nifas....................................................................5


B. Section caesarea.................................................................................9
C. Sistem pendokumentasian SOAP......................................................15

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................18

A. Data subjektif.....................................................................................18
B. Data objektif.......................................................................................22
C. Assessment.........................................................................................23
D. Planning.............................................................................................23

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................26

BAB V PENUTUP..............................................................................................29

A. Kesimpulan........................................................................................29
B. Saran..................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seksio Sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan
anak lewat insisi spada dinding abdomen dan uterus. Indikasi seksio
sesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi
absolut untuk sectio abdominal indikasi relatif, kelahiran lewat vagina
bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga
kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun
keduanya (Hardiana, 2014).
Indikasi dilakukannya seksio sesarea pada ibu yaitu panggul
sempit absolut, kegagalan melahirkan secara normal, tumor-tumor jalan
lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, dan
ruptur uteri. Sedangkan indikasi pada janin yaitu kelainan letak, gawat
janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan
mencegah hipoksia janin. Komplikasi yang yang bisa terjadi setelah
operasi adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus
saat dilangsungkan operasi, tromboemboli, perdarahan, dan infeksi.
Oleh karena itu peran perawat penting dalam penatalaksanaan
untuk mencapai kualitas hidup ibu. Beberapa kerugian dari
persalinan yang dijalani melalui bedah Seksio Sesarea yaitu adanya
komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera kandung kemih, cedera
pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi pada infeksi yang
mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka Infeksi luka
operasi atau biasa disingkat ILO adalah suatu proses invasif oleh mikro
organisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan
sakit trauma terutama terjadi pada saat trauma selama pembedahan
atau setelah pembedahan, gejala infeksi sering muncul selama 2-7
hari berupa infeksi adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak disekitar luka, serta peningkatan suhu dan
peningkatan jumlah sel darah putih.

1
Kejadian ILO terkait operasi juga disebabkan oleh
mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi daerah luka operasi
pada saat berlangsungnya operasi atau sesudah operasi saat pasien
dirawat di rumah sakit. Faktor resiko ILO pada ibu meliputi Hematom
pada luka insisi seksio sesar, infeksi endometritis puerperal (Peradangan
jaringan disekeliling rahim akibat bakteri, jendalan darah pada vena,
cedera usus atau kandung kencing saat operasi, kehilangan darah lebih
besar, ruptur uteri (robekan dinding rahim pada tempat insisi SC)
sedangkan faktor resiko pada bayi meliputi masalah pernafasan,
kondisi ketika sistem sirkulasi bayi yang baru lahir tidak beradaptasi
dengan bernapas di luar rahim dan proses menyusui lebih sulit akibat ibu
merasa tidak nyaman setelah operasi dan tidak segera dapat kontak
dengan bayiny. (Hartati, Suryani. 2015)

Prosedur perawatan luka harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan


bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan dan bebas dari
infeksi luka yang ditimbulkan dari infeksi nosokomial. Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan luka operasi
Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab berdasarkan teori
ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.
Pemeriksaan head to toe dilakukan sampai rencana asuhan yang
diberikan pada ibu nifas setelah operasi seksio sesarea. Pemberian
Analgesia Pemeriksaan tanda-tanda vital, Terapi cairan dan diet,
Ambulasi, Perawatan luka dengan cara mengganti balutan atau penutup
yang sudah kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka
yang baru.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi
serta memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. Persiapan alat dan
bahan yang dibutuhkan antara lain, bak instrumen, kassa, gunting,
plester, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chiurgis, bengkok,
perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl untuk membersihkan

2
luka, tempat sampah, larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah perawatan
luka post sectio caesarea adalah: a) Kapas perut harus dilihat pada 1
hari pasca bedah, bila basah dan berdarah harus diganti. Umumnya
kassa perut dapat diganti hari ke 3 – 4 sebelum pulang dan seterusnya,
pasien mengganti setiap hari luka dapat diberikan betadine sedikit. b)
Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasien bedah.
Setelah itu mobilisasi/aktifitas pasien boleh menggerakkan kaki dan
tangan serta tubuhnya sedikit 8 – 12 jam kemudian duduk, bila mampuh
pada 24 jam setelah sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri
pada hari kedua. (Suwipah, 2010)

Angka infeksi di Indonesia merupakan salah satu penyebab


utama kematian ibu. Angka kematian ibu yang di sebabkan oleh infeksi
setelah operasi seksio sesarea di Indonesia pada tahun 2013 mencapai
7,3%, sedangkan angka kejadian infeksi setelah seksio sesarea di NTB
mencapai 31 kasus di tahun 2021. Berdasarkan data ruang nifas RSUD
KOTA MATARAM tahun 2021 terdapat 9 kasus Infeksi Luka Operasi.
Oleh karena itu penulis tertarik mengambil kasus asuhan kebidanan
nifas pada Ny. T usia 24 tahun P1A0H1 Post SC hari ke-18 dengan Infeksi
Luka Operasi di Ruang Nifas RSUD KOTA MATARAM.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa program studi D3 Kebidanan STIKes YARSI
MATARAM mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny.T P1A0H1 dengan Infeksi
Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA MATARAM dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian terhadap Ibu Nifas Ny. T P1A0H1
dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA
MATARAM
b. Dapat menentukan interpretasi data dasar secara tepat pada Ibu
Nifas Ny. T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio
Sesarea di RSUD KOTA MATARAM

3
c. Dapat menentukan antisipasi masalah yang mungkin terjadi pada
Ibu Nifas Ny. T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio
Sesarea di RSUD KOTA MATARAM
d. Dapat melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada Ibu Nifas
Ny.T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di
RSUD KOTA MATARAM
e. Dapat melakukan perencanaan pada Ibu Nifas Ny. T P1A0H1
dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA
MATARAM
f. Dapat melakukan pelaksanaan tindakan pada Ibu Nifas Ny. T
P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD
KOTA MATARAM
g. Dapat melakukan evaluasi tindakan yang diberikan pada Ibu
Nifas Ny.T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio
Sesarea di RSUD KOTA MATARAM
C. Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai saran tertulis untuk 
instansi dan sebagai bahan evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan asuhan kebidanan di lahan  praktek
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pelaksanaan  pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif bagi
pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ujian
praktek yang telah dilakukan sehingga mahasiswa dapat dengan mudah
menilai kekurangannya dan dijadikan sarana untuk menambah
keterampilan praktik

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Walyani & Purwoastuti,2015).
Masa nifas (puerperium) adalah maasa pamulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru,
2012).
2. Kunjungan masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Tabel kunjungan masa nifas

5
Kunjungan Waktu Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
6-8 jam melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
I post
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
partum
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
6 hari
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
II post
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
partum
cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2
minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III
post diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
minggu nifas.
IV
post
partum Memberikan konseling KB secara dini.
3. Tanda bahaya masa nifas
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.Terdapat
beberapa masalah mengenai defenisi ini :
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak
yang sebenarnya,kadang-kadang hanya setengah dari
biasanya.Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urine,darah juga tersebar di spon,kain dan handuk di dalam
ember dan dilantai Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibat sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. seorang ibu dengan

6
kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang dapat berakibat fatal pada anemia.Seorang
ibu yang sehat dan tidak anemic pun dapat mengalami akibat yang
fatal dari kehilangna darah. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat
untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak
dikenali sampai terjadi syok.
b. Infeksi masa nifas
Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperatur atau suhu
pembengkakan takikardi dan malaise. Sedangkan gejala lokal dapat
berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara
atau adanya disuri, infeksi alat genitalia. Ibu beresiko terkena
infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genitalia termasuk episiotomi
pada perineum ,dinding vagina dan serviks, infeksi post SC yang
terjadi.
c. Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala
yang hebat dan penglihatan kabur.
Penangananya :
1. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan
2. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi
denga balon atau masker, lakukan intubasi dan beri
oksigen 4-6 liter/menit
3. Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas,
baringkan pada posisi kiri, ukur suhu, periksa apakah
ada kaku tengkuk.
d. Pembengkakan wajah atau ekstremitas
1. Periksa adanya varises
2. Periksa adanya kemerahan pada betis
3. Periksa apakah tulang kering dan pergelangan kaki odema
e. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

7
Pada masa nifas ini sensitivitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma
persalina serta analgesia atau spinal sensasi peregangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan episiotomi yang lebar. Setelah melahirkan terutama
saat infuse oksitosin. Overdistensi yang disertai keteterisasi untuk
mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran
kemih.
f. Payudara yang berubah menjadi merah,panas dan terasa sakit
Payudara bengakak yang tidak disusu secara adekuat dapat
menyebabkan peyudara menjadi merah, panas, terasa sakit,
akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan mengakibatkan
masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
Gejala :
1. Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local
2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local
3. Panas dalam dan rasa sakit umum
Penatalaksanaan :
1. Menyusui diteruskan
2. Berikan kompres panas
3. Ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu
4. Pakailah baju BH yang longgar
5. Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi
6. Banyak minum sekitar 2 liter/hari
g. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Sesudah anak lahir ibu mungkin akan merasa lelah karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu,
kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan,
berikanlah makanan yang sifatnya ringan.
h. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan
dirinya sendiri.

8
Pada minggu-minggu awal persalinan sampai kurang lebih 1
tahun ibu postpartum cenderung mengalami perasaan-perasaan
yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu
mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan
melahirkan
2. Rasa nyeri pada awal masa nifas
3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah
melahirkan kebanyakan di rumah sakit.
4. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala


atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan
mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap
pasien (Ai Yeyeh Rukiah, 2013).
B. Section Cesarea
1. Pengertian sectio cesarean
Sectio sesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui
insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea
merupakan metode yang paling umum untuk melahirkan bayi,
tetapi masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu
dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut
(Hartono 2014).
Seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari
1000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012).
Seksio Sesarea adalah : Suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan

9
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009).

2. Indikasi dilakukan SC
a. Pada ibu
1. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses
persalinan normal (distosia)
2. Detak Jantung janin melambat (fetal distress)
3. Komplikasi pre-eklamsi
4. Ibu menderita herpes
5. Putusnya tali pusat
6. Risiko luka parah pada rahim
7. Bayi dalam posisi sungsang, letak lintang
8. Bayi besar
9. Masalah plasenta seperti plasenta previa
10. Pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum,
distosia, seksio sesarea berulang
11. Presentasi bokong hipertensi akibat kehamilan (pregnancy-
incuded hypertention)
12. Kelainan plasenta dan malpresentasi misalnya presentasi
bahu
b. Pada bayi
1. Gawat janin
2. Prolapsus funikuli (tali pusat penumpang)
3. Primigravida tua
4. Kehamilan dnegan kelainan conginetal
5. Kehamilan kembar
6. Anomali janin misalnya hidrosefalus.
7. Janin multiple
8. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (CFD).
9. Fetal distress (detak jantung janin melambat) dan syarat
pervaginam

10
3. Perawatan post operasi SC
Adapun perawatan Post Seksio Sesaria (SC) yang harus dilakukan
oleh bidan yaitu diantaranya:
a. Perawatan Luka SC
1. Kaji kondisi luka
2. Bersihkan luka menggunakan NACL dan ditutupi kassa steril
dan pasang plester
3. Perawatan luka dilakukan oleh petugas kesehatan setelah 3
hari post operasi sesarea
4. Kondisi luka dijaga agar tetap kering setiap hari
b. Perawatan payudara
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari,2015). Perawatan payudara tidak
hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah sumbatan
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI (Roito H
and Mardiah, 2008).
c. Pemeriksaaan tanda-tanda vital diobservasi selama 15 menit sekali
di 1 jam pertama jam paska operasi dan setiap 30 menit sekali di 1
jam kedua pasca operasi.
d. Latihan Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu usaha mempertahankan keseimbangan
pasca pembedahan dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Setelah 3-4 jam pasca operasi ibu harus belajar miring kiri dan
miring kanan, dan setelah 12 jam pasca operasi ibu sudah harus
bisa berdiri dan berjalan.

11
Penatalaksanaan umum Perawatan pasca bedah menurut
Mochtar (2010).
1. Perawatan luka insisi
Luka insisi di bersihkan dengan natrium clorida lalu
ditutup dengan luka kasa dan di ganti secara periodik.
2. Pemberian cairan
Setelah 24 jam pertama klien pada pasca operasi,
maka pemberian cairan per infus harus banyak
mengandung elektrolit yang diperlukan agar jaringan
tidak terjadi hipertermi, dehidrasi dan komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang diberikan biasanya
ringer laktat. Apabila kadar Hb rendah berikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
3. Diet
Disarankan ibu post SC mengonsumsi makanan yang
tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) untuk
mempercepat regenerasi sel-sel tubuh yang rusak dan
mempercepat proses penyembuhan luka operasi.
4. Nyeri
Dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan
didaerah operasi dan untuk mengurangi dapat di berikan
obat-obatan anti sakit dan penenang. Setelah hari pertama
atau kedua rasa nyeri hilang sendiri.
5. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada
kelenjar mamae :
a) Peliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli
dan jaringan lemak bertambah. Keluar jaringan
susu dari duktus laktiferus yang disebabkan kolostrum
berwarna kuning putih susu.
b) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam

12
c) Setelah persalinan, pengaruh supresi ekstrogen dan
progesteron hilang, maka akan timbul pengaruh
hormon laktogenik atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Disamping itu oksitosin akan
meningkata pada hari 2-3 post persalinan.
6. Nasehat pada ibu post operasi sectio caesaria
a) Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih
1-2 tahun dengan menggunakan kontrasepsi
b) Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal
yang baik
c) Dianjurkan bersalin dirumah sakit.
d) Persalinan selanjutnya tergantung dari indikasi sectio
caesaria dan keadaan pada kehamilan berikutnya.
4. Penyebab Infeksi Luka Operasi
a. Umur
Ibu nifas post sectio sesar dengan umur tua merupakan
salah satu penyebab terhambatnya penyembuhan luka. Makin
bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka disebabkan karena berkurangnya kelenturan
jaringan tubuh.
b. Asupan Gizi
Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang
tepat, karena proses penyembuhan luka tergantung pada
tersedianya protein, vitamin ( terutama vitamin A dan C ),
mengkonsumsi minimal 6 butir telur rebus sehari, serta mineral
yang berperan dalam pembentukan jaringan baru pada proses
penyembuhan luka ( potter,2005).
c. Imun yang rendah
Pasien yang dengan faktor imun yang rendah akan lebih rentan
terhadap masuknya bakteri atau virus.

13
d. Personal Hygiene
Kebersihan diri juga menjadi faktor terjadinya infeksi. Luka
operasi harus dalam keadaan kering dan bersih. Balutan luka
operasi harus diganti setiap hari untuk menghindari masuknya
bakteri penyebab infeksi ke dalan luka operasi.
5. Tanda dan Gejala Infeksi Luka Operasi Seksio Sesar
a. Jahitan terlihat meradang, merah
b. Terasa gatal
c. Keluar cairan kekuningan atau darah dari sela-sela jahitan
d. Terasa panas dijahitan
e. Nyeri jika di tekan (Maryuani, 2014).
6. Penanganan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesar
Penanganan dilakukan untuk meningkatkan proses penyembuhan
luka, mencegah masuknya bakteri. Penanganannya yaitu :
1) Menurut Tamher, S dan Heryati (2015) penatalaksanaan
yang dapat dilakukan untuk menangani infeksi pada luka post
SC adalah:
a) Melakukan kultur specimen pada pus, urin, sputum, darah,
feses yang dapat menegakkan diagnosa dari infeksi.
b) Pemberian antibiotik dilakukan untuk mengatasi terjadinya
infeksi yang lebih luas. Pemberian antibiotik dilakukan
berdasarkan hasil kultur dan organisme. Jenis antibiotik
yang dapat diberikan pada pasien infeksi luka insisi post
sectio caesarea yaitu aminoglikosida, sefalosporin dan
metronidazole.
c) Melakukan drainase secara bedah atau radiologist yaitu
dengan mengeluarkan cairan dari luka dengan selang
adalah modalitas terapi paling penting untuk suatu abses
atau kumpulan cairan yang terinfeksi.

14
2) Penanganan dengan perawatan luka biasa
a) Kaji kondisi luka
b) Bersihkan luka menggunakan NACL dan ditutupi kassa
steril dan pasang plester
c) Perawatan luka dilakukan oleh petugas kesehatan
setelah 1 hari post operasi sesarea
d) Kondisi luka dijaga agar tetap kering setiap harinya
(Suryani, 2015).
C. Sistem Pendokumentasian SOAP
Pada asuhan kebidanan ini penulis menggunakan
pendokumentasian langkah-langkah yang menggunakan SOAP. Metode
ini merupakan inti sari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan 7
langkah Varney (PUSDIKNAS : 2013).

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan menggunakan metode SOAP yaitu

a. Data Subjektif
Data Subyektif (S) merupakan pendokumentasian asuhan
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama pengkajian data
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang  pasien.  Ekspresi
pasien mengenai mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. Data Objektif
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian asuhan kebidanan
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang  jujur dari
pemeriksaan fisik pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium atau
atau diagnostik lain. Gatatan medis dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.

15
c. Assesment
Analysis atau assessment ( A ) merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data dari data subjektif dan
objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan karena
keadan pasien yang setiap saat mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif
maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analysis
atau assessment (A) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-02 ke-03 ke-04 d
sehingga mencakup hal-hal berikut ini :
Diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk 
antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan
segera harus segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan
meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
d. Planning
Planning atau perencanaan ( P ) adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun  berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini  bertujuan untuk
mengusahakan mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini
harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas
tertentu. Tindakan yang akan yang akan dilaksanakan harus mampu
membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil
kolaborasi tenaga kesehatan lain antara lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan saja,
namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP meliputi
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-05 ke-06 dan
ke-07. Dalam planning ini juga harus mencantumk harus
mencantumkan evaluasi atau evaluation yaitu tafsiran dari efek

16
tindakan yang telah diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau
hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah
dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan
(Pusdiknas, 2013).

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan


tertulis. Adapun SOAP digunakan untuk pendokumentasian karena :
1) Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan
informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan
kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan.
2) Metode ini merupakan penyaringan dari intisari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan.
3) SOAP merupakan urutan yang membantu dalam mengorganisir
pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh. (Pusdiknas,
2013).

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.T P1AOH1 NIFAS H-18 DENGAN


INFEKSI LUKA OPERASI SEKSIO SESAREA DI RUANG NIFAS RSUD
KOTA MATARAM

Tanggal Pengkajian : 28-12-2021

Jam :08.30 WITA

No rekam medis :-

1. DATA SUBYEKTIF

a. .Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny “T” Nama Suami : Tn “M”

Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun

Suku : Sasak Suku : Sasak

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI

Alamat : Sumbawa Alamat : Sumbawa

b. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar nanah dari luka operasi SC nya
c. Riwayat keluhan utama
Ibu mengatakan sudah melakukan operasi Caesar pada tanggal 08-12-
2021 di Sumbawa, bekas operasinya terasa gatal, panas dan
mengeluarkan nanah

18
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang pernah menderita
penyakit menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS), penyakit menurun
(hipertensi, diabetes milsitus), penyakit menahun (jantung, ginjal) serta
tidak ada keturunan kembar
e. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Disminorhe : Tidak ada
Siklus : 28 hari Flour albus : Ada
Lama : 7 hari
f. Status Perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Umur pertama kali menikah
Suami : 24 tahun
Istri : 23 tahun
Lama : 1 tahun
g. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, anak yang lalu

Usia Riwayat
Hamil Tempat Penolong Jenis BBL
Kehamila penyulit KET
Ke Persalinan Persalinan Persalinan
n H P N BB JK Umur

I 9 bulan RS Sp.OG SC - - - 3300 Pr 20 hidup


hari

19
h. Riwayat kehamilan
HPHT : 18-03-2020
HPL : 10-12-2021
Usia kehamilan : 9 bulan
ANC : 7 kali di Sp.OG
Tanda bahaya/penyulit : Tidak ada
Obat/jamu yang dikonsumsi : obat tablet Fe yang diberikan oleh bidan
Imunisasi TT : Tidak pernah
Perawatan payudara : Tidak pernah
Senam hamil : Tidak pernah
Kekhawatiran khusus : Tidak ada
i. Riwayat persalinan
Jenis Persalinan : SC
Penolong : Sp.OG
Tanggal lahir : Rabu, 8 Desember 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
BBL : 3.300 gram
PBL : 50 cm
Keadaan anak : Baik
Ketuban Pecah : Tanggal 8 Desember 2021
Kala I : -
Kala II : -
Kala III : -
Plasenta lahir : Lengkap
Berat plasenta : ± 500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Kala IV : Normal, lamanya 2 jam
Penyulit/komplikasi : Tidak ada
j. Keadaan Psikologi
Ibu mengatakan merasa bahagia dengan kelahiran anak pertamanya.

20
k. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi (sebelum nifas dan selama nifas)
`Makanan Sebelum nifas Selama nifas
Komposisi Nasi, sayur, ikan Nasi, sayur, ikan
Freksuensi 3 kali sehari Baru 1 kali
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Masalah Tidak ada Tidak ada
Minum Sebelum nifas Selama nifas
Jenis Air putih, susu Air putih
Frekuensi 7 kali sehari 5 kali
Masalah Tidak ada Tidak ada

2. Pola eliminasi (sebelum dan selama nifas)


BAK Sebelum nifas Selama nifas
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Frekuensi 4-5 kali sehari 2 kali
Masalah Tidak ada Tidak ada
BAB Sebelum Nifas Selama Nifas
Konsistensi/warna Kuning kecoklatan Kuning
kecoklatan
Frekuensi 1 kali sehari 2 kali sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada

3. Pola istirahat (sebelum dan selama nifas)


Istirahat Sebelum nifas Selama nifas
Siang 2 jam Belum istirahat
Malam 7-8 jam Baru 1 jam
Masalah Tidak ada Tidak ada

21
4. Personal Hygiene
Personal hygiene Sebelum nifas Selama nifas
Mandi 3 kali sehari Belum
Gosok gigi 2 kali sehari Belum
Ganti pakaian 2 kali sehari 1 kali
Ganti pakaian dalam 2 kali sehari 1 kali

l. Riwayat sosial ekonomi


Ibu mengatakan sosial ekonominya sangat cukup untuk kebutuhan
sehari-hari
m. Riwayat sosial budaya
Ibu mengatakan tidak ada kepercayaan social budaya yang dianut dalam
masa nifas dan tidak ada makanan pantangan selama masa nifas.
2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 108/85 mmHg
Nadi :83 kali/menit
Suhu : 36°C (aksila)
Pernapasan : 20 kali/menit
4. Kepala
Inspeksi : Warna rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak
ada bekas luka, tidak ada ketombe.distribusi
merata
Palpasi : Tidak ada nyeri benjolan dan nyeri tekan

5. Wajah
Inspeksi : simetris, tidak pucat dan tidak odema, tidak ada
kloasma.
Palpasi : Tidak ada nyeri luka, tidak ada odema.

22
6. Mata
Inspeksi : simetris, kemampuan berkedip normal, gerakan
bola mata normal, refleks pupil (+), konjungtiva
tidak pucat,sklera putih.
7. Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, fungsi pendengaran normal.
8. Hidung
Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
9. Mulut dan gigi
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, warna merah muda,
keadaan bibir lembab, tidak pecah-pecah, tidak ada
karies pada gigi, gusi tidak pucat, tidak ada lubang
pada gigi.
10. Leher
Inspeksi : Tidak ada bekas luka
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
terdapat pembengkakan kelenjar tiroid, tidak adanya
bendungan vena jugularis.
11. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris, areola hipervigmentasi, puting menojol,
tidak ada lesi dan bekas luka operasi.
Palpasi : Tidak ada rasa nyeri tekan, tidak terdapat benjolan,
pengeluaran colostrum.
12. Abdomen
Inspeksi : ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra, ada striae
nigra, luka terbuka di atas simpisis, pengeluaran pus 1 cc
Palpasi : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.
Genetalia : pengeluaran lochea 1 cc, tidak ada luka perineum.

13. Pemeriksaan penunjang: -

3. ASSESMENT (ANALISA)
Diagnosa : Ny. “T” usia 24 tahun P1A0H1 Post SC hari ke-18 dengan Infeksi
Luka Operasi

23
4. PLANNING
Tanggal : 28 Desember 2021
Jam : 08.45 WITA
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Beritahu ibu tentang perawatan luka
3. Beritahu ibu tentang asupan gizi
4. Beritahu ibu pemberian terapi berkolaborasi dengan dokter SPOG
5. Beritahu ibu untuk mobilisasi aktif
6. Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
7. Beritahu ibu tentang personal hygiene
Penatalaksanaan
Tanggal : 28 Desember 2021
Jam : 08.45 WITA
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami infeksi luka operasi seksio sesarea dan hasil pemeriksaannya:
- Usia kehamilan : 38 minggu
- Keadaan umum : lemah
- Tekanan darah : 100/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Suhu : 37,8˚C
- Respirasi : 22kali/menit
- Berat badan : 52 kg
- Tinggi badan : 155 cm
- Lila : 26 cm
- Pemeriksaan fisik :
- Wajah : Pucat
- Abdomen : Terbalut dengan supratul dan hypapix, saat balutan
luka dibuka, tampak jaringan kulit bekas operasi memerah, basah,
ada sedikit nanah
Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan

24
2. Memberitahu ibu perawatan luka operasi akan dilakukan yaitu : Bersihkan
luka dengan larutan Nacl 0,9% , bersihkan dengan betadine dan balut
dengan plester anti air
Evaluasi : ibu telah mendapat perawatan luka
3. Memberitahu ibu tentang asupan gizi, tidak ada pantangan makanan,
mengkonsumsi ikan, daging, telur kecuali ada alergi makanan.
Evaluasi : ibu paham tentang kebutuhan gizi
4. Memberitahu ibu tentang terapi yang akan diberikan yaitu :
Metronidazole 500 mg / IV/8 jam , Cefoperazone 1 gr / IV/ 12 jam,
Infus RL 20tts/i.
Evaluasi : Ibu sudah mendapat terapi
5. Memberitahu ibu untuk mobilisasi aktif.
Evaluasi : Ibu paham tentang mobilisasi aktif.
6. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitasnya yang berat seperti
mengangkat kain menyuci dan memberitahu ibu agar menjaga pola
istrahatnya untuk mempercepat proses penyembuhan luka
Evaluasi : Ibu paham tentang pola istrahat dan anjuran lainya
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan /personal hygiene yaitu
dengan meminta ibu untuk mandi dikamar mandi, ganti pakaian,ganti
pembalut minimal 3 jam sekali dan mengajarkan ibu untuk melakukan
vulva hygiene yaitu dengan cara membersihkan daerah kemaluan
dengan air dingin dan membersihkan dari arah depan kebelakang (dari
vulva ke anus) untuk meminimalkan resiko infeksi.
Evaluasi : Ibu paham tentang personal hygiene

25
BAB IV
PEMBAHASAN

A. DATA SUBJEKTIF
Pada data subyektif pada Ny. “T” di dapatkan hasil yaitu Ibu
mengatakan sudah melakukan operasi Caesar pada tanggal 08-12-2021 di
Sumbawa, bekas operasinya terasa gatal, panas dan mengeluarkan nanah, Ibu
mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit
menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS), penyakit menurun (hipertensi, diabetes
milsitus), penyakit menahun (jantung, ginjal) serta tidak ada keturunan
kembar. Riwayat persalinan pada ibu sectio sesar sebelumnya merupakan
salah satu faktor penyebab infeksi. Sectio sesar dapat memicu infeksi pada
luka selanjutnya karena luka Sectio sesar sebelumnya terbuka lagi. Luka yang
baru tidak mendapat perawatan yang tepat maka akan mudah terjadi infeksi.
Berdasarkan data subyektif tersebut tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan tinjauan kasus.

B. DATA OBJEKTIF
Pada pengkajian data obyektif pada Ny. “T”di dapatkan hasil keadaan
umum baik, TD : 108/85 mmHg, Nadi:83 ×/menit, Respirasi : 20×/menit,
SpO2 99 %, Suhu : 36 °C, di abdomen ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra, nyeri jika di tekan, ada striae nigra, luka terbuka di atas simpisis,
pengeluaran pus 1 cc, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
pengeluaran lochea 1 cc, tidak ada luka perineum.

C. ASSESMENT
DS : Ny. T adalah sudah melakukan operasi Caesar pada tanggal 08-12-
2021 di Sumbawa, bekas operasinya terasa gatal, panas dan mengeluarkan
nanah.
DO : K/U baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal, TD : 108/65 mmHg, Nadi : 83x/menit, RR : 20x/menit, suhu :
36°C.

26
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra, ada
striae nigra, luka terbuka di atas simpisis, pengeluaran pus 1 cc
Palpasi : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Berdasarkan data diatas maka ditegakkan bahwa diagnosanya adalah
“Ny. T usia 24 tahun P1A0H1 nifas hari ke-18 dengan infeksi luka operasi”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus.

D. PLANNING/IMPLEMENTASI
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Beritahu ibu tentang perawatan luka
3. Beritahu ibu tentang asupan gizi
4. Beritahu ibu pemberian terapi berkolaborasi dengan dokter SPOG
5. Beritahu ibu untuk mobilisasi aktif
6. Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
7. Beritahu ibu tentang personal hygiene

IMPLEMENTASI
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami infeksi luka operasi seksio sesarea dan hasil pemeriksaannya:
- Usia kehamilan : 38 minggu
- Keadaan umum : lemah
- Tekanan darah : 100/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Suhu : 37,8˚C
- Respirasi : 22kali/menit
- Berat badan : 52 kg
- Tinggi badan : 155 cm
- Lila : 26 cm

27
- Pemeriksaan fisik :
- Wajah : Pucat
- Abdomen : Terbalut dengan supratul dan hypapix, saat balutan
luka dibuka, tampak jaringan kulit bekas operasi memerah, basah,
ada sedikit nanah
Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu perawatan luka operasi akan dilakukan yaitu : Bersihkan
luka dengan larutan Nacl 0,9% , bersihkan dengan betadine dan balut
dengan plester anti air
Evaluasi : ibu telah mendapat perawatan luka
3. Memberitahu ibu tentang kebutuhan nutrisi
Evaluasi : ibu telah mendapat perawatan luka
4. Memberitahu ibu tentang terapi yang akan diberikan yaitu :
Metronidazole/drip 1 fls + paracetamol 1 fls, ketorolac 2 amp+RL 20tts/i
Evaluasi : Ibu sudah mendapat terapi
5. Memberitahu ibu untuk mobilisasi aktif.
Evaluasi : Ibu paham tentang mobilisasi aktif.
6. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitasnya yang berat seperti
mengangkat kain menyuci dan memberitahu ibu agar menjaga pola
istrahatnya untuk mempercepat proses penyembuhan luka
Evaluasi : Ibu paham tentang pola istrahat dan anjuran lainya
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan /personal hygiene yaitu
dengan meminta ibu untuk mandi dikamar mandi, ganti pakaian, ganti
pembalut minimal 3 jam sekali dan mengajarkan ibu untuk melakukan
vulva hygiene yaitu dengan cara membersihkan daerah kemaluan
dengan air dingin dan membersihkan dari arah depan kebelakang (dari
vulva ke anus) untuk meminimalkan resiko infeksi.
Evaluasi : Ibu paham tentang personal hygiene

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap Ibu Nifas Ny. T
P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA
MATARAM
2. Mahasiswa mampu menentukan interpretasi data dasar secara tepat pada
Ibu Nifas Ny. T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di
RSUD KOTA MATARAM
3. Mahasiswa mampu menentukan antisipasi masalah yang mungkin terjadi
pada Ibu Nifas Ny. T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio
Sesarea di RSUD KOTA MATARAM
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada Ibu
Nifas Ny.T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di
RSUD KOTA MATARAM
5. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada Ibu Nifas Ny. T
P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA
MATARAM
6. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan tindakan pada Ibu Nifas Ny. T
P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di RSUD KOTA
MATARAM
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang diberikan pada Ibu
Nifas Ny.T P1A0H1 dengan Infeksi Luka Operasi Seksio Sesarea di
RSUD KOTA MATARAM
B. Saran
1. Bagi mahasiswa kebidanan
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada nifas normal , fatologi dan lebih aktif
berperan mencari dan menggali ilmu baik di pendidikan maupun dilahan
praktik.

29
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan
yang berkualitas.
3. Bagi lahan praktik
Untuk lahan, kami berharap kepada tenaga kesehatan pada umumnya di
RSUD KOTA MATARAM khususnya untuk terus meningkatkan
pelayanan pada masyarakat secara umum dan kesehatan ibu dan anak pada
khususnya
4. Bagi ibu nifas
Agar ibu nifas lebih mengetahui tentang asuhan pada masa nifas dan
dapat dijadikan sebagai acuan untuk ibu nifas yang akan mendeteksi dini
faktor resiko yang dapat terjadi, sehinggan ibu nifas terhindar dari
penyulit/ tanda bahaya masa nifas

30
DAFTAR PUSTAKA

Amru, Sofian. 2012. Sinopsis Obstetr. Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Wiiliams Edisi 21, Vol.1. Jakarta: EGC

Dinkes Provensi NTB. 2015. Profil Kesehatan Provensi NTB. Dinkes

Lusa. 2011.Kebutuhan Dasar Ibu nifas. Jakarta; Salemba medika

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: CV Trans
Info Medika

Sukarni dan Margareth.2013.Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas. Jakarta: EGC

Pitriani,Risa dan Rika Andriany. 2014. Panduan lengap asuhan kebidanan ibu
nifas normal (askeb III). Jogjakarta : deepublish.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 25 Tahun 2014 Tentang


Upaya Kesehatan Anak.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 97 Tahun 2014 Tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.

24 Standar Pelayanan Kebidanan.

Permenkes No 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

31
Saleha,Sitti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta : salemba medika.

Varney. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Varney, H. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan Edisi 2. Jakarta: EGC

Sukarni, Icesmi. K, dan Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika

Saifudidin, Abdul Bari. 2010. Buku PanduanPelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

SDKI. 2015. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : SDKI

Sulistyawati.2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas.


Andi:Yogyakarta

Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Wahyuning, Heni Puji. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

32

Anda mungkin juga menyukai