Anda di halaman 1dari 38

Agar Kita

Turut Merasakan
Indahnya Ramadhan
Abdullah Zaen, Lc., M.A.
Agar Kita
Turut Merasakan
Indahnya Ramadhan

Penyusun
Abdullah Zaen, Lc., M.A.

Editing

Yayasan Pendidikan Islam al-Atsari


Jl. Pogung Rejo No.412, Pogung Kidul,
Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55284
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Mukadimah

‫الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي‬


‫ �أما بعد‬،‫بعده‬
Tamu agung itu sebentar lagi akan tiba, sudah siapkah
kita untuk menyambutnya? Bisa jadi inilah Ramadhan ter-
akhir kita sebelum menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
Betapa banyak orang-orang yang pada tahun kemarin ma-
sih berpuasa bersama kita, melakukan shalat tarawih dan
idul fitri di samping kita, namun ternyata sudah mendahu-
lui kita dan sekarang mereka telah berbaring di ‘peristira-
hatan umum’ ditemani hewan-hewan tanah. Kapankah da-
tang giliran kita?
Dalam dua buah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menggambarkan kondisi dua golongan yang saling
bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan me-
lewati bulan Ramadhan:

i
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Golongan pertama digambarkan oleh Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

‫من صام رمضان �إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم‬


‫من ذنبه‬
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh
keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosa-
nya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Golongan kedua digambarkan oleh beliau shallallahu


‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

‫رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش‬


“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik la-
par dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah), al-Hakim dan dia
menshahihkannya. Al-Albani berkata: “Hasan Shahih.”

Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergan-


tung dengan usaha kita dan taufik dari Allah ta’ala.
Bulan Ramadhan merupakan momentum agung dari
ladang-ladang yang sarat dengan keistimewaan, satu masa

ii
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

yang menjadi media kompetisi bagi para pelaku kebaikan


dan orang-orang mulia.
Oleh sebab itu, para ulama telah menggariskan bebera-
pa kiat dalam menyongsong musim-musim limpahan keba-
ikan semacam ini, supaya kita turut merasakan nikmatnya
bulan suci ini. Di antara kiat-kiat tersebut (Agar Ramadhan
Kita Bermakna Indah, nasihat yang disampaikan oleh Syaikh
kami Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili pada malam Jum’at 27
Sya’ban 1423 H di Masjid Dzun Nurain Madinah. Plus penje-
lasan-penjelasan lain dari penyusun)

***

iii
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Daftar Isi

Mukadimah i

Kiat Pertama: 
Bertawakal kepada Allah Ta’ala 1

Kiat Kedua: 
Bertaubat Sebelum Ramadhan Tiba 6

Kiat Ketiga: 
Membentengi Puasa Kita Dari Faktor-Faktor yang Mengurangi
Keutuhan Pahalanya 9

Kiat Keempat: 
Memprioritaskan Amalan yang Wajib 13

Kiat Kelima: 
Berusaha untuk Mendapatkan Lailatul Qadar 16

Kiat Keenam: 
Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah Untuk Melatih Diri Beramal
Saleh, yang Terus Dibudayakan Setelah Berlalunya Bulan Suci Ini 22

Kembali Mengenal YPIA 25

iv
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Pertama:

Bertawakal kepada
Allah Ta’ala

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,


“Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah,
seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan
dan taufik dari Allah ta’ala. Cara meraih itu semua adalah
dengan bertawakal kepada-Nya.”
Oleh karena itu, salah satu teladan dari ulama salaf -se-
bagaimana yang dikisahkan Mu’alla bin al-Fadhl- bahwa me-
reka berdoa kepada Allah dan memohon pada-Nya sejak
enam bulan sebelum Ramadhan tiba agar dapat menjum-
pai bulan mulia ini dan memudahkan mereka untuk beriba-
dah di dalamnya. Sikap ini merupakan salah satu perwuju-
dan tawakal kepada Allah.

1
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa seseorang yang


ingin melakukan suatu amalan, dia berkepentingan dengan
beberapa hal yang bersangkutan dengan sebelum beramal,
ketika beramal dan setelah beramal:
a. Adapun perkara yang dibutuhkan sebelum beramal ada-
lah menunjukkan sikap tawakal kepada Allah dan se-
mata-mata berharap kepada-Nya agar menolong dan
meluruskan amalannya. Ibnul Qayyim memaparkan bah-
wa para ulama telah bersepakat bahwa salah satu indi-
kasi taufik Allah kepada hamba-Nya adalah perto-
longan-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya, salah satu
ciri kenistaan seorang hamba adalah kebergantungan-
nya kepada kemampuan diri sendiri.
Menghadirkan rasa tawakal kepada Allah adalah me-
rupakan suatu hal yang paling penting untuk menyong-
song musim-musim ibadah semacam ini; untuk menum-
buhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mam-
pu menunaikan ibadah dengan sempurna, melainkan
semata dengan taufik dari Allah. Selanjutnya kita juga
harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan
bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita da-
lam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amal-
an yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik
Allah dalam menjalani bulan Ramadhan.

2
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kita amat perlu untuk senantiasa memohon perto-


longan Allah ketika akan beramal karena kita adalah
manusia yang disifati oleh Allah ta’ala sebagai makh-
luk yang lemah:

‫َو ُخ ِل َق ا ْل إِ�ن َْسا ُن َض ِعيفًا‬


“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa:
28)

Jika kita bertawakal kepada Allah dan memohon ke-


pada-Nya, niscaya Dia akan memberi taufik-Nya pada
kita.
b. Di saat mengerjakan amalan ibadah, poin yang perlu di-
perhatikan seorang hamba adalah: ikhlas dan mengikuti
petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua
hal inilah yang merupakan dua syarat diterimanya sua-
tu amalan di sisi Allah. Banyak ayat dan hadits yang me-
negaskan hal ini. Di antaranya: Firman Allah ta’ala,

َ ‫َو َما �أ ِم ُروا �إِ َّلا لِ َي ْع ُب ُدوا اللَّ َه ُمخْ ِل ِص َين َل ُه الد‬
‫ِّين‬
“Padahal mereka tidaklah diperintahkan melainkan su-
paya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

3
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫من عمل عملا ليس عليه �أمرنا فهو رد‬


“Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang
tidak ada perintahnya dari kami maka amalan itu
akan tertolak.” (HR. Muslim)

c. Usai beramal, seorang hamba membutuhkan untuk


memperbanyak istigfar atas kurang sempurnanya ia da-
lam beramal, dan juga butuh untuk memperbanyak ham-
dalah (pujian) kepada Allah Yang telah memberinya tau-
fik sehingga bisa beramal. Apabila seorang hamba bisa
mengombinasikan antara hamdalah dan istigfar, maka
dengan izin Allah ta’ala, amalan tersebut akan diterima
oleh-Nya.
Hal ini perlu diperhatikan betul-betul, karena setan
senantiasa mengintai manusia sampai detik akhir se-
telah selesai amal sekalipun! Makhluk ini mulai meng-
hias-hiasi amalannya sambil membisikkan, “Hai fulan,
kau telah berbuat begini dan begitu… Kau telah berpu-
asa Ramadhan… Kau telah shalat malam di bulan suci…
Kau telah menunaikan amalan ini dan itu dengan sem-
purna…” Dan terus menghias-hiasinya terhadap selu-
ruh amalan yang telah dilakukan sehingga tumbuhlah
rasa ‘ujub (sombong dan takjub kepada diri sendiri) yang

4
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

menghantarkannya ke dalam lembah kehinaan. Juga


akan berakibat terkikisnya rasa rendah diri dan rasa tun-
duk kepada Allah ta’ala.
Seharusnya kita tidak terjebak dalam perangkap ‘ujub;
pasalnya, orang yang merasa silau dengan dirinya sen-
diri (bisa begini dan begitu) serta silau dengan amalan-
nya berarti dia telah menunjukkan kenistaan, kehinaan
dan kekurangan diri serta amalannya.
Hati-hati dengan tipu daya setan yang telah bersum-
pah:

‫ ثُ َّم‬.‫َف ِب َما �أ ْغ َو ْي َت ِني َل�أ ْق ُع َد َّن َل ُه ْم ِص َرا َط َك ا ْل ُم ْس َت ِقي َم‬


‫َل�آتِ َينَّ ُه ْم ِم ْن َب ْينِ �أ ْي ِدي ِه ْم َو ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم َو َع ْن �أ ْي َمانِ ِه ْم‬
‫َو َع ْن شَ َمائِ ِل ِه ْم‬
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (para
manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari bela-
kang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” (QS.
Al-A’raf: 16-17)

***
5
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Kedua:

Bertaubat Sebelum
Ramadhan Tiba

Banyak sekali dalil yang memerintahkan seorang hamba


untuk bertaubat, di antaranya: firman Allah ta’ala:

‫َيا �أيُّ َها الَّ ِذ َين �آ َم ُنوا تُو ُبوا �إِ َلى اللَّ ِه َت ْو َب ًة َن ُصوحاً َع َسى‬
ٍ َّ‫َربُّ ُك ْم �أ ْن ُي َك ِّف َر َع ْن ُك ْم َس ِّي َئاتِ ُك ْم َو ُي ْد ِخ َل ُك ْم َجن‬
‫ات‬
‫َت ْجرِي ِم ْن َت ْح ِت َها ا ْل�أن َْها ُر‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepa-
da Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mu-
dah-mudahan Rabb kamu akan menghapuskan kesa-
lahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam

6
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS.


At Tahrim: 8)

Kita diperintahkan untuk senantiasa bertaubat, kare-


na tidak ada seorang pun di antara kita yang terbebas dari
dosa-dosa. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

‫كل بنى �آدم خطاء وخير الخطائين التوابون‬


“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan
sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi dan dihasankan isnadnya oleh Syaikh Sal-
im Al Hilal)

Dosa hanya akan mengasingkan seorang hamba dari


taufik Allah, sehingga dia tidak kuasa untuk beramal saleh,
ini semua hanya merupakan sebagian kecil dari segudang
dampak buruk dosa dan maksiat (lihat Dampak-Dampak
dari Maksiat dalam kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ karya Ib-
nul Qayyim, dan Adz-Dzunub Wa Qubhu Aatsaariha ‘Ala Al-
Afrad Wa Asy-Syu’ub karya Muhammad bin Ahmad Sayyid
Ahmad hal: 42-48). Apabila ternyata hamba mau bertaubat
kepada Allah ta’ala, maka prahara itu akan sirna dan Allah
akan menganugerahi taufik kepadanya kembali.
Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya ha-
kikatnya adalah: bertaubat kepada Allah dari seluruh jenis

7
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

dosa. Imam Nawawi menjabarkan: Taubat yang sempurna


adalah taubat yang memenuhi empat syarat:
1. Meninggalkan maksiat.
2. Menyesali kemaksiatan yang telah ia perbuat.
3. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi maksiat itu se-
lama-lamanya.
4. Seandainya maksiat itu berkaitan dengan hak orang lain,
maka dia harus mengembalikan hak itu kepadanya, atau
memohon maaf darinya (Lihat: Riyaadhush Shaalihiin,
karya Imam an-Nawawi hal: 37-38)
Ada suatu kesalahan yang harus diwaspadai: sebagian
orang terkadang betul-betul ingin bertaubat dan bertekad
bulat untuk tidak berbuat maksiat, namun hanya di bulan
Ramadhan saja, setelah bulan suci ini berlalu dia kembali
berbuat maksiat. Sebagaimana taubatnya para artis yang
ramai-ramai berjilbab di bulan Ramadhan, namun setelah
itu kembali ‘pamer aurat’ sehabis idul fitri.
Ini merupakan suatu bentuk kejahilan. Seharusnya, te-
kad bulat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan ber-
lepas diri dari maksiat, harus tetap menyala baik di dalam
Ramadhan maupun di bulan-bulan sesudahnya.

***

8
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Ketiga:

Membentengi
Puasa Kita
Dari Faktor-Faktor yang Mengurangi
Keutuhan Pahalanya

Sisi lain yang harus mendapatkan porsi perhatian spesial,


bagaimana kita berusaha membentengi puasa kita dari
faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya. Se-
perti menggunjing dan berdusta. Dua penyakit ini berkat-
egori bahaya tinggi, dan sedikit sekali orang yang selamat
dari ancamannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

‫من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة‬


‫في �أن يدع طعامه وشرابه‬
9
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dus-


ta dan perbuatannya, maka niscaya Allah tidak akan
membutuhkan penahanan dirinya dari makanan dan mi-
numan (tidak membutuhkan puasanya).” (HR. Bukhari)

Jabir bin Abdullah menyampaikan petuahnya:

‫�إذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن‬


‫ وليكن عليك‬,‫الكذب والمحارم ودع �أذى الجار‬
‫ ولا تجعل يوم صومك‬,‫وقار وسكينة يوم صومك‬
‫ويوم فطرك سواء‬
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pende-
ngaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa
dari dusta dan hal-hal haram dan janganlah kamu me-
nyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di
hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu
dan hari tidak berpuasamu sama.” (Lathaa’if al-Ma’arif,
karya Ibnu Rajab al-Hambali, hal: 292)

Orang yang menahan lisannya dari ghibah dan matanya


dari memandang hal-hal yang haram ketika berpuasa Ra-
madhan tanpa mengiringinya dengan amalan-amalan sun-
nah, lebih baik daripada orang yang berpuasa plus meng-
10
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

hidupkan amalan-amalan sunnah, namun dia tidak berhen-


ti dari dua budaya buruk tadi! Inilah realita mayoritas ma-
syarakat; ketaatan yang bercampur dengan kemaksiatan.
Umar bin Abdul ‘Aziz pernah ditanya tentang arti tak-
wa, “Takwa adalah menjalankan kewajiban dan meninggal-
kan perbuatan haram”, jawab beliau. Para ulama menegas-
kan, “Inilah ketakwaan yang sejati. Adapun mencampur aduk-
kan antara ketaatan dan kemaksiatan, maka ini tidak masuk
dalam bingkai takwa, meski dibarengi dengan amalan-amal-
an sunnah.”
Oleh sebab itu para ulama merasa heran terhadap so-
sok yang menahan diri (berpuasa) dari hal-hal yang mubah,
tapi masih tetap gemar terhadap dosa. Ibnu Rajab al-Ham-
bali bertutur, “Kewajiban orang yang berpuasa adalah me-
nahan diri dari hal-hal mubah dan hal-hal yang terlarang.
Mengekang diri dari makanan, minuman dan jima’ (hubung-
an suami istri), ini sebenarnya hanya sekedar menahan diri
dari hal-hal mubah yang diperbolehkan. Sementara itu ada
hal-hal terlarang yang tidak boleh kita langgar baik di bulan
Ramadhan maupun di bulan lainnya. Di bulan suci ini tentu-
nya larangan tersebut menjadi lebih tegas. Maka sungguh sa-
ngat mengherankan kondisi orang yang berpuasa (menahan
diri) dari hal-hal yang pada dasarnya diperbolehkan seperti
makan dan minum, kemudian dia tidak berpuasa (menahan
diri) dan tidak berpaling dari perbuatan-perbuatan yang diha-

11
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

ramkan di sepanjang zaman seperti ghibah, mengadu dom-


ba, mencaci, mencela, mengumpat dan lain-lain. Semua ini
merontokkan ganjaran puasa.”

***

12
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Keempat:

Memprioritaskan
Amalan yang Wajib

Hendaknya orang yang berpuasa itu memprioritaskan


amalan yang wajib. Karena amalan yang paling dicintai
oleh Allah ta’ala adalah amalan-amalan yang wajib. Rasul-
ullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam sua-
tu hadits qudsi, bahwa Allah ta’ala berfirman:

‫وما تقرب �إلي عبدي بشيء �أحب �إلي مما افترضت‬


‫عليه‬
“Dan tidaklah seseorang mendekatkan diri kepada-Ku
dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada
amalan-amalan yang Ku-wajibkan.” (HR. Bukhari)

13
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Di antara aktivitas yang paling wajib dilaksanakan pada


bulan Ramadhan adalah: mendirikan shalat berjamaah lima
waktu di masjid (bagi kaum pria), berusaha sekuat tenaga
untuk tidak ketinggalan takbiratul ihram. Telah diuraikan
dalam sebuah hadits:

‫من صلى لله �أربعين يوما في جماعة يدرك التكبيرة‬


‫ براءة من النار وبراءة من‬:‫ال�أولى كتب له براءتان‬
‫النفاق‬
“Barang siapa yang shalat karena Allah selama empat
puluh hari dengan berjama’ah dan selalu mendapat-
kan takbiratul ihram imam, akan dituliskan baginya dua
‘jaminan surat kebebasan’ bebas dari api neraka dan
dari nifaq.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh
al-Albani)

Seandainya kita termasuk orang-orang yang amalan sun-


nahnya tidak banyak pada bulan puasa, maka setidaknya
kita berusaha untuk memelihara shalat lima waktu dengan
baik, dikerjakan secara berjamaah di masjid, serta berusaha
sesegera mungkin berangkat ke masjid sebelum tiba waktu-
nya. Sesungguhnya menjaga amalan-amalan yang wajib di

14
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

bulan Ramadhan adalah suatu bentuk ibadah dan taqarrub


yang paling agung kepada Allah.
Sungguh sangat memprihatinkan, tatkala kita dapati
orang yang melaksanakan shalat tarawih dengan penuh
semangat, bahkan hampir-hampir tidak pernah absen, na-
mun yang disayangkan, ternyata dia tidak menjaga shalat
lima waktu dengan berjamaah. Terkadang bahkan tidur, me-
lewatkan shalat wajib dengan dalih sebagai persiapan diri
untuk shalat tarawih!!? Ini jelas-jelas merupakan suatu ke-
jahilan dan bentuk peremehan terhadap kewajiban! Sung-
guh hanya mendirikan shalat lima waktu berjamaah tanpa
diiringi dengan shalat tarawih satu malam, lebih baik dari-
pada mengerjakan shalat tarawih atau shalat malam, na-
mun berdampak menyia-nyiakan shalat lima waktu. Bukan
berarti kita memandang sebelah mata terhadap shalat tara-
wih, akan tetapi seharusnya seorang muslim menggabung-
kan kedua-duanya; memberikan perhatian khusus terhadap
amalan-amalan yang wajib seperti shalat lima waktu, lalu
baru melangkah menuju amalan-amalan yang sunnah se-
perti shalat tarawih.

***

15
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Kelima:

Berusaha untuk
Mendapatkan
Lailatul Qadar

Setiap muslim di bulan berkah ini berusaha untuk bisa me-


raih lailatul qadar. Dialah malam diturunkannya Al-Qur’an
(QS. Al-Qadar: 1, dan QS. Ad-Dukhan: 3), dialah malam tu-
runnya para malaikat dengan membawa rahmat (QS. Al-
Qadar: 4), dialah malam yang berbarakah (QS. Ad-Dukhan:
3), dialah malam yang lebih utama daripada ibadah seribu
bulan! (83 tahun plus 4 bulan) (QS. Al-Qadar: 3). Barang si-
apa yang beribadah pada malam ini dengan penuh keiman-
an dan mengharapkan pahala dari Allah maka dosa-dosa-
nya yang telah lalu akan diampuni oleh-Nya (HR. Bukha-
ri dan Muslim).

16
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Mendengar segunung keutamaan yang dimiliki malam


mulia ini, seyogyanya seorang muslim memanfaatkan ke-
sempatan emas ini untuk meraihnya.
Di malam ke berapakah lailatul qadar akan ja-
tuh?
Malam lailatul qadar akan jatuh pada malam-malam se-
puluh akhir bulan Ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan:

‫تحروا ليلة القدر في العشر ال�أواخر من رمضان‬


“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tepatnya pada malam-malam yang ganjil di antara ma-


lam-malam yang sepuluh tersebut, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر ال�أواخر من‬


‫رمضان‬
“Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

17
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Tapi di malam manakah di antara malam-malam yang


ganjil? Apakah di malam 21, malam 23, malam 25, malam
27 atau malam 29? Pernah di suatu tahun pada zaman Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lailatul qadar jatuh pada ma-
lam 21, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa’id al-
Khudri bahwa di pagi hari tanggal 21 Ramadhan tahun itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫�إني �أريت ليلة القدر‬


“Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qadar (malam
tadi).” (HR.Bukhari dan Muslim)

Pernah pula di suatu tahun lailatul qadar jatuh pada ma-


lam 27. Ubai bin Ka’ab berkata:

‫والله �إني ل�أعلمها و�أكثر علمي هي الليلة التي �أمرنا‬


‫رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة‬
‫سبع وعشرين‬
“Demi Allah aku mengetahuinya (lailatul qadar), perkira-
an saya yang paling kuat dia jatuh pada malam yang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan

18
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

kami untuk bangun malam di dalamnya, yaitu malam


dua puluh tujuh.” (HR. Muslim)

Pada tahun yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam memerintahkan para sahabatnya untuk mencari lai-
latul qadar pada tujuh malam terakhir dari bulan Ramadhan:

‫فمن كان متحريها فليتحرها في السبع ال�أواخر‬


“Barang siapa yang ingin mencarinya (lailatul qadar) hen-
daklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir (dari
bulan Ramadhan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cara memadukan antara hadits-hadits tersebut di atas:


dengan mengatakan bahwa lailatul qadar setiap tahunnya
selalu berpindah-pindah dari satu malam yang ganjil ke ma-
lam ganjil lainnya, akan tetapi tidak keluar dari sepuluh ma-
lam terakhir dari bulan Ramadhan (Lihat Fathul Baari karya
Ibnu Hajar, dan Asy-Syarh al-Mumti’ karya Syaikh al-Utsai-
min (6/493-495))
Di antara hikmah dirahasiakannya waktu lailatul qadar
adalah:
1. Agar amal ibadah kita lebih banyak. Sebab dengan di-
rahasiakannya kapan waktu lailatul qadar, kita akan te-
rus memperbanyak shalat, dzikir, doa dan membaca Al-

19
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Qur’an di sepanjang malam-malam sepuluh terakhir Ra-


madhan terutama malam yang ganjil.
1. Sebagai ujian dari Allah ta’ala, untuk mengetahui siapa
di antara para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh
dalam mencari lailatul qadar dan siapa yang berma-
las-malasan serta meremehkannya (Majaalisu Syahri Ra-
madhaan, karya Syaikh al-‘Utsaimin hal: 163)
Maka seharusnya kita berusaha maksimal pada sepuluh
hari itu; menyibukkan diri dengan beramal dan beribadah di
seluruh malam-malam itu agar kita bisa menggapai pahala
yang agung itu. Mungkin saja ada orang yang tidak berusa-
ha mencari lailatul qadar melainkan pada satu malam ter-
tentu saja dalam setiap Ramadhan dengan asumsi bahwa
lailatul qadar jatuh pada tanggal ini atau itu, walaupun dia
berpuasa Ramadhan selama 40 tahun, barangkali dia tidak
akan pernah sama sekali mendapatkan momen emas itu.
Selanjutnya penyesalan saja yang ada…
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan te-
ladan:

‫(كان النبي صلى الله عليه وسلم �إذا دخل العشر‬


‫شد مئزره و�أحيا ليله و�أيقظ �أهله) متفق عليه‬

20
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika memasuki sepuluh


(terakhir Ramadhan) beliau mengencangkan ‘ikat ping-
gangnya’, menghidupkan malamnya dan membangun-
kan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

***

21
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Kiat Keenam:

Jadikan Ramadhan
Sebagai Madrasah
Untuk Melatih Diri Beramal Saleh,
yang Terus Dibudayakan Setelah
Berlalunya Bulan Suci Ini

Bulan Ramadhan ibarat madrasah keimanan, di dalamnya


kita belajar mendidik diri untuk rajin beribadah, dengan
harapan setelah kita tamat dari madrasah itu, kebiasaan
rajin beribadah akan terus membekas dalam diri kita hing-
ga kita menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
Allah ta’ala memerintahkan:

‫َوا ْع ُب ْد َربَّ َك َحتَّ ٰى َي�أْتِ َي َك ا ْل َي ِق ُين‬


22
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

“Dan sembahlah Rabbmu sampai ajal datang kepada-


mu.” (QS. Al-Hijr: 99)

Tatkala al-Hasan al-Bashri membaca ayat ini beliau men-


jelaskan,

‫�إن الله لم يجعل لعمل المؤمن �أجلا دون الموت‬


“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan batas akhir bagi
amal seorang Mukmin melainkan ajalnya.”

Maka jangan sampai amal ibadah kita turut berakhir de-


ngan berakhirnya bulan Ramadhan. Kebiasaan kita untuk
berpuasa, shalat lima waktu berjamaah di masjid, shalat ma-
lam, memperbanyak membaca Al-Qur’an, doa dan zikir, ra-
jin menghadiri majelis taklim dan gemar bersedekah di bu-
lan Ramadhan, mari terus kita budayakan di luar Ramadhan.

,‫كان رسول الله صلى الله عليه وسلم �أجود الناس‬


‫وكان �أجود ما يكون في رمضان‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan
orang yang paling dermawan, dan beliau lebih derma-
wan sekali di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Mus-
lim)

23
Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

Ulama salaf pernah ditanya tentang sebagian orang yang


rajin beribadah di bulan Ramadhan, namun jika bulan suci
itu berlalu mereka pun meninggalkan ibadah-ibadah terse-
but? Dia pun menjawab:

‫بئس القوم لا يعرفون الله �إلا في رمضان‬


“Alangkah buruknya tingkah mereka, mereka tidak me-
ngenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan!”

Merupakan ciri utama diterimanya puasa kita di bulan


Ramadhan dan tanda terbesar akan keberhasilan kita me-
raih lailatul qadar adalah: berubahnya diri kita menjadi le-
bih baik daripada kondisi kita sebelum Ramadhan.
Wallahu ta’ala a’lam wa shallallahu ‘ala nabiyyina mu-
hammadin wa ‘ala alihi wa shabihi ajma’in.

***

24
Kembali
Mengenal YPIA

Bismillah.
YPIA merupakan singkatan dari Yayasan Pendidikan Is-
lam Al-Atsari. Yayasan ini sebelumnya bernama Lembaga
Bimbingan Islam Al-Atsary (LBIA). Kegiatan yang dikelola
adalah pendidikan dan dakwah untuk mahasiswa dan ma-
syarakat umum. Pusat kegiatan di Yogyakarta, di area seki-
tar Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) tepatnya di pa-
dukuhan Pogung kelurahan Sinduadi kapanewon Mlati ka-
bupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan dakwah YPIA sudah dilakukan sejak tahun 2000
an dengan nama LBIA. Pada saat itu kegiatan dakwah men-
cakup berbagai program belajar Islam, diantaranya berupa
pengadaan kajian umum dan kajian tematik serta daurah
bahasa arab serta pengelolaan wisma muslim dan muslimah.

25
Kemudian seiring dengan perkembangan kegiatan dan
objek dakwah maka dibuatlah program lain yang menun-
jang semacam penerbitan buletin, pengelolaan website dan
radio dakwah.
Diantara program yang banyak diikuti oleh mahasiswa
adalah kegiatan belajar bahasa arab berupa program Ma’had
Umar Bin Khattab dan kegiatan belajar ilmu keislaman be-
rupa program Ma’had al-’Ilmi dan pembelajaran tahsin dan
tahfidz dalam program Kampus Tahfidz.
Kegiatan-kegiatan ini tidak terbatas untuk mahasiswa
tetapi juga terbuka untuk umum.
Kajian yang dilakukan meliputi berbagai tema pemba-
hasan dalam Islam seperti dalam hal aqidah, akhlak, iba-
dah, penyucian jiwa, adab, nasihat, muslimah, dan meng-
angkat tema-tema aktual dan menarik yang bermanfaat bagi
kaum muslimin.
Kegiatan dakwah diampu oleh para da’i dan asatidz dari
berbagai pondok pesantren di Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain menghadirkan pembicara dari dalam kota YPIA
juga terkadang mengundang pemateri dari luar kota se-
perti dari Jakarta, Bogor, Pekanbaru, Purbalingga, Jember,
Tasikmalaya, dsb.
Masjid-masjid yang sering digunakan untuk kegiatan ka-
jian antara lain; Masjid Pogung Raya, Masjid Pogung Dalang-
an, Masjid al-Ashri, Masjid Kampus UGM, dll.
26
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah YPIA bekerjasa-
ma dengan berbagai lembaga dan yayasan dakwah di Yog-
yakarta antara lain; Pesantren Hamalatul Qur’an, Yayasan
Amal Abadi Indonesia, Yayasan Islam Abdurrahman bin Auf,
Yayasan Pogung Kampung Hijrah, Bimbingan Islam, Cinta
Sedekah, dsb.
Selain dakwah di masjid dan majelis ilmu secara fisik
YPIA juga mengembangkan konten dakwah di dunia maya
melalui berbagai media/platform seperti Facebook, Insta-
gram, Telegram, Twitter, Spotify, Youtube, dsb. Kegiatan dak-
wah didukung oleh kaum muslimin dari berbagai wilayah
melalui donasi yang bersifat rutin maupun insidental.
Diantara kegiatan besar yang diadakan adalah pada mo-
men bulan Ramadhan, pesantren liburan, peduli bencana,
pembangunan sekolah, dsb.
Selain mengembangkan dakwah untuk mahasiswa YPIA
juga telah membuka pendidikan dasar dengan program SDIT
Yaa Bunayya yang berlokasi di Pogung Lor Sinduadi Mla-
ti Sleman. Kegiatan ini telah berjalan cukup lama dengan
dukungan dari berbagai pihak antara lain Komite SDIT Yaa
Bunayya.
YPIA juga telah mengembangkan kegiatan sosial mela-
lui Tim Peduli Muslim yang sekarang telah menjadi lemba-
ga khusus yang berdiri sendiri dan tetap terikat secara mo-
ral dengan YPIA.

27
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
media sosial di masa belakangan ini terkadang kita men-
dapati komentar dan tanggapan miring terhadap dakwah
sunnah ini. Memang YPIA adalah organisasi dakwah yang
belum lama berkembang. Umur 20 tahun kiranya masih
terhitung muda untuk sebuah lembaga dakwah di tengah
masyarakat. Oleh sebab itu YPIA selalu terbuka menerima
saran dan nasihat dari berbagai pihak untuk perbaikan dan
kemajuan bersama.
Apabila mungkin muncul tuduhan bahwa Yayasan ini
berada di jalan kaum Radikal yang Intoleran atau diang-
gap berafiliasi dengan jaringan teroris maka itu semua ti-
daklah benar.
YPIA sejak awal berdirinya senantiasa berusaha meng-
ikuti jalan para ulama yang berpegang dengan pemaham-
an Nabi dan para sahabat radhiyallahu’anhum. Islam yang
ditebarkan adalah Islam yang jauh dari sifat ekstrim atau-
pun radikal. Islam yang mulia, tidak berlebihan tetapi juga
tidak meremehkan.
Sudah banyak orang yang mendengar dan melihat dak-
wah YPIA selama ini. Mereka adalah saksi bahwa apa yang
didakwahkan bukanlah ajaran baru atau pun menebarkan
kebencian dan permusuhan kepada masyarakat. Ini ada-
lah dakwah yang mulia yang mengajak untuk memurnikan

28
tauhid dan memperkuat aqidah serta ukhuwah islamiyah di
atas bimbingan para ulama ahlus sunnah dari masa ke masa.
Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia. Ada ke-
salahan yang harus diperbaiki dan kekeliruan yang tidak bo-
leh dibiarkan. Maka nasihat dari kaum muslimin adalah asu-
pan dan energi yang semakin memperkuat pembangunan
karakter dan kepribadian kami.
YPIA selalu mengajak kaum muslimin untuk bersatu di
atas agama Allah. YPIA tidak mengajak kepada perpecah-
an dan rasisme atau fanatisme golongan. Kaum muslimin
adalah saudara dan memiliki tugas yang sama untuk me-
wujudkan penghambaan kepada Allah di atas muka bumi.
YPIA mengajak kaum muslimin untuk memberikan kon-
tribusi terbaik bagi bangsa dan negara. YPIA tidak membe-
narkan berbagai tindak kekerasan yang zalim dan melanggar
ajaran Islam. Amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah tugas
mulia yang diemban oleh umat Islam menuju terciptanya
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera, saling meng-
hargai dan menebarkan rahmat bagi manusia.
Apa yang kami tuliskan di sini tentu tidak bisa meng-
gambarkan secara keseluruhan lika-liku kegiatan dakwah
dan laporan berbagai kegiatan dakwah dan program yang
selama ini telah dijalankan. Allah cukup menjadi saksi bagi
kerja keras rekan-rekan pegiat dakwah dan ketulusan para
muhsinin dalam mendukung kegiatan dakwah dan amal ke-

29
baikan ini secara bersama-sama. Semoga Allah berikan ke-
kuatan kepada kita untuk melalui masa-masa pandemi dan
menghadapi hari esok dengan penuh optimisme, jauh dari
prasangka buruk dan bersih dari rasa dengki.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi
wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Pertengahan Sya’ban 1443 H.

Tertanda, Ketua Umum


Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari

Ari Wahyudi
Semoga Allah memberikan taufik dan
ampunan untuknya dan kaum muslimin

30
Raih Amal Jariyah Dengan
Menyebarkan Artikel Dakwah dan
Berdonasi di Muslim.or.id

Klik >> bit.ly/donasimuslimorid


Atau transfer rekening (konfirmasi manual):
Bank Syariah Indonesia (BSI)
7755332245 (kode transfer 451)
a.n. Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
Konfirmasi via WhatsApp ke nomor
0822-2597-9555

Anda mungkin juga menyukai