Anda di halaman 1dari 7

Dasar Hukum

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :


1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
8. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-
undang. Diantaranya sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar
1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa
merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Untuk penjabaran lebih
lengkap mengenai dasar hukum undang-undang tentang upaya bela negara adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. pada pasal ini usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (sishankamrata).
2. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Unsur Dasar Bela Negara


Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting,
diantaranya adalah:
1. Cinta Tanah Air
2. Rela berkorban untuk bangsa & Negara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Kesadaran Berbangsa & bernegara
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara
Fungsi dan Tujuan Bela Negara
Terdapat beragam Fungsi bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keutuhan wilayah negara.
2. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
3. Merupakan panggilan sejarah.
4. Merupakan kewajiban setiap warga negara.

Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara.
3. Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
4. Melestarikan budaya.
5. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah masyarakat,
salah satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh
salah seorang musisi Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.

Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti
jiwa kepahlawanan atau sifat kepahlawanan.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:


1. Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau
negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa
membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.
2. Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa
memperdulikan toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah,
apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya". sehingga hal tersebut
bisa membawa peperangan dan kehancuran dunia.

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan yang
memiliki arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan bangsa,
mempunyai kebanggaan sebagai penduduk bangsa, mempunyai rasa solidaritas kepada
musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan senegaranya.

Terdapat Dua macam nasionalisme:


1. Nasionalisme dalam arti luas
Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan
tanah airn nya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di
dunia. Nasionalisme arti luas mengandung prinsip-prinsip: kebersamaan, persatuan,
kesatuan, dan demokrasi.
2. Nasionalisme dalam arti sempit
Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap
bangsanya sendiri lebih hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah
"Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut di Jerman (pada masa Adolf Hitler),
Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:


1. Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana
negara mendapat kebenaran politik dari penyertaan (partisipasi) aktif
rakyatnya
2. Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme
bersumber seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari
agama Hindu. sedang di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari
persamaan agama mereka yaitu Katolik.
3. Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat
kebenaran politik dari etnis atau budaya asal sebuah masyarakat.
4. Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis.
5. Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara
mendapat kebenaran politik dari budaya bersama dan tdak bersifat turun
tmurun seperti ras, bahasa atau warna kulit.
6. Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau
nasionalisme organik) merupakan nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah yang merupakan ekspresi dari
sebuah ras atau bangsa.
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhineka Tunggal lka, yaitu:
1. Toleransi
Pembentukan kesatuan dari keanekaragaman (bukan pembentukan konsep baru
dari keanekaragaman) pada unsur atau komponen bangsa. Contoh: terdapat
keanekaragaman agama dan kepercayaan.
Artinya: Ketunggalan Bhinneka Tunggal lka tidak dimaksudkan untuk
membentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa adanya, tetapi dicari
common denominator dalam kehidupan beragama di Indonesia.
Common denominator adalah prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama
yang memiliki kesamaan. Common denominator ini dipegang sebagai
ketunggalan yang dipergunakan sebagai acuan dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
2. Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat sektarian dan eksklusif, melainkan bersifat
inklusif Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat sektarian dan eksklusif
Artinya: Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak dibenarkan merasa
dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat
pihak lain.
Kelemahan pandangan sektarian dan eksklusif (tertutup):
a. Menghambat terjadinya perkembangan dalam menghadapi arus globalisasi dan
b. keanekaragaman budaya bangsa.
c. Memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan.
Cirinya: tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
Cara menyikapi pandangan sektarian dan eksklusif:
Perlu adanya sifat terbuka yang terarah agar memungkinkan terbentuknya
masyarakat yang pluralistik secara koeksistensi, mamiliki sifat saling
menghormati, tidak merasa dirinya yang paling benar, dan tidak memaksakan
kehendak pribadi kepada pihak lain. Sehingga dapat berkembangnya menjadi
masyarakat modern.
Bhinneka Tunggal lka bersifat inklusif.
Artinya: Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak
memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
Kelebihan:
Kelebihan dari Bhinneka Tunggal lka yang bersifat inklusif ada pada segala
peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah dibuat agar mampu:
a. Mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikultural dengan tetap
berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
b. Menghindari hal-hal yang memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa.
3. Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat formalitas yang hanya menunjukkan
perilaku semu Bhinneka Tunggal lka dilandasi oleh sikap saling mempercayai,
saling menghormati, saling mencintai, dan rukun. Hanya dengan cara demikian,
keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal lka bersifat konvergen (tidak divergen)
Hal ini bermakna bahwa perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak
untuk dibesar-besarkan, melainkan dicari titik temu dalam bentuk kesepakatan
bersama. Kesepakatan tersebut akan terwujud jika dilandasi oleh sikap toleran,
nonsektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.
5. Terbuka
6. Koeksistensi damai dan kebersamaan
7. Kesetaraan
8. Musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai