Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu hal yang membatalkan puasa
adalah masuknya benda (`ain) ke dalam tubuh (jauf) melalui mulut, telinga, hidung, qubul dan
dubur (manfadz maftuh), tidak termasuk mata.1
Benda yang masuk ini tidak membatalkan puasa jika: lupa, ketidaktauan yang ditolerir (jauh
dari ulama/ baru masuk Islam), atau karena dipaksa bukan karena kemauannya.
Ada keterangan lebih rinci sekaligus perbedaan ulama terkait hal ini.
Pendapat pertama: batal, karena termasuk hal yang masuk ke dalam tubuh (jauf).
Pendapat kedua: tidak batal (karena masuknya bukan lewat manfadz maftuh).2
Pendapat ketiga (paling shahih menurut penulis kitab Taqrirot Sadidah): tidak batal jika
tidak menggantikan makanan dan masuknya tidak langsung ke pembuluh darah.
Jika melewati makhroj ha ()ح, batal menurut Imam Nawawi, tidak batal menurut Imam
Rafii.
3. Menelan ludah
Tidak batal bila masih murni, suci dari najis dan belum keluar mulut, batal apabila:
- Bercampur dengan hal lain (misalnya bekas air kumur yang belum dikeluarkan, sisa
makanan).
- Terkena najis, misal darah dari gusi atau sisa muntah. Disebutkan Ibn Hajar: jika
darahnya gusi susah dihindari (misal karena penyakit radang gusi) maka tidak batal.
Batal jika mandi wajib atau mandi sunah yang dilakukan dengan menyelam.
Batal meskipun tidak sengaja jika bukan mandi wajib atau mandi sunah (mandi untuk
membersihkan badan), baik dilakukan dengan menyiramkan air maupun dengan
menceburkan diri ke dalam kolam/ bak air.
Jika kumur dan membersihkan hidung selain untuk wudhu atau untuk basuhan ke-4 x
(yang disunahkan dalam wudhu hanya 3x), maka air yang tertelan membatalkan wudhu
meski ia tidak berlebihan.
- Ludah yang tercampur dengan sisa makanan yang terselip di sela-sela gigi, dan sulit
dibersihkan.
- Lalat atau hewan lain yang terbang masuk ke dalam, meskipun disengaja membuka
mulut.