Anda di halaman 1dari 2

Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah

II. Masuknya benda ke dalam melalui lubang tubuh saat berpuasa

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu hal yang membatalkan puasa
adalah masuknya benda (`ain) ke dalam tubuh (jauf) melalui mulut, telinga, hidung, qubul dan
dubur (manfadz maftuh), tidak termasuk mata.1

Benda yang masuk ini tidak membatalkan puasa jika: lupa, ketidaktauan yang ditolerir (jauh
dari ulama/ baru masuk Islam), atau karena dipaksa bukan karena kemauannya.

Ada keterangan lebih rinci sekaligus perbedaan ulama terkait hal ini.

1. Suntik (injeksi) atau infus


Melakukan suntik atau infus saat puasa diperbolehkan karena darurat. Namun ada
perbedaan pendapat mengenai batal tidaknya puasa karenanya:

Pendapat pertama: batal, karena termasuk hal yang masuk ke dalam tubuh (jauf).

Pendapat kedua: tidak batal (karena masuknya bukan lewat manfadz maftuh).2

Pendapat ketiga (paling shahih menurut penulis kitab Taqrirot Sadidah): tidak batal jika
tidak menggantikan makanan dan masuknya tidak langsung ke pembuluh darah.

2. Menelan dahak dan riak:


Dahak yang dikeluarkan dari dada kemudian ditelan kembali maka:

Batal: jika sudah melewati tenggorokan makhroj kho` (‫)خ‬

Tidak batal: jika masih berada pada makhroj ha` (‫)هـ‬

Jika melewati makhroj ha (‫)ح‬, batal menurut Imam Nawawi, tidak batal menurut Imam
Rafii.

3. Menelan ludah
Tidak batal bila masih murni, suci dari najis dan belum keluar mulut, batal apabila:

- Bercampur dengan hal lain (misalnya bekas air kumur yang belum dikeluarkan, sisa
makanan).

- Terkena najis, misal darah dari gusi atau sisa muntah. Disebutkan Ibn Hajar: jika
darahnya gusi susah dihindari (misal karena penyakit radang gusi) maka tidak batal.

- Sudah keluar sampai menyentuh merahnya bibir


1
Syeikh Yusri: Tetes mata tidak membatalkan puasa menurut Syafiiyyah, dan membatalkan menurut Malikiyah, maka
lebih baik dihindari khuruj min khilaf) dan karena menurut medis mata termasuk manfadz maftuh, (kecuali jika dalam
keadaan darurat seperti punya penyakit mata dst).
2
Pendapat ini diambil oleh Syeikh Yusri.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah

4. Kemasukan air ketika mandi


Tidak batal jika mandi wajib atau mandi sunah (contoh mandi sebelum shalat jumat) dan
dilakukan dengan menyiramkan air ke badan.

Batal jika mandi wajib atau mandi sunah yang dilakukan dengan menyelam.

Batal meskipun tidak sengaja jika bukan mandi wajib atau mandi sunah (mandi untuk
membersihkan badan), baik dilakukan dengan menyiramkan air maupun dengan
menceburkan diri ke dalam kolam/ bak air.

5. Air yang tertelan saat berkumur (madhmadhah) dan membersihkan hidung


(istinsyaq).
Batal jika saat berwudhu berlebih-lebihan dalam berkumur dan membersihkan hidung.
Karena berlebih-lebih dalam hal ini hukumnya makruh bagi orang yang berpuasa.

Tidak batal jika berhati-hati saat berwudhu.

Jika kumur dan membersihkan hidung selain untuk wudhu atau untuk basuhan ke-4 x
(yang disunahkan dalam wudhu hanya 3x), maka air yang tertelan membatalkan wudhu
meski ia tidak berlebihan.

6. Hal-hal lain yang tidak membatalkan puasa:

- Ludah yang tercampur dengan sisa makanan yang terselip di sela-sela gigi, dan sulit
dibersihkan.

- Debu jalan yang tertelan atau terhirup.

- Serbuk tepung yang beterbangan.

- Lalat atau hewan lain yang terbang masuk ke dalam, meskipun disengaja membuka
mulut.

Anda mungkin juga menyukai