(Di bawah ini adalah golongan yang tidak berpuasa Ramadhan, namun ada yang diwajibkan
menggantinya dengan puasa di hari lain (qadha), ada yang diwajibkan menggantinya dengan fidyah,
ada yang diwajibkan menggantinya dengan qadha dan fidyah. Klasifikasinya sebagai berikut):
- Meninggalkan puasa karena takut akan keselamatan orang lain: seperti ibu hamil atau ibu
menyusui yang takut akan keselamatan bayinya (padahal ibu tersebut mampu berpuasa).
- Seseorang yang belum membayar hutang qadha puasa Ramadhan hingga datang Ramadhan
selanjutnya:
- Jika tanpa ada udzur syar`i (seperti: sakit, hamil, menyusui, lupa bukan karena meremehkan)
maka wajib qadha dan fidyah.
- Jika belum dibayar hingga Ramadhan selanjutnya lagi tanpa ada udzur syar`i, maka fidyahnya
berlipat ganda.
- Ibu hamil atau menyusui yang takut akan keselamatan dirinya sendiri.
- Ibu hamil atau menyusui yang takut akan keselamatan dirinya sekaligus orang lain.
- Orang yang melakukan hal yang membatalkan puasa dengan sengaja selain jimak (dan ia
berdosa karenanya).
- Seseorang yang punya penyakit kronis dan tidak ada harapan sembuh
e. Jika seorang muslim meninggal dunia dan meninggalkan hutang puasa Ramadhan:
- Jika di masa hidupnya ia tidak mampu qadha karena udzur syar`i, maka tidak wajib dikeluarkan
fidyah dan tidak wajib dibayarkan qadha puasanya.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah
- Jika di masa hidupnya ia mampu dan berkesempatan meng-qadha maka bagi walinya (kerabat
terdekat) mengeluarkan fidyah baginya.
Fidyah adalah: satu mud 1 hari dari makanan pokok masyarakat daerah, (7 ons sebagaimana yang
ditetapkan oleh Kementrian Agama).
Tambahan Faedah
Ibu hamil dan menyusui mendapatkan rukhsah dan boleh tidak berpuasa saat Ramadhan dengan
syarat ada kekhawatiran bahwa puasa ini akan membahayakan dirinya atau janinnya.
ْ َو َع ِن،إِن اهللَ َعز َو َجل َو َض َع َع ِن ادُْ َسافِ ِر الص ْو َم َو َشطْ َر الص َل ِة والدلقل قوله
رواه.الَ ْؿ ِل َوادُْ ْر ِض ِع الص ْو َم
Artinya: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla mengangkat dari musafir (keringanan) kewajiban
puasa dan setengah solat (jamak qashar), dan dari ibu hamil dan menyusui kewajiban puasa”, HR.
Ahmad dan Ashab Sunan.
Dalam Mazhab Syafii, kewajiban Ibu hamil dan menyusui bila meninggalkan puasa Ramadhan: 1
1. Jika ia tidak puasa karna takut terjadi apa-apa pada dirinya, maka hanya wajib qadha puasa saja.
2. Jika ia tidak puasa karna takut terjadi apa-apa pada bayinya, maka wajib qadha dan fidyah.
3. Jika ia tidak puasa karna takut terjadi apa-apa pada dirinya dan bayinya, maka wajib qadha saja.
Syeikh Ali Jum'ah2 dan juga Syeikh Wahbah Zuhaili3 menjelaskan maksud dari 'kekhawatiran
terhadap diri ibu maupun janin' yang menjadi tanda bolehnya mengambil rukhsah adalah:
1
Al-Majmu` Syarh Muhadzab, 6/ 267 – 269.
2
https://youtu.be/Sa9EIp6vGWw.
3
Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 3/1700.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah
Jumhur ulama fiqih (Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyyah dan Hanabilah) sepakat, bahwa ibu hamil
dan menyusui yang meninggalkan puasa Ramadhan, tidak diperbolehkan baginya hanya membayar
fidyah saja tanpa qadha.
Karena yang boleh membayar fidyah saja tanpa qadha puasa itu adalah orang berpenyakit kronis
dan tidak ada harapan untuk sembuh. Sedangkan hamil dan menyusui seperti sakit yang ada
harapan sembuh, ada waktu dimana proses hamil dan menyusui akan berakhir.
Dar Ifta Mesir menyatakan bahwa wanita yang meninggalkan puasa karena hamil, lalu hingga
Ramadhan selanjutnya ia belum mampu qadha karena masih menyusui, maka ia boleh membayar
qadha puasa setelah proses menyusui selesei. Bahkan jika kemudian ia hamil lagi, maka qadha
puasa boleh ditunda setelah hamil dan menyusui anak kedua selesei, dan tidak ada dosa baginya. Ia
juga tidak diwajibkan membayar fidyah. 1 Yaitu tidak bayar fidyah ta`khir -karena mengakhirkan
qadha puasanya-, tapi tetap bayar fidyah jika tidak puasa karena khawatir janinnya menurut
pendapat ashah dalam mazhab Syafii). 2
Bolehkah mengikuti pendapat yang membolehkan fidyah saja bagi ibu hamil dan menyusui?
Perkara yang sudah disepakati oleh empat madzhab, bagi kami telah selesai. Tidak membutuhkan
untuk dibahas atau diutak-atik lagi. Jika ada pendapat yang menyelisihinya, maka abaikan saja.
Karena menyelisihi kesepakatan empat madzhab itu seperti menyelisihi ijma’.
Ibn Hajar al-Haitami menukil perkataan Imam Subki dalam Fatawa Fiqhiyyah Kubro:
1
https://web.facebook.com/EgyptDarAlIfta/videos/1563308070365636/UzpfSTE2NTUyOTgzMzM6MTAyMDY1OD
MxNTk0MTE3NzM/?q=dar%20ifta%20fidyah&epa=SEARCH_BOX.
2
Disebutkan juga di Mausuah al-Kuwaitiyyah, 32/70.
3
Al-Muhadzab li Syairazi dan Nihayatul Muhtaj 3/197-198.
4
Fatawa Fiqhiyyah Kubra, 2/211.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah
و عؾؾوا ذلك بعدم الثؼة بـسبتفا إىل أرباهبا لعدم، فؼد رصح ْجع من أصحابـا بلكه ٓ جيوز تؼؾقد غر اْلئؿة اْلربعة
اْلساكقد اداكعة من التحريف و التبديل بخلف ادذاهب اْلربعة فإن أئؿتفا بذلوا أكػسفم يف حترير اْلقوال و بقان ما ثبت
1
.عن قائؾه وما مل يثبت فلمن أهؾفا من كل تغقر و حتريف و عؾؿوا الصحقح من الضعقف
Bukankah kebolehan membayar fidyah saja bagi ibu hamil dan menyusui adalah pendapat Ibn
Abbas dan Ibn Umar?
َحد َثـَا ا ْب ُن َأ ِِب: َحد َثـَا ا ْب ُن ادُْ َثـى َق َال: َحد َثـَا َأ ُبو َد ُاو َد َق َال:زكَا َأ ُبو َبؽ ِْر ْب ُن َد َاس َة َق َال ِ الرو ْذ َب ِ
َ َ َأ ْخ:ار ُّي َق َال ُّ زكَا َأ ُبو َع ٍِّل
َ َ َأ ْخ
َ ِام ِم ْسؽ
ي ِ ِ
ُ ين ُيط ُقؼو َك ُه فدْ َي ٌة َص َع
ِ
َ َو َع َذ الذ :اس
ِ َعن س ِع،َ َعن ُعروة،َ َعن َقتَادة،قد
ٍ َع ِن ا ْب ِن َعب،قد ْب ِن ُج َب ْ ٍر َ ْ َ ْ ْ َ ْ
ٍ َعن س ِع،َع ِدي
َ ْ ِّ
Riwayat ini seakan menyatakan, bahwa ibu hamil dan menyusui boleh fidyah saja tanpa qadha.
Padahal tidak, konteksnya Ibn Abbas dan Ibn Umar ditanya: klo ada seorang ibu, dirinya sendiri
kuat berpuasa tapi tidak bisa berpuasa karena orang lain yaitu janinnya, apa yg harus dia lakukan?
Lalu Ibn Abbas dan Ibn Umar menjawab: bayarkan fidyah (karena tidakpuasa demi jiwa lain).
Jadi, kewajiban fidyah itu dikarenakan ia tidak berpuasa karena janin, saat dirinya mampu berpuasa.
Maka dari itu riwayat ini tidak menjatuhkan kewajiban qadha sebagaimana yang tertera di dalam al-
Quran surah al-Baqarah: 184. Otomatis, jawaban Ibn umar ini adalah tambahan dari dzahir ayat,
1
Fawaid Makiyyah, 165.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah
bukan menghapus dzahir ayat. Jadi jangan kita katakan cukup fidyah (zhan) dan menafikan qadha
di dalam alquran (yakin) karena hal ini.
فاخلوف عذ أكػسفام ماكع من وجوب الػدية، إذا اجتؿع ماكع ومؼتض غؾب اداكع عذ ادؼتيض:ْلن الؼاعدة تؼول
1
.واخلوف عذ صػؾفام مؼتض له فغؾب اْلول فل فدية عؾقفام مع وجوب الؼضاء
Oleh karena itu, Imam Baihaqi menyebutkankan 2 riwayat tersebut di atas dalam sub bab:
َو َأ ْه ُل ا ْل ِع ْؾ ِم َي َر ْو َن َع َؾ ْق َفا َم َع َذل ِ َك ا ْل َؼ َضا َء: َق َال َمال ِ ٌك: َق َال الشافِ ِع ُّي:قد ِيف ِر َوا َيتِ ِه
ٍ َزاد َأبو س ِع-
َ ُ َ
Dan ternyata, beberapa kalangan salafi pun mengambil pendapat tetap wajib qadha dan tidak boleh
fidyah saja.
Disebutkan dalam Fatwa Abdul Aziz bin Baz dalam fiqih puasa:
، وعؾقفام الؼضاء عـد الؼدرة عذ ذلك، إذا شق عؾقفام الصوم رشع هلام الػطر،" الامل وادرضع حؽؿفام حؽم ادريض
، وهو قول ضعقف مرجوح، إصعام مسؽي: وذهب بعض أهل العؾم إىل أكه يؽػقفام اْلصعام عن كل يوم،كادريض
2
."والصواب أن عؾقفام الؼضاء كادسافر وادريض
1
Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah, 456.
2
Min Fatawa Aimmatil Islam fi Shiyam, 417 – 418.
Kajian Fiqih Ramadhan Kitab Taqrirot Sadidah fil Masail Mufidah
Maka riwayat Ibn Abbas dan Ibn Umar tersebut harus dikompromikan dengan ayat al Baqarah 184
yang mewajibkan qadha bagi yang tidak berpuasa, tidak bisa langsung diambil hukum hanya
berdasarkan satu riwayat itu saja. Begitu pula dengan riwayat Ibn Umar atau nash2 manapun, harus
digabungkan satu sama lain. Tidak boleh mengambil hukum berdasarkan satu dalil saja. Oleh
karena itu ambil saja 'produk' hukum yang sudah jadi dari salah satu mazhab melalui jalur keilmuan
yang valid. Empat mazhab tidak ada satupun yang menyatakan boleh fidyah saja tanpa qadha.
7. Haid √ X
8. Nifas √ X