Anda di halaman 1dari 2

Benda yang Masuk ke dalam Perut yang Tidak Membatalkan Puasa

Fasal ini menjelaskan tentang benda yang masuk ke dalam perut yang tidak membatalkan puasa

1. Benda yang masuk ke dalam perut yang tidak membatalkan puasa ada 7 (tujuh), yaitu:
2. Benda yang masuk ke dalam perut karena lupa kalau sedang berpuasa.
3. Benda yang masuk ke dalam perut karena bodoh atau tidak tahu.
Benda yang masuk ke dalam perut karena dipaksa. Termasuk dipaksa adalah seseorang
menyewa orang lain agar memasukkan suatu benda ke tenggorokannya.

Demikian di atas berdasarkan sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Barang siapa
lupa kalau dirinya sedang berpuasa, kemudian ia makan atau minum, maka selesaikanlah
puasanya. Ia hanya diberi makan dan minum oleh Allah (pada saat lupanya itu).” Hadis ini
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dan mereka berdua menshohihkan hadis ini.

4. Sisa-sisa benda yang berada di sela-sela gigi, kemudian masuk ke dalam perut melalui air
ludah, dan seseorang tidak mampu membuang sisa-sisa tersebut karena udzur.
Berbeda apabila seseorang mampu membuang sisa-sisa benda tersebut, oleh karena itu, jika
sisa-sisa benda tersebut masuk ke dalam perut maka puasanya menjadi batal.

Sisa-sisa benda tersebut adalah seperti makanan, lendir/nukhomah (Jawa: riyak), atau kopi.
Oleh karena itu, apabila seseorang minum kopi sebelum fajar, lalu masih ada sisa kopi di
giginya setelah fajar, maka jika ia menelan air ludahnya yang berubah sebab sisa kopi tersebut
secara sengaja dan ia sebenarnya mampu membuang sisa kopi tersebut maka puasanya
menjadi batal, sebaliknya, jika ia tidak mampu membuangnya maka puasanya tidak dihukumi
batal.

Kata nukhomah/ ‘‫ ’اﻟُﻨََُﺨﺎَﻣﺔ‬dengan dhommah pada huruf / /‫ ن‬berarti sesuatu (lendir)


yang dikeluarkan oleh manusia dari tenggorokannya, yaitu dari makhroj huruf /‫خ‬/. Matrazi
menambah pengertian nukhomah ini dengan pernyataannya, “Dan sesuatu yang dikeluarkan
oleh manusia dari rongga hidung.”

5. Benda yang masuk ke dalam perut dan benda tersebut berupa debu jalanan, baik debu itu
suci atau najis, dan meskipun debu itu berasal dari najis mugholadzoh, maka puasa
seseorang tidak menjadi batal sebab kemasukan debu tersebut.
Adapun mengenai membasuh debu tersebut, maka apabila seseorang sengaja membuka
mulutnya hingga akhirnya debu tersebut masuk maka ia berkewajiban membasuhnya, dan
apabila ia tidak sengaja membuka mulutnya maka ia tidak berkewajiban membasuhnya.
6. Benda yang masuk ke dalam perut dan benda tersebut berupa ghorbalah atau ayakan
gandum, atau lalat yang berterbangan, atau nyamuk yang berterbangan. Jadi, puasa
seseorang tidak batal sebab kemasukan benda-benda semacam ini dikarenakan sulitnya
menghindari.
Apabila lalat yang masuk ke dalam perut dapat mengakibatkan bahaya, maka seseorang
mengeluarkan lalat tersebut dan puasanya batal serta ia wajib mengqodhonya. Demikian ini
ditanbihkan oleh Ibnu Hajar.
Apabila seseorang sengaja membuka mulutnya agar suatu benda bisa masuk ke dalam perut,
setelah itu, benda tersebut benar-benar dapat masuk tetapi tanpa kesengajaannya, maka
menurut pendapat shohih, puasanya dihukumi tidak batal.
Adapun apabila seseorang sengaja membuka mulutnya, kemudian debu di udara terkumpul
di dalam mulut dan berhasil masuk ke dalam perut, maka puasanya dihukumi batal,
sebagaimana yang dikatakan oleh Syarqowi.
Ghorbalah/ ‘َ‫ ’ ْﻏﺮﺑـَﻠَﺔ‬adalah bentuk masdar dari fi’il madhi‘َ‫’ ْﻏﺮﺑَﻞ‬. Ia berarti memutar-mutar
biji-bijian atau gandum di atas ayakan agar menjadi bersih dan hilang kotorannya.

Anda mungkin juga menyukai