Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh
Khoirul Huda
NIM. 185070209111079
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
DAFTAR TABEL..............................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................7
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................8
not defined.
2.2 Manajemen Cairan pada Gagal jantung . Error! Bookmark not defined.
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.. Error! Bookmark not defined.
defined.
not defined.
kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD.
defined.
Lampiran 6. Uji Univariat intake cairan dan stabilitas klinis responden kelompok
defined.
defined.
Lampiran 9. Uji univariat intake cairan dan stabilitas klinis kelompok intervensi
Lampiran 10. Mean dan Standar Deviasi Tekanan DarahError! Bookmark not
defined.
Lampiran 11. Mean dan Standar Deviasi Tekanan DarahError! Bookmark not
defined.
defined.
Lampiran 13. Mean dan Standar Deviasi Tekanan DarahError! Bookmark not
defined.
Kepatuhan pembatasan cairan penting dilakukan oleh pasien gagal jantung untuk
mencegah kekambuhan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kartu monitoring
cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung diklinik jantung
RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang, dengan desain penelitian Quasi eksperiment dengan
pendekatan nonrandomized pre-test and post-test control group dengan melakukan
observasi dan pemberian kartu monitoring cairan, dan bermetode purposive sampling.
Jumlah total responden 40 pasien, 20 pasien kelompok kontrol diberi edukasi pembatasan
cairan, 20 pasien kelompok intervensi diberi edukasi dan kartu monitoring cairan dengan
teknik mencatat jumlah cairan yang diminum. Uji Che-Square- Fisher menunjukkan
tidak ada pengaruh signifikan pemberian kartu monitoring cairan terhadap kepatuhan
pembatasan cairan dengan nlai P value 0,300. Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak
terdapat pengaruh kartu monitoring cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada
pasien gagal jantung. Diperlukan edukasi tambahan tentang pentingnya membatasi
konsumsi cairan dan cara mengukur kebutuhan cairan pada pasien gagal jantung oleh
petugas kesehatan.
Huda, Khoirul, 2019. The Effect of a Fluid Monitoring Card on Fluid Limiting
Compliance in Heart Failure Patients at the Heart Clinic of RSUD. Dr.
Saiful Anwar Malang. Thesis. Nursing Program, Faculty of Medicine,
Brawijaya University. Advisors (1) Ns. Tony Suhartono, S. Kep., M. Kep (2) Ns.
Mifetika Lukitasari, S. Kep, M.Sc.
Fluid compliance adherence is important for patients with heart failure to prevent
recurrence. This study was to determine the effect of fluid monitoring cards on fluid
restriction adherence in heart failure patients in the heart clinic of RSUD. Dr. Saiful
Anwar Malang, with a Quasi experimental research design with a nonrandomized pre-test
and post-test control group approach by observing and administering fluid monitoring
cards, and using a purposive sampling method. The total number of respondents was 40
patients, 20 control group patients were given fluid restriction education, 20 intervention
group patients were given education and a fluid monitoring card with the technique of
recording the amount of fluid drink. Fisher’s Che Square test showed there was no
significant effect of giving a fluid monitoring card to fluid restriction adherence. With a
p-value of 0,300. Conclusions in this study there is no effect of the fluid monitoring card
to fluid restriction adherence in patients with heart failure. Education is nedded about the
importance of fluid comsumption and how to measure fluid requirements in heart failure
patients by health workers.
PENDAHULUAN
Gagal jantung hingga kini terus meningkat jumlahnya di seluruh dunia terutama
pada lanjut usia (Farre et al., 2017). Di dunia, penderita gagal jantung mencapai 26 juta
orang dan di Negara berkembang gagal jantung diderita oleh sekitar 1-2 % dari populasi
dewasa dan lebih dari 10 % pada populasi lanjut usia (Castello et al., 2017; Savarese &
Lund, 2017). Di Amerika, lebih dari 5 juta orang didiagnosa menderita gagal jantung,
dan lebih dari 700.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya (Darling et al., 2013). Di Asia
total kematian akibat gagal jantung sebesar 371 ribu orang (WHO, 2014). Kementrian
sebesar
530.068 orang. Dari data rekam medik bulan januari sampai dengan bulan juni 2019
penderita gagal jantung yang datang di klinik jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang
bahwa angka perawatan pasien yang masuk rumah sakit dengan gagal jantung memiliki
tingkat kejadian tinggi (>50%) dengan tingkat kematian antara 10 dan 15%, dan angka
rehospitalisasi selama 6 bulan setelah pulang dari rumah sakit dari 30 hingga 40%
(Mesquita et al., 2016). Penelitian Abdul majid (2010) di RSUD. Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2008 dari 427 pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit,
rata-rata yang mengalami rehospitalisasi 243 pasien (57%) dalam setahun. Begitu juga
di RS.Sleman tahun 2008 dari 143 pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit,
1
2
IPJT RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode Januari sampai Juli 2019 sebanyak 111
Pasien gagal jantung yang sering kembali untuk dirawat inap ulang di rumah
sakit karena adanya kekambuhan pada episode gagal jantung. Kebanyakan kekambuhan
gagal jantung terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan, seperti tidak
mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet dan
cairan, tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan dan
tidak dapat mengenali gejala kekambuhan (Smelzer, 2010). (Majid, 2010) dalam
terhadap terapi medis sebanyak 41,67%, ketidakpatuhan terhadap diet sebanyak 42,71%,
jantung. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal pasien yaitu
usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, konsep diri, lama menderita penyakit,
sedangkan faktor external yaitu keterlibatan tenaga kesehatan dan dukungan keluarga
( Kartini, 2015). Disamping itu sebagian efek samping obat-obatan golongan deuretik
menimbulkan rasa haus yang membuat pasien minum melebihi dari jumlah yang telah
ditentukan (Potter & Perry, 2008). (Majid, 2010) dalam penelitiannya menyatakan ada
pemberian motivasi (Anggraini et al., 2016). Konseling dilakukan supaya pasien gagal
jantung mampu memanajemen cairan, selain itu kartu monitoring cairan juga bisa
Kartu monitoring cairan merupakan kartu yang digunakan untuk memantau status
hidrasi pasien gagal jantung yang meliputi pemantauan intake cairan selama 24 jam. Pada
pasien gagal jantung intake cairan yang direkomendasikan bergantung jumlah urine 24
jam yaitu jumlah urine 24 jam sebelumnya ditambah 500-800cc (IWL) atau memakai
rumus 30 cc/ kg berat badan ( Pasticcio et al., 2012). Kelebihan kartu monitoring cairan
selain mudah digunakan, juga mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, seperti Pill
Sampai saat ini di klinik jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang belum
dikembangkan intervensi tersebut, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian
Cairan pada Pasien Gagal Jantung di Klinik Jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang”.
4
pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD. dr. Saiful Anwar
Malang.
pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD. dr. Saiful Anwar
Malang.
dan sesudah penjelasan tentang pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di
sebelum dan sesudah penjelasan tentang pembatasan cairan serta pemberian kartu
monitoring cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.
pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.
1.4.1 Teoritis
bagi pasien gagal jantung. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai
1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi institusi pelayanan
pelayanan terutama dalam manajemen cairan pada pasien gagal jantung, melalui upaya
cairan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah
keseluruh tubuh, sehingga mempengaruhi aliran balik vena dan erat kaitannya dengan
gagal jantung baik systole maupun diastole menyebabkan penurunan isi sekuncup dan
curah jantung sehingga mengakibatkan jantung tidak mampu memompa darah keseluruh
tubuh, dan menyebabkan pengangkutan oksigen ke jaringan dan organ perifer terjadi
tidak memadai atau hanya dapat memasoknya dengan tekanan pengisian yang tinggi.
Menurut Yancy et al., (2013) gagal jantung adalah sindrom klinik yang komplek yang
dihasilkan dari penurunan nilai struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel atau
ejeksi darah, dengan gejala utama adalah dyspnea, kelelahan, intoleransi aktivitas dan
retensi cairan.
Gagal jantung adalah syndroma klinis yang terjadi pada pasien-pasien yang
mengalami sekumpulan tanda dan gejala klinis akibat kelainan struktur dan atau fungsi
jantung herediter atau didapat, yang menyebabkan perawatan di rumah sakit berulang.
Kualitas hidup yang buruk, serta memendeknya harapan hidup (Yaghoubi et al., 2012).
dyspnea saat beraktifitas atau saat istirahat, atau dengan gejala odema tungkai,
7
tubuh. Pasien dinyatakan memiliki penyakit gagal jantung, ketika pernah didiagnosis oleh
dokter dengan penyakit jantung, atau belum pernah didiagnosis tetapi memiliki riwayat
dyspnea ketika istirahat (tidur terlentang) dan juga beraktifitas, sering merasa lelah, serta
odema tungkai.
2.1.2 Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari jantung (penyakit
atau patologi instrinsik) atau dari faktor eksternal yang menempatkan beban berlebih pada
jantung. Penyebab utamanya adalah penyakit jantung yang mengurangi aliran darah
koroner dan suplai oksigen ke otot jantung, sehingga terjadi hipoksia dan gangguan
fungsi miokardium (Klabunde, 2015). Aritmia adalah salah satu faktor terjadinya gagal
dan bahkan gangguan hemodinamik, sebagian besar pasien gagal jantung di rumah sakit
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan gagal jantung adalah gangguan katup
dan cacat bawaan yang dapat menambah beban jantung, infark miokard, aritmia kronik
dan miokarditis (infeksi atau non infeksi). Infark miokard dapat menyebabkan gangguan
kontraktilitas karena jaringan yang mengalami infark miokard tidak dapat membangun
aktifitas mekanik. Hal ini terus berlanjut sehingga beban yang ditanggung oleh jaringan
yang tidak mengalami infark akan mengalami gangguan juga sehingga mengalami
kegagalan fungsi.
Faktor resiko utama yang menyebabkan gagal jantung adalah hipertensi, diabetes
mengurangi 50 % resiko gagal jantung. Obesitas dan resistensi insulin merupakan faktor
resiko yang penting karena secara nyata dapat menyebabkan angka kejadian gagal
serebral, atau pembuluh darah perifir) cenderung dapat menyebabkan gagal jantung
Tanda dan gejala gagal jantung umumnya dikaitkan dengan penurunan cardiac
output yang ditandai dengan kelelahan, kelemahan dan retensi cairan. Kegagalan jantung
bagian kanan umumnya dapat menyebabkan kongesti hepar yang mengakibatkan edema
perifer sampai pada ascites. Kegagalan pada jantung bagian kiri dapat mengakibatkan
gejala dyspnea on effort. Kegagalan jantung yang akut atau sub akut umumnya akan
2014).
Gangguan yang ditimbulkan oleh penyakit jantung itu sendiri akan mengganggu
kegagalan otot jantung dan pada akhirnya menyebabkan hilangnya fungsi utama jantung.
Kegagalan jantung juga dapat terjadi karena beberapa faktor eksternal yang menyebabkan
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari: gejala utama
dyspnea ketika istirahat dan aktifitas, kelelahan, oedema ekstremitas bawah, serta tanda
lain: takipnea, takikardi, efusi pleura, ronchi, peningkatan vena jugularis, hepatomegali.
struktur atau fungsional jantung saat istirahat, adanya suara jantung tiga, murmur,
2.1.4 Klasifikasi
Kleas III Pasien yang memiliki penyakit jantung, tetapi terdapat keterbatasan
aktifitas fisik sedang. Pasien tersebut merasa lebih nyaman jika
beristirahat. Melakukan aktifitas fisik sedang (lebih dari biasanya)
menimbulkan kelelahan , palpitasi, dyspnea, serta nyeri
angina.
Kelas IV Pasien yang memiliki penyakit jantung yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas fisik apapun sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman. Gejala-gejala gagal jantung atau
sindroma angina dapat terjadi meskipun saat istirahat. Jika pasien
melakukan suatu aktifitas fisik apapun rasa tidak nyaman
meningkat
Diadopsi dari Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
(2008); PERKI (2015).
2.1.5 Patofisiologi
penurunan curah jantung akan berakibat pada penurunan tekanan arteri dan peningkatan
juga memperberat gagal jantung dengan menambah afterload ventrikel, tekanan vena
a. Elektrokardiogram (EKG)
Tujuan EKG adalah untuk menilai irama jantung, konduksi listrik jantung,
Foto rontgen dada dapat memberikan informasi yang berguna mengenai ukuran
c. Echokardiografi (ECHO)
11
yang rumit dan banyak tahap, seperti perlu mengetahui beberapa gejala,
mengontrol berat badan, teratur minum obat, membatasi asupan sodium dan
meliputi:
prognosis, morbiditas, fungsi fisik serta kualitas hidup pasien gagal jantung
(PERKI, 2015).
2. Kepatuhan berobat
cardiac output, dan tekanan darah sistolik. Dianjurkan pada pasien gagal
jantung dengan obesitas ( IMT > 30 kg/m 2 ) untuk mengurangi berat badan,
serta pasien dapat mengontrol berat badan secara rutin. Terutama jika
terdapat kenaikan berat badan > 2kg dalam 3 hari (PERKI, 2015).
4. Pembatasan Cairan
mengeluarkan air dari dalam tubuh. Hyponatremia yang berat pada suatu
(Smeltzer dan Bare, 2002). Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter
5. Latihan Fisik
13
pada pasien gagal jantung aman dilakukan dan memiliki banyak manfaat,
6. Manajemen Farmakologi
(PERKI, 2015).
Diadopsi dari: Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and Chronic heart
failure (2008) : PERKI (2015)
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan intervensi keperawatan pada pasien
memperbaiki perfusi jaringan, dan pemahaman perawatan diri serta tidak terjadi
menurunkan tekanan darah. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernafasan dan
penggunaan oksigen. Keuntungan dari latihan fisik adalah : melatih tubuh sesuai
mengatur berat badan, membantu hidup lebih baik dan menekan stress. Aktifitas
harus dilakukan secara bertahap dari yang ringan sampai berat diikuti fase
berkaitan dengan tanda dan gejala gagal jantung. Hal ini memberi kesempatan
b. Manajemen Stress
Pasien yang cemas dan stress tidak akan beristirahat dengan cukup, stress
denyut jantung meningkat. Berikan kenyaman fisik dan hindari situasi yang
membantu pasien untuk rileks. Perawat memberikan kenyamanan secara fisik dan
percaya diri dan mempertahankan kontak mata. Pasien diajarkan cara mengurangi
cemas dengan cara relaksasi, distraksi, dan istirahat yang cukup. Kecemasan yang
c. Manajemen Cairan
Pembatasan intake cairan pada gagal jantung ringan sampai dengan sedang tidak
menurunkan konsentrasi natrium pada cairan tubuh sehingga dapat terjadi low
kemampuan untuk mengeluarkan air dari dalam tubuh. Hyponatremia yang berat
sering terjadi pada pasien gagal jantung karena pengaruh kelebihan hormon
d. Manajemen Nutrisi
gagal jantung hanya membatasi garam pada makanannya berkisar 3 gram sehari
atau 1000-2000 mg natrium. Tiap 1 gram garam tidak murni mengandung 100%
natrium tetapi cuma 393 mg natrium. Nutrisi pada gagal jantung berkaitan juga
sehingga beban jantung yang sudah mengalami kegagalan akan semakin berat .
e. Penyuluhan Kesehatan
Pasien dengan gagal jantung agar dapat belajar dan mengerti sehingga
dapat mengatur aktivitas dan istirahat sesuai respon individu. Tujuan penyuluhan
pada pasien gagal jantung adalah agar pasien dapat mengerti dan memahami
perkembangan gagal jantung. Jelaskan pada pasien untuk taat dengan diet
rendah garam dan pembatasan cairan, menimbang berat badan, aktivitas dan
latihan secara bertahap serta perlunya istirahat secara adekuat. Selain itu yang
perlu disampaikan kepada pasien minum obat secara teratur sesuai resep dokter,
melaporkan dengan segera apabila ada gejala dan tanda kekambuhan gagal
fluktuasi tanda dan gejala, mengambil tindakan dalam menanggapi respon fisiologis
kekurangan cairan tubuh, monitoring serta mengelola gejala (Lindberg, 2010). Prinsip
kontraktilitas dan mengurangi beban volume. Tujuan kendali volume tubuh adalah
tercapainya komposisi cairan tubuh pada keadaan homeostasis, maka kebutuhan cairan
pasien gagal jantung harus dikurangi dari kebutuhan normal. Kebutuhan cairan pada
pasien gagal jantung adalah: BB x 25 ml/kg. Pada keadaan umum dewasa normal
dikalikan dengan 30 ml/kg dengan batas bawah dengan tujuan menghindari peningkatan
Cairan merupakan kebutuhan dasar yang utama, merupakan salah satu perhatian
perawat disamping oksigenasi, nutrisi, eliminasi, proteksi dan aktifitas. Jumlah cairan
adalah 60% BB dengan komposisi 36% cairan intra sel dan 24% cairan ekstra sel (18%
kelamin, dan jumlah lemak dalam tubuh. Pengertian dewasa sehat dalam konteks cairan
adalah jika nilai fungsi ginjal 120 cc/menit, Kebutuhan cairan pada dewasa sehat adalah
50 cc/kg berat badan/24 jam atau dengan menggunakan rumus kebutuhan cairan dalam 24
jam : IWL (Insensibel Water Loss : 500 cc ) + total produksi urin dalam 24 jam.
produksi urin dewasa normal ±1200 cc/ 24 jam. Insensibel Water Loss (IWL) adalah
25%
18
dari kebutuhan cairan per hari atau 500 ml –700 ml. Peningkatan suhu 1°C kebutuhan
sosial ritual, atau penyakit. Minum bertujuan untuk meringankan kekeringan mulut,
konsumsi makanan atau untuk menikmati rasa atau pengalaman efek psikotropika cairan.
asupan cairan terutama reaksi terhadap haus dan merupakan respon fisiologis terhadap
kekurangan cairan tubuh, atau sistematis hypertonicity. Sensasi haus sering berupa
kegiatan perilaku seperti minum, timbul dari proses motivasi dan kognitif yang
memunculkan perilaku. Asupan natrium merupakan penyebab utama dari sensasi haus
osmometrik pasien gagal jantung. Pasien anuri akan mengkonsumsi satu liter air untuk
penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien gagal jantung minum berlebihan
Pasien gagal jantung sering minum melebihi dari yang direkomendasikan. Pasien
menyadari harus patuh terhadap pembatasan cairan meskipun keinginan untuk minum
berlebihan, sehingga membuat keadaan tidak nyaman yaitu ambivalensi antara minum
dan tidak minum. Keadaan ini juga telah dikaitkan dengan hilangnya interaksi sosial dan
gagal jantung, meskipun berhasil atau tidak. Psikologis berkontribusi terhadap asupan
pada pasien gagal jantung. Perbedaan persepsi antara kebutuhan untuk membatasi asupan
cairan dan keinginan untuk minum. Berfokus pada rasa haus akan menyebabkan
peningkatan rasa haus, menghadapi pemicu misalnya melihat minuman lain, akan
memulai proses haus atau sensasi somatik, yang semuanya bisa mengakibatkan perasaan
ketidakberdayaan untuk melawan dorongan untuk minum pada diri pasien yang restriksi
Asupan cairan dan makanan yang berlebih pasien gagal jantung kongestif akan
meningkatkan volume air ekstraseluler karena fungsi ginjal menurun atau berhenti tidak
cairan. Overload cairan pada pasien gagal jantung terkait dengan peningkatan morbiditas
dan mortalitas tinggi. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dengan
overhydration sebagai faktor utama. Untuk menghindari berat badan yang berlebihan,
direkomendasikan diet ketat dan asupan cairan yang terbatas. Pasien disarankan setiap
hari menyiapkan cairan 500ml ditambah volume yang sama untuk output urin harian.
Kelebihan asupan cairan berupa edema ekstremitas bawah, ascites, hipertrofi ventrikel
kiri dan kongestif gagal jantung, hipertensi, sesak napas, dan pembuluh darah paru
(TD), status mental, CVP, distensi vena leher, suara nafas, berat badan, status hidrasi,
menjadi salah satu intervensi utama dalam penanganan klien dengan overload karena
cairan dari dalam pembuluh darah menuju jaringan interstisial tubuh. Intervensi
merupakan hal yang penting karena salah satu kemungkinan penyebab perubahan status
mental pada pasien gagal jantung adalah perpindahan cairan dari pembuluh darah otak
menuju jaringan interstisial (edema serebral). namun akumulasi cairan pada jaringan otak
2010). Pemantauan selanjutnya adalah berupa pemantauan adanya distensi vena jugularis
dan mengukur JVP. Hal tersebut dapat dilakukan sehubungan dengan anatomi pembuluh
darah tersebut bermuara pada vena sentral (vena cava superior). Peningkatan pada vena
kepada peningkatan JVP yang dapat terlihat dengan adanya distensi vena leher, jadi
secara tidak langsung distensi vena leher dan peningkatan JVP menunjukkan
kemungkinan adanya kondisi overload cairan (Smeltzer et al., 2010). Intervensi berupa
pemeriksaan fisik (auskultasi paru) penting dilakukan, sehubungan dengan adanya suara
peningkatan volume cairan di dalam pembuluh darah. Akumulasi cairan tersebut dapat
mengatasi kelebihan cairan pada pasien gagal jantung adalah berupa pemantauan berat
badan, oedema, ascites dan status hidrasi. Perubahan berat badan secara signifikan yang
terjadi dalam 24 jam menjadi salah satu indikator status cairan dalam tubuh. Kenaikan 1
edema dan ascites menunjukkan adanya akumulasi cairan di jaringan interstisial tubuh
tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah (Lewis et al., 2007).
Menurut Thomas (2003) ada beberapa petunjuk bagi pasien untuk menjaga
3. Menggunakan gelas kecil bukan gelas besar, setiap minum hanya setengah gelas,
permen karet rendah kalori, minum obat jika perlu, ketika pergi,
22
menjaga tambahan cairan seperti ekstra minum, penting untuk menjaga pada saat
7. Cek berat badan tiap hari sebelum makan pagi, akan membantu untuk
pengeluaran cairan serta berat badan. Pemasukan cairan meliputi jenis dan jumlah
makanan maupun cairan. Pengeluaran cairan adalah jumlah urin, muntah dan diare.
Pasien mengisi kartu monitoring untuk memonitoring keseimbangan cairan setiap hari.
keputusan dan tindakan dalam menanggapi respon haus. Pasien yang mengikuti dan
tercapainya berat badan yang optimal (Riyanto, 2011). Menurut Kimmel et al.,
(2000) bahwa umur merupakan faktor yang kuat terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Pasien berumur muda mempunyai tingkat kepatuhan yang rendah dibandingkan dengan
pasien berumur tua (Fefendi, 2008) menjelaskan bahwa pasien dengan umur produktif
merasa terpacu untuk sembuh, mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi dan sebagai
Pemantauan status hidrasi pada pasien gagal jantung meliputi pemantauan intake
output cairan (Sela dan Anggraini, 2007). Pemantauan Intake Output cairan pada
kartu intake output cairan untuk kemudian dilakukan penghitungan balance cairan
derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya. Pada
umumnya, sekitar sepertiga dari semua pasien patuh pada pengobatan (Kaplan dan
Sadock, 1997). Berdasarkan hasil penelitian dari Bohachick, Nurke, Sereika, Murali, dan
Jacob (2002), tentang kepatuhan terhadap terapimedis pada pasien gagal jantung, terdapat
71% patuh dengan terapi medis, dan 19% kurang patuh dengan terapi medis.
Hasil penelitian Wal et al., (2006), kepatuhan responden terhadap terapi medis
terdapat 5-10% pasien tidak patuh dengan terapi medis, 50-60% patuh dan sisanya
morbiditas, dan perawatan dirumah sakit. Kepatuhan adalah tanggung jawab pasien itu
sendiri untuk mengikuti program terapi medis. Kepatuhan adalah fenomena multidimensi
yang saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling mempengaruhi diantara beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor pasien, kondisi atau keadaan, terapi,
pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi. Dari faktor-faktor tersebut, faktor pasien adalah
yang paling besar pengaruhnya. Filosofi yang mendasari kepatuhan adalah penyakit itu
dapat dikendalikan (dikontrol) jika pasien mematuhi tindakan atau terapi yang telah
jantung adalah pendidikan pasien, kolaborasi dengan tim pelayanan kesehatan dan
dukungan psikososial.
1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial ekonomi dan
pendidikan.
3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang
tidak menyenangkan.
biaya/finansial.
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak
didasari pengetahuan.
2. Tingkat Ekonomi
3. Sikap (attitude)
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulan atau obyek. Sikap itu merupakan kesiapan atau
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan masa depan
dan pengambilan keputusan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu
untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi,
5. Dukungan keluarga
dia butuh orang yang selalu mendampingi salama pelaksanaan program terapi.
Dalam hal pengaturan diet, pembatasan cairan, obat- obatan, dan pengecekan
Mereka yang tinggal didaerah yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan tentu
saja akan lebih sulit dan memerlukan biaya lebih besar untuk mencapai lokasi.
Individu yang pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negative, tidak
memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik cenderung tidak menjalani terapi
dengan sungguh-sungguh, bahkan sering absen atau tidak mau datang lagi untuk
menjalani terapi.
Kartu monitoring cairan adalah kartu yang digunakan untuk memantau status
hidrasi pasien gagal jantung dengan memantau intake cairan selama 24 jam. Pada pasien
gagal jantung intake cairan yang direkomendasikan bergantung jumlah urine 24 jam,
yaitu jumlah urine 24 jam sebelumnya ditambah 500 cc (IWL) atau memakai rumus
30cc/kg berat badan (Pasticcio at al, 2012). Pemantauan intake cairan selama 24 jam
pada pasien gagal jantung yang dicatat pada kartu monitoring cairan kemudian
kondisi atau keadaan overload. Kartu monitoring cairan diisi oleh pasien sendiri atau
dibantu keluarga. Hal tersebut bertujuan untuk melatih pasien dalam memantau asupan
dan haluaran cairan, sehingga pasien sudah mempunyai kemampuan dalam manajemen
cairan. Ketrampilan tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya overload cairan pada
pasien, mengingat asupan cairan pasien bergantung kepada jumlah urine 24 jam. Pada
tujuan pengisian kartu. Setelah itu perawat memberi petunjuk cara pengisiannya kepada
Nama : Pendidikan :
Usia : Pekerjaan :
Bapak/ibu dimohon, pagi mengisi botol sesuai kebutuhan cairan, kemudian ketika habis
mohon ditulis sesuai jam pada tabel dibawah ini, jika ingin nambah lagi tolong ditulis berapa cc
jumlahnya di kolom keterangan.
Kebutuhan Cairan / 24 jam ( 30 cc/ kg berat badan ) :
Tanggal : Berat Badan :
Waktu (WIB) Intake(Minum) Keterangan
06.00
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
Total / 24 jam
Gambar 1. Kartu Monitoring Cairan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 KERANGKA KONSEP
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 1. Kerangka konseptual Pengaruh kartu monitoring cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di
klinik jantung RSUD. dr. Saiful Anwar Malang
28
29
Pasien gagal jantung memerlukan perawatan mandiri setelah keluar dari Rumah
Sakit. Perawatan mandiri gagal jantung meliputi kepatuhan minum obat, kepatuhan diet
cairan. Kepatuhan pembatasan cairan dipengaruh oleh beberapa faktor, meliputi faktor
demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sosial ekonomi/ pekerjaan), faktor
Dalam penelitian ini tedapat 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kelompok kontrol akan diberikan edukasi mengenai pembatasan cairan dan
kelompok intervensi akan di berikan edukasi pembatasan cairan dan kartu monitoring
cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengen
dilakukan di ruang 5a & 5b serta di klinik jantung RSUD dr.Saiful Anwar Malang.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung yang dirawat diruang
5a dan 5b dan melakukan kontrol di klinik jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang,
sejumlah data penderita pasien gagal jantung yang kontrol di klinik jantung dalam waktu
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung yang dirawat diruang 5a
dan 5b dan akan melakukan kontrol di klinik jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun besarnya sampel bisa ditentukan
30
31
N.z2.p.q
n =
d2(N-1) + z2.p.q
Keterangan :
n = Perkiraan besar sampel
N = Perkiraan besar populasi (25)
z = nilai standar normal untuk α=0,005 (1,96)
p = perkiraan proporsi jika tidak di ketahui di anggap 50% q
= 1 - p (100% - p)
d = tingkat kesalahan yang di pilih (d=0,05)
sehingga di dapatkan jumlah sampel pada penelitian ini adalah :
20. (1,96)2 .(0,5).(0,5)
n =
(0,05)2(20-1)+(1,96)2(0,5).(0,5)
19,208
n =
0,0475 + 0,9604
19,208
n =
1,0079
n = 19,057
n = 19 responden
Sesuai dengan perhitungan, maka jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian
ini adalah 19 responden. Pada masing-masing kelompok. Untuk mencegah adanya yang
drop out maka peneliti menambahkan 2 orang responden pada masing-masing kelompok,
sehingga jumlah sampel 21 orang pasien gagal jantung tiap kelompok. Dengan demikian
b. Pasien gagal jantung yang dirawat diruang 5a dan 5b dan melakukan kontrol
RSUD dr. Saiful Anwar Malang pada bulan 25 Oktober – 30 November 2019.
33
jumlah intake cairan/ 24 jam, tanda- tanda vital, berat badan, dan stabilitas klinis
atau diamati terlebih dahulu agar variabel penelitian dapat diukur dengan instrumen
penelitian. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Parameter/ cara ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala
Kartu Suatu kartu atau
monitoring lembaran yang
cairan digunakan untuk
memantau status hidrasi
pasien gagal jantung
yang meliputi
pemantauan intake
cairan selama 24 jam
Kepatuhan Perilaku individu dalam - Pasien mencatat - Kartu monitor Pasien dikatakan Nominal
pembatasan melakukan perubahan intake cairan yang intake cairan 1. Patuh:
cairan gaya hidup, yaitu masuk dalam 24 jam - Lembar observasi - Intake cairan pasien = 30cc /kg BB/hr
pembatasan cairan selama 1 minggu. stabilitas klinis - TTV stabil
sesuai dengan anjuran - Menggunakan lembar - Tidak ada kenaikan BB dalam 1 minggu
terapi dan kesehatan observasi berdasarkan - Tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan : sesak,
yaitu manajemen cairan stabilitas klinis pasien ronchi, acites,oedem
dengan mencatat intake 2. Tidak patuh:
dalam 24 jam sesuai - Intake cairan pasien >dari 30 cc/kgBB/hr
dengan kebutuhan . - TTV tidak stabil
- Ada penamba-han BB dalam 1 minggu
- Ada sesak, ronchi, acites, oedem
34
35
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan pembimbing, lulus uji etik
penelitian dan mendapat ijin dari direktur rumah sakit. Peneliti juga memohon ijin
kepada koordinator pelayanan perawatan dan kepala ruang 5A dan 5B serta kepala
urusan klinik jantung RSUD. dr. Saiful Anwar Malang tentang penelitian yang
dilakukan.
kreteria inklusi dilakukan dengan melihat catatan medis terlebih dahulu. Pasien
penelitian, waktu, tujuan, dan manfaat. Serta prosedur penelitian kepada calon
meminta kartu monitoring cairan untuk dievaluasi kemudian data yang diperoleh
Informed Consent
Pengolahan data
Penyajian data
Setelah semua data terkumpul (masih berupa data mentah), kemudian peneliti
mengolahnya menjadi informasi yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan kembali pada lembar observasi yang telah diisi,
penelitian.
b. Coding
definisi operasional untuk mempermudah analisis dan entry data. Item untuk
yang patuh diberi code 1 dan yang tidak patuh diberi code 0.
d. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau
tidak.
untuk mendapat gambaran dari hasil penelitian sesuai tujuan penelitian. Membuktikan
hipotesis yang telah dibuat, dan memperoleh kesimpulan dari penelitian yang dapat
yang telah diolah dalam penelitian ini, selanjutnya dianalisis secara bertahap yang
variabel- variabel yang diteliti. Karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi/ pekerjaan, lama sakit, keteraturan
kontrol, program terapi (deuretik), disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase
karena merupakan variabel katagorik. Demikian juga pada variabel lain yang ikut diuji
untuk mengontrol pengaruhnya yaitu jumlah intake cairan / 24 jam, tanda-tanda vital,
berat badan, serta tanda-tanda stabilitas klinis yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase juga.
Dalam penelitian ini, analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dua
variabel yang terkait dengan penelitian, yang meliputi variabel bebas (independent)
yaitu kartu monitoring cairan dengan variabel tergantung (dependent) yaitu kepatuhan
pembatasan cairan Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah katagorik (nominal-
nominal) maka jenis uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon. Jika hasil yang
diperoleh p < dari 0,05 maka terdapat pengaruh antara variabel yang diuji dan jika p>
dari 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel yang diuji. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan kepatuhan pembatasan cairan pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan, Jika hasil analisis penelitian
didapatkan nilai p < dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yaitu ada pengaruh kartu
pasien gagal jantung, dan jika nilai p > dari 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak yaitu
tidak ada pengaruh kartu monitoring cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada
Penelitian ini telah mendapat ijin dari komite etik RSUD dr. Saiful Anwar
Malang pada Nopember - Desember, prinsip yang diperhatikan dan diterapkan oleh
kemungkinan resiko dan manfaat yang dapat timbul. Jaminan kerahasiaan dari
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau evaluasi bagi tempat
pada saat pengambilan data. Peneliti melakukan penilaian awal terlebih dahulu
dengan memeriksa tanda-tanda vital dan memastikan pasien dalam keadaan stabil.
Selain itu peneliti meminimalkan waktu interaksi dengan responden dengan cara
memilah pertanyaan dalam kuesioner yakni petanyaan bagian identitas dan riwayat
penyakit diambil dari catatan medis responden dan bagian penilaian awal dengan
cara observasi.
keuntungan yang sama dari proses penelitian tanpa membedakan agama, suku,
jenis kelamin dan sebagainya. Setiap subjek penelitian diperlakukan sama yaitu
perihal hak-hak dari subjek penelitian dan memperhatikan prinsip moral yang
benar dan layak. Semua responden diberikan informasi yang sama terkait penelitian
dan tanda terimakasih atas setiap persetujuan atau partisipasi sebagai responden
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang khususnya di klinik
jantung serta ruang 5A dan 5B pada tanggal 25 Oktober – 30 Nopember 2019. Penelitian
ini mendapatkan sejumlah 20 pasien gagal jantung sebagai responden kontrol, namun dari
20 responden tersebut ada 3 responden yang tidak datang untuk kontrol, sehingga
mengharuskan peneliti mencari lagi 3 responden baru sebagai responden kontrol dan 20
pasien gagal jantung sebagai responden intervensi / eksperimen. Analisa penelitian yang
dilakukan meliputi analisa univariat dari masing- masing variabel, dan analisa bivariat
yang mencari pengaruh dari variabel independen dengan dependen. Analisa statistik data
variabel- variabel yang diteliti. Karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi/ pekerjaan, lama sakit, keteraturan
kontrol, program terapi (diuretik), disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase
karena merupakan variabel katagorik. Demikian juga pada variabel lain yang ikut diuji
untuk mengontrol pengaruhnya yaitu jumlah intake cairan / 24 jam, tanda-tanda vital,
berat badan, serta tanda-tanda stabilitas klinis yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase.
41
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi
Kontrol Intervensi
Karakteristik
n % n %
Jenis Kelamin Perempuan 7 35 3 15
Laki-laki 13 65 17 85
Total 20 100 20 100
Umur 30 – 40 tahun 2 10 1 5
41 – 50 tahun 6 30 2 10
50 – 64 tahun 12 60 17 85
Total 20 100 20 100
Pendidikan SD 3 15 4 20
SMP 2 10 5 25
SMA 14 70 8 40
PT 1 5 3 15
kontrol dengan gagal jantung, yang paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu
42
43
yang bekerja ada 14 pasien (70%), sedangkan yang sakit < 1 tahun sebanyak 15 pasien
paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 17 pasien (85%), usia antara 50 -
sebanyak 8 pasien (40 %), yang bekerja sebanyak 13 pasien (65%), lama sakit
< 1 tahun ada 14 pasien (70%), dan yang mendapat terapi diuretik 17 pasien (85%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi berdasarkan intake cairan, TD, BB, Stabilitas klinis
Kontro Intervensi
Karakteristik Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
n % n % n % n %
Intake> dr kebutuhan 8 40 8 40 6 30 0 0
Cairan≤ dr kebutuhan 12 60 12 60 14 70 20 100
Tekanan Darah Sistole 116,95 ±12,81 14,05 ±11,59 125,25 ±14,033 122,50 ±15,760
Diastole 67,90 ±12,27 67,85 ±11,50 72,30 ±10,960 70,75 ±10848
Berat Badan Naik 0 0 4 20 0 0 1 5
Stabil 20 100 16 80 20 100 19 95
Oedema Ada 13 65 8 40 7 35 6 30
Tidak Ada 7 35 12 60 13 65 14 70
Ronchi Ada 6 30 2 10 2 10 0 0
Tidak Ada 14 70 18 90 18 90 20 100
Sesak Ada 6 30 7 35 4 20 0 0
Tidak Ada 14 70 13 65 16 80 20 100
Distensi Vena Ada 0 0 0 0 0 0 0 0
Jugularis Tidak Ada 20 100 20 100 20 100 20 100
44
45
cairan yang paling banyak pada intake cairan ≤ dari kebutuhan yaitu 12 pasien ( 60%)
baik sebelum atau sesudah perlakuan, sedangkan dari 20 kelompok intervensi ada 14
Tekanan darah dari 20 kelompok kontrol yang paling banyak pada tekanan darah
normal sebelum perlakuan ada 19 pasien (95%) sesudah perlakuan 20 pasien (100%),
Berat badan dari 20 kelompok kontrol yang paling banyak pada berat badan stabil
sebelum perlakuan ada 20 pasien (100%) dan sesudah perlakuan ada 16 pasien (80%).
(65%) sesudah perlakuan ada 7 pasien (35%), kelompok intervensi oedema sebelum
perlakuan ada 7 pasien (35%) sesudah perlakuan ada 6 pasien (30%). Sedangkan untuk
tidak oedema didapatkan kelompok kontrol sebelum perlakuan ada 7 pasien (35%)
sesudah perlakuan ada 12 pasien (60%). Pada kelompok intervensi sebelum perlakuan
Ronchi dari 20 kelompok kontrol yang paling banyak pada item tidak ronchi
yaitu sebelum perlakuan ada 14 pasien (70%) sesudah perlakuan 18 pasien (90%),
sedangkan dari 20 kelompok intervensi yang tidak ada ronchi sebelum perlakuan ada 18
baik sebelum atau sesudah perlakuan tidak ditemukan adanya ascites. Pada diskriptif
sesak, didapatkan tidak sesak pada kelompok kontrol sebelum perlakuan ada 14 pasien
(70%) setelah perlakuan menjadi 13 pasien (65%), pada kelompok intervensi tidak
sesak sebelum perlakuan ada 16 pasien (80%) setelah perlakuan ada 20 pasien (100%).
Deskriptif Distensi Vena Jugularis (DVJ) mayoritas tidak ada baik pada kelompok
Uji normalitas data dilakukan pada variabel kelompok kontrol dan variabel
kelompok intervensi, untuk menentukan jenis uji apa yang digunakan pada analisa
bivariate. Pada uji normalitas ini didapatkan nilai Shapiro-Wilk = 0,000 < 0,05 yang
diartikan bahwa distribusi datanya tidak normal, maka uji yang digunakan pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan Uji
Wilcoxon, sedangkan uji yang digunakan pada kelompok kontrol dan kelompok
Analisa bivariate pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan
sesudah perlakuan pada penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon, yaitu dengan
membandingkan nilai signifikan dengan nilai α = 0,05, apabila nilai signifikan lebih kecil
dari α = 0,05 berarti menunjukkan adanya perbedaan. Sedangkan pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi sesudah perlakuan menggunakan Uji Chi- Square- Fisher
monitoring cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung.
5.3.1 Kepatuhan pembatasan cairan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol
perlakuan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung pada kelompok kontrol, maka
kontrol diperoleh nilai signifikan sebesar 0,157 > α = 0,05 sehingga tidak ditemukan
perubahan kepatuhan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol artinya
perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol tidak mampu untuk meningkatkan
5.3.2 Kepatuhan pembatasan cairan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi
perlakuan tentang pembatasan cairan pasien gagal jantung pada kelompok intervensi,
intervensi diperoleh nilai signifikan sebesar 0,025 < α = 0,05 sehingga ditemukan adanya
perubahan kepatuhan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi, artinya
perlakuan yang diberikan pada kelompok intervensi secara efektif mampu untuk
5.3.3 Kepatuhan pembatasan cairan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi
tentang pembatasan cairan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, maka
kelompok kontrol dan kelompok intervensi diperoleh nilai P- Value = 0,300 lebih besar
dari α = 0,05 sehingga tidak ditemukan adanya pengaruh kartu monitoring cairan terhadap
kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung RSUD dr.
Saiful Anwar Malang. Karena selisih proporsi lebih dari 20%, secara klinis terdapat
pengaruh kartu monitoring cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan, namun secara
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari interprestasi dan diskusi hasil
penelitian, keterbatasan penelitian, serta implikasi hasil penelitian pada layanan asuhan
keperawatan. Penelitian ini dilakukan pada pasien gagal jantung yang berusia kurang dari
65 tahun, pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan pemberian kartu
monitoring cairan sebelum pasien pulang. Adapun penjelasan hasil penelitian ini sebagai
berikut.
cairan terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung di klinik jantung
6.1.1 Kepatuhan pembatasan cairan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol
Kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal jantung pada kelompok kontrol dari
masuk katagori patuh, dan 8 pasien (40%) tidak patuh. Sesudah dijelaskan tentang
pembatasan cairan didapatkan 14 pasien (70%) masuk katagori patuh, dan 6 pasien (30%)
tidak patuh. Ketidak patuhan dibuktikan pada intake cairan / 24 jam yang masih melebihi
dari jumlah yang ditentukan, dan adanya perubahan stabilitas klinis pasien, seperti
peningkatan berat badan, ada oedema, ada ronchi, dan juga masih ada sesak. Hal
tersebut
50
51
dikarenakan pemberian informasi tentang cara pengukuran kebutuhan cairan yang kurang
detail dari petugas kesehatan, serta informasi yang kurang tepat dari lingkungan sekitar,
mereka berpendapat bahwa minum lebih banyak baik untuk kesehatan..Hal ini
bertentangan dengan manajemen pembatasan cairan pada pasien gagal jantung, yang
menyatakan bahwa mengontrol asupan natrium dan cairan penting untuk diperhatikan.
Pembatasan intake cairan pada pasien gagal jantung ringan sampai sedang tidak
berdampak signifikan, akan tetapi pada gagal jantung yang berat diperlukan pembatasan
cairan sampai 1000 – 1500cc/ hari. Karena intake cairan yang berlebih bisa menurunkan
konsentrasi natrium pada cairan tubuh sehingga dapat terjadi low salt syndrome /
Penyebab ketidakpatuhan yang lain, pasien cenderung tidak bisa menahan rasa
haus sehingga intake cairan melebihi yang dianjurkan. Hal ini dipengaruhi oleh efek
mukosa menjadi kering, sehingga menimbulkan rasa haus yang membuat pasien minum
melebihi dari jumlah yang telah ditentukan (Potter&Perry, 2008). Hal ini didukung
dengan penelitian Thomas pada tahun 2003 bahwa mayoritas pasien gagal jantung minum
sehingga berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung. Pada penelitian ini, pada
6.1.2 Kepatuhan pembatasan cairan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi
pasien (70%) masuk katagori patuh, dan ada 6 pasien (30%) tidak patuh. Adapun sesudah
diberikan penjelasan tentang pembatasan cairan dan diberi kartu monitoring cairan
didapatkan 19 pasien (95%) masuk katagori patuh, dan ada 1 pasien (5%) tidak patuh.
Akan tetapi pada variabel kepatuhan intake cairan pada kelompok intervensi ini, semua
pasien patuh yaitu semua pasien yang berjumlah 20 intake cairannya rata-rata ≤ dari
jumlah yang ditentukan. Hal tersebut berkaitan erat dengan pemberian kartu monitoring
cairan yang diberikan sebelum pasien pulang. Dimana kartu monitoring cairan bisa
digunakan sebagai pengingat serta dikartu tertulis jumlah dan petunjuk cara menghitung
kebutuhan cairan sesuai dengan berat badan pasien. Sehingga dapat meningkatkan
Kartu monitoring cairan merupakan kartu yang digunakan untuk memantau status
hidrasi pasien gagal jantung yang meliputi pemantauan intake cairan selama 24 jam.
Intake cairan pasien gagal jantung yang direkomendasikan bergantung jumlah urine 24
jam ditambah 500 cc (IWL), atau memakai rumus 30cc/kg berat badan. Kelebihan kartu
monitoring cairan ini selain mudah digunakan, juga mudah dipahami dan mudah
(Kripalani dkk, 2007). Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pill Chard mampu
Untuk Ketidakpatuhannya terletak pada kenaikan tekanan darah yaitu dari 140/
90 mmHg menjadi 151/89 mmHg dan kenaikan berat badan dari 54 kg menjadi 56 kg, hal
ini dikarenakan pasien tidak bisa memanajemen aktivitas dan istirahatnya. Pasien perlu
beristirahat secara fisik maupun emosional, istirahat dapat mengurangi kerja jantung,
meningkatkan cadangan tenaga jantung, dan menurunkan tekanan darah. Istirahat juga
mengurangi kerja otot pernafasan dan penggunaan oksigen. Selain itu latihan fisik secara
teratur sangatlah dibutuhkan , latihan fisik yang dilakukan sesuai kapasitas dapat
tubuh, membantu mengatur berat badan menjadi stabil, membantu hidup lebih baik dan
dapat mengurangi stress. Upaya untuk menstabilkan tekanan darah manajemen stress juga
dibutuhkan karena pasien yang cemas dan stress tidak akan beristirahat dengan cukup.
kenyamanan fisik dan menghindari situasi yang menyebabkan kecemasan yang dapat
dan psikologi, melibatkan keluarga dan berkomunikasi secara pelan, tenang, dan percaya
diri. Pasien diajarkan cara mengurangi cemas dengan cara relaksasi, distraksi, dan
istirahat yang cukup sehingga tekanan darah tinggi, sesak nafas, dan gelisah dapat
6.1.3 Kepatuhan pembatasan cairan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi
evaluasi pada saat kontrol ke klinik jantung didapatkan bahwa dari 20 pasien kelompok
kontrol setelah perlakuan ada 14 pasien (70%) patuh dan ada 6 pasien (30%) tidak patuh
yang diberi kartu monitoring cairan ) didapatkan 19 pasien (95%) patuh dan 1 pasien
1. Dalam penelitian ini terdapat ketidaksesuaian kondisi klinis dengan asupan cairan
yang didapat pada pasien gagal jantung jantung di klinik RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
maximal.
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan informasi bagi institusi pelayanan
kesehatan bagi pasien dan keluarganya baik saat perawatan, akan pulang dari rumah
sakit setelah perawatan, maupun saat kunjungan kontrol kesehatan ke klinik jantung
terkait kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal jantung. Dengan demikian
diharapkan pasien
55
dapat patuh dalam pembatasan cairan dan dapat memanajemen kebutuhan cairan
7.1 KESIMPULAN
besar patuh.
pembatasan cairan pada pasien gagal jantung diklinik jantung RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.
7.2 SARAN
cairan pada pasien gagal jantung dan cara mengukur kebutuhan cairan pada
56
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, dkk. (2016). Pemantauan Intake Output Cairan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dapat Mencegah Overload Cairan.
https://www.researchgate.net/publication/316335828
Black, J. M., & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing clinical
management for positif outcomes (8thed). Saunders Elsevier.
Castello, L.M., et al., (2017). Acut decompensated heart failure in the emergency
department: Identification of early predictors of outcome. Medicine,
96(27). Doi: http://dx.doi.org/10.1097/MD.0000000000007401.
Darling, C., et al., (2013). Delayed hospital presentation in acut decompensated heart
failure: clinical and patient reported factors. Heart lung, 42(4), 281- 286. doi:
10.1016/j.hrtlng.2013.01.007.
Farre, N., et al., (2017). Real word heart failure epidemiologiy and outcome: A
population-based analysis of 88, 195 patient. PloS One, 12(2), e0172745. doi: 10.
1371/journal.pone.0172745.
Kartini, A., (2015) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pembatasan Diit
Cairan Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Tugurejo Semarang.
.http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/vi
ew/416/416
Kimmel. (2000), Faktor kepatuhan Diit Gagal Ginjal Kronik. EGC; Jakarta Kementerian
Klabunde RE. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskular. Ed. 2.. EGC ; Jakarta Kripalani et
Lewis, S.M., Heitkemper, M.M, Dirksen, S.R. (2007). Medical Surgical Nursing :
Assesment and Management of Clinical Problem. Pennsylvania: W.B Saunders.
58
59
Majid, A. (2010). Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap
ulang pasien gagal jantung kongestif di rumah sakit yogyakarta, 10.
Mesquita, E.T., Jorge,A.J.L., Rabelo, L.M., & Souza, C.V. (2016) Understanding
Hospitalization in Patientwith Heart Failure. International Journal of
Cardiovascular Sciences. doi: 10.5935/2359-4802.20160060.
Price, S.A., Wilson, L.M.G., (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 Jakarta : EGC
Potter, P.A., Perry, A.G., (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Ed 4, Vol 2. Terjemahan. Jakarta:EGC.2005 2
Rekam Medis RSUD dr. Saiful Anwar Malang. (2019). Prevalensi pasien dengan
gangguan sistem kardiovaskular di RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner &
suddarth. Vol 2 edisi 8. Jakarta: EGC.
Factors Affecting it: A Systemic Review. J Cardiovasc Thorac Res, 2012; 4 (4):
95-101.
Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE Jr, Drazner M.H, Wilkoff,B.L,
(2013) ACCF/AHA Guideline for the Managenet of Heart Failure: Executive
Summary, Journal of The American College of Cardiology, 62 (16), 1495-
1539.doi: 10.1016/j.jac2 2013.05.020.