Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. IV/No.

6/Juni/2016

TANGGUNG JAWAB PERBANKAN DALAM Kata kunci: perbankan, green banking,


PENEGAKAN GREEN BANKING MENGENAI kebijakan kredit
KEBIJAKAN KREDIT1
Oleh: Nicholas Maramis2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Perkembangan hukum lingkungan telah
Hukum Perbankan berdasarkan Undang- memperoleh dorongan yang kuat karena
undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan adanya Stockholm Declaration, baik pada taraf
atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang nasional, regional maupun internasional.
Perbankan, dalam penjelasan Pasal 8 ayat (1) Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai
antara lain menjelaskan bahwa “bank dalam tumbuhnya kesatuan pengertian dan bahasa di
memberikan kredit atau pembiayaan antara para ahli hukum dengan menggunakan
berdasarkan prinsip syariah harus pula Stockholm Declaration sebagai referensi
memperhatikan hasil analisis mengenai dampak bersama.3 Berbagai forum internasional terus
lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang digelar untuk membahas tindakan nyata
berskala besar dan/atau berisiko tinggi agar mengatasi perubahan iklim yang antara lain
proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian diselenggarakan di Copenhagen, Denmark,
lingkungan”. Aspek hukum perkreditan tanggal 7-12 Desember 2009.
berwawasan lingkungan merupakan hal yang Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan
baru dan menjadi prioritas dalam kegiatan lingkungan hidup demi pelestarian kemampuan
perbankan. Tujuan dilakukannya penelitian ini lingkungan hidup yang serasi dan seimbang
adalah untuk mengetahui bagaimana peran dan untuk menunjang pembangunan yang
tanggung jawab perbankan dalam penegakan berkesinambungan, maka Indonesia yang
Green Banking dalam kebijakan penyaluran berada pada posisi yang sangat rentan
kredit kepada nasabah, dan bagaimanakah terhadap dampak perubahan iklim, wajib
urgensi persyaratan AMDAL dalam suatu mengembangkan dan melestarikan lingkungan
perjanjian kredit bank. Dengan menggunakan hidup agar dapat tetap menjadi sumber
metode penelitian hukum normatif disimpulkan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat
bahwa: 1. Di Indonesia Green Banking telah Indonesia serta makhluk hidup lainnya.
diatur sejak tahun 1989 dan lebih ditegaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Indonesia 1945 sebagai landasan konstitusional
Perbankan yang telah diubah. Salah satu bagi penyelenggaraan pemerintah dalam Pasal
produk dari Green Banking adalah dalam 33 ayat (3) menyebutkan bahwa Bumi dan air
bentuk kebijakan kredit bank terhadap hasil dan kekayaan alam yang terkandung di
AMDAL. 2. Perbankan dan Bank Indonesia dalamnya dkuasai oleh negara dan
merupakan pihak yang tidak terkait secara dipergunakan untuk sebesar-besarnya
langsung dan berperan secara tidak langsung kemakmuran rakyat. Hal yang sama dipertegas
dalam penegakan Green Banking dalam lagi pada tahun 1982, dimana Indonesia untuk
kebijakan kreditnya sebagai upaya menjaga pertama kalinya mengundangkan suatu
lingkungan hidup. Walaupun peran serta undang-undang yang sangat penting mengenai
perbankan dan Bank Indonesia dilakukan secara pengelolaan lingkungan hidup, yaitu Undang-
tidak langsung, namun peranan tersebut sangat undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
strategis. Peran Bank Indonesia adalah ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
mengeluarkan ketentuan yang berkaitan Hidup, selanjutnya Undang-undang ini telah
dengan kelestarian lingkungan hidup dan diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun
mengawasi pemberian kredit perbankan 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
apakah telah memperhatikan hasil AMDAL. dan kemudian kembali diganti dengan Undang-
undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
1
Artikel Tesis. Dosen Pembimbing : Dr. Johnny Lembong,
Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH).
SH, MH; Dr. Jemmy Sondakh, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan,
NIM. 1023208055 (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1999), hal. 11.

1
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

Perbankan perlu beradaptasi secara normatif, bahan pustaka merupakan data dasar
interdepedensial dengan lingkungan, dalam hal yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai
ini dikenal dengan istilah green banking, data sekunder. Dengan demikian, data yang
sebagai cara untuk memenangkan persaingan digunakan dalam penelitian ini adalah : bahan
pasar sekaligus turut melestarikan lingkungan, hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
karena perbankan tidak bisa hidup tanpa bahan hukum tersier.
lingkungan yang memadai. Peran serta sektor
perbankan dalam rangka mendukung HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pengelolaan lingkungan hidup (green banking) A. Penerapan Green Banking dalam Hukum
sejalan dengan undang-undang dan Perkreditan
diamanatkan dalam Pasal 8 Undang-undang No. Pemberian kredit oleh perbankan dapat
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana merupakan suatu masalah bila kredit itu
telah diubah dengan Undang-undang No. 10 dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan
Tahun 1998, yang berbunyi bahwa: (1) Dalam yang pada akhirnya menimbulkan atau
memberikan kredit atau pembiayaan mengakibatkan pencemaran atau perusakan
berdasarkan syariah, Bank Umum wajib lingkungan hidup. Dalam hal ini seharusnya
mempunyai keyakinan berdasarkan analisa badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan
yang mendalam atas itikad dan kemampuan yang memberikan kredit dapat digerakkan
serta kesanggupan nasabah debitur untuk untuk berperan serta dalam pengelolaan
melunasi utangnya atau mengembalikan lingkungan hidup, karena perusahaan yang
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang ingin berkembang tergantung pada fasilitas
diperjanjikan. Dengan demikian keyakinan kredit.
berdasarkan analisa yang mendalam dalam Dengan demikian dalam kredit perbankan,
memberikan kredit atau pemiayaan analisis resiko tidak hanya terbatas pada
berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat, bank analisis berdasarkan kinerja proyek, tetapi juga
harus pula memperhatikan hasil Analisis memerlukan metode analisis yang
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi memperhitungkan biaya-biaya eksternal
perusahaan yang berskala besar dan atau (benefit and risk analysis) yang melibatkan
beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap berbagai disiplin ilmu (inter and multidicipline
menjaga kelestarian lingkungan. science), khususnya untuk memahami
lingkungan hidup. Dengan berlakunya undang-
B. Rumusan Masalah undang Perbankan dan sebagai akibat dari
1. Bagaiamana peran dan tanggung jawab pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudent
perbankan dalam penegakan Green banking) serta masalah tingkat kesehatan bank,
Banking dalam kebijakan penyaluran kredit sektor perbankan tentunya akan sangat
kepada nasabah ? concern kepada masalah lingkungan. Pihak
2. Bagaimanakah urgensi persyaratan AMDAL perbankan dalam memberikan kreditnya tidak
dalam suatu perjanjian kredit bank ? menginginkan proyek yang dibiayainya
menimbulkan pencemaran lingkungan,
C. Metodologi Penelitian misalnya sampai menimbulkan keresahan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah masyarakat. Oleh karena bank sebagai pemberi
penelitian hukum normatif. Penelitian normatif kredit akan diminta pertanggungjawabannya,
menurut Ronald Dworkin disebut juga dalam hal ini penilaian terhadap analisa
penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu lingkungan serta dampak lingkungannya.
suatu penelitian yang menganalisis baik hukum Namun demikian resiko kerusakan lingkungan
sebagai law as it written in the book, maupun yang timbul akibat sebuah proyek yang dapat
hukum sebagai law as it by the judge trough diantisipasi sejak awal.
judicial process.4 Pada penelitian hukum Dalam Pasal 22 ayat (2) UPPLH, untuk
menentukan suatu kegiatan yang memiliki
4
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif
dampak penting terhadap lingkungan hidup
dan Perbandingan Hukum, (Medan : Majalah Hukum, ditentukan oleh :
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003), hal.,
1.

2
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

a. Jumlah manusia yang akan terkena atau pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah
dampak; harus pula memperhatikan hasil Analisis
b. Luas wilayah persebaran dampak; Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
c. Intensitas dan lamanya dampak perusahaan yang berskala besar dan atau
berlangsung; beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya menjaga kelestarian lingkungan.”
yang terkena dampak; Dari penjelasan di atas ternyata undang-
e. Sifat kumulatif dampak tersebut; undang Perbankan secara eksplisit telah
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya mencantumkan kewajiban perbankan di
(irreversible) dampak. Indonesia untuk melaksanakan perbankan hijau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan (Green Banking) dan hal ini sesuai dengan gerak
ilmu pengetahuan dan teknologi. langkah yang dibutuhkan perbankan nasional
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, untuk berperan serta dan bertanggungjawab
sektor perbankan dalam membiayai proyek dalam pelestarian fungsi lingkungan guna
industri secara umum dapat mengkaji hal-hal melaksanakan pembangunan berwawasan
sebagai berikut : lingkungan seperti yang diamanatkan dalam
1. ada hal-hal yang berbahaya terhadap propenas Tahun 2000-2004 dan menjadi
kesehatan yang berkaitan dengan proses semakin jelas. Dengan mengesampingkan aspek
industrinya; lingkungan justru dapat mengakibatkan resiko
2. akan terjadi gangguan yang cukup berarti menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat.
terhadap masyarakat; Fungsi utama perbankan sebagaimana
3. ada potensi konflik dengan kepentingan telah diungkapkan adalah penghimpun dana
lainnya; masyarakat dan menyalurkannya pada
4. perlunya penambahan pembangunan masyarakat. Dalam kegiatan operasionalnya
infrastruktur termasuk transport dan disamping harus mempertimbangkan faktor-
pembangkit tenaga listrik yang ada; faktor ekonomis, juga perlu
5. proyek industri sudah memiliki instalasi mempertimbangkan faktor-faktor lain yaitu
pengolahan limbah atau belum masalah lingkungan hidup. Kegiatan
Keseluruhan itu perlu dikaji karena sektor operasional perbankan tersebut yang terutama
perbankan yang berfungsi sebagai berkaitan dengan pemberian kredit kepada
intermediary dalam pembangunan telah nasabahnya. Bank (kreditur) dalam
melakukan mobilisasi dana masyarakat memberikan kredit kepada debitur selalu
dan menyalurkan dana tersebut antara lain memakai perjanjian kredit, dalam arti dibuat
berupa pembiayaan kredit pada industri- secara tertulis (kontrak). Meskipun secara tegas
industri dalam proses pembangunannya. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan tidak
Penjabaran pelaksanaan wawasan mengatur bahwa setiap transaksi kredit harus
tersebut tercermin pada Pasal 22 ayat (1) memakai perjanjian tertulis. Menurut isi Pasal
UUPPLH. 1338 KUH Perdata, perjanjian yang dibuat oleh
Sikap tanggap perbankan Indonesia para pihak bersangkutan (debitur dan kreditur)
sebagaimana dinyatakan dalam UU Perbankan merupakan hukum positif bagi yang
dalam penjelasan umumnya terdapat kalimat bersangkutan, dimana untuk sahnya perjanjian
sebagai berikut : “Prinsip kehati-hatian harus harus memenuhi syarat materiel dan formal.
dipegang teguh sedangkan ketentuan Salah satu manifestasi dari isi Pasal 1338 KUH
mengenai kegiatan usaha bank perlu Perdata, perjanjian kredit sering disebutkan
disempurnakan terutama yang berkaitan sebagai kebebasan berkontrak; artinya apa
dengan penyaluran dana termasuk di dalamnya yang akan dicantumkan dalam perjanjian kredit
peningkatan peranan Analisis Mengenai diserahkan kepada para pihak.
Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan Namun demikian, meskipun isi perjanjian
berskala besar dan atau beresiko tinggi.” kredit diserahkan kepada para pihak yang
Selanjutnya dalam penjelasan umum bersangkutan atau dirundingkan, ternyata pada
angka 5 pada Pasal 8 ayat (1) dikatakan : prakteknya isi perjanjian kredit lebih banyak
“Disamping itu bank dalam memberikan kredit ditentukan oleh bank sendiri, artinya debitur

3
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

tidak diberi kesempatan untuk turut serta Borrower promises to :


merundingkan isi perjanjian tersebut. Dari 1. Pay for an initial and annual environmental
substansi perjanjian kredit tersebut diatas audit that satisfies the requirements, as set
dapat dikatakan bahwa kedudukan bank fourth in the lender’s environmental policy,
(kreditur) lebih kuat dibanding debitur, attached hereto as exhibit…., and;
sehingga pihak bank dapat memaksakan 2. Allow the bank and its agents access to the
kepada debitur agar menurut dan mematuhi property for purposes of conducting
dengan apa yang sudah ditentukan oleh pihak environmental investigation,
bank sebelumnya. Secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai
Pencantuman klausul-klausul tentang berikut :
lingkungan hidup bukan hanya peran serta bank 1. Bersedia membayar biaya audit awal
dalam mengelola lingkungan, tetapi juga : lingkungan dan tahunan yang memenuhi
1. Dapat menguntungkan bank, seandainya syarat terlampir, seperti yang tertera
pihak debitur dalam usahanya telah dalam kebijakan kreditur (pemberi
mencemarkan lingkungan, setidaknya dari pinjaman) tentang lingkungan, sebagai
turut serta bertanggungjawab atas tanda jadi…., dan
pencemaran yang ditimbulkan perusahaan 2. Mengijinkan pihak bank dan agen-agennya
debitur. untuk memasuki areal miliknya untuk
2. Dalam skala yang lebih luas, jika semua kepentingan mengadakan pemeriksaan
bank melakukan tindakan yang sama lingkungan.
setidaknya akan mengurangi pencemaran Selanjutnya perjanjian tersebut memuat
lingkungan hidup, karena jika covenant sebagai berikut :
pencantuman klausul tersebut merupakan Borrower promises to :
syarat yang harus dipenuhi yang tidak 1. Comply with all environmental statutes
dapat ditawar lagi, maka akan memberikan and regulations;
dampak positif dalam rangka mencegah 2. Not handle toxic or hazardous substances
terjadinya pencemaran lingkungan hidup without notice to the lender and
secara luas. compliance with applicable law;
Pencantuman klausul pencegahan 3. Pay for clean up, if any, required by the
pencemaran lingkungan hidup bukan hanya state or federal environmental law or
sekedar pelengkap isi perjanjian kredit, tetapi regulation; and
juga harus disertai dengan pihak instansi terkait 4. Immediately notify the lender of any
yang mengawasi agar tidak terjadi pencemaran environmental compliance problems.
lingkungan hidup, artinya harus ada tindak Secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai
lanjut dan kerjasama dengan pihak lain yang berikut :
diberi tugas untuk mengawasi masalah 1. Mematuhi segala peraturan dan
lingkungan hidup, dengan kata lain bahwa perundang-undangan lingkungan hidup;
klausul-klausul tersebut harus 2. Tidak berhubungan dengan zat-zat
dilaksanakan/ditegakkan atau diterapkan berbahaya ataupun beracun tanpa
sebagaimana mestinya, sesuai dengan maksud memenuhi standar kelayakan pakai dan
dan tujuan dicantumkannya klausul-klausul sepengetahuan pihak kreditur;
tersebut. 3. Bersedia membayar biaya pembersihan,
Klausul-klausul apa saja yang harus ada jika dikehendaki oleh undan-gundang atau
dalam perjanjian kredit yang dicantumkan peraturan-peraturan setempat;
sebagai upaya mencegah terjadinya 4. Secepat mungkin memberitahu pihak
pencemaran lingkungan hidup dapat kita lihat kreditur jika terdapat masalah-masalah
di Amerika Serikat, dimana klausul-klausul yang yang menyangkut lingkungan.
harus ada dicantumkan dalam perjanjian kredit
yang berkaitan dengan kewajiban debitur untuk
memelihara lingkungan hidup antara lain :5
Hukum dan Lingkungan Hidup di Indonesia, (Jakarta :
5
George A. Nations III, “Minimizing Risk of Loss from Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Environmental Laws”, dikutip dari : Erman Rajagukguk, Indonesia, 2001), hal. 318.

4
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

Ketentuan-ketentuan lain yang dicantumkan untuk mencemarkan lingkungan hidup


dalam perjanjian kredit antara lain :6 dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
Borrower hereby represents and warrant that : memberikan kredit. Dengan alasan-alasan yang
1. All appropriate inquiry with regard to dapat dijadikan pertimbangan antara lain :
environmental matters has been 1. Jika perusahaan debitur mencemarkan
conducted by borrower and has revealed lingkungan, ada kemungkinan usahanya
that no hazardous substance is currently ditutup oleh pemerintah, jika hal ini terjadi
present on the site contains any sudah tentu sangat merugikan bank, dan
Environmental Sensitive Areas. debitur ada kemungkinan tidak dapat
2. No toxic or hazardouus substance or mengembalikan pinjamannya
contaminants have been placed on the (menghindari resiko).
property by borrower. 2. Sebagai upaya keikutsertaan dalam
3. Borrower is not currently and has not at pelestarian lingkungan hidup (green
any in the past violated any environmental banking)
law or regulation. Pencantuman klausul pencegahan
4. Borrower has never been cited by a state pencemaran lingkungan hidup (green banking)
or federal environmental agency for a dalam praktek perbankan terdapat dalam
response action or violation of any kind. klausul affirmative covenants. Klausul ini adalah
5. Borrower is not and has never disposes of hal-hal yang diwajibkan terhitung sejak tanggal
any hazardous substances or materials in Perjanjian sampai dengan dilunasinya
violation of any environmental law or kewajiban yang terutang oleh debitur kepada
regulation. bank (kreditur) berdasarkan perjanjian kredit.7
6. Borrower is not and has never been Klausul tersebut terdapat pada Pasal 5
transporter of any hazardous substances. (Hal-hal yang diwajibkan) yang berbunyi :
Secara harfiah dapat diterjemahkan “Kecuali ditentukan lain oleh bank, terhitung
sebagai berikut : sejak tanggal Perjanjian ini sampai dengan
1. Segala pemeriksaan yang berkaitan dengan dilunasinya seluruh kewajiban yang terhutang
masalah lingkungan telah dilakukan oleh oleh debitur kepada bank berdasarkan
pihak debitur dan arealnya telah Perjanjian ini, maka debitur wajib
dinyatakan bebas dari zat-zat berbahaya melakukan/melaksanakan hal-hal sebagai
serta tidak ada bagian-bagian yang berikut :
merupakan daerah rawan gangguan Memperoleh, mempertahankan,
lingkungan; memperpanjang atau memperbaharui
2. Tidak ditemui zat-zat berbahaya atau apabila sudah habis jangka waktunya semua
beracun di areal milik debitur; izin usaha dan izin-izin lainnya termasuk
3. Debitur tidak pernah melanggar segala namun tidak terbatas pada izin mengenai
peraturan atau undang-undang lingkungan amdal yang harus dimiliki oleh debitur
dimasa yang lalu maupun sekarang; dalam rangka menjalankan usahanya dan
4. Debitur tidak pernah disebut oleh lembaga menyerahkan fotocopy dari izin-izin tersebut
lingkungan pemerintah setempat sebagai kepada bank serta menyimpan sebaik-
pelaku atas tindakan makar atau baiknya surat-surat izin dan persetujuan-
pelanggaran hukum atau semacamnya; persetujuan yang telah diperolehnya dari
5. Debitur tidak pernah membuang segala pihak yang berwenang dan apabila ternyata
macam zat atau benda berbahaya yang dikemudian hari diperlukan surat-surat izin
melanggar peraturan atau undang-undang dan persetujuan-persetujuan yang baru,
lingkungan; debitur wajib segera mengurus dan
6. Debitur tidak pernah menyangkut segala memperolehnya.
macam zat yang berbahaya. Apabila kita lihat isi dari perjanjian kredit
Dalam penilaian bank, bidang usaha tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa
nasabah (debitur) yang mempunyai potensi bank sendiri dalam membuat draft baku dalam

6 7
Ibid, hal.319 Ibid

5
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

perjanjian kredit tersebut, tidak mengerti pengoperasian serta pengaruh terhadap


sebenarnya AMDAL itu apa, dari isi perjanjian lingkungan. Oleh aparat perkreditan hal ini
tersebut di atas, terlihat bank menganggap dilaporkan sebagai laporan hasil kunjungan
AMDAL adalah suatu izin, padahal AMDAL debitur.
bukan merupakan izin, tetapi merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi untuk B. Peranan Bank dalam Pelaksanaan Green
mendapatkan izin dalam melakukan usaha atau Banking dalam Hukum Perkreditan
kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang Peranan bank dalam penegakan hukum
berwenang. Keputusan kelayakan lingkungan lingkungan sebagai salah satu lembaga yang
hidup (AMDAL) wajib dilampirkan pada saat berperan dalam kehidupan ekonomi tidak
permohonan izin melakukan usaha atau dapat terlepas dari kehidupan ekonomi itu
kegiatan. sendiri. Keberadaan perbankan diperlukan
Klausul pencegahan pencemaran untuk menunjang kelangsungan kegiatan
lingkungan hidup (green banking) dalam ekonomi khususnya kegiatan yang bersifat
perjanjian kredit tidak dicantumkan secara transaksi pemberian kredit untuk sektor
tegas, tetapi hany sebagai syarat untuk industri. Sebaliknya kegiatan operasional
memperoleh kredit (merupakan kewajiban perbankan dipengaruhi pula oleh maju
debitur). Hal ini terjadi karena sampai saat ini mundurnya suatu kegiatan ekonomi, misalnya
belum ada petunjuk dari instansi terkait (Bank sektor industri.
Indonesia) untuk mengeluarkan petunjuk Fungsi utama perbankan adalah
pelaksanaan pencantuman klausul pencegahan menghimpun dana dari masyarakat dan
pencemaran lingkungan hidup dalam perjanjian penyalur dana masyarakat. Akan tetapi sektor
kredit.8 perbankan dalam partisipasinya memberikan
Guna mengarahkan kebijaksanaan pembiayaan pembangunan tetap harus
perkreditan yang berwawasan lingkungan, memperhatikan prinsip kehatihatian, antara
contoh ketentuan yang harus diajukan kepada lain feasibility study, viability, serta profitability
calon debitur dalam proses pemberian dan atas dasar repayment capacity. Tujuannya
persetujuan kreditnya yaitu :9 adalah untuk menunjang pelaksanaan
1. AMDAL sebagai persyaratan perizinan atas pembangunan nasional dalam rangka
setiap kegiatan yang mempunyai dampak meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
penting terhadap lingkungan/lingkungan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
hidup. peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2. Keputusan persetujuan atas Rencana Pembiayaan proyek yang berwawasan
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan lingkungan telah terbukti dapat meningkatkan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) daya saing dan memberi keunggulan tersendiri
sesuai dengan syarat-syarat. bagi bank-bank yang menerapkannya sebagai
3. Surat pernyataan lingkungan dari strategi bisnis. Dengan demikian, perbankan
perusahaan/calon debitur. diharapkan dapat meningkatkan peran dan
4. Internal monitoring, yaitu kegiatan perhatian terhadap pembiayaan kepada
pemantauan yang dilakukan oleh proyek-proyek yang mempunyai perhatian
perusahaan/debitur secara cermat terhadap peningkatan kualitas lingkungan
keadaan fasilitas, pengoperasian dan hidup.10
pengaruh terhadap lingkungan serta Usaha perbankan sesungguhnya tidak
melaporkannya secara berkala, baik mempunyai keterkaitan langsung dengan
kepada pemerintah maupun bank. lingkungan, namun demikian Bank Indonesia
5. Inspection/trade checking, yaitu kegiatan dengan berbagai ketentuan dan peraturan yang
pemantauan yang dilakukan oleh bank dikeluarkannya, dapat mendorong peningkatan
untuk melihat sejauh mana ketaatan dan
10
Burhanudin Abdullah, Gubernur Bank Indonesia, Peran
8
Ibid. Serta dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Meningkat,
9
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The (Jakarta : Siaran Pers Bersama Bank Indonesia dan
Bankers Book, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005), hal. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 8 September
154. 2004).

6
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

peran perbankan dalam meningkatkan kualitas Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
pengelolaan lingkungan hidup.11 Apabila peran dan tanggung jawab perbankan dalam
industri yang dibiayai oleh bank berjalan baik pelaksanaan hukum perkreditan berwawasan
dan tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan, bank perlu melakukan antisipasi
terhadap lingkungan, maka hasil pendapatan terhadap potensi pencemaran dalam kegiatan
bunga dari kredit yang diberikan dapat berjalan usaha calon nasabah debitur, setidak-tidaknya
sesuai dengan cash flow bank tersebut. karena tiga hal, yaitu sebagai pemegang kredit,
Demikian pula return capacity dari kredit yang ikut dalam manajemen dan demi keamanan
diberikan pada industri tersebut dapat dijamin atau kelancaran pembayaran kredit itu sendiri.
kolektibilitasnya. Jika semua sektor industri Bank Indonesia (BI) berada pada posisi
yang dibiayai bank tidak memiliki dampak yang sangat penting dalam memberikan
negatif yang berarti maka dapat diharapkan pedoman bagi bank-bank pembangunan dan
pembiayaan bank pada sektor industri akan lembaga keuangan bukan bank untuk
meningkat pula. Hal ini menunjukkan bahwa mendorong bahkan mewajibkan bank-bank
operasional perbankan sangat terpengaruh memberikan pedoman sangat penting karena
oleh perkembangan sektor yang dibiayai. lembaga perbankan menempati posisi yang
Peran dan tanggung jawab perbankan strategis dalam “memaksa” kalangan usaha
dalam penegakan hukum lingkungan dimana peduli pada aspek perlindungan daya dukung
perbankan dapat mendorong nasabah debitur lingkungan, keselamatan, serta kesejahteraan
untuk lebih serius memperhatikan aspek orang banyak.
lingkungan. Kelalaian bank dalam Dalam rangka penerapan AMDAL, bank
memperhatikan aspek lingkungan hidup akan harus meneliti bahwa proyek yang dibiayai
dapat menimbulkan kerugian bagi bank, baik tidak bertentangan dengan tatanan lingkungan
karena kerugian yang timbul akibat merosotnya yang ada. Apabila dampak negatifnya cukup
nilai barang jaminan, ditutupnya usaha nasabah besar, bank harus mengkaji apakah industri itu
debitur maupun akibat gugatan terhadap bank memiliki plant treatment untuk pencegahan
sendiri. Kenyataan yang dihadapi sekarang ini kerusakan lingkungan atau tidak. Bank dapat
adalah dunia perbankan masih belum menolak proposal pemrakarsa, apabila proyek
sepenuhnya memperhatikan aspek lingkungan. tersebut tidak memiliki sarana pengolahan
Ada beberapa ketentuan dalam UUPPLH limbah yang baik.
yang dapat dijadikan landasan bagi peran dan Kewajiban hukum dan moral setiap bank di
tanggung jawab bank dalam pelaksanaan green Indonesia untuk ikut mengelola lingkungan
banking dalam hukum perkreditan di Indonesia, hidup, sekalipun secara tidak langsung,
antara lain Pasal 22, Pasal 36, Pasal 65, Pasal seyogyanya tidak terbatas hanya kepada
66, Pasal 67, dan Pasal 68. Disamping itu pula melakukan analisis lingkungan hidup atas
dapat diambil kebijakan dari pemerintah dalam permohonan kredit calon nasabah debitur saja,
bidang perbankan yang mendorong tetapi kiranya dapat berlanjut terus sampai
ditingkatkannya upaya pelestarian kemampuan kredit yang telah diberikan atau dilunasi oleh
lingkungan hidup untuk menunjang nasabah. BI belum mewajibkan bank-bank
pembangunan yang berkesinambungan, antara untuk melakukan analisis lingkungan hidup
lain dari UU Perbankan pada Penjelasan Umum dalam rangka mempertimbangkan
Angka 5 Pasal 8 ayat (1). Sikap tanggap permohonan kredit dari calon nasabah debitur.
perbankan Indonesia tersebut ditujukan pada Baru sebatas tahap sebelum kredit diberikan.
pembangunan berwawasan lingkungan Setelah kredit diputuskan pemberiannya oleh
sebagaimana diatur dalam UUPPLH sehingga bank dan selama kredit itu digunakan oleh
peran dan tanggung jawab bank dalam nasabah debitur, sama sekali belum diatur oleh
penegakan hukum lingkungan menjadi jelas. Bank Indonesia.
Menurut Sutan Remi Sjahdeini, selain
11
daripada melakukan analisis mengenai dampak
Nabiel Makarim, Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Peran Serta Sektor dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan hidup pada setiap
Meningkat, (Jakarta : Siaran Pers Bersama Bank Indonesia mempertimbangkan pemberian kredit, bank
dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 8 September dapat juga ikut berpartisipasi dalam upaya
2004).

7
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

pengelolaan lingkungan hidup. Bank dapat pendahuluan, melakukan audit lingkungan dan
melakukan hal-hal sebagai berikut :12 mencantumkan syarat-syarat yang harus
a. mencantumkan klausul-klausul lingkungan dipenuhi oleh debitur dalam hubungannya
hidup di dalam perjanjian kredit. dengan perlindungan lingkungan hidup dalam
b. dapat memberikan jaminan bahwa perjanjian kredit dan dokumen-dokumen
nasabah debitur telah memiliki izin-izin lainnya. Dengan demikian penegakan hukum
yang diperlukan dari instansi yang lingkungan oleh bank melalui pelaksanaan audit
berwenang yang berkaitan dengan lingkungan sangat penting untuk dilaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai demi keamanan kredit itu sendiri.
dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku. PENUTUP
c. melakukan pemantauan selama Kesimpulan
pembangunan proyek yang dibiayai 1. Di Indonesia Green Banking telah diatur
dengan kredit bank itu, untuk memastikan sejak tahun 1989 dan lebih ditegaskan
apakah sarana-sarana yang diperlukan dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang
oleh proyek dalam rangka mencegah Perbankan yang telah diubah. Salah satu
perusakan dan pencemaran lingkungan produk dari Green Banking adalah dalam
hidup telah dibangun sebagaimana bentuk kebijakan kredit bank terhadap
mestinya. Pelanggaran mengenai hal itu hasil AMDAL. Kebijakan kredit yang
kiranya dapat dikategorikan sebagai event dimaksud lebih memfokuskan terhadap
of default dari perjanjian kredit, yang pemenuhan syarat permohonan kredit.
dengan demikian memberikan hak kepada Untuk menjalankan kebijakan kredit yang
bank untuk menghentikan penarikan lebih berwawasan lingkungan sebagai salah satu
lanjut oleh nasabah debitur dan atas syarat dalam penilaian tingkat kesehatan
kreditnya itu seketika itu pula menagih bank, maka bank dapat mensyaratkan
nasabah debitur untuk melunasi kredit itu; debitur untuk melampirkan/
d. memantau nasabah debitur tidak menyampaikan hasil AMDAL sebagai salah
melakukan perusakan atau pencemaran satu persyaratan yang harus dipenuhi.
lingkungan hidup disekitar proyek itu Untuk saat ini pengawasan pemberian
berdiri dengan memastikan bahwa proyek kredit perbankan belum difokuskan pada
nasabah debitur itu tidak membuang atau hal tersebut.
menyimpan zat-zat berbahaya disekitar 2. Perbankan dan Bank Indonesia merupakan
proyek. pihak yang tidak terkait secara langsung
Pencantuman klausul-klausul lingkungan dan berperan secara tidak langsung dalam
hidup bukan saja dimaksudkan sebagai penegakan Green Banking dalam kebijakan
pelaksana kewajiban peran serta bank dalam kreditnya sebagai upaya menjaga
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana lingkungan hidup. Walaupun peran serta
dituntut oleh Pasal 67 UUPPLH, tetapi juga perbankan dan Bank Indonesia dilakukan
untuk melindungi dirinya atau kreditnya secara tidak langsung, namun peranan
sehubungan dengan sanksi yang ditetapkan tersebut sangat strategis. Peran Bank
oleh Pasal 84 sampai dengan Pasal 120 Indonesia adalah mengeluarkan ketentuan
UUPPLH. yang berkaitan dengan kelestarian
Bank akan menderita kerugian berkenaan lingkungan hidup dan mengawasi
dengan kredit yang diberikannya bila debitur pemberian kredit perbankan apakah telah
lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan memperhatikan hasil AMDAL.
hidup. Resiko kerugian tersebut dapat ditekan,
apabila bank sebelum dan selama perjanjian B. Saran
kredit berlangsung mengambil langkah-langkah 1. Sebaiknya apabila Bank Indonesia
pencegahan dengan melakukan pemeriksaan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
yang khusus mengatur dan menentukan
12
Arif Djohan Tunggal, Aspek Hukum Perkreditan tentang keharusan bagi bank umum, baik
Berwawasan Lingkungan di Bidang Perbankan, Cet.1, bank umum yang melakukan kegiatan
(Jakarta : Havarindo, 2003), hal. 70.

8
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

usahanya secara konvensional maupun Lingkungan Hidup, Bandung : P.T. Refika


berdasarkan prinsip syariah, untuk Aditama, 2008.
memperhatikan Analisis Mengenai Fandeli, Chafid, Analisis Mengenai Dampak
Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai Lingkungan Prinsip Dasar dan
wujud dari Green Banking dalam Penerapannya dalam Pembangunan.
pemberian kredit maupun pemberian Yogyakarta : Liberty Offset, 1995.
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah Fuady, Munir, Hukum Perkreditan
hendaknya diatur pula mengenai sanksi Kontemporer, Bandung : P.T. Citra Aditya
yang dapat dijatuhkan oleh Bank Indonesia Bakti, 1996.
dalam hal bank yang bersangkutan tidak Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan,
memperhatikan AMDAL. Jakarta : CV. Sapta Artha Jaya, 1997.
2. Agar pihak perbankan mempunyai Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Tata
kewajiban hukum yang tegas dalam rangka Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada
peran serta pihak perbankan dalam University Press, 1999.
pengelolaan lingkungan hidup (Green Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
Banking) melalui pemberian kredit, maka Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada
seyogianya Bank Indonesia tidak hanya Media Group, 2005.
menentukan AMDAL sebagai persyaratan Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian,
administrasi saja dalam pemberian kredit, Bandung : CV. Mandar Maju, 1994.
melainkan menetapkannya sebagai Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian
kewajiban hukum yang harus dipatuhi. Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya,
3. Melengkapi Peraturan dan Surat Edaran 1993.
Bank Indonesia yang mewajibkan bank- Rahman, Hasanuddin, Kebijakan Kredit
bank menerapkan AMDAL dalam penilaian Perbankan yang Berwawasan Lingkungan,
pemberian kredit, kiranya Bank Indonesia Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti, 2000.
sudah waktunya untuk mengeluarkan Riyanto, Eggi Sudjana, Penegakan Hukum
ketentuan yang mengharuskan bank-bank Lingkungan dalam Perspektif Etika Bisnis di
umum mencantumkan instrumen green Indonesia, Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka
banking dalam perjanjian kreditnya, yaitu Utama, 1999.
klausul environmental provisions, dalam Salim, Emil, Pembangunan Berwawasan
rangka pelaksanaan kewajiban bank-bank Lingkungan, Jakarta : LP3ES P.T. Media
untuk memelihara lingkungan hidup yang Surya Grafindo, 1988.
baik sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 67 Siahaan, N.H.T., Hukum Lingkungan, Jakarta :
UUPPLH, termasuk sanksi administratif dan Pancuran Alam, 2009.
merupakan salah satu point dalam Silalahi, M. Daud, AMDAL Dalam Sistem Hukum
penilaian tingkat kesehatan bank, sehingga Lingkungan di Indonesia, Bandung: CV.
bank harus memenuhi ketentuan tersebut. Mandar Maju, 1995.
Pencantuman klausul tersebut bukan saja Singarimbun, Masri, dkk, Metode Penelitian
dimaksudkan sebagai pelaksana kewajiban Survey, Jakarta : LP3ES, 1989.
berperan serta bank dalam pengelolaan
lingkungan hidup, melainkan juga untuk
melindungi dirinya atau kreditnya
sehubungan dengan sanksi yang
ditetapkan oleh UUPPLH.

DAFTAR PUSTAKA
Daeng Naja, H.R., Hukum Kredit dan Bank
Garansi, The Bankers Book, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2005.
Erwin, Muhammad, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Kebijaksanaan Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai