6/Juni/2016
1
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
Perbankan perlu beradaptasi secara normatif, bahan pustaka merupakan data dasar
interdepedensial dengan lingkungan, dalam hal yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai
ini dikenal dengan istilah green banking, data sekunder. Dengan demikian, data yang
sebagai cara untuk memenangkan persaingan digunakan dalam penelitian ini adalah : bahan
pasar sekaligus turut melestarikan lingkungan, hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
karena perbankan tidak bisa hidup tanpa bahan hukum tersier.
lingkungan yang memadai. Peran serta sektor
perbankan dalam rangka mendukung HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pengelolaan lingkungan hidup (green banking) A. Penerapan Green Banking dalam Hukum
sejalan dengan undang-undang dan Perkreditan
diamanatkan dalam Pasal 8 Undang-undang No. Pemberian kredit oleh perbankan dapat
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana merupakan suatu masalah bila kredit itu
telah diubah dengan Undang-undang No. 10 dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan
Tahun 1998, yang berbunyi bahwa: (1) Dalam yang pada akhirnya menimbulkan atau
memberikan kredit atau pembiayaan mengakibatkan pencemaran atau perusakan
berdasarkan syariah, Bank Umum wajib lingkungan hidup. Dalam hal ini seharusnya
mempunyai keyakinan berdasarkan analisa badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan
yang mendalam atas itikad dan kemampuan yang memberikan kredit dapat digerakkan
serta kesanggupan nasabah debitur untuk untuk berperan serta dalam pengelolaan
melunasi utangnya atau mengembalikan lingkungan hidup, karena perusahaan yang
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang ingin berkembang tergantung pada fasilitas
diperjanjikan. Dengan demikian keyakinan kredit.
berdasarkan analisa yang mendalam dalam Dengan demikian dalam kredit perbankan,
memberikan kredit atau pemiayaan analisis resiko tidak hanya terbatas pada
berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat, bank analisis berdasarkan kinerja proyek, tetapi juga
harus pula memperhatikan hasil Analisis memerlukan metode analisis yang
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi memperhitungkan biaya-biaya eksternal
perusahaan yang berskala besar dan atau (benefit and risk analysis) yang melibatkan
beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap berbagai disiplin ilmu (inter and multidicipline
menjaga kelestarian lingkungan. science), khususnya untuk memahami
lingkungan hidup. Dengan berlakunya undang-
B. Rumusan Masalah undang Perbankan dan sebagai akibat dari
1. Bagaiamana peran dan tanggung jawab pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudent
perbankan dalam penegakan Green banking) serta masalah tingkat kesehatan bank,
Banking dalam kebijakan penyaluran kredit sektor perbankan tentunya akan sangat
kepada nasabah ? concern kepada masalah lingkungan. Pihak
2. Bagaimanakah urgensi persyaratan AMDAL perbankan dalam memberikan kreditnya tidak
dalam suatu perjanjian kredit bank ? menginginkan proyek yang dibiayainya
menimbulkan pencemaran lingkungan,
C. Metodologi Penelitian misalnya sampai menimbulkan keresahan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah masyarakat. Oleh karena bank sebagai pemberi
penelitian hukum normatif. Penelitian normatif kredit akan diminta pertanggungjawabannya,
menurut Ronald Dworkin disebut juga dalam hal ini penilaian terhadap analisa
penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu lingkungan serta dampak lingkungannya.
suatu penelitian yang menganalisis baik hukum Namun demikian resiko kerusakan lingkungan
sebagai law as it written in the book, maupun yang timbul akibat sebuah proyek yang dapat
hukum sebagai law as it by the judge trough diantisipasi sejak awal.
judicial process.4 Pada penelitian hukum Dalam Pasal 22 ayat (2) UPPLH, untuk
menentukan suatu kegiatan yang memiliki
4
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif
dampak penting terhadap lingkungan hidup
dan Perbandingan Hukum, (Medan : Majalah Hukum, ditentukan oleh :
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003), hal.,
1.
2
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
a. Jumlah manusia yang akan terkena atau pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah
dampak; harus pula memperhatikan hasil Analisis
b. Luas wilayah persebaran dampak; Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
c. Intensitas dan lamanya dampak perusahaan yang berskala besar dan atau
berlangsung; beresiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya menjaga kelestarian lingkungan.”
yang terkena dampak; Dari penjelasan di atas ternyata undang-
e. Sifat kumulatif dampak tersebut; undang Perbankan secara eksplisit telah
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya mencantumkan kewajiban perbankan di
(irreversible) dampak. Indonesia untuk melaksanakan perbankan hijau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan (Green Banking) dan hal ini sesuai dengan gerak
ilmu pengetahuan dan teknologi. langkah yang dibutuhkan perbankan nasional
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, untuk berperan serta dan bertanggungjawab
sektor perbankan dalam membiayai proyek dalam pelestarian fungsi lingkungan guna
industri secara umum dapat mengkaji hal-hal melaksanakan pembangunan berwawasan
sebagai berikut : lingkungan seperti yang diamanatkan dalam
1. ada hal-hal yang berbahaya terhadap propenas Tahun 2000-2004 dan menjadi
kesehatan yang berkaitan dengan proses semakin jelas. Dengan mengesampingkan aspek
industrinya; lingkungan justru dapat mengakibatkan resiko
2. akan terjadi gangguan yang cukup berarti menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat.
terhadap masyarakat; Fungsi utama perbankan sebagaimana
3. ada potensi konflik dengan kepentingan telah diungkapkan adalah penghimpun dana
lainnya; masyarakat dan menyalurkannya pada
4. perlunya penambahan pembangunan masyarakat. Dalam kegiatan operasionalnya
infrastruktur termasuk transport dan disamping harus mempertimbangkan faktor-
pembangkit tenaga listrik yang ada; faktor ekonomis, juga perlu
5. proyek industri sudah memiliki instalasi mempertimbangkan faktor-faktor lain yaitu
pengolahan limbah atau belum masalah lingkungan hidup. Kegiatan
Keseluruhan itu perlu dikaji karena sektor operasional perbankan tersebut yang terutama
perbankan yang berfungsi sebagai berkaitan dengan pemberian kredit kepada
intermediary dalam pembangunan telah nasabahnya. Bank (kreditur) dalam
melakukan mobilisasi dana masyarakat memberikan kredit kepada debitur selalu
dan menyalurkan dana tersebut antara lain memakai perjanjian kredit, dalam arti dibuat
berupa pembiayaan kredit pada industri- secara tertulis (kontrak). Meskipun secara tegas
industri dalam proses pembangunannya. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan tidak
Penjabaran pelaksanaan wawasan mengatur bahwa setiap transaksi kredit harus
tersebut tercermin pada Pasal 22 ayat (1) memakai perjanjian tertulis. Menurut isi Pasal
UUPPLH. 1338 KUH Perdata, perjanjian yang dibuat oleh
Sikap tanggap perbankan Indonesia para pihak bersangkutan (debitur dan kreditur)
sebagaimana dinyatakan dalam UU Perbankan merupakan hukum positif bagi yang
dalam penjelasan umumnya terdapat kalimat bersangkutan, dimana untuk sahnya perjanjian
sebagai berikut : “Prinsip kehati-hatian harus harus memenuhi syarat materiel dan formal.
dipegang teguh sedangkan ketentuan Salah satu manifestasi dari isi Pasal 1338 KUH
mengenai kegiatan usaha bank perlu Perdata, perjanjian kredit sering disebutkan
disempurnakan terutama yang berkaitan sebagai kebebasan berkontrak; artinya apa
dengan penyaluran dana termasuk di dalamnya yang akan dicantumkan dalam perjanjian kredit
peningkatan peranan Analisis Mengenai diserahkan kepada para pihak.
Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan Namun demikian, meskipun isi perjanjian
berskala besar dan atau beresiko tinggi.” kredit diserahkan kepada para pihak yang
Selanjutnya dalam penjelasan umum bersangkutan atau dirundingkan, ternyata pada
angka 5 pada Pasal 8 ayat (1) dikatakan : prakteknya isi perjanjian kredit lebih banyak
“Disamping itu bank dalam memberikan kredit ditentukan oleh bank sendiri, artinya debitur
3
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
4
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
6 7
Ibid, hal.319 Ibid
5
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
6
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
peran perbankan dalam meningkatkan kualitas Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
pengelolaan lingkungan hidup.11 Apabila peran dan tanggung jawab perbankan dalam
industri yang dibiayai oleh bank berjalan baik pelaksanaan hukum perkreditan berwawasan
dan tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan, bank perlu melakukan antisipasi
terhadap lingkungan, maka hasil pendapatan terhadap potensi pencemaran dalam kegiatan
bunga dari kredit yang diberikan dapat berjalan usaha calon nasabah debitur, setidak-tidaknya
sesuai dengan cash flow bank tersebut. karena tiga hal, yaitu sebagai pemegang kredit,
Demikian pula return capacity dari kredit yang ikut dalam manajemen dan demi keamanan
diberikan pada industri tersebut dapat dijamin atau kelancaran pembayaran kredit itu sendiri.
kolektibilitasnya. Jika semua sektor industri Bank Indonesia (BI) berada pada posisi
yang dibiayai bank tidak memiliki dampak yang sangat penting dalam memberikan
negatif yang berarti maka dapat diharapkan pedoman bagi bank-bank pembangunan dan
pembiayaan bank pada sektor industri akan lembaga keuangan bukan bank untuk
meningkat pula. Hal ini menunjukkan bahwa mendorong bahkan mewajibkan bank-bank
operasional perbankan sangat terpengaruh memberikan pedoman sangat penting karena
oleh perkembangan sektor yang dibiayai. lembaga perbankan menempati posisi yang
Peran dan tanggung jawab perbankan strategis dalam “memaksa” kalangan usaha
dalam penegakan hukum lingkungan dimana peduli pada aspek perlindungan daya dukung
perbankan dapat mendorong nasabah debitur lingkungan, keselamatan, serta kesejahteraan
untuk lebih serius memperhatikan aspek orang banyak.
lingkungan. Kelalaian bank dalam Dalam rangka penerapan AMDAL, bank
memperhatikan aspek lingkungan hidup akan harus meneliti bahwa proyek yang dibiayai
dapat menimbulkan kerugian bagi bank, baik tidak bertentangan dengan tatanan lingkungan
karena kerugian yang timbul akibat merosotnya yang ada. Apabila dampak negatifnya cukup
nilai barang jaminan, ditutupnya usaha nasabah besar, bank harus mengkaji apakah industri itu
debitur maupun akibat gugatan terhadap bank memiliki plant treatment untuk pencegahan
sendiri. Kenyataan yang dihadapi sekarang ini kerusakan lingkungan atau tidak. Bank dapat
adalah dunia perbankan masih belum menolak proposal pemrakarsa, apabila proyek
sepenuhnya memperhatikan aspek lingkungan. tersebut tidak memiliki sarana pengolahan
Ada beberapa ketentuan dalam UUPPLH limbah yang baik.
yang dapat dijadikan landasan bagi peran dan Kewajiban hukum dan moral setiap bank di
tanggung jawab bank dalam pelaksanaan green Indonesia untuk ikut mengelola lingkungan
banking dalam hukum perkreditan di Indonesia, hidup, sekalipun secara tidak langsung,
antara lain Pasal 22, Pasal 36, Pasal 65, Pasal seyogyanya tidak terbatas hanya kepada
66, Pasal 67, dan Pasal 68. Disamping itu pula melakukan analisis lingkungan hidup atas
dapat diambil kebijakan dari pemerintah dalam permohonan kredit calon nasabah debitur saja,
bidang perbankan yang mendorong tetapi kiranya dapat berlanjut terus sampai
ditingkatkannya upaya pelestarian kemampuan kredit yang telah diberikan atau dilunasi oleh
lingkungan hidup untuk menunjang nasabah. BI belum mewajibkan bank-bank
pembangunan yang berkesinambungan, antara untuk melakukan analisis lingkungan hidup
lain dari UU Perbankan pada Penjelasan Umum dalam rangka mempertimbangkan
Angka 5 Pasal 8 ayat (1). Sikap tanggap permohonan kredit dari calon nasabah debitur.
perbankan Indonesia tersebut ditujukan pada Baru sebatas tahap sebelum kredit diberikan.
pembangunan berwawasan lingkungan Setelah kredit diputuskan pemberiannya oleh
sebagaimana diatur dalam UUPPLH sehingga bank dan selama kredit itu digunakan oleh
peran dan tanggung jawab bank dalam nasabah debitur, sama sekali belum diatur oleh
penegakan hukum lingkungan menjadi jelas. Bank Indonesia.
Menurut Sutan Remi Sjahdeini, selain
11
daripada melakukan analisis mengenai dampak
Nabiel Makarim, Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Peran Serta Sektor dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan hidup pada setiap
Meningkat, (Jakarta : Siaran Pers Bersama Bank Indonesia mempertimbangkan pemberian kredit, bank
dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 8 September dapat juga ikut berpartisipasi dalam upaya
2004).
7
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
pengelolaan lingkungan hidup. Bank dapat pendahuluan, melakukan audit lingkungan dan
melakukan hal-hal sebagai berikut :12 mencantumkan syarat-syarat yang harus
a. mencantumkan klausul-klausul lingkungan dipenuhi oleh debitur dalam hubungannya
hidup di dalam perjanjian kredit. dengan perlindungan lingkungan hidup dalam
b. dapat memberikan jaminan bahwa perjanjian kredit dan dokumen-dokumen
nasabah debitur telah memiliki izin-izin lainnya. Dengan demikian penegakan hukum
yang diperlukan dari instansi yang lingkungan oleh bank melalui pelaksanaan audit
berwenang yang berkaitan dengan lingkungan sangat penting untuk dilaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai demi keamanan kredit itu sendiri.
dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku. PENUTUP
c. melakukan pemantauan selama Kesimpulan
pembangunan proyek yang dibiayai 1. Di Indonesia Green Banking telah diatur
dengan kredit bank itu, untuk memastikan sejak tahun 1989 dan lebih ditegaskan
apakah sarana-sarana yang diperlukan dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang
oleh proyek dalam rangka mencegah Perbankan yang telah diubah. Salah satu
perusakan dan pencemaran lingkungan produk dari Green Banking adalah dalam
hidup telah dibangun sebagaimana bentuk kebijakan kredit bank terhadap
mestinya. Pelanggaran mengenai hal itu hasil AMDAL. Kebijakan kredit yang
kiranya dapat dikategorikan sebagai event dimaksud lebih memfokuskan terhadap
of default dari perjanjian kredit, yang pemenuhan syarat permohonan kredit.
dengan demikian memberikan hak kepada Untuk menjalankan kebijakan kredit yang
bank untuk menghentikan penarikan lebih berwawasan lingkungan sebagai salah satu
lanjut oleh nasabah debitur dan atas syarat dalam penilaian tingkat kesehatan
kreditnya itu seketika itu pula menagih bank, maka bank dapat mensyaratkan
nasabah debitur untuk melunasi kredit itu; debitur untuk melampirkan/
d. memantau nasabah debitur tidak menyampaikan hasil AMDAL sebagai salah
melakukan perusakan atau pencemaran satu persyaratan yang harus dipenuhi.
lingkungan hidup disekitar proyek itu Untuk saat ini pengawasan pemberian
berdiri dengan memastikan bahwa proyek kredit perbankan belum difokuskan pada
nasabah debitur itu tidak membuang atau hal tersebut.
menyimpan zat-zat berbahaya disekitar 2. Perbankan dan Bank Indonesia merupakan
proyek. pihak yang tidak terkait secara langsung
Pencantuman klausul-klausul lingkungan dan berperan secara tidak langsung dalam
hidup bukan saja dimaksudkan sebagai penegakan Green Banking dalam kebijakan
pelaksana kewajiban peran serta bank dalam kreditnya sebagai upaya menjaga
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana lingkungan hidup. Walaupun peran serta
dituntut oleh Pasal 67 UUPPLH, tetapi juga perbankan dan Bank Indonesia dilakukan
untuk melindungi dirinya atau kreditnya secara tidak langsung, namun peranan
sehubungan dengan sanksi yang ditetapkan tersebut sangat strategis. Peran Bank
oleh Pasal 84 sampai dengan Pasal 120 Indonesia adalah mengeluarkan ketentuan
UUPPLH. yang berkaitan dengan kelestarian
Bank akan menderita kerugian berkenaan lingkungan hidup dan mengawasi
dengan kredit yang diberikannya bila debitur pemberian kredit perbankan apakah telah
lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan memperhatikan hasil AMDAL.
hidup. Resiko kerugian tersebut dapat ditekan,
apabila bank sebelum dan selama perjanjian B. Saran
kredit berlangsung mengambil langkah-langkah 1. Sebaiknya apabila Bank Indonesia
pencegahan dengan melakukan pemeriksaan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
yang khusus mengatur dan menentukan
12
Arif Djohan Tunggal, Aspek Hukum Perkreditan tentang keharusan bagi bank umum, baik
Berwawasan Lingkungan di Bidang Perbankan, Cet.1, bank umum yang melakukan kegiatan
(Jakarta : Havarindo, 2003), hal. 70.
8
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016
DAFTAR PUSTAKA
Daeng Naja, H.R., Hukum Kredit dan Bank
Garansi, The Bankers Book, Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2005.
Erwin, Muhammad, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Kebijaksanaan Pembangunan