Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

OLEH :

NAMA : THYMOTHY TAMPI

NIM : 7114 40119092

PRODI : DIII KEPERAWATAN 2.B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A.KONSEP MEDIS
1.Devinisi

Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran nafas yang menyebabkan
penyempitan saluran nafas (hiperaktivitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa sesak nafas,dada terasa berat,dan batukterutama pada malam atau dini hari.

2.Etiology

Etiology dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu;

-faktor resiko asma

Bakteri yang berasal dari debu dapat menjadi pemicu utama dari faktor resiko asma.Bakteri
tersebut bernama endotokxin yang umumnya berada pada perkakas rumah ,terutama di kamar
tidur yang dapat menimbulkan gejala asma.

-penyebab asma

Asma dapat disebabkan oleh debu ,asap rokok,bulu binatang,udara yang dingin,aktivitas
visik,inveksi virus,atau bahkan terpapar zat kimia.namu hingga kin9i penyebab asma belum
diketahui secara pasti.

3.Tanda dan gejala

 Nyeri dada
 Batuk batuk

Ini juga sala satu jenis penyakit yang dpat dialami oleh semua golongan usia,dari anak anak
hingga oran tua.

4.Klasifkasi

Berikut ini pengklasifikasi drajat asma berdasarkankontrol item karakteristik terkontrol


sebagai gejala asam kurang 2 kali selama satu minggu lebih dari 2 kali serangan dalam
satu minggu bila kriteria asam yang dicapai kurang dari 3 buah item serangan malam
tidak ada serangan asam malam keterbatasan aktivitas nilai APE atau VEP 1 normal
kunjungan ke unit gawat darurat lebih dari 2 kali dalam satu minggu pemakaian obat
bron kardiator tidak memakai obat pelega nafas .

5. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan penunjang pada asthma digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding,


komorbiditas, dan menentukkan tingkat keparahan penyakit.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak seluruhnya harus dilakukan rutin namun dipertimbangkan untuk
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan dan temuan dari hasil
laboratorium antara lain:

 Pemeriksaan darah lengkap: ditemukan hitung jenis eosinofil lebih dari 4%, namun
kurang dari 4% tidak menyingkirkan diagnosis asthma
 Pewarnaan sputum: dijumpai eosinophil
 Serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan suatu kondisi alergi
 Analisis gas darah arteri (AGDA), pada asthma berat dapat ditemukan hipoksemia atau
hiperkarbia. AGDA sebaiknya dilakukan pada pasien yang saturasi oksigen nya tidak
mencapai 90% walau sudah dilakukan tatalaksana awal.
 Pemeriksaan dengan pulse oximeter untuk menilai saturasi oksigen dan klasifikasi
beratnya serangan asthma

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang lain. Pada
pasien asthma, tidak selalu ditemui kelainan yang spesifik melalui pencitraan.

Foto X-ray toraks, umumnya tampak normal namun dapat ditemukan gambaran hiperinflasi atau
penebalan dinding bronkial walau tidak spesifik untuk asthma.

CT-Scan toraks, digunakan untuk menilai kelainan minimal yang tidak dapat ditentukan melalui
foto toraks, seperti bronkiolitis, bronkiektasis, trakeobronkomalasia, dan kelainan pembuluh
darah.
Tes fungsi Paru

Pemeriksaan paling sederhana adalah pengukuran arus puncak ekspirasi (APE) atau peak
expiratory flow (PEF) dengan menggunakan alat peak flow meter. Namun hasil APE kurang
dapat diandalkan dibandingkan dengan pemeriksaan spirometri. Perbedaan nilai APE lebih dari
20% sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator dianggap konsisten untuk asthma.[10

Pemeriksaan spirometri harus dilakukan dengan operator dan alat yang terkalibrasi. Indikator
dalam pemeriksaan spirometri antara lain:

 Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1) atau Volume Ekspirasi Paksa dalam 1
detik (VEP1), meningkat lebih dari 12% atau 200 mL setelah pemberian bronkodilator
mengindikasikan obstruksi saluran napas reversibel. Hasil tersebut dapat mengarah
kepada asthma.

 Forced Vital Capacity (FVC) atau Kapasitas Vital Paksa (KVP) yang diukur bersamaan
saat mengukur FEV1. Nilai rasio FEV1/FVC kurang dari 70% mengindikasikan restriksi
akibat terperangkapnya udara dalam paru atau air trapping. Nilai tersebut mengarah pada
asthma.

Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan penunjang lainnya untuk menunjang diagnosis asthma antara lain tes kulit dan tes
provokasi bronkus.

Skin Test

Tes kulit atau skin test pada asthma bertujuan sebagai pemeriksaan tambahan pada pasien atopi.
Berbagai macam alergen dicobakan pada kulit pasien dan berguna untuk manajemen untuk
menghindari paparan alergen spesifik dan sebagai dasar imunoterapi alergen.

Tes Provokasi Bronkus

Tes provokasi bronkus digunakan pada pasien dengan nilai spirometri normal atau mendekati
normal. Tes provokasi bronkus dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain:

 Pemberian metakolin atau histamin


 Tes olahraga
 Inhalasi alergen dan manitol
6.Penatalaksanaan umum

Selain dengan inhaler,penanganan asma juga bisa dilakukan dengan obat obatan seperti:

 Steroid oral
 Tablet theophylline.Obat yang bisa difungsikan sebagai obat pencegah gejala asma ini
bekerja dengan cara membantu otot-otot di sekelilingnya.

B.TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat

memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat

bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut

atau kronik tergantung dan lamanya serangan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi

terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa

lama tulang tersebut akan menyambung.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada bebereap
keturunan ,dan kanker tulang yang terjadi secara genetic.

C. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi dan Pemelihara Kesehatan

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus

menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.

2) Pola Nutrisi Metabolik

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama

kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi

masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat

degenerasi dan mobilitas klien.

3) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat

tidur

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu

dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk

pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan .

6) Pola Persepsi Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada

indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami

gangguan.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat

frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

8) Pola Hubungan dengan Sesama

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus

menjalani rawat inap.

9) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama

perkawinannya.

10) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

11) Pola Koping dan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul

kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak

efektif.

d. Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan

total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang

lebih sempit tetapi lebih mendalam.

1) Kesadaran Umum : ringan, sedang, berat.

2) Tingkat Kesadaran : Compos mentis, Apatis, Samnolen, letergi/ hypersomnia, Delirium,

Stupor atau semi koma, Koma

3) Tanda – Tanda Vital

- Tekanan darah

- Denyut nadi

- Suhu tubuh

- Pernapasan

4) Pemeriksaan fisik

- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak

ada nyeri kepala.


- Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi

perdarahan)

- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi

maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

- Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

- Mulut : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

- Dada

Inspeksi : Gerakan dada simetris.

Palpasi : Tak ada pergerakan otot intercostae

Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan

Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

- Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak

teraba.

Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

- Ekstremitas : Simetris, kekuatan otot, beraktivitas

e. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Radiologi

2) Pemeriksaan Laboratorium

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual

maupun potensial. Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut :

1) Analisis Data, tahap pertama proses penegakan diagnosis keperawatan analisis data yang

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini :

- Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan. - Kelompokkan data. Tanda/gejala yang

dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan dasar.

2) Identifikasi Masalah,

setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah, mana

masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan. 3) Perumusan Diagnosis

Keperawatan, Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai berikut:

- Diagnosis Aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan

Tanda/Gejala - Diagnosis Resiko : Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko - Diagnosis

Promosi Kesehatan : Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

3. Rencana Keperawatan

Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana

perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang. Langkah – langkah

rencana keperawatan : 1) Memprioritaskan masalah 2) Merumuskan tujuan / hasil yang

diharapkan 3) Memilih intervensi keperawatan 4) Menulis rencana keperawatan

4. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing

orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tahaptahap dalam

tindakan keperawatan adalah sebagai berikut : 1) Persiapan, tahap awal tindakan


keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap

perencanaan. 2) Intervensi, fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan

pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. 3)

Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Langkah – langkah evaluasi hasil : 1) Mengumpulkan data yang berhubungan

dengan hasil. 2) Membandingkan data dengan menghubungkan tindakan keperawatan dengan

tujuan/ hasil. 3) Menarik kesimpulan tentang status keperawatan 4) Melanjutkan

memodifikasi atau mengakhiri rencana asuhan.


C.pathway

STUDY KASUS

Tn.v dirawat dirumah dengan keluhan sesak nafas .saat berada di rumah ,klien minum air putih lalu
tiba-tiba tersedak .klien mengatakan lehernya seperti tercekik danmenjadi sesak nafas, lalu pandangan
mulai berkunang kunang.klien juga mengatakan kurang lebih 19 tahun menderita penyakit
asma.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda vital;Tekanan darah 90/60 mmhg,Nadi 90
x/mnit,pernafasan 23 x/mnit,suhu 36,5 C̊

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN FORMAT GORDON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn V DENGAN DIAGNOSA MEDIS GANGGUAN PERNAFASAN (ASMA)

1.PENGKAJIAN

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :
Tempat tangal lahir :
Umur :
Agama :
Jenis kelaming :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku bangsa :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajia :
No. register :
Diagnose medis :

b. Identitas penanggung jawab


Nama :
Umur :
Hub. Dengan pasien :
Pekerjaan :
Alamat :

Anda mungkin juga menyukai