OLEH :
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran nafas yang menyebabkan
penyempitan saluran nafas (hiperaktivitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa sesak nafas,dada terasa berat,dan batukterutama pada malam atau dini hari.
2.Etiology
Bakteri yang berasal dari debu dapat menjadi pemicu utama dari faktor resiko asma.Bakteri
tersebut bernama endotokxin yang umumnya berada pada perkakas rumah ,terutama di kamar
tidur yang dapat menimbulkan gejala asma.
-penyebab asma
Asma dapat disebabkan oleh debu ,asap rokok,bulu binatang,udara yang dingin,aktivitas
visik,inveksi virus,atau bahkan terpapar zat kimia.namu hingga kin9i penyebab asma belum
diketahui secara pasti.
Nyeri dada
Batuk batuk
Ini juga sala satu jenis penyakit yang dpat dialami oleh semua golongan usia,dari anak anak
hingga oran tua.
4.Klasifkasi
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak seluruhnya harus dilakukan rutin namun dipertimbangkan untuk
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan dan temuan dari hasil
laboratorium antara lain:
Pemeriksaan darah lengkap: ditemukan hitung jenis eosinofil lebih dari 4%, namun
kurang dari 4% tidak menyingkirkan diagnosis asthma
Pewarnaan sputum: dijumpai eosinophil
Serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan suatu kondisi alergi
Analisis gas darah arteri (AGDA), pada asthma berat dapat ditemukan hipoksemia atau
hiperkarbia. AGDA sebaiknya dilakukan pada pasien yang saturasi oksigen nya tidak
mencapai 90% walau sudah dilakukan tatalaksana awal.
Pemeriksaan dengan pulse oximeter untuk menilai saturasi oksigen dan klasifikasi
beratnya serangan asthma
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang lain. Pada
pasien asthma, tidak selalu ditemui kelainan yang spesifik melalui pencitraan.
Foto X-ray toraks, umumnya tampak normal namun dapat ditemukan gambaran hiperinflasi atau
penebalan dinding bronkial walau tidak spesifik untuk asthma.
CT-Scan toraks, digunakan untuk menilai kelainan minimal yang tidak dapat ditentukan melalui
foto toraks, seperti bronkiolitis, bronkiektasis, trakeobronkomalasia, dan kelainan pembuluh
darah.
Tes fungsi Paru
Pemeriksaan paling sederhana adalah pengukuran arus puncak ekspirasi (APE) atau peak
expiratory flow (PEF) dengan menggunakan alat peak flow meter. Namun hasil APE kurang
dapat diandalkan dibandingkan dengan pemeriksaan spirometri. Perbedaan nilai APE lebih dari
20% sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator dianggap konsisten untuk asthma.[10
Pemeriksaan spirometri harus dilakukan dengan operator dan alat yang terkalibrasi. Indikator
dalam pemeriksaan spirometri antara lain:
Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1) atau Volume Ekspirasi Paksa dalam 1
detik (VEP1), meningkat lebih dari 12% atau 200 mL setelah pemberian bronkodilator
mengindikasikan obstruksi saluran napas reversibel. Hasil tersebut dapat mengarah
kepada asthma.
Forced Vital Capacity (FVC) atau Kapasitas Vital Paksa (KVP) yang diukur bersamaan
saat mengukur FEV1. Nilai rasio FEV1/FVC kurang dari 70% mengindikasikan restriksi
akibat terperangkapnya udara dalam paru atau air trapping. Nilai tersebut mengarah pada
asthma.
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan penunjang lainnya untuk menunjang diagnosis asthma antara lain tes kulit dan tes
provokasi bronkus.
Skin Test
Tes kulit atau skin test pada asthma bertujuan sebagai pemeriksaan tambahan pada pasien atopi.
Berbagai macam alergen dicobakan pada kulit pasien dan berguna untuk manajemen untuk
menghindari paparan alergen spesifik dan sebagai dasar imunoterapi alergen.
Tes provokasi bronkus digunakan pada pasien dengan nilai spirometri normal atau mendekati
normal. Tes provokasi bronkus dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain:
Selain dengan inhaler,penanganan asma juga bisa dilakukan dengan obat obatan seperti:
Steroid oral
Tablet theophylline.Obat yang bisa difungsikan sebagai obat pencegah gejala asma ini
bekerja dengan cara membantu otot-otot di sekelilingnya.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena.
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada bebereap
keturunan ,dan kanker tulang yang terjadi secara genetic.
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
3) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat
tidur
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan.
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya.
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
d. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan
total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Suhu tubuh
- Pernapasan
4) Pemeriksaan fisik
- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak
perdarahan)
- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
- Mulut : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
- Dada
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
- Abdomen
teraba.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
2) Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
1) Analisis Data, tahap pertama proses penegakan diagnosis keperawatan analisis data yang
2) Identifikasi Masalah,
setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah, mana
masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan. 3) Perumusan Diagnosis
3. Rencana Keperawatan
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang. Langkah – langkah
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tahaptahap dalam
perencanaan. 2) Intervensi, fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. 3)
Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
5. Evaluasi
STUDY KASUS
Tn.v dirawat dirumah dengan keluhan sesak nafas .saat berada di rumah ,klien minum air putih lalu
tiba-tiba tersedak .klien mengatakan lehernya seperti tercekik danmenjadi sesak nafas, lalu pandangan
mulai berkunang kunang.klien juga mengatakan kurang lebih 19 tahun menderita penyakit
asma.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda vital;Tekanan darah 90/60 mmhg,Nadi 90
x/mnit,pernafasan 23 x/mnit,suhu 36,5 C̊
1.PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama :
Tempat tangal lahir :
Umur :
Agama :
Jenis kelaming :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku bangsa :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajia :
No. register :
Diagnose medis :