Disusun Oleh:
Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan
Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
2007
Panduan Penilaian
AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan
Penambangan Pasir dan Kerikil
Disusun Oleh:
Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan
Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
2007
PENGARAH
Puji dan Syukur ke hadirat Allah Swt atas
Hermien Roosita limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Plh. Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan
buku panduan penilaian AMDAL atau UKL-UPL
untuk kegiatan pembangunan jalan ini dapat
EDITOR tersusun dengan bekerjasama dengan GTZ.
Buku panduan ini berisi tentang hal-hal yang
Sri Wahyuni Herly
yang perlu diperhatikan dalam melakukan
Kabid Pengembangan
Asdep Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan penilaian dokumen AMDAL atau UKL-UPL
kegiatan penambangan pasir dan kerikil.
Ary Sudijanto Penyusunan buku panduan ini ditujukan untuk
Kabid Penyelenggaraan
mempermudah anggota Komisi Penilai AMDAL
Asdep Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan
atau UKL-UPL dalam melakukan proses
penilaian.
TIM PENYUSUN
Diharapkan dengan hadirnya buku panduan ini,
Farid Mohammad Jan Weber
Amanda Widyadwiana Idris Maxdoni Kamil proses penilaian dokumen AMDAL atau UKL-
Rachma Venita UPL kegiatan penambangan pasir dan kerikil
Wahyu Puspita Sari menjadi lebih mudah dan terarah, sehingga
Sena Pradipta kualitas dokumen AMDAL menjadi lebih baik.
Disclaimer
Pasir dan kerikil merupakan salah satu Pada saat ini peraturan yang digunakan
bahan/material utama dalam kegiatan sebagai acuan untuk kegiatan penambangan
konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi galian C khususnya pasir dan kerikil adalah
ataupun perumahan sederhana. Bahan galian Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tersebut termasuk dalam bahan galian Nomor 43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria
golongan C, yaitu bahan galian yang tidak Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau
termasuk bahan galian strategis (A) dan Kegiatan Penambangan Bahan Galian
bahan galian vital (B), namun merupakan Golongan C Jenis Lepas Di Daratan dan
sumberdaya alam yang memiliki peran Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
penting dalam mendukung kegiatan Mineral Nomor 555.K/26/M.PE/1995.
pembangunan suatu wilayah.
Mengingat berbagai potensi dampak
Aktivitas penambangan pasir dan/atau kerikil lingkungan yang timbul dari kegiatan ini,
memiliki potensi untuk merusak lingkungan maka sebagai upaya dalam melakukan
yang hampir sama dengan bahan galian yang pengendalian dampak lingkungan, baik pada
lain, hal ini dikarenakan penambangan pasir saat pra konstruksi (tahap perencanaan
dan/atau kerikil adalah penambangan yang kegiatan), konstruksi, dan operasi kegiatan
secara teknis mudah dilakukan karena dapat pembangunan kawasan penambangan pasir
dilakukan dengan peralatan yang sederhana tersebut, diperlukan perencanaan
(manual) hingga menggunakan alat berat pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(mekanik). Begitu pula jika ditinjau dari luas yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
area tambang yang dapat dilakukan dari suatu dokumen pengelolaan lingkungan
skala perorangan (<100 m2) hingga industri (dokumen AMDAL maupun UKL/UPL).
(>1.000 Ha). Sumberdaya yang melimpah Keterkaitan antara pembangunan kawasan
dan dapat dieksploitasi dengan mudah penambangan pasir dengan kegiatan
sehingga tidak diperlukan modal besar untuk disekitarnya merupakan bagian yang tidak
dapat melakukan kegiatan penambangan terpisahkan dalam perencanaan tata ruang
mengakibatkan harga bahan galian ini dinilai wilayah, sehingga dalam pelaksanaanya
dengan harga murah, selain itu juga harus selalu mengacu pada Rencana Tata
mengakibatkan penambangan pasir menjadi Ruang Wilayah baik Nasional, Provinsi,
penambangan yang paling berkembang luas maupun Kabupaten/Kota. Sebagai salah satu
di banyak tempat di Indonesia, baik yang acuan dalam melakukan penyusunan
memilki izin (legal) maupun yang tanpa izin dokumen pengelolaan lingkungan maupun
(illegal). Sehingga seringkali menyulitkan dalam melakukan penilaian, Kementerian
dalam pengawasan dan terabaikan dalam Negara Lingkungan Hidup menerbitkan
pembinaan kegiatan penambangan yang Pedoman Penilaian AMDAL atau UKL/UPL
berwawasan lingkungan. Untuk Kegiatan Penambangan Pasir dan
Kerikil. Diharapkan, pedoman ini akan dapat
Masalah lain yang dapat timbul adalah ketika
bermanfaat bagi penilai AMDAL sebagai
penambang hanya meninggalkan kawasan
gambaran awal proses kegiatan
penambangan tersebut begitu saja, atau
pembangunan kawasan penambangan pasir.
hanya melakukan pemulihan sekedarnya, dan
pada akhirnya dampak kerusakan lingkungan z
akan menjadi beban dan ditanggung oleh
masyarakat dan pemerintah daerah.
1
Dalam setiap kegiatan penambangan pasir harus jelas dan sebaiknya dilengkapi dengan
dan kerikil, deskripsi kegiatan yang akan letak geografis (koordinat);
Luas
dilakukan harus jelas dan harus mencakup
area yang dibutuhkan mencakup
antara lain:
deskripsi layout proyek (sebaran bahan
tambang);
1. IDENTITAS PEMRAKARSA
Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang
Penjelasan tentang nama dan alamat Wilayah (sesuai dengan RTRW Nasional,
pemrakarsa, struktur organisasi, Provinsi, dan Kabupaten/Kota), harus
penanggungjawab proyek dan bagian yang disertakan Peraturan Daerah yang mengatur;
Kondisi
bertanggungjawab terhadap pengelolaan
ekosistem setempat (geografi,
lingkungan.
topografi dan kondisi geologi)
Nama
ditanggulangi dengan teknologi yang
desa, kecamatan, kabupaten,
tersedia.
provinsi, luas lahan yang akan digunakan
2
Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan Jalan
Lokasi tambang sebaiknya tidak terletak di tersebut, sehingga dapat diketahui batasan
hulu sungai, karena dampaknya bisa sampai maksimal penambangan yang diperbolehkan
ke hilir. Contoh dari dampak tambang di hulu sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
sungai adalah banjir, erosi dan pendangkalan dalam penentuan peruntukan lahan.
di hilir sungai.
6. DESKRIPSI SISTEM
PENAMBANGAN
Lokasi tambang secara umum sebaiknya
memperhatikan beberapa hal sebagai Sistem penambangan yang dilakukan dapat
berikut: berbeda-beda tergantung dari lokasi
penambangan tersebut dilakukan. Penetapan
1. Daerah tadah/imbuhan air tanah
sistem penambangan ini akan berpengaruh
(catchment area).
pada upaya pengelolaan lingkungan dan
2. Letak bangunan-bangunan penting usaha rehabilitasi pasca penambangan
seperti tiang transmisi tegangan tinggi, karena sistem penambangan akan
bendung, tanggul dan jembatan. mempengaruhi kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan.
3. Penambangan tidak dilakukan pada
tempat dengan lereng yang lebih besar Sistem penambangan pasir dan kerikil sudah
dari 40 % agar tidak terjadi erosi dan diatur dalam Keputusan Menteri Negara
longsoran. Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/1996
tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
4. Komposisi dan ketebalan lapisan yang
Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan
berlokasi di antara tambang dan air
Galian Golongan C Jenis Lepas Di Daratan
permukaan;
(definisi dalam peraturan tersebut adalah
5. Memastikan lapisan terlindung dari erosi sirtu/pasir batu). Pada peraturan tersebut
akibat aliran air; sistem penambangan yang aman untuk
lingkungan adalah sistem penambangan
6. Daerah rawan gerakan tanah, jalur
jenjang/trap (bench system). Hal-hal yang
gempa kuat, bahaya letusan gunung api,
harus diperhatikan tentang deskripsi sistem
banjir bandang dan sebagainya.
penambangan menurut Keputusan Menteri
7. Daerah-daerah yang memiliki fungsi Negara Lingkungan Hidup Nomor
lindung. 43/MENLH/10/1996 yaitu:
3
Persyaratan kelayakan kedalaman lubang Persyaratan kelayakan kemiringan dasar
galian bagi peruntukan pemukiman/industri galian untuk tanaman tahunan maksimum
adalah minimum 1 meter di atas muka air 15%.
tanah pada musim penghujan.
Persyaratan kelayakan kemiringan dasar
Persyaratan kelayakan kedalaman lubang galian untuk lahan basah maksimum 3%.
galian bagi peruntukan tanaman tahunan
Persyaratan kelayakan kemiringan dasar
adalah minimum mencapai letak permukaan
galian untuk lahan kering maksimum 8%.
air tanah dimusim hujan.
• Dinding galian (Tinggi dan Lebar
Persyaratan kelayakan kedalaman lubang
Teras)
galian bagi peruntukan tanaman pangan
lahan basah adalah minimum 10 cm di bawah Penjelasan mengenai tinggi teras dan lebar
permukaan air tanah dimusim hujan. teras. Tinggi teras maksimum 3 meter dan
lebar dasar teras minimum 6 meter, atau
Persyaratan kelayakan kedalaman lubang
dengan perbandingan 1:2. Hal tersebut untuk
galian bagi peruntukan tanaman pangan
mempertahankan agar kemiringan dinding
lahan kering/peternakan adalah minimum
galian tidak lebih dari 50 %.
mencapai letak permukaan air tanah dimusim
hujan.
7. DESKRIPSI SISTEM
• Jarak PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
Penjelasan mengenai jarak antara titik terluar
Kegiatan pengolahan dan pemurnian yang
lubang galian dengan titik terdekat dari batas
dilakukan dalam kegiatan penambangan pasir
area penambangan yang diizinkan oleh Surat
pada umumnya hanya dilakukan dengan cara
Izin Penambangan Daerah (SIPD). Jarak
pencucian, penyaringan, dan penyemprotan.
lubang galian dari batas SIPD merupakan
Perlu diperhatikan sumber air yang akan
zona penyangga agar lahan di luar batas
digunakan, jumlah dan pengelolaan air bekas
SIPD tidak terganggu oleh kegiatan
pencucian, serta prakiraan persentase
penambangan. Dalam hal ini jarak minimal 5
pengotor (lumpur) yang ada.
m dari batas SIPD merupakan batas aman.
Jika ada dua atau lebih SIPD yang
8. DESKRIPSI SISTEM
berdampingan maka jarak lubang galian
PENGANGKUTAN
dimasing-masing SIPD dapat mencapai batas
SIPD yang berdampingan.
Penjelasan mengenai sistem pengangkutan
• Kemiringan dasar galian bahan tambang ke konsumen. Bagaimana
cara pengangkutannya, jenis alat
Penjelasan mengenai kemiringan lahan yang
pengangkutan, rute pengangkutan, kapasitas
merupakan salah satu faktor yang
alat angkut, dan frekuensi pengangkutan.
menentukan daya dukung lahan bagi suatu
peruntukan. Persyaratan kelayakan lahan
9. SARANA DAN PRASARANA
untuk pemukiman/industri adalah tidak lebih
4
Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan Jalan
Jalan
Galian Golongan C Jenis Lepas Di Daratan,
operasional, penjelasan ukuran
ditetapkan persyaratan ketebalan tanah
lebar dan panjang serta jenis perkerasan
penutup yang disesuaikan dengan peruntukan
jalan.
lahannya.
Lahan stock pile, penjelasan luas lahan
Persyaratan minimal ketebalan tanah untuk
yang digunakan dan sistem drainase stock
pertumbuhan tanaman budi daya di areal
pile
pemukiman adalah 25 cm.
Lahan tanah penutup, penjelasan
Persyaratan minimal ketebalan tanah untuk
mengenai luasan lahan tanah penutup
pertumbuhan tanaman tahunan atau
beserta lokasi.
tanaman perkebunan adalah 50 cm.
5
1. KOMPONEN TATA RUANG sumber-sumber lain seperti foto satelit),
kemiringan lahan, perhatikan lokasi kegiatan
A. Kebijakan Tata Ruang dan signigfikan landmark, badan-badan air
serta daerah-daerah relevan lain yang akan
Lokasi kegiatan harus sesuai dengan
terkena dampak, inventarisasi daerah
peruntukan rencana tata ruang wilayah
terlindungi, tangkapan air, elevasi muka air
setempat, lampirkan Perda Tata Ruang
banjir dan daerah banjir pada lokasi kegiatan
Kabupaten atau Kota (jika tidak tersedia
dan sekitarnya. Potensi erosi, longsor dan
gunakan Perda Tata Ruang Provinsi).
land subsidence. Perlu diperhatikan pula
Gambarkan kondisi eksisting tata guna lahan
potensi terjadinya perubahan fungsi lahan,
setempat
dan sedimentasi.
B. Penggunaan Lahan
B. Iklim
Meliputi luas penggunaan lahan, status lahan
Diperlukan pula data iklim setempat yang
dan produktivitas lahan.
mencakup curah hujan rata-rata, maksimum
C. Transportasi dan minimum; jumlah bulan hujan, bulan
kering; suhu rata-rata, maksimum,
Meliputi sistem transportasi regional dan
minimum; kelembaban rata-rata, maksimum
lokal, prasarana transportasi lokal dan
dan minimum; penyinaran matahari, arah
regional dan pola pergerakan penduduk.
dan kecepatan angin.
D. Kegiatan lain di Sekitar
C. Kualitas Udara dan Kebisingan
Perlu diperhatikan keberadaan pasar
Kualitas udara termasuk debu dan
tradisional, perkampungan penduduk lokal,
kebisingan.
daerah wisata, situs bersejarah, kawasan
lindung. D. Kualitas air
6
Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan Jalan
B. Fauna z
7
3. PENURUNAN KUALITAS AIR
1. PERUBAHAN FUNGSI DAN
TATA GUNA LAHAN
Penambangan pasir akan menimbulkan
penurunan kualitas air. Terutama pada tahap
Kegiatan penambangan bahan galian C akan
operasi (penambangan).
merubah tata guna lahan serta produktivitas
lahan di lingkungan sekitar kawasan
4. PENURUNAN KUALITAS
penambangan.
UDARA DAN PENINGKATAN
KEBISINGAN
2. PENINGKATAN EROSI DAN
SEDIMENTASI
Mobilisasi truk pengangkut pada saat
pengangkutan material sebelum konstruksi,
Kegiatan pembukaan lahan, pembangunan
pembuatan jalan operasional, pembangunan
jalan operasional, dan tahap operasional
sarana pendukung dan pada saat
khusus untuk penambangan pasir di darat
pengangkutan bahan galian pada tahap
akan mengakibatkan terjadinya erosi dan
operasi merupakan sumber kegiatan yang
sedimentasi. Penempatan tanah penutup
dominan mengakibatkan terjadinya
pada tahap pembangunan jalan operasional
penurunan kualitas udara akibat debu dan
dan tahap operasi yang tidak dilakukan
emisi gas dari truk pengangkut serta
dengan baik akan mudah tererosi air hujan
terjadinya peningkatan kebisingan.
dan akhirnya akan terbawa aliran air hujan ke
daerah yang lebih rendah sehingga akan
menimbulkan sedimentasi pada daerah z
tersebut.
8
Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan Jalan
Melakukan penghijauan.
1. PERUBAHAN FUNGSI DAN
TATA GUNA LAHAN • Rencana Pemantauan
• Rencana Pengelolaan
Melakukan pemantauan berkala terhadap
saluran drainase dan kolam pengendapan
Membuat desain kegiatan yang sesuai dengan untuk mengetahui seberapa besar lapisan
tata guna lahan eksisting. tanah yang tererosi dan yang tersedimentasi.
• Rencana Pemantauan
• Rencana Pengelolaan
guna lahan.
9
dapat ditempuh upaya pengelolaan sebaga Melakukan penyiraman tanah atau jalan
berikut: secara teratur;
10
Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan Jalan
Buku panduan ini adalah alat bantu penilaian diharapkan penilai dapat memperhatikan pula
dokumen AMDAL atau UKL-UPL yang bersifat kondisi lokal dalam melakukan penilaian.
umum dan cukup fleksibel terhadap Semoga buku panduan ini dapat memberikan
kemungkinan perubahan terhadap hal-hal manfaat untuk terwujudnya pembangunan
yang perlu diperhatikan akibat perbedaan yang berwawasan lingkungan, khususnya
kondisi di lapangan. pada kegiatan penambangan pasir dan
kerikil.
Kegiatan penambangan pasir dan kerikil
memiliki beberapa aspek yang sangat
tergantung pada kondisi setempat, sehingga z
11
Lampiran
DAFTAR PROSES
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
(AMDAL, UKL/UPL)
Jenis Proyek:
Penambangan Pasir dan Kerikil
KONSTRUKSI DAN OPERASIONAL
DAFTAR PROSES
Jenis Proyek:
0.1 Permohonan:
[ ] AMDAL
[ ] UKL/UPL
[ ] Pemantauan/Inspeksi
0.2 Nama Proyek: ____________________________________________
__________________________________________________________
0.3 Lokasi: ___________________________________________________
__________________________________________________________
0.4 Surat Permohonan Diterima Oleh: _______________________________
0.5 Tanggal :__________________________________________
0.5 Date: ______________________
DOKUMEN TERLAMPIR / DOKUMEN YANG AKAN DILAMPIRKAN
______________________________________________________
______________________________________________________
0.8 Lampiran Penelitian Lain
(Studi - studi tambahan, penilaian, prognosa, d.s.b., sesuai dengan Kerangka Acuan
mengenai AMDAL)
______________________________________________________
1
BAGIAN 1: INFORMASI YANG DIPERLUKAN
Catatan: Bagian ini menyatakan informasi yang harus diserahkan oleh pemrakarsa proyek sebagai lampiran
pada Daftar Proses, tanpa lampiran ini pengajuan tidak akan diterima.
Lampiran Catatan
1.1
Peta Topografi,
Memperlihatkan lokasi proyek,
skala 1:50,000
skala 1:10,000
1.2
Peta daerah sekitar, memperlihatkan seluruh tempat penggalian
didalam perairan sungai yang sama, dalam jarak 5km ke hulu dan
ke hilir.
1.3
Peta lokasi memperlihatkan komponen proyek tunggal (area
penggalian, area proses and pembuangan, jalan akses, dsb.
Skala 1 : 100
Skala 1 : 500
Skala 1 : 1.000
1.4
Inventarisasi daerah terlindung dan area banjir di daerah lokasi
and sekitarnya.
Dalam radius 1 km
Dalam radius 5 km
1.5
Sertifikat zona.
1.6
Catatan konsep sebagai diserahkan kepada BBR.
1.7
Proposal jadwal kegiatan
1.8
Lain-lain (uraikan)
2
BAGIAN 2: INFORMASI UMUM
3
BAGIAN 3: DESKRIPSI PROYEK
4
[ ] Sementara
Size: __________m2
3
Volume: ____________m
Jenis bahan: _______________________________________________
Lokasi: ____________________________________________________
[ ] Tunjukkan lokasi pada peta terlampir!
5
BAGIAN 4: DESKRIPSI LOKASI PROYEK DAN SEKITARNYA
4.1 Lingkungan Fisik
4.1.1 Sifat umum dari daerah proyek:
Nyatakan ketinggian dalam meter diatas permukaan laut. Guna menentukan ketinggian, agar
mengacu pada peta topografi, dimana diberikan garis kontur ketinggian serta sumber-sumber lain
seperti peta baru pada geo-risks dan foto satelit, dll.!
No. Ketinggian Estimasi % daerah/panjang total
<0m
0–5m
5 – 20 m
20 -100 m
> 100 m
6
4.1.6 Perkiraan volume bahan galian pada saat pemeriksaan:
3
No. Jenis bahan galian Estimasi volume m
Batu besar / kali
Pasir halus
Kerikil
4.1.7 Banjir:
Apakah daerah tersebut mengalami banjir selama musim hujan atau pada pasang laut besar?
[ ] Ya [ ] Tidak
4.1.8 Apakah wilayah proyek (atau sebagiannya) mengalami dampak tsunami 12/2004?
[ ] Ya [ ] Tidak
Bila ya, apakah daerah itu (atau sebagiannya) diliputi:
[ ] Air laut [ ] Bahan hancuran
[ ] Substansi berminyak [ ] Benda-benda logam
[ ] Substansi lainnya yang diakibatkan tsunami (jelaskan):_____________
4.1.9 Badan air lain dalam dan sekitar lokasi proyek (radius < 1.000 m)
No. Jenis*) Nama Lokasi Berapa Estimasi m3 kapasitas
banyak?
Musim Musim
hujan kemarau
*) a.l. kali, mata air, sungai, kolam, kolam ikan, danau, dll.
Bila tidak mempunyai nama, sebutkan jumlah badan air. Semua badan air harus digambarkan
dalam peta topografi.
4.1.10 Pemanfaatan badan air dalam atau sekitar lokasi proyek:
[ ] Mandi/Mencuci [ ] Memancing
[ ] Sumber air minum [ ] Rekreasi (a.l. berenang, berlayar)
[ ] Lain-lain (jelaskan): ________________________________________
4.1.11 Apakah daerah proyek berada dalam atau dekat wilayah tangkapan air yang dilindungi (daerah
suaka alam)?
[ ] Ya [ ] Tidak
Bila ya, jelaskan (nama, lokasi dan jarak): __________________________
4.1.12 Iklim setempat (data dasar):
Musim hujan: mulai: _____________ hingga: _______________
Musim kemarau: mulai _____________ hingga ______________
Suhu rata-rata: ______ºC; maksimum _____ ºC; minimum _______ ºC
3
Curah hujan rata-rata: _______ m /tahun
Spesies lainnya:
7
[ ] Lampirkan daftar habitat dan spesies penunjuk – sesuai persyaratan Bapedalda (UKL/UPL) /
Komisi AMDAL (KA-ANDAL)!
[ ] Lampirkan evaluasi mengenai kondisi sekarang!
4.2.3 Apakah proyek berlokasi disalah satu daerah berikut?
[ ] Ya [ ] Tidak
Jenis daerah yang ada:
[ ] Daerah hutan bakau asli
[ ] Bekas daerah hutan bakau (sekarang rusak)
[ ] Daerah bakau direncanakan (berpotensi).
[ ] Hutan lindung
4.2.4 Daerah terlindung dalam and sekitar lokasi proyek. (radius < 5 km):
No. Nama dan jenis daerah terlindung Tujuan utama dari perlindungan Jarak km
4.2.5 Apakah lokasi memperlihatkan struktur vegetasi yang mengalami dampak tsunami 12/2004?
[ ] Ya [ ] Tidak
4.2.6 Ikan - ikan dan bentuk kehidupan liar yang ada di lokasi proyek:
Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!
No. Spesies Terancam?
Ikan:
Jenis lain:
Ciri-ciri tunggal:
9
BAGIAN 5: ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN
(KAJIAN RISIKO)
Catatan: Bagian berikut ini mengatur identifikasi mengenai potensi dampak yang diakibatkan oleh proyek
(kajian risiko lingkungan). Ini merupakan suatu kajian awal singkat yang menyatakan apakah suatu jenis
dampak berkemungkinan terjadi atau tidak (opsi Ya/Tidak). Apabilan diperlukan (misalnya sebagai hasil dari
proses peliputan AMDAL – KA-ANDAL), maka perlu dilaksanakan pengumpulan data KSEara mendetil,
analisis, kajian dan prognosa yang hasilnya dilampirkan pada Daftar Proses (studi tambahan), yang
mengindikasikan pokok terkait dari bagian ini. Studi-studi tambahan ini harus dicatat pada Label (halaman
2) dari Daftar Proses ini (Bagian 0.8).
Lampiran terlampir “Kriteria Standar Evaluasi untuk AMDAL (KSE)” memberikan pendekatan-pendekatan
awal pada risiko dari dampak yang tercatat dibawah ini; pokok terkait pada Lampiran ditandai pada sisi
kanan masing-masing nomor dari bagian berikutnya (→ KSE).
10
Disebabkan oleh:
[ ] / [ ] / [ ] Terbuangnya bahan berbahaya (a.l. minyak, bahan bakar, pelumas, emisi
mesin, kecelakaan dan bahan konstruksi berbahaya),
[ ] / [ ] / [ ] Limbah (pengendalian limbah kurang tepat),
[ ] / [ ] / [ ] Air limbah dari system sanitasi kurang baik (a.l. untuk pekerja),
[ ] / [ ] / [ ] Proses air limbah,
[ ] / [ ] / [ ] Kemungkinan pembuangan material yang tergolong terkontaminasi,
[ ] / [ ] / [ ] Lumpur (a.l. proses limbah, air limbah, limbah sampingan),
[ ] / [ ] / [ ] Pembersihan lahan (pebongkaran vegetasi pelindung dan lapisan tanah)
pada pinggiran sungai
[ ] / [ ] / [ ] Lain-lain (jelaskan): ______________________________
Lihat juga bagian 5.4.3/4 (→ KSE: A.2.b and A.1.e)
[ ] Lampirkan rincian lebih lanjut mengenai kajian risiko potensi polusi air tanah!
[ ] Lampirkan rincian lebih lanjut mengenai kajian risiko potensi polusi air permukaan!
[ ] Lampirkan rincian lebih lanjut mengenai kajian risiko potensi polusi tanah
(kontaminasi tanah)!
5.1.7 Risiko terjadinya peningkatan debu
[ ] Ada [ ] Tidak
disebabkan:
[ ] Pembersihan lahan (penghilangan lapisan vegetasi),
[ ] Pemindahan tanah,
[ ] Pembuangan hasil keruk yang tidak terlindung,
[ ] Peledakan,
[ ] Transportasi, pengangkutan (lalu-lintas jalan)
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: A.3.a)
5.1.8 Risiko terjadinya peningkatan dalam polusi udara disebabkan oleh pembuangan gas dari mesin –
mesin, kendaraan and sumber emisi lainnya.
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: A.3.a)
5.1.9 Risiko terjadinya perubahan signifikan dari iklim mikro lokal
[ ] Ada [ ] Tidak
disebabkan:
[ ] Pembersihan lahan (penghilangan lapisan vegetasi dan pohon)
[ ] Perubahan badan air permukaan dan kondisi banjir
[ ] Perubahan morfologi sekitarnya
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
5.1.10 Peningkatan tingkat kebisingan
[ ] Ada [ ] Tidak
disebabkan:
[ ] Transportasi, pengangkutan
[ ] Mesin pengeruk dan peralatan lainnya di lokasi penggalian
[ ] Peledakan
[ ] Pembersihan lahan (penghilangan vegetasi pelindung dan pohon)
(→ KSE: A.3.b)
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
5.1.12 Risiko dampak lainnya pada lingkungan fisik
[ ] Ada [ ] Tidak
Jelaskan: ___________________________________________________
11
5.2.2 Risiko terjadinya perubahan pada air (sungai, danau) habitat (struktur vegetasi air):
[ ] Ada [ ] Tidak
disebabkan:
[ ] Perubahan pada aturan kimia dan fisik sungai (a.l. perubahan arus air, morfologi
sungai)
[ ] Penghilangan vegetasi air (akibat langsung)
[ ] Polusi air
[ ] Yang lain, sebutkan: _______________________________
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
5.2.3 Risiko terjadinya gangguan atau kehilangan hewan (terlindung) dan habitat khusus (sensitif) pada
lokasi dan sekitarnya:
[ ] Ada [ ] Tidak
disebabkan:
[ ] Perubahan pada aturan kimia dan fisik sungai (a.l. perubahan arus air, morfologi
sungai)
[ ] Gangguan terhadap arus migrasi air (a.l. sepanjang sungai)
[ ] Penghilangan vegetasi air (akibat langsung)
[ ] Polusi air
[ ] Kebisingan
[ ] Pergerakan (lalu lintas) dan kegiatan konstruksi lainnya.
[ ] Lampirkan daftar lengkap hewan yang ada dan ditemukan yang berpotensi untuk
terganggu! (lihat bagian 4.2.2)!
[ ] Lampirkan peta menunjukan lokasi hewan yang ada dan ditemukan yang berpotensi
untuk terganggu!
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut (studi ilmu hewan) termasuk
evaluasi risiko jangka panjang, difokuskan kepada (kelompok) spesies
sebagai berikut:
____________________________________________________________
(→ KSE: B.2)
5.2.4 Risiko terjadinya gangguan pada daerah suaka alam:
[ ] Ya [ ] Tidak
Jelaskan: ____________________________________________________
(→ KSE: B.3)
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
5.2.4 Risiko dampak lainnya pada lingkungan biologis:
[ ] Ada [ ] Tidak
Jelaskan: ____________________________________________________
12
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan dokumentasi lengkap kepemilikan tanah yang mengalami dampak
dan/atau kesepakatan (mengenai penggunaan lahan, pelanggaran) program pemukiman
kembali.
5.4.3 Peningkatan risiko bahaya / masalah kesehatan akibat sisa hasil pengerukan dan bahan-bahan
konstruksi yang berbahaya, limbah padat, limbah kimia, minyak bekas, bahan bakar dan minyak
pelumas, dan sampah.
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: D.3) (Lihat 5.1.6)(→ KSE: A.2.b dan A.1.e)
5.4.4 Peningkatan risiko bahaya / masalah kesehatan akibat limbah rumah / domestik dan air-buangan
akibat pemukiman (sementara) para pekerja tambang:
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: D.2.b)(Lihat 5.1.6) (→ KSE: A.2.b dan A.1.e)
5.4.5 Peningkatan kegiatan ekonomi didaerah tersebut karena peningkatan kesempatan kerja dan
peningkatan keperluan rumah dan layanan umum untuk pekerja sementara pada tahap (para-)
konstruksi
[ ] Ada [ ] Tidak
Jumlah pekerja sementara asal luar: _______________________
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
5.4.6 Risiko dampak negatif pada tradisi, nilai-nilai budaya dan pola perilaku sebagai akibat adanya
pemukiman (sementara) dari para buruh serta timbulnya kegiatan ekonomi sekunder:
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: D.2.a)
5.4.7 Risiko gangguang pada lokasi-lokasi sensitif budaya, tradisi atau keagamaan sebagai akibat emisi
kebisingan, debu, dampak visual dsb.:
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan lokasi -okay sensitif budaya pada peta terlampir!
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: D.3.a)
5.4.8 Risiko terjadinya sengketa dengan kelompok penduduk asli
[ ] Ada [ ] Tidak
[ ] Lampirkan rincian kajian risiko lebih lanjut!
(→ KSE: D.3.b)
5.4.9 Perkiraan dampak positif pada struktur social:
[ ] Ada [ ] Tidak
Bila ada, maka dampak positif pada:
[ ] Ekonomi lokal [ ] Transportasi/jaringan jalan/akses
[ ] Angkutan umum [ ] Kesehatan
[ ] Tatanan pendidikan dan budaya
[ ] Lain-lain (jelaskan): ______________________________
5.4.10 Risiko lain akibat dampak pada lingkungan sosial:
[ ] Ada [ ] Tidak
Jelaskan: ____________________________________________
13
BAGIAN 6:
RENCANA / UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL/UKL)
dan
RENCANA / UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL/UPL)
Catatan: Daftar isi berikut bertujuan mendukung identifikasi kemungkinan tindakan-tindakan mitigasi serta
kegiatan-kegiatan pemantauan. Isi daftar ini diatur analog dengan bagian 5. (Sekali lagi dampak yang
berpotensi disebutkan dalam kolom pertama.) Dengan memberi tanda pada kegiatan yang sesuai untuk
diusulkan, maka daftar isian bagian 6 memenuhi persyaratan dari suatu rencana pengelolaan lingkungan
dan rencana pemantauan.
Rincian tambahan dari rencana pemantauan - seperti lokasi dan frekwensi – dapat diatur pada kolom 4.
Guna menentukan frekwensi*, gunakanlah kependekan-kependekan berikut:
S = sekali sebelum pembukaan tanah
M = setiap minggu
K = setelah kejadian khusus (a.l. hujan berat) atau bila di-identifikasi ada masalah
B = setiap bulan
P = sekali setelah penyelesaian konstruksi, kemudian setiap ____ bulan.
14
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 15
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 16
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 17
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
6.3 Lansekap
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 18
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 19
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 20
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
______________________________________________________________________________________________________
(GTZ-SLGSR) 21
15.09.2006/20.02.2007
Daftar Proses: Penggalian pasir dan kerikil (Rancangan, versi 4.0)
LAMPIRAN
untuk
Daftar kriteria evaluasi baku berikut berfokus pada ekstraksi basah (operasi pengerukan). Bahan mentah yang lepas diekstraksi secara mekanis atau hidrolis
dan dipindahkan ke suatu fasilitas pemrosesan. Seluruh peralatan ekstraksi pada umumnya berlokasi atas/dalam air, sering mengapung di suatu sungai atau
danau buatan. Perlu dipertimbangkan daerah kerja/pemrosesan tambahan, lokasi pembuangan (a.l. bahan kerukan tertentu) dan jalur transportasi (jalan) di
daratan.
Tambang-tambang permukaan berbeda ukuran tergantung pada deposit dan teknik ekstraksi yang digunakan. Kegiatan-kegiatan ekstraksi berkisar dalam
ukuran dari kegiatan satu-orang hingga tambang penggalian sangat besar.
Kegiatan-kegiatan ekstraksi dalam sungai dapat menimbulkan dampak besar, terutama apabila sejumlah proyek (mandiri) menyebabkan pengaruh kumulatif.
Analisa mengenai dampak lingkungan perlu mempertimbangkan pengaruh kumulatif agar dapat mengkaji “kontribusi” individual dari proyek yang
bersangkutan didalam konteks lingkungan lokal atau regional.
Bila kegiatan-kegiatan ekstraksi mengarah pada potensi perubahan serius dari morfologi sungai (dasar sungai, pinggiran sungai, arus air
sungai, dsb.) dampak sekunder yang berat dapat dipertimbangkan pada tempat-tempat (kebanyakan di hilir) jauh dari lokasi proyek: modifikasi
banjir/daerah banjir, sedimentasi dan erosi, dampak pada populasi fauna perairan karena penghalangan/gangguan jalur migrasi, dampak pada
kualitas air, dampak pada kelompok ikan, dsb.
1
Tabel: Kriteria Standar Evaluasi untuk AMDAL untuk Penambangan Pasir dan Kerikil
Perlunya AMDAL ditentukan oleh:
Penggalian Pasir dan PerMenLH 308/2005, Lamp. 1: KepMen LH 17/2001:
H.A.2.: Tahap eksploitasi J.A.2.: Tahap eksploitasi produksi:
Kerikil produksi:
d: Bahan galian bukan logam atau
d: Bahan galian bukan logam atau
bahan galian golongan C: ≥
(Proyek Ekstraksi Permukaan Basah)
bahan galian golongan C: ≥ 250.000 m3/th (ROM)
250.000 m3/th (ROM)
J.A.1: Pertambangan Umum:
H.A.1: Pertambangan Umum: - Luas perizanan (KP): ≥ 200
- Luas perizanan (KP): ≥ 200 ha, atau
ha, atau - Luas daerah terbuka untuk
- Luas daerah terbuka untuk petambangan: ≥ 50 ha
petambangan: ≥ 50 ha (kumulatif/tahun)
(kumulatif/tahun)
• Daerah
a) Kehilangan Kuantitatif: Ekstraksi basah biasanya menggunakan daerah ekstraksi yang
tanah/lapisan bawah sangat terbatas. (Penggali logam-mulia dan timah, misalnya,
tanah karena terpakai/ditempati dlm. jarang menggunakan lebih dari satu hektar, kecuali sebelumnya
harus dihilangkan tanah penutup). Namun dilain pihak, daerah
m2
• Volumen tanah/pasar
digunakannya lahan oleh
ekstraksi bergeser diseluruh lapangan eksplorasi, yang akhirnya
fasilitas daratan dan termodifikasi seluruhnya: bila yang dikerjakan lahan kering,
pembuangan bahan yang terpakai dlm. m3 maka tanahnya dipindahkan, namun apabila dilakukan dalam
terklasifikasi secara sungai, maka seluruh dasar sungai berubah, dan demikian pula
2
mendekati aslinya sejauh memungkinkan.
(bahan-bahan
berbahaya)
3
diberikan terhadap dampak pada bantaran sungai yang
menyebabkan dampak erosi jangka panjang pada daerah
sekitarnya yang terbuka. Dan dampak yang disebabkan oleh
perubahan arus sungai karena perubahan morphology dasar
sungai.
4
permukaan dan air
sungai dengan dampak
sekunder (seperti erosi)
5
beban lumpur jauh lebih kecil. Sumur-sumur dan lubang
pengeboran yang besar yang tidak lagi diperlukan namun dapat
mengganggu penghalang air tanah (aquitard) harus disegel.
• Perkiraan kuantitas
a) Polusi udara karena Kuantitatif: Polusi udara dalam bentu gas dihasilkan oleh gas buang - UU No. 14/1992
kendaraan dan mesin-mesin, yang digerakkan oleh mesin diesel, - PP 41/1999
gas-buang mesin dan - KepMen LH 252/2004
maupuan akibat dari terlepasnya uap ledakan. Akan terdapat
• Nilai baku-mutu udara
debu. emisi - KepMen LH 45/1997
suatu peningkatan zat pencemar di lokasi penggalian dan
- Bapedal Decree 205/1996
pemrosesan maupun di jalur transportasi (misalnya truck). Suatu - KepMen LH 13/1995
evaluasi kuantifikasi perlu mempertimbangkan beban polusi - KepMen LH 35/1993
• Baku-mutu kebisingan
(perlu studi kebisingan) diklasifikasi menurut suatu skala tingkat kebisingan yang akan
ditentukan.
dengan Emisi kebisingan dapat dikurangi dengan tindakan-tindakan
mempertimbangkan teknis. Gangguan kebisingan dapat dibatasi oleh menerapkan
tata-guna lahan bahan kedap suara pada peralatan tertentu. Unit peralatan dapat
disekitarnya dibungkus atau dilengkapi dengan sistim peredam suara khusus
(mufflers).
Disamping itu, emisi kebisingan dapat dikurangi dengan
Kualitatif:
6
• Jarak ke daerah sensitif menerapkan peraturan operasional (misalnya, penjadwalan
(misalnya perumahan) waktu kegiatan)
serta ke-rentan-an Kebisingan yang dihasilkan pada daerah tanah-longsor dan oleh
lalu-lintas tambahan pada jaringan jalan dapat dikaji. Apbila
jalan-jalan ramai melalui daerah yang peka terhadap suatu, maka
perlu diambil tindakan untuk menentukan beban keseluruhan.
Tindakan-tindakan perlindungan harus diambil berkaitan dengan
beban sebagai suatu keseluruhan atau alternatifnya adalah agar
arus lalu-lintas harus dipindah jalur-kan. Memisahkan arus lalu-
lintas menjadi sejumlah jalur yang kurang dibebani merupakan
suatu pendekatan masuk akal.
B) Lingkungan Biologis
B.1) Flora
B.2) Fauna
• Keberadaan sekarang
Kualitatif: perubahan sedimentasi, erosi, dijalankannya mesin-mesin,
meningkatnya polusi air, juga perlu dipertimbangkan.
(invetarisasi) spesies Kontaminasi lumpur akibat pertambangan pada sungai yang
7
yang berharga, rentan kena dampaknya akan menurunkan kualitas air, merubah dasar
dan /atau terancam, sungai secara mendepositokan bahan halus dan super halus
(sedimentasi, erosi), dan menggangu keseimbangan nutrisi dari
•
populasi dan habitatnya
sungai, dengan konsekwensi akibat pada fauna dan flora sungai
Kondisi
tersebut.
sekarang/kualitas Seringkali, polusi demikian menyebabkan berkurangnya
populasi dan habitat populasi ikan karena kematian dan bermigrasi menjauhi bagian
(juga dari spesies yang daerah sungai yang terkena dampak. Kerusakan pada persediaan
tidak terancam) ikan dapat menyebabkan bahaya kesehatan pada konsumen dan
mengakibatkan kehilangan pekerjaan dalam industri perikanan.
Penggalian basah sumberdaya mineral mengakibatkan suatu
bahaya lingkungan tambahan karena dapat menimbulkan air-air
tenang yang dapat merupakan tempat berkembang biaknya
hama pathogen seperti nyamuk pembawa malaria.
B.3) Ekosistim: habitat, unit ekologi/alami, jalur-jalur migrasi, dsb.
• Nilai/pentingnya/tingkat
Kualitatif: - kehilangan struktur vegetasi sebelumnya didalam dan
disamping daerah pemrosesan,
status alami dari - lalu-lintas transportasi (gerakan, kebisingan, kecelakaan dsb.),
ekosistim yang kena - penggunaan pestisida dan tindakan pemeliharaan lainnya,
- penggunaan tanah sekunder, pemukiman, penyerobotan.
dampak dan ke-
8
• Rentan-nya bentang
Kualitatif: sungai, tampak (sementara) dari lokasi pekerjaan di sisi daratan
dan peralatan.
Daerah-daerah yang mengalami perubahan besar (pemindahan
• Tampak peralatan
alam (khas, rusak)
tanah, perubahan morfologi sungai, pembersihan tumbuhan dan
lokasi pembuangan untuk bahan pengerukan) serta komponen
(sementara) (peralatan) buatan menyebabkan perubahan dalam karakteristik
bentang alam.
Dampak signifikan yang tak lansung dapat terjadi oleh
perubahan tampak sungai (bantaran sungai, daerah banjir) yang
secara potensial disebabkan oleh kegiatan pengerukan,
perubahan dasar sungai, erosi dan kegiatan operasional maupun
karena perubahan dari tata-guna lahan sebagai akibatnya serta
struktur pemukiman dan sistim transportasi.
• Data demografi:
a) Dampak merugikan Kualitatif: Kehilangan dataran banjir yang subur atau daerah yang mudah - KepBapedal 299/96*
pada pembangunan tata- di-irigasi menjadi tambang permukaan basah dapat menimbulan
ruang dan sengketa tata- Analisis dan kajian sengketa tata-guna tanah yang berat. Meskipun daerah yang
guna tanah dipermasalahkan kemudian direhabilitasi, kerusakan yang tidak
struktur sosio-ekonomi
dapat dirubah kembali akan tetap berada pada suatu lokasi- dan
• Data demografis:
a) Masalah sosial pada Kuantitatif: Sengketa sosial berkaitan dengan kegiatan penambangan basah - UU 4/1992
populasi di kota dan khususnya menjadi serius pada waktu-waktu yang sibuk - KepPres 36 (?)*
pedesaan sekitarnya. perkiraan populasi, (kegiatan ekonomi secara signifikan lebih tinggi) menarik
sejumlah besar penambang kecil dan usaha sekunder (misalnya: See also under A)!
struktur, pembangunan
penjaja) menuju suatu wilayah tertentu. Banyak diantara
yang berpotensi kena pendatang baru tersebut tidak memiliki hak resmi untuk
daerah dampak
(misalnya: daerah
perumahan)
9
• Standar kesehatan
b) Sanitasi dan kesehatan Kualitatif: Kemungkinan dampak negatif pada sistim sanitasi dan kesehatan - UU 23/1993
masyarakat dapat disebabkan oleh kegiatan penggalian dan oleh - KepBapedal 124/97*
perubahan sistim air sungai. Perlu diperhatikan sengketa-
• Data status sanitasi dan
masyarakat
sengketa berikut ini:
- bertambahnya penyakit akibat meningkatnya vektor hama
kesehatan masyarakat (misalnya oleh perubahan dasar sungai dan daerah banjir)
10