Whilma Maudy Gresinta 10821029 AKRS
Whilma Maudy Gresinta 10821029 AKRS
Disusun Oleh :
(10821029)
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip keadilan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia bagi
masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
BAB II
ISI
Pengertian Kesehatan
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan,
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Batasan yang diangkat
dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling
baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan
sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik
fisik, mental, maupun social dan bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang
terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan
social, tetapi menurut Undang-Undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup
empat aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), social dan ekonomi.
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental dan social saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Keempat dimensi
kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan
pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan itu
bersifat holistic atau menyeluruh.
Selain itu, masih juga kita lihat Puskemas sebagai institusi kesehatan yang
paling dekat dengan masyarakat tidak ada dokter jaganya. Ketika masyarakat
membutuhkan, dokter puskesmas tidak di tempat. Dan ini akan sangat berdampak
pada kualitas pelayanan kesehatan. Belum lagi kalau misalnya muncul pungutan-
pungutan yang tidak jelas alias pungli. Sudah miskin, dimiskinkan lagi oleh
pelayanan yang mengecewakan.
(1) Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan hanya untuk
peningkatan kesehatan masyarakat miskin,
(2) peran dan fungsi ganda dari penyelenggara, sebagai pengelola sekaligus
pembayar,
(5) paket pelayanan kesehatan belum diimbangi kebutuhan dana yang memadai,
dan
Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang
harus dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan
mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin
sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut.
Kebijakan Jamkesmas
(1) agar kepesertaan program jaminan social segera dapat dinikmati oleh seluruh
Rakyat Indonesia,
(2) manfaat dan kualitas jaminan dapat ditingkatkan sehingga dapat memenuhi
sasaran “kebutuhan dasar yang layak”, dan
A. Kesimpulan