KELOMPOK 2
KESEHATAN Adelia putri H 191040400263
Annisa nur fitria 191040400282
Dede ervan 191040400277
Dian ismiyasari 191040400279
DOSEN PENGAMPU :
Mayda muchtarina 191040400285
TRINI NURWATI, SKM, MKM Fitri nuraeni 191040400269
Sabrina 191040400286
Karimah al zhahra 191040400275
Pendahuluan
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM
), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam Undang – Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa
adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa,
pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada
tersedianya sumber daya yang senantiasa siap pakai dan terhindar dari ancaman penyakit. Di Indonesia
sendiri tak bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan
SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
Ketiga fungsi ini dilaksanakan berlandaskan pada kaidah dan prinsip asuransi kesehatan sosial. Ketiga
fungsi ini akan dilaksanakan oleh sebuah badan hukum publik, yaitu badan penyelenggara jaminan sosial
bidang kesehatan (BPJS) yang merupakan transformasi PT Askes menurut amanat UU BPJS. BPJS
berfungsi mengumpulkan dana dari pembayar (payor) dengan mekanisme tertentu, mengelola dana
tersebut, serta menyeleksi dan mengontrak pemberi layanan kesehatan (provider) untuk melayani peserta
JKN. Dengan mekanisme ini tidak ada hambatan akses finansial untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
Adanya JKN tidak berarti peserta sama sekali terbebas dari hambatan finansial, karena peserta tetap harus
menanggung biaya tidak langsung. Untuk meminimalkan pengeluarkan biaya tidak langsung ini, BPJS
harus mengupayakan ketersediaan provider sedekat mungkin atau di tengah masyarakat.
C. Hubungan Pembiayaan dengan Derajat Kesehatan
Hubungan pembiayaan dengan derajat kesehatan tidak selalu berbanding lurus, sangat tergantung
dari pembiayaan khususnya yang berkaitan erat dengan pengendalian biaya. Contohnya: Amerika
Serikat yang pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi (13,7% GNP) pada tahun 1997 (WHO
Report 2000), derajat kesehatannya yang dilihat dari indikator umur harapan hidup didapatkan
untuk laki-laki 73,8 tahun dan wanita 79,7 tahun. Keadaan ini lebih rendah daripada Jepang (umur
harapan hidup laki-laki 77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun) yang pengeluaran kesehatannya lebih
kecil (7% GNP). Hal ini menunjukkan pembiayaan kesehatan di Amerika kurang efisien, yang
mungkin terjadi karena sistem pembiayaan kesehatannya sangat berorientasi pasar dengan
pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket) relatif tinggi. Keadaan ini terjadi juga di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia.
Berbagai model yang dominan yang implementasinya disesuaikan dengan keadaan di Negara
masing-masing. Beberapa model yang dominan adalah:
1. Model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance).
2. Model asuransi kesehatan komersial (Commercial/Private Health Insurance).
3. Model NHS (National Health Services) yang dirintis pemerintah Inggris sejak usai perang
dunia kedua.
D. Masalah Pembiayaan Kesehatan
Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana
pembiayaannya harus ditanggung sendiri ("out of pocket") dalam sistim tunai ("fee for service").
Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih, karakter supply induced demand
dalam pelayanan kesehatan, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola
penyakit kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit
diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Peningkatan biaya itu
mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi
masalah pembiayaan kesehatan ini.
Masalah-masalah dalam pembiayaan kesehatan :
1. Kurangnya dana yang tersedia
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan (equity - fairness)
3. Pemanfaatan yang tidak tepat
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
6. Kemajuan IPTEK
7. Perubahan pola penyakit (triple burden)
8. Perubahan pola pelayanan kesehatan (fragmented health services)
9. Perubahan pola hubungan dokter pasien
10. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya
11. Penyalahgunaan asuransi kesehatan
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:
1. Mengupayakan kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat
pusat dan daerah
2. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OP dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan
jaminan
3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan.
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yaitu:
1. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang dimaksud cukup
adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak
menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat
dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.
3. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak mendapat pengaturan yang
optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang jika berkelanjutan akan menyulitkan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
KESIMPULAN
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur tentang
besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat.