Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ALAT KESEHATAN DAN

SPESIALITE OBAT
“Obat-Obat yang Menyebabkan Reaksi Fotosensitivitas”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Alat Kesehatan dan Spesialite
Oleh:
Kelompok :4
Kelas :A
Nama Kelompok :
Anisa Sakinah 2019000010
Anita Permatasari 2019000011
Anna Muthia 2019000012
Elvina Febriyanti 2019000022
Fransiska Suryani Ambal 2019000029
Fredrika Natashya 2019000030
Gita Serafika Shannon 2019000031

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
A. DEFINISI
Fotosensitivitas merupakan istilah yang digunakan secara luas untuk menggambarkan
reaksi kulit yang abnormal terhadap energi cahaya matahari. Reaksi yang terjadi berupa
reaksi kutaneous yang terjadi ketika zat kimia atau obat tertentu yang diaplikasikan
secara topikal atau sistemik pada saat yang bersamaan dengan terpaparnya orang yang
bersangkutan dengan sinar ultraviolet (UV) atau sinar tampak.
Reaksi–reaksi fotosensitivitas sangat sulit diprediksi. Reaksi–reaksi ini bisa terjadi
pada orang usia berapapun meski lebih umum pada orang dewasa dibandingkan pada
anak–anak, kemungkinan karena orang dewasa biasanya terpapar terhadap lebih banyak
pengobatan secara sistemik maupun topikal. Besarnya reaksi fotosensitivitas berbeda–
beda untuk setiap orang meskipun memiliki dampak yang sama, tidak semua orang akan
mengalami fotoreaksi. Seseorang yang mengalami fotoreaksi setelah satu kali
keterpaparan terhadap suatu agen atau zat kimia mungkin tidak akan bereaksi pada agen
atau zat kimia yang sama setelah keterpaparan berulang. Disisi lain, orang yang alergi
terhadap salah satu zat kimia mengalami fotosensitivitas yang terkait dengan bahan
kimia.

B. KLASIFIKASI
Fotosensitivitas dapat bereaksi sebagai fototoksik dan fotoalergik.
1. Fototoksik
Reaksi fototoksik adalah sebuah bentuk fotosensitivitas yang tidak tergantung pada
respon imunologi. Reaksi-reaksi fototoksik tergantung pada dosis dan akan terjadi
pada hampir setiap orang yang menggunakan atau mengaplikasikan banyak agen
pemicu dan UVR, tetapi dosis yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi ini
berbeda-beda pada setiap orang. Reaksi-reaksi fototoksik bisa muncul pada
keterpaparan pertama terhadap agen dan menunjukan tidak ada sensitifitas silang
terhadap agen-agen yang terkait secara kimiawi. Reaksi ini lebih sering ditemukan
daripada fotoalergik karena reaksi sunburn digolongkan ke dalamnya.
Reaksi fototoksik dapat terjadi pada hampir setiap individu apabila terpajan
dengan sensitizer, atau lebih tepat disebut sebagai fototoksin, dalam jumlah tertentu
dan terkena pajanan sinar dengan panjang gelombang yang sesuai.
Reaksi dapat terjadi pada pajanan pertama dan pajanan berikutnya pada tempat
lain akan menunjukkan reaksi yang serupa, sehingga reaksi fototoksik dapat
disamakan dengan reaksi iritan primer. Radiasi yang terutama berperan pada reaksi
fototoksik ialah radiasi UV-A dan kadang–kadang sinar tampak meskipun beberapa
bahan membutuhkan radiasi UV-B, misalnya: sulfonamide, difenhidramin, dan
vinblastin.

Beberapa faktor yang berpengaruh pada derajat reaksi fototoksik antara lain:

a. Dosis fototoksin
b. Absorpsi fototoksin topikal yang dipengaruhi oleh struktur kimia, stabilitas
kelarutan, penetrasi, dan vehikulum. Selain itu tebal stratum korneum, jumlah
folikel rambut, kelembaban, dan suhu kulit juga memegang peran.
c. Nasib fototoksin sistemik, antara lain bergantung pada metabolisme, eksresi,
konsentrasi, serta lamanya di kulit
d. Penetrasi radiasi spektrum aksi yang dipengaruhi oleh dosis radiasi serta fungsi
optik kulit.

Beberapa contoh reaksi fototoksik adalah Sunburn, Fitofotodermatitis, dan Dermatitis


berloque.
1. Sunburn
Sunburn disebut juga sebagai eritema ultraviolet. Sunburn merupakan reaksi
fotosensitif kutan yang dapat terjadi pada setiap individu, terutama ras yang
mempunyai sedikit pigmen kulit. Eritema akibat Sunburn merupakan contoh
peradangan kulit dan dapat dipacu oleh ketiga spektrum radiasi ultraviolet, yaitu UV-A,
UV-B, UV-C akan diabsorpsi epidermis, sedangkan UV-A memenetrasi epidermis
(50%). Dosis cahaya yang diperlukan untuk memacu terjadinya eritema minimal di
kulit berbeda untuk ketiga jenis spektrum.
Dosis Eritema Minimal (DEM) di kulit untuk ketiga jenis spektrum:

Daerah DEM (m.V/cm2)


UV

A 101 - 105

B 101 - 102

C 10-1 - 101
Eritema akibat sunburn adalah hasil pajanan kulit
dengan sinar UV sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah di dermis, tepat di bawah kulit
yang terpajan sinar.

Sunburn

2. Fitofotodermatitis
Fitofotodermatitis merupakan reaksi fototoksik yang berhubungan dengan pajanan
terhadap sinar dan tumbuh – tumbuhan.Zat yang bersifat fototoksik dalam tumbuh–
tumbuhan dikenal sebagai furokumarin.Zat fototoksik tersebut bersifat mudah larut dalam
lemak dan dapat dengan mudah berpenetrasi ke dalam epidermis.
Untuk dapat memacu terjadinya fitofotodermatitis terdapat 2 tahap reaksi:
a. Berkontak dengan furokumarin yang berkemampuan mensensitasi.
b. Pajanan sinar UV dengan panjang gelombang lebih dari 3200 A atau sinar matahari.
Gesekan, keringat, panas, serta kelembaban akan mempengaruhi absorbsi zat-zat
tersebut ke dalam kulit sehingga mempengaruhi terjadinya reaksi fototoksik tersebut. Pada
keadaan akut manifestasi klinis berupa eritema dan bula, sedangkan hiperpigmentasi
merupakan manifestasi kronik fitofotodermatitis. Lokalisasi kelainan akan mencerminkan
pola kontaknya.

Fitofotodermatitis Akut Fitofotodermatitis Kronik

3. Dermatitis Berloque
Pertama kali digambarkan oleh Freund pada tahun 1916 berupa eritema dan pigmentasi
menyerupai bentuk kalung (berlock atau berloque) pada individu yang mengoleskan
minyak wangi sebelum terpajan sinar matahari.Kemudian diketahui bahwa fotodermatitis
tersebut disebabkan oleh minyak bergamot yang dihasilkan oleh sejenis buah jeruk dan
banyak digunakan sebagai aroma pada minyak wangi.
Oppenheim pada tahun 1932 menggambarkan bentuk dermatitis tertentu yang
ditemukan pada individu yang berjemur dikebun.Dermatitis tersebut dinamakan sebagai
dermatitis bullosa striata pertansis dengan kelainan klinis bula tersusun linear pada daerah
terpajan sinar disertai rasa gatal yang sangat hebat.Sebab kelainan tersebut adalah
kandungan psoralen pada rumput yang bersifat sebagai photosensitizer.

Dermatitis Berlouqe
2. Fotoalergik
Reaksi fotoalergik adalah sebuah bentuk fotosensitivitas yang dimediasi oleh sistem
kekebalan tubuh berupa perubahan reaktivitas kulit untuk bereaksi dengan energi sinar
matahari saja atau dengan adanya photosensitizer, dalam hal ini disebut fotoalergen,
melalui mekanisme respon imun humoral atau respon imun seluler.
Reaksi fotoalergik juga merupakan kelainan yang jarang ditemui, kemungkinan
karena mekanisme yang mendasarinya belum diketahui jelas dan kelainan tersebut
hanya terjadi pada individu tertentu. Pajanan pertama dengan fotoalergen tidak akan
segera menimbulkan reaksi karena dibutuhkan fase induksi yang berkisar antara 1 - 2
minggu. Reaksi baru akan terlihat pada pajanan berikutnya atau setelah fase induksi
terlampaui. Berbeda dengan reaksi fototoksik, reaksi fotoalergik tidak memerlukan
dosis tinggi, baik dalam hal fotoalergen maupun energi yang dibutuhkan untuk memacu
reaksi tersebut.
Meskipun sebagian besar reaksi terhadap photosensitizer eksogen adalah reaksi
fototoksik, tetapi terdapat juga reaksi fotoalergik dengan dasar hipersensitivitas tipe
lambat.Photosensitizer eksogen dapat mengenal tubuh melalui olesan secara topikal
pada kulit atau masuk ke tubuh secara sistemik. Mekanisme reaksi fotoalergen meliputi
absorpsi sinar oleh photosensitizer, kemudian terjadi perubahan sehingga terbentuk
hapten yang akan bergabung dengan protein karier dan memacu terjajdinya respons
imun.
Ditinjau dari segi pembentukan hapten terdapat beberapa teori ialah:

1. Terbentuk hapten yang stabil akibat pajanan bahan kimia dengan sinar radiasi yang
sesuai dan pajanan ulang dengan hapten pada individu tersensitisasi akan
mengakibatkan reaksi alergi. Misalnya reaksi fototoksik terhadap salisilanilid dan
metoksalen.
2. Terbentuk hapten yang tidak stabil, yang terjadi dalam waktu singkat dan harus
terletak berdekatan dengan protein kariernya pada saat pajanan sinar radiasi. Hal
tersebut dapat menerangkan terjadinya hasil negatif pada uji temple atau tes
intradermal.
3. Perubahan pada protein karier sehingga dapat bergabung, baik dengan bahan kimia
yang telah berubah maupun yang belum membentuk antigen. Dapat pula terjadi
perubahan pada organ target sehingga membentuk autoantibodi yang akan memacu
terjadinya reaksi hipersensitivitas. Teori terakhir ini masih memerlukan pembuktian
lebih lanjut.

Secara umum gambaran klinis berkisar antara urtikaria akut sampai lesi popular atau
eksematosa.Kelainan dapat terjadi lebih luas daripada daerah terpajan dan apabila terjadi
eksaserbasi dapat berlokasi jauh dari daerah pajanan.Kelainan klinis bersifat poliforfi
terutama eksematosa disertai rasa gatal.Pada stadium akut terlihat vesikel disertai skuama,
krusta, dan ekskoriasi, sedangkan pada stadium kronik dijumpai kelainan berupa likenifikasi,
meskipun dapat juga ditemukan bentuk–bentuk lain, misalnya urtika, dan
papul.Hiperpigmentasi lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan reaksi fototoksik.

Reaksi fotoalergik dibagi menjadi 2 jenis:


1. Dipacu oleh photosensitizer eksogen
a. Photosensitizer kontak
Reaksi fotoalergik yang dapat terjadi akibat pemakaian berbagai macam bahan
secara topical, antara lainaftershave lotion, tabir matahari psoralen, dan
salisilanilidhalogen serta zat turunannya yang terkadung dalam bahan antibakteri
atau antimikotik. Penggunaan trichlosalicylanide (TCSA) dalam sabun,
deodorant, dan bahan lain untuk membunuh bakteri merupakan penyebab
terbanyak reaksi fototoksik. Secara klinis erupsi berbentuk popular, likenoid, dan
ekszematosa. Dasar reaksi tersebut adalah hipersensitivitas tipe lambat, sehingga
lesi akan timbul dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah pajanan
dengan spektrum UV gelombang panjang.
b. Photosensitizer sistemik
Reaksi fotoalergi terhadap photosensitizer sistemik lebih jarang ditemukan
daripada photosensitizer kontak dan mekanismenya juga masih belum dimengerti
secara tuntas. Meskipun dapat diamati timbulnya reaksi fotoalergi terhadap
beberapa bahan, antara lain: griseofulvin, beberapa antihistamin, pemanis
artifisial kalsium siklamat, sulfonamid, klorotiazid, dan sulfonylurea.Waktu reaksi
berlangsung lambat dengan erupsi klinis bervariasi berupa papul linekoid sampai
perubahan ekszematosa.Meskipun kelainan biasanya cepat menghilang, tetapi
ditemukan juga keadaan yang persisten (persistent light reactivity).

2. Tidak berhubungan dengan photosensitizer


a. Tipe cepat : urtikaria solaris
Lesi karateristik pada urtikaria solaris berupa urtika dikelilingi daerah
eritematosa, meskipun kadang – kadang terlihat urtikaria multiple disertai
pseudopodi.Lokalisasi lesi biasanya didaerah terpajan, tetapi dapat timbul
diseluruh tubuh, meskipun daerah yang sering terpajan sinar matahari bersifat
lebih toleran. Waktu reaksi berkisar antara beberapa detik sampai beberapa menit
dan urtikaria yang timbul sesuai dengan daerah pajanan. Lesi dapat menetap
untuk beberapa menit sampai beberapa jam tergantung pada intesitas pajanan.

Urtikaria Solaris

b. Tipe lambat : polymorphus light eruption


Secara klinis gambaran bervariasi dapat menyerupai prurigo atau kadang
menyerupai eritema multiforme. Beberapa lesi dapat membantu membentuk
plakat, dengan lokalisasi didaerah muka, biasanya terdapat satu bentuk lesi yang
menonjol dan umumnya adalah lesi ekzematosa, lesi akan tersusun secara tidak
beraturan. Kelainan klinis tersebut akan selalu berulang setiap kali terjadi pajanan
dengan sinar matahari, meskipun pada keadaan tertentu reaksi yang terjadi akan
semakin ringan. Patogenesis dari tipe ini masih belum jelas diketahui, adanya
sel–sel radang bulat perivascular didermis menyokong pendapat bahwa
hipersensitivitas tipe lambat memegang peran pada patogenesis tipe ini.
Spektrum aksi terdapat diantara panjang gelombang 290–320nm, meskipun
panjang gelombang yang lain dapat pula memacu reaksi klinis, sehingga
terjadinya penyakit ini tidak tergantung panjang gelombang.

Polymorphous Light Eruption (PMLE)

Berikut ini merupakan perbedaan dari reaksi fotoksik dan fotoalergik:

FOTOTOKSIK FOTOALERGIK

ReaksiSunburn: eritema, edema,


Lesieksematosa (Eczematous
vesikeldan bula, sering
Gejala klinis lesions), papula, vesikel, krusta,
terjadihiperpigmentasi, rasa terbakar,
biasanya pruritus
perih

Apoptotic keratinocytes, sparse


DermatitisSpongiotik, dermal
Histologi dermal infiltrate of lymphocytes,
lymphphistiocytic infiltrate
macrophages and neutrophils

Respon hipersensitivitas tipe IV


Patofisiologi Kerusakan jaringanlangsung
delayed

Muncul setelahpaparan
Iya Tidak
pertama

Onset Beberapa menit-jam setelah kontak 24-48 jam setelah kontak

Dosis yang dibutuhkan


untuk menyebabkan Besar Kecil
erupsi

Reaktivitas silangdengan
Jarang Sering
agen lainnya

Klinis + Phototest + Photopatch


Diagnosis Klinis + Phototest
test
Berbagai penyakit kulit disebabkan atau diperberat oleh cahaya matahari, jumlah penyakit
tersebut berkembang pesat sehingga tidak mungkin membuat penggolongan secara jelas.
Umumnya penggolongan yang dibuat hanya bersifat membantu mengadakan evaluasi
secara klinis akibat perubahan proses fotobiologi pada tubuh manusia. Berdasarkan
etiologi, maka penyakit fotosensitivitas dapat dibagi sebagai berikut:

1. Genetik dan Metabolik


a. Xeroderma pigmentosum
b. Protoporfiria
c. Pelagra
d. Kwashiorkor

2. Fototoksik dan Fotoalergik


a. Fototoksik
- Internal : Obat
- Eksternal : Obat, Tumbuh – tumbuhan
b. Fotoalergik
- Hipersensitivitas tipe cepat : urtikaria solaris
- Hipersensitivitas tipe lambat : obat
-
3. Degeneratif dan Neoplasma
a. Karsinoma sel skuamosa neoplasma
b. Melanoma maligna
c. Keratosis aktinik
d. Epitelioma sel basal

4. Idiopatik
a. Polymorphus light eruption
b. Hidroa estivalis
c. Hidroa vaksiniformis
d. Retikuloid aktinik
e. Prurigo aktinik
5. Fotoaggravated
a. Lupus eritematosus
b. Dermatomiositis
c. Herpes simpleks
d. Dermatitis atopik

C. PATOGENESIS
Setiap proses biologis selalu didahului oleh peristiwa kimia, sehingga perubahan setiap
proses fotobiologi berdasarkan atas reaksi fotokimia yaitu reaksi kimia yang dipicu oleh
cahaya. Untuk dapat menyebabkan perubahan kimia, cahaya harus diabsorpsi terlebih
dahulu. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia dan merupakan bagian molekul
yang mengabsorpsi.

Perubahan Energi Cahaya Menjadi Energi Kimia

Reaksi fotokimia di kulit membutuhkan absorpsi cahaya dan merupakan kejadian yang
spesifik karena setiap molekul mampu mengabsorpsi cahaya dengan panjang gelombang
tertentu sehingga satu molekul mempunyai spektrum absorpsi tersendiri. Akibat peristiwa
fotobiologi dikulit dapat digambarkan pada gambar berikut:
Peristiwa Fotobiologi Di Kulit

D. MEKANISME FOTOSENSITIVITAS
Cahaya matahari memegang peranan penting dalam proses fotobiologis. Tetapi
cahaya matahari dapat menyebabkan morbiditas signifikan dalam bentuk luka bakar
matahari, reaksi obat, penyakit fotosensitivitas, dan fotoaging.
Transformasi H menjadi He pada interior matahari melepaskan banyak energi
yang mencapai permukaan bumi dalam bentuk radiasi elektromagnetik (EMR), sinar X,
sinar kosmis, gelombang listrik, gelombang radio, infra red, sinar tampak, dan UVR.
Reaksi-reaksi fotosensitivitas dapat ditimbulkan oleh range spektrum EMR yang terbatas
mencakup UVR (200-400 nm) dan sinartampak (400-800nm). Spektrum UVR dibagi
menjadi UVB=290-320nm, UVA=320-400nm (UVA II=320-340nm dan UVA I=340-
400nm) dan UVC=200-290nm. Hanya UVA dan UVB yang terlibat dalam reaksi-reaksi
fotosensitivitas karena UVC dihambat oleh lapisan ozon pada atmosfer.
Gelombang spektrumUVA utamanya bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi
fotosensitivitas karena penetrasinya yang lebih dalam kedalam kulit dan memberikan
kontribusi bagi fototrauma. UVB hanya menembus kedalam epidermis dan dermis
pappilary, sedangkan UVA menembus kedalam dermis retikular.
Reaksi-reaksi fotosensitivitas bisa terjadi pada keterpaparan terhadap baik UVA
maupun UVB. Tetapi lebih besar kemungkinannya terjadi pada range UVA. EMR
merambat dalam bentuk gelombang yang mengandung foton. Absorpsi foton sangat
berperan penting pada reaksi fototoksik dan fotoalergik. Absorpsi menginduksi
perpindahan sebuah elektron ke kulit elektron terluar yang kosong dan menyebabkan
sebuah kondisi yang dikenal sebagai keadaan tereksitasi.
1. Mekanisme Reaksi Fototoksik
Bahan kimia yang terfotoaktivasi menyebabkan kerusakan sel secara langsung; tidak
ada periode sensitisasi yang diperlukan, dan mekanisme ini tidak tekait dengan
imunologi, sehingga bisa dimanifestasikan selama keterpaparan awal. Reaksi ini
tergantung pada jumlah senyawa, kadar radiasi pengaktivasi, dan kuantitas kromofor
lain dalam kulit.
Absorpsi UVR menghasilkan bahan kimia atau metabolit dalam keadaan
tereksitasi, yang pada gilirannya bisa mengikuti salah satu dari dua jalur yang
menyebabkan fotosensitisasi. Jalur pertama terjadi melalui pembentukan sebuah
radikal bebas dan jalur kedua melalui pembentukan oksigen singlet, yang pada
gilirannya menghasilkan oksidasi biomolekul, merusak komponan sel yang penting
dan memicu pelepasan mediator eritrogenik.

2. Mekanisme Reaksi Fotoalergik


Reaksi fotoalergik tidak bisa terprediksi, reaksi ini di mediasi oleh sistem imun dan
ditentukan oleh baik respon hipersensitivitas lambat maupun reaksi hipersensitivitas
cepat sebagai akibat dari respon IgE terhadap UVR. Masa inkubasi untuk memori
imunologi untuk berkembang setelah kontak pertama dengan fotosensitizer
diperlukan, sehingga tidak ada reaksi pada keterpaparan pertama. Pada keterpaparan
selanjutnya, timbulnya lebih singkat.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FOTOSENSITIVITAS


Beberapa faktor, seperti kuantitas dan lokasi bahan-kimia atau obat pada atau dalam
kulit; kuantitas, spektrum, dan penetrasi radiasi pengaktivasi; ketebalan lapisan horny;
besarnya pigmentsi melanin; status imunologi, dapat mempengaruhi gambaran reaksi
fotosensitivitas. Status imunologi pasien sangat penting karena reaksi-reaksi
fotosensitivitas sering ditemukan pada pasien-pasien mengalami penurunan sistem
kekebalan seperti pasien yang terinfeksi HIV-AIDS.
F. OBAT-OBAT YANG DAPAT MENYEBABKAN REAKSI
FOTOSENSITIVITAS

Fotosensitivitas yang diinduksi obat adalah efek yang tidak diinginkan dari obat-obatan
yag diberikan secara topical atau diberikan secara siseik, diikuti oleh paparan sinar
matahari, terutama radiasi ultraviolet A dan atau ultraviolet B. Paparan dari bahan–bahan
kimia dan cahaya matahari tidak cukup untuk menginduksi suatu penyakit, tetapi ketika
fotoaktivasi secara kimia terjadi , satu atau lebih manifestasi kulit mungkin dapat timbul.
beberapa penyakit seperti reaksi fototoksik dan fotoalergi, reaksi planus lichenoides,
pseudoporphyria, dan subacute cutaneous lupus erythematosus.

Berikut ini merupakan golongan dan contoh obat yang menyebabkan reaksi
fotosensitivitas :
No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS

1. Informasi obat NSAID

Ketoprofen Meloxicam

Nama Dagang Ketros Loxil

Pabrik yang Pharos Gracia Pharmindo


memproduksi

Indikasi Nyeri dan radang pada penyakit Nyeri dan radang pada
reumatik yang ringan dan gangguan prnyakit reumatik ;
oto skelet lainnya, dan setelah osteoatritis
pembedahan ortopedik; gout akut
dan dismenorea

Dosis  Oral : 100-200mg sehari  15 mg 1x/hari dapat


dalam 2-4 dosis terbagi diturunkan menjadi 7,5
(penyakit reumatik) mg/hr (reumatik)
 Rektal : 100 mg sebelum  7,5 mg 1x/hr dapat
tidur dalam bentuk ditingkatkan menjadi
supositoria (penyakit 15mg/hari (osteoatritis)
reumatik)
 Injeksi intramuscular : 50-
100 mg setiap 4 jam,
maksimal 200 mg sehari
selama 3 hari
PO Berikan segera sesudah makan. Dapat diberikan bersama
Telan utuh, jangan makanan jika timbul rasa tidak
dikunyah/dihancurkan. nyaman pada GI.

Kontraindikasi Pasien yang mengalami asma, Hipersensitif terhadap


rinitis, atau uritkaria akibat meloxicam, asetosal, atau
mengkonsumsi salisilat atau AINS AINS lain. Penyakit ginjal
lain. Ibu hamil dan menyusui. berat atau insufisiensi ginjal
Pasien yang menderita tukak berat tanpa dialisis. Pasien
lambung yang mengalami asma, rinitis,
atau uritkaria akibat
mengkonsumsi salisilat atau
AINS lain. Hamil, laktasi.
Anak < 15 thn.

Efek Samping Nyeri lambung, mual, muntah, Dispepsia, konstipasi, diare,


diare, sakit kepala, pusing, anemia, pruritus, ruam kulit,
gangguan visual, kemerahan pada sakit kepala, edema,
kulit, fotosensitivitas, gangguan hipertensi, asma; reaksi
fungsi ginjal. fotosensitivitas, sindrom
steven-johson, pusing,
insomnia, tinitus, papitasi,
sensasi hangat dan kemerahan
pada kulit.

Interaksi Obat Penggunaan bersama dengan AINS lain. Antikoagulan oral,


warfarin, sulfonilurea, atau antiplatelet atau trombolitik
hidantoin dapat memperpanjang (tiklopidin), heparin,
waktu protombin dan perdarahan metotreksat, ACE inhibitor,
GI. Metotreksat. hidralazin, tiazid, siklosporin,
litium, kolestiramin,
pentoksifilin, zidovudin.

S/K Tab salut enterik 100 mg x 5 x 10 Tab 7,5 mg x 2 x 10 (Rp.


(Rp. 165.000) 88.000)

Amp 100 mg/2ml x5 (Rp. 55.250)

Sumber IONI 2014 hal 854; MIMS Hal 132 IONI 2014 hal 856 ; MIMS
hal 131
N CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS
o

2. Informasi Obat ANTIBIOTIK

Tetrasiklin Ciprofloxacin

Nama Dagang Soltarin 500 Renator

Pabrik yang memproduksi Solas Fahrenheit

Indikasi Ekserbasi bronkitis kronis, Infeksi saluran kemih dan


bruselosis, klamidia, infeksi saluran nafas
mikoplasma dan riketsia, efusi
pleura karena keganasan atau
sirosis, akne vulgaris

Dosis  250 mg setiap 6 jam.  Infeksi saluran nafas, 250-


Pada infeksi berat dapat 750 mg dua kali sehari
ditingatkan sampai 500  Infeksi saluran kemih,
mg setiap 6-8 jam 250-500 mgdua kali sehari
selama 15 hari  Gonore 500 mg, dosis
tunggal

PO Berikan pada saat perut kosong1 Dapat diberikan bersama


jam sebelum atau 2 jam sesudah makan untuk mengurangi rasa
makan dengan segelas air, tidak nyaman pada GI. Jangan
dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama antasida,
diberikan bersama makan untuk Fe, atau produk susu.
mengurangi rasa tidak nyaman
pada GI.

Kontraindikasi Hipersensitivitas Hipersensitif, anak, remaja,


hamil dan menyusui.

Perhatian Gangguan ginjal dan jantung, Usia lanjut, kerusakan SSP


hamil, anak <8thn. dan epilepsi. Kerusakan gijal.
Efek Samping Mual, diare, hepatotoksisitas hipersensitif, sindroma steven-
(pada penggunaan dosis besar) johnson, nefritis interstisial,
Fotosensitifitas, pruritus. kelainan hatimayor termasuk
nekrosis hati, fotosensitif,
hipotensi, vaskulitis.

S/K Kaps 500 mg x 10 x 10 (Rp. Tab salut selaput 500 mg x 5 x


95.300) 6 (Rp. 300.000)

Vial 2 mg/ml x 100 ml x


1.200 ml x 1 (Rp. 110.000)

Sumber IONI 2014 hal 477; MIMS hal. IONI 2014 hal 495; MIMS
215 hal. 212

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS

HMG-CoA Redutase Inhibitor


3. Informasi Obat
Atrovastatin

Nama Dagang Atofar

Pabrik yang memproduksi Fahrenheit

Indikasi Sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi


peningkatan kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B
dan trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia
primer; kombinasi hiperlipidemia; hiperkolesteolemia
heterozigous dan homozigous familial ketika respon
terhadap diet dan pengukuran non farmakologi lainnya
tidak mencukupi.

Pada pasien pediatrik (10-17 tahun): sebagai terapi


tambahan pada diet untuk mengurangi kadar kolesterol
total, c-LDL dan Apo-B pada laki-laki dan wanita yang
telah mengalami menstruasi, usia 10-17 tahun, dengan
hiperkolesteolemia heterozigous dan homozigous
familial jika setelah trial yang cukup dari terapi diet.

Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia


campuran 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat
ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga
maksimal 80 mg sekali sehari. Anak 10-17 tahun: dosis
awal 10 mg1x/hari.
Dosis
Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg
sehari, tingkatkan dengan interval 4 minggu sampai 40
mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut
sampai maksimal 80 mg sekali sehari. Anak 10-17
tahun hingga 20 mg 1x/hari.

Hipersensitivitas, penyakit liver aktif atau peningkatan


Kontraindikasi serum transaminase persisten yang tidak dapat
dijelaskan; kehamilan dan menyusui.

Riwayat penyakit hati atau peminum alkohol berat, mialgia


difus yang tidak dapat diterangkan. Hipotiroidisme
harus diatasi sebelum memulai pengobatan dengan
statin. Fungsi hati harus diukur sebelum dan selang 1-3
bulan sejak dimulainya pengobatan dan setelah
pengobatan dengan selang 6 bulan sampai 1 tahu. Obat
Perhatian
harus dihentikan bila kadar transaminase serum
meningkat hingga, dan bertahan pada 3 kali batas atas
nilai normal. Statin harus digunakan hati-hati pada
pasien dengan faktor risiko miopati atau rabdomiolisis.
Pasien harus dinasehati untuk melaporkan nyeri  otot
yang tidak dapat diketahui penyebabnya.

Efek Samping Sakit kepala, perubahan fungsi ginjal dan efek saluran
cerna (nyeri lambung, mual dan muntah). dan efek
pada saluran cerna meliputi konstipasi, diare, mual dan
muntah. Ruam kulit dan reaksi hipersensitivitas
(meliputi angioedema dan anafilaksis) telah dilaporkan
namun jarang terjadi.

Antasid, antipirin, kolestipol, digoksin,


Interaksi Obat eritromisin/klaritromisin, kontrasepsi oral, inhibitor
protease.

Tab salut selaput 10mg x 3 x 10 (Rp. 240,000) ; 20mg x 3 x


S/K
10 (Rp. 240,000)

Sumber MIMS hal 56

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS

Antifungi
4. Informasi Obat
Itraconazole Griseofulvin

Nama Dagang Sporax Rexavin

Pabrik yang Ifars


Dexa Medica
memproduksi

Terapi jangka pendek kardiasis pengobatan infeksi jamur pada


vulvovaginal, pityriasis kulit, kulit kepala, & kuku bila
versicolor, keratilis karena jamur, pengobatan secara topikal
Indikasi kandidiasis oral. Terapi jangka mengalami kegagal.
panjang untuk onikomikosis dan
mikosis sistemik, balstomikosis
sistemik.

Dosis Infeksi jamur superfisial 100mg Dewasa : 500mg/hari sebagai


1x/hari. Kandidiasis 100mg- dosis tunggal atau terbagi.
200mg 1x/hari selama 3minggu- Anak: 10mg/kg BB/ hari
7bulan. dalam dosis tunggal atau
terbagi.
Gangguan fungsi hati berat, Porfiria, kerusakan sel hati, hamil.
Kontraindikasi
kehamilan

Pasien dengan riwayat penyakit Penggunaan jangka panjang,


hati/ hepatotoksisitas krn obat Reaksi sensitivitas silang dengan
Perhatian lainnya. Fungsi ginjal abnormal. penisilin lain. Reaksi
Hentikan Penggunaan obat jika fotosensitivitas.
terjadi neuropati.

Mual,muntah, nyeri abdomen, Ruam kulit, urtikaria, edema


sakit kepala, dispepsia, ruam, angioneurotik, nekrosis epidermal,
pruritus kulit, hipokalemia, mulut kering, mual, muntah,
Efek Samping
edema, peningkatan reversible diare,pusing, insomnia, rasa lelah.
enzim hati, hepatitis, neuropati
perifer

Rifampisin, fenitoin, antacid, Warfarin, barbiturate, kontrasepsi


Interaksi Obat adsorben, antagonis H2, oral
siklosporin A, warfarin, digoksin

Kapsul 100mg x 3x 10 (Rp. Kapsul 125 mg x 10 x 10 dan 500


S/K
15.998) mg x 10 x 10 (Rp. 217.800)

Sumber MIMS hal 220 MIMS 219

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS

Diuretika Jerat Henle dan Diuretika Tiazid


5. Informasi Obat
Furosemid Hydrochlorothiazide

Nama Dagang Edemin Lorinid mite

Pabrik yang
Ikapharmindo Actavis
memproduksi

Indikasi Terapi tambahan pada edema paru Edema pada gagal jantung, sirosis
akut hati dengan asites. Hipertensi
esensial.

 Dewasa Edema awal 20-40 mg


IV atau IM dosis tunggal, dapat
ditingkatkan s/d 20 mg,
pemberian tidak boleh < 2 jam
setelah dosis awal.
 Edema Paru akut boleh < 2 jam
Dosis setelah dosis awal. 1-2 tablet/ hari
 Edema paru akut awal 40 mg
IV secara perlahan, dapat
ditingkatkan s/d 80 mg.
 Anak 1mg/kgBB, pemberian
tidak boleh < 2 jam sesudah
peberian dosis sebelumnya.
Hiperkalemia, terapi dengan
diuretic hemat kalium lain &
Kontraindikasi Anuria
suplemen kalium, anuria, gagal
ginjal akut.

Hipersensitif terhadap Furosemid Gangguan fungsi ginajl & hati,


atau Sulfonamid defisiensi Hamil & laktasi, usia lanjut dan
elektrolit. Dapat mengganggu DM.
Perhatian
kemampuan mengemudi atau
menjalankan mesin hamil, laktasi,
usia lanjut.

Efek Samping Reaksi GI, nefritis intestinal,alergi, Hiperurisemia, imbalans


tinitus dan gangguan pendengaran, elektrolit, anoreksia, gangguan
parestesia, vertigo, pusing, sakit GI, haus, pusing, kram otot.
kepala, trombositopenia, anemia , Jarang, pankreatitis, diskrasia
dermatitis eksfoliatif, eritema darah.
multiform, purpura, fotosensitif,
uritkaria, kemerahan, pruritus,
hipotensi ortostatik, hiperglikemia,
glikosuria, hiperurisemia.

Menghambat sekresi litium.


Aminoglikosida, probenesid, Mempertinggi efek obat
Interaksi Obat
salisilat dan litium. antihipertensi. Efek antagonis
dengan AINS

Inj (Amp) 10 mg x 2 ml x 5 (Rp. Tablet 50 ( Rp. 80.000)


S/K
22.000/amp)

Sumber MIMS hal 52 MIMS HAL 52

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Hipoglikemik
6. Informasi Obat
Glipizid GITS
Nama Dagang Glucotrol XL
Pabrik yang memproduksi Pfizer
Tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki
Indikasi
kontrol glukosa darah (kontrol glikemik) pada pasien DM tipe 2.
Dosis awal : 5 mg/hr.Penyesuaian dosis dilakukan bertahap
dari 2,5 atau 5 mg berdasarkan dari respon gula darah.
Dosis Maks : 20 mg/hr.
Sebaiknya diberikan bersama makanan saat sarapan. Telan
utuh, jangan dikunyah/ dihancurkan.
Hipersensitivitas. Insufisiensi hati dan ginjal berat; DM tipe 1,
Kontraindikasi
ketoasidosis diabetikum, koma diabetikum.
Pasien dengan defisiensi G6PD. Monitoring pasien dengan
hipoglikemia berat. Gula darah yang sulit dikontrol. Gula darah
Perhatian harus dikontrol secara berkala. Gangguan ginjal atau hati,
penyakit GI. Dapat menurunkan daya fokus saat menyetir
ataupun menoperasikan mesin; Hamil dan laktasi.
Hipoglikemik, erupsi mukokutis, gangguan saluran cerna,
Efek Samping
gangguan hati, reaksi hematologi
Interaksi Obat Mikonazol, flukonazol, vorikonazol, NSAID, salisilat, alkohol,
β-blocker, penghambat ACE, antagonis reseptor H2, fenotiazin,
kortikosteriod, simpatomimetik (terbutalin, salbutamol,
ritodrine).
Glucotrol XL tab GITS (30-an Rp. 203.551,00/pak)
S/K
Glucotrol XL tab GITS 10 mg (30-an Rp. 203.551,00/pak)
Sumber MIMS

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Retinoid
7. Informasi Obat
Isotretinoin
Nama Dagang Acnetrex 10/Acnetrex 20
Pabrik yang memproduksi Mega Lifesciences
Bentuk parah dari jerawat kistik & jerawat conglobata,
Indikasi terutama ketika lesi melibatkan batang tubuh. Koreksi
gangguan keratinisasi parah.
Dewasa & remaja 0,5-1 mg / kg dalam 2 dosis terbagi
setiap hari selama 15-20 minggu. Pemeliharaan: 0,1-1 mg /
Dosis
kg setiap hari. Maks: 2 mg / kg / hari. Diberikan bersamaan
dengan makanan.
Hipersensitif. Insufisiensi hati atau ginjal. Hypervitaminosis A.
Pasien dg peningkatan nilai lipid darah yg berlebihan. Selama
Kontraindikasi
donor darah & dlm 1 bln perawatan utk wanita berpotensi
melahirkan. Kehamilan & laktasi.
Diabetes, obesitas, alkoholisme & gangguan metabolisme
lipid. Sejarah depresi. Lakukan tes fungsi hati & periksa lipid
serum (nilai puasa) sebelum & 1 bln setelah mulai perawatan
& pada interval 3 bln sesudahnya. Penggunaan bersamaan
dengan kontrasepsi yang mengandung zat progestasional
Perhatian
androgen. Dermabrasi & pencukuran bulu lilin. Peningkatan
risiko masalah gigi karena mulut kering. Hindari paparan sinar
matahari. Tidak ditunjukkan dalam terapi radiasi bersamaan
dengan sinar UV. Dapat menurunkan daya fokus saat menyetir
ataupun menoperasikan mesin.
Efek Samping Iritasi kulit berupa kulit merah, terbakar, kering, dan
mengelupas. Bibir dan mulut kering. Pembengkakan kecil di
kelopak mata atau bibir. Lapisan kulit wajah mengeras. Sakit
perut. Penipisan rambut. Mimisan.
Gejala hipervitaminosis A intensif dengan vit A. Pseudotumor
Interaksi Obat serebri dengan tetrasiklin. Dapat mengurangi efektivitas
progesteron.
Anetrex 10 kapsul gelatin lunak 10 mg (30-an kapsul/pak)
S/K
Anetrex 20 kapsul gelatin lunak 20 mg (30-an kapsul/pak)
Sumber MIMS

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Epidermal growth factor receptor inhibitors
8. Informasi Obat
Cetuximab
Nama Dagang Erbitux
Pabrik yang memproduksi PT. Merck Tbk
Terapi untuk pasien dengan epidermal growth receptor
(EFGR)-expressing, kanker kolorektal metastatik dengan
KRAS wild-type: dalam kombinasi dengan kemoterapi, atau
pasien yang mengalami kegagalan dengan terapi oxaliplatin &
irinotecan atau pasien yang intoleransi terhadap irinotecan.
Indikasi
Terapi untuk pasien dengan kanker sel skuamosa pada kepala
dan leher: dalam kombinasi dengan radioterapi untuk kanker
yang menyebar secara lokal, atau dalam kombinasi dengan
kemoterapi platinum untuk kanker yang kambuh (rekuren) &/
atau metastatik.
Sebelum infus, pasien harus menerima prematur dengan
antihistamin & kortikosteroid. Awalnya 400 mg/m2 dalam
Dosis
infus 120 menit infus sekali. Pemeliharaan : 250 mg/m 2
selama 60 menit sekali. Tingkat infus maks: 10 mg/menit.
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Perhatian Pantau reaksi terkait infus. Hentikan jika penyakit paru
interstitial didiagnosis. Interrupt treatment jika terjadi reaksi
kulit yang parah (grade 3; NCI-CTC). Pantau kadar elektrolit
serum. Peningkatan risiko neutropenia berat dalam
pengobatan kombinasi dengan kemoterapi berbasis platinum.
Meningkatkan risiko kejadian CV. Pasien kanker kolorektal
dengan tumor bermutasi KRAS. Hamil & laktasi.
Reaksi kulit, hipomagnesemia, reaksi terkait infus, mukositis
Efek Samping yang dapat menyebabkan epistaksis, meningkatkan tingkat
enzim hati.
Obat kemoterapetik berbahan dasar platina, infus 5-
Interaksi Obat
fluorouracil.
Erbitux inj 5 mg/ml [(vial) 20 ml x 1’s (Rp.
S/K
3.850.000,00/vial)]
Sumber MIMS

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Neuroleptic drugs
9. Informasi Obat
Phenothiazines (Chlorpromazin HCl)
Nama Dagang Cepezet
Pabrik yang memproduksi Mersifarma TM
Skizofrenia & kondisi yang berhubungan dengan psikosis,
trankuilisasi & kontrol darurat untuk gangguan perilaku;
Indikasi
terapi tambahan untuk gangguan perilaku karena retardasi
mental.
Dewasa: 10-25 mg tiap 4-6 jam.
Psikosis: 200-800 mg/hr.
Anak: 0,5 mg/kg BB tiap 4-6 jam
Dosis
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan; dapat
diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI.
Penekanan sumsum tulang, gangguan hati atau ginjal berat,
Kontraindikasi sindrom Reye; koma karena barbiturat atau alkohol,
Anak < 6 tahun.
Perhatian Peny KV, feokromositoma & kondisi lain dimana terjadi
penurunan TD secara mendadak, takikardia atau insufisiensi
jantung, disfungsi hati, riwayat ikterus atau parkinsonisme,
epilepsi, hipotiroidisme, miastemia gravis, hipertrofi prostat,
glaukoma. Lansia, hamil & laktasi.
Ikterus, hipotensi postural & depresi pernapasan, diskrasia
Efek Samping darah, distonia akut, diskinesia tardiv, gangguan penglihatan,
reaksi ekstrapiramidal (dosis tinggi).
Alkohol, depresan SSP, guanetidin, antikolinergik,
Interaksi Obat
propanolol.
Cepezet inj 50 mg/2 ml [10 x 1’s (Rp. 65.000,00/boks)]
S/K Cepezet Tab salut selaput 100 mg [250;s (Rp.
110.000,00/pak)]
Sumber MIMS

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Photodynamic therapy prophotosensitizers
10. Informasi Obat
Verteporfin
Nama Dagang Visudyne
Pabrik yang memproduksi Novartis Indonesia
Pengobatan degenerasi makular yang berhubungan dengan
Indikasi penuaan pada pasien dengan predominan klasik subfoveal
neovaskularisasi koroidal.
Tahap 1: 6 mg/m2 permukaan tubuh, dilarutkan dalam 30
ml dan diinfus selama 10 menit.
Tahap 2: Penyinaran 15 menit setelah memulai infus. Jika
ke-2 mata harus diobati, penyinaran diberikan pada mata
Dosis ke-2 secepatnya setelah penyinaran mata pertama dan
tidak lebih dari 20 menit sejak permulaan diinfus. Pasien
dievaluasi setiap 3 bulan. Pada keadaan berulangnya
kebocoran dari neovaskularisasi koroidal, pengobatan
dapat diberikan sampai dengan 4 kali/thn.
Kontraindikasi Porfiria , gangguan hepatik berat, laktasi.
Perhatian Pasien menjadi fotosensitif selama 48 jam setelah terapi.
Selama periode tersebut, hindari terpapar pada kulit dan mata
yang tidak diproteksi atau organ tubuh lain terhadap sinar
langsung atau penyinaran dalam ruangan. Pasien yang harus
keluar rumah selama hari 1 dari 48 jam setelah pengobatan
harus menggunakan pakaian pelindung dan kacamata gelap.
Gangguan hepatik sedang atau obstruksi bilier. Pasien dengan
pengalaman kehilangan peglihatan berat (> 4 sal) dalam 1
minggu, setelah terapi tidak semestinya diobati lagi sampai
penglihatannya sembuh untuk pra-pengobatan. Hamil &
menyusui.
Penglihatan kabur, mata merah, kemunduran penglihatan,
lingkaran hitam atau kelabu, skotoma, bintik hitam; nyeri
Efek Samping pada tempat injeksi, edema, inflamasi, ekstravasasi, nyeri
punggung, reaksi fotosensitif, astenia, pruritus,
hiperkolesterolemia.
Obat fotosensitivitas, dimetil sulfoxid, beta-karoten, etanol,
formiat dan manitol, blok kanal Ca, polimiksin B,
Interaksi Obat
antikoagulan, vasokonstriktor atau inhibitor agregasi platelet
seperti inhibitor tromDusan A2.
S/K Vial
Sumber MIMS & ISO vol.48 hal 434.

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


ACE-Inhibitor
11. Informasi Obat
Enalapril maleat
Nama Dagang Tenaten
Pabrik yang memproduksi Coronet
Indikasi Hipertensi, gagal jantung.
Dosis lazim: 10-40 mg/hr.
Hipertesi esensial: Awal 5 mg 1 x/hr.
Dosis Pemeliharaan: 10-20 mg 1 x/hd.
Lanjut usia: Awal 2.5 mg 1 x/hr.
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi Riwayat angioedema yang berhubungan dengan ACE inhibitor
sebelumnya.
Dosis rendah mungkin diperlukan pada pasien dengan
gangguan gagal ginjal atau stenosis arteri ginjal. Pasien yang
menjalani bedah mayor atau selama menjalani anestesi yang
Perhatian
menyebabkan hipotensi. Penderita hipersensitif terhadap ACE
inhibitor. Gagal hinjal, DM dan/atau pengggunaan bersama
dengan diuretik hemat kalium. Hamil & laktasi. Anak.
Pusing, sakit kepala, lelah, astenia, hipotensi ortostatik, mual,
Efek Samping
diare, kram otot, ruam kulit, batuk (kadang-kadang).
Interaksi Obat Antihipertensi lain, suplemen K atau diuretik hemat K.
S/K Tenaten Tab 10 mg [ 5 x 10’s (Rp. 180.0000,00/boks)]
Sumber MIMS & ISO vol.48 hal 334.

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Benzophenon-3
12. Informasi Obat
Benzophenon-3, ocyl methoxycinnamate, skin whitening agent
Nama Dagang Solare
Pabrik yang memproduksi Galenium
Indikasi Tabir surya dan pelembab
Dosis Gunakan 30 menit sebelum terkena sinar matahari
Perhatian Hindari kontak dengan mata
Solare SPF 30 (tube) 75 gram (Rp. 59.000,00)
S/K
Solare SPF 50 (tube) 75 gram (Rp. 72.500,00)
Sumber MIMS

No CONTOH OBAT YANG MENYEBABKAN REAKSI FOTOSENSITIVITAS


Oral Kontrasepsi
13. Informasi Obat
Norgestrel 0.15mg, ethinyl estradiol 0.03mg
Nama Dagang Microdiol
Pabrik yang memproduksi Kimia Farma
Indikasi Kontrasepsi Oral
Dosis 1 tab/hari sebelum tidur, mulai pada hari 1 haid
&seterusnya mengikuti nomor dan anak panah pada
blister.
Hamil, Gangguan fungsi ginjal berat, tumor hati, diabetes berat
Kontraindikasi dengan perubahan vascular, anemia sel sabit, kanker payudara
dan endometrium.
Diabetes, hipertensi, otosklerosis, epilepsi, porfiria, diagnosis
Perhatian tumor harti perlu dipertimbangkan, riwayat flebitis, merokok,
usia lanjut.
Sakit kepala, gangguan lambung, mual, ketegangan pada
Efek Samping payudara, perubahan BB, toleransi buruk terhadap lensa
kontak (jarang)
Barbiturat, fenibutazon, hidantoin, rifampisin dan ampisilin
Interaksi Obat dapat mengganggu kerja obat ini. Kebutuhan tubuh akan
antidiabetik oral dan insulin dapat berubah
S/K Tab 28 ( Rp 5.200)
Sumber MIMS hal 162

DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical
Dermatology. Fifth edition. MGH. 2007

2. Soebaryo RW. Fotosensitivitas. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010

3. Elkeeb D, Elkeeb L, Maibach H. Photosensitivity: a current biological overview. Cutan Ocul


Toxicol. 2012

4. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Thieme Clinical Companions Dermatology. Stuttgart New


york; 2006.

5. Onoue S, Seto Y, Gandy G, Yamada S. Drug–induced phototoxicity; an early in vitro


identification of phototoxic potential of new drug entities in drug discovery and development.
Curr Grug Saf. 2009

6. Gelot P, Dutartre H, Khammari A, et al. Vemurafenib: an unsusual UVA-induced


photosensitivity. Exp. Dertmatol. 2013

7. Gonzales E, Gonzales S. Drug photosensitivity, idiophatic photodermatoses, and sunscreens.


J Am Acad Dermatol. 1996

8. Anonim. MIMS : Petunjuk Konsultasi Indonesia. Edisi 15. Jakarta; 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai