Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SELF CARE

DERMATOLOGI DRUG REACTION


DAN HAIR LOSS

OLEH :
Nama : Stefania Dai
Kelas : Faramsi B/VI
Nim : 174111060

ROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Dermatologi drug rection.............................................................5
B. Mekanisme Dermatologi drug rection............................................................5
C. Tatalaksana Dermatologi drug reaction.........................................................6
D. Pengertian Hair Loss........................................................................................7
E. Mekanisme dari Hair Loss...............................................................................7
F. Tatalaksan Dari Hair Loss...............................................................................8
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPU1LAN................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan
penyertaan yang diberikanNya atas terselesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kuliah SELF CARE
yang berjudul Dermatologi Drug Reaction dan Hair Loss.Penulis mohon maaf karena makalah
ini masih kurang sempurna. saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan untuk membuat
makalah ini semakin sempurna.

Kupang 23-07-2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Dermatologi drug rection


Pemberian terapi obat di bidang Dermatologi memerlukan perhatian khusus karena
kekhususan struktur dan fungsr kulit- Farmakoterapi untuk penyakit kulit pada dasarnya harus
menghasilkan efek terapi yang maksimal dengan efek samping seminimal mungkin Agar obat
dapat berefek untuk mengatasi penyakit kulit, maka obat teriebut harus dapat mencapai tempat
kerjanya yaitu set sel kulit yang disfungsi. Ada dua cara agar obat dapat diabsorpsi menulu sel
sel fuiit yiitu dapat secara langsung melalui absorpsi perkutan atau topikat, dapat puta melaiui
absorpsi sistemik. Di tempat kerjanya ini obat akan berinteraksi untuk menrmbulkan efek terapi.
Kulit adalah organ yang multifungsi sehrngga bukan sala berfungsi untuk absorpsi obat tapi juga
metabolisme. barrler. dan reservorr obat Efektivitas dan keamanan obat yang diberikan perkutan
tergantung pada berbagai faktor fisik dan fisiologis yang akan mempengaruhi berbagar fungsi
kulit, utamanya absorpsi.

2. Hair Looss
Rambut rontok (hairloss) terjadi pada banyak orang, sehingga dapat mengurangi fungsi kosmetik
serta perlindungannya terhadap tubuh dan kepala dari lingkungan. Ini tidak mengancam nyawa,
tapi memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat menjadi stressor psikologis. Di United States
kejadian rambut rontok menimpa 50 juta orang dan 20 juta di antaranya adalah
wanita.Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan menjadi endogen yaitu akibat penyakit
sistemik, hormonal, status gizi, intoksikasi, maupun kelainan genetik; dan eksogen yaitu berupa
stimulus dari lingkungan, maupun kosmetik rambut. Saat ini semakin banyak kosmetik rambut
digunakan. Rambut rontok akibat kosmetik dan penataan rambut banyak dijumpai pada wanita
Afrika-Amerika.Penggunaan bahan pelurus rambut menyebabkan kerontokan/kerusakan rambut
pada 95% penggunanya di Amerika dan 53% di Nigeria.4 Stimulus lingkungan dan juga
kosmetik rambut sering tidak disadari dampakya terhadap kesehatan rambut.5 Stimulus dari
lingkungan berupa paparan panas, sinar matahari, tekanan, radiasi sinar X dan air pada rambut
sedangkan kosmetik rambut merujuk pada perawatan dan penataan rambut seperti shampo
pengeriting, pelurus, pewarna, pemudar warna, serta model tatanan rambut.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksutkan dengan Dermatologi drug rection ?
2. Bagaimana mekanisme dari Dermatologi drug rection?
3. Bagaimana tatalaksana dari Dermatologi drug rection?
4. Apa yang dimaksutkan dengan hair loss?
5. Bagaimana mekanisme dari hair loss?
6. Bagaimana tatalaksana dari hair loss?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksutkan dengan Dermatologi drug rection
2. Untuk mengetahui mekanisme dari Dermatologi drug rection
3. Untuk mengetahui tatalaksana dari Dermatologi drug rection
4. Untuk mengetahui apa itu hair loss
5. Untuk mengetahui mekanisme dari hair loss
6. Untuk mengetahui tatalaksana dari hair loss
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA ITU DERMATOLOGI DRUG REACTION


Kulit merupakan Salah Satu organ yang besar dengan luas permukaan dan berat 16% dari berat
tubuh. Fungsi utama kulit adalah melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan, Selain itu
juga sebagai termoregulator, sintesis biokimiawi, dan komunikasi sosial ataupun
seksual.Farmakoterapi di brdang dermatologi merupakan terapi obat yang khusus untuk
mengatasi kelainan atau penyakil kulit. Prinsip dasar terapi obat yang harus diperhatikan
termasuk di kridang dermatologi adalah pemberian obat yang menimbulkan efikasi maksimal
dengan seminimal mungkin efek samping Obat akan memberikan efek jika obat tersebut dalam
konsentrasi tertentu dapat mencapai tempat kerJanya yaitu kulit atau organ lain dan berinteraksa
dengan target sel / target organ Efek dapat berupa efek terapi (yang dirnginkan) dapat luga
berupa efek efek yang tidak dikehendaki berupa efek samping dan efek toksik.
Hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik yang terjadi akibat respon imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi hipersensitivitas menurut
Coombs dan Gell dibagi menjadi empat tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun
yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV.World Health Organization mendefinisikan adverse drug
reactions (ADRs) sebagai reaksi yang tidak dikehendaki dan bersifat merugikan akibat respon
pemakaian obat pada dosis sesuai anjuran pada manusia untuk keperluan terapi,profilaksis,
diagnosis, maupun untuk modifikasi fungsi fisiologis. Alergi obat adalah reaksi hipersensitivitas
yang melibatkan mekanisme imun (IgE atau T cell-mediated atau jarang melibatkan kompleks
imun atau reaksisitotoksik). Semua kasus reaksi hipersensitivitas obat tanpa melalui mekanisme
imun(5%-10%) atau proses imunologis tidak terbukti.

B. MEKANISME DARI DERMAGOLOGI DRUG RECTION


Kulit mempunyai berbagai fungsi dan yang utama adalah fungsi pertahanan yaitu melindungi tubuh
terhadap pengaruh lingkungan baik fisik dan biologi. Penetrasi berbagai senyawa darr luar ke dalam
tubuh terutama dicegah oleh lapisan kornea epidermis lapisan luar rni tebalnya hanya
beberapa mikrometer, tapi efektif membentuk barrier unluk melestarikan kehidupan Obat yang
diberikan secara topikal harus dapat penetrasi melewati barrier int menuju ke tempat kerjanya.
Khusus di bidang dermatologi tempat kerjanya bisa langsung di lempat aplikasi atau berdekalan yang
memerlukan penetrasi terlebih dahulu. Seperti ialnya pemberian obat secara sistemik maka efek
obat tergantung pada kadar obat yang mencapai tempat kerjanya. Pada pemberian topikar kadar dr
tempat kerjanya tidak selaru sar,a derrgarr kadar pada plasma sehingga bioavailibilitas obat tidak
menggambarkan yang sebenarnya. Keuntungan pemberian topikal. obat bekerja lebih terlokalisir
dan terhlndar darr metabolism lantas pertama. Namun jika terjadi absorpsi sistemik dari obat
topical dapat menyebabkan efek farmakologi yang tidak dianginkan bahkan efek toksik Untuk
mendapatkan efek yang maksimum dan efek samprng yang minimum dari obat topikal ini. Diperlukan
suatu kaiian farmakokinetik agar dicapai kadar obat yang cukup di tempat kerjanya tanpa
menimbulkan efek samping sistemik Farmakokinetik obat topikal Pada dasarnya prinsrp
farmakokinetik terhadap obat yang diaplikasikan di kulit tidak jauh berbeda darr cara pemberian obat
metalui rute yang rain yaitu obat diabsorpst metalui lempat diaplikasikan selanlutnya menuju
tempat kertanya dan akan mengalami metabolsm yang akhirnya dieliminasi.Mekanisme absorpsi
obat topikal alau per kutan dari lapisan luar kulit adalah dengan difusi merewati barriet kurit yaitu 3
kompartemen kurit yang terdiri dari permukaan luar kulit, stratum kornium, dan janngan hidup di
bawahnya. setelah diaplikasikan pada permukaan ruar kurit. obat akan mengarami penguapan,
perubahan struktur dan komposisi yang akan menentukan bioavailibilitas obat tersebut. Tiga
jarur utama penekasi obat topikar pada kondisi startum kornium utuh adalah lalur transeluler
(menembus stratum kornium), jalur interseluler (difusi melalui matriks lipid antar sel) dan jalur folikel
rambut dan kerenjar keringat seterah absorpsi obat akan berikatan dengan target ser yang ada di
permukaan kurit, didaram kurit atau berdifusi ke pemburuh darah kurit atau difusi ke hipodermis.
pemburuh darah kapiler di epidermis merupakan tempat utama terjadinya absorpsi sistemik pada
pemberian topikal sehingga dapat menimbulkan efek sistemik.

C. TATALAKSANA DERMATOLOGI DRUG RECTION


Pada dasarnya pemberian obat secara sistemik adalah cara pemberian melalui suatu tempat yang
jauh dari tempat kerjanya, diabsorpsi kernudian masuk ke sirkulasi sistemik menuju tempat kejanya
dan berinteraksi dengan sel target untuk menimbulkan efek. efek terapinya tergantung pada
kemampuan absorpsi sistemik ke sirkulasi dan obat mencapai organ targetnya. Pemberian
terapi sistemik dapat berupa per oral, intramuskular, intravena, subkutan, dan lainnya.. Pada
umumnya terapi sistemik lebih efektif, cepat atau lebih murah dibanding terapi topical.di
bidang dermatologi pemberran obat sistemik adalah untuk penyakit kulit yang relatif berat dan biasanya
membutuhkan terapi kombinasi, arau penyakit yang sutit diterapi topikal seperti psoriasis.

Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Farmakokinetik obat sistemik berbeda dari obat topikal, yakni obat sistemik setelah diabsorpsi
mengalamr distribusi melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh dan dapat berefek diberbagai organ,
sedangkan obat topikal, setelah absorpsi tidak melalui sirkulasi sistemik melainkan terlokalisir
pada tempat kerjanya untuk menimbulkan efek. Pada saat distribusi obat sistemik, ada sebagian
yang
menuju hepar dulu untuk dimetabolisme sebelum ke sirkulasi sistemik menuju tempat kerjanya
sehingga kadar aktifnya yang berefbk sudah sangat berkurang (disebut metabolism
lintaspertama). Obat topikal perkutan dimetaborisme ditempat keryanya yaitu kurit. tapi obat
sistemik dimetabolisme dibeberapa organ utamanya hepar untuk seranjutnya metabolit dan
atau obat
utuhnya di ekskresi terutama meralui ginjar Pada proses farmakokinetik yang meliputi absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. dipengaruhi oleh faktor frsikokirnia obat karena pada dasarnya
pada proses ini diperlukan mekanisme transmembran. Faktor tersebut antara lain adarah morekut harus
rarut remak dan tidak terionisasi. Farmakodinamik obat sistemik tidak berbeda dari obat topikar karena
pada dasarnya farmakodinamik adarah proses dimana sejumrah morekur obat di tempat kerjanya
berinteraksi dengan sel target baik melalui reseptor ataupun tidak melalui reseptor. rnteraksi morekur
obat ini akan mengawari perubahan biokimiawi dan fisiorogi ser sehingga terjadi efek serurer
berupa efek farmakologik' Jadi efek obat pada tingkat farmakodinamik ditentukan jumlah molekul
obat di tempat kerjanya. kemampuan berikatan dengan reseptor atau sel target, dan
homeostasrsser. pada pemberian sistemik respon seluler bukan saia efek farmakorogi tapi juga
efek samping yaitu efek yang tidak dikehendaki terjadi pada organ tain. pada dosis yang berlebihan
maka efek farmakologi akan berlanjut menjadi efek toksik.
Pilihan terapi pada keadaan anafilaksis adalah epinefrin yang diinjeksi secara intramuskular atau
intravena. Pemberian epinefrin pertama diberikan 0,01 ml/kg/BB sampai mencapai maksimal 0,3
ml subkutan dan diberikan setiap 15-20 menit sampai 3-4 kali. Pada urtikaria dan angioedema
pemberian antihistamin saja biasanya sudah memadai, tetapi untuk kelainan yang lebih berat
seperti vaskulitis, penyakit serum,kelainan darah, hati, nefritis interstisial, dan lain-lain
diperlukan kortikosteroid dosis tinggi (60-100 mg prednison atau ekuivalennya) sampai gejala
terkendali dan selanjutnya pemberian prednison tersebut diturunkan dosisnya secara bertahap
selama satu sampai dua minggu.
Cara yang efektif untuk mencegah atau mengurangi terjadinya reaksi hipersensitivitas
terhadap obat yaitu memberikan obat sesuai indikasinya. Masalah reaksi silang di antara obat
juga harus diperhatikan. Peran obat-obat anti alergi seperti antihistamin, kortikosteroid, dan
simpatomimetik dalam upaya mencegah reaksi alergi masih terbatas. Pada umumnya pemberian
antihistamin dan steroid untuk pencegahan reaksi alergi tidak bermanfaat kecuali untuk
mencegah reaksi alergi yang disebabkanoleh radioaktivitas.

D. APA ITU HAIR LOSS


Rambut rontok (hairloss) adalah suatu kelainan di mana jumlah rambut lebih sedikit atau
terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa penipisan yang tampak. Normalnya rambut
kepala terlepas sebanyak 80–120 helai/hari.15 Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar
100.000, dan disebut sebagai kelainan jika jumlahnya mencapai 50% yang berarti sekitar
50.000 helai.16 Rambut rontok dapat terjadi melalui mekanisme kerontokan/effluvium
(telogenefluvium, anagen efluvium), patahnya batang rambut yang rusak, serta
kebotakan/alopesia (sikatrik dan non sikatrik).6 Efluvium hampir selalu terjadi karena adanya
gangguan pada siklus pertumbuhan rambut karena sebab apa pun. Kerusakan pada batang
rambut dapat menyebabkan rambut patah yang tampak sebagai rambut rontok.Alopesia non
sikatrik terjadi karena gangguan siklus pertumbuhan rambut, sementara proses regenerasi
folikel yang tidak sempurna dapat memicu alopesia sikatrikalis.15 Menurut Horev,rambut
rontok yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kosmetik rambut adalah melalui
mekanisme patahnya batang rambut yang rusak, telogenefluvium, anagenefluvium dan alopesia
sikatrikal.

E. MEKANISME DARI HAIR LOSS


Mekanisme yang paling banyak ditemukan adalah kerusakan pada batang rambut, karena
batang rambut adalah bagian yang berinteraksi dengan paparan tersebut secara
langsung.Kerusakan ini disebut sebagai "weathering", yang artinya adalah degenerasi
kutikula yang berlanjut ke korteks secara progresif akibat paparan penyebab yang terus
menerus.Secara mikroskopis didapatkan rusaknya lapisan kutikula, patahan
transversal/trichoschisis, trichorrhexisnodosa, dan trichoptilosis atau ujung rambut bercabang.2
Telogenefluvium adalah pelepasan rambut telogen dalam jumlah berlebihan akibat fase anagen
yang dipercepat oleh stressor fisik berupa tarikan dan tekanan, sehingga rambut secara prematur
memasuki fase telogen.6,12 Anagenefluvium adalah kerontokan rambut akibat hambatan atau
penghentian mitosis sel matriks pada folikel rambut fase anagen. Penyebabnya adalah
kemoterapi, radiasi sinar X, dan trauma/tekanan.18 Alopesia sikatrikalis adalah rambut rontok
secara permanen yang disebabkan oleh hancurnya folikel rambut akibat proses inflamasi,
sehingga terbentuk jaringan fibrosis.5 Penyebab eksogen proses tersebut antara lain luka bakar,
radiodermatitis, dan paparan bahan pelurus atau pengkeriting rambut.Rambut dapat mengalami
kerusakan akibat paparan iklim/lingkungan yang terulang setiap harinya. Paparan lingkungan
tersebut berupa mekanis seperti trauma, tekanan dan tarikan, atau fisis yang berasal dari air
maupun radiasi sinar matahari dan sinar x.
Mekanisme pertama akibat adanya miniaturisasi rambut kepala yang menyebabkan
pemendekkan dan penipisan rambut. Miniaturisasi rambut ini dapat terjadi pada 1 atau beberapa
siklus rambut, dan biasanya terjadi pada fase anagen. Pemendekan fase anagen menyebabkan
rambut tidak dapat berdiferensiasi. Mekanisme kedua adalah akibat pemanjangan dari fase
telogen. Mekanisme ketiga adalah akibat terjadinya pemanjangan fase kenogen ( fase antara fase
telogen dan fase anagen) sehingga terjadinya keterlambatan pergantian rambut telogen yang
telah lepas oleh rambut anagen. Dalam patofisiologi alopesia androgenetik juga diperkirakan
adanya peranan dari dihydrotestosterone (DHT). DHT disintesis dari testosteron oleh 5a-
reductase tipe 1 dan tipe2.

Terjadi pemendekkan fase anagen dan penurunan ukuran matrix rambut sehingga
menghasilkan folikel rambut yang lebih pendek dan halus. Dalam suatu penelitian melalui
biopsi kulit kepala pada laki – laki dan wanita, ditemukkan bahwa kadar 5a-reductase tipe 1,tipe2
dan reseptor androgen pada folikel rambut frontal laki –laki lebih tinggi dibandingkan pada
wanita. Sedangkan wanita memiliki kadar cytochrome P-450 aromatase yang lebih tinggi
dibandingkan pada laki –laki. Cytochrome P-450 aromatase berfungsi untuk mengubah
testosteron menjadi estradiol. Oleh karena itu tingkat keparahan alopesia androgenetik pada
laki–laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita, karena lebih banyak testosteron yang diubah
menjadi DHT dari pada menjadi estradiol akibat tingginya kadar 5a-reductase dan rendahnya
cytochrome P-450 aromatase.

F. TATALAKSANA
Dapat dilakukan dengan beberapa pilihan seperti farmakoterapi, operasi dengan transplantasi
rambut dan secara kosmetik. Apapun pengobatan yang diberikan kepada pasien,sebelumnya
perlu kita pertimbangkan apa pengaruh penyakit tersebut terhadap dirinya dan apa harapan
pasien terhadap pengobatan yang akan dilakukan. Pertanyaan sederhana seperti ini dapat
membantu kita untuk menentukan rekomendasi yang diperlukan oleh pasien. Walaupun saat ini
telah tersedia modalitas terapi yang dapat memperbaiki pertumbuhan rambut dan memberikan
kepuasan kepada pasien akan penampilannya, namun tidak semua pengobatan berhasil pada
semua individu. Oleh karena itu penting halnya untuk menginformasikan kepada pasien
mengenai keuntungan dan kelebihan dari setiap modalitas terapi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Prinsip dasar terapi obat yang harus diperhatikan termasuk di kridang dermatologi
adalah pemberian obat yang menimbulkan efikasi maksimal dengan seminimal
mungkin efek samping Obat akan memberikan efek jika obat tersebut dalam
konsentrasi tertentu dapat mencapai tempat kerJanya yaitu kulit atau organ lain dan
berinteraksa dengan target sel / target organ.

2. Mekanisme absorpsi obat topikal alau per kutan dari lapisan luar kulit adalah dengan difusi
merewati barriet kurit yaitu 3 kompartemen kurit yang terdiri dari permukaan luar kulit,
stratum kornium, dan janngan hidup di bawahnya. setelah diaplikasikan pada permukaan ruar
kurit. obat akan mengarami penguapan, perubahan struktur dan komposisi yang akan
menentukan bioavailibilitas obat tersebut.

3. Efek terapinya tergantung pada kemampuan absorpsi sistemik ke sirkulasi dan


obat mencapai organ targetnya. Pemberian terapi sistemik dapat berupa per oral,
intramuskular, intravena, subkutan, dan lainnya.

4. Rambut rontok (hairloss) adalah suatu kelainan di mana jumlah rambut lebih
sedikit atau terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa penipisan yang
tampak.

5. Mekanisme yang paling banyak ditemukan adalah kerusakan pada batang rambut,
karena batang rambut adalah bagian yang berinteraksi dengan paparan tersebut
secara langsung. Kerusakan ini disebut sebagai "weathering", yang artinya adalah
degenerasi kutikula yang berlanjut ke korteks secara progresif akibat paparan
penyebab yang terus-menerus.

6. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan seperti farmakoterapi,


operasi dengan transplantasi rambut dan secara kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Messenger AG, Rundegren J.Minoxidil : Mechanism of action on hair growth. British Journal
of Dermatology. 2004 : 150:186-194
2. Harrison S, Bergfeld W. Diffuse hair loss : Its triggers and management. Cleveland Clinic
Journal of Medicine. 2009; 76 : 361-367.
3. Rassman WR, Pak JP, Schweiger E, Bernstein RM. Hair loss & replacement for dummies.
Indianapolis: Wiley Publishing Inc; 2009.
4. Horev L. Environmental and cosmetic factors in hair loss and destruction. Curr Probl
Dermatol 2007; 35: 103–17.

Anda mungkin juga menyukai