Dipresentasikan pada
Hari/tanggal
Jam
FOTOTERAPI
Diterjemahkan dari : Phototherapy
Dalam buku : Fitzpatrick’s Dermatolgy in General Medicine
Edisi 8, Tahun 2012, Bab 237, Halaman : 2841-2850
Oleh: Jennifer A. Cafardi, Brian P. Pollack, & Craig A. Elmets
Oleh:
Rakha S. Salim
Pembimbing:
MEKANISME FOTOTERAPI
Panjang gelombang berbeda dari radiasi ultraviolet yang digunakan untuk fototerapi
masing-masing memiliki properti fotokirnia dan fotobiologi tertentu, termasuk
perbedaan pada kedalaman penetrasi dan jangkauan molekul yang berinteraksi di kulit.
Sebagai konsekuensinya, masing-masing fototerapi memiliki properti unik
menyangkut potensi, efek samping dan penyakit apa mereka efektif digunakan.
Sebagian besar radiasi UVB (290-320nm) diserap oleh epidermis dan
dennis superfrsial. Jenis energi radiasi ini menghasilkan banyak tipe kerusakan DNA,
namun, pyrimidine dimers dan 6,4 pyrimidine-pyrimidone photoproducts dianggap
sangat penting menyangkut keefektifan dan toksisitasnya. Ultraviolet B juga
menyebabkan perubahan fotokimia pada asam trans-mekanik, mengubahnya
menjadi bentukcis. Asam mekanik merupakan hasil pemecahan dari histidin dan
tampak dalam jumlah besar pada stratum korneum. Pada awalnya dianggap sebagai
fotoprotektif alami, sekarang sudah ditemukan bukti bahwa asam cis-urokanik
2
merupakan mediator dari imunosupresi yang diinduksi UVB. Sasaran langsung ketiga
dari radiasi UVB adalah asam amino niptofan. Ultraviolet B mengubah triptofan
menjadi 6formy1indolo[3,2-b)vcarbazole (FlCZ), yang berikatan ke reseptor
anrlhydrocarbon hydrxylase (Ah) intraseluler menginisiasi serangkaian peristiwa yang
berakibat dalarn aktivasi sinyal jalur transduksi. Jalur
demikian mengakibatkan ekspresi dari siklooksigenase-2, suatu enzim yang
diperlukan untuk prostaglandin E2. Terakhir, terdapat bukti bahwa paparan UVB
mengarah kepada terbentuknya oksigen reaktif intermediate, yang memiliki efek
merugikan seperti kerusakan DNA dalam bentuk 8 oxo-deoxyguanosine peroksidasi
lipid. aktivasi sinyal jalur transduksi dan stimulasi produksi sitokin.
Berbeda dengan radiasi UVB, yang memiliki kedalaman penetrasi relatif
superfisial, radiasi UVA (320-400nm) dapat mencapai pertengahan sampai dermis
bagian bawah. Oleh karena itu lebih efektif dari UVB untuk penyakit kulit dengan
kelainan patologi pada kulit lebih dalam daripada dennis superfisial. Seperti UVB,
radiasi UVA dapa memproduksi piiimidin dimer pada DNA, tetapi kekuatan energi per
foton, jauh lebih tidak efektif. Pada kebanyakan situasi, efek biologis mayor dari radiasi
UVA adalah karena terbentuknya oksigen reaktif intermediate. Setelah paparan
UVA, oksigenireaktif intermediate dibentuk di kompleks enzim mitokondrial ketika
fosforilasi oksidatif. Meskipun kulit mengandung antioksidan, oksigen
reaktif intermediate terbentuk selama fototerapi melebihi jumlah
yang dapat dinetralisasi oleh aktivitas fotoprotektif endogen. Oksidan yang diinduksi
UVA mampu merusak DNA, lipid, protein struktural dan nonstruktural serta organel
seperti mitokondria. Terbentuknya oksidan setelah paparan UV berdampak pada
penuaan kulit dan kanker
Pada fotokemoterapi psoralen, psoralen fotosensitizer diaktifkan oleh radiasi
UVA dan kedalaman penetrasi PUVA sampai pertengahan dermis. Efek fotokimia
mayor dari fotokemoterapi psoralen adalah kerusakan DNA. Perubahan pada DNA
berbeda dari yang diakibatkan UVB dan UVA tanpa psoralen. Psoralen yang
digunakan untuk fotokemoterapi memiliki dua ikatan ganda yang dapat mengabsorbsi
radiasiUVA 3
Ketika diadrninistrasikan ke seorang individu, komponen ini akan terikat pada DNA.
Seteiah paparan UVA, mereka membentuk aduksi tunggaldengan DNA dan kemudian
membentuk aduksi bifungsi, cross-linking untaian DNA pada helix gandanya ketika
foton kedua diabsorbsi. Terdapat juga sejumlah bukti bahwa fotokemoterapi
dapat meningkatkan produksi oksigen reaktif intermediate seperti singlet oksigen.
Efek ini diimplikasikan dalam induksi dari enzim sikiooksigenase
dan aktivasi dari jalur asam arachiddonat.
I. Dosis Psoralen
8-MOP dilarutkan dalam air mandi dengan konsentrasi akhir 1-0 mg,/L Suhu air mandi sesuai dengan suhu tubuh (98.60F
), durasi mandi 15-20 menit
II. . Paparan UVA
A.. Tenmkan dosis minimum fototoksik
Paparkan area seluas 1 cm2 pada punggung bawah atau lengan bagian dalam, baca 72 jam setelah paparan UVA
Fototipe kulit Fitzpatrick I atau II : 0.5, 1.0, 2.0, 3.0, 4.0 dan 5.0 mJ/cm2 UVA
Fototipe kulit Fitzpatrick III atau IV : 1.0, 2.0, 4.0, 6.0, 8.0 dan 10.0 mJ/cm2 UVA
B. Paparan dengan UVA segera setelah mandi
C. Paparan awal: 30% dosis minimum fototoksik
D. Paparan berikutnya: 2 kali per minggu, peningkatan dosis UVA 20% tiap minggu
MENGHINDAR! SERTA MANAJEMEN DARI LUKA BAKAR
Reaksi seperti terbakar matahari merupakan efek samping yang paling sering
ditemukan dan fototempi. Luka bakar UVB biasanya terjadi dalan 12-24 jam dan pada
PUVA dalam 24-48 jam bahkan dalam 72 jam, dengan luka bakar yang lebih berat
terjaddi belakangan. Lukabakar yang berat pada permukaan kulit yang luas dapat
memberikan gejala toksisitas sistemik seperti demam dan malaise selain juga nyeri.
Luka bakar PUVA yang berat, yang dapat nmgenai sampai dermis dapat menyebabkan
pelepasan epidermis dan merupakan indikasi untuk dirawat di bagian. 15
unit luka bakar rumah sakit. Untuk menghindari eksaserbasi luka bakar PUVA yang
masih berlangsung, disarankan bahwa pengobatan PUVA tidak diberikan pada hari
yang berurutan. Tabel 237-5 menerangkan penyesuaian dosis UVB atau UVA pada
kasus terjadinya reaksi luka bakar selama fototerapi. Luka bakar yang dilaporkan oleh
pasien pada kunjungan berikutnya, bahkan jika tidak lagi terlihat, harus diperlakukan
sama dengan kasus dimana luka bakar tersebut masih terlihatLuka bakar pada area
tubuh yang sempit seperti pada wajah atau payudara, dapat diatasi dengan aplikasi lokal
sunscreen yang tepat pada sebelum atau pertengahan sesi terapi, terutama jika area
tersebut tidak berkaitan dengan area penyakit yang hendak diterapi. Namun, harus
diperhatikan secara konsisten terhadap proteksi dari area tubuh tersebut untuk
menghindari terjadinya paparan secara tiba-tiba pada area yang tadinya terlindungi.
TABEL 237-5
Modifikasi Dosis Fotolerapi untuk Eritema atau Tidak Sesuai Jadwal Pengobatan
Tidak terjadi eritema Dosis sitingkatkan 25%
Eritema tanpa nyeri Dosis tidak ditingkatkan
Eritema ddengan nyeri Tunda pengobatan sampai gejala berkurang
Eritema dengan nyeri dan bulla Tunda pengobatan sampai gejala berkurang
kemudian turunkan dosis menjadi 50% dari
sosis terakhir
Modifikasi dosis fototerapi untuk pasien yang tidak sesuai jadwal pengobatan:
< 1 minggu Tiddak ada peningkatan dosis
1-2 minggu Turunkan dosis menjadi 50% (NB-UVB atau
PUVA)
2-3 minggu Turunkan dosis menjadi 75% (BB-UVB)
atau 50% (NB-UVB atau PUVA)
>3 minggu Kembali padda dosis paparan awal
Kulit yang ter-radiasi UV secara berulang-tuang membentuk toleransi terhadap
paparan tersebut, sehingga mengizinkan bahkan mengharuskan dosis yang meningkat
secara progresif untuk efek terapi yang optimal. Namun, toleransi ini dengan cepat
16
menghilang ketika paparan dihentikan, sehingga memerlukan penyesuaian penurunan
dosis bila setelah penghentian 1 minggu atau lebih (tabel 237-5) untuk menghindari
luka bakar.
UVAl
Karena panjang gelompangnya yang lebih panjang, fototerapi UVAl (340-400nm dapat
mempenetrasi lebih dalam ke dalam kulit dibandingkan UVB atau UVA dengan
panjang gelombang yang lebih pendek yaitu UVA2 (320 340 nm). Laporan pertama
menggambarkan suatu alat yang mampu mengemisi [UVAl terjadi pada tahun 1981.
Namun baru pada tahun 1992 ketika keuntungan UVA1 didemonstrasikan untuk
dermatitis atopik, teijadi ketertankan terhadap keuntungan terapeutik dari UVA1.
Awalnya, rintangan terhadap penggunaan secara luas alat UVAl adalah panas luar
biasa yang mereka hasilkan. Unit fototerapi UVA yang lebih baru memiliki filter
khusus dan sistem pendinginan yang membuang semua panjang gelombang diatas 530
nm telah membereskan sebagian besar masalah yang ada Walaupun tidak tersedia
secara luas di Amerika Serikat, sumber sinar ini bermanfaat untuk memperbaiki
sejumlah kondisi knlit yang tidak berhasil dengan alat fototerapi lainnya.
KEAMANAN FOTOTERAPI
Prinsip keamanan umum bagi kebanyakan alat fototerapi. Peralatan seharusnya
diperiksa secara reguler oleh klinisi atau teknisi perusahaan, karena ouzput alat dapat
berkurang seiring dengan waktu dan komponen dalam dosirnetri dapat rusakMeskipun
fototerapi biasanya dihantarkan tanpa masalah. risiko terjadinya pengobatan berlebihan
berbahaya, walaupun penyebab pasti terjadinya efek samping pada fototerapi tidak
diketahui dan bervariasi tergantung alat… Yang penting, dengan perkecualian untuk
terapi PUVA dimana penelitian follow-up yang telah dilakukan menunjukkan adanya
peningkatan risiko terjadinya lentiginosa karsinoma sel skuamosa dan melanoma,
fototerapi lainnya tampak cukup aman. Terapi yang lebih baru seperti narrowband
UVB dan UVAl tampaknya relatif aman terutama bila dibandingkan dengan pilihan
non fototerapi untuk penyakit yang sarna, menunggu hasil penehtian foIlow-up
lainnya.
UVB
Paparan berulang kulit terhadap inadiasi ultraviolet mengakibatkan kerusakan
kumulatif berupa aktinik terlepas dari apapun sumbernya. Terkait kanker kulit non
melanoma, kebanyakan penelitian menunjukkan terdapat sedikit peningkatan risiko
pada paparan BB-UVB atau NB-UVB dibandingkan paparan dengan sinar matahari.
Lebih dari 300 pengobatan dengan BB-UVB dikaitkan dengan peningkatan sedang
tetapi signiiikan terhadap karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal. Namun,
risiko karsinogenik dari satu pengobatan PUVA adalah 7 kali risiko dari satu
pengobatan UVB. Hasil menyanglmt profil keamanan dan keefisienan, NB-UVB
muncul sebagai terapi pilihan untuk sejumlah penyakit kulit. Beberapa penelitian juga
telah menunjukkan bahwa paparan jangka panjang BB-UVB dikombinasikan dengan
19
penggunaan tar topikal tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma sel
skuamosa.
PUVA
EFEK SAMPING AKUT
Efek samping PUVA termasuk reaksi intoleransi. obat, juga sebagai reaksi kombinasi
psoxalen dan radiasi UVA Oral S-MOP mungkin menyebabkan mual (10% pasien)
serta muntah dan kadang-kadang perlu dihentikan pengobatannyaEfek samping ini
lebih sering ditemukan pada sediaan cairan dibandingkan dengan bubuk, mungkin
Laxena kadar. dalam plasma yang lebih tinggi. Mual dapat diminimalisasi ataudihindan
dengan menginstruknkan pasien untuk meminum 8-MOP dengan susu, makanan atau
jahe (contohnya kue jahe, minuman jahe atau suplemen jahe) atau untuk membagi dosis
menjadi dua porsi, diminum dengan jeda 1.5 jam. Efek lain yang dilaporkan termasuk
kegugupan, insomnia dan depresi. Pada 5-MOP, jarang mual bahkan pada dosis l.8
mg/kgBB
Seteiah paparan UVA, sebanyak 1000 pasien pada pengobatan VPUVA akan
mengeluh gatal. Pada kebanyakan kasus, hal ini dapal diringankan dengan emolien,
Beberapa pasien dengan gatal yang berat memerlukan pengobatan Sistemik. Nyeri
yang tajam kadang-kadang dikeluhkan dan mekanisme penyebabnya tidak diketahui.
Gejala biasanya tidak memberikan respon dengan ami histamin dan pada kebanyakan
kejadian akan mereda ketika pengobatan dihentikan.
Eritema fokal yang ringan dan samar setelah terapi PUVA sering terjadiArea
tubuh yang mengalami eritema dengan nyeri atau bula harus dilindungi selama paparan
UVA berlangsung sampai erriema mereda. Perlu diperhtikan bahwa eritema yang
terjadi dalam 24 jam pertama mungkin memberikan tanpa terdapat potensi terjadi
reaksi fototoksik berat dan dapat bertambah parah secara progresif dalam 24 jam
berikutnya, karena puncak dari eritema pada pengobatan PUVA secara khas tedadi
setidaknya 48 jam setelah pengobatan. Dalam situasi demikian, pasien harus
20
dilindungi dari paparan UVA dan sinar matahari lebih lanjut serta dimonitor dengan
ketat sampai eritema mereda.
Efek samping yang sangat karang pada PUVA antara lain erupsi sinar
polimorfik seperti ruam, erupsi seperti akne, hemoragik subungual disebabkan
reaksi fototoksik pada ranjang kuku, onikolisis kuku dan kadang-kadang berupa
bipertrikosis pada wajah. Efek samping ini menghilang ketika pengobatan dihentikan.
Analisis data hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa penelitian yang besar
menunjukan tidak adanya temuan abnormal yang signifikan pada pasien dalam
pengoabtan PUVA dalam jangka waktu yang lama.
KARSINOGENESIS
Keganasan pada kulit merupakan pertimbangan utama terapi jangka panjang dan
berulang pada FINA. Risiko terjadinya kanker kulit non melanoma dan kemungkinan
terjadinya melanoma malignant meningkat terkait dosis yang 21
digunakan. Pada hewan percobaan, 8-MOP dan 5-MOP berbeda dalam menginduksi
kanker kulit pada kadar obat dan irradiasi UVA dibanding kan dengan terapi dalam
pengobatan PUVA. Perkembangan kanker diduga berawal dari kerusakan DNA dan
penurunan regulasi sistem imun. Penelitian follow-up PUVA, mengevaluasi 1.380
pasien yang baru memulai pengobatan PUVA untuk psoriasis pada periode 1975-1976
mendokumentasikan masalah kesehatan pada pasien secara prospektif.
Secara keseluruhan, pasien yg diterapi degan setidaknya 337 sesi PUVA menunjukkan
lOO x peningkatan risiko terjadinya karsinoma sel skuarnosa dibandingkan dengan
insiden pada populasi umum. Lebih lanjut. hampir 4% pasren dengan karsmoma sel
skuamosa terjadi metastase, paling sering berasal dari area genital. Terdapat ketidak
pastian tentang PUVA sebagai faktor tunggal karena banyak pasien dalam masa
follow-up juga memiliki paparan sinar matahari yang signifikan dan pengobatan yang
memiliki potensi karsinogenik antara lain arsenik, UVB dan metotreksatRisiko
terjadinya karsinoma sel skuamosa karena PUVA, lebih lanjut lagi meningkat
potensinya dengan penggunaan siklOSporin dan oleh karena alasan ini,
siklosporin dikontraindikasikan pada individu yang dterapi dengan
PUVA. Retinoid oral yang digunakaan bersamaan dengan PUVA, di Sisi lain,
mengurangi risiko terjadinya karsinoma sel skuamosa
Individu yang diterapi dengan PUVA memiliki peningkatan
risiko terjadinya keganasan kulit di area genital dan hal ini menyebabkan dilakukannya
proteksi standart area genital selama fototerapi. Risiko ini tergantung dosis, dengan
90X peningkatan risiko terjadinya tumor genital diantara pasien yang terpapar dosis
tinggi PUVA dibandingkan dengan pada populasi umum. Pria yang diterapi dengan
paparan dosis tinggi MA dan tar topikal dikombinasi UVB memiliki risikn paling
tinggi terjadinya tumor genital. Saat ini tidak ada regimen yang
terstandarisasi untuk perlindungan area genital. Terdapat penutup untuk area genital
yang tersedia secara komersial, tetapi biayanya dan ketersediaannya mungkin terhalang
Faktor yang mempengaruhi keefektifan dari proteksi irradiasi sinar matahari termasuk
komposisi fiber, porositas (faktor intrinsik seperti jumlah lapisan, tipe serat dan
kerapatan 22
benang), massa dan warna. Agen yang sering digunakan sebagai pelindung termasuk
masker bedah, handuk kertas, duck bedah dan celana dalam Efektifitas material ini
telah dipelajari dan masker bedah ditemukan tidak memberikan proteksi yang cukup
terhadap irradiasi sinar ultraviolet, kemungkinan karena porositas yang bertambah
(benang lebih jarang) dan massa yang berkurang.
Hubungan antara PUVA dan melanoma juga telah diteliti dengan seksama.
Penelitian followaup PUVA telah memberikan bukti bahwa individu dengan
setidaknya 250 kali terapi dan setidaknya 15 tahun dari pengobatan PUVA pertama
kalinya memiliki peningkatan resiiko terjadinya melanoma. Pasien yang terjadi
reaksi fototoksik lebih gampang memiliki risiko yang lebih tinggi terjadinya
melanoma dibandingkan mereka dengan kulit lebih gelapSebagai hasil dari penelitian
yang ada, riwayat keluarga atau personal melanorna atau tiwayat sudah menjalani
terapi PUVA lebih dari 200 X dianggap merupakan kontraindikasi relatif untuk terapi
PUVA lebih lanjut.
Pada pasien dengan terapi PUVA dikombinasi dengan metotreksat setidaknya
36 bulan, insiden limfoma pada penelitian konhort ditemukan 7 x lebih tinggi
dibandingkan pasien kontrol pada penelitian tersebut yang tidak minum metoreksal.
EFEK OPTALMOLOGI
Ultraviolet A diabsorbsi di lensa dan dengan adanya UVA, psoralen dapt mengikat
protein, DNA dan RNA. Karena lensa tidak pemah meregenerasi sel-nya, protein yang
berikatan dengan B-MOP berakumulasi di lensa, meningkatkan risiko opasifikasi
ineversibel. Terdapat beberapa laporan berbagai masalah mata pada pasien dengan
PUVA termasuk katarak, 80-90 hiperemia konjunctiva dan penurunan lakrimikasi.
Suatu penelitian prospektif selama 25 tahun mengevaluasi efek PUVA pada
mata. Pastisipan diinstruksikan untuk menggunakan alat pelindung mata yang
memblok UVA ketika diluar nanah atau melihat keluar rumah lewat jendela saat siang
hari selama minimum 12 jam, walaupun seharusnya diproteksi selama 24 jam.
Penelitian
23
ini menemukan tidak ada hubungan antara peningkatan sesi PUVA dan kerusakan mata
karena katarak dan menunjukkan bahwa peningkatan paparan PUVA
tidak meningkatkan risiko katarak diantara orang berusia menengah dan lanjut yang
menggunakan pelindung mata, seperti pada penelitian knhort ini. Penelitian lain yang
lebih kecil juga menemukan tidak adanya peningkatan pembentukan katarak atau
kerusakan penglihatan.
UVA1
Fototerapi UVA secara umum dapat ditoleransx dengan baik. Efek samping
yang dilaporkan antara iain tanning yang luas. eritema pruritus, unikaria, nyeri,
sensasi rasa terbakar, erupsi sinar polimoriik seperti ruam, dermatitis, herpetiformis
dan superinfeksi bakteri. Namun, karena fototerapi UVA] baru tersedia sejak 1990,
efek samping jangka panjangnya masih di dalam penyelidikan.
PERTIMBANGAN KHUSUS
HIV
Keamanan fototerapi dan fotokemoterapi pada pasien positif HIV telah
diperdebatkan. Radiasi uhravrolet mungkin mengaktilkan HIV oleh induksi NF-KB
dan terapi UVB meningkatkan ekspresi gen HIV-1 pada kuiit Namun, fototerapi
BBUVB tidak tampak mempengaruhi kadar HIV dalam plasma maupun memiliki efek
terhadap jumlah CD4. Secara umum, fototerapi diperkirakan aman untuk HIV
pasien. Pernyataan konsensus yang dikeluarkan oieh American Academy
of Dermatology pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa untuk pasien positif HIV
dengan psoriasis sedang-berat, fototerapi dan antivirus merupakan agen terapeutik lini
pertama yang direkomendasikan.
24
ANAK-ANAK
Narrowband-UVB saat ini lebih dipilih dibandingkan PUVA untuk anak-anak
dengan kondisi kelainan kulitm karena kekuatiran mengenai efek samping PUVA
termasuk fototoksisitas. karsinogenesis, penuaan kulit dan potensi terjadinya katarak.
TABEL 237-6
Penyakit yang dapat diobati dengan Fototerapi
NB-UVB / BB-UVB PUVA UVA1
Psoriasis + + -
Dermatitis atopic + + + (flare akut)
Limfoma sel T kutaneus + + +
Vitiligo NB-UVB + -
Fotodermatosis +/- + -
Pruritus gagal ginjal kronis + - -
Pruritus kolestasis + - -
Pruritus aquagenik + + -
Pruritus polistemia vera - + +
Skleroderma sistemik dan } + +
lokalisata
GVHD kronik } + +
Pitiriasis Likeniodes } + -
Papulosis Limfomatoid } - +
Telangiectasis macularis eruptica - + +
persistan
Urtikaria pigmentosis - +/- +
Granuloma anulare - + +
Liken planus + + -
Eksema tangan kronik + + +
Gangguan perforasi + + -
25
LAIN-LAIN
Pasien yang terpapar dengan arsenik memiliki peningkaran risiko
terjadinya keganasan pada kulit dan harus menghindari fototerapi. Pasien transplantasi
memiliki risike yang jauh lebih tinggi terjadinya kanker kulit dibandingkan populasi
umum dan pada populasi pasien demikian merupakan kontraindikasi relatif untuk
fototerapi. Obat-obatan yang fotosensitiser secara teoritis
harusnya dihindari selama pengobatan fotaterapi, walaupun pada prakteknya banyak
pasien tanpa masalah menjalani fototerapi sementara meminum tetrasiklin,
hidroklortiazin atau obat-Obatan fotosensitizer lainnya. Terdapat laporan anedoktal
adanya hubungan antara penggunaan kronik vorikonazel dan terjadinya keganasan
yang agresif pada kulit, termasuk melanoma.
26