Tinea Kruris
adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk)
yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha,
perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya
Epidemiologi
DFKA
Fotoalergi adalah kondisi yang relatif jarang dan populasi yang memadai studi belum dilakukan.
Paparan sangat penting untuk
berkembangnya kepekaan
A total of 346 photoallergic reactions occurred in 200 (19.4%) subjects. PACD was most
commonly caused by the topical NSAIDs ketoprofen (128 subjects) and etofenomate (59
subjects). Of the organic sunscreen absorbers, octocrylene, bemzophenone‐3 and
butylmethoxydibenzoylmethane most frequently elicited PACD.
TINEA KRURIS
Di indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari seluruh dermatomikosis. Tinea kruris dan Tinea
korporis merupakan dermatofitosis terbanyak
Laki-laki pasca pubertas lebih banyak terkena dibanding wanita, biasanya mengenai usia 18-25
tahun serta 50-65 tahun1,2.
Paling banyak mengenai daerah tropis karena tingkat kelembapannya yang tinggi dan dapat
memicu pengeluaran keringat yang banyak menjadikan faktor predisposisi penyakit ini.
Patofisiologi
Reaksi fototoksik
secara klinis dan simtomatik menyerupai sengatan matahari. Reaksi fototoksik terjadi dalam hitungan menit hingga
jam setelah terpapar obat dan cahaya dan terjadi pada semua individu yang diberi obat spesifik dan ultraviolet (UV)
paparan. Ruam yang secara klinis menyerupai kulit terbakar dan menyengat adalah fitur yang menonjol.
Reaksi fototoksik adalah reaksi "sengatan matahari" yang berlebihan di mana sel-sel kulit dirusak secara langsung oleh
radiasi elektromagnetik melalui produksi radikal bebas, metabolit toksik, panas, atau oleh kerusakan langsung pada
DNA, ditambah oleh bahan kimia eksternal. Ini dapat terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah
terpapar,meskipun mungkin juga ditunda
satu atau dua hari. Reaksi fototoksik dapat dihasilkan pada siapa saja yang diberi sinar ultraviolet (UV) dosis cukup
tinggi dan bahan kimia fototoksik. Hal ini dapat terjadi pada pemaparan tanpa memerlukan sensitisasi.
Reaksi fototoksik cenderung memiliki batas yang tegas.
Reaksi fotoalergi