Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS :

ERUPSI ACNEIFORMIS
Nurul Oktaviana 192377714524

Pembimbing : dr. Sukma Anjayani M.Kes, Sp.DVE, FINSDV


IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F

Umur : 34 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 02 Oktober 2023


ANAMNESIS : AUTOANAMESIS
● Keluhan Utama : Timbul bintil bintil merah pada dada dan punggung
● Anamnesis Terpimpin :
Keluhan dirasakan sejak lebih dari 1 bulan yang lalu, Bintil-bintil awalnya muncul sedikit pada daerah
dada, kemudian semakin hari bertambah banyak dan tersebar sampai ke daerah punggung, keluhan
dirasakan baru pertama kali, pasien belum pernah merasakan gejala yang sama sebelumnya, pasien
tidak merasakan gatal, tidak perih, tidak merasakan nyeri, dan tidak mengalami demam. Menurut
pasien bintil-bintil tersebut muncul setelah pasca operasi pemasangan pen dikarenakan pasien pernah
mengalami patah tulang pada daerah cruris. Pasien sadang mengkonsumsi obat antibiotik
Ciprofloxacin. Dan obat lainnya seperti meloxicam, Methylprednisolone, kalsium laktat, dan vitamin
D. pasien rajin untuk mandi, tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit
di keluarga sebelumnya, tidak ada keluhan yang sama pada orang-orang disekitar, tidak ada riwayat
alergi, riwayat penyakit fraktur pada os.tibia, riwayat penyakit lainnya tidak ada, dan pasien merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Ringan
Kesadaran : Kompos mentis (E4M6V5)
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 136/93 mmHg
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,6O C
SPO2 : 99%
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Sklera : Ikterik (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Bibir : Sianosis (-/-)
Jantung/paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar limfa : Tidak dilakukan pemeriksaan
STATUS DERMATOLOGI LABORATORIUM

Lokasi : Regio thorax anterior bagian atas dan regio Kerokan : Tidak dilakukan pemeriksaan
thorax posterior bagian atas
Ukuran : miliar
Effloresensi : Papul eritema, disertai pustul berukuran miliar, Dan lain-lain : tidak dilakukan
sikumskrip penyebarannya diskret.
pemeriksaan
RESUME
Seorang pasien laki-laki berusia 34 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Anutapura. Pasien
datang dengan keluhan muncul bintil-bintil merah pada punggung dan dada sudah dialami sejak lebih dari
1 bulan yang lalu, Bintil-bintil awalnya muncul sedikit pada daerah dada, kemudian semakin hari
bertambah banyak dan tersebar sampai ke daerah punggung, keluhan dirasakan baru pertama kali, pasien
belum pernah merasakan gejala yang sama sebelumnya, gatal (-), perih (-) , nyeri (-) , dan demam (-).

Menurut pasien bintil-bintil tersebut muncul setelah pasca operasi pemasangan pen dikarenakan pasien
pernah mengalami patah tulang pada daerah cruris. Pasien sadang mengkonsumsi obat antibiotik
Ciprofloxacin. Dan obat lainnya seperti meloxicam, Methylprednisolone, kalsium laktat, dan vitamin D.
pasien rajin untuk mandi, tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit di
keluarga sebelumnya, tidak ada keluhan yang sama pada orang-orang disekitar, tidak ada riwayat alergi,
riwayat penyakit fraktur pada os.tibia, riwayat penyakit lainnya tidak ada, dan pasien merokok (+).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran compos mentis, pemeriksaan
tanda-tanda vital di dapatkan TD 136/93 mmHg, nadi 98x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu tubuh 36,6 o
C, SpO2 99%. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lokasi Regio thorax anterior bagian atas dan
regio thorax posterior bagian atas, ukuran miliar, Papul eritema, disertai pustul, sikumskrip penyebarannya
diskret.
DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING

Erupsi Acneiformis • Akne vulgaris

• Folikulitis
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Menghentikan penggunaan faktor penyebab

Medikamentosa
1. doksisiklin 1x100 gr
2. Zink 1x1
3. Asam fusidat 2% 10 gr
Hidrocortisone 2,5% 5 gr
Myconazole cream 2% 10 gr salep kulit, 2x1 (pagi-sore)
Asam salisilat 3 %
Vaseline 30 gr
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

DOKUMENTASI KASUS
PEMBAHASAN

Erupsi acneiformis adalah kelainan kulit


Dari anamnesis pasien mengatakan bahwa
yang menyerurupai akne berupa reaksi
1 bulan terakhir sedang mengkonsumsi
peradangan folikuler dengan manifestasi
obat Methylprednisolone. merupakan
klinis papulopustular.
golongan kortikosteroid, dimana terapi
kortikosteroid sistemik dalam jangka waktu
lama dan dosis tinggi dapat
Erupsi acneiformis dapat terjadi karena
menimbulkan berbagai efek samping
infeksi (Klebsiella, Escherichia coli ,dan
pada metabolisme endokrin,
Enterobacter), kelainan hormonal atau
muskuloskeletal, kardiovaskular,
metabolisme, kelainan genetik, reaksi obat,
imunologi, hematologi, psikiatri, dan
kontak dengan bahan kimia, atau akibat
dermatologi.
gesekan dan tekanan
PEMBAHASAN Obat steroid
Dosis tinggi dan jangka
waktu yang lama

Eksresi substansi
penyebab (obat) pada
kelenjar kulit

Peningkatan regulasi toll


like receptor 2 pada
Pemberian kortikosteroid sistemik keratinosit
terus-menerus mulai dari dua minggu
atau lebih, dapat mencetuskan erupsi
acneiformis Iritasi epitel pada ductus
polisebasea

Erupsi Lesi inflamasi berupa


Acneiformis papul dan pustul
PEMBAHASAN

Lokalisasi terjadinya erupsi akneiformis di


kepala, leher, dan bagian atas tubuh
Diagnosis erupsi acneiformis ditegakkan seperti dada dan belakang. Erupsi
berdasarkan sifat lesi monomorfik dan acneiformis timbul pada 2-4 minggu
riwayat penggunaan obat terkait. setelah terapi obat pencetus. Kemudian
akan muncul papul dan pustul eritematosa
pada kulit, dan tidak tampak komedo
PEMBAHASAN

Terapi medikamentosa dapat diberikan


Perawatan nonmedikamentosa yaitu
eritromisin topikal, metronidazol, asam
dengan penghentian faktor pencetus, pada
fusidat, zink, dan doksisiklin oral. Pasien
kasus ini dapat dilakukan penghentian atau
dengan erupsi akneiformis harus
penurunan dosis kortikosteroid.
dievaluasi ulang setiap 2 minggu.
DIAGNOSIS BANDING
Akne vulgaris Folikulitis
Definisi kelainan inflamasi kulit pada pilosebasea, yang berlangsung peradangan pada folikel rambut akibat infeksi,
kronis sehingga membentuk pustul atau papul
eritematosa pada kulit yang ditutupi rambut

Etiologi Penyebab pasti terjadinya Akne vulgaris pada orang dewasa infeksi bakteri pada folikel rambut, kondisi ini
belum dapat dipastikan. Namun beberapa faktor yang juga bisa disebabkan oleh spesies jamur dan
berperan dalam munculnya Akne vulgaris antara lain akibat virus
hipersekresi hormon androgen, meningkatnya sekresi sebum,
bertambahnya jumlah propionibacterium acne, hiperkeratosis
yang membentuk mikrokomedo, meningkatnya respon
inflamasi akibat bakteri, dan penggunaan kosmetik
Lesi kulit papul, pustul, atau nodul, disertai komedo pustul atau papul eritematosa

Predileksi terutama di wajah, meski bisa juga menyerang lengan atas, Bagian tubuh yang ditumbuhi oleh folikel
badan, dan punggung rambut
EDUKASI

● Memberikan informasi kepada pasien tentang faktor resiko terjadinya erupsi

ekneiformis dan menghindari faktor pencetus

● Rutin untuk kontrol dan berkonsultasi dengan dokter kulit

● Sanitasi kebersihan diri, gaya hidup yang lebih sehat

● Tidak menggaruk lesi karena dapat menyebabkan bekas luka dan pembentukan

keloid
KESIMPULAN
Pasien terdiagnosis erupsi akneiformis, yang merupakan reaksi peradangan
folikuler dengan gambaran klinis berupa papul dan pustul. Kemungkinan
penyebab mendasar erupsi akneiformis pada pasien ialah penggunaan obat
Methylprednisolone golongan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama.
Perawatan yang diberikan yaitu dengan penghentian obat pencetus dan
pemberian terapi medikamentosa topikal ataupun sistemik. Prognosis erupsi
akneiformis pada sebagian besar pasien sangat baik dan kebanyakan pasien
pulih dalam beberapa minggu.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri linuwih sw menaldi, kusmarinah bramono wresti indriatmi. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN.; 2021. doi:10.1007/978-1-4614-8344-
1_9
2. Salazar. PANFJ. Acneiform Eruptions. NCBI StatPearls [Internet]. Published 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459207/
3. Hidajat D, Kurniawan Y. Erupsi Akneiformis dan Striae Distensiae setelah Terapi Kortikosteroid Sistemik untuk Nefritis Purpura Henoch-
Schonlein. Cermin Dunia Kedokt. 2022;49(2):91-93. doi:10.55175/cdk.v49i2.197
4. Gouda S, Badad A, Hogade A. A Cross-sectional Study of Acneiform Eruptions at a Tertiary Center. J Med Sci Heal. 2021;7(1):64-67.
doi:10.46347/jmsh.2021.v07i01.011
5. Dessinioti C, Antoniou C, Katsambas A. Acneiform eruptions. Clin Dermatol. 2016;32(1):24-34. doi:10.1016/j.clindermatol.2013.05.023
6. Hidayat M, Budiman I, Primana DA. Peran Zn dalam Terjadinya Acne vulgaris. JKM Fak Kedokteran, Univ Kristen Maranatha, Bandung 2
Bagian Gizi RS Immanuel, Bandung. 2018;7(2):1-12.
7. Ghassani AA, Yuniati L, Arsal ASF, Nasruddin H, Syamsu RF. Perbandingan Efektivitas Gentamicin Cream 0,1% & Asam Fusidat Cream 2%
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Pioderma Amalia. J Mhs Kedokt. 2022;2(4):237-242.
8. Schlessinger. AHSSMHMSJ. Acne Vulgaris. NCBI StatPearls [Internet]. Published 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459173/
9. Astrid Teresa. Akne Vulgaris Dewasa : Etiologi, Patogenesis Dan Tatalaksana Terkini. J Kedokt Univ Palangka Raya. 2020;8(1):952-964.
doi:10.37304/jkupr.v8i1.1500
10. Mitchell. RDWM. Folliculitis. NCBI StatPearls [Internet]. Published 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547754/
11. Sun K lv. Special types of folliculitis which should be differentiated from acne. Dermatoendocrinol. 2018;9(1):e1356519.

Anda mungkin juga menyukai