Anda di halaman 1dari 40

Tuesday, February 26, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PEMFIGUS VULGARIS

ASUHAN KEPERAWATAN
PEMFIGUS VULGARIS
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1.

Pemfigus berasal dari kata Yunani pemphix yang berarti gelembung atau melepuh. Pemfigus
menggambarkan sekelompok penyakir bulosa kronis yang awalnya diseskripsian oleh Wichman
tahun 1791. Pemfigus Vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai timbulnya
bula (lepuh) dengan berbagai ukuran pada kulit yang tampak normal dan membran mukosa
(misalnya : mulut, vagina). (Arif Mutakin, 2011, hal:104).

2.

Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan
membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses
ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap
komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig G, baik terikat mupun beredar dalam
sirkulasi darah ( Djuanda 2001, hal :186)

3.

Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara
berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat
diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita.
(Laksman, 1999, hal:261).

A. ETIOLOGI
1. Genetik
2. Penyakit autoimun
3. Obat-obatan (Penisilin dan kaptopril)
4. Sebagai penyakit penyerta seperti neoplasma.
(Smeltzer dan Bare, 2002, hal:1879).
B. PATOFISIOLOGI

Bukti yang ada menunjukan bahwa pemfigus merupakan penyakit autoiun yang
melibatkan IgG, suatu immunoglobin. Diperkirakan bahwa antibodi pemfigus ditujukan
langsung kepada antigen permukaan sel yang spesifik dalam sel-sel epidermis. Bula terbentuk
akibat reaksi antigen-antibodi. Kadar antibodi dalam serum merupakan petunjuk untuk
memprediksikan intenstas penyakit. Faktor-faktor genetik dapat memainkan peranan dalam
perkembangan penyakit. Kelainan ini biasanya terjadi pada laki-lak dan wanita usia pertengahan,
serta akhir usia dewasa.
Komplikasi yang paling sering pada pemfigus vulgaris terjadi ketika proses penyakit
tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukan kortikosteroid dan terapi immunosupresif, pasien
sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunde. Bakteri kulit relatif mudah mencapai bula karena
bula mengalami perembesan cairan, pecah, dan meninggalkan daerah-daerah terkelupas yang
terbuka terhadap lingkungan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terjadi akibat kehilangan cairan, serta
protein ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminema lazim dijumpai kalau proses penyakitnya
mencakup daerah permukaan kulit tubuh dan membran mukosa luas. Adanya kerusakan jaringan
kulit pada pemfigus vulgaris memberikan manifestasi pada berbagai masalah keperawatan. (Arif
Mutakin, 2011, hal:105).

MANIFESTASI KLINIK
1. Pemfigus Vulgaris
a.

Kulit berlepuh, 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas, erosi

b. Krusta bertahan lama, hiperpigmentasi


c.

Tanda nikolsky ada

d. Kelamin, mukosa mulut 60%


e.

Biasanya usia 30-60 tahun

f.

Bau specifik

2. Pemfigus eritematosus
a.

Biasanya pada usia 60-70 tahun

b.

Lesi awal : daerah wajah, kulit kepala, punggung, seluruh tubuh berupa bercak, eritematosa
batas tegas ( seperti kupu-kupu pada wajah) , krusta sifatnya kronis residif

c.

Dinding bula kendur, mudah pecah, erosif yang dikelilingi dasar eritematosa, krusta dan skuama
krusta basah, bau khas

d. Tanda nikolsky ada


e.

Mukosa mulut terkena

3. Pemfigus bullosa
a.

Biasanya usia 50-70 tahun

b.

Dinding bula tegang berisi cairan jernih/ hemoragic diatas kulit yang tampak normal atau
eritema

c.

Diameter bula bervariasi

d. Lesi mulut / genitalis ( 20 40 %)


e.

Tidak ada tanda nikolsky

4. Pemfigus vegetans

a.

pada usia lebih muda dibandingkan dengan pemfigus vulgaris

b. lesi awal dimukosa mulut berbulan-bulan


c.

lesi kulit : lokasi inter triginose, wajah, kepala, hidung, extremitas, selluruh tubuh berupa bula
kendur, mudah pecah, erosi vegetans, bau amis, hiperpigmentasi

d. tanda nikolsky ada.


(Mansjoer,1999)

C. KOMPLIKASI
1. Secondary infection
Salah satunya mungkin disebabkan oleh sistemik atau lokal pada kulit. Mungkin terjadi karena
penggunaan immunosupresant dan adanya multiple erosion. Infeksi cutaneus memperlambat
penyembuhan luka dan meningkatkan resiko timbulnya scar.
2. Malignansi dari penggunaan imunosupresif
Biasanya ditemukan pada pasien yang mendapat terapi immunosupresif.
3. Growth retardation
Ditemukan pada anak yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.
4. Supresi sumsum tulang
Dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan lymphoma
meningkat pada penggunaan imunosupresif jangka lama.
5.

Osteoporosis
Terjadi dengan penggunaan kortikosteroid sistemik

6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


Erosi kulit yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium
klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit dan
harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau
proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas. (Price, 2002).
D. PENATALAKSANAAN
1. Pemfigus vulgaris
a.

Umum

1) Perbaiki keadaan umum


2) Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit, tanda-tanda vital
b. Sistemik
1) Kortikosteroid : Prednison 60-150 mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit
2)

Tapering off disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG dalam darah sampai dosis
pemeliharaan

3) Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan sitostatika (Azotlapin 1-3 mg/kg BB ) untuk sparing
efek.
4) Antibiotika bila ada infeksi sekunder
5) KCL 3x500 mg/ hari
6) Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari )
c.

Topikal

1) Eksudatif

: kompres

2) Darah erosif : - Silver sulfadiazine


- Krim antibiotik bila ada infeksi
3) Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah eksudatif
2. Pemfigus eritematosus
a.

Umum

1) Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input atau output cairan dan elektrolit
2) Diet lunak, TKTP, rendah garam
b. Sistemik
1) Kortikosteroid : prednison 60-100 mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit)
2) Kombinasi kortikosteroid dan azatioprin (1-2 mg/kg BB)
3) Antibiotik : bila terdapat infeksi sekunder
4) Anabolene 1x1 tb/ hari
c.

Topikal

1) Untuk lesi basah : kompres


2) Untuk lesi erosif : mupirocin
3) Untuk lesi berskuama : kompres hidrokortison 2,5 %, lanalcin 10 %, vaselin albumin 100
3. Pemfigus bulosa
a.

Umum

1) Pengawasan keadaan umum, tanda vital


2) Diet TKTP
3) Hindari infeksi sekunder (K/P) infus untuk mengantisipasi gangguan cairan dan elektrolit
b. Sistemik
1) Prednison 40-80 mg/hr, bila tampak perbaikan tapering off
2) DDS (Diamino Diphenyl Suffone) 200-300 mg/hari
3) Dapat diberikan gabungan prednison dengan imunosupresan lain
4) Metrotaxate (MTX) 20-30 mg/ minggu interval 12 jam diberikan saat prednison dosis 400 mg
5) Azatioprin 50-150 mg/hr setelah 3-4 minggu kemudian dilakukan alternate day
6) Anabolik bila ada infeksi sekunder
7) CTM 3x1 tablet sehari ( bila gatal)
a.

Topikal

1) Untuk lesi basah : kompres rivanol


2) Untuk lesi erosi kering : kortikosteroid topikal
3) Antibiotik topikal
4) Bula besar : aspirasi
4. Pemfigus vegetans
a.

Umum

1) Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input output cairan dan elektrolit
2) Diet lunak, TKTP, rendah garam
b. Sistemik
1) Prednison 60-150 mg/hr, tapering off sesuai dengan kondisi klinis sampai dosis pemeliharaan
2) Antibiotik bila ada infeksi sekunder
3) Alternate dapseon 100-200 mg/hari
4) KCL 2x500 mg (k/p)
5) Anabolik (anabolene 1x1 tablet sehari)
c.

Topikal

1) Betadine gargle untuk kumur


2) Bibir kenalog in arabase
3) Garamicin krim atau fucidine krim 2xsehari untuk daerah erosif

4) Untuk krusta : kompres salep antibiotik


5) Larutan PK sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi
(Smelltzer, 2002, hal: 188).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemfigus vulgaris biasanya terjadi pada usia lanjut dan disertai dengan keadaan umum yang
lemah. Selain itu diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Gambaran klinis yang khas dan tanda dari nikolsky positip
2.

Tes tzanck positip. Pemeriksaan cairan dari bulla (melepuh) untuk mencari sel tzanck dengan
membuat apusan dari dasar bula dan dicat dengan giemsa, akan terlihat sel tzanck atau sel
akantolitik yang berasal dari spinosum berbentuk agak bulat dan berinti besar dengan dikelilingi
sitoplasma jernih (halo).

3. Pemeriksaan histopatogenik: terlihat gambar yang khas, yaitu bula yang terletak suprabasal dan
adanya akontolisis.
4. Pemeriksaan imunofluorensi.
a.

Immunofluorescen langsung
Menunjukan endapan antibodi IgG, C3, di substansi interselluler epidermis

b. Immunofluorescen tidak langsung Serum : dideteksi sirkulasi antibodi IgG interseluler, terdapat
pada 80-90% penderita.
(Harahap, 2000, hal : 136)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


B.PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata
Umur : biasanya pada usia pertengahan sampai dewasa muda
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula dan erosi
3.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi obat, riwayat penyakit keganasan (neoplasma ),
riwayat penyakit lain, Riwayat hipertensi

4. Pola kesehatan fungsional Gordon yang terkait


a.

Pola Nutrisi dan Metabolik


Kehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami
ruptur

b. Pola persepsi sensori dan kognitif


Nyeri akibat pembentukan bula dan erosi
c.

Pola hubungan dengan orang lain


Terjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena adanya bula atau bekas
pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebar

d. Pola persepsi dan konsep diri


Terjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah meninggalkan erosi yang lebar
serta bau yang menusuk
5. Pemeriksaan Fisik
a.

Keadaan Umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Composmentis


c.

Tanda tanda vital :

1) TD

: Dapat meningkat/ menurun

2) N

: Dapat meningkat/ menurun

3) RR

: Dapat meningkat/ menurun

4) S

: Dapat meningkat/ menurun

d. Kepala

: Kadang ditemukan bula

e.

Dada

: Kadang ditemukan bula

f.

Punggung

: Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

g. Ekstremitas

: Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

6. Pemeriksaan penunjang
a.

Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula

b. Laborat darah

: hipoalbumin

c.

: mengetahui kemungkinan maligna

Biopsi kulit

d. Test imunofluorssen : didapat penurunan imunoglobulin


(Harnowo, 2002, hal: 29)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Resiko tinggi ketidakseimbangan cairan dan elektolit b.d hilangnya cairan pada jaringan,
penurunan intake cairan, pengeluaran cairan berlebih dengan peningkatan terbentuknya bula dan
ruptur bula.

2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
3. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak erosi jaringan lunak.
4. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan raksi inflamasi lokal.
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik, penurunan kemampuan aktivitas umum sekunder dari
adanya nyeri, kerusakan luas kulit.
6. Kecemasan b.d kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan kulit.
D. INTERVENSI
Resiko tinggi ketidakseimbangan cairan dan elektolit b.d hilangnya cairan pada jaringan,
penurunan intake cairan, pengeluaran cairan berlebih dengan peningkatan terbentuknya
bula dan ruptur bula.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria evaluasi :
Tidak terdapat tanda-tanda syok : pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal,
kesadaran optimal, urine >600 ml/hari.
Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT >3detik.
Laboratorium : nilai elektrolit normal, nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/
kreatinin meurun.
Intervensi
Intervensi pemenuhan cairan :

Rasional

Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), Parameter

dalam

menentukan

intervensi

spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit kedaruratan. Adanya usia anak atau lanjut
lain.

usia memberikan tingkat keparahan dari


kondisi

ketidakseimbangan

cairan

dan

yang

akan

elektrolit.

Kolaborasi skor dehidrasi

Menentukan

jumlah

cairan

0-2 : dehidrasi ringan, 3-6 : dehidrasi diberikan sesuai derajat dehidrasi dari
individu (2,5-5% : derajat ringan; 5-10% :
sedang, >7 : dehidrasi berat

(skor Maurice King)

derajat sedang; >10% : derajat berat).

Lakukan dehidrasi oral

Pemberian cairan oral dapat diberikan apabila


tingkat toleransi pasien masih baik.

1. Beri cairan secara oral

WHO memberikan rekomendasi tentang


cairan oral yang berisikan 90 mEq/L Na +, 20
mEq/L K+, 80 mEq/L Cl, 20 g/L glukosa;
osmolaritas 310; CHO:Na = 1,2:1; diberikan
250

mL

setiap

15

menit

sampai

keseimbangan cairan terpenuhi dengan tanda


klinik yang optimal atau pemberian 1 1/2 liter
air pada setiap 1 liter feses (Diskin,2009).
2. Jelaskan tentang dehidrasi oral

Penting perawat disampaikan pada pasien


dan keluarga bahwa dehidraasi oral tidak
menurunkan durasi dan volume diare.

3. Berikan cairan oral sedikit demi sedikit

Pembrian cairan oral sedikit demi sedikit


untuk mencegah terjadinya muntah apabila
diberikan secara stimultan.

Lakukan pemasangan intravenus fluid drops


(IVFD)

Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut,


maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
cairan intravena disesuaikan dengan derajat
dehidrasi.

Pemberian 1-2 L cairan RL secara tetesan


cepat sebagai kompensasi awal hidrasi cairan
diberikan untuk mencegah syok hipovolemik
(lihat

intervensi

kedaruratan

syok

hipovolemik).

Dokumentasi dengan akurat tentang input


output cairan

Sebagai evaluasi penting dari intervensi


hidrasi dan mencegah terjadinya over hidrasi.

Bantu pasien apabila muntah


Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada
usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada pundak
untuk membantu menurunkan respons nyeri
dari muntah
Intervensi pada penurunan kadar elektrolit :

Evaluasi kadar elektrolit serum.

Untuk

mendeteksi

adanya

kondisi

hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari


hilangnya elektrolit dari plasma.

Dokumentasi perubahan klinik dan laporkan Perubahan klinik seperti penurunan output
urine secara akut perlu diberitahu tim medis
dengan tim medis
untuk mendapatkan intervensi selanjutnya
dan menurunkan risiko terjadinya asidosis
metabolik.

Anjurkan pasien untuk minum dan makan Pemberian cairan dan makanan tinggi
natrium dilakukan sesuai dengan tingkat
makanan yang banyak mengandung natrium
toleransi. Meskipun kekurangan natrium
seperti susu, telur, daging , dsb.
menyebabkan gejala serius yang perlu
pemberian
dianjurkan

intravenus
juga

untuk

segera,

pasien

mencoba

intake

natrium peroral dan hindari pembatasan

Monitor

khusus

ketidakseimbangan garam.

elektrolit pada lansia

Individu

lansia

dapat

dengan

cepat

mengalami dehidrasi dan menderita kadar


kalium rendah (hipokalemia) sebagai akibat
dari ruptur bulla. Individu lansia yang
menggunakan

digitalis

harus

waspada

terhadap cepatnya dehidrasi dan hipokalemia


pada penurunan cairan pada pemfigus.
Individu

ini

juga

dintruksikan

untuk

mengenali tanda-tanda hipokalemia karena


kadar kalium rendah dapat memperberat
kerja digitalis yang dapat menimbulkan
toksisitas digitalis.

Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
Tujuan : Dalam waktu 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak.
Kriteria evaluasi :
Lesi akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area lesi.
Leukosit dalam btas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya bula, Mengidentifikasi

kemajuan

atau

serta apakah adanya order khusus dari tim penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.
dokter dalam melakukan perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih Kondisi bersih dan kering akan menghindari
dan kering.

kontaminasi

komensal,

serta

akan

menyebabkan respons inflamasi lokal dan


akan memperlambat penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka :

Lakukan perawatan luka steril setiap hari.

Perawatan luka sebaiknya dilakukan setiap


hari

untuk

membersihkan

debris

dan

menurunkan kontak kuman masuk kedalam


lesi. Intervensi dilakukan dalam kondisi steril
sehingga mencegah kontaminasi kuman ke

Bersihkan luka dan drainase dengan cairan lesi pemfigus.


Nacl 0,9% atau antiseptik jenis iodine Pembersihan debris (sisa fagosit, jaringan ati)
providum dengan cara swabbing dari arah dan
dalam ke luar.

kuman

sekitar

mengoptimalkan

luka

kelebihan

dengan

dari

iodine

providum sebagai antisepti dengan arah dari


dalam keluar dapat mencegah kontaminasi

Bersihkan bekas sisa iodine providum kuman ke jaringan luka.


dengan normal saline dengan cara swabbing Antiseptik iodine providum
dari arah dalam keluar.

mempunyai

kelemahan dalam menurunkan pro epitelisasi


jaringan

sehingga

memperlambat

pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan

Tutup luka dengan kassa steril dan jangan dengan alkohol atau normal saline.
Penutupan
secara
menyeluruh
menggunakan dengan plester adhesif

dapat

menghindari kontaminasi dari benda atau


udara
Kolaborasi penggunaan anibiotik

yang

bersentuhan

dengan

lesi

pemfigus.
Anibiotik injeksi diberikan untuk mencegah
aktivasi kuman yang bisa masuk. Peran
perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotik, serta memberikan antibiotik
sesuai pesanan dokter.

Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak erosi jaringan lunak.


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
Secara subjektif melaporkn nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4)
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.

Intervensi
Kaji pendekatan PQRST

Rasional
Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi

manajemen nyeri keperawatan


Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.

dan

nonfarmakologi

lainnya

telah

menunjukan keefektifan dalam mengurangi


nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan :

Atur posisi fisiologis.

Akan meningkatan asupan O2 ke jaringan


yang

mengalami

peradangan

subkutan.

Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah


yang berlawanan dengan letak lesi pemfigus.
Bagian tubuh yang mengalami inflamasi lkal
dilakukan imobilisasi untuk menurunkan
respons

peradangan

dan

meningkatkan

kesembuhan.

Lakukan perawatan higiene oral.

Keseluruhan rongga mulut pasien dapat


terkena

erosi

dan

permukaan

terbuka.

Jaringan nekrotik dapat terbentuk didaerah


ini sehingga menambah penderitaan pasien
dan

mengganggu

asupan

makanan.

Penurunan berat badan dan hipoproteinemia


dapat terjadi. Perawatan higiene oral yang
teliti sangat penting untuk menjaga agar
mukosa pral tetap bersih dan memungkinkan
terjadina regenerasi epitel. Kumur mulut
yang

sering

harus

dilakukan

membersihkan

mulut

dari

debris

untuk
dan

menguragi nyeri didaerah ulerasi. Obat


kumur mulut yang dijual bebas harus

dihindari. Bibir dijaga agar tetap basah


dengan cara mengoleskan lanolin, vaselin,
atau pelembab bibir.

Istirahatkan klien

Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi


ini akan meningkatkan suplai darah pada
jaringan yang mengalami peradangan.

Bila perlu premedikasi sebelum melakukan Kompres yang basah dan sejuk atau terapi
rendaman merupakan tindakan protektif yang
perawatan luka.
dapat mengurangi rasa nyeri. Pasien dengan
lesi yang luas dan nyeri harus mendapatkan
premedikasi terlebih dahulu dengan preparat
analgesik sebelum perawatan kulitnya mulai
dilakukan.

Manajemen lingkungan : lingkungan tenang Lingkungan tenang akan menurunkan


stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
dan batasi pengunjung.
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan.

Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam.

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.

Meningkatkan

asupan

O2

sehingga

menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.


Distraksi dapat menurunkan stmulus internal
dengan mekanisme peningkatan produksi
endorfin

dan

enkefalin

yang

memblok

reseptor nyeri untuk tidak dikirmkan ke


korteks

Lakukan manajemen sentuhan

serebri

sehingga

menurunkan

presepsi nyeri.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan

dukungan

psikologis

dapat

membantu menurunkan nyeri.


Masase ringan dapat meningkatkan aliran
darah dan dengan otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri, serta
menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
analgetik.
nyeri akan berkurang.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Terapi antibiotik sistemik
analgetik.

berdasarkan

pemeriksaan

yang

dipilih

sensitivitas

umumnya diperlukan. Preparat oral penisilin


dan eritromisin juga efektif untuk mengatasi
selulitis
Kerusakan integritas jaringan kulit b.d nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada
jaringan folikel rambut
Tujuan: Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria evaluasi:
Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak
ada lagi, luka menutup.
Intervensi
Rasional
Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi Menjadi data dasar untuk memberikan
pada klien.

informasi intervensi perawatan luka, alat apa


yang akan dipakai, dan jenis larutan apa yang

Lakukan perawatan bula.

akan digunakan.
Pasien dengan daerah bula yang luas
memiliki bau yang khas yang akan berkurang
setelah infeksi sekunder terkendali. Sesudah
kulit pasien dimandikan, kulit tersebut
dikeringkan dengan hati-hati dan ditaburi
bedak yang tidak iritatif agar pasien dapat
bergerak lebih bebas ditempat tidurnya.
Jumlah bedak yang cukup banyak mungkin
diperlukan untuk menjaga agar kulit pasien

tidak lengket pada seprei. Plester sama sekali


tidak boleh digunakan pada kulit karena
dapat menimbulkan lebih banyak bullae .
hipotermi sering terjadi dan tindakan untuk
menjaga agar pasien tetap hangat serta
nyaman merupakan prioritas dalam aktivitas
keperawatan.
Lakukan perawatan luka:

Lakukan perawatan luka dengan teknik Perawatan luka dengan teknik steril dapat
mengurangi kontaminasi kuman langsung ke

steril.

area luka.

membuka
luka
dengan
Kaji keadaan luka dengan teknik membuka Manajemen
balutan dengan mengurangi stimulus nyeri. mengguyur larutan NaCl ke kasa dapat
Bila melekat kuat, kasa diguyur dengan mengurangi stimulus nyeri.
NaCl.

Lakukan pembilasan luka dari arah dalam Teknik membuang jaringan dan kuman di
area luka dan diharapkan keluar dari area
keluar dengan cairan NaCl.
Tutup luka dengan kasa antimikroba steril
dan dikompres dengan NaCl.

luka.
NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih
mudah diabsorpsi oleh jaringan dibandingkan
dengan larutan antiseptic, serta dengan

dicampur

Lakukan nekrotomi.

antibiotic

dapat

mempercepat

penyembuhan luka.
Jaringan nekrotik pada luka furunkel akan
memperlambat proses epitelisasi jaringan
luka

sehingga

memperlambat

perbaikan

jaringan.
Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan

Tingkatkan asupan nutrisi.


jaringan

asupan dari kebutuhan jaringan.


dan Apabila masih belum mencapai dari kriteria

perkembangan pertumbuhan jaringan.

evaluasi 15x24jam, maka perlu dikaji ulang

Evaluasi

kerusakan

factor-faktor

yang

dapat

menghambat

pertumbuhan luka

Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik, penurunan kemampuan aktivitas umum efek
sekunder dari adanya nyeri, kerusakan luas kulit
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam kemampuan perawatan diri klien meningkat.
Kriteria evaluasi:
Pelaksanaan intervensi perawatan diri dilakukan setelah fase akut.
Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti kejang dan peningkatan agitasi.
Intervensi
Rasional
Kaji perubahan pada sistem saraf pusat.
Identifikasi terhadap kondisi penurunan tingkat
kesadaran.
Tinggikan sedikit kepala pasien dengan hati- Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
hati. Cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak
perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi leher.
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan Untuk mencegah keregangan otot yang dapat
pasien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan menimbulkan resiko peningkatan stimulus
enema).

Anjurkan

pasien

untuk nikotinik-muskarinik pada system saraf pusat.

menghembuskan napas dalam bila miring dan


bergerak di tempat tidur. Cegah posisi fleksi
pada dan lutut.
Waktu
prosedur-prosedur

perawatan Untuk mencegah eksitasi yang merangsang

disesuaikan dan diatur tepat waktu dengan otak yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan
periode

relaksasi;

hindari

rangsangan kejang.

lingkungan yang tidak perlu.


Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan Untuk mengurangi disorientasi dan untuk
pada pasien.

klasifikasi persepsi sensoris yang terganggu.

Kecemasan b.d kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan kulit.


Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan pasien berkurang.
Kriteria evaluasi:
Pasien menyatakan kecemasan berkurang
Pasien mengenal perasaannya dan dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang

memengaruhinya
Pasien kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi
Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan
dampingi pasien dan lakukan tindakan bila rasa agitasi, marah, dan gelisah.
menunjukkan perilaku merusak.
Hindari konfrontasi.

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,


menurunkan

kerjasama,

dan

mungkin

memeperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan perlu.
suasana penuh istirahat.
Bina hubungan saling percaya.

Hal

yang

keperawatan

kritis

dalam

pasien

penatalaksanaan

pemfigus

adalah

terciptanya hubungan saling percaya antara


pasien dan perawat. Hal ini mencakup cara
perawat

mendengarkan,

berinteraksi,

dan

memperlihatkan sikap yang hangat, serta penuh


perhatian. Pasien memiliki keprihatinan yang
dapat dibenarkan dan keprihatinan ini dapat
dikurangi apabila tim kesehatan menunjukkan
reaksi yang tepat. Pasien harus didorong untuk
mengekspresikan perasaan cemas, gangguan
kenyamanan, dan perasaan keputusasaannya
secara bebas. Semua ini diperlukan agar upaya
untuk

menenteramkan

perasaan

perasaan

pasien terlaksana paling efektif.


Perhatian kepada kebutuhan psikologis pasien
menuntut kehadiran perawat saat diperlukan,
pemberian

pelayanan

keperawatan

yang

profesional dan pelaksanaan penyuluhan bagi


psien beserta keluarganya.
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

dan aktivitas yang diharapkan.


Beri kesempatan kepada pasien

untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

mengungkapkan ansietasnya.
kekhawatiran yang tidak diekspresi.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekpresikan
terdekat.

perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku


adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih
pasien melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya

membaca)

akan

menurunkan

perasaan terisolasi.
Pengaturan agar anggota keuarga dan setiap
teman

dekatnya

untuk

lebih

banyak

mencurahkan waktu mereka bersama pasien


karena dapat menjadi upaya yang bersifat
Kolaborasi:

suportif.
Meningkatkan

relaksasi

dan

menurunkan

Berikan anticemas sesuai indikasi contohnya kecemasan.


diazepam.
(Arif Mutakin, 2011, hal.107).
E. EVALUASI
1. Tidak terjadi syok hipovolemik.
2. Tidak terjadi infeksi.
3. Terjadi penurunan respons nyeri.
4. Peningkatan integritas jaringan kulit.
5. Perawatan aktivitas dapat terlaksana.
6. Tingkat kecemasan berkurang.
(Arif Mutakin, 2011, hal.111).
http://cierohamham.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pemfigus-vulgaris.html

DAFTAR PUSTAKA
Mutakin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif, Dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medikal Aesculapis
Sylvia, A. Price. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokretes.

PEMPHIGUS VULGARIS
PENDAHULUAN
Pemphigus berasal dari bahasa yunani yaitu kata pemphix yang artinya gelembung atau bula,
pemhigus vulgaris adalah penyakit autoimune berupa bula yang bersifat kronik, dapat mengenai
membran mukosa maupun kulit dan ditemukannya antibodi IgG yang bersirkulasi dan terikat
pada permukaan sel karatimosit, menyebabkan tingbulnya suatu reaksi pemisahan sel-sel
epidermis diakibatkan karena tidak adanya kohesi antara sel-sel epidermis, proses ini disebut
akantolisis dan akhirnya terbentuknya bula di suprabasal.
A. PENGERTIAN

English: Low mag. Image:Pemphigus vulgaris


- intermed mag.jpg (Photo credit: Wikipedia)
Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa reuren yang merupakan kelainan herediter
paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher disertai lesi berkelompok yang mengadakan
regresi sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan (Dorland, 1998).
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bulla
(lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan
membrane ukosa (misalnya mulut dan vagina) (Brunner, 2002)
Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan
membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses
ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap
komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam
sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186)
Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara
berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat
diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita.
(Laksman: 1999, hal:261).
Pemfigus vulgaris adalah salah satu penyakit autoimun yang menyerang kulit dan membrane
mukosa yag menyebabkan timbulnya bula atau lepuh biasanya terjadi di mulut, idung,
tenggorokan, dan genital (www.pemfigus.org.com)
Pada penyakit pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari epidermis klit dan membrane
mukosa. Pemfigus vulgaris adalah autoimmune disorder yaitu system imun memproduksi
antibody yang menyerang spesifik pada protein kulit dan membrane mukosa. Antibodi ini
menghasilkan reaks yang menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis (akantolisis) satu
sama lain karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya perkembangan
antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum diketahui.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti pemphigus vulgaris tidak diketahui, dimana terjadinya pembentukan IgG,
beberapa faktor potensial relevan yaitu :
1. Faktor genetik : molekul majorhistocompatibility compex (MHC) kelas II berhubungan
dengan human leukocyte antigen DR$ dan human leukocyte antigen DRw6
2. Pemphigus sering terdapat pada pasien dengan penyakit autoimune yang lain, terutama pada
myasthemia gravis thymoma
3. D-Penicillemine dan captopril dilaporkan dapat menginduksi terjadinya pemphigus (jarang)

C. FISIOLOGI
Histopatologis
Biopsi kulit dilakukan dengan cara punch biopsi pada bula yang baru timbul atau pada kulit yang
berdekatan dengan bula
Perubahan awal ditandai dengan pembengkakan intersellular dan hilangnya hubungan antara selsel epidermis yang disebut akantolisis, hal ini menyebabkan terbentuknya celah dan akhirnya
membentuk bula di suprabasal.
Sel basal walapun terpisah satu dengan yang lainya yang disebabakan oleh hilangnya jembatan
antara sel, tetap melekat pada epidermis (baswmwnt membran seperti sumsum batu nisan (row of
tombstones)
Didalam rongga bula mengandung sel akantolisis yang dapat dilihat dengan pemeriksaan sitologi
yaitu tzanck smear (pewarna giemsa), yang diambil dari dasar bula atau erosi pada mulut, sel
yang akantolisis mempunyai inti yang kecil dan hiperkromatik, sitoplasmanya sering dikeulingi
halo.
Pada perbatasan epidermis adakalanya menunjukan spongiosis dengan eosinofil yang amsuk
kedalam epidermis disebut eosinophilic spongiotic.
Imminopatologi
- Immunofluorescen langsung
Menunjukan endapan antibodi IgG, C3, di substansi interselluler epidermis
- Immunofluorescen tidak langsung
Serum ; dideteksi sirkulasi antibodi IgGinterseluler, terdapat pada 80-90% penderita
D. FATOFISIOLOGI

English: Low mag. Image:Pemphigus vulgaris


- intermed mag.jpg (Photo credit: Wikipedia)
Temuan histologis khas pada bentuk pemfigus ini adalah pembentukan pelepuhan intraepidermal
sebagai akibat dari hilangnya perlekatan sel-sel dari keratinosit (acantholysis) tanpa nekrosis
keratinosit. Sedangkan acantholysis biasanya terjadi tepat di atas lapisan sel basal (acantholysis
suprabasilar), pemisahan intraepithelial terkadang bisa lebih tinggi dalam stratum spinosum.
Beberapa keratinosit acantholysis serta kelompok sel-sel epidermal sering ditemukan pada
rongga pelepuhan. Walaupun sel-sel basal kehilangan kontak desmosomal lateral dengan
tetangganya, mereka mempertahnakan perlekatannya ke membran dasar melalui hemidesmosom,
sehingga memberikan kenampakan seperti baris batu-nisan.

Proses acantholysis bisa melibatkan folikel-folikel rambut. Garis batas dermal papillary biasanya
terjaga, dan seringkali, papillae menonjol ke dalam rongga pelepuhan. Rongga pelepuhan bisa
mengandung beberapa sel inflammatory, utamanya eosinofil, dan dalam dermis terdapat infiltrat
sel mononuklear perivaskular sedang dengan eosinofil yang jelas. Pada sedikit kasus, temuan
histologis pertama terdiri dari spongiosis eosinofilik, dimana eosinofil-eosinofil menginvasi
epidermis spongiotik dengan sedikit atau tapa bukti acantholysis.
Penting untuk mengambil biopsy dari lesi awal untuk memastikan diagnosis yang tepat karena
pelepuhan pemfigus meletus dengan mudah. Pada pasien yang hanya memiliki lesi oral, sebuah
biopsy harus diambil dari batas aktif sebuah area gundul (tanpa rambut) karena pelepuhan utuh
mudah ditemukan. Pemeriksaan sitologi (hapusan Tzank) bermanfaat untuk penunjukan sel-sel
epidermal acantholytic secara cepat dalam rongga pelepuhan. Akan tetapi, uji ini semata-mata
merupakan sebuah alat diagnostik pendahuluan, dan tidak boleh menggantikan pemeriksaan
histologis karena keratinosit acantholytic terkadang ditemukan pada berbagai vesilobullous
acantholytic atau penyakit pustular sebagai akibat dari acantholysis sekunder.
Pada pemfigus vegetan, acantholysis suprabasilar terlihat, disamping papillomatosis dan
acanthosis. Secara khas, ada infiltrat sel inflamatory yang intensif mengandung berbagai
eosinofil, dan mikroabscess intraepidermal sering terlihat
E. KOMPLIKASI
Secondary infection
Salah satunya mungkin disebabkan oleh sistemik atau local pada kulit. Mungkin terjadi karena
penggunaan immune-supresant dan adanya multiple erosion. Infeksi cutaneus memperlambat
penyembuhan luka dan meningkat-kan resiko timbulnya scar.
Malignansi dari penggunaan imunosupresif
Biasanya ditemukan pada pasien yang mendapat terapi immunosupresif.
Growth retardation
Ditemukan pada anak yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.
Supresi sumsum tulang
Dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan lymphoma
meningkat pada penggunaan imunosupresif jangka lama.
Osteoporosis
Terjadi dengan penggunaan kortikosteroid sistemik.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Erosi kulit yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium
klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit dan
harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau
proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.
F. MANIFESTASI KLINIK
- Keadaan umunya klien jelek
- Membran mukosa

Lesi pada pemphigus vulgaris pertamakali berkembang pada membaran mukosa terutama pada
mulut, yang terdapat pada 50-70% pasien. Bula yang utuh jarang ditemukan pada mulut
disebabkan bula mudah pecah dan dapat timbul erosi.
Pada umumnya erosi terdapat pada buccal, ginggiva, palatum, denan bentuk yang tidak teratur,
sakit dan lambat untuk menyembuh. Erosi dapat meluas ke laring yang menyebabkan sakit
tenggorokan dan pada pasien kesulitan untuk menelan/ makan ataupun minum. Permukaan
mukosa lain yang dapat terlibat yaitu konjung tiva, esovagus, labia, vagina, cervik, venis,
urethra, dan anus.
- Kulit
Kelainan kulit dapat bersifat lokal ataupun generalisata, terasa panas, sakit tanpa disertai pruritus
dan tempat predileksinya adalah badan, umbilicus, kulit kepala, wajh, ketiak, daerah yang
terkena tekanan dan lipatan paha
Timbul pertama kalai berupa bula yang lembek (berdinding kendur) berisi cairan jernih pada
kulit normal atau denan dasar erithematous. Bula mudah pecah dan yang utuh jarang dijumpai
disebabkan atap bula terdiri dari sebagian kecil bagian atas epidermis. Kemusian timbul erosi
yang sakit, mudah berdarah dan cenderung meluas, kemudian erosi ditutupi krusta yang
menyebabkan lambat untuk menyembuh. Lesi yang menyembuh meninggalkan daerah
hiperpigmentasi tampa terjadi parut.
Pada bula yang aktif dapat ditemukan nikolsky sing yang menggambarkan tidak adanya kohesi
antara sel-sel epidermis yaitu dengan cara :
o Menekan dan menggeser kulit diantara dua bula dengan ujung jari, mengakibatkan kulit yang
terlihat normal akan terkelupas
o Menekan diatas bula dengan ujung jari, akibatnya cairan akan melebar dari tempat penekanan
disebut bulla spread phanomenon
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula
Laborat darah : hipoalbumin
Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna
Test imunofluorssen : didapat penurunan imunoglobulin
H. DIAGNOSA BANDING
Pemhigus vulgaris dapat di diagnosa banding dengan :
- Pemfigoid bulosa
Letak bula : subepidermal
Immunofluorecen : IgG berbentuk seperti pita di membran basalis
- Dermatits herpetiformis
Letak vesikel : subepidermal
Immunofluorescen : IgA berbentuk granular di papilla dermis.
I. DIET
Makanan Mengandung Tanin
- Tanin dapat ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman. Buah dan sayuran mengandung
tanin bahwa orang dengan pemfigus harus menghindari adalah pisang, raspberry, blackberry,
apel, pir, ceri, mangga, cranberry, kesemek, kulit anggur, alpukat dan terong.

Pemicu tanin lainnya adalah kenari hitam, kacang kola, biji kakao, lada hitam, bawang putih,
jahe, jinten, rosemary, ketumbar, ginseng, yucca dan garut.
Kopi, beberapa teh, minuman ringan, bir dan anggur adalah salah satu minuman yang
mengandung tanin dan dapat memicu pemfigus.
Makanan Mengandung isothiocyanates
- Isothiocyanate, yang mustard minyak ditemukan dalam berbagai jenis sayuran, dapat
menyebabkan wabah pemfigus pada orang dengan gangguan tersebut. Sayuran di kelas ini
adalah brokoli, kembang kol, kubis, lobak, mustard, kubis brussel, selada musim dingin, lobak
dan lobak.
Beberapa saus mustard berpengalaman mengandung minyak sintetis untuk bumbu, yang bisa
mengiritasi selaput lendir pada orang dengan pemfigus.
Makanan Mengandung tiol
- Bawang, bawang putih dan daun bawang yang tiol yang mengandung makanan yang dapat
memicu wabah atau flare-up dari pemfigus. Makanan ini merupakan bagian dari kelompok
Allium, yang juga termasuk daun bawang dan bawang merah. Makanan mengandung tiol dapat
menyebabkan lecet dan harus dihilangkan dari diet jika mereka dicurigai sebagai pemicu
pemfigus.
Makanan Mengandung Fenol
- Fenol lain adalah pemicu pemfigus dan dapat ditemukan sebagai asam sinamat dalam jus buah
dan perasa dalam es krim, roti, permen, bumbu dan minuman. Pinene merupakan jenis umum
fenol yang ditemukan dalam kentang, tomat, pisang, mangga dan lada hitam.
Fenol juga dapat ditemukan dalam makanan yang merikok atau memiliki rasa asap, dan dalam
susu dan produk susu lain dari sepi yang memakan biji kapas
J. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Imunosupresan
Sebuah obat imunosupresan mungkin disarankan. Obat-obatan ini bekerja dengan menekan
sistem kekebalan tubuh. Mereka dapat digunakan di samping steroid tablet. Keduanya cenderung
untuk bekerja lebih baik daripada sendiri. Juga, dosis steroid yang dibutuhkan mungkin kurang
jika Anda mengambil immunosuppressant. Ini berarti bahwa setiap efek samping dari steroid
mungkin kurang parah. Kadang-kadang immunos-uppressant digunakan sendiri bukan steroid.
Tujuannya adalah untuk menemukan dosis terendah pengobatan (atau kombinasi perawatan)
yang mengendalikan lecet. Contoh obat-obatan imunosupresan yang dapat digunakan untuk PV
adalah: siklofosfamid, azathioprine, ciclosporin, methotrexate atau mikofenolat mofetil.
Imunosupresan biasanya memakan waktu lebih lama untuk bekerja dibandingkan steroid (sekitar
4-6 minggu).
Steroid
Pengobatan yang biasa adalah untuk mengambil tablet steroid seperti prednisolon. Steroid
mengurangi peradangan dan menekan sistem kekebalan tubuh. Sebuah dosis tinggi biasanya
diperlukan pada awalnya. (Kadang-kadang ini diberikan melalui suntikan untuk memulai

dengan.) Pengobatan steroid dapat bekerja cukup cepat: gejala mungkin mulai membaik dalam
beberapa hari; lepuhan yang baru dapat berhenti dalam 2-3 minggu; dan lecet lama dapat sembuh
dalam 6-8 minggu. Dosis steroid dikurangi sekali lepuh-lepuh baru berhenti membentuk. Dosis
harian yang lebih rendah biasanya kemudian diperlukan untuk menghentikan lecet kembali.
Tujuannya adalah untuk menemukan dosis terendah yang diperlukan untuk mengontrol gejala.
Dosis yang dibutuhkan bervariasi dari orang ke orang. Beberapa orang mampu menghentikan
tablet steroid dari waktu ke waktu ketika aktivitas blister rendah (dalam remisi). Tablet dapat
dimulai kembali jika gejala kambuh lagi.
Efek samping dari steroid?
Bagi beberapa orang, dosis steroid yang diperlukan untuk mengontrol penyakit ini cukup tinggi
dan dapat menyebabkan efek samping. Efek samping dari steroid kadang-kadang bisa serius,
terutama jika Anda mengambil steroid dosis tinggi untuk waktu yang lama. Lihat brosur terpisah
yang disebut Tablet steroid yang menjelaskan kemungkinan efek samping lebih terinci. Beberapa
poin penting jika Anda mengambil steroid jangka panjang, adalah:
- Pengobatan jangka panjang steroid tidak boleh berhenti tiba-tiba.
- Anda lebih rentan terhadap infeksi tertentu.
- Salah satu efek samping-yang mungkin adalah osteoporosis (penipisan tulang), sehingga Anda
mungkin disarankan untuk mengonsumsi vitamin D atau obat lain untuk membantu mencegah
osteoporosis.
Berbagai obat-obatan lain dan pengobatan telah diguna-kan dalam beberapa tahun terakhir
dengan beberapa keberhasilan. Mereka termasuk: antibiotik tetrasiklin, dapson, suntikan emas,
plasmaferesis, photopheresis extracorporeal, imunoglobulin intravena, dan rituximab (antibodi
monoklonal). Perawatan ini cenderung digunakan ketika pengobatan yang lebih biasa seperti
dijelaskan di atas tidak bekerja begitu baik. Kadang-kadang satu juga mungkin dicoba dalam
kombinasi dengan tablet steroid. Penelitian terus untuk menemukan pengobatan yang lebih baik
atau kombinasi terbaik dari perawatan untuk mengobati PV.
b. Keperawatan
Sebuah krim steroid kadang-kadang digunakan pada kulit lecet di samping perawatan lainnya.
Hal ini dapat menjaga dosis tablet steroid lebih rendah daripada yang akan diperlukan. Obat
kumur atau semprotan steroid dapat digunakan untuk membantu mengobati dan mulut lecet
erosi.
Obat kumur yang mengandung antiseptik atau bius lokal juga dapat membantu.
Perawatan perawatan luka seperti dressing membantu daerah baku untuk menyembuhkan.
Kompres atau membasahi menggunakan saline (air garam steril) atau antiseptik tertentu,
mungkin disarankan jika ada daerah besar kulit mentah. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan
infeksi dan untuk menghentikan kulit mentah dari menjadi terlalu kering.
Jika PV Anda akan melalui flare, Anda mungkin disarankan untuk melindungi kulit dari
kekasaran dan mulut sebanyak mungkin. Misalnya, menghindari kontak olahraga, makan
makanan hambar yang lembut, dan gunakan krim atau salep untuk melindungi kulit dari
gesekan.
K. PROGNOSIS

Pemphigus vulgaris tersebut diseluruh dunia, dapat mengenai semua ras, frekuensi hampir sama
pada laki-laki dan perempuan. Pemphigus vulgaris merupakan bentuk yang sering dijumpai kirakira 70% dari semua kasus pemphigus, biasanya pada usia 50-60 tahun dan jarang pada ankanak, insiden pemphigus vularis bervalesi antara 0,5-3,2 kasus per 100.000 dan pada keturunan
yunani khususnya ashkenazi jewish insidennya meningkat.
Anti bodi IgG mengikat pemphigus vulgaris antigen yaitu desmoglain 3 pada permukaan sel
karatinosit, mengakibatkan terbentuk dan dilepaskannya plasminogen activator sehingga berubah
plasminogen menjadi plasimin. Plasmin yang terbentuk menyebabkan keruskan desmosom
sehingga terjadi penarikan tonofilamen dari sitoplasma karatinosit, akibatnya terjadi pemisahan
sel-sel karatinosit (tidak adanya kohesi antara sel-sel) proses ini disebut akantilosis. Kemudian
terbentuk celah di suprabasal dan akhirnya terbentuk bula yang sebenarnya.

REFERANSI
Burton Jl, rook, Bullous Eruption in : Texbook of Dermatologi, vol 3, 6th edition, Blackwell
Science, 1998: 1849-65
Anhalt GJ, pemphigus vulgaris and the phempigus disease spectrum in cutaneus medicine and
surgery, vol 2A,W.B. sauders company, 1996:651-55
Lever W.F, pempgigus vulgaris, histopatology of the skin, 6th edition, philedelphia, JB lipincott
company, 1983 :104-9
Anonymous.
Pemphigus
Vulgaris,
Skin
Cosmos,
2006.
Dikutip
dari
http://www.skincosmos.com/id/pemphigus-vulgaris/ pada tanggal 30 Januari 2010.
Mawarli harahap, Prof. dr. Infeksi Jamur Kulit, Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Editor: Prof.dr.
mawarli harahap. Jakarta: Hipokrates.
Budimulja, Unandar. Penyakit Vesikobulosa, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keempat,
2006. Editor: Adhi Juanda, dkk. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anonymous. Pemphigus Vulgaris. Dikutip dari http://dermatlas.med.jhmi.edu/derm/display.cfm?
ImageID=-776552061 pada tanggal 30 Januari 2010.
Anonymous.
Pemphigus
Vulgaris.
Dikutip
dari
http://missinglink.ucsf.edu/lm/DermatologyGlossary/pemphigus_vulgaris.html pada tanggal 31
Januari 2010.
Siregar, Prof. Dr. Atlas Bewarna, Saripati Penyakit Kulit, Edisi Ke-2, 2003. Editor: dr. Huriawati
Hartanto. Jakarta: EGC.

http://adibesajja.blogspot.com/2013/03/pemphigus-vulgaris.html

PEMPHIGUS VULGARIS
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
1. Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa reuren yang merupakan kelainan herediter
paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher disertai lesi berkelompok yang mengadakan
regresi sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan (Dorland, 1998).
2. Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bulla
(lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan
membrane ukosa (misalnya mulut dan vagina) (Brunner, 2002).

3.

Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan
membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses
ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap
komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam
sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186)

4.

Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara
berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat
diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita.
(Laksman: 1999, hal:261).

5.

Pemfigus vulgaris adalah salah satu penyakit autoimun yang menyerang kulit dan membrane
mukosa yag menyebabkan timbulnya bula atau lepuh biasanya terjadi di mulut, idung,
tenggorokan, dan genital (www.pemfigus.org.com)
Pada penyakit pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari epidermis kulit dan
membrane mukosa. Pemfigus vulgaris adalah autoimmune disorder yaitu system imun
memproduksi antibody yang menyerang spesifik pada protein kulit dan membrane mukosa.
Antibodi ini menghasilkan reaksu yang menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis
(akantolisis) satu sama lain karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya
perkembangan antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum diketahui.
B.

ETIOLOGI
Penyebab dari pemfigus vulgaris dan factor potensial yang dapat didefinisikan antara

lain:
1. Faktor genetic
2. Umur
Insiden terjadinya pemfigus vulgaris ini meningkat pada usia 50-60 tahun. Pada neonatal yang
mengidap

pemfigus

vulgaris

karena

terinfeksi

dari

antibody

sang

ibu.

3. Disease association
Pemfigus terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun yang lain, biasanya myasthenia gravis
dan thymoma
C.

TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar pasien pada mulanya ditemukan dengan lesi oral yang tampak sebagai

erosi yang bentuk ireguler terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuhnya lambat. Bulla pada kulit

akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah-daerah erosi yang lebar serta nyeri yang
disertai dengan pembentukan kusta dan perembesan cairan. Bau yang menusuk dan khas akan
memancar dari bulla dan serum yang merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang
minimal akan terjadi pembentukan lepuh atau pengelupasan kulit yang normal (tanda Nicolsky)
kulit yang erosi sembuh dengan lambat sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat
luas , superinfeksi bakteri sering yang terjadi. Komplikasi yang sering pada pemfigus vulgaris
terjadi ketika proses penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya kortikosteroid dan
terapi imunosupresif, pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Bakteri kulit mudah
mencapai bula karena bula mengalami perembesan cairan, pacah dan meninggalkan daerah
terkelupas yang terbuka terhadap lingkungan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
karena kehilangan cairan serta protein ketika bula mengalami rupture. Hipoalbuminemia lazim
dijumpai kalu proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas (Brunner, 2002).

Tanda dan gejala Pemfigus Vulgaris :


a. Kulit berlepuh, 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas, erosi.
b. Krusta bertahan lama, hiperpigmentasi
c. Tanda nikolsky ada
d. Kelamin, mukosa mulut 60%
e. Biasanya usia 30-60 tahun.
f. Bau specifik.
D.

PATOFISIOLOGI
Semua proses pemfigus sifat yang khas yaitu:
1. Poses akontolisis
2. adanya antibody Ig G terhadap antigen diterminan yang ada pada permukaan keratinosis yang
sedang berdeferensiasi
Sebagian besar pasien, pada mulanya ditemukan dengan testoral yang tampak sebagai erosi
erosi yang bentuknya ireguler yang terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuh lambat. Bula pada
kulit akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah daerah erosi yang lebar serta nyeri disertai
dengan pembentukan krusta dan pembesaran cairan. Bau yang menususk dan khas akan mem

ancar dari bula dan yang merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang meminimalkan
terjadinya pembentukan lepuh/ pengelupasan kulit yang normal (tanda nikolsky). Kulit yang
erosi sembuh dengan lambah sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas. Sekunder
infeksi disertai dengan terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sering terjadi
akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminemia sering
dijumpai kalau proses penyakit mencakup daerah permukaan kulit tubuh dan membran mukosa
yang luas. ( smeltzer dan Bars:2002, hal 1880)

E.

KOMPLIKASI
1. Secondary infection
Salah satunya mungkin disebabkan oleh sistemik atau local pada kulit. Mungkin terjadi
karena penggunaan immunosupresant dan adanya multiple erosion. Infeksi cutaneus
memperlambat

penyembuhan

luka

dan

meningkatkan

resiko

timbulnya

scar.

2. Malignansi dari penggunaan imunosupresif


Biasanya

ditemukan

pada

pasien

yang

mendapat

terapi

immunosupresif.

3. Growth retardation
Ditemukan pada anak yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.
4. Supresi sumsum tulang
Dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan
lymphoma meningkat pada penggunaan imunosupresif jangka lama.
5. Osteoporosis
Terjadi dengan penggunaan kortikosteroid sistemik.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Erosi kulit yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium
klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit dan
harus diatasi dengan pemberian infuse larutan salin. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau
proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.
F.

EVALUASI DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan visual oleh dermatologis.


2.

Biopsi lesi, dengan cara memecahkan bulla dan membuat apusan untuk diperiksa di bawah
mikroskop atau pemeriksaan immunofluoresent.

3. Tzank test, apusan dari dasar bulla yang menunjukkan akantolisis.


4. Nikolskys sign positif bila dilakukan penekanan minimal akan terjadi pembentukan lepuh dan
pengelupasan kulit.
G.

PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk mengendalikan penyakit secepat mungkin, mencegah infeksi
sekunder dan meningkatkan pembentukan tulang epitel kulit (pembaharuan jaringan epitel).
Kortikosteroid diberikan dengan dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan menjaga kulit
dari bulla. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai kesembuhan terlihat jelas. Pada
sebagian kasus, terapi kortikosteroid harus dipertahankankan seumur hidup penderitanya.
Kortikosteroid diberikan bersama makanan atau segera sesudah makan dan dapat disertai
dengan pemberian antacid sebagai profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang
penting pada penatalaksanaan terapeutik adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar
glukosa darah dan keseimbangan darah setiap hari . Preparat imunosupresif (azatioprin,
ziklofosfamid, emas) dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi
takaran ktikosteroid. Plasmaferesis (pertukaran plasma). Secara temporer akan menurunkan
kadar antibody serum dan pernah dihasilkan keberhasilan yang bervariasi sekalipun tindaka ini
dilakukan untuk kasus yang mengancam jiwa pasien.
Dermatologi merupakan keahlian yang orientasinya visual, disamping mendapatkan
pasien, pemeriksa juga dapat melakukan pemeriksaan terhadap lesi primer dan sekunder, dan
konfigurasi dan kontribusi lesi. prosedur diagnostic tertentu dapat pula digunakan untuk
mengenali kelainan kulit, prosedur yang biasanya digunakan yaitu :
1) Biopsy
a). Punch Biopsy
Prosedur sederhana untuk mendapatkan jaringan guna pemeriksaan histopatologis. dipilah lesi
yang dewasa tumbuh sempurna, pilih lesi paling awal, dan atap usahakan utuh.
b). Shave Biopsy
Mengambil bagian kulit yang menonjol atau meninggi bermanfaat untuk biopsy berbagai tumor
epidermis.

c). Biopsy eksisi cirurgis


Untuk mendapatkan jaringan yang meliputi tebalnya kulit misalnya eritema , nodusum.
2) Kuret
Cara sederhana untuk pengambilan lesi kulit yang benigna seperti kutil.
3) Usapan sitologi
Bermanfaat dalam diagnosa penyakit bulosa, erupsi virus yang solid maupun yang vesikuler.
4) Kerokan dan biakan jamur
Konfirmasi segera terhadap adanya infeksi jamur dengan penemuan organisme secara
mikroskopis pada lesi berskuama, dari kulit kepala, sudut mulut, aksila, pantat, dan lain-lain.
5) Pemeriksaan dengan sinar wood
Untuk menemukan infeksi jamur :
a). Mengontrol dan menemukan jamur kulit kepala
mikrosporum audovini dan mikrosporum canis akan berfluorsensi hijau kebiruan cerah.
b). Penemuan infeksi jamur lain
Tinea vesikolor dapat berfluorsensi kuning emas. perubahan pigemn yang menyertai dapt
terlihat jelas.
c). Penemuan infeksi jamur
d). Penentuan kelainan pigmen
Sinar ulsi akan berfluorsensi putih kebiruan, digunakan dalam pemeriksaan penderita
vertiligo, albilisme, lepra, dan hiperpigmentasi lainnya
e). Penentuan obat
6) Patch testing
Digunakan untuk membuktikan dan menegakkan diagnosa sensitifitas alergi.
Hasil yang dinilai adalah sebagai berikut :
1 + : Hanya eritema
2 + : Ertema dan papula
3 + : Eritem dan papula, vesikula kecil
4 + : Semua diatas dan vesikulor besar, bulae dan ulserasi
H.

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab)

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan
penanggung jawab, dll.
2. Riwayat pasien sekarang
Pada umumnya penderita pemfigus vulgaris biasanya dirawat di rumah sakit pada suatu saat
sewaktu terjadi pada suatu saat sewaktu terjadi eksaserbasi, perawat segera mendapatkan bahwa
pemfigus vulgaris bisa menjadi penyebab ketidakmampuan bermakna. Gangguan kenyamanan
yang konstan dan stress yang dialami pasien serta bau lesi yang amis.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan system integument maupun penyakit sistemik
lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular,
herediter.
4. Pemeriksaan fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala dan
kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang
terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan penyakit pada system organ lain. Inspeksi dan
palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan dalam memeriksa kulit. Lesi kulit merupakan
karakteristik yang paling menonjol pada kelainan dermatologic. Pada pasien pemfigus vulgaris
muncul bulla yaitu suatu lesi yang berbatas jelas, mengandung cairan, biasanya lebih dari 5 mm
dalam diameter, dengan struktur anatomis bulat. Inspeksi keadaan dan penyebaran bulla atau
lepuhan pada kulit. Sebagian besar pasien dengan pemfigus vulgaris ditemukan lesi oral yang
tampak tererosi yang bentuknya ireguler dan terasa sangat nyeri, mudah berdarah, dan
sembuhnya lambat. Daerah-daerah tempat kesembuhan sudah terjadi dapat memperlihatkan
tanda-tanda hiperpigmentasi. Vaskularitas, elastisitas, kelembapan kulit, dan hidrasi harus benarbenar diperhatikan. Perhatian khusus diberikan untuk mengkaji tanda-tanda infeksi.
5. Pengkajian psikologis
Dimana pasien dengan tingkat kesadaran menurun, maka untuk data psikologisnya tidak dapat di
dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat kesadarannya agak normal akan terlihat adanya
gangguan emosi, perubahan tingkah laku emosi yang labil, iritabel, apatis, kebingungan keluarga
pasien karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya. Data social yang
diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan dengan orang terdekat dan lainnya,

kemampuan berkomunikasi dan perannya dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap
dirinya setelah mengalami penyakit pemfigus vulgaris.
5. Data/pangkajian spiritual
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien serta
ketuhanan yang diyakininya.
6. Pemeriksaan diagnostic
o Nikolskys sign
o Skin lesion biopsy (Tzank test)
o Biopsy dengan immunofluorescene
7. Penatalaksanaan umum
o Kortikosteroid
o Preparat imunosupres (azatioprin, siklofosfamid, emas)

Diagnosa Keperawatan
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan
protein
2. gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit, pecahnya bula
3. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran
mukosa
4. gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula dan daerah kulit
yang terbuka
5. intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi
6. ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Fokus Intervensi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
protein
Tujuan
Pemenuhan volume cairan yang optimal dan elektrolit seimbang

cairan dan

Intervensi
a. Pantau TTV, haluaran cairan urine dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia
R: hipovolemia merupakan resiko utama yang harus segera ditangani
b. Pantau haluaran urine setiap 1 jam sekali dan menimbang BB setiap hari
R: dapat memberikan informasi tentang status cairan
c. Pertahankan pemberian cainan infus dan atur tetesan sesuai dengan program
R: pemberian cairan yang adekuat guna mempertahankan keseimbangan cairan
d. Naikkan kepala dan tinggikan ekstremitas
R: peninggian akan meningkatkan aliran darah vena
e. Hitung balance cairan
R: dapat memberikan informasi tentang input-output cairan.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit, pecahnya bula
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
a. Periksa daerah yang terkena dan terlibat
R: pemahaman tentang luasnya dan karakteristik kulit untuk memudahkan menyusun intervensi
b. Kendalikan faktor-faktor iritan ( kelembaban, suhu, sabun ringan, batasi pakaian, cuci linen)
R: rasa nyeri diperburuk ileh panas, bahan kimia dan fisik
c. Kaji skala nyeri
R: mengetahui perkembangan penyakit
d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, seperti pijatan daerah atau area yang tidak sakit dan
perubahan posisi sesering mungkin
R: meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan kelelahan umum
e. Ajarkan manajemen stres seperti relaksasi nafas dalam dan distraksi
R: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang menurunkan ketergantungan
pada obat
f. Kolaburasi pemberian analgetik
R: untuk mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran mukosa
Tujuan

Tidak terjadi infeksi


Intervensi
a. Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
R: menurunkan resiko terkontaminasi silang atau terpajan pada flora bakteri multiple
b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak
dengan pasien
R: mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi
c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung
bila perlu
R: mencegah kontamiasi silang dari pengunjung
d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan bau atau kuntitas
R: mengidentifikasi adanya penyembuhan dan memberikan deteksi dini adanya infeksi.
e. Rawat luka dengan teknik aseptik
R: menurunkan resiko infeksi
4. Gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula dan daerah kulit yang
terbuka
Tujuan
Pemeliharaan integritas kulit
Intervensi
a. Kompres yang basah dan sejuk atau therapi rendaman
R : dapat mengurangi rasa nyeri
b. Setelah dimandikan kulit segera dikeringkan dengan hati-hati dan taburi dengan bedah yang
tidak mengiritasi
R : jumlah bedak yang cukup banyak mungkin diperlukan untuk menjaga agar kulit pasien tidak
lengket dengan sprei
c. Jangan menggunakan plester
R: dapat menimbulkan pecahnya bula sehingga perlu diberikan perban.
5. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi
Tujuan
Toleran terhadap aktifitas
Intervensi

a. Kaji tingkat aktifitas pasien


R: untuk mengetahui tingkat ADL pasien
b. Anjurkan pasien untuk menghemat energi
R: untuk mengurangi energi
c. Bantu pemenuhan ADL
R: agar tidak terjadi ADL
d. Monitor TTV
R: aktifitas banyak dapat meningkatkan nadi
e. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
R: istirahat dapat memulihkan energi
6. Ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Tujuan
Pengembangan penerimaan diri
Intervensi
a. Kaji adanya gangguan citra diri ( menghindar, kontak mata kurang)
R: gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit yang tampak nyata
b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan emosi
R: pasien butuh pengalaman didengarkan dan dipahami
c. Motivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain
R: meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi
d. Motivasi supaya pasien memperbaiki citra tubuh
R: meningkatkan kepercayaan diri
Evaluasi
Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.

DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Djuanda Dr. Pengobatan dengan Kortikosteroid Sistemik dalam Dermatologi.

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.
Sylvia, A. Price. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
http://www.akperppni.ac.id/sistem-integumen-kulit/askep-pemphigus-vulgaris
http://soemabali.wordpress.com/2009/03/23/asuhan-keperawatan-klien-dengan-pemfigusvulgaris/
www.pemfigus.org.com
www.medicalholistik.com
http://www.portalkalbe.com.
http://tiovirgo.blogspot.com/2011/11/pemphigus-vulgaris.html

Anda mungkin juga menyukai