Asep Abdulloh Malik Abdul A Maulida Nurdaini Rahayu Purwaningsih Fotosensitisasi adalah gejala dermatitis dan/atau konjungtivitis dan/atau cutaneous hyperesthesia yang berkembang pada hewan yang terpapar oleh cahaya matahari.
Fotosensitivitas berarti peningkatan kepekaan
terhadap sinar matahari secara berlebihan yang disebabkan oleh deposisi molekul yang mampu mengabsorbsi gelombang matahari pada kulit. Fotosensitisasi adalah tanda-tanda dari suatu penyakt berupa dermatitis atau eksim kulit yang pada umumnya menyerang hewan pemakan rumput (herbivora) seperti sapi, kambing, domba, dan kuda. Gejala Fotosensitisasi yang berupa eksim muka (fasial eczema) pada domba di selandia baru pertama kali dilaporkan pada tahun 1882. • Fotosensitisasi primer (Tipe I) – langsung dari racun tanaman. • Fotosesitisasi sekunder atau hepatogenus (Tipe II) – akibat dari metabolit racun • Setelah absorpsi radiasi sinar matahari, molekul sensitisasi mengalami perubahan panjang gelombang menjadi molekul triplet. Molekul sensitisasi triplet kemudian berinteraksi dengan molekul lain melalui hidrogen atau proses transfer elektron untuk menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif. Radikal bebas tersebut kemudian bereaksi dengan oksigen atau molekul lain, atau melalui transfer energi secara langsung kepada molekul oksigen yang menghasilkan oksigen tunggal dan kemudian dapat mengoksidasi substrat yang peka. Proses ini lebih sering terjadi dan porphyrin merupakan penyebab fotosensitisasi. • Penyimpanan senyawa kimia fotosensitisasi umumnya terjadi pada sel endothelial dari kapiler dermis dan dalam hal tertentu adalah sel mast dermis. Beberapa senyawa aktif mungkin berikatan hanya pada membran permukaan kapiler, sedangkan lainnya diabsorbsi ke dalam sel yang akan menyimpan senyawa aktif tersebut di dalam lysosomes. Melalui absorbsi cahaya dengan penjang gelombang yang tepat oleh endothelium kapiler yang terdapat di dalam lapisan luar dermis, maka kerusakan sel umumnya terjadi melalui pelepasan enzim proteolitik dari lysosomes. Akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, nekrosis sel, oklusi vaskuler dan inflamasi akut. Bila penetrasi pada epidermis oleh radiasi dicegah baik oleh ketebalan kulit, bulu penutup atau pigementasi seperti kulit hitam, maka fostosensitisasi tidak akan terjadi. • Kadang-kadang fotosensitisasi harus didiferensiasi dari dermatitis (sunburn) sederhana. Dematitis sederhana tersebut merupakan reaksi normal kulit yang tidak terlindungi, tidak berpigmentasi terpapar oleh cahaya matahari, dan disebabkan oleh radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang yang pendek (320 nm). • Prinsip penanggulangan fotosensitisasi Adalah dgn menghindarkan agen penyebabnya, yaitu hepatotoksin penyebab sekunder) atau agen foto dinamiknya (pada penyebab primer)
• Bila penyebab fotosensitisasi sekunder adalah zat Hepatotoksik
(sporidesmen) berasal dari metabolit cendawan Pythomyces chartarum yang tumbuh pada tanaman yang dimakan ternak (misalnya Brachiaria spp,) maka dapat dilakukan penyemprotan dapat dilakukan dengan menggunakan benomyl sebanyak 150 gram zat aktif perhektar atau methyl thiophanate dan thiabendazol sebanyak 140 gram per hektar dilarutkan dalam 225 liter air bersih . Setelah 7 hari penyemprotan rumput jangan diberikan kepada ternak. Cara demikian dapat mencegah berkembangnya cendawan tersebut • Pemberian preparat zinc (dalam bentuk gram) sebanyak 20 kali kebutuhan normal pada saat ternak merumput tanaman yang dutumbuhi cendawan phytomyces chartarum dapat mencegah terjadinya eksim muka atau fotosensitisasi.